Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH PALIATIF PADA LANSIA

Untuk Persyaratan Mengikuti Mata Kuliah Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif
Diampu Oleh Bapak Sholihul Huda, M.N.S

Oleh :
Kelompok 5
1. Farikhatus syafiah (2016011897)
2. Serla Lydia (2017011968)
3. Sri Setianingsih (2017011972)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES CENDIKIA UTAMA KUDUS
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan. Makalah ini dengan baik
dan tepat waktu dengan judul “Makalah Paliatif Pada Lansia”. Makalah ini dibuat dalam
rangka menyelesaikan tugas Mata Kuliah Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif. Adapun
tujuan dari penulis makalah ini adalah sebagai salah satu metode pembelajaran bagi
mahasiswa-mahasiswi STIKES Cendekia Utama Kudus.

Dalam proses penyusunan makalah ini penulis banyak mendapatkan hambatan atau
rintangan yang dihadapi oleh penulis yaitu dalam proses pencarian sumber-sumber buku dan
keterbatasan waktu yang singkat. Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis memperoleh
bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Ilham Setyo Budi S.Kep., M. Kes selaku Ketua STIKES Cendekia Utama
Kudus
2. Ibu Heriyanti Widyaningsih S.Kep., Ns., M.Kep selaku Kaprodi S1 Ilmu
Keperawatan STIKES Cendekia Utama Kudus
3. Bapak Sholihul Huda, M.N.S selaku dosen mata kuliah Keperawatan Menjelang
Ajal dan Paliatif STIKES Cendekia Utama Kudus
4. Teman-teman satu kelompok
Penulis menyadari atas kekurangan kemampuan penulis dalam pembuatan makalah
ini. Sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi penulis apabila mendapatkan kritik
dan saran yang membangun agar penulis karya makalah selanjutnya menjadi lebih baik dan
sempurna.

Demikian akhir kata dari penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak
dan pembelajaran khususnya dalam segi teori sehingga dapat membuka wawasan ilmu yang
dapat menghasilkan hal yang lebih baik dimasa yang akan datang dan dapat menjadikan
kesehatan yang di prioritaskan.

Kudus, Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................................ i

Kata Pengantar................................................................................................................ ii

Daftar Isi......................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 2
C. Tujuan................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Lansia....................................................................................................
B. Pengertian Paliatif...............................................................................................
C. Lingkup Keperawatan Paliatif............................................................................
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian Keperawatan.....................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan........................................................................................
C. Intervensi Keperawatan.......................................................................................
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................................
B. Saran...................................................................................................................
Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang
dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh orang yang dikaruniai usia
panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. Pada usia lanjut akan terjadi
berbagai kemunduran pada organ siapapun. Pada usia lanjut akan terjadi berbagai
kemunduran pada organ tubuh. Namun tidak perlu berkecil hati, harus selalu optimis,
ceria dan tubuh. Namun tidak perlu berkecil hati, harus selalu optimis, ceria dan  berusaha
agar selalu tetap sehat di  berusaha agar selalu tetap sehat di usia lanjut. Jadi,
walaupunusia sudah lanjut, usia lanjut. Jadi, walaupunusia sudah lanjut, harus tetap
menjaga kesehatan. harus tetap menjaga kesehatan.
Proses menua manusia mengalami perubahan menuju ketergantungan Proses menua
manusia mengalami perubahan menuju ketergantungan fisik dan mental. Keluhan yang
menyertai proses menua menjadi tanda adanya fisik dan mental. Keluhan yang menyertai
proses menua menjadi tanda adanya penyakit,  penyakit, biasanya disertai dengan
perasaan, cemas, depresi atau atau mengingkari penyakitnya.
Perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif untuk meringankan beban penderita,
terutama yang tidak mungkin disembuhkan. Yang dimaksud tindakan aktif antara lain
mengurangi/menghilangkan rasa nyeri dan keluhan lain serta memperbaiki aspek
psikologis, sosial, dan spiritual.
Tujuan perawatan paliatif adalah mencapai kualitas hidup maksimal bagi si sakit
(lanjut usia) dan keluarganya. Perawatan paliatif tidak hanya diberikan kepada lanjut usia
yang menjelang akhir hayatnya, tetapi juga diberikan segera setelah di diagnosis oleh
dokter bahwa lanjut usia tersebut menderita penyakit yang tidak ada harapan untuk
sembuh (mis., menderita kanker). Sebagian pasien lanjut usia, pada suatu waktu akan
menghadapi keadaan yang disebut “stadium paliatif”, yaitu kondisi ketika pengobatan
sudah tidak dapat menghasilkan kesembuhan. Biasanya dokter memvonis pasien lanjut
usia yang menderita penyakit yang mematikan (misal, kanker, stroke, AIDS) juga
mengalami penderitaan fisik, psikologis, sosial, kultural dan spiritual.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan usia lanjut / lansia ?
2. Apa yang dimaksud dengan paliatif
3. Apa yang
C. Tujuan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun keatas karena
adanya proses penuaan berakibat menimbulkan berbagai masalah kesejahteraan di hari
tua, kecuali bila umur tersebut atau proses menua itu terjadi lebih awal dilihat dari kondisi
fisik, mental dan sosial.
Menurut WHO (1988) pengelompokan lansia terdiri dari :
1. Midle age disebut juga sebagai pra lansia yang berumur 45-59 tahun
2. Ederly, lansia yang berumur 60-74 tahun
3. Old age yaitu lansia yang berumur 75-90 tahun
4. Very old lansia yang berumur diatas 90 tahun
Secara umum, menjadi tua ditandai oleh kemunduran biologis yang terlihat sebagai
gejala-gejala kemuduran fisik, antara lain :
1. Kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta garis-garis yang menetap
2. Rambut kepala mulai memutih atau beruban
3. Gigi mulai lepas (ompong)
4. Penglihatan dan pendengaran berkurang
5. Mudah lelah dan mudah jatuh
6. Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah
Disamping itu, juga terjadi kemunduran kognitif antara lain :
1. Suka lupa, ingatan tidak berfungsi dengan baik
2. Ingatan terhadap hal-hal di masa muda lebih baik daripada hal-hal yang baru saja
terjadi
3. Sering adanya disorientasi terhadap waktu, tempat dan orang
4. Sulit menerima ide-ide baru

