Frmakologi
Frmakologi
NIRM : 1603011
1. Pengertian
a. Penggolongan
1. Simpatomimetik
1) Epinefrin
2) Efedrin
3) Isoproterenol
Mekanisme Kerja
Indikasi
Kontra indikasi
Efek samping
Umumnya berlangsung dalam waktu singkat dan tidak ada efek kumulatif
yang dilaporkan. Akan tetapi, tidak berarti pengobatan dihentikan, pada beberapa
kasus, perlu dilakukan penurunan dosis untuk sementara waktu.
2. Metil xantin
1) Aminofillin
2) Teofilin
3) Difilin dan oktrifilin
Mekanisme kerja
Kontra indikasi
Efek samping
Reaksi efek samping jarang terjadi pada level serum teofilin yang < 20
mcg/mL. Pada level lebih dari 20 mcg/mL : mual, muntah, diare, sakit kepala,
insomnia, iritabilitas. Pada level yang lebih dari 35 mcg/mL : hiperglisemia,
hipotensi, aritmia jantung, takikardia (lebih besar dari 10 mcg/mL pada bayi
prematur), seizure, kerusakan otak dan kematian.
a) Ipratropium Bromida
Mekanisme kerja
Indikasi
Kontra indikasi
Efek samping
Sakit punggung, sakit dada, bronkhitis, batuk, penyakit paru obstruksi kronik
yang semakin parah, rasa lelah berlebihan, mulut kering, dispepsia, dipsnea,
epistaksis, gangguan pada saluran pencernaan, sakit kepala, gejala seperti
influenza, mual, cemas, faringitis, rinitis, sinusitis, infeksi saluran pernapasan atas
dan infeksi saluran urin.
b) Tiotropium Bromida
Mekanisme Kerja
Tiotropium adalah obat muskarinik kerja diperlama yang biasanya
digunakan sebagai antikolinergik. Pada saluran pernapasan, tiotropium
menunjukkan efek farmakologi dengan cara menghambat reseptor M3 pada otot
polos sehingga terjadi bronkodilasi. Bronkodilasi yang timbul setelah inhalasi
tiotropium bersifat sangat spesifik pada lokasi tertentu.
Indikasi
Tiotropium digunakan sebagai perawatan bronkospasmus yang
berhubungan dengan penyakit paru obstruksi kronis termasuk bronkitis kronis dan
emfisema.
Kontra Indikasi
Riwayat hipersensitif terhadap atropin atau turunannya, termasuk
ipratropium atau komponen sediaan.
Efek Samping
Efek samping terjadi pada 3% pasien atau lebih, terdiri dari sakit perut,
nyeri dada (tidak spesifik), konstipasi, mulut kering, dispepsia, edema, epistaksis,
infeksi, moniliasis, myalgia, faringitis, ruam, rhinitis, sinusitis, infeksi pada
saluran pernapasan atas, infeksi saluran urin dan muntah.
4. Kromolin Sodium dan Nedokromil
Contoh obat antara lain :
a. Kromolin Natrium
Mekanisme Kerja
Kromolin merupakan obat antiinflamasi.Kromolin tidak mempunyai
aktifitas intrinsik bronkodilator, antikolinergik, vasokonstriktor atau aktivitas
glukokortikoid.Obat-obat ini menghambat pelepasan mediator, histamin dan SRS-
A (Slow Reacting Substance Anaphylaxis, leukotrien) dari sel mast.Kromolin
bekerja lokal pada paru-paru tempat obat diberikan.
Indikasi
Asma bronkial (inhalasi, larutan dan aerosol) : sebagai pengobatan
profilaksis pada asma bronkial. Kromolin diberikan teratur, harian pada pasien
dengan gejala berulang yang memerlukan pengobatan secara reguler.Pencegahan
bronkospasma (inhalasi, larutan dan aerosol) : untuk mencegah bronkospasma
akut yang diinduksi oleh latihan fisik, toluen diisosinat, polutan dari lingkungan
dan antigen yang diketahui.
Kontra Indikasi
Hipersensitif terhadap kromolin atau komponen sediaan.
