Anda di halaman 1dari 31

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fungsi pencernaan dan penyerapan system gastrointestinal bergantung pada berbagai mekanisme yang
melunakkan makanan, mendorongnya di sepanjang saluran cerna, dan mencampurnya dengan empedu
hati yang disimpan di kandung empedu dan enzim pencernaan yang disekresioleh kelenjar saliva dan
pankreas. Beberapa mekanisme ini bergantung pada sifat intrinsikotot polos usus. Mekanisme lainnya
melibatkan kerja reflex, termasuk kerja neuron intrinsic usus, berbagai reflek SSP, efek parakrin
messenger kimiawi, dan hormone saluran ceerna. Berbagai hormone tersebut merupakan zat umoral
yang disekresi oleh sel-sel di mukosa dan diangkut ke dalam sirkulasi untuk memengaruhi fungsi usus,
pankreas, dan kandung empedu. Hormone tersebut juga bekerja dengan cara parakrin.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan sistem pencernaan ?

2. Bagaimana fungsi umum sistem pencernaan ?

3. Bagaimana struktur sistem pencernaan dari mulut sampai anus ?

4. Bagaimana pengaturan sistem pencernaan ?

5. Apa saja organ aksesori sistem pencernaan ?

1.3 Tujuan

Agar mahasiswa dapat menjelaskan apa itu sistem pencernaan, fungsi umum sistem pencernaan,
struktur sitem pencernaan dari mulut sampai anus, pengaturan sistem pencernaan, serta mengerti
organ aksesori yang berhubungan dengan sistem pencernaan.

BAB 2

PEMBAHASAN
Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan (alimentar) yaitu tuba muscular panjang yang
merentang dari mulut sampai anus, dan organ-organ asesoris, seperti gigi, lidah, kelenjar ludah (saliva),
hati, kantung empedu, dan pankreas. Saluran pencernaan yang terletak di bawah area diafragma
disebut saluran gastrointestinal (GI).

A. Fungsi system pencernaan. Fungsi utama sistem ini adalah untuk menyediakan makanan, air, dan
elektrolit bagi tubuh dari nutrien yang dicerna sehingga siap diabsorbsi. Pencernaan berlangsung secara
mekanik dan kimia, dan meliputi proses-proses sebagai berikut :

1. Ingesti adalah masuknya makanan ke dalam tubuh.

2. Pemotongan dan penggilingan makanan dilakukan secara mekanik oleh gigi. makanan kemudian
bercampur dengan saliva sebelum ditelan.

3. Peristalsis adalah gelombang kontraksi otot polos involunter yang menggerakkan makanan tertelan
melalui saluran pencernaan.

4. Digesti adalah hidrolisis kimia (penguraian) molekul besar menjadi molekul kecil sehingga absorbsi
dapat berlangsung.

5. Absorbsi adalah pergerakkan produk akhir pencernaan dari lumen saluran pencernaan ke dalam
sirkulasi darah dan limfatik sehingga dapat digunakan oleh sel tubuh.

6. Egesti (defekasi) adalah proses eliminasi zat-zat sisa yang tidak tercerna juga bakteri dalam bentuk
feses dari saluran pencernaan.

B. Gambaran garis besar saluran pencernaan

1. Dinding saluran tersusun dari lapisan jaringan dasar dari lumen (rongga sentral) ke arah luar.
Komponen lapisan pada setiap regia bervariasi sesuai fungsi regia.

a. Mukosa (membran mukosa) tersusun atas tiga lapisan :

1) Epitelium yang melapisi berfungsi untuk perlindungan, sekresi. dan absorbsi. di bagian ujung oral
dan anal saluran, lapisannya tersusun dari epitelium skuamosa bertingkat tidak terkeranisasi untuk
perlindungan. lapisan ini terdiri dari epitelium kolumnar simpel dengan sel goblet di area tersebut yang
dikhususkan untuk sekresi dan absorbsi.

2) Lamina propia adalah jaringan ikat areolar yang menopang epitelium. lamina ini mengandung
pembuluh darah, limfatik, nodulus limfe, dan beberapa jenis kelenjar.

3) Muscularis mukosa terdiri dari lapisan sirkular dalam yang tipis dan lapisan otot polos longitudinal
luar.

b. Submukosa terdiri dari jaringan areolar yang mengandung pembuluh darah, pembuluh limfatik,
beberapa kelenjar submukosa dan pleksus serabut saraf, serta sel-sel ganglion yang disebut pleksus
Meissner (pleksus submukosa). Submukosa mengikat mukosa ke muskularis eksterna.

c. Muscularis eksterna tersiri dari dua lapisan otot, satu lapisan sirkular dalam dan satu lapisan
longitudinal luar. Kontraksi lapisan sirkular mengontriksi lumen saluran dan kontraksi lapisan
longitudinal memperpendek dan melebar lumen saluran. Kontraksi ini mengakibatkan gelombang
periataltis yang mengerakkan isi saluran ke arah depan.

1. Muskularis eksterna terdiri dari otot rangka di mulut, faring, dan esofagus atas, serta otot polos
pada saluran selanjutnya.

2. Pleksus auerbach (pleksus mienterik) yang terdiri dari serabut saraf dan serbut ganglion
parasimpatis, terletak di antara lapisan otot sirkular dalam dan longitudinal luar.

d. Serosa (adventisia), lapisan keempat dan yang paling luar juga disebut peritoneum visceral. Lapisan
ini terdiri dari membrane serosa jaringan ikat renggang yang dilapisi epithelium skuamosa simple.
Dibawah area diafragma dan dalam lokasi tempat epithelium skuamosa menghilang dan jaringan ikat
bersatu dengan jaringan ikat di sekitarnya, area tersebut disebut adventisia.

2. pertonium, mesenterium dan omentum abdominopelvis adalah membrane serosa dalam tubuh.

a. peritonium parietal melapisi rongga abdominopelvis.

b. peritoneum visceral membungkus organ dan terhubungkan ke peritoneum parietal oleh berbagai
lipatan.

c. rongga perinonial adalah rongga potensial antara visceral dan peritoneum parietal.

d. mesenterium dan omentum adalah lipatan jaringan peritoneal berlapis ganda yang merefleks balik
dari peritoneum gliseral. Lipatan ini berfungsi untuk mengikat organ-organ abdominal satu sama lain
dan melabuhkannya ke dinding abdominal belakang. Pembuluh darah, limfatik, dan saraf terletak dalam
lipatan peritoneal.
1. omentum besar adalah lipatan ganda berukuran besar yang meleka pada duodenum, lambung, dan
usus besar. Lipatan ini tergantung seperti celemek diatas usus.

2. Omentum kecil menopang lambung dan duodenum sehingga terpisah dari hati.

3. mesokolon melekatkan kolon ke dinding abdominal belakang.

4. ligament falsiformis melekatkan hati ke dinding abdominal depan dan diafragma.

e. organ yang tidak terbungkus peritoneum,tetapi hanya tertutup olehnya disebut retroperitoneal ( di
belakang peritoneum). Yang termasuk retropertoneal antara lain pancreas, duodenum, ginjal, rectum,
kandung kemih, dan beberapa rgan reproduksi perempuan.

C. Kendali saraf pada saluran pencernaan. SSO menginrvasi keseluruhan saluran pencernaan, keculi
ujung atas dan ujung bawah yang dikendalikan secara volunteer.

1. Impuls parasimpatis yang dihantarkan dalam saraf vagus (CN X), mengeluarkan efek stimulasi
konstan pada tonus otot polos dan bertanggung jawab untuk peningkatan keseluruhan aktivitas. Efek ini
meliputi motilitas dan sekresi cairan pencernaan.

2. Impuls simpatis yang dibawa medulla spinalis dalam saraf splanknik, menghambat kontraksi otot
polos saluran, mengurangi motalitas dan menghambat sekresi cairan pencernaan.

3. Pleksus Meissner dan Auerbach merupakan sisi sinaps untuk serabut praganklionik parasimpatis.
Pleksus ini juga berfungsi untuk pengaturan kontraktil lokaldan aktivitas sekertori saluran.

1. MULUT ( CAVUM ORIS )

Mulut adalah rongga lonjong pada permulaan saluran pencernaan dan berisi organ pencernaan. Terdiri
atas dua bagian. Bagian luar yang sempit, atau vestibula, yaitu ruang di antara gusi serta gigi dengan
bibir dan pipi, dan bagian dalam, yaitu rongga mulut yang dibatasi di sisi-sisinya oleh tulang maksilaris
dan semua gigi , dan di sebelah belakang bersambung dengan awal faring. Atap mulut dibentuk oleh
palatum, lidah terletak di lantainya dan terikat pada tulang hioid. Di garis tengah sebuah lipatan
membran mukosa (frenulum linguas) menyambung lidah dengan lantai mulut. Di kedua sisi terletak
papilasublingualis, yang memuat lubang kelenjar ludah submandibularis. Sedikit eksternal dari papila ini
terletak lipatan sublingualis, tempat lubang-lubang halus kelenjar ludah sublingualis bermuara. Dan ada
kelenjar parotis yang terletak agak ke bawah dan di depan telingadan membuka melalui duktus parotis
menuju suatu elevasi kecil (papila) yang terletak berhadapan dengan gigi molar kedua pada kedua sisi.

Selaput lendir mulut ditutupi epitelium yang berlapis-lapis. Dibawahnya terletak kelenjar-kelenjar halus
yang mengeluarkan lendir. Selaput ini sangat kaya akan pembuluh darah dan juga memuat banyak ujung
akhir saraf sensoris.
1. Bibir terdiri atas dua lipatan daging yang membentuk gerbang mulut. Di sebelah luar ditutupi kulit
yang mengandung folikel rambut, disebelah dalam ditutupi selaput lendir (mukosa), dan area
transisional memiliki epidermis transparan, bagian ini tampak merah karena dilewati oleh banyak kapiler
yang dapat dilihat. Otot orbikularis oris menutup bibir; levator anguli oris mengangkat, dan depresor
anguli menekan ujung mulut. Tempat bibir atas dan bawah bertemu membentuk sudut mulut.

2. Palatum (langit-langit) terdiri atas dua bagian, yaitu palatum keras yang tersusun atas tajuk-tajuk
palatum dari sebelah depan tulang maksilaris, dan lebih ke belakang terdiri atas dua tulang palatum. Di
belakang ini terletak palatum lunak, yang merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak dan
yang terdiri atas jaringan fibrus dan selaput lendir. Gerakannya dikendalikan ototnya sendiri. Ditengah
palatum lunak menggantung ke luar sebuah prosesus berbentuk kerucut, yaitu uvula. Dari sini tiang-
tiang lengkungan (fauses) melengkung ke bawah, ke samping kiri dan kanan, dan di antara tiang-tiang ini
terdapat lipatan rangkap otot dan selaput lendir yang di sebelah kanan dan kiri memuat tonsil.

3. Pipi membentuk sisi berdaging pada wajah dan menyambung dengan bibir mulai pada lipatan
nasolabial, berjalan dari sisi hidung ke sudut mulut. Pipi dilapisi dari dalam oleh mukosa yang
mengandung papila-papila. Otot yang terdapat pada pipi ialah otot buksinator.

4. Gigi-geligi dan pengunyahan. Gigi berfungsi dalam proses mastikasi. Terdapat dua kelompok gigi, yaitu
gigi sementara atau gigi sulung dan gigi tetap. Terdapat dua puluh gigi sulung, sepuluh pada setiap
rahang. Dari tengah kedua sisi berturut-turut dinamai: dua insisivus atau gigi seri, satu kanina atau gigi
taring, dan dua molar atau geraham. Gigi tetap lebih banyak yaitu tiga puluh dua, enam belas pada
setiap rahang. Dari tengah ke samping berturut-turut disebut: dua insisivus, satu taring, dua premolar
( geraham depan), dan tiga molar ( geraham belakang).

Umumnya pada seorang bayi gigi pertamanya muncul pada umur enam bulan. Insisivus tengah pada
rahang bawah yang pertama keluar, kemudian insisivus lateral. Molar pertama keluar pada kira-kira
umur dua belas sampai lima belas bulan, gigi taring pada delapan belas bulan, dan akhirnya pada dua
puluh bulan molar lainnya.

Seorang anak berumur dua belas bulan biasanya telah memiliki delapan gigi, dua insisivus tengah dan
dua yang lateral pada kedua rahang. Pada umur dua tahun si anak telah memiliki gigi sulung yang
lengkap. Pada umumnya gigi pada rahang bawah lebih dahulu keluar daripada gigi pasangannya pada
rahang atas.
Gigi tetap mulai menggantikan yang sementara pada kira-kira umur enam tahun. Yang pertama-tama
keluar ialah sebuah molar di belakang gigi-gigi sementara di setiap sisi, kemudian pada umur tujuh
sampai delapan tahun keluar gigi insisivus, pada umur sembilan sampai sepuluh tahun geraham
premolar, dan umur sebelas tahun gigi taring, pada kira-kira dua belas tahun geraham molar kedua dan
terakhir geraham bungsu.

Sebuah gigi mempunyai mahkota, leher, dan akar. Mahkota gigi menjulang di atas gigi, lehernya
dikelilingi gusi(gingiva), dan akarnya berada di bawahnya. Gigi dibuat dari bahan yang sangat keras, yaitu
dentin. Di dalam pusat strukturnya terdapat ronggapulpa. Pulpa gigi berisi sel jaringan ikat, pembuluh
darah, dan serabut saraf. Bagian gigi yang menjulang di atas ditutupi email, yang jauh lebih keras
daripada dentin.

Proses mengunyah. Gigi sudah dirancang dengan sangat tepat untuk mengunyah, gigi anterior (insisivus)
menyediakan kerja memotong yang kuat dan gigi posterior (molar), kerja menggiling. Semua otot
rahang bawah yang bekerja bersama-sama dapat mengatupkan gigi dengan kekuatan sebesar 55 pound
pada incisivus dan 200 pound pada molar.

Pada umumnya otot-otot pengunyah dipersarafi oleh cabang motorik dari saraf kranial kelima, dan
proses mengunyah dikontrol oleh nukleus dalam batang otak akan menimbulkan pergerakan
mengunyah yang ritmis. Demikian pula, perangsangan area di hipotalamus, amigdala, dan bahkan di
korteks serebri dekat area sensoris untuk pengecapan dan penghidu seringkali dapat menimbulkan
gerakan mengunyah.

Kebanyakan proses mengunyah disebabkan oleh suatu refleks mengunyah, yang dapat dijelaskan
sebagai berikut: Adanya bolus makanan di dalam mulut pada awalnya menimbulkan penghambat refleks
otot untuk mengunyah, yang menyebabkan rahang bawah turun ke bawah. Penurunan ini kemudian
menimbulkan refleks regang pada otot-otot rahang bawah yang menimbulkan kontraksi rebound.
Keadaan ini secara otomatis mengangkat rahang bawah yang menimbulkan pengatupan gigi, tetapi juga
menekan bolus melawan dinding mulut, yang menghambat otot rahang bawah sekali lagi, menyebabkan
rahang bawah turun dan kembali rebound pada saat yang lain, dan ini terjadi terulang-ulang.

Mengunyah bersifat penting untuk pencernaan semua makanan, tetapi terutama sekali untuk sebagian
besar buah dan sayur-sayuran mentah karena zat-zat ini mampunyai membran selulosa yang tidak
mudah dicerna. Membran ini melingkupi bagian-bagian zat nutrisi sehingga harus diuraikan sebelum
makanan dapat dicerna. Selain itu, mengunyah akan membantu pencernaan makanan untuk alasan
sederhana berikut: enzim-enzim pencernaan hanya bekerja pada permukaan partikel makanan; karena
itu, kecepatan pencernaan seluruhnya bergantung pada total area permukaan yang terpapar dengan
sekresi pencernaan. Selain itu, menggiling makanan hingga traktus gastrointestinal dan meningkatkan
kemudahan pengosongan makanan dari lambung ke dalam usus halus, kemudian ke semua segmen usus
berikutnya.

Menelan. Menelan dilakukan setelah mengunyah, dan dapat dilukiskan dalam tiga tahap. Gerakan
membentuk makanan menjadi sebuah bolus dengan bantuan lidah dan pipi, dan melalui bagian
belakang mulut masuk ke dalam faring.
Setelah makanan masuk faring, palatum lunak naik untuk menutup nares posterior, glotis menutup
oleh kontraksi otot-ototnya, dan otot konstriktor faring menangkap makanan dan mendorongnya masuk
esofagus. Pada saat ini pernapasan berhenti, kalau tidak maka akan tersedak. Orang tak dapat menelan
dan bernapas pada saat yang sama. Gerakan menelan pada bagian ini merupakan gerakan refleks.

Makanan berjalan dalam esofagus karena kerja peristaltik, lingkaran serabut otot di depan makanan
mengendor dan yang di belakang makanan berkontraksi. Maka gelombang peristaltik menghantarkan
bola maknan ke lambung.

Tahap kedua dan ketiga pada gerakan menelan terkadi tidak atas kemauan sendiri, sedangkan tahap
pertama, meskipun atas menjadi partikel-partikel dengan konsistensi sangat halus akan mencegah
ekskoriasi kemauan sendiri, sebagian besar berjalan otomatis.

Esofagus dapat terserang kardio-spasme atau akalasia, disebabkan kegagalan fungsi motorik yang
berupa hilangnya gerakan peristaltik di bagian bawah usofagus dan kegagalan sfinkter kardiak untuk
mengendor. Gejala utama ialah disfagia (kesukaran menelan) dan regurgitasi.

Pengobatan konservatif yang berupa dengan perlahan-lahan makan makanan yang mudah ditelan
ada kalanya menolong. Atau usaha untuk membuka sfinkter kardiak bila perlu dapat dilaksanakan. Kalau
cara ini gagal maka perlu dipertimbangkan tindakan pembedahan.

Kesehatan gigi harus ditekankan. Anak-anak sejak kecil sudah dapat belajar menggosok gigi mereka
dalam gerakan naik-turun, sisi dalam dan luar, sesudah makan dan sebelum pergi tidur. Jajan dan gula-
gula jangan dimakan si antara waktu makan, atau menjelang tidur. Hal ini merupakan sumber penyakit
gigi yang lazim.

Pertumbuhan gigi, baik yang sementara maupun yang tetap, harus di awasi. Kunjungan teratur pada
dokter gigi. Kalau dapat setiap bualan, atau sedikit-dikitnya 4 sampai 6 bulan. Tidak adanya rasa sakit
bukan berarti tidak ada penyakit atau karies gigi. Pada masa remaja kunjungan ke dokter gigi boleh
dikurangi. Kemudian pada umur dewasa junjungan boleh lebih jarang, tetapi sebaiknya tetap teratur.

5. Lidah

Pada hakikatnya lidah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan indra khusus pengecap. Lidah
sebagian besar terdiri atas dua kelompok otot. Otot intrinsik, lidah melakukan semua gerakan halus,
sementara otot ekstrinsik mengaitkan lidah pada bagian-bagian sekitarnya serta ,elaksanakan gerakan-
gerakan kasar yang sangat penting pada saat mengunyah dan menelan. Lidah mengaduk-aduk makanan,
menekannya pada langit-langit dan gigi, dan akhirnya mendorongnya masuk faring.

Lidah terletak pada dasar mulut, sementara pembuluh darah dan urat saraf masuk dan keluar pada
akarnya. Ujung serta pinggiran lidah bersentuhan dengan gigi-gigi bawah, sementara dorsum
merupakan permukaan melengkung pada bagian atas lidah. Bila lidah digulung ke belakang, tampaklah
permukaan bawahnya yang disebut frenulum linguae, sebuah struktur ligamen halus yang mengaitkan
bagian posterior lidah pada dasar mulut. Bagian anterior lidah bebas tidak terkait. Bila dijulurkan, ujung
lidah meruncing, dan bila terletak tenang di dasar mulut, ujung lidah berbentuk bulat. Selaput lendir
(membran mukosa) lidah selalu lembab, dan pada waktu sehat berwarna merah jambu. Permukaan
atasnya seperti beledu dan ditutupi papil-papil, yang terdiri atas tiga jenis.

Papila sirkumvalata. Ada delapan hingga dua belas buah jenis ini yang terletak pada bagian dasar lidah.
Papila sirkumvalata adalah jenis papila terbesar, dan masing-masing dikelilingi semacam lekukan seperti
parit. Papila ini tersusun berjajar membentuk huruf V pada bagian belakang lidah.

Papila fungiformis menyebar pada permukaan ujung dan sisi lidah, dan berbentuk jamur.Papila fliformis
adalah yang terbanyak dan menyebar pada seluruh permukaan lidah. Organ-ujung untuk pengecapan
adalah puting-puting pengecap.

Ada empat macam rasa kecapan: manis, pahit, asam, dan asin. Kebanyakan makanan memiliki ciri
harum dan cita rasa, tetapi ciri-ciri itu merangsang ujung saraf penciuman, dan bukan ujung saraf
pengecapan. Supaya dapat dirasakan, semua makanan harus menjadi cairan, serta harus sungguh-
sungguh bersentuhan dengan ujung saraf yang mampu menerima rangsangan berbeda-beda. Puting
pengecap yang berbeda-beda menimbulkan kesan rasa yang berbeda-beda juga.

6. Kelenjar Ludah( Saliva)

Kelenjar ludah adalah kelenjar majemuk bertandan, yang berarti terdiri atas gabungan kelompok
alveoli bentuk kantong dan yang membentuk lubang-lubang kecil. Saluran-saluran dari setiap alveolus
bersatu membentuk saluran yang lebih besar dan yang menghantar sekretnya ke saluran utama dan
melalui ini sekret dituangkan ke dalam mulut.

Kelenjar ludah yang utama ialah kelenjar parotis, submandibularis dan sublingualis.

Kelenjar parotis ialah yang terbesar. Satu di sebelah kiri dan satu di sebelah kanan dan terletak dekat di
depan agak ke bawah telinga. Sekretnya dituangkan ke dalam mulut melalui saluran parotis atau saluran
Stensen, yang bermuara di pipi sebelah dalam, berhadapan dengan geraham (molar) kedua atas. Ada
dua struktur penting yang melintasi kelenjar parotis, yaitu arteri karotis eksterna dan saraf kranal
ketujuh (saraf fasialis).