B. Pengertian Paliatif
Perawatan paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan
menyeluruh, dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Tujuannya untuk
mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas
hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya. Meski pada akhirnya pasien
meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis dan
spiritual, serta tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya. Jadi, tujuan
utama perawatan paliatif bukan untuk menyembuhkan penyakit. Dan yang ditangani
bukan hanya penderita, tetapi juga keluarganya.
Dulu perawatan ini hanya diberikan kepada pasien kanker yang secara medis sudah
tidak dapat disembuhkan lagi, tetapi kini diberikan pada semua stadium kanker,
bahkan juga pada penderita penyakit-penyakit lain yang mengancam kehidupan seperti
HIV/AIDS dan berbagai kelainan yang bersifat kronis. Menurut dr. Maria A. Witjaksono,
dokter Palliative Care Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta, prinsip-prinsip perawatan
paliatif adalah sebagai berikut:
1. Menghargai setiap kehidupan.
2. Menganggap kematian sebagai proses yang normal.
3. Tidak mempercepat atau menunda kematian.
4. Menghargai keinginan pasien dalam mengambil keputusan.
5. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
6. Mengintegrasikan aspek psikologis, sosial, dan spiritual dalam perawatan pasien dan
keluarga.
7. Menghindari tindakan medis yang sia-sia.
8. Memberikan dukungan yang diperlukan agar pasien tetap aktif sesuai dengan
kondisinya sampai akhir hayat.
9. Memberikan dukungan kepada keluarga dalam masa duka cita

Tujuan perawatan paliatif adalah mencapai kualitas hidup maksimal bagi si sakit
(lanjut usia) dan keluarganya. Perawatan paliatif tidak hanya diberikan kepada lanjut usia
yang menjelang akhir hayatnya, tetapi juga diberikan segera setelah didiagnosisoleh
dokter bahwa lanjut usia tersebut menderita penyakit yang tidak ada harapan untuk
sembuh (mis. menderita kanker).

