Akhlak Tasawuf

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai disiplin ilmu, sebagaimana yang dijelaskan oleh ilmuan, tasawuf merupakan
sebuah disiplin agama atau perbaikan akhlak yang berlandasan kuat dengan Al-Qur’an
dan sunah Rasulullah SAW untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Ada beberapa ilmu tasawuf seperti sabar, khanaah, ridho, dan tawakal. Dari keempat
tersebut merupakan pedoman untuk merealisasikan pendekatan diri kita kepada Allah
SWT., sehingga hal tersebut tidak pernah terlepas pada kehidupan sehari-hari manusia
dimasa terdahulu maupun dimasa sekarang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sabar, khanaah, ridhla, dan tawakal?
2. Ciri-ciri orang yang memiliki akhlak sabar, khanaah, ridhla, dan tawakal?
3. Hikmah memiliki akhlak sabar, khanaah, ridhla, dan tawakal?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari sabar, khanaah, ridhla, dan tawakal
2. Mengetahui ciri-ciri orang yang memiliki akhlak sabar, khanaah, ridhla, dan tawakal
3. Mengetahui hikmah memiliki akhlak sabar, khanaah, ridhla, dan tawakal
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sabar, Qana’ah, Ridhla, dan Tawakkal


1). Sabar
Kata “sabar” bermakna mencegah, mengekang, atau menahan. Menurut istilah, sabar
bermakna menahan jiwa dari perasaan cemas, menahan lisan dari berkeluh-kesah dan
menahan anggota tubuh dari kekacauan. Hakikat sabar adalah suatu sikap utama dari
perangai kejiwaan yang dapat menahan perilaku tidak baik dan tidak simpati.
Menurut Ibnu al-Qayyim al-Jauziyah kesabaran pada manusia terbagi empat:
a. Kesabaran anggota badan secara sukarela (badany ikhtiyary), yaitu seperti menggeluti
aktivitas fisik yang berat atas pilihan dan kemauan sendiri.
b. Anggota badan terpaksa (badany dharury), seperti bersabar merasakan sakitnya
dihantam, sakit, penderitaan, kepanasan, kedinginan dan lain lain.
c. Kesabaran jiwa secara sukarela (nafsany ikhtiyari), seperti kesabaran jiwa tidak
melakukan perilaku yang tidak baik dimata syariat akal sehat.
d. Kesabaran jiwa secara terpaksa (nafsany dharury), seperti kesabaran jiwa ketika
dipaksa harus berpisah dengan kekasih oleh suatu sebab.

Faktor-faktor yang mengantarkan kepada sabar antara lain:


a. Menghibur jiwa dengan hal-hal yang diperbolehkan untuk menggantikan bentuk-
bentuk keharaman
b. Berpikir tentang kerusakan-kerusakan duniawi yang akan terjadi sebagai dampak dari
pelampiasan keinginan syahwat
c. Memperhatikan konsumsi makanan
d. Menarik mundur atau mengekang tuntutan, yaitu pandangan mata
e. Merenungkan kejadian-kejadian buruk yang dibawa nafsu yang diketahui secara
umum.
Di antara dasar Al-Quran yang menjelaskan tentang dasar sabar adalah QS. Al-
Baqarah: 45
2). Qana’ah

Qana’ah berasal dari kata qana’ yang berarti menerima dengan cukup dan tidak
meminta minta. Dalam hakekat secara umum, qana’ah berarti meneima dengan ikhlas apa
yang telah diberikan oleh Allah.

Dalam pandangan Hamka, qana’ah mengandung lima perkara pokok, yakni:


a. Menerima dengan rela akan apa yang ada
b. Memohon tambahan yang sepantasnya kepada Allah yang dibarengi dengan usaha
c. Menerima dengan sabar akan ketentuan Allah
d. Bertawakkal kepada Allah
e. Tidak tertarik pada tipu daya dunia1

Qana’ah merupakan modal yang paling teguh untuk menghadapi kehidupan, yang
dapat menimbulkan semangat untuk mencari rizki, dengan tetap memantapkan
pikiran,meneguhkan hati, bertawakkal kepada Allah mengharapkan pertolongan-Nya,
serta tidak putus asa ketika ada keinginan yang tidak berhasil.

