PENDAHULUAN
Lanjut usia didefinisikan sebagai suatu usia yang berkelanjutan dari usia
dewasa dengan mengalami kemunduran fisik ataupun mental sosial yang sedikit
demi sedikit sampai tidak mampu lagi untuk melakukan tugasnya sehari-hari.
Bagi kebanyakan orang, masa usia lanjut ini merupakan masa yang kurang
atau semakin tua, maka semakin mungkin untuk mengalami autoimun dibanding
dengan usia yang lebih muda. Semakin tua maka kemampuan toleransi
jaringan atau organ tubuh manusia akan dianggap sebagai benda asing sehingga
dikenal juga dengan peradangan pada sendi atau rheumatoid artritis (Safitri,
2015).
di seluruh dunia dengan distribusi yang luas, beberapa studi terkini sebagian
memperkirakan angka keseluruhan sekitar 1%. Angka tersebut setara dengan 1,5
juta orang di Inggris (Kneale, 2011). Di Indonesia prevalensi rematik pada tahun
2004 mencapai sekitar 2 juta jiwa, dengan angka perbandingan pasien wanita
tiga kali lipatnya dari laki-laki. Jumlah penderita rematik di Indonesia pada
tubuh berfungsi tidak normal mulai dari benjol-benjol, sendi kaku, sulit berjalan,
serta kecacatan seumur hidup. Aktivitas atau kegiatan sehari-hari akan sangat
seluruh dunia telah mencapai angka 355 juta jiwa, artinya 1 dari 6 orang di dunia
ini menderita rheumatoid artritis. Diperkirakan angka ini terus meningkat hingga
tahun 2025 dengan indikasi lebih dari 25% akan mengalami kelumpuhan. WHO
dimana 5-10% adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% mereka yang
merupakan salah satu penyakit terbanyak yang di derita oleh kaum lansia yaitu
pada tahun 2007 sebanyak 28% dari 4.209.817 lansia menderita penyakit
penyakit rematik mencapai 7.179 kasus di Rumah Sakit dan 33.985 kasus di
artritis yang masuk pada golongan penyakit sendi berdasarkan tanda dan
RISKESDAS tahun 2013 juga didapatkan data bahwa di Jawa Timur prevalensi
terutama adalah keadaan nyeri pada persendian. Hasil penelitian yang dilakukan
persendian kecil, 90% keluhan rheumatoid artritis adalah nyeri sendi dan kaku
molekul IgG. RF ditemukan lebih dari 70% penderita RA. Meskipun demikian,
RF juga ditemukan dalam persentase kecil pada subjek sehat dan hingga 20%
kompleks imun ini pada sendi akan mengaktifkan jalur komplemen klasik, yang
tempat tersebut. Sel-sel ini dapat menyebabkan destruksi jaringan dan juga
keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas dan aktivitas hidup seharihari
tetapi juga efek sistemik yang tidak jelas yang dapat menimbulkan kegagalan
lelah, perubahan citra diri serta gangguan tidur. Dengan demikian hal yang
hidup. Oleh karena itu, diperlukan sebuah pemeriksaan dini yang dapat
secara semi kuantitatif memberikan hasil yang positif atau negative terhadap
a. Manfaat Teoritis
serum pasien.
b. Manfaat praktis
Malang.
Perbedaan
N Tahu Nama Penulis / Sampel,metode,loka
Hasil dengan penelitian
o n Judul si dan variable
ini
1 2019 Meri, Wulan Sampel diambil Pada 4 Usia 55-75 tahun.
Syiri Afrilia/ sampel
RHEUMATOID dengan cara (19,05%) Lokasi Kota
FAKTOR (RF) hasilnya
PADA LANJUT purposive sampling reaktif Malang.
