Anda di halaman 1dari 6

A.

PENGERTIAN
Nutrisi Parenteral merupakan suatu cara pemberian nutrisi dan energi secara
intravena yang bertujuan untuk memberikan kecukupan karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan mineral yang diperlukan untuk metabolisme. Larutan nutrisi parenteral juga
disebut Total Parenteral Nutrition (TPN) atau hyperalimentation solution (hyperal).
Nutrisi parenteral digunakan untuk pasien yang tidak dapat menelan atau mengabsorbsi
nutrien melalui saluran gastrointestinal. Menurut Ansel dan Prince pada tahun 2004
mengatakan bahwa nutrisi parenteral total menyuplai semua nutrien yang dibutuhkan,
sedangkan nutrisi parenteral parsial memberikan tambahan kebutuhan nutrisi pasien jika
kalori dalam jumlah yang cukup tidak dapat diberikan secara enteral.
Nutrisi parenteral total periferal adalah nutrisi parenteral total yang diberikan
melalui akses perifer. Nutrisi parenteral total perifer digunakan untuk memberi nutrisi
kepada pasien dalam waktu yang singkat (7-10 hari). Apabila nutrisi parenteral total
dibutuhkan dalam jangka waktu yang lebih panjang maka larutan lemak ditambahkan.

B. INDIKASI
1. Pasien dengan Gangguan absorbsi makanan.
2. Pasien kondisi dimana usus harus diistirahatkan seperti pada pankreastitis berat,
status preoperative dengan malnutrisi berat, anginaintertinal, diare berulang.
3. Gangguan motilitas usus seperti pada ileus yang berkepanjangan.
4. Makan, muntah terus menerus, gangguan hemodinamik, hiperemesis gravidarum
(Wiryana, 2007).
5. Pasien Syok.
6. Pasien yang mengalami pengeluaran cairan berlebih.
7. Intoksikasi berat.
8. Pasien yang sangat kekurangan gizi tanpa asupan oral lebih dari 1 minggu.
9. Radang usus berat (Crohn’s disease dan ulcerative colitis).
10. Pasien dengan cedera di kepala.
C. TUJUAN
Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi perkembangan yang optimal serta
mempercepat proses penyembuhan penyakit apabila pemberian secara oral atau
enteral tidak memungkinkan.

D. PERSIAPAN ALAT
 Alat steril
1. Bak instrument berisi handscoon dan kasa steril.
2. Infus set steril.
3. Jarum/wingnedle/abocath dengan nomer yang sesuai.
4. Korentang dan tempatnya.
5. Kom tutup berisi kapas alcohol
 Alat tidak steril
1. Standart infuse.
2. Perlak dan alasnya.
3. Pembendung (tourniquet).
4. Plester.
5. Gunting verban.
6. Bengkok.
7. Jam tangan.
 Obat-obatan
1. Alcohol 70%.
2. Cairan sesuai anjuran dokter.

E. PERSIAPAN PASIEN
1. Memberitahu pasien dan menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan.
2. Mengatur posisi pasien yang nyaman (posisi supine).

F. PROSEDUR PELAKSANAAN
 Fase Orientasi:
1. Mengucapkan salam.
2. Memperkenalkan diri.
3. Menjelaskan tujuan tindakan kepada klien.
4. Menjelaskan prosedur.
5. Menanyakan kesiapan klien.
6. Menjaga privasi pasien.
 Fase Kerja:
a. Mengisi selang infus:
1. Perawat mencuci tangan dan memakai handscoon.
2. Desinfeksi karet penutup botol.
3. Menusukkan infus set ke dalam botol infuse.
4. Pengatur tetesan infus ditutup, jarak 24 cm dibawah tempat tetesan.
5. Menggantungkan botol infuse di standart infus.
6. Ruang tetesan diisi setengah (Jangan sampai terendam).
7. Selang infus diisi cairan infus dan dikeluarkan udaranya.
b. Melakukan kateterisasi vena (prosedur kateterisasi vena di lengan bawah).
1. Pasang perlak kecil dan alasnya dibawah bagian yang akan dipungsi.
2. Pasang torniket di sebelah proksimal vena yang akan dipungsi.
3. Tentukan vena yang akan dikateter bila perlu dipalpasi.
4. Lakukan tindakan antisepsis dengan kapas alcohol 70% pada lokasi vena tempat
masuk kateter dan sekitarnya.
5. Regangkan kulit kearah distal. Tusukkan jarum dengan sudut 20º terhadap
permukaan kulit. Lubang menghadap keatas. Masukkan jarum sesuai dengan
arah garis vena.
6. Tahan kanula dan tarik jarum sedikit. Bila tampak darah keluar berarti kanula
telah masuk ke vena. Tahan jarum dan dorong kanula kateter.
7. Lepaskan torniket, tempelkan kapas ditempat pungsi.
8. Pasang selang infus berisi cairan infus yang telah dipersiapkan sebelumnya.
9. Fiksasi kateter dan selang infus dengan plester.
10. Mengatur tetesan dalam satu menit sesuai intruksi.
11. Tutup kulit dengan kassa steril.
12. Merapikan pasien.
13. Melepas handscoon dan mencuci tangan.
14. Mencatat: tanggal dan jam pemberian cairan, macam cairan.
 Fase Terminasi :
a. Melakukan evaluasi tindakan:
1. Tanyakan keadaaan dan kenyamanan pasien setelah tindakan.
2. Obsevasi adanya komplikasi setelah pemasangan infus/ terapi intravena (flebitis,
infiltrasi, iritasi vena, hematoma, tromboflebitis, thrombosis, spasme vena, dan
kerusakan syaraf, tendon dan ligament).
3. Pencegahan komplikasi pemasangan terapi intravenaa).
- Ganti lokasi tusukan setiap 48-72 jam dan gunakan set infus barub)
- Ganti kasa steril penutup luka setiap 24-48 jam dan evaluasi tanda infeksic)
- Observasi tanda / reaksi alergi terhadap infus atau komplikasi lain)
- Jika infus tidak diperlukan lagi, buka fiksasi pada lokasi penusukan)
- Kencangkan klem infus sehingga tidak mengalir
- Tekan lokasi penusukan menggunakan kasa steril, lalu cabut jarum infus
perlahan, periksa ujung kateter terhadap adanya embolus
- Bersihkan lokasi penusukan dengan anti septik.
- Bekas-bekas plester dibersihkan memakai kapas alcohol
- Gunakan alat-alat yang steril saat pemasangan, dan gunakan tehnik sterilisasi
dalam pemasangan infus
- Hindarkan memasang infus pada daerah-daerah yang infeksi, vena yang telah
rusak, vena pada daerah fleksi dan vena yang tidak stabil
- Mengatur ketepatan aliran dan regulasi infus dengan tepat
- Penghitungan cairan yang sering digunakan adalah penghitungan millimeter
perjam (ml/h) dan penghitungan tetes permenit.
b. Menyampaikan tindak lanjut (jika ada keluhan bisa menghubungi perawat di
ruangan).
c. Berpamitan.

