Anda di halaman 1dari 22

SINERGI UNTUK MENCAPAI KEMAKMURAN BANGSA

DALAM PENDIDIKAN

Disusun oleh:

Izzudin Natsir 19215044 2015


Deo Fernando 19218012 2018
Muhammd Ridwan Zaelani 19218045 2018
Marlita Rexa Lestari 19218057 2018
Muhammad Dzaki Dzaidan 19218059 2018
Novita Hastuti Zen 19218076 2018

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG


BANDUNG
2020
DAFTAR ISI

Daftar Isi ……………………………………………………………………….. i


BAB I …………………………………………………………………………….1
Pendahuluan …………………………………………………………………...1
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………..1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………….…………...2
1.3 Tujuan …………………………………………………………..…………..2
BAB II ……………………………………………………………………………3
Pembahasan …………………………………………………………………...3
2.1 Arti Pentahelix ………………………………………………….…………..3
2.2 Alasan pentingnya peran Pentahelix dalam Pendidikan……………….5
2.3 Program yang bisa dilakukan oleh setiap sektor …………..…………...
2.3.1 Political Power …………………………………………………………...
2.3.2 Knowledge Power ………………………………………….…………...
2.3.3 Media Power ………………………………………………..…………...
2.3.4 Private/ Industrial Power …………………………………..…………...
BAB III …………………………………………………………………………...
Penutup …………………………………………………………………………
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………….
3.2 Rekomendasi ……………………………………………………………….
Daftar Pustaka …………………………………………………………………
Data Penyusun ………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan salah satu pilar bagi kemajuan dan
kemakmuran bangsa. Nelson Mandela bahkan pernah mengatakan
bahwa pendidikan merupakan cara yang paling ampuh dalam memutus
rantai kemiskinan. Majunya pendidikan suatu bangsa, akan secara
otomatis meningkatkan indeks pembangunan manusia serta melahirkan
tenaga kerja yang mempunyai skill sehingga meningkatkan perekonomian
negara.
Bangsa Indonesia sendiri, jelas secara tegas memperjuangkan
pendidikan bagi setiap warga negara sebagaimana tertuang dalam
pembukaan UUD 1945 dimana tertulis salah satu tujuan bangsa
Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Tidak hanya itu, pasal
31 ayat 1 sampai dengan 5 jelas sekali tercantum bahwa setiap warga
negara berhak memperoleh pendidikan.
Namun, permasalahan
pendidikan yang terjadi di Indonesia hari ini semakin kompleks. Mulai dari
kurang meratanya persebaran guru, fasilitas serta jumlah sekolah yang
belum mumpuni, tingginya angka putus sekolah, serta rendahnya kualitas
pendidikan Indonesia dari segi kurikulum.
Berbicara mengenai guru,masih banyak daerah terpencil yang tidak
punya guru sama sekali. Namun sebaliknya, di perkotaan malah banyak
dari lulusan ilmu keguruan yang menganggur atau bekerja di sektor lain
seperti perbankan. Kemudian perihal jumlah dan fasilitas sekolah, kita
yang ada di wilayah perkotaaan mungkin tidak memandang hal ini sebagai
sebuah masalah, akan tetapi warga negara Indonesia yang berada di
perbatasan atau pun di pulau terpencil tidak bisa menikmati akses ini

9
karena satu dan banyak hal padahal mereka punya hak atas ini sebagai
warga negara.
Permasalahan pendidikan Indonesia tidak hanya terletak di daerah
terpencil saja yang masih berjuang terhadap permasalahan klasik.
Masyarakat kota atau daerah yang sudah baik pendidikannya juga
mempunyai masalah dengan rendahnya kualitas dari pendidikan tersebut.
Untuk di tingkat Asia tenggara saja, Indonesia masih tertinggal dengan
Vietnam padahal dari segi anggaran Indonesia jauh lebih unggul.
Untuk menyelesaikan permasalahan ini, tidak hanya cukup dengan
peran pemerintah saja. Perlu adanya kolaborasi berbagai sektor untuk
memberikan kembali hak warga negara dalam pendidikan yang
berkualitas serta merata bagi seluruh warga negara. Kolaborasi yang kami
maksud adalah kolaborasi pentahelix dimana terdiri dari Pemerintah,
akademisi, media, pengusaha masyarakat atau komunitas.