Kelenjar submandibularis nomor dua besarnya sesudah kelenjar parotis. Terletak di bawah kedua sisi
tulang rahang, dan berukuran kira-kira sebesar buah kenari. Sekretnya dituangkan ke dalam mulut
melalui saluran submandibularis atau saluran Wharton, yang bermuara di dasar mulut, dekat frenulum
linguage.

Kelenjar sublingualis adalah yang terkecil. Letaknya di bawah lidah kanan dan kiri frenulum linguage dan
menuangkan sekretnya ke dalam dasar mulut melalui beberapa muara kecil.
Fungsi kelenjar ludah ialah mengeluarkan saliva, yang merupakan cairan pertama yang mencernakan
makanan. Deras aliran saliva dirangsang oleh :

1. Adanya makanan dalam mulut

2. Melihat, membaui, dan memikirkan makanan

2. FARING

Faring atau tekak terletak di belakang hidung, mulut, dan laring (tenggorokan). Faring berupa slauran
berbentuk kerucut dari bahan membran berotot (muskulo membranosa) dengan bagian terlebar di
sebelah atas dan berjalan dari dasar tengkorak sampai di ketinggian vertebrata servikal keenam, yaitu
ketinggian tulang rawan krikoid, tempat faring bersambung dengan esofagus. Pada ketinggian ini laring
juga bersambung dengan trakea (batang tenggorok). Panjang faring kira-kira tujuh sentimeter dan dibagi
atas tiga bagian :

a. Nasofaring, di belakang hidung. Di dinding pada daerah ini terdapat lubang saluran Eustakhius.
Kelenjar-kelenjar adenoid terdapat pada nesofaring.

b. Faring oralis, terletak dibelakang mulut. Kedua tonsil ada di dinding lateral daerah faring.

c. Faring laringeal ialah bagian terendah yang terletak di belakang laring.

Di dalam faring terdapat tujuh lubang-dua dari saluran Eustakhius, dua bagian posterior lubang
hidung (nares) yang berada di belakang rongga hidung, mulut, laring, dan esofagus.

Struktur faring. Dinding faring tersusun atas tiga lapisan, yaitu lapisan mukosa, lapisan fibrosa, dan
lapisan berotot. Lapisan mukosa yang terletak paling dalam, bersambung dengan lapisan dalam hidung,
mulut, saluran Eustakhius. Lapisan dalam pada bagian atas faring ialah epitelium saluran pernapasan
dan bersambung dengan epitelium hidung. Bagian bawah faring yang bersambung dengan mulut dilapisi
epitelium berlapis.

Lapisan fibrosanya terletak antara lapisan mukosa dan lapisan berotot. Otot utama pada faring ialah
otot konstriktor, yang berkontraksi sewaktu makanan masuk ke faring dan mendorongnya ke dalam
esofagus.

Kedua tonsil merupakan dua kumpulan jaringan limfosit yang terletak di kanan dan kiri faring di antara
tiang-tiang lengkung fauses. Tonsil dijelajahi pembuluh darah dan pembuluh limfe dan mengandung
banyak limfosit. Permukaan tonsil ditutupi membran mukosa yang bersambung dengan bagian bawah
faring. Permukaan ini penuh dengan lekukan, dan ke dalam lekukan yang banyak ini sejumlah besar
kelenjar penghasil mukus menuangkan sekresinya. Mukus ini mengandung banyak limfosit. Dengan
demikian tonsil bekerja sebagai garis depan pertahanan dalam infeksi yang tersebar dari hidung, mulut,
dan tenggorok. Meskipun demikian tonsil bisa gagal menahan infeksi, yaitu ketika terjadi tonsilitis
(peradangan tonsil) atau sebuah abses peritonsiler. Setelah pengobatan dengan antibiotika dan
pengobatan lokal, tonsilektomi dapat dipertimbangkan. Tetapi dewasa ini hal itu kurang dijalankan
daripada dulu.

Selaput lendir faring yang dekat lubang posterior nares dan lubang saluran (tuba) Eustakhius juga
mengandung jaringan limfoid yang serupa dengan jaringan tonsil. Bila menjadi hipertrofik, jaringan ini
dapat menyumbat nares posterior dan terjadilah keadaan yang disebut sebagai pembesaran adenoid.

3. ESOFAGUS

Merupakan saluran yang berfungsi menghubungkan antara rongga mulut dengan lambung dalam hal ini
adalah meneruskan makanan. Pada ujung saluran esofagus setelah mulut terdapat daerah yang disebut
faring. Pada faring terdapat klep, yaitu epiglotis yang mengatur makanan agar tidak masuk ke trakea
(tenggorokan). Agar makanan dapat berjalan sepanjang esofagus, terdapat gerakan peristaltik sehingga
makanan dapat berjalan menuju lambung

Di pangkal leher, terdapat dua saluran, yaitu batang tenggorokan dan kerongkongan. Batang
tenggorokan merupakan saluran pernapasan, sedangkan kerongkongan merupakan saluran penghubung
antara rongga mulut dan lambung. Kedua saluran ini dipisahkan oleh sebuah katup. Katup akan
menutup ketika sedang makan, dan akan terbuka ketika sedang bernapas. Itu sebabnya dianjurkan
untuk tidak berbicara ketika sedang makan sebab dapat menimbulkan tersedak.

Panjang kerongkongan kira-kira 20 cm dan berdiameter 1 inchi. Kerongkongan terdiri atas otot yang
lentur. Makanan yang berada di dalam kerongkongan akan didorong oleh dinding kerongkongan menuju
lambung. Gerakan seperti ini disebut gerak peristaltik. Gerak peristaltik dilakukan oleh otot dinding
kerongkongan.

Menelan

Menelan (deglutition) adalah suatu respon reflek yang dicetuskan oleh impuls aferen di nervus
trigeminus, glosofaringeous, dan vagus. Impuls-impuls ini terintegrasin di nukleus traktus solitaries dan
nucleus ambigus. Serabut-serabut eferen berjalan ke otot faring dan lidah melalui nervus trigeminus,
fasialis dan hipoglassus. Menelan diawali dengan kerja volunteer, yakni mengumpulkan isi mulut di lidah
dan mendorongnya ke belakang menuju faring. Hal ini mencetuskan serangkaian gelombang kontraksi
involunter pada otot faring yang mendorong makanan ke dalam esophagus. Inhibisi pernapasan dan
penutupan glotis merupakan bagian dari respon reflek ini. Terjadi suatu kontraksi nperistaltik berbentuk
cincin dari otot esophagus di belakang makanan, yang kemudian menyapu makanan menuruni esofagus
dengan kecepatan 4 cm/ detik. Jika manusia berada pada posisi tegak, cairan dan makanan setengah
padat umumnya jatuh oleh gaya tarik bumi ke esofagus bawah, yang mendahului gelombang peristaltic
Sfingter esofagus bawah

Tidak seperti bagian esofagus lain, otot pada perbatasan lambung dan esophagus (SEB) bersifat tonik
aktif tetapi melemah sewaktu menelan. Aktifitas tonik SEB antara waktu makan refluks isi lambung
kedalam esophagus. SEB terdiri atas 3 komponen. Otot polos esophagus lebih menonjol diperbatasan
dengan lambung (sfingter intrinsic). Serabut dari bagian crus diafragma, berupa otot rangka,
mengelilingi esophagus dibagian ini ( sfingter ekstrinsik) dan menimbulkan efek yang menyerupai
penjepit selang esophagus. Selain itu serat oblik dinding lambung membentuk suatu katup flap yang
membantu menutup perbatasan esophagus-lambung dan mencegah regurgitasi apabila tekanan
intragastrik meningkat.

Tonus SEB berada dibawah kendali saraf. Pengeluaran asetil kolin dari ujung nervus vagus meyebabkan
sfingter intrinsik berkontraksi, dan pengeluaran NO dan VIP dari interneuron yang dipersarafi oleh
serabut vagus yang lain menyebabkan sfingter tersebut melemah. Kontraksi bagian crus diafragma, yang
dipersarafi oleh nervus phrenicus, dikoordinasikan dengan pernapasan dan kontraksi otot dada dan
perut. Jadi, sfingter intrinsic dan ekstrinsik bekerja sama sehingga makanan mengalir dengan baik ke
lambung dan tidak terjadi refluks isi lambung ke dalam esophagus.

Akalasia adalah suatu keadaan yang menyebabkan akumulasi makanan di esophagus dan pelebaran
organ tersebut. Kelainan ini disebabkan oleh peningkatan tonus SEB dan relaksasi sfingter yang tidak
sempurna saat menelen. Ada kelainan ini, pleksus mienterikus esophagus di SEB berkurang, dan
peleasan NO dan VIP menjadi terganggu. Kelainan ini dapat ditangani dengan dilatasi pneumatic sfingter
atau insisi otot esophagus (miotomi). Inhibisi pelepasan asetil kolin oleh penyuntikan toksin botulinum
kedalam SEB juga efektif dan menghasilkan perbaikan yang menetap beberapa bulan.

4. LAMBUNG

Lambung adalah bagian saluran cerna yang paling lebar dan terletak diantara ujung esofagus dan
pangkal usus halus. Terletak dikuadran kiri atas abdomen, dibawah diafragma agak ke kiri dari garis
tengah, dengan panjang 25 cm dan Lebar 10 cm. Bentuk dan posisi lambung dipengaruhi oleh
perubahan didalam rongga abdomen dan oleh isi lambung.

Lambung terdiri dari 4 bagian yakni Kardia, Fundus, Korpus, dan Pilorus. Dilengkapi dengan 2 sfingter
yakni sfingter kardia (terletak dekat dengan lubang kardia), dan sfingter pilorus (dekat dengan pilorus).

Kapasitas lambung pada orang dewasa 1500 ml. Pada lapisan mukosa lambung terdapat lipatan-lipatan
yang disebut “Rugae” yang meregang pada saat terjadi penambahan volume / isi lambung. Mukosa
lambung juga mengandung banyak kelenjar yang mensekresi enzim-enzim pencernaan. Didalam
lambung terdapat getah lambung, yang membuat makanan lebih cair dan asam. Getah lambung
mengandung air, garam, mineral, lendir, asam hidrochlorida (Hcl), pepsinogen, renin.
Makanan yang sudah masuk ke dalam lambung akan tetap didalam lambung selama - 3 jam atau lebih,
sesuai dengan sifat makanan dan muskularitas lambung dan diperlukan 15-30 menit diujung kardia
lambung yang bertindak sebagai reservoar.

Manfaat Asam Lambung:

1. Memberi reaksi asam yang diperlukan oleh enzim lambung.

2. Membunuh bakteri.

3. Mengontrol pilorus.

4. Menghentikan kerja ptialin.

5. Mengubah pepsinogen menjadi pepsin.

Fungsi Lambung:

1. Mengaduk makanan, memecahnya lebih lanjut dan mencampurnya dengan sekresi dari kelenjar
lambung dan memghasilkan zat yang bernama chyme.

2. Melanjutkan pencernaan makanan dengan bantuan getah lambung.

3. Mensekresi faktor instrinsik.

4. Tempat penyimpan makanan (s/d 1,5 L tanpa nyeri)

5. Mensekresikan HCl dan enzim u/ memulai pencernaan protein

6. Mencegah masuknya sebagaian kuman

7. Absorpsi : alkohol dan obat-obatan (aspirin)

Sekresi lambung

Sel kelenjar lambung menyekresikan sekitar 2500Ml getah lambung setiap hari. Getah lambung ini
mengandung beberapa macam zat.

Asam hidroklorida yang disekresikan oleh kelenjar korpus lambung membunuh sebagian besar bakteri
yang masuk, menghasilkan ph yang diperlukan pepsin untuk mencerna protein, serta merangsang aliran
empedu.

Sawar mukosa
Konsentrasi asam dalam getah lambung cukup pekat untuk dapat menimbulkan kerusakan jaringan.
Pada keadaan normal tidak terjadi kerusakan karena adanya sawar mukosa yang dibentuk oleh mucus
dan HCO3 . Mukus yang disekresikan oleh sel leher kelenjar lambung dan sel mukosa permukaan terdiri
atas glikoprotein yang disebut musin dan membentuk suatu gel fleksibel yang melapisi mukosa. Sel
mukosa permukaan juga mensekresi HCO3. Sebagian besar HCO3 terperangkap dalam gel mucus
sehingga terbentuk suatu gradient ph yang memiliki rentang ph 1,0-2,0 disisi lumial dan 6,0-7,0 di
permukaan sel epitel. HCl yang disekresikan oleh sel parietal dikelenjar lambung melintasi sawar ini
dalam kanal berbentuk jari, dengan menyisakan lapisan gel lainnya yang utuh.

Mucus dan HCO3 yang disekresikan oleh sel mukosa juga berperan penting dalam melindungi lambung
dari kerusakan ketika getah lambung yang sangat asam disekresikan kedalamnya. Prostaglandin
merangsang sekresi mucus. Sekresi HCO3 juga dirangsang oleh prostaglandin dan reflex setempat.

Sekresi pepsinogen

Chief cell yang menyekresi pepsinogen (precursor inaktif dalam getah lambung) mengandung granula
zimogen. Proses sekresi yang terjadi serupa dengan proses sekresi tripsinogen dan enzim pancreas
lainnya oleh pancreas. Aktifitas pepsinogen dapat dideteksi dalam plasma dan dalam urine yang disebut
uropepsinogen.

Pengaturan sekresi lambung

Motilitas dan sekresi lambung diatur oleh mekanisme saraf dan humoral. Koponen saraf merupakan
reflek autonom local, yang melibatkan neuron kolinerdik, dan impuls dari SSP melalui nervus vagus.
Rangsangan vagus meningkatkan sekresi gastrin melalui pelepasan GRP. Serabut vagus lain melepaskan
asetil kolin, yang bekerja langsung pada sel kelenjar di korpus dan fundus untuk meningkatkan sekresi
asam dan pepsin. Rangsangan nervus vagus di dada atau leher meningkatkan sekresi asam dan pepsin
tetapi vagotomi tidak menghilangkan respon sekresi terhadap rangsangan local.

Pengaruh otak atau sefalik adalah respon yang diperantarai oleh nervus vagus dan diinduksi oleh
aktifitas di SSP. Pengaruh lambung adalah respon reflek local dan respon terhadap gastrin. Pengaruh
usus adalah efek reflex dan umpan balik hormonal pada sekresi lambung yang dicetuskan dari mukosa
usus halus.

Motilitas dan pengosongan lambung

Apabila makanan masuk kedalam lambung, vundus dan bagian atas korpus akan melemas dan
mengakomodasi makanan dengan sedikit peningkatan tekanan (relaksasi reseptif). Peristaltis kemudian
dimulai dibawah korpus, yang mencampur dan menghaluskan makanan serta memungkinkan makanan
dalam bentuk setengah cair mengalir sedikit demi sedikit melalui pylorus dan memasuki duodenum.

Relaksasi diperantarai oleh nervus vagus dan dipicu oleh pergerakan faring dan esofagus. Gelombang
pristaltik yang diatur oleh SEB lambung segera timbul dan menyapu kearah pylorus. Kontraksi lambung
distal yang ditimbulkan oleh setiap gelombang kadang-kadang disebut sistol antrum dan dapat
berlangsung sampai 10 detik. Gelombang-gelombang ini timbul 3-4 kali setiap menit.

Pada pengaturan pengosongan lambung, antrum, pylorus, dan duodenum bagian atas tampaknya
berfungsi sebagai suatu kesatuan. Kontraksi antrum diikuti oleh kontraksi berurutan daerah pylorus dan
duodenum. Di antrum, kontraksi parsial didepan isi lambung yang sedang bergerak maju akan mencegah
masuknya massa padat di duodenum, dan isi lambung akan dicampur dan dihancurkan. Isi lambung yang
lebih cair dialirkan sedikit demi sedikit kedalam usus halus. Secara normal, regurgitasi dari duodenum
tidak terjadi karena kontraksi egmen pylorus cenderung menetap sedikit lebih lama daripada kontraksi
duodenum. Pencegahan regurgitasi ini juga dapat disebabkan oleh stimulasi CCK dan sekretin pada
sfringter pylorus.

Kontraksi lapar

Kontraksi lambung diantara waktu makan, yang mungkin diperantarai oleh MMC, terkadang dapat kita
rasakan dan bahkan dapat menimbulkan sedikit nyeri. Kontraksi lapar ini berkaitan dengan rasa lapar
dan semul diduga merupakan pengatur nafsu makan yang penting namun, pada hewan yang mengalami
denerfasi lambung dan usus, asupan makanan tetap normal.

5. USUS HALUS (INTESTINE)

Usus halus adalah saluran konvolusi yang membentang dari sfingter pilorus ke sambungannya dengan
usus besar pada katup elleoselkum. Panjangn usus kecil adalah 6 meter, berada ditengah dan bagian
bawah rongga abdomen, biasanya dalam kurva usus besar.

Usus halus terdiri dari 3 bagian yakni duodenum, jejunum, dan illeum. Fungsinya adalah mencerna dan
absorbsi makanan.

Dalam usus halus terdapat membran mukosa yang mempunyai penampilan beludru akibat adanya
tonjolan seperti rambut yang disebu “villi”. Setiap villi mengandung pembuluh limfe (lakteal) dan
pembuluh darah. Membran mukosa tersebut menaikkan area yang tersedia untuk absorbsi.

Bagian pertama duodenum kadang-kadang disebut duodenal cak atau bulb. Daerah ini menerima isi
lambung yang bersifat asam, yang mengalir emlalui vilorus dan merupakan tempat redileksi terjadinya
kulkus peptikum. Di ligantum treitz, duodenum berubah menjadi jejunum. Berdasarkan kesepakatan,
40% bagian atas usus halus sebelah distal duodenum disebut jenunum dan 60% sisanya disebut ileum,
walaupun tidak terdapat batas anatomi yang jelas diantara keduanya. Katup ileosekum menandai titik
berakhirnya ileum di kolon.

Usus halus berukuran lebih pendek pada keadaan hidup disbanding pada kadever, setelah kematian
usus halus memanjang dan melemas. Jarak dari pylorus ke katup ileosekum pada manusia hidup
dikatakan sebesar 285cm. setelah kematian, otot disebagian besar saluran cerna melemas sehingga
jarak yang diukur saat otopsi menjadi lebih panjang.

Mukosa usus halus mengandung kelenjar limfe soliter dan terutama di ileum, nodulus limfatik agrigat
(plakpeyer) disepanjang batas yang berlawanan dengan perlekatan mesenterium. Disepanjang usus
halus terdapat kelenjar usus tubuler sederhana (kriptus lieberkuhn). Selain itu di duodenum terdapat
kelenjar duodenum asinotubuler kecil yang berbentuk seperti kumparan (kelenjar brunner). Epitel usus
halus mengandung berbagai jenis sel neuroendokrin dan banyak lipatan mirip katup (valvulae
conniventes) di membrane mukosa.

Di sepanjang usus halus, membrane mukosa diliputi vilus. Terdapat 20-40 vili per milimeterpersegi
mukosa. Setiap vilus usus merupakan tonjolan berbentuk jari yang panjangnya 0,5-1 cm, dan dibungkus
oleh satu lapisan silindris serta berisi jaringan kapiler dan pembuluh limfe (lacteal). Di setiap vilus
terdapat perluasan otot polos lapisan submukosa yang berjalan longitudinal sampai ke ujung vilus.
Ujung bebas sel-sel epitel vilus dibagi menjadi mikrovili yang halus. Mikrovili dibentuk oleh glikoliks,
yakni suatu lapisan amorf yang kaya akan gula netral dan gula amino. Mikrovili membentuk brush
border. Sel dihubungkan satu sama lain oleh taut erat. Lapisan luar membran sel mukosa mengandung
banyak enzim yang berperan pada proses pencernaan yang diawali oleh enzim air liur, lambung, dan
pankreas.

Permukaan absorbtif usus haus meningkat sekitar 600 kali lipat oleh adanya valvulae conniventes, vilus,
dan milkrovilus. Diperkiraan luas permukaan bagian dalam silinder mukosa seukuran usus halus adlah
sekitar 3300 cm2, valvulae meningkatkan luas permukaan menjadi 10.000cm2, vilus meningkatkannya
menjadi 100.000 cm2 dan mikrovilus meningkatkannya menjadi 2 juta cm2. Enterosik di usus halus
dibentuk dari sel-sel yang tidak berdiferensiasi dan membelah secara aktif dikriptus lieberkuhn. Sel-sel
ini bermigrasi keujung vilus, tempat sel-sel tersebut mengalami apoptosis dan dilepaskan kedalam
lumen usus dalam jumlah besar. Lama hidup rata-rata sel adalah 2-5 hari, bergantung pada spesies.
Pada manusia, jumlah sel yang dilepaskan per hari diperhitungkan sekitar 17 miliar, dan jumlah protein
yang disekresikan dengan cara ini adalah sekitar 30 gram per hari. Dilambung, sel-sel mukosa dengan
cepat dilepaskan oleh sel-sel baru.

Sel panet-sel endokrin yang berada di kedalaman kriptus lieberkuhn mengeluarkan defensin yakni
peptide anti biotika alami yang juga dikeluarkan ditubuh lain. Enterosit yang bermigrasi terpapar oleh
defensin berkadar tinggi, dan hal ini melindungi sel-sel tersebut saat sel bergerak ke puncak vilus. Sel
panet juga dapat mengeluarkan guanilin.

Mukus usus
Mucus disekresikan oleh sel epitel permukaan disepanjang saluran cerna, leh kelenjar brunner di
duodenum, dan oleh sel gobet di mukosa usus halus dan usus besar. Selain fungsi protektif permukaan
mukosa, sel mucus melumasi makanan dan menahan immunoglobulin ditempatnya. Sekresi musin
dipercepat oleh rangsangan kolinergik dan oleh iritasi kimia dan fisika. Musin yang sedikit berbeda
disekresikan oleh sel gobet lain. Pada orang yang mengidap tumor usus dan pasien colitis ulseratif,
komposisi musin mengalami perubahan.

