PERCOBAAN 1
PEMBUATAN DAN STANDARISASI LARUTAN
DOSEN PEMBIMBING: RINNY JELITA, S.T, M.Eng
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK VII (TUJUH)
2019
ABSTRAK
Larutan adalah fase yang homogen dan mengandung lebih dari satu komponen.
Komponen yang terdapat dalam jumlah besar disebut pelarut. Sedangkan komponen yang
lebih kecil disebut zat terlarut. Konsentrasi suatu larutan yaitu sebagai jumlah terlarut
yang ada dalam jumlah pelarut atau terlarut. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk
membuat larutan KOH dan larutan HCL serta pengenceran larutan dan melakukan
standarisasi larutan KOH dengan H2C2O4.Percobaan ini dilakukan pembuatan dan
standarisasi larutan HCL dan KOH. Standarisasi pada percobaan ini menggunakan
metode titrasi asam basa yaitu proses penambahan larutan standar dengan larutan asam.
Titrasi dilakukan menggunakan buret yang diisi suatu larutan dan kemudian diteteskan ke
dalam erlenmeyer yang berisi larutan yang ingin dititrasi.
Hasil dari percobaan ini adalah didapatkan normalitas HCL aktual adalah 0,1496
N dan KOH aktual adalah 0,0915 N. Untuk faktor normalitas HCL sebesar 1,496 dan
untuk faktor normalitas KOH sebesar 0,915. Hasil yang didapatkan dari praktikum ini
dapat dikatakan bahwa pada HCL berhasil karena memiliki kesalahan relatif cukup kecil,
yaitu sebesar 49,6 %. Pada KOH dikatakan berhasil karena memiliki kesalahan relatif
cukup kecil, yaitu sebesar 8,5 %.
I-i
PERCOBAAN 1
PEMBUATAN DAN STANDARISASI LARUTAN
1.1 PENDAHULUAN
I-1
I-2
Unsur atau elemen adalah zat-zat yang tidak dapat diuraikan menjadi zat yang
lebih sederhana oleh reaksi kimia biasa. Jadi unsur merupakan sesuatu yang
paling sederhana yang dapat terbentuk dalam suasana normal di laboratorium.
Unsur juga merupakan bentuk yang paling sederhana dari zat yang secara
langsung dapat dikerjakan di laboratorium. Unsur juga merupakan fungsi sebagai
zat pembangun untuk semua zat-zat kompleks yang akan dijumpai. Mulai dari
garam dapur sampai senyawa protein yang sangat kompleks. Semua zat dibentuk
dari sekumpulanunsur-unsur yang terbatas. Unsur-unsur akan saling bergabung
membentuk senyawa. Sentawa adalah zat yang terdiri dari dua unsur atau lebih
unsur dan untuk masing-masing senyawa individu selalu ada perbandingan massa
yang sama (Brady,1999).
Berdasarkan pelarut, larutan dapat dibagi tiga, yaitu larutan gas, larutan cair,
dan larutan padat. Dalam larutan gas tidsk bsnysk interaksi atau pengaruh suatu
komponen terhadap yang lain, karena partikelnya sangat berjauhan. Dalam larutan
cair antara partikel komponen larutan terdapat interaksi yang relatif kuat. Partikel
zat terlarut bergerak bebas bersama pelarut ke segala arah dalam bejana. Oleh
sebab itu, dua jenis zat terlarut dapat bertabrakan dan menimbulkan reaksi. Reaksi
kimia dapat terjadi dalam larutan cair, contohnya dalam air laut, sungai, dan
dalam organisme. Dalam larutan padat pelarut tidak dapat sebagai medium,
karena partikelnya tidak bergerak kecuali dicairkan. Emas murni bersifat lunak
dan mudah dibengkokan, tetapi apabila dilarutkan logam lain, seperti platina dan
tembaga akan menjadi lebih keras dan kuat (Syukri, 1999).
Berdasarkan banyak jenis zat yang menyusun larutan,dikenal dengan larutan
biner (tersusun dari dua jenis zat): larutan terner (tiga jenis zat penyusunnya)
larutan kuartener (empat jenis zat penyusun) dan seterusnya. Meurut sifat hantaran
listriknya, dikenal dengan laruta elektrolit (larutan yang dapat menghantarkan arus
listrik), dan larutan non elektrolit (larutan yang tidak dapat menghantarkan arus
listrik) sedangkan di tinjau dari kemampuan suatu zat melarut ke dalam sejumlah
pelarut pada suhu tertentu, antara lain (Mulyono, 2006):
I-3
komponen (penyusun) larutan semacam itu adalah suatu cairan sebelum campuran
itu dibuat. Cairan ini disebut medium pelarut (solvent). Zat yang terlarut disebut
zat terlarut (solute) (Keenan, 1999).
Sifat fisika dan kimia natrium hidroksida yaitu memiliki bentuk fisik padatan
tidak berbau, dan berwarna putih. Memiliki berat molekul 40,9 g/mol. Titik
didihnya 1388°C (2530,4°F). Titik lelehnya 323°C (613,4°F), dan natrium
hidroksida mudah larut dalam air dingin. Sifat fisika dan kimia asam klorida yaitu
emiliki bentuk fisik cair, berbau tajam, sedikit berwarna kekuningan terang. Titik
didih asam klorida 108,58°C dan tekanannya 760 mmHg (untuk 31% HCL dalam
air), 83°C dan tekanannya 760 mmHg (untuk 31% HCL dalam air). 50,5°C (untuk
37°C HCl dalam air). Titik lelehnya -62,25°C (-80°F) (20,29% HCL dalam air).
Memiliki tekanan uap 16 Kpa (20°C). Asam klorida larut dalam air dingin , air
panas, dan dietil eter. Sangat reaktif dengan logam-logam, agen pengoksida,
bahan organik, alkali, dan air. Fenolftalin atau yang biasa disebut indikator pp
adalah pewarna yang berperan sebagai asam basa. Perubahan warnanya yaitu
berubah warna dari tidak berwarna dalam larutan asam menjadi berwarna merah
muda dalam larutan basa. Massa molar indikator pp adalah 318,33 g/mol dengan
densitas 1,277 g/cm3 (32°C (90°F). Titik leburnya 258-263°C (496-505°F).
Indikator pp mudah larut dalam air, tidak larut dalam benzena atau heksana dan
sangat mudah larut dalam etanol dan eter. Metil merah adalah indikator warna
yang berubah menjadi merah dalam larutan asam. Metil merah adalah indikator
pH. Berwarna merah pada pH dibawah 4,4 : kuning pada pH 6,2 : dan jingga pada
pH diantaranya. Massa molar metil merah adalah 296,30 g/mol, densitasnya 0,791
g/cm3. Titik lebur metil merah yaitu 179-182°C (354-360°F). Metil merah dapat
larut dalam etanol. Aquadest adalah air murni atau H2O, yaitu air hasil distilasi
atau air hasil penyulingan. H2O hampir tidak mengandung mineral. Warna dari
aquadest bening atau hampir tidak berwarna, tidak reaktif terhadap apapun krena
termasuk pelarut yang sempurna, rasa yang tidak ada atau hambar. Titik didih air
yaitu 100°C (212°F), memiliki tekanan 2,3 Pa, memiliki densitas 0,62 (air). Berat
molekul dari aquadest yaitu 18,02 g/mol. pH aquadest netral yaitu 7
(Sciencelab,2005).
I-5
3. Efek Ion-Sekutu
Sebuah endapan secara umum lebih dapat larut dalam murni dibandingkan di
dalam sebuah larutan yang mengandung satu dari ion-ion endapan (efek ion-
sekutu).
4. Efek Aktivitas
Banyak endapan menunjukkan peningkatan kelarutan dalam larutan-lariutan
yang mengandung ion-ion yang tidak bereaksi secara kimiawi dengan ion-ion
dan endapan. Efek ini dikenal dengan berbagai nama, seperti efek ion aneka,
efek garam, atau efek aktivitas.
5. Efek pH
Kelarutan dari garam, sebuah asam lemah bergantung pada pH larutan tersebut.
6. Efek Hidrolisis
Sebuah pendekatan yang baik jika HA amat lemah dan jika MA tidak terlalu
mudah larut. Harus dicatat bahwa semakin rendah konsentrasi A-, semakin
lengkap reaksi hidrolisis.
7. Hidrolisis Metal
Jika sebuah hidroksida metal terlarut dalam air, sirkulasi ini analog dimana pH
dapat berubah secara nyata.
8. Efek Pembentukan Kompleks
Kelarutan dari sebuah garam yang sedikit larut juga tergantung asas
konsentrasi zat-zat yang membentuk kompleks-kompleks dengan katin garam.
Berdasarkan konsentrasi larutan munculah beberapa satuan, yaitu
(Syukri, 1999).
1. Fraksi Mol (X).
Perbandingan mol salah satu komponen dengan jumlah mol semua
komponen.
nA ...(1.3)
XA =
n A + nB
I-7
2. Kemolaran (M).
Banyaknya mol zat terlarut tiap liter larutan.
mol solute
M= ...(1.4)
liter larutan
3. Kemolalan (m).
Jumlah mol zat terlarut tiap 100 gram pelarut murni.
..
mol solute
M= .(1.5)
kg larutan
4. Kenormalan (N).
Jumlah ekuivalen zat terlarut tiap liter larutan.
gram solute
N=
ekuivalen solute
volume (
= gram/ekuivalen
volume ) ...(1.6)
Rangkaian Alat:
Keterangan :
1. Statif
2. Klem
3. Erlenmeyer 250 mL
1.3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah H2C2O4 0,63
gram, KOH 0,5611 gram, HCl pekat 37% 0,83 mL, akuades, indikator fenolftalein
(pp), dan indikator metil merah.
I-8
I-9
1.3.3.6 Penentuan Faktor Normalitas dari HCl dan KOH yang Telah
distandarisasi
Faktor normalitas dari HCl dan KOH yang telah distadarisasi
dihitung. Jika larutan memiliki faktor normalitas 1 atau mendekati 1, maka
pembuatan larutan telah berhasil.
I-11
HCL 37%
Akuades
Hasil
KOH padat
Akuades
H2C2O4 Padat
Akuades
Hasil
KOH 0,1 N
H2C2O4 0,1 N
-
HCl 0.1 N
KOH 0.1 N
Hasil
Gambar 1.6 Diagram Alir Standarisasi larutan HCL 0,1 N dengan larutan
KOH 0,1 N
1.3.4.6 Penentuan Faktor Normalitas HCL 0,1 N dengan larutan KOH 0,1 N
yang telah Distandarisasi
Hasil
Gambar 1.7 Diagram Alir Penentuan Faktor Normalitas HCL dan KOH
yang telah Distandarisasi
1.4 HASIL DAN PEMBAHASAN
I-16
I-17
Tabel 1.4 Standarisasi Larutan KOH 0,1 N dengan larutan H2C2O4 0,1 N
N Langkah Percobaan Hasil Pengamatan
O
1. Diambil larutan KOH 0,1 N V KOH = 10 mL.
menggunakan pipet volume 10 mL,
lalu dimasukkan ke dalam
erlenmeyer.
2. Ditambahkan indikator fenolftalin 3 tetes, larutan menjadi ungu.
(pp).
3. Diisi buret 50 mL denga larutan V rata-rata = 9,15 mL.
H2C2H4 0,1 N dan dititrasi dengan Larutan menjadi bening.
larutan KOH 0,1 N hingga terjadi
perubahan warna dan diulang 2 kali.
I-18
Tabel 1.5 Standarisasi larutan HCL 0,1 N denga larutan KOH 0,1 N
N Langkah Percobaan Hasil Pengamatan
O
1. Diambil larutan HCL 0,1 B V HCL = 10 mL.
menggunakan pipet volume 10
mL, lalu dimasukkan ke dalam
erlenmeyer 250 mL.
2. Ditambahkan indikator metil 3 tetes.
merah menggunakan pipet tetes. Larutan menjadi merah muda.
3. Diisi buret 50 mL dengan larutan V rata-rata = 16,35 mL.
KOH 0,1 N dan dititrasi hingga Larutan menjadi bening keruh.
terjadi perubahan warna dan
diulang sebanyak 2 kali.
1.4.2 Pembahasan
Percobaan ini menggunakan metode titrasi. Mengunakan bahan
HCl, KOH, dan H2C2O4. Pembuatan larutan HCl yaitu mengencerkan HCl 0.1 N
yang dimaksudkan untuk menurunkan konsentrasinya agar dalam proses titrasi
asam-basa nanti tidak memerlukan waktu yang lama dan jumlah titran yang
digunakan juga tidak terlalu banyak. Hal ini akan memudahkan dalam hasil
perhitungan dari data yang didapat. Proses pembuatan HCl 0.1 N berlansung
secara eksotermik. Reaksi ini merupakan reaksi eksotermik karena ketika
dirasakan suhunya terasa hangat. Reaksi eksotermik menurut (Atkins, 1994)
adalah proses pelepasan energi sebagai kalor. Reaksi yang terjadi dalam
pembuatan larutan HCl 0.1 N sebagai berikut :
Reaksi ini terjadi yang mana HCl pekat ditambahkan dengan akuades. Maka pada
saat itu, HCl pekat terionisasi sempurna dan menghasilkan HCl encer. HCl atau
asam klorida merupakan asam kuat.
Pembuatan larutan KOH dengan melarutkan padatan KOH dengan
sedikit akuades. Hal ini bertujuan agar ketika melakukan pengadukan akan
I-19
Reaksi di atas menunjukkan temperatur dari campuran reaksi akam naik dan
energi potensial dari zat-zat tersebut turun. Naiknya temperatur campuran karena
adanya gaya tarik-menarik antara molekul KOH dengan akuades saat reaksi.
Kelarutan dalam sebuah pencampuran larutan juga dipengaruhi dan bergantung
terhadap asas konsentrasi zat-zat yang membentuk kompleks-kompleks dengan
bahan pelarut (Day dan Underwood, 1999).
Pembuatan larutan H2C2O4 dengan melarutkan padatan H2C2O4 dengan
akuades. Tujuannya adalah untuk mempermudah kelarutan padatan dalam
akuades dan menjadi homogeny. Larutan H2C2O4 terionisasi sempurna dan
warnanya menjadi bening. Reaksi ini merupakan reaksi yang menjadikan larutan
terasa sedikit panas atau hangat. Kebanyakan larutan meningkat kelarutannya
sejalan dengan peningkatan temperaturnya (Day dan Underwood, 1999). Reaksi
yang terjadi dalam pembuatan larutan H2C2O4 sebagai berikut :
Reaksi yang terjadi antara padatan H2C2O4 yang ditambahkan akuades, pada
pembuatan larutan berfungsi agar molekul-molekul reaktan terurai, sehingga
jumlah partikel yang bereaksi semakin banyak dan dapat bereaksi dengan
senyawa lain secara sempurna.
Proses standarisasi KOH 0,1 N dengan larutan H2C2O4 0,1 N. Larutan
KOH 0,1 N ditetesi indikator fenolftalin (PP) sebanyak 3 tetes. Indikator (PP)
sering digunakan sebagai indicator dalam titrasi asam-basa, trayek pH yang
dimiliki indikator (PP) yaitu 8,3-10,0. Perubahan warnanya yaitu berubah warna
I-20
dari tidak berwarna dalam larutan asam menjadi berwarna merah muda dalam
larutan basa. Yang menandai keadaan basa yaitu larutan KOH 0,1 N yang
merupakan titrat berubah warna dari bening menjadi merah muda keunguan
setelah ditambahkan indicator (PP), disebabkan karena KOH bersifat basa.
Volume awal larutan KOH 0,1 N sebanyak 10 ml dan volume awal H 2C2O4 0,1 N
sebanyak 50 mL. Larutan KOH 0,1 N dititrasi dengan larutan H 2C2O4 0,1 N
sampai warna titran berubah menjadi bening. Hal ini dikarenakan larutan titran
telah mencapai titik ekuivalennya. Volume rata-rata H 2C2O4 yang digunakan
untuk mentitrasi KOH adalah sebesar 9,15 mL. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut :
Titik ekuivalen itu sendiri merupakan titik dimana jumlah titran sama dengan
jumlah zat yang akan diidentifikasi. Reaksi yang terjadi antara larutan KOH 0,1 N
dengan larutan H2C2O4 0,1 N akan menghasilkan larutan K2C2O4 dan H2O dengan
KOH sebagai titrat dan H2C2O4 sebagai titran.
Percobaan standarisasi larutan HCl 0,1 N sebagai titrat dengan larutan
KOH 0,1 N sebagai titran, dilakukan dengan menitrasi pada larutan HCl 0,1 N
yang mula-mula ditetesi indikator metil merah sebanyak 3 tetes. Penggunaan
indikator metil merah untuk menandai keadaan netral, karena larutan indikator
metil merah dapat membedakan antara larutan asam dengan larutan netral.
Indikator metil merah yaitu indicator warna yang berubah menjadi merah pada
larutan asam. Indikator metil merah mempunyai trayek pH 4,2-6,8, sehingga
dengan kisaran pH tersebut sesuai dengan larutan untuk suasana asam. Volume
awal larutan HCl 0,1 N adalah sebanyak 10 ml dan volume awal larutan KOH 0,1
N adalah sebanyak 50 mL. Pada saat larutan HCl dititrasi dengan larutan KOH,
warna larutan HCl yang mulanya berwarna merah muda bening berubah menjadi
bening keruh, dikarenakan larutan telah mencapai titik ekuivalennya. Volume
rata-rata larutan KOH yang digunakan untuk mentitrasi HCl 0,1 N adalah sebesar
16,35 mL. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
I-21
Reaksi terebut terdapat HCl dan KOH sebagai reaktan serta KCl dan H 2O
sebagaai produk. Dari reaksi tersebut menghasilkan garam KCl dan sejumlah uap
air (H2O). Percobaan ini menggunakan HCl sebagai titrat dan KOH sebagai titran.
Saat penentuan konsentrasi larutan HCl dan larutan KOH didapatkan nilai
normalitas HCl aktual sebesar 0,1496 N, dan nilai normalitas KOH aktual sebesar
0,0915 N. Nilai tersebut didapat tidak lepas dari larutan yang menjadi larutan
baku primer yaitu larutan KOH dan yang menjadi larutan baku sekunder yaitu
larutan HCl. Adapun syarat untuk suatu larutan dijadikan sebagai larutan baku
primer yaitu zat harus tidak berubah berat dalam menimbang di udara yang mana
dikarenakan zat tersebut juga harus mudah larut dalam pelarutnya. Syarat untuk
suatu larutan dijadikan sebagai larutan baku sekunder yaitu derajat kemurnian
lebih rendah daripada larutan baku primer, mempunyai berat ekuivalen yang
tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan, larutan baku primer sedapat
mungkin mempunyai rentang antara berat molekul dari larutan baku primer lebih
besar daripada larutan baku sekunder. Jika rentang berat molekulnya terlalu kecil
atau dekat memungkinkan membuat penentuan konsentrasi dari larutan baku
sekunder menjadi kurang akurat.
Saat penentuan konsentrasi larutan KOH dengan larutan HCl didapat
faktor normalitas HCl sebesar 1,496 dan faktor normlitas KOH sebesar 0,915.
Dari faktor normalitas yang didapat sehingga dapat menentukan persentase
kesalahan yaitu sebesar 8,5% untuk KOH dan 49% untuk HCl. Perhitungan ini
didapat dari rumus persentase kesalahan dan penentuan faktor normalitas.
Faktor yang mempengaruhi pembuatan larutan antara lain temperature,
pemilihan pelarut, efek ion sekutu, hidrolisis, efek pembentukan kompleks, dan
efek pH. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi persentase kesalahan
dalam pembuatan dan standarisasi larutan diantaranya adalah kesalahan dalam
menentukan titik akhir titrasi yaitu konsentrasi analit dan titran dimana makin
besar konsentrasinya maka perubahan pH dalam daerah titik ekuivalen makin
I-22
besar, kekuatan asam lemah atau basa lemah yaitu kesempurnaan reaksi pada
asam atau basa lemah dengan basa atau asam kuat ditentukan oleh harga Ka dan
Kb analit dan pemilihan indikator dimana indikator yang digunakan perubahan
pHnya harus berada pada daerah pH titik ekuivalen (Day dan Underwood, 1999).
1.5 PENUTUP
1.5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah penentuan
konsentrasi larutan HCl 0,1 N dengan larutan KOH 0,1 N pada standarisasi
larutan didapatkan normalitas aktual HCl sebesar 0,1496 N dan pada konsentrasi
larutan KOH 0,1 N didapatkan normalitas aktual sebesar 0,0915 N. Pada
penentuan faktor normalitas HCl sebesar 1,496 dan faktor normalitas KOH
sebesar 0,915.
1.5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada percobaan ini adalah sebaiknya untuk
percobaan selanjutnya dapat menggunakan bahan lain seperti K2Cr2O7 dengan
AgNO3. Perbedaan berat molekul kedua bahan yang cukup jauh yaitu K 2Cr2O4
memiliki berat molekul 294,185 gram/mol sedangkan berat AgNO3 sebesar
169,87 gram/mol. Sehingga K2Cr2O4 cocok sebagai larutan baku primer dan
AgNO3 cocok sebagai larutan baku sekundernya.
I-23
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W. 1994. Kimia Fisika. (Diterjemahkan oleh Dra. Irma dan
Kartohadiprojo, I.). Edisi 4. Erlangga. Jakarta.
Brady, J.E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur Jilid 1. Binarupa Aksara.
Jakarta.
Day, R.A dan Underwood, A.L. 1999. Analisis Kimia Kualitatif. Erlangga.
Jakarta.
Sunarya, Yahya dan Setiabudi, Agus. 2007. Murah dan Aktif Belajar Kimia. PT.
Setia Purna Invers. Bandung.
DP. 1-1
DP. I-2
kg
36,5 X 0,1 N X 0,1 L
mol
=
kg
1 X 1,179 X 0,37
mol
= 0,83 mL
g
56,11 x 0,1 N x 0,1 L
= mol
1
= 0,56 gram
LP. I-1
DP. I-2
g
126,07 x 0,1 N x 0,1 L
= mol
2
= 0,63 gram
Diketahui : V1 H2C2O4 = 9 mL
V2 H2C2O4 = 9,13 mL
Ditanya : Vrata-rata H2C2O4...?
Jawab :
V 1+ v 2
Vrata-rata H2C2O4 =
2
9 mL+ 9,13mL
=
2
= 9,15 mL
V 1+ v 2
Vrata-rata KOH =
2
16,2mL +16,5 mL
=
2
= 16,35 mL
N H 2 C 2O 4 x V H 2 C 2 O 4
N KOH aktual =
V NaOH
0,1 N x 9,15 mL
=
10 mL
= 0,0915 N
LP. I-3
= 0,1496 N