1.2 Rumusan Masalah ( ketentuan bersama)


a. Apa pengertian 'pentahelix' ?
b. Bagaimana peran ‘pentahelix' dalam Pendidikan ?
c. Apa peran yang dapat dilakukan oleh setiap sektor
pentahelix terhadap bidang pendidikan?
1.3 Tujuan dan Manfaat penelitian
a. Untuk mengetahui peran dari sektor pentahelix dalam
membangun pendidikan Indonesia
b. Sebagai rekomendasi bagi pendidikan Indonesia
c. Untuk menambah wawasan penulis
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Arti dan peran Pentahelix


Pentahelix atau yang disebut lima komposisi utama atau
pemangku kepentingan yang saling keterkaitan untuk pemecahan banyak
masalah serta perkembangan dalam sebuah tujuan. Penta Helix terdiri
dari lima pemangku kekuasaan yang terdiri dari Pemerintah, Akademisi,
Masyarakat atau Komunitas, Media, dan Pengusaha. The model is very
useful for multi stakeholder problem areas where stakeholders represent a
range of interests on a site or problem. Penta helix (Lindmark, Sturesson
& Roos, 2009: 24).
Penta Helix sendiri adalah sebuah kelanjutan dari konsep
sebelumnya yaitu triple helix dimana Penta Helix ini melibatkan berbagai
elemen masyarakat untuk mewujudkan sebuah inovasi serta pemecahan
masalah. Dalam konsep ini sendiri bertujuan untuk menciptakan sebuah
sinergi dari beberapa unsur sumber daya.
Model suatu hubungan dalam jurnal karya Mohr dan Spekman
pada Tahun 1994 digunakan untuk menjelaskan model kerja sama
Pentahelix antara para pemegang kuasa, diantaranya :
1. Atribut (attribute)
2. Perilaku Komunikasi (communication behavior)
3. Teknik Resolusi Konflik (conflict resolution techniques)

'Pentahelix' ini terdiri dari beberapa unsur pemangku kekuasaan


dan kekuatan dalam masyarakat dimana suatu unsur satu dengan yang
lain jika saling terhubung dan saling membantu dapat menciptakan
sebuah hubungan yang sangat baik dan bisa menjadi sebuah pemecahan
masalah.

9
Seperti hal nya dalam sektor pariwisata, pariwisata dalam sebuah
daerah jika hanya unsur masyarakat dan pebisnis saja yang
mengembangkan hal tersebut tanpa ada unsur pemerintah atau media ,
sektor pariwisata tersebut dapat di cap pariwisata illegal atau jika semua
keempat unsur tersebut ada dan satu unsur tidak ada seperti media yang
mempublikasi, pariwisata tersebut tidak akan dikenal oleh target
wisatawan.
Sama hal nya dengan pendidikan, menciptakan sebuah lingkungan
tanpa ada satu unsur dapat terjadi ketidak seimbangan seperti contoh jika
sebuah lembaga pendidikan di pelosok sangat terbelakang dan
membutuhkan pemerintah untuk meminta bantuan tanpa adanya media,
hal tersebut mungkin tidak akan tersampaikan langsung kepada
pemerintah. Atau pun jika lembaga pendidikan diselenggarakan oleh
pemerintah tanpa adanya sasaran masyarakat lembaga pendidikan itu
pun tidak akan bisa berjalan.
Pentingnya satu unsur dengan unsur yang lain untuk menciptakan
suatu kesinambungan beberapa elemen agar menciptakan sebuah
ketercapaian yang maksimal.