Motilitas usus

MMC yang berjalan di sepanjang usus dengan interfal teratur pada keadaan kuasa dn digantikannya
MMC oleh peristalsis dan kontraksi lain yang dikontrol SEB telah dijelskan sebelumnya. Di usus halus,
rata-rata terdapat 12 siklus SEB per menit di jejunum proksimal, yang berkurang menjadi 8 per menit di
ileum distal. Terdapat 3 jenis kontraksi otot polos yaitu gelombang peristalsis, kontraksi segmentasi dan
kontraksi tonik. Kontraksi peristalsis mendorong isi usus (kimus) kea rah usus besar. Kontraksi
segmentasi merupakan kontraksi berbentuk cincin yang muncul dalam interval yang relative teratur di
sepanjang usus, lalu menghilang dan digantikan oleh serangkaian kontraksi cincin lain di segmen-
segmen diantara kontraksi-kontraksi lainnya. Kontraksi ini mendorong kimus maju mundur dan
meningkatkan pajanannya pada permukaan mukosa. Kontraksi segmentasi dipicu oleh peningkatan local
influx Ca2+ yang diserati gelombang peningkatan konsentrasi Ca2+ yang menyebar di setiap focus.
Kontraksi tonik adalah kontraksi yang relative lama yang pada dasarnya mengisolasi satu segmen usus
dari segmen yang lain. Bahwa dua jenis kontraksi terakhir memperlambat waktu transit di usus halus
sehingga waktu transit sebenarnya lebih lama pada keadaan kenyang daripada keadaan kuasa. Hal ini
memungkinkan kimus berkontak lebih lama dengan enterosit sehingga absorbsi meningkat.

Gelombang peristaltic yang sangat kuat yang disebut peristaltic rush, tidak terjadi pada orang normal
tetapi timbul apabila usus mengalami obstruksi. Di kolon kadang-kadang terjadi antiperistalsis lemah,
tetapi sebagian besar gelombang secara teratur bergerak dari arah oral ke kaudal.

Proses pencernaan di usus

Proses pencernaan dilakukan oleh getah pankreas, empedu (yang mengemulsikan lemak) dan getah
usus kecil. Getah-getah ini dicampur dengan makanan oleh peristaltik, kerja muskular dinding usus
halus, yang membuat makanan alkali dalam reaksi. Kontraksi mula-mula terjadi pada satu tempat dan
kemudian ditempat lain diikuti oleh relaxasi, yang memungkinkan efek meremas atau menggiling dan
membawa mukosa kontak erat dengan makanan.absorbsi protein, karbohidrat dan lemak terjadi hampir
diseluruh villi usus kecil. Protein dalam bentuk asam amino, karbohidrat dalam bentuk gula sederhana
diabsorbsi oleh sel-sel yang menutupi villi yang kemudian masuk ke kapiler darah yang di lanjutkan pada
vena porta di hati, dan lemak dalam bentuk asam lemak dan gliserol diabsorbsi oleh sel-sel yang
melapisi villi.

6. KOLON (USUS BESAR)


Gambaran Anatomi

Usus besar membentang dari ujung illeum sampai ke anus, dengan panjang 1,5 meter. Usus besar
terdiri dari appendiks vermiformis, sekum, kolon asenden, kolon transversum, kolon desenden, kolon
sigmoid, rektum dan kanal anal yang dilengkapi sfingter anus interna yang melingkari bagian atas anus
dan sfingter anus eksterna yang mengelilingi kanal anus untuk menutup kanal anus lebih kuat secara
volunter. Pertemuan antara sekum dan illeum terdapat katup “illeosekum”, berfungsi mencegah isi
sekum masuk kembali ke illeum. Di sini terdapat “refleks gastro-illeum”, yaitu dengan masuknya
makanan ke lambung, kontraksi duodenum diikuti pesase isi illeum ke sekum. Sekum terletak dibagian
kanan fosa illiaka kanan, merupakan bagian yang berdilatasi yang ujung bawahnya buntu tapi bagian
atasnya bersambung dengan kolon asenden. Apendiks adalah saluran sempit yang ujungnya buntu dan
terbuka dari sekum 2 cm dibawah katup illeo-sekum, apendiks memiliki panjang 9 cm. Kolon asenden
memiliki panjang 15 cm, kolon transversium memiliki panjang 50 cm, dan kolon desenden memiliki
panjang 25 cm, membentuk sebagian besar usus besar. Bagian akhir kolon berbentuk huruf “S”
(sigmoid), membentuk lengkung dengan panjang 40 cm. Struktur lanjutan dari sigmoid adalah rektum
dengan panang 12 cm. Kanal anal berjalan ke arah bawah dan ke belakang, ke ujung anus.

Fungsi dari usus besar (kolon): Tempat penyimpanan feses ,absorpsi air dan elektrolit, mensekrsi mucus
yang berfungsi sebagai pelindung, pelicin dan perekat feses.

Gerakan Kolon

Fungsi utama kolon adalah (1) absorpsi air dan elektrolit dari kismus untuk membentuk feses yang padat
dan (2) penimbunana bahan feses sampai dapat dikeluarkan, setengah bagian proksimal kolon,
terutama berhubungan dengan absorpsi, dan setengah bagian distal, berhubungan dengan
penyimpanan. Karena tidak diperlukan pergerakan kuat dari dinding kolon untuk fungsi-fungsi ini, maka
pergerakan kolon secara normal sangat lambat. Meskipun lambat, pergerakannya masih mempunyai
karateristik yang serupa dengan pererakan usus halus dan sekali lagi dapat dibagi menjadi gerakan
mencampur dan gerakan mendorong.

Gerakan mencampur “Hautrasi.” Melalui cara yang sama dengan terjadinya gerakan segmentasi dalam
usus halus, konstriksi-konstriksi sirkular yang besar terjadi dalam usus besar. Pada setiap konstriksi ini,
kira-kira 2,5 cm otot sirkular akan berkontraksi, kadang menyempitkan lumen kolom sampai hampir
tersumbat. Pada saat yang sama, otot longitudinal kolon, yang terkumpul menjadi tig pit longitudinal
yang disebut taenia coli, akan berkontraksi. Kontraksi gabungan dari pita otot sirkular dan longitudinal
menyebabkan bagian usus besar yang tidak terangsang menonjol ke luar memberikan bentuk serupa
kantung yang disebut haustrasi.

Setiap haustrasi biasanya mencapai intesitas puncak dalam waktu sekitar 30 detik dan kemudian
menghilang selama 60 detik berikutnya. Kadang-kadang berkontraksi juga bergerak lambat menuju ke
anus selama masa kontraksinya, terutama pada sekum kolon asenden, dan karena itu menyebabkan
sejumlah kecil dorongan isi kolon ke depan. Beberapa menit kemudian, timbul kontraksi haustrae yang
baru pada daerah lain yang berdekatan. Oleh karena itu, bahan feses dalam usus besar secara lambat
diaduk dan diputar dengan cara yang hampir yang sama seperti orang yang menyekop tanah. Dengan
cara ini, semua bahan feses secara bertahap bersentuhan dengan permukaan mukosa usus besar, dan
cairan serta zat-zat terlarut secara progresif diabsopsi hingga hanya terdapat 80 sampai 200 mililiter
feses yang dikeluarkan setiap hari.

Gerakan mendorong “Pergerakan Massa.” Banyak dorongan di dalam sekum dan kolon asenden
dihasilkan oleh kontraksi haustrae yang lambat tetapi berlangsung persisten, yang membutuhkan waktu
8 sampai 15 jam untuk menggerakkan kimus dari katup ileosekal ke kolon, sementara kimusnya sendiri
menjadi feses dengan karateristik lumpur setengah padat bukan lagi setengah cair.

Dari sekum sampai sigmoid, pergerakan massa dapat mengambil alih peran pendoorngan untuk
beberapa menit dalam satu waktu. Gerakan ini biasanya hanya terjadi satu sampai tiga kali setiap hari
pada kebanyakan orang, terutama untuk kira-kira 15 menit selama jam pertama sesudah mkan pagi.

Pergerakan massa adalah jenis peristaltik yang dimodifikasi yang ditandai oleh rangkaian peristiwa
sebagai berikut : pertama, timbul sebuah cincin konstriksi sebagai respon dari tempat yang teregang
atau teriritasi di kolon, biasanya pada kolon transversum. Kemudian, dengan cepat kolon, sepanjang 20
cm atau lebih, pada bagian distal cincin konstriksi tadi akan kehilangan haustrasinya dan justru
berkontraksi bagai satu unit, mendorong maju materi feses pada segmen ini sekaligus untuk lebih
menuruni kolon. Kontraksi secara progresif menimbulkan tekanan yang lebih besar selama kira-kira 30
detik, dan terjadi relaksasi selama 2-3 menit berikutnya. Lalu, timbul pergerakan masa yang lainnya, kali
ini mungkin erjalan lebih jauh sepanjang kolon.

Satu rangkaian pergerakan masa biasanya menetap selama 10-30 menit. Lalu mereda dan mungkin
timbul kembali setengah hari kemudian. Bila pergerakan sudah mendorong masa feses kedalam rektum,
akan terasa keinginan untuk defekasi.

Bagian ileum yang mengandung katup ileosekum menonjol sedkit kedalam sekum sehingga
peningkatan tekanan kolon akan menutupnya, sedangkan peningkatan tekanan ileum akan
menyebabkan katup tersebut membuka. Jadi, katup ini secara efektif mencegah refluks isi kolon
kedalam ileum. Katup ini tertutup dalam keadaan normal. Setiap kali gelombang peristaltic
mencapainya, katup ini terbuka sebentar, dan memungkinkan sebagian kimus ileum masuk kedalam
sekum. Ada hewan percobaan, apabila katup disekresi, kimus akan masuk kedalam kolon dengan cepat
sehingga penyerapan di usus halus berkurang, namun, pada manusia tidak terjadi penurunan yang
bermakna jika makanan meninggalkan lambung, sekum melemas dan terjadi peningkatan perpindahan
kimus melalui katup ileosekum (reflex gastroileum). Hal tersebut agaknya merupakan refleks vagus,
walaupun muncul argumentasi mengenai pengatuh rangsangan vagus terhadap katup ileosekum.
Rangsangan simpatik meningkatkan reaksi katup.

Gerakan kolon mencakup kontraksi segmentasi dan gelombang peristaltic seperti yang terjadi di usus
halus. Kontraksi segmentasi mencampur isi kolon dan dengan terpajanannya lebih banyak isi kolon ke
mukosa, penyerapan akan meningkat. Gelombang peristaltic mendorong isi kolon menuju rectum,
walaupun anti peristaltis lemah kadang-kadang dijumpai. Kontraksi jenis ketiga yang terjadi hanya di
kolon adalah kontraksi kerja masal. Disini terjadi simultan kontraksi otot polos di daerah penyatu yang
luas. Kontraksi ini pendorong isis kolon dari satu bagian kolon ke bagian lain. Kontraksi ini juga
mendorong isi kolon ke rectum, dan peregangan rectum, kemudian mencetuskan reflex defekasi.

Gerakan kolon dikoordinasi oleh BER kolon. Frekuensi gelombang ini, tidak seperti gelombang di usus
halus, meningkat sepanjang kolon, dari sekitar dua kali per menit di katup ileosekum menjadi enam kali
per menit di sigmoid.

Sekresi Usus Besar

Sekresi Mukus. Mukosa usus besar seperti pada usus halus, mempunyai banyak kripta lieberkuhm;
tetapi berbeda pada usu halus mukosa usu besar tidak memiliki vili. Sel-sel epitelnya hampir tidak
mengandung enzim. Sebaliknya, sel ini terutama sel-sel mukus yang hanya menyekresi mukus. Sekresi
yang dominan pada usus besar adalah mukus. Mukus ini mengandung ion bikarbonat dalam jumlah
sedang yang disekresi oleh bebrpa sel epitel yang tidak menyekresi mukus. Keceatan sekresi mukus
terutama diatur oleh rangsangan taktil, langsung dari sel sel epitel yang melapisi usu besar da oleh reflek
saraf setempat terhadap sel-sel mukus pada kripta lieberkuhm.

Rangsangan nervus pelvikus dari medula spinalis, yang membawa persyarafan parasimpatis ke separuh
sampai dua pertiga bagian distal usus besar, dan juga dapat mengakibatkan kenaikan jumlah sekresi
mukus yang nyata. Hal ini terjadi bersamaan dengan penigkatan motilitas peristaltik kolon.

Selama perangangan parasimpatis yang ekstern, yng seringkali disebebkan oleh gangguan emosional
yang kadang begitu banyak mukusyang bisa disekresikan ke dalam usus besar sehingga orang tersebut
sering mengalami pergerakan mukus kental dalam usus setiap 30 menit sekali; mukus ini sering hanya
mengandung sedikit atau tidak mengandung feses.

Mukus dalam usus besar melindungi dinidng usus terhadap ekskoriasi, tetapi selain itu, juga
menyediakan suatu media yang lengket untuk meletakkan bahan feses bersama-sama. Lebih lanjut,
mukus melindungi dinding usus dari sejumlah besar aktiitas bakteri yang berlangsung di dalam feses,
dan, akhirnya, mukus ditambah sifat basa dari sekresi( pH 8,0 yang dsebabkan oleh sejumlah besar
natrium bikarbonat) menyediakan suatu sawar untuk menjaga agar asam yang terbentuk di dalam tinja
tidak menyerang dinding usus.

Absorpsi dan Sekresi Elektrolit dan Air

Mukosa usus besar seperti juga mukosa usus halus, mempunyai kemampuan absorpsi aktif natrium yang
tinggi, dan gradien potensial listrik yang diciptaka oleh absorpsi natrium juga menyebabkan absoprsi
klorida. Taut eran di antara sel-sel epitel usus besar jauh lebih erat daripada taut erat di usus halus.
Keadaan tersebut mencegah difusi kembali ion ke dalam jumlah bermakna melalui taut ini, sehingga
menungkinkan mukosa usus besar untuk mengabsorpsi ion natrium jauh lebih sempurna yaitu melawan
gradien konsentarsi yang jauh lebih tinggi daripada yang terjadi di usus halus. Hal ini terutama terjadi
saat terdapat sejumlah besar aldosteron karena aldosteron sangat meningkatkan kemampuan transpor
natrium.

Selain itu, seperti yang berlangsung dibagian distal usus halus, mukosa usus besar menyekresikan ion
bikarbonat sementara secara bersamaan mengabsorpsi ion klorida dalam jumlah yang sebanding dalam
proses pertukaran. Bikarbonat menetralisir produk akhir asam dari kerja bakteri di dalam usus besar.

Absorpsi ion natrium dan klorida menciptakan gradien osmotik di sepanjang mukosa usus besar, yang
kemudian akan menyebabkan absorpsi air.

Kapasitas penyerapan dalam mukosa usus besar sangat besar. Na+ secara aktif diangkut kelaur dari
kolon, dan air mengikuti gradient osmotic yang terbentuk. Secara normal terjadi sekresi meto K+ dan
HCO3 ke dalam kolon. Daya serap kolon menjadikan pemberian rektum sebagai cara pemberian obat
yang praktis terutama pada anak. Banyak senyawa seperti anastetik, sedative, penenang dan steroid,
dengan cepat diserap melalui jalur ini. Sebagian air dalam enema diserap dan apabila volume enema
besar dapat terjadi etoksikasi air akibat penyerapan air yang besar.

Kemampuan Absorpsi Maksimal Usus Besar

Usus besar dapat mengabsorpsi maksimal 5 sampai 8 liter cairan dan elektrolit setiap hari. Bila jumlah
total cairan yang masuk usus besar melalui katup ileosekal atau melalui sekresi usus besar melebihi
jumlah ini, kelebihan cairan akan muncul dalam feses sebagai diare. Toksin dari kolera atau infeksi
bakteri tertentu lainnya sering menyebabkan kerja kripta pada ileum terminalis dan usus besar
menyekresikan 10 liter atau lebih cairan setiap harinya, menimbulkan diare berat dan sering mematikan.

Waktu transit di usus halus dan kolon

Bagian pertama makanan mencapai sekum dalam waktu sekitar 4 jam, dan semua bagian makanan
yang tidak tercerna telah memasuki kolon dalam 8-9 jam. Sisa makanan yang pertama rata-rata
mencapai fleksura hepatica dalam waku 6 jam, fleksura luminealis dalam 9 jam dan kolon sigmoid dalam
12 jam. Dari kolon sigmoid ke anus, pergerakan makanan jauh lebih lambat. Bila manik-manik kecil
berwarna dimasukkan ke dalam makanan, rata-rata 70 persennya dikeluarkan ditinja dalam waktu 72
jam, tetapi pengeluaran seluruhnya memerlukan waktu lebih dari seminggu. Waktu transit, fluktuasi
tekanan, dan perbahan pH di saluran cerna dapat diamati dengan memantau kemauan suatu pil kecil
yang mengandung sensor dan pemancar radio miniature.

Proses pencernaan di usus besar.


Fungsi utama usus besar adalah untuk mengabsorbsi air dan garam serta menyekresi feses. Dalam
keadaan normal, setiap hari kolon menerima 500 ml kimus dari usus halus. Isi usus yang disalurkan ke
kolon terdiri dari residu makanan yang tidak dapat di cerna (misalnya: selulosa), komponen empedu
yang tidak diserap dan sisa cairan. Bahan-bahan ini membentuk sebagian besar fases dan membentuk
sebagian besar feses dan membantu mempertahankan pengeluaran tinja secara teratur karena
berperan menentukan volume isi kolon. Kolon dalam keadaan normal menyerap sebagian garam dan
H2O dan dengan penyerapan tersebut maka terbentuk feses yang padat. Dari 500 ml bahan yang
masuk, kolon menyerap 350 ml dan meninggalkan 150 gram feses untuk dikeluarkan setiap hari.
Komposisi feses yaitu 100 gram H2O, 50 gram bahan padat (terdiri dari selulosa, bilirubin, bakteri, dan
sejumlah kecil garam) serta makanan yang tidak diserap.

Defekasi

Pada sebagian besar waktu, rektum tidak berisi feses. Hal ini sebagian adalah akibat dari kenyataan
bahwa terdapat sfingter fungsional yang lemah sekitar 20cm dari anus pada perbatasan antara kolon
sigmoid dan rektum. Disini terdapat juga sebuah sudut tajam yang menambah resistensi terhadap
pengisisan rektum.

Bila pergerakan masa mendorong feses masuk kedalam rektum, segera timbul untuk keinginan defekasi,
termasuk refleks kontraksi rektum dan relaksasi sfingter anus.

Pendorongan masa feses yang terus menerus melalui anus dicegah oleh kontriksi tonik dari (1) sfingter
ani intermus, penebalan otot polos sirkular sepanjang beberapa cm yang terletak tepat disebelah dalam
anus, dan (2) sfinghter ani ekstermus, yang terdiri dari otot lurik volunter yang mengelilingi sfingter
intermus dan meluas ke sebelah distal. Sfingter ekstermus diaturleh serabut-serabut saraf dalam nervus
pudendus, yang merupakan bagian dari sistem saraf somatis dan karena itu dibawah pengaruh volunter,
dalam keadaan sadar atau setidaknya bawah sadar; secara bawah sadar sfingter eksternal biasanya
secara terus menerus mengalami kontriksi kecuali bila ada impuls kesadaran yang menghambat
kontriksi.

Refleks Defekasi

Biasanya, defekasi ditimbulkan oleh refleks defekasi. Satu dari refleks-refleks ini adalah refleks intrinsik
yang diperantarai oleh sistem saraf enterik setempat didalam dinding rektum. Hal ini dapat dijelaskan
sebagai berikut: bila feses memasuki rektum, distensi dinding rektum menimbulkan sinyal-sinyal aferen
yang menyebar melalui pleksus mienterikus untuk menimbulkan gelombang peristaltik didalam kolon
desenden, sigmoid, dan rektum, mendorong feses ke arah anus. Sewatu gelombang peristaltik
mendekati anus, sfingter ani intermus direlaksasi oleh sinyal-sinyal penghambat dari pleksus
mienterikus. Jika sfingter ani ekstermus juga dalam keadaan sadar, dan berelaksasi secara volunter pada
waktu yang bersamaan terjadilah defekasi.
Refleks defekasi mienterik intrinsik yang berfungsi dengan sendirinya secara normal bersifat relatif
lemah. Agar menjadi efektif dalam mneimbulkan defekasi, refleks biasanya harus diperkuat oleh refleks
defekasi jenis lain, suatu refleks defekasi parasimpatis yang melibatkan segmen sakral medula spinalis.
Bila ujung-ujung saraf dalam rektum dirangsang, sinyal-sinyal dihantarkan pertama kedalam medula
spinalis dan kemudian secara refleks kembali ke kolon desenden, sigmoid, rektum, dan anus melalui
serabut-serabut saraf parasimpatis, dalam nervus pelvikus. Sinyal-sinyal parasimpatis ini sangat
memperkuat gelombang peristaltik dan juga merelaksasikan sfingter ani intermus, dengan demikian
mengubah refleks defekasi mienterik intrinsik dari suatu usaha yang lemah menjadi suatu proses
defekais yang kuat, yang kadang efektif dalam mengosongkan usus besar sepanjang jalan dari fleksurah
splenikus kolon sampai ke anus.

Sinyal-sinyal defekasi masuk ke medul spinalis menimbulkan efek-efek lain, seperti mengambil napas
dalam, penutupan glotis, dan kontraksi otot-otot dinding abdomen untuk mendorong isi feses dari kolon
turun kebawah dan pada saat yang bersamaan menyebabkan dasar pelvis mengalami relaksasi ke bawah
dan menarik keluar cincin anus untuk mengeluarkan feses.

Bila keadaan memungkinkan untuk defekasi refleks defekasi secara sadar dapat diaktifkan dengan
mengambil napas dalam untuk mengerakkan diafragma turun ke bawah dan kemudian mengontraksikan
otot-otot abdomen untuk meningkatkan tekanan dalam abdomen, jadi mendorong isi feses ke dalam
rektum untuk menimbulkn refelek-reflek yang baru. Reflek-reflek yang ditimbulkan dengan cara ini
hampir tidak seefekif seperti reflek yang timbul secara alamiah, karena alasan inilah orang yang terlalu
sering menghambat refleks alamiahnya cenderung mengalami konstipasi berat.

Pada bayi baru lahir dan pada beberapa orang dengan medula spinalis yang terpotong, refleks defekasi
secara otomomatis menyebabkan kekosongan usus bagian bawah pada saat yang tidak tepat sepanjang
hari karena hilangnya pelatihan kontrol kesadaran melalui kontraksi atau relaksasi volunter sfingter ani
internus.

Bakteri Kolon

Kimus dalam jejunum secara normal mengandung sedikit atau tidak mengandiung bakteri. Di ileum
jumlah mikroorganisme lebih banyak, tetapi hanya kolon yang selalu mengandung bakteri dalam jumlah
besar. Penyebab isi jejunum yang relatif steril tidak diketahui, walaupun asam lambung dan cepatnya
waktu transit kimus melalui daerah ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri.