Sebagian pasien lanjut usia, pada suatu waktu akan menghadapi keadaan yang disebut
“ stadium paliatif ”, yaitu kondisi ketika pengobatan sudah tidak dapat menghasilkan
kesembuhan. Biasanya dokter memvonis pasien lanjut usia yang menderita penyakit yang
mematikan (misal, kanker, stroke, AIDS) juga mengalami penderitaan fisik, psikologis,
sosial, kultural dan spiritual.
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang medis dan keperawatan
memungkinkan diupayakan berbagai tindakan dan pelayanan yang dapat mengurangi
penderitaan pasien lanjut usia, sehingga kualitas hidup di akhir kehidupannya tetap baik,
tenang dan mengakhiri hayatnya dalam keadaan iman dan kematian yang nyaman.
Diperlukan pendekatan holistik yang dapat memperbaiki kualitas hidup klien lanjut usia.

Kualitas hidup adalah bebas dari segala sesuatu yang menimbulkan gejala, nyeri, dan
perasaan takut sehingga lebih menekankan rehabilitasi dari pada pengobatan agar dapat
menikmati kesenangan selama akhir hidupnya.Sesuai arti harfiahnya, paliatif bersifat
meringankan, bukan menyembuhkan.Jadi, perawatan paliatif diperlukan untuk
meningkatkan kualitas hidup dengan menumbuhkan semangat dan motivasi. Perawatan
ini merupakan pelayanan yang aktif dan menyeluruh yang dilakukan oleh satu tim dari
berbagai disiplin ilmu.

Dalam memberi perawatan paliatif, tim tersebut harus berpijak pada pola dasar yang
digariskan oleh WHO, yaitu :

1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang


normal.
2. Tidak mempercepat dan menunda kematian lanjut usia.
3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang mengganggu.
4. Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual.
5. Berusaha agar lanjut usia yang sakit tetap aktif sampai akhir hayatnya.
6. Berusaha membantu mengatasi suasana duka cita keluarga klien lanjut usia.

Pola dasar tersebut harus diterapkan langkah demi langkah dengan mengikut sertakan
keluarga pasien, pemuka agama (sesuai agama klien), relawan, pekerja sosial, dokter,
psokolog, ahli gizi, ahli fisioterapi, ahli terapi okupasi, dan perawat. Prinsip pemberian
perawatan paliatif adalah memberi perawatan paripurna kepada klien lanjut usia dengan
pengawasan dari tim profesional.

C. Lingkup Kegiatan Perawatan Paliatif


Penatalaksanaan perawatan paliatif berbeda dengan perawatan lainnya. Perawatan
paliatif bukanlah perawatan untuk menyembuhkan suatu penyakit melainkan suatu
pengobatan untuk meringankan penderitaan pasien, , memperpanjang umurnya,
meningkatkan kualitas hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya.
Perawatan paliatif ini diutamakan dalam hal komunikasi kepada pasien dan keluarga.
Jenis kegiatan paliatif meliputi penatalaksanaan nyeri, penatalaksanaan keluhan fisik lain,
asuhan keperawatan, dukungan psikologis, dukungan social, dukungan kultural dan
spiritual, dukungan persiapan selama masa duka cita (bereavement). Perawatan paliatif
dilakukan melalui rawat jalan, rawat inap, dan kunjungan / rawat rumah. (KEPMENKES
RI NOMOR : 812, 2011)

D. Ciri / Tanda Klien Lanjut Usia Menjelang Kematian


1. Gerakan dan pengindraan menghilang secara berangsur-angsur. Biasanya dimulai
pada anggota badan, khususnya kaki dan ujung kaki.
2. Gerak peristaltic usus menurun.
3. Tubuh klien lanjut usia tampak menggembung.
4. Badan dingin dan lembap, terutama pada kaki, tangan, dan ujung hidungnya.
5. Kulit tampak pucat, berwarna kebiruan / kelabu.
6. Denyut nadi mulai tidak teratur.
7. Nafas mendengkur berbunyi keras (stidor) yang disebabkan oleh adanya lender pada
saluran pernafasan yang tidak dapat dikeluarkan oleh klien lanjut usia.
8. Tekanan darah menurun.
9. Terjadi gangguan kesadaran (ingatan menjadi kabur).

(Keperawatan. Gerontik & geriatrik, H. wahjudi Nugroho, B. Sc.,SKM 2010)

E. Hak Asasi Pasien Menjelang Ajal


Lanjut usia berhak untuk diperlakukan sebagai manusia yang hidup sampai mati. Lanjut
usia,
1. Berhak untuk tetap merasa mempunyai harapan, meskipun fokusnya dapat saja
berubah.
2. Berhak untuk dirawat oleh mereka yang dapat menghidupkan terus harapan,
walaupun dapat berubah.
3. Berhak untuk merasakan perasaan dan emosi mengenai kematian yang sudah
mendekat dengan cara sendiri.
4. Berhak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan mengenai perawatannya.
5. Berhak untuk mengharapkan terus mendapat perhatian medis dan perawatan,
walaupun tujuan penyembuhan harus diubah menjadi tujuan member rasa nyaman.
6. Berhak untuk tidak mati dalam kesepian.
7. Berhak untuk bebas dalam rasa nyeri.
8. Berhak untuk memperoleh jawaban yang jujur atas pertanyaan.
9. Berhak untuk tidak ditipu.
10. Berhak untuk mendapat bantuan dari dan untuk keluarganya dalam menerima
kematian.
11. Berhak untuk mati dengan tenang dan terhormat.
12. Berhak untuk mempertahankan individualis dan tidak dihakimi atas keputusan yang
mungkin saja bertentangan dengan orang lain.
13. Membicarakan dan memperluas pengalaman keagamaan dan kerohanian.
14. Berhak untuk mengharapkan bahwa kesucian tubuh manusia akan di hormati sesudah
mati.

F. Keperawatan Paliatif
Bagan kepemimpinan pada perawatan paliatif tidak berbentuk kerucut,melainkan
lebih berbentuk lingkaran dengan pasien sebagai titik sentral. Kunci keberhasilan kerja
interdisiplin bergantung pada tanggung jawab setiap anggota tim, sesuai dengan
kemahiran dan spesialisasinya,sehingga setiap kali pimpinan berganti,tugas profesi
masing masing tidak akan terganggu. Keberhasilan keperawatan paliatif pada pasien
lanjutusia satu akan menjadi pengalaman dan akan meningkatkan kekuatan tim untuk
upaya penanggulangan gejala yang sama pada pasien yang lain.
Tugas tim perawatan paliatif sebagai penyeimbang di antara keduanya.keluarga
pasien ( lanjut usia yang menderita kanker) adalah subjek suasana tegang dan stress,baik
fisik maupun secara psikologis, serta ketakutan dan kekhawatiran kehilangan orang yang
dicintainya. Dari pengamatan yang dilakukan,di peroleh hasil bahwa sikap/kebutuhan
keluarga adalah :
1. Ingin membantu lanjut usia sepenuhnya
2. Ingin mendapat informasi tentang kematian
3. Ingin selalu bersama lanjut usia
4. Ingin mendapatkan kepastian bahwa pasien tetap nyaman
5. Ingin mendapat informasi tentang perkembangan lanjutan usia
6. Ingin melepaskan/ mencurahkan isi hati
7. Ingin mendapatkan dukungan dan pendampingan anggota keluarga/ kerabat lain.
8. Ingin diterima,mendapat bimbingan,dan dukungan dari para petugas medis/ perawat.
Pengamatan tersebut di dukung dengan beberapa pernyataan,meyakinkan bahwa
keluarga menempatkan diri dalam posisi segalanya bagi lanjutan usia. Yang juga perlu di
selenggarakan adalah manajemen dalam keluarga,untuk mengatur giliran jaga,mengatur
pendanaan,memenuhi kebutuhan fasilitas lanjut usia,dan lain lain.Pada
kenyataannya,lanjut usia dapat di ajak diskusi untuk dimintai pertimbangannya. Dampak
positifny adalah lanjut usia merasa di anggap dan dihargai walaupun fisiknya tidak
berdaya. Kelelahan fisik dan psikis pada anggota keluarga sering mengakibatkan
penurunan kualitas pelayanan perawatan di rumah. Bila hal ini terjadi,sebaiknya untuk
sementara waktu lanjut usia “di titipkan” di rumah sakit member kesempatan kepada
keluarga untuk beristirahat. Dukungan pada keluarga saat masa sulit sangat penting,yaitu:
1. Pada saat perawatan
2. Pada saat mendekati kematian
3. Pada saat kematian
4. Pada saat masa duka
Beban sulit di rasa berat bila lanjut usia di rawat. Namun,hal tersebut akan
menimbulkan keseimbangan bila lanjut usia telah meninggalkan dan adanya rasa puas
karena keluarga telah member sesuatu yang paling berharga bagi lanjut usia.,termasuk
kehangatan keluarga. Kedekatan dengan lanjut usia akan tetap berkesan bagi keluarga
yang di tinggalkanya.
Hal yang terakhir ini terungkap pada saat kunjungan masa duka oleh anggota tim
perawatan paliatif. Silaturahmi dapat berlanjut dalam bentuk kesediaan keluarga lanjut
usia sebagai relawan. Dapat di simpulkan bahwa perawatan tim paliatif merupakan suatu
proses perawatan yang cukup kompleks. Pendekatan holistic (menyeluruh) terhadap
lanjut usia dengan mengikutsertakan keluarga lanjut usia akan menyentuh factor
fisik,psikis,sosial,spiritual,dan budaya pasien. Keberhasilan program tidak dapat di jamin
tanpa kemantapan dokter dan tim paliatif dalam kualitas ilmu,kualitas karya, dan kualitas
perilaku,serta pertimbangan etika dalam pelaksanaannya. Perawat/ tim perawatan paliatif
perlu dan harus memperhatikan serta mengacu kutipan dame cecely saunders “ your
metter because are you,you matter to the last moment of your life,and we will do all we
can,not only to help you die peacefully,but to live until you die”.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN LANSIA MENJELANG AJAL


KEADAAN PALIATIF / KEADAAN TERMINAL

A. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan penyakit terminal, menggunakan pendekatan holistik
yaitu suatu pendekatan yang menyeluruh terhadap klien bukan hanya pada penyakit dan
aspek pengobatan dan penyembuhan saja akan tetapi juga aspek psikososial lainnya.
Salah satu metode untuk membantu perawat dalam mengkaji data  psikososial pada klien
terminal yaitu dengan menggunakan metode “PERSON”.
1. P: Personal Strenghatyaitu kekuatan seseorang ditunjukkan melalui gaya hidup,
kegiatannya atau pekerjaan.
Contoh yang positif: Bekerja ditempat yang menyenangkan bertanggung jawab penuh
dan nyaman, Bekerja dengan siapa saja dalam kegiatan sehari-hari.
Contoh yang negative :Kecewa dalam pengalaman hidup.
2. E: Emotional Reactionyaitu reaksi emosional yang ditunjukkan dengan klien.
Contoh yang positif:Binggung tetapi mampu memfokuskan keadaan.
Contoh yang negatif :Tidak berespon (menarik diri)
3. R : Respon to Stress yaiturespon klien terhadap situasi saat ini atau dimasa lalu.
Contoh yang positif:
a. Memahami masalah secara langsung dan mencari informasi.
b. Menggunakan perasaannya dengan sehat misalnya : latihan dan olahraga.

Contoh yang negatif:

a. Menyangkal masalah.
b. Pemakaian alkohol.
4. S : Support System yaitu keluarga atau orang lain yang berarti.
Contoh yang positif:
a. Keluarga
b. Lembaga di masyarakat

Contoh yang negatif :Tidak mempunyai keluarga

5. O:Optimum Health Goal yaitualasan untuk menjadi lebih baik (motivasi)


Contoh yang positif:

a. Menjadi orang tua


b. Melihat hidup sebagai pengalaman positif

Contoh yang negatif :

a. Pandangan hidup sebagai masalah yang terkuat


b. Tidak mungkin mendapatkan yang terbaik
6. N : Nexsus yaitu bagian dari bahasa tubuh mengontrol seseorang
mempunyai penyakit atau mempunyai gejala yang serius.
Contoh yang positif:Melibatkan diri dalam perawatan dan pengobatan.

Contoh yang negatif :

a. Tidak berusaha melibatkan diri dalam perawatan.


b. Menunda keputusan.

Pengkajian yang perlu diperhatikan klien dengan penyakit terminal menggunakan


pendekatan meliputi.

