Anda di halaman 1dari 2

Sebotol shochu dan dua kemasan shochu dalam karton

Untuk nama zaman di Jepang (1324-1325), lihat Shōchū (nama zaman)


Shochu (焼酎 Shōchū) adalah sebutan untuk minuman keras asal Jepang yang kandungan
alkoholnya lebih tinggi dari sake atau anggur, tetapi lebih rendah dari wiski.
Rasa dan aroma shochu sangat berbeda dari sake yang dibuat dari beras, karena bahan baku
shochu adalah campuran berbagai jenis produk pertanian dan umbi. Shochu adalah minuman
keras hasil penyulingan dan berbeda dari sake yang merupakan hasil peragian.
Di Jepang, shochu merupakan minuman keras yang populer sejak dulu di kalangan rakyat,
karena harganya lebih murah daripada sake. Shochu dikenakan pajak minuman keras yang
lebih rendah, sehingga bisa dijual dengan harga lebih murah. Kyushu menghasilkan merek-
merek shochu terkenal di Jepang.
Minuman keras disebut shochu kalau memenuhi syarat:

 Tidak menggunakan bahan baku dari serealia yang bisa berkecambah


 Tidak disaring melewati arang yang dibuat dari kayu pohon shirakaba
 Sewaktu proses penyulingan tidak dicampur bahan tambahan lain selain bahan-bahan yang
sudah ditentukan
 Kandungan alkohol berada di bawah ambang batas yang ditentukan.

Sejarah[sunting | sunting sumber]
Corat-coret seorang pekerja yang kesal tidak ditraktir minum shochu

Di Jepang dulunya dikenal minuman keras beralkohol sangat tinggi yang disebut araki (dikenal
di Asia Timur sebagai arak atau arac), dan minuman keras hasil penyulingan yang
disebut rambiki (Alambique).
Literatur Jepang yang menyebut tentang shochu sangat terbatas jumlahnya, tetapi paling tidak
shochu sudah dibuat sekitar abad ke-16. Pada tahun 1549, misionaris Fransisco Xavier yang
mendarat di Provinsi Satsuma mencatat bahwa orang Jepang sudah menikmati minuman keras
beralkohol tinggi hasil penyulingan. Di panel kayu yang terdapat di kuil Kōriyama Hachimangū,
kota Ōkuchi, Prefektur Kagoshima ditemukan corat-coret seorang tukang kayu sewaktu
memugar kuil pada tahun 1559 yang isinya kurang lebih berbunyi, "Biksu kepala pelit, mentraktir
shochu saja tidak mau". Tulisan bernada mengomel ini merupakan catatan tertua yang tersisa
mengenai kebiasaan minum shochu di Jepang. [1]
Hingga di zaman Edo, shochu diproduksi menggunakan metode kasutori dengan satu kali
penyaringan. Di zaman Meiji, mesin penyuling yang bisa melakukan penyulingan berkali-kali
didatangkan dari Inggris. Dengan mesin baru, shochu bisa diproduksi secara besar-besaran
dengan harga murah, padahal waktu itu Jepang sedang kekurangan beras

Anda mungkin juga menyukai