Bakteri di saluran cerna dapat dibagi menjadi tiga tipe. Sebagian adalah patogen yang menyebabkan
penyakit, yang lain berupa simbion yang bermanfaat bagi pejamu dan demikian sebaliknya, dan
kebanyakan berupa komensal, yang tidak menimbulkan efek tertentu pada pejamu dan demikian
sebaliknya. Bakteri yang terdapat di kolon meliputi basil seperti berbagai galur Escherichia coli dan
Enterobacteraerogenes, dan berbagai jenis kokus. Sejumlah besar bakteri keluar melalui tinja. Saat lahir,
kolon bersifat steril, tetapi flora bakteri usus segera tumbuh pada awal masa kehidupan.
Sebagian mikroorganisme enterik mensintesis viatamin K dan sejumlah vitamin B kompleks, dan
asam folat yang dihasilkan oleh bakteri terbukti dapat diserap dalam jumlah yang bermakna. Selain itu,
asam lemak rantai pendek yang dihasilkan oleh kerja bakteri di kolon juga penting secara fisiologis.

Bukti terkini menunjukkan bahwa galur non patogen bakteri Salmonella mampu menghambat ubikitinasi
IkBα yaitu langkah penting bagi faktor transkripsi NFk-B untuk memicu peradangan.

Warna coklat pada tinja disebabkan oleh pigmen yang terbentuk dari pigmen empedu oleh bakteri usus,
tinja menjadi putih ( tinja akolik). Bakteri menghasilkan gas dalam flatus. Asam organik yang teerbentuk
dari karbohidrat oleh bakteri merupakan penyebab reaksi tinja yang sedikit asam. Amina yang terbentuk
oleh bakteri usus terutama indol dan skatol beerperan menimbulkan bau tinja, demikian juga sulfida.

Bakteri usus tampaknya berperan pada metabolisme kolesterol karena antibiotik neomisin yang diserap
kurang baik dan mengubah flora normal usus, akan menurunkan kadar LDL dan kolesterol plasma.
Pertumbuhan beerlebihan bakteri di lumen usus dapat menyebabkan efek yang membahayakan.

Organ-organ Asesoris

1. Pankreas

Pankreas adalah kelenjar berwarna merah muda keabuan dengan panjang 12-15 cm dan secara
transversal membentang pada dinding abdomen posterior dibelakang abdomen. Pankreas terdiri dari
bagian kepala, badan kelenjar dn ekor. Pada bagian kepala pankreas, duktus pankreatikus dibungkus
oleh duktus empedu dan terbuka ke dalam duodenum melalui ampula hepato-pankreatik. Pankreas
berfungsi sebagai organ eksokrin yang mensekresi getah pankreas yang mengandung enzim amilase,
lipase dan tripsinogen untuk membantu pencernaan.

Pengaturan Sekresi Getah Pankreas

Sekresi getah pankreas terutama diatur oleh hormon. Sekretin bekerja pada duktus pankreatikus
untuk menimbulkan sekresi getah pancreas encer yang sangat alkalis dan banyak mengandung HCO3-
serta sedikit enzim. Efek pada sel-sel duktus disebabkan oleh peningkatan AMP siklik intrasel. Sekretin
juga merangsang sekresi empedu. CCK bekerja pada sel asinus untuk menimbulkan pelepasan granula
zimogen dan pembentukan getah pancreas yang kaya akan enzim tetapi kecil volumenya. Efeknya
diperantarai oleh fosfolipase C. respon terhadap sekretin intravena diperlihatkan dalam Gambar 26-19.
Perhatikan bahwa seiring dengan peningkatan volume sekresi pancreas, konsentrasi Cl--nya menurun
dan konsentrasi HCO3- nya meningkat. Walaupun disekresikan dalam duktus kecil, HCO3- di reabsorbsi
di duktus besar untuk ditukar dengan Cl-. Besar pertukaran ini berbanding terbalik dengan kecepatan
aliran.

Seperti CCK, asetil kolin bekerja pada sel asinus melalui fosfolipase C untuk menimbulkan pelepasan
granula zimogen, dan rangsangan vagus menyebabkan sekresi sejumlah kecil getah pancreas yang kaya
akan enzim. Terdapat bukti adanya sekresi getah pancreas sebagai reflex terkondisi yang diperantarai
oleh nervus vagus sebagai respon terhadap penglihatan atau bau makanan.

2. Hati (Hepar)

Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh, terlekat pada kuadran kanan atas abdomen, dengan berat
1500 – 2000 gram. Hati memiliki 2 lobus besar, lobus kanan dan lobus kiri dimana lobus tersebut
terbagi-bagi menjadi ligamen-ligamen. Hati dibungkus oleh kapsul glison yang melindungi hati dari
trauma. Unit fungsional hati disebut “lobulus” yang berbentuk haksagonal yang terdiri dari lempeng-
lempeng sel hati, diantara lempeng-lempeng sel hati terdapat kapiler-kapiler yang disebut “sinusoid”
yang merupakan cabang vena porta dan arteri hepatika serta saluran empedu. Sinusoid dibatasi oleh
“sel kuffer ” (makrofag) yang terjulur ke dalam lumen, yang merupakan sistem retikuloendotelial (RES)
yang berfungsi menghancurkan bakteri dan antigen dalam darah. Hati mendapatkan 2 suplay darah,
yaitu: dari aorta melalui arteri hepatika dan dari saluran cerna dan limfa melaluivenaporta.

Fungsi hati:

· Fungsi metabolik

Detoksifikasi obat-obatan dan racun

Produksi antibodi dan antitoksin

Produksi heparin

Sebagai organ utama penghasil panas tubuh

Metabolisme karbohidrat, protein, lemak

• Karbohidrat

– Dapar glukosa darah

• Lemak

– Oksidasi asam lemak

– Sintesis lipoprotein
– Sintesis kolesterol dan PL

– lipogenesis

• Protein

– Deaminasi asam amino

– Sintesis urea

– Protein plasma

· Fungsi penyimpanan

Vitamin A dan D faktor antianemia, zat besi dan glukosa dalam bentuk glikogen

· Fungsi sekresi

Memproduksi dan mensekresi empedu

· Fungsi vaskuler hepar

• Menerima darah 29% CO

• Tekanan dan tahanan dalam pembuluh darah hepar

• Reservoir

• Pengaliran limfe

Cara lain untuk memandang susunan hati yang memiliki arti fungsional adalah pembagian hati menjadi
asinus hati. Bagian tengah dari tiap-tiap asinus adalah suatu tangkai faskular yang berisi cabang terminal
vena porta, arteri hepatica, dan duktus biliaris. Darah mengalir dari tangkai faskular ke venula hepatica
terminal yang berada di luar asinus. Dengan cara ini, sel yang terletak paling dekat dengan tangkai
vaskula menerima darah dengan kadar oksigen maksimum dan sel di perifer asinus kurang mendapat
oksigenasi sehingga lebih rentan terhadap cedera anoksik. Tiap-tiap sel hati juga berdekatan dengan
beberapa kanalikulus biliaris. Kanalikulus biliaris bermuara kedalam duktus biliaris intralobulus, dan
duktus-duktus ini bergabung melalui duktus biliaris interlobulus untuk membentuk duktus hepatikus kiri
dan kanan. Duktus-duktus hepatikus ini bersatu diluar hati untuk membentuk duktus koledokus. Duktus
koledokus masuk kedalam duodenum di papilla duodenum. Orifisiumnya dikelilingi oleh sfingter Oddi,
dan duktus ini biasanya bersatu dengan duktus pankreatikus mayor tepat sebelum masuk kedalam
duodenum. Sfingter biasanya tertutup, tetapi bila isi lambung masuk ke duodenum, pelepasan CCK akan
terjadi dan hormone gastrointestinal ini melemaskan sfingter dan menyebabkan kandung empedu
berkontraksi.
Dinding duktus biliaris ekstrahepatik dan kandung empedu mengandung jaringan vibrosa dan otot polos.
Membrane mukosa mengandung kelenjar mukosa dan dilapisi oleh selapis sel silindris. Di kandung
empedu membrane mukosa membentuk lipatan dalam; hal ini meningkatkan luas permukaan dan
menyebabkan bagian dalam kandung empedu tampak seperti sarang lebah. Pada primata, membrane
mukosa duktus sistikus juga berlipat-lipat membentuk katup spiral.

3. Kandung empedu

Kandung empedu merupakan kantung berbentuk buah pear, terletak dibawah lobus kanan hati.
Kandung empedu berfungsi menimpan, mengkosentrasikan empedu, serta berkontraksi untuk
mensekresi empedu. Aliran eksresi empedu yakni secara terus menerus hati mensekresi empedu melalui
duktus hepatikus kanan dan kiri, kemudian ke duktus hepatikus komunis, duktus sistikus, duktus
koledokus bergabung dengan duktus pankreatikus, ampula vatery, dan terakhir sampai di duodenum.
Unsur utama empedu yaitu terdiri dari air (97%), elektrolit, garam empedu, fosfolipid (lesitin),
kolesterol, pigmen bilirubin terkonjugasi.

90-95% garam empedu diserap dari usus halus. Sebagian diserap melalui difusi nonionic, tetapi sebagian
besar garam empedu diserap dari ileum terminal oleh suatu system kotranspor Na+ - garam empedu
yang sangat efisien dan dijalankan oleh Na+ - Ka+ - ATP ase basolateral. Salah satu kotransporter garam
yang berperan dalam system transport aktif sekunder ini berhasil diklon, dan terdapat bukti bahwa
setidaknya terdapat satu kotransporter lain. Sisa garam empedu sebesar 5-10% masuk kedalam kolon
dan diubah menjadi garam asam deoksikolat dan asam litokolat. Litokolat relative tidak larut dan
sebagian besar dieskresikan dalam tinja; hanya 1% yang diserap, namun deoksikolat diserap.

Garam empedu yang diserap disalurkan kembali ke hati dalam vena porta dan di ekskresikan kembali
dalam empedu (sirkulasi enterohepatik). Garam yang keluar melalui tinja diganti melalui sintesis zat ini
di hati; kecepatan normal sintesis garam empedu adalah 0,2-0,4 g/hari. Jumlah total garam empedu
yang mengalami siklus berulang-ulang melalui siklus enterohepatik adalah sekitar 3,5g; telah
diperhitungkan bahwa jumlah total tersebut bersirkulasi 2x/waktu makan dan 6-8x/hari. Bila empedu
tidak ada dalam usus, hampir 50% lemak yang dimakan akan keluar melalui feses dan akan terjadi
malabsorbsi berat vitamin larut – lemak. Jika reabsorbsi garam empedu terhalang akibat reseksi ileum
terminal atau suatu penyakit dibagian usus halus ini, jumalh lemak dalam tinja juga akan meningkat jika
sirkulasi enterohepatik terputus, sedangkan hati tidak mampu meningkatkan kecepatan pembentukan
garam empedu untuk dapat mengompensasi kehilangan yang terjadi. Pengaruh reseksi ileum terminal
lainnya dibahas kemudian.