2.2 Alasan pentingnya peran Pentahelix dalam Pendidikan

Indonesia adalah negara berkembang yang masih


mengalami berbagai proses pembangunan. Di sektor pendidikan,
Indonesia masih kurang mengembangkan SDM yang dimiliki masyarakat.
Sistem pendidikan di Indonesia selalu disesuaikan dengan kondisi politik
dan birokrasi yang ada. Padahal yang lebih penting dalam pendidikan
adalah bagaimana pelaksanaan di lapangan, termasuk kurangnya
pemerataan pendidikan, terutama di daerah tertinggal. Permasalahan itu
antara lain mengenai keterbatasan daya tampung, kerusakan sarana
prasarana, kurangnya tenaga pengajar, proses pembelajaran yang
konvensional, dan keterbatasan anggaran.
Pemerataan pendidikan berkenaan dengan seberapa luas
pendidikan telah menjangkau seluruh warga negara. Indikator pemerataan
pendidikan dapat dilihat dari jumlah sekolah berpenduduk usia sekolah,
jumlah guru, jumlah siswa per sekolah, jumlah putus sekolah serta jumlah
buta huruf (Riant Nugroho, 2008: 14).
Menurut studi Coleman dalam bukunya Equality of
Education Opportunity secara konsepsional konsep pemerataan yaitu
pemerataan pasif dan pemerataan aktif. Pemerataan pasif adalah
pemerataan yg lebih menekankan pada kesamaan memperoleh
kesempatan untuk mendaftar di sekolah, sedangkan pemerataan aktif
bermakna kesamaan dalam memberi kesempatan kepada murid-murid
terdaftar agar memperoleh hasil belajar setinggi-tingginya. (Ace Suryadi
dan H.A.R Tilaar, 1993: 31).
Pendidikan di Indonesia sampai saat ini masih menjadi
persoalan kompleks yang belum juga menemukan solusi tepat menuju ke
arah yang lebih baik. Saat ini persoalan pendidikan masih menjadi bahan
perdebatan yang tak kunjung selesai bagi para ahli pendidikan.
Pemerintah telah berupaya dengan berbagai cara untuk memajukan
pendidikan di Indonesia masih tertinggal jauh dari negara lain. Banyak
persoalan pendidikan yang dihadapi di Indonesia.
Dalam penyelesaian isu strategis pendidikan ini, perlu adanya
dukungan oleh semua elemen yang ada. Mustahil jika hal ini dilakukan
oleh satu pihak saja. Dengan ini kami mengusung konsep ‘Pentahelix’
dimana unsur pemerintah yg mempunyai political power, masyarakat atau
komunitas sebagai social power, akademisi sebagai knowledge power,
pengusaha, dan media bersatu membangun kebersamaan dalam
mewujudkan pemerataan pendidikan di Indonesia.
Kolaborasi menggunakan konsep ‘Pentahelix’ tentu bukan satu-
satunya cara untuk mengelola permasalahan ini. Namun sejauh ini, model
partisipasi yang meluas dan mengaktifkan seluruh elemen yang ada,
berpeluang lebih bisa memberikan solusi ketimbang setiap pihak bekerja

9
sendiri-sendiri. Dengan berkolaborasi kita bisa bekerja lebih efektif dan
efisien. Karena setiap masalah akan dipotret menggunakan cara pandang
lebih komprehensif dan holistik.

2.3 Program yang bisa dilakukan oleh setiap sektor

2.3.1 Political Power

Political Power melambangkan sumbu pemerintah sebagai


agen perubahan utama karena mempunyai dampak dan hubungan
langsung terhadap pengambilan keputusan, terutama yang berhubungan
langsung dengan pendidikan. Dalam kasus ini badan pemerintahan yang
bertanggung jawab secara langsung adalah Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, yang dalam program kerjanya sudah merumuskan mulai
dari alokasi dana hingga pengaplikasiannya di lapangan secara langsung.
Masalah yang dapat diselesaikan dalam melingkupi pemerataan kualitas
pendidikan, pengadaan fasilitas pendidikan hingga bantuan dana
pendidikan bagi masyarakat yang memenuhi syarat membutuhkan.
Pembangunan pendidikan yang berkelanjutan membutuhkan
pertimbangan link and match yang mana menjadi salah satu kunci utama
dalam pembangunan yang baik. Artinya keterkaitan dan sinergitas antara
pemerintah pusat (top down planning) dan pemerintah daerah (bottom up
planning) menjadi krusial agar terjadinya otonomi kekuasaan yang merata
dan efektif.
Dari sana arah pertumbuhan pendidikan harus mengarah kepada
standarisasi fasilitas dan sarana prasarana pendidikan di taraf daerah itu
sendiri. Upaya-upaya seperti pemberian dana langsung maupun
standarisasi tenaga pendidik dan penyebarannya yang merata menjadi
kunci kesuksesan usaha tersebut. Tenaga pendidik yang berkompetensi
dan mempunyai keahlian dalam menyampaikan materi menjadi salah satu
fokus krusial sejak penyampaian ilmu bermula dari sudut pandang guru itu
sendiri. Selain itu penyerapan pendidikan tinggi juga merupakan hal yang
perlu diperhatikan karena penyerapan tenaga kerja menjadi proyeksi
masa depan yang juga perlu diperhatikan demi kesejahteraan masyarakat
itu sendiri.