1. Faktor predisposisi  yaitu faktor yang mempengaruhi respon psikologis klien pada
penyakit terminal, sistem pendekatan bagi klien. Klas Kerud telah mengklasifikasikan
pengkajian yang dilakukan yaitu:
a. Riwayat psikososial, termasuk hubungan-hubungan interpersonal,
penyalahgunaan zat, perawatan psikiatri sebelumnya.
b. Banyaknya distress yang dialami dan respon terhadap krisis.
c. Kemampuan koping.
d. Sosial support sistem termasuk sumber-sumber yang ada dan dibutuhkan support
tambahan.
e. Tingkat perkembangan
f. Fase penyakit cepat terdiagnosa, pengobatan dan post pengobatan.
g. Identitas kepercayaan diri, pendekatan nilai-nilai dan filosofi hidup.
h. Adanya reaksi sedih dan kehilangan
i. Pengetahuan klien tentang penyakit
j. Pengalaman masa lalu dengan penyakit
k. Persepsi dan wawasan hidup respon klien terhadap penyakit terminal, persepsi
terhadap dirinya, sikap, keluarga, lingkungan, tersedianya fasilitas kesehatan dan
beratnya perjalanan penyakit.
l. Kapasitas individu untuk membuat psikosial kembali dalam penderitaan.
2. Fokus Sosiokultural  yaitu klien mengekpresikannya sesuai dengan tahap
perkembangan, pola kultur atau latar belakang budaya terhadap kesehatan, penyakit,
penderitaan dan kematian yang dikomunikasikan baik secara verbal maupun non
verbal.
3. Faktor presipitasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya reaksi klien terminal,
yaitu:
a. Prognosa akhir penyakit yang menyebabkan kematian.
b. Faktor transisi dari arti kehidupan menuju kematian.
c. Support dari keluarga dan orang terdekat.
d. Hilangnya harga diri, karena kebutuhan tidak terpenuhi sehingga klien menarik
diri, cepat tersinggung dan tidak ada semangat hidup.
4. Faktor perilaku
a. Respon terhadap klien
Bila klien terdiagnosa penyakit terminal maka klien akan mengalami krisis dan
keadaan ini mengakibatkan keadaan mental klien tersinggung sehingga secara
langsung dapat menganggu fungsi fisik/penurunan daya tahan tubuh.
b. Respon terhadap diagnose
Biasanya terjadi pada klien yang terdiagnosa penyakit terminal adalah shock atau
tidak percaya perubahan konsep diri klien terancam, ekspresi klien dapat berupa
emosi kesedihan dan kemarahan.
c. Isolasi social
Pada klien terminal merupakan pengalaman yang sering dialami, klien kehilangan
kontak dengan orang lain dan tidak tahu dengan pasti bagaimana pendapat orang
terhadap dirinya.

Pengkajiaan adalah tahap pertama proses keperawatan. Sebelum  perawat dapat


merencanakan asuhan keperawatan pada pasien yang tidak ada harapan sembuh, perawat
harus mengidentifikasi dan menetapkan masalah  pasien terlebih dahulu.Oleh karena itu
tahapan itu meliputi pengumpulan data, analisis data mengenai status kesehatan dan
berakhir penegakan diagnose keperawatan, yaitu pernyataan tentang masalah pasien yang
dapat di intervensi.

Tujuan pengkajian adalah member gambaran yang terus menerus mengenai kesehatan
pasien yang memungkinkan tim perawatan untuk merencanakan asuhan keperawatannya
secara perseorangan.Pengumpulan data dimulai dengan upaya untuk mengenal pasien dan
keluarganya. Siapa pasien itu dan bagaimana kondisinya akan membahayakan jiwanya.

Rencana pengobatan apa yang telah di laksanakan ?tindakan apa saja yang telah
diberikan? adakah bukti mengenai pengetahuannya, prognosisnya dan pada proses
kematian yang mana pasien berada? Apakah ia menderita rasa nyeri? Apakah anggota
keluarganya mengetahui prognosisnya,dan bagaimana reaksi mereka? Filsafat apa yang
dianut pasien dan keluarganya mengenai hidup dan mati, pengkajian kebutuhan,keadaan,
dan masalah kesehatan/keperawatan pasien khususnya.