G. DOKUMENTASI
1. Mencatat tindakan yang telah dilakukan dengan benar
2. Waktu pemasangan
3. Vena yang dipasang
4. Cairan dan tetesan yang diberikan
5. Respon pasien
6. Nomor abbocath yang dipakai
7. Perawat yang memasang

H. HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN


 Prosedur pemberian TPN secara perifer :
1. Larutan asam amino, dekstrose dan lipid dapat diberikan perinfus melalui kateter
plastik (No. 22 atau 24 F) atau melalui wing needle.
2. Dekstrose dan asam amino dicampur pada botol yang sama, kemudian
dihubungkan dengan bagian bawah infus yang mempunyai filter berukuran 0,22
um.
3. Cairan lipid dihubungkan dengan infus diluar filter melalui bagian atas dari T-
connector atau Y-connector.
4. Infusion pump dibutuhkan untuk mempertahankan tetesan cairan infus agar tetap
konstan.
5. Infus set, termasuk tube dan jarum intravena harus diganti setiap 3 hari, kecuali
untuk lipid diganti setiap 24 jam. Sebaiknya jarum intravena dipindahkan ke
tempat lain setiap 48 jam. Cairan parenteral dan cairan lipid diganti setiap hari.
6. Obat-obatan tidak boleh melalui cairan NPT. Obat-obatan diberikan setelah
kateter dibilas dengan NaCl dan melalui cairan intravena.
7. Semua cairan infus disipakan oleh bagian farmasi.
8. Dapat ditambahkan mineral, vitamin dan unsur kelumit.
9. Dapat digunakan emulsi lemak 10 atau 20%.
 Prosedur pemberian NPT sentral :
1. Kateter dipasang pekutan atau melalui vena seksi. Pada BBLSR digunakan kateter
silastik yang paling kecil, yaitu No. 1, 9 F sedangkan untuk bayi yang lebih besar
digunakan No. 2, 7 F. Sebaiknya dihindari penggunaan kateter double lumen yang
lebih besar, karena berhubungan dengan sindroma Vena Cava Superior dan erosi
dinding pembuluh darah.
2. Kateter dapat dimasukkan melalui V. Antekubiti, V. Saphena, V. Jugularis interna
dan eksterna, V. Subkalvia atau yang lebih jarang melalui V. Umbikalis atau
fermoralis. Kateter harus diarahkan sedemikian rupa sehingga ujungnya terletak
pada sambungan antara atrium kanan dan V. Cava superior/inferior.
3. Sebaiknya hindari penggunaan keteter arteri umbikalis untuk infus NPT pada
BBLSR, karena hal ini menimbulkan kerugian berupa insiden trombosis tinggi,
tidak dapat digunakan untuk memperoleh sampel darah, biasanya tidak diberikan
nutrisi enteral selama terpasang kateter arteri umbilikal.
4. Cairan yang diberikan dengan infusion pump melalui penghubung Y atau T, sama
dengan pemberian perifer.
5. Karena tingginya resiko infeksi pada pemberian secara sentral, maka tidak boleh
digunakan untuk pengambilan darah, pemberian obat-obatan maupun transfusi.
6. Semua cairan disiapkan di bagian farmasi.
7. Heparin ditambahkan dengan konsentrasi 0,5 u/ml cairan

Anda mungkin juga menyukai