2.3.2 Social Power

Albert H. Yee dan Joseph Y.S. Cheng melakukan penelitian pada


tahun 1977 mengenai perkembangan anak di Hongkong dan Amerika dan
kaitannya dengan Pembelajaran Sepanjang Hayat. Penelitian dilakukan
berdasarkan teori perkembangan anak sosio-kultural Erikson. Dari 8 tahap
perkembangan teori Erikson, difokuskan 3 tahap yaitu tahap awal, remaja,
dan masa tua.
Pada tahap awal anak mengembangkan perasaan percaya atau
tidak percaya terhadap orang lain. Tahap ini sangat dipengaruhi sikap
keluarga terdekat, keluarga yang penuh kasih sayang akan membuat
anak lebih mudah mempercayai orang lain sedangkan keluarga yang tidak
akur akan membuat anak sulit mempercayai orang lain. Sikap ini akan
mempengaruhi pergaulan anak di masa depan, termasuk dalam hal
pendidikan yang mengharuskan anak untuk mampu berkomunikasi dan
bekerjasama dengan pelajar lainnya, pengajar, serta orang-orang yang
lebih berpengalaman.
Pada tahap remaja anak mengembangkan identitas dirinya, yang
bila gagal dapat mengarah pada rasa kebingungan akan peran di
masyarakat. Pada tahap ini peran keluarga, lembaga pendidikan, agama
dan budaya akan mempengaruhi identitas diri seorang anak.
Di Hongkong, lembaga keluarga memiliki tanggung jawab penuh
terhadap masa depan anaknya, oleh karena itu menaruh harapan tinggi
terhadap pendidikan anaknya, dan ikut menentukan proses

9
pendidikannya. Sementara itu lembaga sekolah hanya memiliki jalur linier
dan tidak banyak memberi pilihan. Secara aspek kultural, agama Konfucu
berpengaruh kuat terhadap perilaku dan sikap terhadap pendidikan.
Beda dengan di Hongkong, lembaga keluarga Amerika lebih
memberi kebebasan pada anaknya untuk memilih dan menentukan masa
depannya sendiri, dan sistem pendidikannya lebih banyak memberi pilihan
pengembangan karir. Agama ini memiliki filosofi bahwa kebijaksanaan dan
pengetahuan dapat dimiliki oleh semua orang yang mau mencarinya.
Pada masa tua, perkembangan individu akan mengarah kepada
kepuasan atau kekecewaan. Peran masyarakat adalah menjaga supaya
individu yang mengalami kekecewaan tidak berputus asa dan menjadikan
setiap kesalahan dalam hidupnya sebagai pembelajaran yang diteruskan
kepada generasi berikutnya.
Proses pendidikan yang berlangsung sepanjang hayat ini
berkesesuaian dengan UU No. 20 Tahun 2003 mengenai sistem nasional
pendidikan Indonesia yang mencakup pendidikan formal, non-formal dan
informal untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan informal yaitu keluarga dan lingkungan masyarakat
menjadi sangat penting untuk menjaga motivasi belajar anak dan
kepribadian yang baik di daerah terbelakang dimana prioritas bersekolah
masih kalah dengan prioritas untuk mengisi perut. Meyakinkan bahwa
pendidikan adalah pintu gerbang ke dalam kehidupan yang makmur.

2.3.3 Knowledge Power

Knowledge disini diartikan sebagai kekuatan kaum akademis atau


kaum peneliti yang mengembangkan teori baru ataupun metode baru
dalam menjalankan proses pendidikan. Dalam perihal ini tentu banyak
benchmark ataupun contoh yang dapat dijadikan tolak ukur dalam
memajukan pendidikan itu sendiri. Dalam hal ini banyak negara di dunia
yang berlomba mencari studi banding, dan kebanyakan negara berakhir
pada pilihan Norwegia sebagai tujuan studi banding mereka. Para ahli dan
peneliti pendidikan norwegia selama bertahun-tahun mengembangkan
sistem pendidikan yang paling efektif dalam proses internalisasi
pendidikan tersebut. Pada setiap jenjang, Norwegia mempunyai
pendekatan dan karakter yang berbeda dari jenjang lainnya. Rinciannya
adalah sebagai berikut:
● Barneskole (Sekolah Dasar)
Mereka memulai Sekolah Dasar pada usia 6 tahun, dan sistem pendidikan
mereka menitik beratkan pada kemampuan bersosial dan kemampuan
praktis dasar lain yang mendukung proses pendidikan kedepannya
● Ungdomsskole (Sekolah Menengah Pertama)
Tahap ini dimulai pada usia 12 tahun, dan pada tahap ini anak dituntut
untuk memiliki fokus studi mereka masing-masing. Mereka diminta untuk
menemukan minat studi mereka dan bertanggung jawab atas pilihan
mereka masing-masing. Mereka diminta untuk mengenali ranah
pembelajaran sesuai minat mereka masing-masing dan
mengalokasikannya ke tahap Sekolah Menengah Atas
● Videregaende (Sekolah Menengah Atas)
Dalam tahap ini para murid telah disiapkan secara langsung untuk terjun
ke dunia professional. Dalam tahap ini mereka dihadapkan langsung oleh
tanggung jawab dan lingkup dunia kerja.
Dari penjelasan tingkat pendidikan di atas dapat diambil konklusi
bahwa sistem pendidikan yang efektif dan berdampak adalah yang
menyesuaikan pada kebutuhan pertumbuhan pada setiap jenjang.
Pendekatan ini yang sebaiknya digunakan sebagai tolak ukur
pengembangan sistem pendidikan yang dibebani kepada kaum akademis.
Namun terlebih dari itu, pengembangan sistem pendidikan sebaiknya juga

9
menggunakan sudut pandang lokal yang mana peneliti melakukan
assessment terhadap perilaku dan kebiasaan pelajar Indonesia itu sendiri
Maka dari itu, peran kaum Akademis yang paling signifikan adalah
membantu pihak political power (pemerintah) dalam menemukan teori
maupun metode yang paling pas dalam mengembangkan sistem
pendidikan dalam konteks Indonesia yang berwawasan global.
2.3.4 Media Power

Selain sistem pendidikan, manusia modern memiliki akses sangat


dekat akan informasi media massa yang sangat banyak jumlahnya.
Karakteristik media massa modern tersebut menjadikannya alat yang
sangat efektif dalam pembentukan pola pikir dan kebudayaan. Media
massa menyajikan konten berupa informasi berita kejadian, hiburan,
keilmuan, dan komersial.
Untuk mengetahui peran media massa dalam pembaharuan
pendidikan di daerah terbelakang, perlu diketahui dulu bagaimana media
massa bertahan hidup sehingga diketahui prioritas yang dimiliki
perusahaan media massa. Perusahaan media massa besar membuat
konten yang diminati masyarakat luas dengan harapan menarik
perusahaan layanan dan produk untuk menyiarkan iklan melalui media
massanya. Sehingga prioritas perusahaan media massa adalah membuat
konten yang menarik sebanyak-banyak massa dan mampu bertahan
untuk waktu yang lama. Untuk menjaga aliran uang yang stabil
memastikan keberlangsungan perusahaan.
Oleh karena itu konten berupa hiburan menjadi mayoritas media
massa di hampir seluruh belahan dunia, termasuk Indonesia. Masyarakat
lebih memilih hiburan untuk beristirahat dari pekerjaan bagi orang-orang
dewasa, dan beristirahat dari aktivitas lembaga pembelajaran bagi anak-
anak dan remaja.
Sedangkan untuk konten pendidikan keilmuan maupun akhlak
hanya menjadi minoritas. Karena kurangnya peminat disebabkan konten
seperti ini tidak memenuhi tujuan konsumen media massa untuk
beristirahat dari kegiatan pekerjaan dan lembaga pendidikannya. Mungkin
ada kesalahan pola pikir yang tertanam tentang pendidikan dan pekerjaan
sebagai sekedar kewajiban yang dipaksakan, bukan sebagai kegiatan
yang dapat dinikmati.
Media massa dengan jangkauannya yang luas dan akses yang
relatif mudah untuk sebagian besar wilayah di Indonesia berpotensi untuk
menjadi alat pembantu utama pembentukan pola pikir dan media
penyaluran konten pendidikan yang setara dengan kota-kota besar di
Indonesia maupun dunia.
Perlu ditemukan solusi untuk menjadikan pekerjaan dan aktivitas di
lembaga pendidikan menjadi aktivitas yang menyenangkan bukan sebagai
kewajiban yang dirasa dipaksakan. Sehingga konten pendidikan menjadi
hal yang menarik bagi masyarakat dan perusahaan media massa
berkenan untuk menampilkannya sebagai umpan bagi para pengiklan.

2.3.5 Private/Industrial Power

Perlunya keterpaduan di antara pihak-pihak yang berkepentingan


dalam memacu pertumbuhan pendidikan di Indonesia ke arah yang
lebih baik, dalam arti meningkatkan daya serap usia didik untuk
mengikuti pendidikan guna meningkatkan kualitas bangsa Indonesia di
masa-masa mendatang.
Peran yayasan atau pihak swasta dalam mengelola
penyelenggaraan pendidikan swasta sangat banyak antara lain: (1)
Mempercayakan pengelolaan pelaksanaan praktek pendidikan terbaik
pada kepala sekolah dan guru, (2) Menjadi pihak yang memikirkan
pengembangan dan menentukan arah dari pengembangan sekolah yang
kemudian di konsultasikan saat rapat dengan komite sekolah (Penentu
visi, orientasi, platform program dan kebijakan dasar sekolah), (3)

9
Memberikan perhatian pada upaya pemberian kesempatan pada siswa
berprestasi bisa lewat pemberian beasiswa dan lain sebagainya, (5)
Memberikan support pada upaya sekolah memajukan diri lewat Teknologi
Informasi atau sarana prasarana yang diperlukan oleh sekolah sebagai
sebuah institusi, (6) Memikirkan sumber pendanaan agar kegiatan sekolah
bisa dilaksanakan dengan baik serta guru mendapat support untuk
melakukan proses kegiatan pembelajaran yang kreatif dan menarik di
sekolah, (7) Pengendali pengelolaan sekolah
Selain mempunyai peran, yayasan juga mempunyai fungsi yaitu
sebagai wadah yang bersifat non profit, yayasan mempunyai fungsi untuk
membantuk kesejahteraan manusia. Selain itu yayasan mempunyai fungsi
memberikan perlindungan, bantuan dan juga pelayanan pada bidang
sosial, keagamaan dan juga kemanusiaan. Menurut UU No 28 Tahun
2004 tentang yayasan, beberapa fungsi yayasan dalam penyelenggaraan
pendidikan antara lain: (1) Menyelenggarakan lembaga pendidikan sejak
proses perijinan, (2) Menetapkan visi, orientasi, platform program dan
kebijakan sekolah, (3) Menyeleksi, mengangkat dan memberhentikan
tenaga pengelola sekolah, (4) Menyediakan sarana, prasarana dan
pembiayaan sekolah, (5) Memberikan pertimbangan dan persetujuan
terhadap rencana program pengelolaan sekolah, (6) Mengesahkan
program dan anggaran sekolah, (7) Mengawasi dan mengendalikan
proses pengelolaan sekolah, (8) Menilai kinerja dan tanggung jawab
pengelola sekolah, (9) Memutuskan batas-batas kerja sama sekolah
dengan pihak luar, (10) Bertanggung jawab atas kepengurusan,
kepentingan dan tujuan yayasan, (11) Bertanggung jawab di berhadapan
pengadilan, (12) Bertanggung jawab penuh terhadap pengelolaan unit-unit
yayasan, (13) Menanggung kerugian unit kegiatan yang disetujui oleh
yayasan kepada pihak ketiga.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Konsep pentahelix merupakan hubungan antara 5 komposisi


utama, yaitu pemerintah, akademisi, masyarakat, media, dan pengusaha.
Kelima sektor tersebut berkesinambungan untuk mewujudkan inovasi
serta memecahkan masalah, salah satunya dalam bidang pendidikan.
Kualitas pendidikan di Indonesia masih kurang. Hal itu disebabkan oleh
sistem pendidikan yang masih terpaku pada birokrasi dan kondisi politik,
sehingga kurang memerhatikan kondisi lapangan secara langsung.

Sektor yang paling berperan dalam pendidikan ialah sektor


pemerintah karena mempunyai dampak dan hubungan langsung terhadap
pengambilan keputusan, terutama yang berhubungan langsung dengan
pendidikan. Sedangkan masyarakat berperan untuk menjaga supaya
individu yang mengalami kekecewaan tidak berputus asa dan menjadikan
setiap kesalahan dalam hidupnya sebagai pembelajaran yang diteruskan
kepada generasi berikutnya.
Kemudian untuk sektor akedimisi berperan untuk
mengembangkan teori baru ataupun metode baru dalam menjalankan
proses pendidikan. Tidak lupa juga dari sektor media yang berperan
menyebarkan konten pendidikan keilmuan maupun akhlak yang hanya
menjadi minoritas karena kurangnya peminat disebabkan konten seperti

9
ini tidak memenuhi tujuan konsumen media massa untuk beristirahat dari
kegiatan pekerjaan dan lembaga pendidikannya.
Terakhir peran swasta dalam mengembangkan pendidikan di
Indonesia sangat dibutuhkan untuk mendukung kemajuan madrasah.
Disamping itu peran yayasan juga memantau sejauh mana kegiatan di
madrasah berjalan dengan lancar. Dengan yayasan ini juga diharapkan
dapat membantu pemerintah dalam mengontrol kualitas pendidikan untuk
mencapai standar layanan minimal di madrasah/ sekolah atau Standar
Nasional Pendidikan (SNP)

3.2 Rekomendasi

Berdasarkan uraian dan kesimpulan diatas, kami ingin


menyampaikan beberapa rekomendasi tindakan bagi pemeran pentahelix
dalam memperbaiki kualitas dan kuantitas pendidikan di daerah
terbelakang di Indonesia demi kemakmuran yang merata di seluruh
daerah Indonesia.

a. Rekomendasi untuk pemerintah:

Pemerintah harus mampu menjadi penggerak keempat anggota


pentahelix lainnya dengan membuat wadah koordinasi berupa
lembaga ataupun pergerakan yang resmi secara hukum. Artinya
melibatkan dan menargetkan keempat anggota pentahelix dalam
perencanaan dan pelaksanaan kebijakan. Pemerintah juga perlu
meningkatkan prioritas pendidikan dalam aspek anggaran, sumber
daya manusia, dan waktu.

b. Rekomendasi untuk keluarga dan masyarakat secara individu


Perlu diberikannya penyuluhan cara berkomunikasi dalam keluarga
yang baik yang menunjang anak untuk mampu percaya terhadap
orang lain, menemukan identitas diri dan hidup bahagia serta makmur
di masa dewasa hingga tua. Pemerintah dapat melakukan penyuluhan
secara langsung maupun bekerjasama dengan tokoh masyarakat serta
media untuk menjangkau audiens yang luas dan efektifitas yang tinggi.

Masyarakat Indonesia secara individu juga perlu menjaga perasaan


orang-orang di sekitarnya dan bila mampu, membantu orang-orang di
sekelilingnya dalam hal motivasi maupun pendidikan non-formal dan
informal. Bisa dilakukan secara langsung maupun melalui media
massa baik media sosial maupun media satu arah.

c. Rekomendasi untuk pemilik lembaga pendidikan dan kelompok


ilmuwan

Lembaga pendidikan adalah tempat yang baik untuk


memulai pengetahuan mendasar tentang pentingnya peran pentahelix
tersebut. Lembaga pendidikan menjadi wadah kedua setelah keluarga
atau masyarakat dalam menyuluhkan persan pentahelix tersebut,
Pendidikan harus mampu memberi ajaran- ajaran yang positif dalam
melaksanakan tujuannya, selain hal tersebut lembaga pendidikan
harus berusaha terbuka jika jauh dari kata sempurna dalam aturan.

d. Rekomendasi untuk perusahaan media massa

Media massa yang dimaksud termasuk media massa satu arah


seperti televisi, radio, koran dan podcast, ataupun media massa
interaktif seperti forum online, sosial media, live streaming dan blog.
Media massa perlu bekerjasama dengan pemerintah, keluarga dan
lingkungan masyarakat untuk merubah pola pikir masyarakat akan
pekerjaan dan aktivitas pendidikan dari kewajiban yang dirasa
dipaksakan menjadi hal yang berasal dan kemauan pribadi, populer
dan menyenangkan.

Sehingga terbentuk lingkungan yang memungkinkan perusahaan


media massa pendidikan dan karir bertahan secara finansial dan
bertambah jumlah dan jangkauannya dari segi daerah maupun topik
konten yang dibawakan.

9
e. Rekomendasi untuk pelaku ekonomi

Pelaku ekonomi atau usahawan dapat menjadi jembatan keuangan


serta kesejahteraan dalam memakmurkan bangsa, dari para pelaku
ekonomi ini Indonesia dapat memiliki tingkat kesejahteraan yang relatif
lebih baik .
DAFTAR PUSTAKA

Sudarsana, I Ketut. (2016). Pemikiran Tokoh Pendidikan Dalam Buku


Lifelong Learning : Policies, Practices, and Program (Perspektif
Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia). Jurnal Penjaminan
Mutu Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar.

Tanudjaja, Bing Bedjo. (2007). Pengaruh Media Komunikasi Massa


Terhadap Popular Culture Dalam Kajian Budaya/Cultural Studies.
The Institute of Research & Community Outreach, Petra Christian
University.

Nata, Abuddin. (2013). Revitalisasi Pendidikan Karakter Untuk Mencetak


Generasi Unggul. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.

Freeman, R.E. (1984). Strategic Management: A Stakeholder Approach.


Boston: Pitman.

Mohr, J. and Spekman, R. (1994). “Characteristic of partnership success:


partnership attributes, communication behavior and conflict
resolution techniques”, Strategic Management Journal (1994),
p.135

Muhardi. (2004). Kontribusi pendidikan dalam meningkatkan kualitas


bangsa Indonesia. Universitas Islam Bandung

Sumarni. (2018). Peran dan Fungsi Yayasan dalam Pengelolaan


Pendidikan Madrasah. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Agama RI

9
Daftar Riwayat Penyusun

Nama Deo Fernando

NIM 19218012

TTL Harau, 21 April 1999

Alamat Cisitu lama 3a/160b

Pendidikan SMA : SMAN 2 Payakumbuh

SMP : SMPN 1 Harau

SD : SDN 01 Harau

Hobi Mencari Pengalaman Baru

Nama Muhammad Ridwan Zaelani

NIM 19218045

TTL Sukabumi, 18 Mei 1999

Alamat Cisitu lama 3a/160b

Pendidikan SMA : SMAN 1 Cikembar

SMP : SMPN 1 Cikembar

SD : SDN Kebonwaru

Hobi Olahraga & Berorganisasi

Nama Marlita Rexa Lestari

NIM 19218057

TTL Bandung, 03 April 1999


Alamat Gang Panca Warna no. 6, Tamansari

Pendidikan SMAN 1 Banjar

SMPN 1 Banjar

SDN 1 Karangpanimbal

Hobi

Nama Novita Hastuti Zen

NIM 19218076

TTL Sumedang, 15 November 1999

Alamat Jl. Cisitu Baru Dalam no.69b

Pendidikan SMAN Situraja

SMPN 1 Darmaraja

MI Taruna Jaya

Hobi Jalan- jalan bersama motor menikmati alam

Nama Muhammad Dzaki Dzaidan

NIM 19218059

TTL

Alamat

Pendidikan SMA

SMP

9
SD

Hobi

Nama Izzuddin Natsir

NIM 19215044

TTL Bandung, 25 Maret 1997

Alamat Pondok Padalarang Indah, Blok B1 no.33 RT/RW 04/22,


Kec. Padalarang, Kab. Bandung Barat 40553

Pendidikan SMA: SMAN 9 Bandung

SMP: MTs Husnul Khotimah

SD: SDIT Fitrah Insani

Hobi Mencoba teknologi baru di dunia programming

Anda mungkin juga menyukai