Metabolisme dan Eskresi Bilirubin

Sebagian besar bilirubin dalam tubuh terbentuk di jaringan dari hasil pemecahan hemoglobin. Dalam
peredaran darah, bilirubin berikatan dengan albumin. Sebagian berikatan dengan erat, tetapi sebagian
besar dapat terurai dihati, dan bilirubin bebas masuk kedalam sel-sel hati, tempat empedu berikatan
dengan protein-protein sitoplasma. Bilirubin kemudian dikonjugasikan dengan asam glukuronat dalam
suatu reaksi yang dikatalisis oleh enzim glukuronil transferase. Enzim ini teruatam terdapat di reticulum
endoplasma halus. Setiap molekul bilirubun bereaksi dengan dua molekul asam uridin di fosfaglukuronat
(UDPGA) dan membentuk bilirubin diglukuronida. Glukuronida ini, yang lebih mudah larut dalam air
daripada bilirubin bebas, lalu diangkut melawan gradient konsentrasi, kemungkinan oleh suatu proses
aktif kedalam kanalikulus biliaris. Sejumlah kecil bilirubin glukuronida dapat masuk kedalam darah, lalu
berikatan dengan albumin, tetapi ikatan ini lebih longgar bila dibandingkan dengan ikatan bilirubin
bebas dengan albumin. Akhirnya, bilirubin tersebut di eksresikan ke urin. Jadi, bilirubin plasma total
secara normal mencakup bilirubin bebas ditambah sejumlah kecil bilirubin terkonjugasi. Sebagian besar
bilirubin glukuronida disalurkan melalui duktus biliaris kedalam usus.

Mukosa usus relative tidak permeable terhadap bilirubin terkonjugasi, tetapi permeable terhadap
bilirubin tak terkonjugasi dan terhadap urobilinogen, yaitu serangkaian turunan bilirubin yang tak
berwarna dan terbentuk akibat kerja bakteri usus. Akibatnya, sebagian pigmen empedu dan
urobilinogen direabsorbsi di dalam sirkulasi portal. Sebagian zat yang diserap ulang ini kemudian
diksresikan kembali oleh hati (sirkulasi enterohepatik), namun sejumlah kecil urobilinogen masuk
kedalam sirkulasi sistemik dan di ekskresikan di urin.

Anatomi kelenjar-kelenjar pencernaan dan eksresinya.

1. Kelenjar saliva

Kelenjar parotis, merupakan kelenjar yang paling besar dan berada tepat dibawah telinga. Kelenjar
parotis memiliki panjang 5 cm, terbuka kedalam mulut.

Kelenjar sublingual dan kelenjar submandibular, terbuka kedalam lantai mulut. Saliva disekresi secara
refleks akibat adanya makanan didalam mulut atau oleh refleks akibat penglihatan, bau atau pikiran
tentang makanan.

Saliva mengandung air dalam jumlah besar yang berguna untuk melembabkan dan melunakkan
makanan, lendir berguna untuk mengkombinasi dan melumasi makanan, amilase berguna untuk
memecahkan karbohidrat menjadi maltosa dan dekstrin.

2. Kelenjar dalam mukosa lambung

Mukosa lambung banyak mengandung banyak kelenjar yang terdiri dari 3 tipe sel, yaitu:
· Sel mukosa yang mensekresi lendir yang melindungi membran mukosa dari kerja asam lambung.

· Sel-sel utama (sel zimogenik) untuk mensekresi enzim pepsinogen dan renin untuk mencerna
protein.

· Sel-sel oksintik (sel parietal) untuk mensekresi Na, K, Cl, dan faktor intrinsik.

Sekresi kelenjar mukosa lambung dirangsang oleh internal atau hormon gastrin, masuk ke dalam
sirkulasi darah mencapai kelenjar lambung sehingga menaikkan produksi getah lambung.

3. Sekresi mukosa usus halus

· Enterokinase untuk mengubah tripsinogen pankreas menjadi tripsin aktif.

· Peptidase bekerja pada pepton dan mengubahnya menjadi asam amino.

· Maltase untuk mengubah maltosa menjadi gula sederhana, seperti glukosa.

· Sukrase untuk mengubah gula tebu atau sukrosa menjadi gula sederhana.

· Laktase untuk mengubah laktosa menjadi gula sederhana.

· Lipase untuk melengkapi perubahan lemak menjadi asam lemak dan gliserol.

4. Kelenjar pankreas sebagai organ eksokrin

Kelenjar pankreas sebagai organ eksokrin mensekresi enzim-enzim pencernaan berupa getah pankreas,
yaitu:

· Tripsinogen (non aktif), diubah menjadi tripsin (aktif) oleh enterokinase yang kemudian mengubah
pepton dan protein menjadi asam amino.

· Amilase untuk mengubah zat pati menjadi maltosa.

· Lipase untuk mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol setelah empedu mengemulsi lemak.

5. Sekresi empedu

Empedu dihasilkan oleh hepar yang secra terus menerus disekresikan kekandung empedu melalui
duktus-duktus (saluran).
Sekresi empedu di mulai dari duktus hepatikus kanan dan kiri menuju ke duktus hepatikus komunis ke
duktus sistikus ke duktus koledokus kemudian bergabung dengan duktus pankreatikus ke ampula vatery
dan terakhir sampai di duodenum.

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Sistem pencernaan adalah

2. Fungsi utama sistem ini adalah untuk menyediakan makanan, air, dan elektrolit bagi tubuh dari
nutrien yang dicerna sehingga siap diabsorbsi.

3. Pencernaan berlangsung secara mekanik dan kimia, dan meliputi proses-proses sebagai berikut :

- Ingesti adalah masuknya makanan ke dalam tubuh.

- Pemotongan dan penggilingan makanan dilakukan secara mekanik oleh gigi. makanan kemudian
bercampur dengan saliva sebelum ditelan.

- Peristalsis adalah gelombang kontraksi otot polos involunter yang menggerakkan makanan tertelan
melalui saluran pencernaan.

- Digesti adalah hidrolisis kimia (penguraian) molekul besar menjadi molekul kecil sehingga absorbsi
dapat berlangsung.

- Absorbsi adalah pergerakkan produk akhir pencernaan dari lumen saluran pencernaan ke dalam
sirkulasi darah dan limfatik sehingga dapat digunakan oleh sel tubuh.

- Egesti (defekasi) adalah proses eliminasi zat-zat sisa yang tidak tercerna juga bakteri mdalam
bentuk feses dari saluran pencernaan.

4. Mulut
Mulut adalah rongga lonjong pada permulaan saluran pencernaan dan berisi organ pencernaan. Terdiri
atas dua bagian. Bagian luar yang sempit, atau vestibula, yaitu ruang di antara gusi serta gigi dengan
bibir dan pipi, dan bagian dalam, yaitu rongga mulut yang dibatasi di sisi-sisinya oleh tulang maksilaris
dan semua gigi , dan di sebelah belakang bersambung dengan awal faring. Atap mulut dibentuk oleh
palatum, lidah terletak di lantainya dan terikat pada tulang hioid. Di garis tengah sebuah lipatan
membran mukosa (frenulum linguas) menyambung lidah dengan lantai mulut. Di kedua sisi terletak
papilasublingualis, yang memuat lubang kelenjar ludah submandibularis. Sedikit eksternal dari papila ini
terletak lipatan sublingualis, tempat lubang-lubang halus kelenjar ludah sublingualis bermuara. Dan ada
kelenjar parotis yang terletak agak ke bawah dan di depan telingadan membuka melalui duktus parotis
menuju suatu elevasi kecil (papila) yang terletak berhadapan dengan gigi molar kedua pada kedua sisi.

Faring

Faring atau tekak terletak di belakang hidung, mulut, dan laring (tenggorokan). Faring berupa slauran
berbentuk kerucut dari bahan membran berotot (muskulo membranosa) dengan bagian terlebar di
sebelah atas dan berjalan dari dasar tengkorak sampai di ketinggian vertebrata servikal keenam, yaitu
ketinggian tulang rawan krikoid, tempat faring bersambung dengan esofagus.

Esofagus

Esofagus merupakan saluran yang berfungsi menghubungkan antara rongga mulut dengan lambung
dalam hal ini adalah meneruskan makanan. Pada ujung saluran esofagus setelah mulut terdapat daerah
yang disebut faring. Pada faring terdapat klep, yaitu epiglotis yang mengatur makanan agar tidak masuk
ke trakea (tenggorokan). Agar makanan dapat berjalan sepanjang esofagus, terdapat gerakan peristaltik
sehingga makanan dapat berjalan menuju lambung.

Lambung

Lambung adalah bagian saluran cerna yang paling lebar dan terletak diantara ujung esofagus dan
pangkal usus halus. Terletak dikuadran kiri atas abdomen, dibawah diafragma agak ke kiri dari garis
tengah, dengan panjang 25 cm dan Lebar 10 cm. Bentuk dan posisi lambung dipengaruhi oleh
perubahan didalam rongga abdomen dan oleh isi lambung. Lambung terdiri dari 4 bagian yakni Kardia,
Fundus, Korpus, dan Pilorus. Dilengkapi dengan 2 sfingter yakni sfingter kardia (terletak dekat dengan
lubang kardia), dan sfingter pilorus (dekat dengan pilorus).

Usus halus

Usus halus adalah saluran konvolusi yang membentang dari sfingter pilorus ke sambungannya dengan
usus besar pada katup elleoselkum. Panjangn usus kecil adalah 6 meter, berada ditengah dan bagian
bawah rongga abdomen, biasanya dalam kurva usus besar.Usus halus terdiri dari 3 bagian yakni
duodenum, jejunum, dan illeum. Fungsinya adalah mencerna dan absorbsi makanan.
Usus besar (kolon)

Usus besar membentang dari ujung illeum sampai ke anus, dengan panjang 1,5 meter. Usus besar
terdiri dari appendiks vermiformis, sekum, kolon asenden, kolon transversum, kolon desenden, kolon
sigmoid, rektum dan kanal anal yang dilengkapi sfingter anus interna yang melingkari bagian atas anus
dan sfingter anus eksterna yang mengelilingi kanal anus untuk menutup kanal anus lebih kuat secara
volunter.

5. A. Pankreas adalah kelenjar berwarna merah muda keabuan dengan panjang 12-15 cm dan secara
transversal membentang pada dinding abdomen posterior dibelakang abdomen.

B. Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh, terlekat pada kuadran kanan atas abdomen, dengan
berat 1500 – 2000 gram. Hati memiliki 2 lobus besar, lobus kanan dan lobus kiri dimana lobus tersebut
terbagi-bagi menjadi ligamen-ligamen.

C. Kandung empedu merupakan kantung berbentuk buah pear, terletak dibawah lobus kanan hati.
Kandung empedu berfungsi menimpan, mengkosentrasikan empedu, serta berkontraksi untuk
mensekresi empedu.

3.2 Saran

Semoga dalam penyusunan makalah berikutnya, penulis lebih baik dan lebih teliti dari sebelumnya. Dan
menjadikan makalah ini sebagai suatu manfaat.

DAFTAR PUSTAKA

Ganong, W.F. (2008). Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN.Jakarta: EGC

Pearce, Evelyn C. (2011). ANATOMI DAN FISIOLOGI UNTUK PARAMEDIS. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama

Guyton, Arthur C dan John E. Hall. (2012). Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN. Jakarta: EGC

Sloane, Ethel. (2004). ANATOMI DAN FISIOLOGI Untuk Pemula. Jakarta: EGC

Syaifuddin. (2006).ANATOMI FISIOLOGI untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai