(Bd.5.012)
Dosen Pengampuh:
Tim:
Wahyu Astuti, SMIP, S.Pd, MM
Agatha Maria, M.Pd
Emy Yulianti, S.Kep, M.Ks
Eriza Aristia,SKM (Koordinator Instruktur)
Disusun oleh
Kelompok 2:
1. Harika Melia (20185122023)
2. Mega Senema (20185121033)
3. Marwa Nafisha (20185123031)
4. Nurhaya Sarah Syafah Namira (20185123043)
5. Reni Ayu Novianti (20185123048)
Puji syukur kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun judul dari makalah
ini adalah “TEKNIK PEMBERIAN OBAT MELALUI VAGINA,RECTUM & KULIT”
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Keterampilan
Dasar Klinik Kebidanan, serta menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa
mengenai Teknik Pemberian Obat. Dalam penyusunan makalah ini, penulis merasa masih
terdapat kekurangan baik dalam penulisan maupun materi yang disampaikan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita maupun masyarakat.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pemberian Obat Melalui Vagina
B. Pemberian Obat Melalui Rectum
C. Pemberian Obat Melalui Kulit
D. Oksigen
BAB III PENUTUPAN
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat merupakan sebuah substansi yang di berikan kepada manusia atau binatang
sebagai perawatan dan pengobata , bahkan sebagai pencegahan terhadap gangguan
kesehatan. Pemberian obat pada pasien dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya
Oral, intrakutan, subkutan, intravena langsung, bolus, melalui selang intravena,
intramuscular,melalui rectum, melalui vagina, mata, kulit, telinga dan hidung. Dengan
menggunakan prinsip 6 benar yaitu:
1. Benar pasien
2. Benar obat
6. Benar dokumentasi
Vagina merupakan Alat kelamin yang memiliki peranan penting pada diri seorang
Wanita. Yaitu berfungsi sebagai alat untuk mengeluarkan urine. Pada sebagian wanita
memiliki gangguan pada sistem perkemihan dan harus diobati melalui Alat kelaminnya
yaitu vagina. Hal ini berhubungan erat dengan Pemberian Obat pada Vagina.
Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk merawat penyakit,
membebaskan gejala, atau mengubah proses kimia dalam tubuh. Untuk itu, obat sangat
diperlukan.
Pemberian Obat pada Vagina merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan
obat melalui vagina, yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat dan mengobati
saluran vagina atau serviks. Oleh karena itu, khususnya untuk para wanita perlu
mengetahui hal ini dalam menjaga organ reproduksinya.
Rectum Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus
atau rektum, dengan tujuan memberikan efek lokal dan sistemik. Tindakan pengobatan ini
disebut pemberian obat suppositoria yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat,
menjadikan lunak pada daerah feses dan merangsang buang air besar.
Pemberian obat pada kulit merupakan cara memberikan obat pada kulit dengan
mengoleskan bertujuan mempertahankan hidrasi, melindungi permukaan kulit,
mengurangi iritasi kulit, atau mengatasi infeksi. Pemberian obat kulit dapat bermacam-
macam seperti krim, losion, aerosol, dan sprei. Oksigen (O2) adalah komponen gas dan
unsur vital dalam proses metabolism untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh
sel-sel tubuh. Oksigenasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung
oksigen (O2) kedalam tubuh serta menghembuskan karbodioksida (CO2) sebagai hasil
sisa oksidasi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teknik pemberian obat melalui vagina?
2. Bagaimana teknik pemberian obat melalui rectum?
3. Bagaimana teknik pemberian obat melalui kulit?
C. Tujuan
1. Mengetahui teknik pemberian obat melalui vagina
2. Mengetahui teknik pemberian obat melalui rectum
3. Mengetahui teknik pemberian obat melalui kulit
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Memberikan sejumlah obat kedalam vagina
2. Tujuan
a) Untuk mengobati infeksi pada vagina
b) Untuk menghilangkan nyeri, rasa terbakar dan ketidaknyamanan pada vagina
c) Untuk mengurangi peradangan
3. Persiapan Alat
a) Obat sesuai yang diperlukan (cream, jelly, foam, atau suppositoria)
b) Aplikator untuk krim vagina
c) Pelumas untuk suppositoria
d) Sarung Tangan
e) Pembalut
f) Handuk Bersih
g) Korden/pembatas/sketsel
4. Prosedur Kerja
a) Cek kembali order pengobatan, mengenai jenis pengobata, waktu, jumlah dan
dosis
b) Siapkan klien
Identifikasikan klien dengan tepat dan tanyakan namanya
Jaga privasi, dan mintalah klien untuk berkemih terlebih dahulu
Atur posisi klien dengan posisi Dorsal Recumbent
Tutup dengan selimut mandi dan ekspose hanya pada area perineal saja
c) Pakai sarung tangan
d) Inspeksi orifisium vagina, catat adanya pengeluaran, bau atau rasa yang tidak
nyaman
e) Lakukan tindakan perawatan perineum
f) Suppositoria
Buka bungkus alumunium foil suppositoria dan oleskan sejumlah
plumas yang larut dalam air pada ujung Sippositoria yang bulat dan
halus. Lumaskan jari telunjuk yang telah dipasang sarung tangan dari
tangan dominan.
Dengan tangan non dominan yang sudah terpasang sarung tangan,
regangkan lipatan labia.
Masukkan Suppositoria 8-10 cm sepanjang dinding vagina posterior.
Tarik jari tangan dan berikan peelumas yang tersisa sekitar orifisium
dan labia.
Mintalah klien untuk tetap berada pada posisi tersebut selama 5-10
menit setelah insersi.
Lepaskan sarung tangan dan buang ketempat yang sesuai
Cuci tangan
Kaji respon klien
Dokumentasikan seluruh tindakan
g) Cream, Vagina, Jelly atau Foam
Isi aplikator , ikuti petunjuk yang tertera pada kemasan
Renggangkan lipatan labia secara perlahan dengan tangan non
dominan yang memakai sarung tangan
Dengan tangan dominan yang telah memakai sarung tangan, masukkan
aplikator kedalam vagina sekitar 5 cm. Dorong penarik aplikator untuk
mengeluarkan obat hingga aplikator kosong
Tarik aplikator dan letakkan diatas handuk. Bersihkan sisa krim pada
labia dan orifisiun vagina
Buang aplikator atau bersihkan kembali sesuai dengan petunjuk
penggunaan dari pabriknya
Instruksikan klien untuk tetap berada pada posisi semula selama 5-10
menit
Lepaskan sarung tangan dan buang ditempat semestinya
Cuci tangan
Kaji respon klien
Dokumentasikan semua tindakan
B. Pemberian Obat Melalui Rectum (anus)
1) Pengertian
Memberikan obat melalui rectum merupakan pemberian obat dengan
memasukkan obat melalui anus dengan tujuan memberikan efek local dan sistematik.
Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat supositoria yang bertujuan untuk
mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah fases sehingga mudah
untuk dikeluarkan dan merangsang buang air besar. Pemberian obat melalui efek
local, seperti obat dolcolas supositoria, berfungsi untuk meningkatkan defekasi secara
local, sedangkan pemberian obat dengan sistematik seperti obat aminofilin
supositoria, berfungsi mendilatasi bronchus.
Pemberian obat-obat atau cairan melalui rectum (anus) dapat dilakukan
dengan cara:
1) Mengalirkan cairan obat ( misalnya clysma)
2) Mengoleskan obat
3) Supositorium
2) Persiapan alat
a. Kartu obat
b. Sipositoria rectum
c. Jelly plumas
d. Sarung tangan
e. Tissu
3) Prosedur kerja
a. Cek kembali order pengobatan, mengenai jenis pengobatan, waktu, jumlah dan
dosis.
b. Siapkan klien.
1) Indentifikasi klien dengan tempat dan tanyakan namanya
2) Jaga privasi pasien dan mintalah klien untuk berkemih terlebih dahulu
3) Atur posisi pasien berbaring supinasi dengan kaki fleksi dan pinggul
supinasi eksternal
4) Tutup dengan selimut mandi kemudian ekspose pada area perinial saja
c. Pakai sarung tangan.
d. Buka supositoria dari kemasannya dan beri pelumas pada ujung bulatnya
dengan jelly. Beri pelumas sarungtangan pada jari telunjuk dari tangan
dominan anda.
e. Mintalah klien untuk menarik nafas melalui mulut untuk merelakan sfingter
ani.
f. Renggangkan bokong klien dengan tangan non dominan, dengan jari telunjuk
masukkan supositoria kedalam anus, melalui sfingter ani dan mengenai
dinding rectum 10 cm pada orang dewasa dan 5 cm pada bayi dan anak-anak.
g. Tarik jari anda dan bersihkan area kanal klien.
h. Anjurkan klien untuk tetap berbaring telentang atau miring selama 5 menit.
i. Bila supositoria mengandung laksatif atau pelunak feses, letakkan tombol
pemanggil dalam jangkauan klien hingga dia dapat mencari bantuan untuk
mengambil pispot atau kekamar mandi.
j. Lepaskan sarung tangan, buang ditempat semestinya.
k. Cuci tangan.
l. Kaji respon klien.
m. Dokumentasikan semua tindakan.