Efek Samping
Efek samping yang paling sering terjadi berhubungan dengan penggunaan
kromolin (pada penggunaan berulang) meliputi saluran pernapasan:
bronkospasme (biasanya bronkospasma parah yang berhubungan dengan
penurunan fungsi paru-paru/FEV1), batuk, edema laringeal (jarang), iritasi
faringeal dan napas berbunyi. Efek samping yang berhubungan dengan
penggunaan aerosol adalah iritasi tenggorokan atau tenggorokan kering, rasa tidak
enak pada mulut, batuk, napas berbunyi dan mual.
b. Nedokromil Natrium
Mekanisme Kerja
Nedokromil merupakan anti-inflamasi inhalasi untuk pencegahan asma.
Obat ini akan menghambat aktivasi secara in vitro dan pembebasan mediator dari
berbagai tipe sel berhubungan dengan asma termasuk eosinofil, neutrofil,
makrofag, sel mast, monosit dan platelet. Nedokromil menghambat
perkembangan respon bronko konstriksi baik awal dan maupun lanjut terhadap
antigen terinhalasi.
Indikasi
Nedokromil diindikasikan untuk asma. Digunakan sebagai terapi
pemeliharaan untuk pasien dewasa dan anak usia 6 tahun atau lebih pada asma
ringan sampai sedang.
Kontra Indikasi
Hipersensitif terhadap nedokromil atau komponen sediaan.
Efek Samping
Efek samping yang terjadi pada penggunaan nedokromil bisa berupa
batuk, faringitis, rinitis, infeksi saluran pernapasan atas, bronkospasma, mual,
sakit kepala, nyeri pada dada dan pengecapan tidak enak.
5. Kortikosteroid
Contoh obat antara lain :
1) Deksametason
2) Metil Prednisolon
3) Prednison
4) Triamsinolon
5) Beklometason
Mekanisme Kerja
Obat-obat ini merupakan steroid adrenokortikal steroid sintetik dengan
cara kerja dan efek yang sama dengan glukokortikoid. Glukokortikoid dapat
menurunkan jumlah dan aktivitas dari sel yang terinflamasi dan meningkatkan
efek obat beta adrenergik dengan memproduksi AMP siklik, inhibisi mekanisme
bronkokonstriktor, atau merelaksasi otot polos secara langsung. Penggunaan
inhaler akan menghasilkan efek lokal steroid secara efektif dengan efek sistemik
minimal.
Indikasi
Terapi pemeliharaan dan propilaksis asma, termasuk pasien yang
memerlukan kortikosteoid sistemik, pasien yang mendapatkan keuntungan dari
penggunaan dosis sistemik, terapi pemeliharaan asma dan terapi profilaksis pada
anak usia 12 bulan sampai 8 tahun. Obat ini tidak diindikasikan untuk pasien asma
yang dapat diterapi dengan bronkodilator dan obat non steroid lain, pasien yang
kadang-kadang menggunakan kortikosteroid sistemik atau terapi bronkhitis non
asma
Kontra Indikasi
Bronkospasma akut yang membaik, terapi utama pada status asmatikus
atau episode asma akut lain yang memerlukan tindakan intensif, hipersensitif
terhadap beberapa komponen, infeksi jamur sistemik, kultur sputum menunjukkan
hasil positif untuk Candida albicans.
Efek Samping
Lokal : iritasi tenggorokan, suara serak, batuk, mulut kering, ruam,
pernafasan berbunyi, edema wajah dan sindrom flu.
Sistemik : depresi fungsi Hypothalamic-Pituitary-Adrenal (HPA).
Terjadinya kematian yang disebabkan oleh insufisiensi adrenal dan setelah
terjadinya peralihan dari kortikosteroid sistemik ke aerosol.
Mekanisme Kerja
Zafirlukast adalah antagonis reseptor leukotrien D4 dan E4 yang selektif
dan kompetitif, komponen anafilaksis reaksi lambat (SRSA - slow-reacting
substances of anaphylaxis). Produksi leukotrien dan okupasi reseptor
berhubungan dengan edema saluran pernapasan, konstriksi otot polos dan
perubahan aktifitas selular yang berhubungan dengan proses inflamasi, yang
menimbulkan tanda dan gejala asma.
Indikasi
Profilaksis dan perawatan asma kronik pada dewasa dan anak di atas 5 tahun.
Kontra Indikasi
Hipersensitif terhadap komponen sediaan.
Efek Samping
Efek samping terjadi pada 3% pasien seperti sakit kepala, mual dan infeksi.
b. Montelukast Sodium
Mekanisme Kerja
Montelukast adalah antagonis reseptor leukotrien selektif dan aktif pada
penggunaan oral, yang menghambat reseptor leukotrien sisteinil
(CysLT1).Leukotrien adalah produk metabolisme asam arakhidonat dan
dilepaskan dari sel mast dan eosinofil. Produksi leukotrien dan okupasi reseptor
berhubungan dengan edema saluran pernapasan, konstriksi otot polos dan
perubahan aktifitas selular yang berhubungan dengan proses inflamasi, yang
menimbulkan tanda dan gejala asma.
Indikasi
Profilaksis dan terapi asma kronik pada dewasa dan anak-anak >12 bulan.
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas terhadap komponen sediaan.
Efek Samping
Asma : efek samping terjadi lebih pada 3% pasien seperti influenza. Pada anak
6-12 tahun, efek samping yang terjadi dengan frekuensi 2 % adalah diare,
laringitis, faringitis, mual, otitis, sinusitis, infeksi virus. Pada anak 2-5 tahun, efek
samping yang terjadi dengan frekuensi 2% adalah rinorea, otitis, sakit telinga,
bronkhitis, sakit lengan, rasa haus, bersin-bersin, ruam dan urtikaria.
c. Zilueton
Mekanisme Kerja
Zilueton adalah inhibitor spesifik 5-lipoksigenase dan selanjutnya
menghambat pembentukan (LTB1, LTC1, LTD1, Lte1).
Indikasi
Profilaksis dan terapi asma kronik pada dewasa dan anak >12 tahun.
Kontra Indikasi
Pasien penyakit liver atau kenaikan transaminase 3 kali atau lebih di atas
normal, hipersensitivitas terhadap zilueton atau beberapa komponen sediaan.
Efek Samping
Efek samping terjadi pada 3% pasien atau lebih seperti sakit kepala, nyeri,
sakit perut, rasa lelah, dispepsia, mual, myalgia.
7. Obat-Obat Penunjang
Contoh obat antara lain :
a. Ketotifen Fumarat
Mekanisme Kerja
Ketotifen adalah suatu antihistamin yang mengantagonis secara
nonkompetitif dan relatif selektif reseptor H1, menstabilkan sel mast dan
menghambat penglepasan mediator dari sel-sel yang berkaitan dengan reaksi
hipersensitivitas.
Indikasi
Manajemen profilaksis asma.Untuk mendapatkan efek maksimum
dibutuhkan waktu beberapa minggu.Ketotifen tidak dapat digunakan untuk
mengobati serangan asma akut.
Efek Samping
Mulut kering, mengantuk dan rasa malas, meningkatkan nafsu makan,
menaikkan berat badan, stimulasi susunan saraf pusat dan reaksi kulit parah.
b. N-Asetilsistein
Mekanisme Kerja
Aksi mukolitik asetilsistein berhubungan dengan kelompok sulfhidril pada
molekul, yang bekerja langsung untuk memecahkan ikatan disulfida antara ikatan
molekular mukoprotein, menghasilkan depolimerisasi dan menurunkan viskositas
mukus.Aktivitas mukolitik pada asetilsistein meningkat seiring dengan
peningkatan pH.
Indikasi
Asetilsistein merupakan terapi tambahan untuk sekresi mukus yang tidak
normal, kental pada penyakit bronkopulmonari kronik (emfisema kronik,
emfisema pada bronkhitis, bronkhitis asma kronik, tuberkulosis, amiloidosis paru-
paru);dan penyakit bronkopulmonari akut (pneumonia, bronkhitis,
trakeobronkhitis).
Kontra Indikasi
Hipersensitifitas terhadap asetilsistein.
Efek Samping
Stomatitis, mual, muntah, demam, rhinorea, mengantuk, berkeringat, rasa
sesak di dada, bronkokonstriksi, bronkospasma, iritasi trakea dan bronkial.
B. OBAT BATUK
1. Pengertian
Batuk merupakan reflex normal sistem pertamanan tubuh untuk
mengeluarkan “benda asing” dari saluran napas. Mekanisme terjadinya batuk
dibagi menadi 3 yaitu :
a. Fase Inspirasi
Pada fase ini udara yang masuk agak berlebih sehingga esofagus dan pita
suara menutup dan membuat udara yang berada di dalam paru-paru banyak dan
reflex paru-paru ingin
b. Fase Kompresi
Pada fase ini otot perut berkontraksi sehingga diafragma akan naik dan
menekan paru-paru, intercosta internus juga ikut berkontraksi sehingga
menyebabkan peningkatan tekanan pada paru-paru sampe 100mm/hg.
c. Fase Ekspirasi
Pada fase ini oesofagus dan pita suara terbuka secara spontan dan udara
meledak keluar dari paru-paru. Udara yang keluar akan menggetarkan jaringan
saluran nafas sehingga menimbulkan suara batuk. Saat udara keluar dari paru-paru
dengan kecepatan yang relative tinggi, udara dapat melalui celah-celah bronkus
dan trakhea. Hal ini dapat membantu saluran pernafasan untuk membersihkan atau
mengeluarkan kotoran benda-benda asing.
2. Penggolongan
a. Antitusif
Antitusif adalah obat yang menekan refleks batuk, digunakan pada
gangguan saluran nafas yang tidak produktif dan batuk akibat teriritasi.
Secara umum berdasarkan tempat kerja obat antitusif dibagi atas antitusif
yang bekerja di perifer dan antitusif yang berkerja di sentral. Antitusif yang
bekerja di sentral dibagi atas golongan narkotik dan non-narkotik.
a. Obat-obat anestesi
1. Demulcent
Mekanisme kerja
Obat ini bekerja melapisi mukosa faring dan mencegah kekeringan selaput lendir.
Dan dapat merelaksasi otot polos bronkus.
Indikasi
Untuk menekan batuk dan membentuk lapisan pelindung di tenggorokan.
Kontra Indikasi :
Hipersensitif
b. Antitusif yang bekerja sentral.
Obat ini berkerja menekan batuk dengan meninggikan ambang rangsangan
yang dibutuhkan untuk merangsang pusat batuk dibagi atas golongan narkotik dan
non-narkotik.
1. Golongan Narkotik
Contoh obat :
a). Kodein
Mekanisme kerja
Merangsang reseptor susunan saraf pusat yang dapat menyebabkan vasodilatasi.
Indikasi
Sebagai pereda nyeri ringan sampai sedang, untuk menghilangkan gejala batuk.
Kontra Indikasi
Hipersensitif, dan depresi saluran pernapasan.
Efek samping
Efek samping pada dosis biasa jarang ditemukan. Pada dosis agak besar dapat
timbul mual, muntah, konstipasi, pusing, sedasi, palpitasi, gatal-gatal, banyak
keringat dan agitasi.
a. Difenhidramin
Mekanisme kerja
Meniadakan secara kompetitif kerja histamine pada reseptor H1 dan tidak
mempengaruhi histamin yg ditimbulkan akibat kerja pada reseptor. Bekerja
sebagai anti kolinergik (memblok jalannya impuls-impuls yang melalui saraf
parasimpatik).
Indikasi
Obat ini termasuk golongan antihistamin, mempunyai manfaat mengurangi batuk
kronik pada bronchitis.
Kontra Indikasi
Hipersensitif
Efek samping
Efek samping yang dapat timbul ialah mengantuk, kekeringan mulut dan hidung,
kadang-kadang menimbulkan perangsangan susunan saraf pusat.
b. Ekspektoran
Ekspektoran adalah obat yang dapat merangsang pengeluaran dahak dari saluran
pernafasan. Ekspektoran bekerja dengan cara merangsang selaput lendir lambung dan
selanjutnya secara refleks memicu pengeluaran lendir saluran nafas sehingga menurunkan
tingkat kekentalan dan mempermudah pengeluaran dahak. Obat ini juga merangsang
terjadinya batuk supaya terjadi pengeluaran dahak.
Contoh obat :
1. Bromheksin.
Mekanisme kerja
Pengurangan viskositas dahak. Stimulasi pada sekresi, gerakan siliar, pembentuk
surfaktan. Perbaikan penangkal imunologis setempat.
Indikasi
Sekretolitik pada infeksi jalan pernapasan yang akut dan kronis serta pada penyakit paru
dengan pembentukan mucus berlebih
Kontraindikasi
Efek samping
2. Ambroxol
Mekanisme kerja
Nitrat oksida yang berlebihan (NO) dikaitkan dengan inflamasi dan beberapa
gangguan lain fungsi saluran nafas. NO meningkatkan aktivasi guanylate cyclase
larut dan akumulasi cGMP. Ambroxol telah terbukti menghambat NO dependent
dari aktivasi larut guanylate cyclase. Juga mungkin bahwa penghambatan aktivasi
NO-dependent dari larut guanylate cyclase dapat menekan sekresi lendir yang
berlebihan, sehingga menurunkan viskositas lendir dan meningkatkan transportasi
mukosiliar dari sekresi bronkial.
Indikasi
Sebagai sekretolitik pada gangguan pernafasan akut dan kronis, khususnya pada
eksaserbasi bronchitis kronis, bronchitis asmatik.
Kontra Indikasi
Hipersensitif.
Efek samping
2. Mekanisme Kerja
a) Streptokinase
Adalah suatu protein (tetapi bukan enzim itu sendiri) yang disentesis oleh
streptococus yang bergabung dengan plasminogen proaktivator. Komplek enzim
ini mengkatalisis konversi dari plasminogen inaktif menjadi plasmin aktif.
MekanismeKerja Streptokinase
Idikasi
Seperti obat lain yang mempengaruhi hemostasis, efek yang tidak diharapkan
pada streptokinase adalah perdarahan. dan predisposisi pasien (termasuk
hipertensi). demam, perubahan warna pada kulit karena luka, rash, pruritus,
pendarahan gastrointestinal,mual, muntah, dan urtikaria.
b) Urokinase
Adalah suatu enzim manusia yang disintesis oleh ginjal yang mengubah
plasminogen menjadi plasmin aktif secara langsung. Plasmin yang dibentuk
didalam trombus oleh aktivator ini dilindungi dari antiplasmin plasma yang
memungkinkan plasmin untuk menghancurkan trombus itu dari dalam.
merupakan enzim yang dihasilkan dari biakan jaringan sel ginjal manusia.
Mekanisme kerja
Indikasi
Efek Samping
Efek hematologis (pendarahan khususnya dari luka tusukan, perdarahan internal
yang parah, pendarahan intrakarnial), Reaksi alergi (ruam, kulit kemerah-
merahan. Efek lainnya (demam, kedinginan dengan sakit di bagian punggung dan
perut. Menghancurkan gumpalan adakalanya menyebabkan emboli dimanapun.
Reaksi alergi yang serius lebih mungkin terjadi dengan penggunaan Urokinase
daripada Streptokinase.
c) Protease
Protease (pelarut protein) yang penting dalam daya tangkis tubuh terhadap
kanker,diantaranya enzim-enzim yang terdapat pada getah pankreas. protease
berdaya mengurangi selubung fibrin (efek fibrinolitis) sehingga sel-sel sistem
imun diberi kesempatan untuk memusnahkan sel-sel ganas yang diselubunginya.
protease juga mampu memasuki langsung sel-sel (pre-tumor) dan melarutkannya
dari dalam (efek sitolitis) disamping itu zat ini berdaya merombak imun kompleks
yang dapat memblokir efek sitotoksis dari limfosit.
Mekanisme kerja
1) Proteolis terbatas, yang memecah hanya satu atau beberapa ikatan peptide
tertentu dari sebuah protein target.
2) Proteolis tak terbatas, yaitu mendegradasi protein menjadi asam amino
penyusunnya.
Indikasi
Efek samping
a. Vitamin
1. Pengertian
Vitamin adalah senyawa kimia yang sangat essensial yang walaupun
tersedianya dalam tubuh dalam jumlah demikian kecil, diperlukan sekali bagi
kesehatan dan pertumbuhan tubuh yang normal.
2. Penggolongan Vitamin
1) Vitamin B
Vitamin B adalah vitamin yang berasal dari hati, dan merupakan vitamin yang
banyak pembagiannya, berikut ini pembagiannya :
a) Vitamin B1 (Thiamine)
Indikasi
Defisiensi dan Untuk neuralgia (nyeri pada urat saraf)
Kontra Indikasi
Hipersensitif
Efek Samping
Reaksi hipersensitifitas, dan warna feses menjadi hitam.
b) Vitamin B2 (Riboflavin)
Indikasi
Defisiensi vitamin B
Kontra Indikasi
Hipersensitif
Efek Samping
Reaksi hipersensitifitas, dan warna feses menjadi hitam.
c) Vitamin B3 (Nikotinamid)
Indikasi
Untuk pengubahan triptofan menjadi serotonin di otak. Menghilangkan depresi.
Dapat mencegah diabetes. Defisiensi vitamin B.
Kontra Indikasi
Hipersensitif
Efek samping
Reaksi hipersensitifitas, dan warna feses menjadi hitam.
Indikasi
Defisiensi vitamin B
Kontra Indikasi
Hipersensitif
Efek samping
Reaksi hipersensitifitas, dan warna feses menjadi hitam.
e) Vitamin B6 (Piridoksin)
Indikasi
Defisiensi vitamin B, untuk mengobati anemia pada anak, untuk mengubah
triptofan menjadi serotonin.
Kontra Indikasi
Hipersensitif
Efek samping
Reaksi hipersensitifitas
f) Vitamin B7
Indikasi
Defisiensi vitamin B, berfungsi sebagai koenzim bagi sejumlah reaksi
transkarboksilasi.
Kontra Indikasi
Hipersensitif
Efek samping
Reaksi hipersensitifitas
Indikasi
Meringankan resiko akan stroke, mencegah infark jantung, melindungi dari
kanker colon.
Kontra Indikasi
Hipersensitif
Efek samping
Reaksi hipersensitifitas, sukar tidur, dan gangguan lambung usus.
Indikasi
Defisiensi vitamin B, anemia, untuk mengobati kelainan neurologic.
Kontra Indikasi
Hipersensitif
Efek samping
Reaksi hipersensitifitas
2. Vitamin C
Mekanisme Kerja
Sebagai antioksidan, vitamin C bekerja sebagai donor electron dengan cara
memindahkan satu elektron dengan cara memindahkan satu electron dengan cara
memindahkan satu elektron ke senyawa logam Cu (Kuprum). Selain itu vitamin C
juga dapat menyumbangkan elektron ke dalam reaksi biokimia intraseluler dan
ekstra seluler.
Indikasi
Kontra Indikasi
Hipersensitif
Efek Samping
Efek Samping (Megadose > 1,5 G) : Diare, penghentian terapi mendadak
mengakibatkan rebound scorbut.
Mekanisme Kerja
Cara kerja vitamin yang larut dalam lemak yaitu, vitamin yang larut dalam
lemak akan disimpan di dalam jaringan adiposa (lemak) dan di dalam hati.
Vitamin ini kemudian akan dikeluarkan dan diedarkan ke seluruh tubuh saat
dibutuhkan. Beberapa jenis vitamin hanya dapat disimpan beberapa hari saja di
dalam tubuh, sedangkan jenis vitamin lain dapat bertahan hingga 6 bulan lamanya
di dalam tubuh.
1). Vitamin A
Indikasi
Menjaga kesehatan mata, melindungi tubuh dari radikal bebas, virus, bakteri,
jamur dan pathogen, mencegah kanker, penyembuhan luka.
Kontra Indikasi
Hipersensitif
Efek Samping
2). Vitamin D
Indikasi
Membantu penyerapan mineral kalsium dan fosfor, menjaga kesehatan tulang,
membantu fungsi kelenjar paratiroid, menjaga fungsi otot, meningkatkan imunitas
tubuh, dan mencegah hipertensi.
Kontra Indikasi
Hipersensitifitas
Efek Samping
Muntah-muntah, sering kencing dan mencret, neuralgia (nyeri syaraf urat), sakit
kepala dan pusing-pusing, rasa sakit pada gigi dan gusi serta rasa sakit pada otot-
otot dan tulang
3). Vitamin E
Indikasi
Mencegah proses penuaan dini, melindungi kulit dari kerusakan akibat radiasi
sinar ultraviolet, serta mempercepat proses penyembuhan luka, sebagai
antioksidan, melindungi sel darah merah yang mengangkut oksigen ke seluruh
jaringan tubuh dari kerusakan.
Kontra Indikasi
Hipersensitifitas
Efek Samping
Mual, sakit kepala, penglihatan kabur, kesulitan saat bernapas, pembengkakan
wajah atau bibir, gatal-gatal atau eksim pada kulit.
4). Vitamin K
Indikasi
Kontra Indikasi
Hipersensitif
Efek Samping
b. Mineral
1) Pengertian
Mineral adalah senyawa anorganik yang dalam jumlah kecil merupakan
bagian dari enzim mengatur berbagai fs fisiologis.
2) Penggolongan
Golongan mineral yaitu Besi (Fe), Cobalt (Co), Krom (Cr), Magnesium (Mg),
Mangan (Mn) dan Molybden (Mo), Selenium (Se), Seng (Zn), Tembaga (Cu).
a. Besi (Fe)
Mekanisme Kerja
Indikasi
Kontra Indikasi
b. Cobalt (Co)
Unsur Kobalt berkaitan erat dengan fungsi Vit B12, diserap tubuh dalam bentuk
Vit. B12. Hanya bisa diserap tubuh jika berasal dari sumber makanan hewani.
Sumber makanan yang mengandung Cobalt, yakni tempe dan oncom, dan
makanan lain yang mengandung Vit.B12.
Mekanisme Kerja
Cobalt diserap sebagai komponen B12. Jumlah yang diserap disimpan dalam hati
dan ginjal, dengan cadangan 0.2ppm berat kering. Mayoritas kobalt tertelan
diekskresikan dalam tinja, dengan rata-rata yang diekskresikan 0.26mg setiap hari.
Indikasi
Berguna dalam pembentukan darah, dan sistem saraf. Cobalt yang merupakan
vitamin B12 (kobalamin). Vitamin ini diperlukan untuk mematangkan sel darah
merah dan menormalkan fungsi semua sel. Cobalt mungkin juga berperan dalam
fungsi berbagai enzim.
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Efek Samping
Efek kesehatan juga bisa disebabkan oleh radiasi isotop radioaktif kobalt yang
memicu kemandulan, rambut rontok, muntah, perdarahan, diare, koma, dan
bahkan kematian. Radiasi ini antara lain digunakan pada pasien kanker untuk
menghancurkan tumor.
c. Krom (Cr)
Mekanisme Kerja
Absorbsi, Krom (VI) dapat menembus dinding sel, sedangkan krom (III) tidak
dapat menembus langsung. Namun akan mengikat diri pada transfermin, yaitu
suatu protein yang mentransport Fe dalam plasma. Senyawa krom (III) umumnya
jauh lebih sedikit diabsorbsi tubuh dibandingkan senyawa-senyawa krom (VI).
Biotransformasi, Senyawa krom (VI) tereduksi menjadi bentuk trivalen (III)
dalam tubuh, kecepatan tergantung pada jumlah reduktor dalam organ yang
terpapar, dan dalam hal ini mempengaruhi toksisitas serta ekskresi senyawa
heksavalen (VI).
Indikasi
Berperan besar dalam kerja insulin dalam tubuh, membantu insulin dengan cara
mempermudah masuknya glukosa ke sel untuk dibakar menjadi energi. Juga
membantu pada penderita diabetes yang mengalami resistensi insulin.
Kontra Indikasi
Memiliki penyakit hati, memiliki penyakit ginjal, menderita iabetes (terutama jika
Anda menggunakan insulin), menderita gangguan mental, masalah kelenjar tiroid,
jika Anda mengonsumsi obat steroid
Efek Samping
d. Magnesium (Mg)
Mekanisme Kerja
Cara kerja mineral ini yakni dalam mendukung suatu proses terjadi pembentukan
pada bagian tulang, sebagai katalisator dalam berbagai reaksi yang terjadi di
dalam tubuh, menjadi zat dan unsur penting yang dibutuhkan oleh bagian otot
Indikasi
Digunakan dalam proses relaksasi otot dan berperan dalam metabolisme kalsium
dan protein tulang.
Kontra Indikasi
Ginjal atau masalah jantung.hamil, magnesium atau kalium defisiensi, mual atau
muntah, reaksi alergi, sakit perut
Efek Samping
Indikasi
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Efek Samping
Pembengkakan, berat badan yang cepat, diare, ruam gatal atau ringan, gejala
ekstrapiramidal, hypermanganesemia
f. Selenium (Se)
Mekanisme Kerja
Indikasi
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Efek Samping
g. Seng (Zn)
Merupakan elemen spura dengan kandungan tertinggi di tubuh (1,5-2 g). Banyak
terdapat di tulang dan prostat. Merupakan ko-faktor bagi banyak enzim dalam
sintesa dan perombakan protein, lemak dan karbohidrat. Dibutuhkan asupan per
hari 10-15 mg (defisiensi = 50 mg/hari).
Mekanisme Kerja
Cara kerja mineral ini yakni mendukung dan membantu proses pertumbuhan dan
juga perkembangan tubuh secara keseluruhan, membantu proses regenerasi bagian
sel-sel yang ada dalam tubuh, meningkatkan kemampuan dalam proses reproduksi
Indikasi
Untuk perawatan eksim, ruam popok, membakar kulit, terbakar sinar matahari,
wasir, infeksi kulit ringan dan kondisi lainnya.
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Efek Samping
Menimbulkan rasa logam di lidah, muntah dan gangguan lambung serta seng
sebanyak 1 gram atau lebih bisa berakibat fatal/kematian.
h. Tembaga (Cu)
Mekanisme Kerja
Indikasi
Hipersensitivitas
Efek Samping
E. HORMON
Hormon adalah zat aktif yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, yang
masuk ke dalam peredaran darah tanpa saluran untuk memengaruhi jaringan target
secara spesifik. Jaringan yang dipengaruhi umumnya terletak jauh dari tempat
hormon tersebut dihasilkan, misalnya hormon pemacu folikel (FSH, folicle
stimulating hormone) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior hanya
merangsang jaringan tertentu di ovarium. Hormon pertumbuhan (GH, growth
hormon, somatotropin) mempunyai lebih dari satu organ target sebab GH
memengaruhi berbagai jenis jaringan dalam badan. Jaringan target suatu hormon
sangat spesifik karena sel-selnya mempunyai receptor untuk hormon tersebut.
Mekanisme Kerja
Indikasi
Utama hormon ialah untuk terapi pengganti kekurangan hormon, misalnya
pada hipotiroid. Bila mekanisme pengaturan sistem endokrin dipahami,
hormon beserta agonis maupun antagonisnya dapat digunakan untuk berbagai
keperluan baik pengobatan maupun diagnosis penyakit. Pengaturan sistem
endokrin terjadi dalam beberapa tingkatan; sekresi hormon dalam satu
tingkatan akan memengaruhi sekresi hormon dalam tingkatan yang lain.
Misalnya, sekresi estrogen baru terjadi bila ada sekresi FSH, begitu pula
sekresi FSH akan berkurang bila sekresi estrogen atau kadar estrogen
berlebihan. Pengaruh estrogen terhadap sekresi FSH ini adalah contoh suatu
mekanisme umpan balik (feedback mechanism). Mekanisme ini digunakan
dalam klinik, misalnya pada usaha pencegahan ovulasi dalam obat
kontrasepsi hormonal, yaitu dengan pemberian hormon estrogen atau
progesteron sehingga produksi dan sekresi FSH berkurang dengan akibat
tidak ada pematangan folikel dan tidak ada ovulasi. Penggunaan lain
adalah berdasarkan efek farmakologik yang tidak berhubungan dengan efek
fisiologiknya. Sebagai contoh adalah penggunaan kortikosteroid dalam
berbagai penyakit atas dasar efek antiradang dan efek imunosupresi hormon
tersebut. Antagonis hormon dalam klinik digunakan untuk diagnosis dan
terapi. Contohnya, tiourasil digunakan dalam hipertiroidisme, metirapon
digunakan untuk membedakan hipofungsi korteks adrenal primer atau
sekunder.
1. Adrenokortikotropin
Mekanisme Kerja
Indikasi
Efek Samping
2. Adrenokortikosteroid
Mekanisme kerja
Indikasi
Efek Samping
Efek samping kortisol terutama tampak pada penggunaan lama dengan dosis
tinggi, yakni melampaui 50 mg sehari atau dosis setaraf dengan derivate
sintetisnya. Efek ini menyerupai gejala dari suatu gangguan yang disebabkan
oleh produksi kortisol faal berlebihan, yakni sindroma Cushing. Sindroma
Cushing sering kali disebabkan oleh suatu tumor di hipofisis dan
hiperproduksi ACTH. Gejala utamanya adalah retensi cairan di jaringan-
jaringan yang menyebabkan naiknya berat badan dengan pesat, muka
menjadi tembam dan bundar (“muka bulan”), adakalanya kaki-tangan gemuk
(bagian atas). Selain itu, terjadi penumpukan lemak di bahu dan tengkuk.
Kulit menjadi tipis, lebih mudah terluka, dan timbul garis kebiru-biruan
(striae).
F. ANTIHISTAMIN
Pengertian
Antihistamin adalah zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamine
terhadap tubuh dengan jalan memblok reseptor histamine (penghambatan
saingan).
Penggolongan
1) H1-blockers
Turunan ini memunyai efek antihistamin sedang dengan awal kerja lambat dan
masa kerjanya relatif panjang.
Astemizol, merupakan AH1 selektif yang kuat dan relative tidak menimbulkan
efek penekan system saraf pusat (sedasi) karena tidak mampu menembus sawar
darah otak. Astemizol efektif untuk menekan gejala alergi rhinitis, alergi
konjungtivitis dan urtikaria kronik.
Loratadin, memiliki masa kerja panjang dengan efek sedasi dan efek
antikolinergik yang rendah. Loratadin digunakan untuk meringankan gelaja alergi
rhinitis, urtikaria kronik dan lain-lain.
Efek Samping