3). Ridhla

Kata ridhla berasal dari bahasa Arab berupa kata dasar al-rida (‫ )الرضا‬yang berarti
senang, suka, rela. Sedangkan ridhla dalam istilah adalah kerelaan jiwa manusia terhadap
apa yang menimpanya atau sesuatu yang hilang. Ridhla dilakukan ketika manusia
mendapatkan keburukan namun justru membalas dengan kebaikan atau kesenangan.

Macam-macam ridhla yaitu:


a. Rela terhadap hal-hal yang terkait dengan agama seperti menerima syari’at Islam
berupa perintah dan larangan dari Allah. Dengan kerelaan ini, seseorang dengan
penuh kerelaan mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Allah dan meninggalkan
apa yang dilarang, dan dengan senang hati mengimani apa-apa yang telah ditentukan
oleh Allah.
b. Rela terhadap keadaan diri yang telah ditentukan oleh Allah. Dengan kerelaan ini,
seseorang rela terhadap kondisi kesehatan, status sosial, ekonomi,jenis
kelamin,kebangsaan dan keadaan-keadaan lain yang terkait dengan diri. Manusia
tinggal mensikapinya dengan senang hati

1
Hamka, Tasawuf Modern, hlm. 128-129
Menurut al-Munajjid ada 2 alasan mengapa seseorang menjadi ridhla, yakni: pertama:
menyadari bahwa Allah telah membuat segala sesuatu sebaik-baiknya dengan
menuntaskannya dengan serapi-rapinya. Sehingga kita dapat menerima apa yang telah
menjadi keputusan Allah. Kedua: Allah mengetahui mana yang baik dan apa yang lebih
baik bagi seseorang (al-Munajjid, 2006 305-306).

4). Tawakkal

Tawakkal berasal dari bahasa Arab at-Tawakul yang terbentuk dari kata wakala,
artinya menyerahkan, atau mewakilkan, bersandar kepada dinding. Secara istilah adalah
rasa pasrah hamba kepada Allah yang disertai dengan segala daya dan upaya mematuhi,
setia dan menunaikan segala perintah-Nya.

Orang yang mempunyai sikap tawakkal akan senantiasa bersyukur jika mendapatka
suatu keberhasilan dari usahanya dan menyadari bahwa keberhasilan itu didapatkan
karena kehendak Alah. Sementara itu, jika mengalami kegagalan akan sennatiasa ikhlas
menerima keadaan tanpa putus asa. Tawakkal merupakan gambaran keteguhan hati dalam
menggantungkan diri hanya kepada Allah SWT.2

Menurut Hamka, bahw yang termasuk perilaku tawakkal diantarany ialah berusaha
menghindarkan diri dari kemlaratan, baik yang menimpa diri harta benda, atau
keturunannya; mengunci pintu rumah apabila hendak bepergian; mengobati penyakit
yang dideritanya. Menderita sakit, kepedihan hidup dan kesukaran yang senantiasa
datang bertubi-tubi, dan dihadapinya dengan tawakkal.3

B. Ciri-ciri orang yang memiliki akhlak sabar, khanaah, ridhla, dan tawakal
1) Ciri-ciri orang yang memiliki akhlak sabar

Ciri-ciri orang yang sabar sudah dijelaskan Allah SWT dalam Al-Qur’an.
Sebagaimana firman Allah SWT,

“Dan berapa ramai para nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari
pengikutnya yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah (mental) kerana bencana yang
menimpa di jalan Allah tidak lesu (dalam penampilan), dan tidak menyerah (dalam
aktiviti). Allah menyukai orang-orang yang sabar.” (QS. Ali Imran: 146)

2
Mahjuddin, Kuliah Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia).hlm. 13.
3
Subhi, Muhammad, Tasawuf Modern, (Pemalang: Alrif management). hlm. 48.
Dari ayat 146 surah Ali Imran (seperti di atas), menunjukkan sekurang-kurangnya
terdapat tiga kriteria orang sabar, berikut penjelasannya:
a. Maa Wahanu (Tidak pengecut atau tidak lemah mental)

Apabila berhadapan dengan kesulitan hidup, dia memiliki ‘kontrol diri’. Dia segera
menstabilkan emosi dan mentalnya, sebelum orang lain mengingatkannya. Nasihat
orang lain agar dia bersabar hanya berperanan sebagai ‘faktor tambahan’ bagi stabiliti
dirinya.

b. Dha Ufuu (Tidak lesu dari segi penampilan)

Seseorang yang sabar tidak pernah merasa perlu menampilkan kesedihan atau
kesulitan masalahnya kepada orang lain. Dia pantang menampilkan kelesuan di raut
wajahnya, betapa sulit pun masalah yang dihadapi. Dia sedar betul bahawa tiada
manusia di dunia yang luput dari masalah. Secanggih mana pun seorang pakar
psikiatri atau psikologi dalam menangani masalah orang lain, nescaya dia juga tidak
terlepas dari bebanan masalah. Walaupun mungkin orang sabar harus menampilkan
kelemahan diri, maka dia sampaikan kepada Allah subhanahu wa ta'ala di kesunyian
malam melalui salat (shalat) Tahajud.

c. Mas takaanuu (Tidak menyerah atau tunduk dari segi aktivitas)

Seorang yang sabar sentiasa memelihara ketekunan dan ketahanan dirinya. Dia
sentiasa gigih dalam usaha mencapai sasarannya. Dia seorang yang tak kenal
perkataan putus asa. Tidak ada dalam kamus hidupnya putus harapan. Dia tak mudah
patah semangat apabila berhadapan dengan kegagalan. Dia bukanlah seorang pesimis,
malah selalu memelihara dan mengembangkan sikap optimis dalam hidupnya. Jika dia
menemui kegagalan hari ini, dia akan cuba sekali lagi keesokan harinya. Jika esoknya
dia masih gagal, dia cuba kembali pada hari lusanya. Bila setelah sekian kali menemui
kegagalan, maka dia akan membuat keputusan untuk mengubah usahanya ke bidang
yang lain. Yang pasti dia tak akan pernah memilih untuk duduk diam, tanpa usaha.

2) Ciri-ciri orang yang memiliki akhlak khanaah


a. Menerima dengan rela apa yang ada
b. Memohon kepada Allah SWT suatu tambahan rezeki yang layak dan diiringi
dengan ikhtiyar
c. Menerima dengan sabar akan semua ketentuan Allah SWT
d. Bertawakal kepada Allah SWT
e. Tidak tertarik oleh segala tipu daya yang bersifat duniawi.
3) Ciri-ciri orang yang memiliki akhlak ridhla
a. Sabar dalam melaksanakan kewajiban hingga selesai dengan kesungguhan usaha
atau ikhtiar dan penuh tanggung jawab
b. Senantiasa mengingat Allah SWT dan tetap melaksanakan shalat dengan kusyuk
c. Tidak iri hati atas kekurangan atau kelebihan orang lain dan tidak ria untuk
dikagumi hasil usahanya
d.  Senantiasa bersyukur atau berterima kasih kepada Allah SWT  atas segala nikmat
pemberian-Nya. Hal tersebut  adalah upaya untuk mencapai tingkat tertinggi dalam
perbaikan akhlak
e. Tetap beramal saleh (berbuat baik) kepada sesama sesuai dengan keadaan dan
kemampuan, seperti aktif dalam kegiatan sosial, kerja bakti, dan membantu
orangtua dalam menyelesaikan pekerjaan mereka
f. Menunjukkan kerelaan atau ridha terhadap diri sendiri dan Allah SWT dan  Juga
ridha terhadap kehidupan, terhadap takdir yang berbentuk nikmat maupun musibah,
dan terhadap perolehan rezeki atau karunia Allah SWT.
4) Ciri-ciri orang yang memiliki akhlak tawakal
a. bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan suatu pekerjaan
b. Selalu berdo’a
c. Selalu bersyukur
d. Sabar dalam menghadapi segala cobaan

Anda mungkin juga menyukai