1) Definisi
Tujuan dari pemberian obat topical secara umum adalah untuk memperoleh
reaksi lokal dari obat tersebut.
2) Macam-macam pemberian obat
a) Pemberian obat topikal pada kulit
1) Pengertian
Merupakan cara memberikan obat pada kulit dengan mengoleskan
bertujuan mempertahankan hidrasi, melindungi permukaan kulit, mengurangi
iritasi kulit, atau mengatasi infeksi. Pemberian obat kulit dapat bermacam-
macam seperti krim, lotion, aerosol dan spray.
2) Alat dan bahan
a. Obat dalam tempatnya (seperti lotion, krim, aerosol dan spray)
b. Pinset anatomis
c. Kain kasa
d. Kertas tissue
e. Bantal
f. Pengalas
g. Air sabun, air hangat
h. Sarung tangan
3) Prosedur kerja
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Pasang pengalas dibawah daerah yang akan dilakukan tindakan
4. Gunakan saring tangan
5. Bersihkan daerah yang akan diberi obat dengan air hangat (apabila
terdapat kulit mengeras) dan gunakan pinset anatomis.
6. Berikan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian seperti
mengoleskan, mengompres
7. Kalau perlu tutup dengan kain kasa balutkan pada daerah yang diobati
8. Cuci tangan
4. Oksigen
Oksigen (O2) adalah komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolism untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Oksigenasi adalah peristiwa
menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen (O2) kedalam tubuh serta
menghembuskan karbodioksida (CO2) sebagai hasil sisa oksidasi.
1. Proses pemenuahn kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri atas tiga tahap, yaitu:
a. Ventilasi
Ventilaasi adalah proses keluar masuknya udara dari dalam paru-paru,
jumlahnya sekitar 500ml. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thorak yang
elastis serta persyarafan yang utuh. Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya
perbedaan tekanan udaraantara intrapleural lebih negative (725 mmHg) daripada tekanan
atmosfer (760 mmHg) sehingga udara masuk ke alveoli. Kepatenan ventilasi tergantung
pada factor:
1. Kebersihan jalan nafas, adanya sumbatan atau obstruksi jalan napas akan
menghalangi masuk dan keluarnya udara dari dank e paru-paru.
2. Ada kuatnya sistem saraf pusat dan pusat pernafasan
3. ada kuatnya pengembangan dan pengempisan paru-paru
4. kemampuan otot-otot pernafasan seperti diafragma, eksternal interkosa, internal
interkosa, dan otot abdominal.
b. Perfusi Paru
Perfusi paru adalah gerakan darah melewati sirkulasi paru untuk dioksigenasi,
dimana pada sirkulasi paru adalah darah oksigen deoksigenasi yang mengalir dalam
arteri pulmonaris dan ventrikel kanan jantung. Darah memperfusi paru bagian respirasi
dan ikut serta dalam proses pertukaran oksigen dan karbondioksida di kapiler dan
alveolus. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat mengakodasi variasi volume darah
yang besar sehingga digunakan jika sewaktu-waktu terjadi penurunan volume atau
tekanan darah sistemik.
c. Difusi
Oksigen terus-menerus berdifusi dari udara dalam alveoli ke dalam aliran
darah dan karbodioksida (CO2) terus berdifusi dari darah ke dalam alveoli. Difusi
adalah pergerakan molekul dari area dengan konsentrasi tinggi ke area konsentrasi
rendah. Difusi uadara respirasi terjadi antara alveolus dengan membrane kapiler.
Perbedaan tekanan pada area membrane.
a. Keracunan O2
Dapat terjadi O2 yang diberikan dengan konsentrasi tinggi dalam waktu relatif lama.
Keadaan ini dapat merusak struktur jaringan paru seperti atelektasi dan kerusakan
surfaktan. Akibatnya proses difusi di paru akan terganggu.
b. Depresi Ventilasi
Pemberian O2 yang tidak dimonitir dengan konsentrasi dan aliran yang tepat pada
klien dengan retensi CO2 dengan menekan ventilasi.
c. Dapat menimbulkan kebakaran dan peledakan
O2 bukan zat pembakar tetapi O2 dapat memudahkan terjadinya kebakaran. Oleh
karena itu, klien dengan terapi pemberian O2 harus menghindari : Merokok,
menghindari penggunaan listrik tanpa “ground”
d. Infeksi
e. Terjadi aspirasi bila muntah
f. Penumpukan CO2 bila aliran O2 diberikan lebih rendah dari ketentuan masing-
masing alat
a. Nafas dalam
1. Pengertian
Bentuk latihan nafas yang terjadi dalam pernafasan abdominal (diafragma)
dan purse lip breathing.
2. Tujuan
Pernafasan abdominal atau diafragma memungkinkan nafas dalam secara
penuh dengan sedikit usaha. Purse lip breathing membantu klien mengontrol
pernafasan yang berlebihan.
3. Prosedur
Aturan posisi yang nyamanbagi pasien dengan posisi setengah duduk
ditempat tidur atau dikursi atau dengan lying position (posisi
berbaring) ditempat tidur dengan satu bantal
Fleksikan lutut pasien untuk merelaksasikan otot abdomen
Tempatkan satu atau dua tangan apada abdomen, tepat dibawah tulang
iga
Tarik nafas dalam melalui hidung, jaga mulut tetap tertutup, hitung
sampai 3 selama inspirasi
Konsentrasi dan rasakan gerakan naiknya abdomen sejauh mungkin,
tetap dalam kondisi relaks dan cegah lengkung pada punggung. Jika
ada ksulitan menaikkan abdomen, ambil nafas secara cepat, nafas kuat
lewat hidung.
Kemudianhembuskan lewat bibir seperti meniup dan ekspirasi secara
perlahan dan kuat, sehingga terbentuk suara hembusan tanpa
menggembungkan dari pipi
Konsentrasi dan rasakan turunnya abdomen serta kontraksi dai otot
abdomen ketika ekspirasi. Hitung sampai 7 selama ekspirasi
Gunakan latihan ini setiap kali merasakan nafas pendek dan tingkatkan
secara bertahap selama 5-10 menit, 4 kali dalam sehari. Latihan teratur
akan membantu pernafasan tanpa usaha. Latihan ini dapat dilakukan
dalam posisi duduk, tegak, berdiri dan berjalan
b. Latihan Batuk Efektif
1. Pengertian
Latihan batuk untuk mengeluarkan secret.
2. Persiapan alat
a. Sputum pot
b. Lysol 2-3%
c. Handuk
d. Peniti
e. Bantal jika diperlukan
f. Tissu
g. Bengkok
3. Prosedur
a. Setelah menggunakan pengobatan bronchodilator (jika diresepkan), Tarik
nafas dalam lewat hidung dan tahan nafas untuk beberapa detik
b. Batukkan 2 kali, batuk pertama untuk melepaskan mukus dan batuk kedua
untuk mengeluarkan secret. Bila pasien merasa nyeri dada, pada saat batuk
tekan dada dengan bantal. Tampung sekret dengan sputum, pot yang berisi
Lysol
c. Untuk batuk menhembus, sedikit maju kedepan dan ekspirasi kuat dengan
suara “hembusan”.
d. Inspirasi dengan nafas pendek cepat secara bergantian (menghirup) untuk
mencegah mukus bergerak kembali kejalan nafas yang sempit.
e. Istirahat
f. Hindari penggunaan waktu yang lama selama batuk karena dapat
menyebabkan kelelahan hypoksia.
a. Nasal Kanul
1. Definisi
Memberikan tambahan oksigen pada klien yang membutuhkan dengan Nasal Kanul.
2. Tujuan
3. Persiapan alat
4. Prosedur
a. Kaji kebutuhan terapi oksigen dan periksa kembali perintah pengobatan
b. Siapkan klien dan keluarga
1) Atur posisi klien dengan semo fowler jika memungkinkan
2) Jelaskan bahwa oksigen tidak berbahaya bila petunjuk keamanan
diperhatika dan akan mengurangi ketidaknyamanan akibat dispneu.
Informasikan keklien dan keluarga tentang petunjuk keamanan yang
berhubungan denga penggunaan oksigen
c. Atur peralatan oksigen dan humidifier
d. Putar oksigen sesuai terapi dan pastikan alat dapat berfungsi
1) Cek oksigen dapat mengalir secara bebas melalui selang. Tidak
bocor. Seharusnya ada gelembung udara pada humidifier saat
oksigen mengalir lewat air.
2) Atur oksigen denga flowmeter sesuai dengan perintah.
e. Letakkan kanul pada wajah klien, dengan lubang kanul masuk kehidung
dengan elastik band melingkar kekepala.
f. Jika kanul tetap ingin berada ditempatnya, plester pada bagian wajah.
g. Alasi selang dengan kasa pada elastic band pada telinga dan tulang pipi jika
dibutuhkan.
h. Inpeksi peralatan secara teratur
1) Cek liter flowmeter dan tinggi air pada humidifier dalam 30 menit.
2) Pertahankan tinggi air di humidifier
3) Pastikan petunjuk keamanan diikuti
i. Dokumentasikan
b. Masker wajah
1. Definisi
Memberikan tambahan oksigen pada klien yang membutuhkan dengan masker wajah
2. Tujuan
3. Persiapan
4. Prosedur
a) Kaji kebutuhan terapi oksigen dan periksa kembali perintah pengobatan
b) Siapkan klien dan keluarga
1) Atur posisi klien dengan semi fowler jika memungkinkan
2) Jelaskan bahwa okigen tidak berbahaya bila petunjuk keamanan
diperhatikan dan akan mengurangi ketidaknyamanan akibat dispneu.
Informasikan ke klien dan keluarga tentang petunjuk keamanan yang
berhubungan dengan penggunaan oksigen.
c) Atur peralatan oksigen dan humidifier
d) Putar oksigen sesuai terapi dan pastikan alat dapat berfungsi
1) Cek oksigen dapat mengalir secara bebas melalui selang. Seharusnya tidak
ada suara pada selang dan sambungan tidak bocor. Sehatusnya ada
gelembung udara pada humidifier saat oksigen mengalir lewat air.
2) Atur oksigen dengan flow meter sesuai dengan perintah.
e) Tempatkan masker ke arah wajah klien dan letakkan dari hidung ke bawah.
f) Atur masker sesuai dengan bentuk wajah. Masker harus menutupi wajah,
sehingga sangat sedikit oksigen yang keluar lewat mata atau sekitar pipi atau
dagu.
g) Ikatkan elastic band melingkar di kepala klien sehingga masker terasa
nyaman.
h) Alasi band dibelakang telinga dan diatas tulang yang menonjol. Alas akan
mencegah iritasi karena masker.
i) Inspeksi peralatan secara teratur
1) Cek liter flow meter dan tinggi air pada humidifier dalam 30 menit
2) Pertahankan tinggi air di humidifier
3) Pastikan petunjuk keamanan diikuti
j) Dikumentasikan
c. Tenda wajah
1. Definisi
Memberikan tambahan oksigen pada klien yang membutuhkan dengan tenda
wajah.
2. Tujuan
a) Untuk memberikan kelembapan tinggi
b) Untuk memberikan oksigen bila masker tidak ditoleransi
c) Untuk memberikan oksigen aliran tinggi saat dihubungkan dengan sistem
venturi
3. Persiapan
a) Tabung oksigen dengan flow meter
b) Humidifier dengan cairan steril, air distilasi atau air matang sesuai dengan
peraturan RS
c) Nasal canul dan selang
d) Kassa jika diperlukan
e) Plester
f) Bengkok
4. Prosedur
a) Mengkaji kebutuhan terapi oksigen dan periksa kembali perintah
pengobatan
b) Siapkan klien dan keluarga
1. Atur posisi klien dengan semi fowler jika memungkinkan
2. Jelaskan bahwa oksigen tidak berbahaya bila petunjuk keamanan
diperhatikan dan akan mengurangi ketidaknyamanan akibat dispneu.
Informasikan ke klien dan keluarga tentang petunjuk keamanan yang
berhubungan dengan penggunaaan oksigen.
c) Atur peralatan oksigen dan humidifier
d) Putar oksigen sesuai terapi dan pastikan alat dapat berfungsi
1. Cek oksigen dapat mengalir secara bebas melalui selang. Seharusnya
tidak ada suara pada selang dan sambungan tidak bocor. Seharusnya ada
gelembung udara pada humidifier saat oksigen mengalir lewat air.
2. Atur oksigen dengan flow meter sesuai dengan perintah.
e) Tempatkan tenda pada wajah klien dan diikatkan melingkar pada kepala.
f) Inspeksi peralatan secara teratur
1. Cek liter flow meter dan tinggi air pada humidifier dalam 30 menit
2. Pertahankan tinggi air di humidifier
3. Pastikan petunjuk keamanan diikuti
g) Dokumentasikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber
yang lebih banyak yang dapat di pertanggung jawabkan. Untuk saran bisa berupa kritik atau
saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari makalah yang
telah di jelaskan.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Eny Retna dan Tri Sunarsih. 2011. KDPK Kebidanan Teori & Aplikasi. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Bandiyah, Siti. 2000. Keterampilan Dasar Praktek Klinik Keperawatan Dan Kebidanan.
Yogyakarta: Nuha Offset.
https://www.academia.edu/11651873/teknik_pemberian_obat_melalui_kulit
Uliyah, Musrifatun. 2006. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika