Anda di halaman 1dari 2

PLAGIARISM SCAN REPORT

Words 694 Date December 18,2019

Characters 5171 Exclude Url

0% 100% 0 27
Plagiarism Unique Plagiarized Unique Sentences
Sentences
Content Checked For Plagiarism

EMOSI POSITIF UNTUK KESEHATAN MENTAL Tinjauan Pustaka Latar Belakang World Health Organization (WHO) mendefinisikan
kesehatan sebagai “keadaan kessehatan fisik, mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau
kelemahan”. Konsep kesehatan yang diucapkan oleh WHO yang mencakup kesejahteraan fisik, mental dan sosial lebih dan
lebih dipandang sebagai masalah praktis untuk kebijakan dan praktik (Smet, 1994). Dengan mengutip International Dictionary
of Medichine and Biology, Freund (1991) mendefinisikan kesehatan yaitu suatu kondisi yang dalam keadaan baik dari suatu
organisme atau bagiannya, yang dicirikan oleh fungsi yang normal dan tidak adanya penyakit. Maka menurut WHO kesehatan
mental adalah kondisi psikologis yang dimiliki seseorang ketika ia mampu menyadari kemampuannya sehingga mampu
bekerja dengan produktif dan efisien, mampu menghadapi stres dengan penyelesaian yang positif, serta mampu memberikan
kontribusi terhadap lingkungannya. Manifestation of Psychological Health merupakan uraian mengenai prinsip-prinsip
kesehatan mental yang diuraikan dan diutarakan oleh Maslow dan Mittlemenn (dalam Notosoedirjo & Latipun, 2005).
Bersumber dari teori hierarki kebutuhan yang disusunnya, Maslow mengatakan bahwa kondisi yang sehat secara psikologis
disebut dengan istilah self actualization dan juga sekaligus sebagai puncak kebutuhan dari individu. Hal ini mencakup
kemampuan untuk menilai sesuatu itu baik dan yang lain adalah buruk berdasarkan penilaian diri sendiri tanpa terlalu
dipengaruhi oleh kebiasaan – kebiasaan dan budaya serta kelompok, dalam beberapa hal tergantung pada pandangan
kelompok, tidak ada kebutuhan yang berlebihan untuk membujuk, mendorong atau menyetujui kelompok dan mampu
menghargai perbedaan. Menurut (Warga, 1983) mengatakan bahwa ciri-ciri umum individu dikatakan normal dan sehat yaitu
(1) bertingkah laku menurut norma – norma sosial yang diakui; (2) mampu mengelola emosi; (3) mampu mengaktualkan
potensi – potensi yang dimiliki; (4) dapat mengikuti kebiasaan – kebiasaan sosial; (5) dapat mengenali risiko dari setiap
perbuatan dan kemampuan tersebut digunakan untuk menuntun tingkah lakunya; (6) mampu menunda keinginan sesaat
untuk mencapai tujuan jangka panjang; (7) mampu belajar dari pengalaman; dan (8) biasanya bergembira. Sedangkan
menurut Harber dan Runyon (1984), mengatakan ciri – ciri individu bisa dikelompokkan sebagai normal yaitu (1) sikap
terhadap diri sendiri; (2) persepsi terhadap realita; (3) integrasi; (4) kompetensi; (5) otonomi; (6) pertumbuhan dan aktualisasi
diri; (7) relasi interpersonal; (8) tujuan hidup (Siswanto, 2007) WHO menyatakan bahwa karakteristik kesehatan mental adalah
sebagai berikut : (a) mampu belajar dari pengalaman; (b) mudah beradaptasi; (c) lebih senang memberi daripada menerima;
(d) mempunyai rasa kasih sayan; (e) memperoleh kesenangan dari hasil usahanya; (f) menerima kekecewaan dan dijadikan
pembelajaran; (g) berpikir positif. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa keyakinan masyarakat terhadap kapasitas mereka
untuk berhasil mengelola hubungan dengan orang lain secara signifikan mempengaruhi kepuasan hidup, harga diri, dan
optimise melalui pemikiran positif (Caprara & Steca, 2005; Rostami dkk, 2014). Ketika orang-orang tersebut diberikan harapan
dan bisa melihat dalam suatu kerangka yang positif, mereka memiliki sistem daya tahan tubuh yang lebih kuat. Salah satu
alasan dari hal ini adalah, berpikir positif dan emosi memberi seseorang lebih banyak energi dan stamina serta membantu
sistem daya tahan tubuh (Lea dkk, 2010; Boyraz, 2012; Clear, 2015). Goleman (2001) mengatakan bahwa kualitas individu yang
tercantum saat ini adalah kompetensi emosional. Individu bisa diartikan sebagai kemampuan dalam belajar berdasarkan
kecerdasan emosional yang dimiliki untuk menghasilkan kinerja yang sangat baik di dalam kehidupan maupun di bidang
pekerjaan. Definisi ini lebih menjelaskan mengenai ketergantungan kecerdasan emosional pada proses pembelajaran,
sedangkan teori kecerdasan psikologis pada umumnya mendefinisikan bahwa kemampuan yang sudah ada sebelumnya
untuk memperoleh keterampilan mental tertentu melalui proses pembelajaran. Lazarus mengatakan bahwa analisis emosi
menekankan pentingnya faktor kognitif. Awal dari terbentuknya emosi yaitu dari persepsi awal individu terhadap suatu hal
hingga filosofi dasar mengenai kehidupan. Manusia memiliki dua kategori emosi, yaitu emosi primer dan emosi sekunder.
Emosi primer adalah emosi yang berasal sejak manusia dilahirkan dan adanya dasar biologis, seperti : (1) rasa takut; (2)
Emosi primer adalah emosi yang berasal sejak manusia dilahirkan dan adanya dasar biologis, seperti : (1) rasa takut; (2)
marah; (3) sedih; (4) senang; (5) terkejut; (6) jijik; (7) rasa tidak suka. Sedangkan Emosi sekunder adalah semua perpaduan dan
variasi dari berbagai jenis emosi antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lainnya, emosi berkembang secara
bertahap sesuai dengan tingkat kedewasaan kognitif yang dimiliki oleh individu itu sendiri. Jika manusia tidak memiliki emosi,
maka manusia akan : (1) sulit mengambil keputusan; (2) sulit merencanakan masa depan; (3) sulit merasakan kebahagiaan
atau kesedihan; (4) sulit menjadi manusia seutuhnya; (5) sakit jiwa (Wade & Travis, 2008).

Sources Similarity

Anda mungkin juga menyukai