Akhlak Tasawuf
Akhlak Tasawuf
Akhlak Tasawuf
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai disiplin ilmu, sebagaimana yang dijelaskan oleh ilmuan, tasawuf merupakan
sebuah disiplin agama atau perbaikan akhlak yang berlandasan kuat dengan Al-Qur’an
dan sunah Rasulullah SAW untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Ada beberapa ilmu tasawuf seperti sabar, khanaah, ridho, dan tawakal. Dari keempat
tersebut merupakan pedoman untuk merealisasikan pendekatan diri kita kepada Allah
SWT., sehingga hal tersebut tidak pernah terlepas pada kehidupan sehari-hari manusia
dimasa terdahulu maupun dimasa sekarang.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sabar, khanaah, ridhla, dan tawakal?
2. Ciri-ciri orang yang memiliki akhlak sabar, khanaah, ridhla, dan tawakal?
3. Hikmah memiliki akhlak sabar, khanaah, ridhla, dan tawakal?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari sabar, khanaah, ridhla, dan tawakal
2. Mengetahui ciri-ciri orang yang memiliki akhlak sabar, khanaah, ridhla, dan tawakal
3. Mengetahui hikmah memiliki akhlak sabar, khanaah, ridhla, dan tawakal
BAB II
PEMBAHASAN
Qana’ah berasal dari kata qana’ yang berarti menerima dengan cukup dan tidak
meminta minta. Dalam hakekat secara umum, qana’ah berarti meneima dengan ikhlas apa
yang telah diberikan oleh Allah.
Qana’ah merupakan modal yang paling teguh untuk menghadapi kehidupan, yang
dapat menimbulkan semangat untuk mencari rizki, dengan tetap memantapkan
pikiran,meneguhkan hati, bertawakkal kepada Allah mengharapkan pertolongan-Nya,
serta tidak putus asa ketika ada keinginan yang tidak berhasil.
3). Ridhla
Kata ridhla berasal dari bahasa Arab berupa kata dasar al-rida ( )الرضاyang berarti
senang, suka, rela. Sedangkan ridhla dalam istilah adalah kerelaan jiwa manusia terhadap
apa yang menimpanya atau sesuatu yang hilang. Ridhla dilakukan ketika manusia
mendapatkan keburukan namun justru membalas dengan kebaikan atau kesenangan.
1
Hamka, Tasawuf Modern, hlm. 128-129
Menurut al-Munajjid ada 2 alasan mengapa seseorang menjadi ridhla, yakni: pertama:
menyadari bahwa Allah telah membuat segala sesuatu sebaik-baiknya dengan
menuntaskannya dengan serapi-rapinya. Sehingga kita dapat menerima apa yang telah
menjadi keputusan Allah. Kedua: Allah mengetahui mana yang baik dan apa yang lebih
baik bagi seseorang (al-Munajjid, 2006 305-306).
4). Tawakkal
Tawakkal berasal dari bahasa Arab at-Tawakul yang terbentuk dari kata wakala,
artinya menyerahkan, atau mewakilkan, bersandar kepada dinding. Secara istilah adalah
rasa pasrah hamba kepada Allah yang disertai dengan segala daya dan upaya mematuhi,
setia dan menunaikan segala perintah-Nya.
Orang yang mempunyai sikap tawakkal akan senantiasa bersyukur jika mendapatka
suatu keberhasilan dari usahanya dan menyadari bahwa keberhasilan itu didapatkan
karena kehendak Alah. Sementara itu, jika mengalami kegagalan akan sennatiasa ikhlas
menerima keadaan tanpa putus asa. Tawakkal merupakan gambaran keteguhan hati dalam
menggantungkan diri hanya kepada Allah SWT.2
Menurut Hamka, bahw yang termasuk perilaku tawakkal diantarany ialah berusaha
menghindarkan diri dari kemlaratan, baik yang menimpa diri harta benda, atau
keturunannya; mengunci pintu rumah apabila hendak bepergian; mengobati penyakit
yang dideritanya. Menderita sakit, kepedihan hidup dan kesukaran yang senantiasa
datang bertubi-tubi, dan dihadapinya dengan tawakkal.3
B. Ciri-ciri orang yang memiliki akhlak sabar, khanaah, ridhla, dan tawakal
1) Ciri-ciri orang yang memiliki akhlak sabar
Ciri-ciri orang yang sabar sudah dijelaskan Allah SWT dalam Al-Qur’an.
Sebagaimana firman Allah SWT,
“Dan berapa ramai para nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari
pengikutnya yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah (mental) kerana bencana yang
menimpa di jalan Allah tidak lesu (dalam penampilan), dan tidak menyerah (dalam
aktiviti). Allah menyukai orang-orang yang sabar.” (QS. Ali Imran: 146)
2
Mahjuddin, Kuliah Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia).hlm. 13.
3
Subhi, Muhammad, Tasawuf Modern, (Pemalang: Alrif management). hlm. 48.
Dari ayat 146 surah Ali Imran (seperti di atas), menunjukkan sekurang-kurangnya
terdapat tiga kriteria orang sabar, berikut penjelasannya:
a. Maa Wahanu (Tidak pengecut atau tidak lemah mental)
Apabila berhadapan dengan kesulitan hidup, dia memiliki ‘kontrol diri’. Dia segera
menstabilkan emosi dan mentalnya, sebelum orang lain mengingatkannya. Nasihat
orang lain agar dia bersabar hanya berperanan sebagai ‘faktor tambahan’ bagi stabiliti
dirinya.
Seseorang yang sabar tidak pernah merasa perlu menampilkan kesedihan atau
kesulitan masalahnya kepada orang lain. Dia pantang menampilkan kelesuan di raut
wajahnya, betapa sulit pun masalah yang dihadapi. Dia sedar betul bahawa tiada
manusia di dunia yang luput dari masalah. Secanggih mana pun seorang pakar
psikiatri atau psikologi dalam menangani masalah orang lain, nescaya dia juga tidak
terlepas dari bebanan masalah. Walaupun mungkin orang sabar harus menampilkan
kelemahan diri, maka dia sampaikan kepada Allah subhanahu wa ta'ala di kesunyian
malam melalui salat (shalat) Tahajud.
Seorang yang sabar sentiasa memelihara ketekunan dan ketahanan dirinya. Dia
sentiasa gigih dalam usaha mencapai sasarannya. Dia seorang yang tak kenal
perkataan putus asa. Tidak ada dalam kamus hidupnya putus harapan. Dia tak mudah
patah semangat apabila berhadapan dengan kegagalan. Dia bukanlah seorang pesimis,
malah selalu memelihara dan mengembangkan sikap optimis dalam hidupnya. Jika dia
menemui kegagalan hari ini, dia akan cuba sekali lagi keesokan harinya. Jika esoknya
dia masih gagal, dia cuba kembali pada hari lusanya. Bila setelah sekian kali menemui
kegagalan, maka dia akan membuat keputusan untuk mengubah usahanya ke bidang
yang lain. Yang pasti dia tak akan pernah memilih untuk duduk diam, tanpa usaha.