USIA terhadap RF
diambil sebanyak 21 yaitu kode
pasien D, H,
orang berdasarkan P dan S
karena
pada kriteria inklusi keempat
pasien
yaitu : lansia yang tersebut
memiliki
bersedia menjadi kriteria RA
seperti
responden, lansia mengalami
kekakuan.
yang berusia dari 60- Sebanyak 17
sampel
74 tahun (80,95%)
dengan kode
metode Latex Slide pasien A, C,
Test F, G, I, K, L,
M, N, O, Q,
lokasi Tasikmalaya R, dan T
memberiksa
n hasil non
reaktif
karena
pasien
tersebut
tidak
mengalami
RA dengan
kriteria tidak
mengalami
kekakuan di
waktu pagi
2 2018 Reza Yogaswara, Penelitian desain Sebanyak 46 Penetian desain
Rudy Hidayat, potong lintang subjek deskriptif
Muhadi, Ikhwan terhadap pasien AR diikutsertaka kualitatif,auglutina
Rinaldi/ Korelasi dewasa yang berobat n dalam si lateks metode
antara Faktor di Poliklinik penelitian randox FX
Reumatoid dan Reumatologi ini. Sebagian
Vascular Cell RSUPN Cipto besar
Adhesion Mangunkusumo, (95,7%)
Molecule-1 pada Kadar RF dan subjek
Pasien Artritis VCAM-1 dinilai adalah
Reumatoid melalui pemeriksaan perempuan
serum darah dengan dengan
metode ELISA. rerata usia
Korelasi antarkedua 44,43 tahun,
variabel dibuat median lama
dengan analisis sakit 36
korelasi Spearman bulan, dan
menggunakan SPSS sebagian
versi 20.0.. besar
memiliki
derajat
aktivitas
sedang
(52,2%).
sebagian
besar pasien
memiliki RF
positif
(63%).
Korelasi
antara kadar
RF dengan
kadar
VCAM-1
memiliki
kekuatan
korelasi
yang lemah
tetapi tidak
bermakna
secara
statistik
(r=0,264;
p=0,076).
Subjek
dengan RF
positif
memiliki
kadar
VCAM-1
yang lebih
tinggi
(626,89 vs.
540,96
ng/mL).
3 2017 Fera Bawarodi Desain Penelitian ini Hasil Uji Auglutinasi lateks
Julia Rottie menggunakan cross Statistik dengan metode
Reginus Malara/ sectional yaitu Chi-Square randox fx,desain
FAKTOR- dengan data yang test dengan penelitian
FAKTOR menyangkut variabel tingkat deskriptif
YANG bebas atau resiko dan kepercayaan kualitatif dengan
BERHUBUNGA variabel terikat atau 95% (a = variable terikat.
N DENGAN akibat akan 0,05) dan
KEKAMBUHA dikumpulkan dalam diperoleh p
N PENYAKIT waktu bersamaan. value 0,002
REMATIK DI Teknik Pengambilan < 0,05 dan
WILAYAH Sampel 0,004 < 0,05
PUSKESMAS menggunakan dan p value
BEO sampling jenuh / 0,017 <
KABUPATEN total sampling 0,05.
TALAUD dengan jumlah
sampel sebanyak 32
orang
4 2017 DIANA PUTRI Penelitian ini Respon Penelitian
HIDAYATI/ dilakukan di fisiologis dilakukan di UPT
RESPON komunitas wilayah yang banyak puskesmas
FISIOLOGIS kerja Puskesmas dialami oleh pandanwangi kota
PENDERITA kartasura Kabupaten penderita malang,dengan
RHEUMATOID Sukoharjo, rheumatoid metode aulutinasi
ARTHRITIS DI Rheumatoid arthritis, arthritis di lateks metode
KOMUNITAS pengambilan sampel wilayah randox fx
dengan metode quota kerja
sampling. Puskesmas
Pengumpulan data Kartasura
menggunakan adalah nyeri
kuesioner dan dan
analisis data kekakuan
menggunakan sendi dengan
analisis univariat. presentase
(100%).