1. Perasaan Takut.
Kebanyakan pasien merasa takut terhadap rasa nyeri yang tidak terkendalikan
yang begitu sering diasosiakan dengan keadaan sakit terminal, terutama bila keadaan
tersebut disebabkan oleh penyakit yang ganas.Perawat harus menggunakan
pertimbangan yang sehat apabila sedang merawat orang yang sakit terminal. Perawat
harus mengendalikan rasa nyeri pasien dengan cara yang tepat.
Perasaan takut yang muncul mungkin takut terhadap rasa nyeri, walaupun
secara teori, nyeri tersebut dapat diatasi dengan obat penghilang rasa nyeri,seperti
aspirin,dehidrokodein dan dektromororamid.Apabila orang berbicara tentang perasaan
takut m ereka terhadap maut, respons mereka secara tipikal mencakup perasaan
yang takut terhadap hal yang tidak jelas,takut meninggalkan orang yang dicintai,
kehilangan martabat, urusan yang belum selesai dan sebagainya. Kematian
merupakan berhentinya kehidupan. Semua orang akan mengalami kematian tersebut.
Dalam menghadapi kematian ini, pada umumnya orang akan merasa takut dan cemas.
Ketakutan dan kecemasan terhadap kematian ini dapat membuat pasien tegang dan
stress.
2. Emosi.
Emosi pasien yang muncul pada tahap menjelang kematian,antara lain
mencela dan mudah marah.
3. Tanda vital.
Perubahan fungsi tubuh sering tercermin pada suhu badan, denyut nadi,
pernafasan, dan tekanan darah. Mekanisme fisiologis yang mengaturnya berkaitan
satu sama lain. Setiap perubahan yang berlainan dengan keadaan yang normal
dianggap sebagai indikasi yang penting untuk mengenali keadaan kesehatan
seseorang.
4. Kesadaran.
Kesadaran yang sehat dan adekuat dikenal sebagai awas waspada, yang
merupakan ekspresi tentang apa yang dilihat, didengar, dialami, dan perasaan
keseimbangan, nyeri, suhu, raba, getar gerak, gerak tekan dan sikap, bersifat adekuat
yaitu tepat dan sesuai (Mahar Mardjono,1981).
5. Fungsi tubuh.
Tubuh terbentuk atas banyak jaringan dan organ.Setiap organ mempunyai fungsi
khusus.
6. Tingkat Kesadaran
a. Composmentis yaitu sadar sempurna
b. Apatis yaitu tidak ada perasaan/kesadaran menurun (masabodoh)
c. Somnolenyaitu kelelahan (mengantuk berat)
d. Soporus yaitu tidur lelap patologis (tidur pulas)
e. Subkomayaitu keadaan tidak sadar/hampir koma
f. Koma  yaitu keadaan pingsan lama disertai dengan penurunan daya reaksi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas/ ketakutan individu , keluarga yang berhubungan diperkirakan dengan situasi
yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan takut akan kematian
dan efek negatif pada pada gaya hidup.
2. Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang dihadapi,
penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang lain.
3. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan
keluarga,takut akan hasil ( kematian ) dengan lingkungnnya penuh dengan stres
( tempat perawatan ).
4. Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system
pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri dalam menghadapi
ancaman kematian
C. INTERVENSI (RENCANA KEPERAWATAN)

Dx. Keperwatan Tujuan Intervensi Rasional


Ansietas/ketakutan Setelah dilakukan 1. Bantu klien untuk 1. Ansietas cendrung
individu , keluarga tindakan mengurangi untuk memperburuk
yang berhubungan keperwatan ansietasnya. masalah. Menjebak
diperkirakan diharapkan klien pada lingkaran
dengan situasi ansietas klien peningkatan ansietas
yang tidak dikenal, dapat teratasi tegang, emosional
sifat dan kondisi dengan kriteria dan nyeri fisik
yang tidak dapat hasil: 2. Kaji tingkat 2. Beberapa rasa takut
diperkirakan takut  Klien tidak ansietas klien : didasari oleh
akan kematian dan cemas lagi. rencanakan informasi yang tidak
efek negatif pada  Klien pernyuluhan bila akurat dan dapat
pada gaya hidup. memiliki tingkatnya rendah dihilangkan denga
suatu harapan atau sedang. memberikan
serta informasi akurat.
semangat Klien dengan ansietas
hidup. berat atauparah tidak
3. Dorong keluarga menyerap pelajaran.
dan teman untuk 3. Pengungkapan
mengungkapkan memungkinkan untuk
ketakutan- saling berbagi dan
ketakutan mereka. memberiakn
kesempatan untuk
memperbaiki konsep
4. Berika klien dan yang tidak benar.
keluarga 4. Menghargai klien
kesempatan dan untuk koping efektif
penguatan koping dapat menguatkan
positif renson koping positif
yang akan datang
Berduka yang Setelah dilakukan 1. Berikan 1. Diskusi terbuka dan
berhubungan tindakan kesempatan pada jujur dapat membantu
penyakit terminal keperawatan klien da keluarga klien dan anggota
dan kematian yang berduka klien untuk keluarga menerima
akan dihadapi dapat teratasi mengungkapkan dan mengatasi situasi
penurunan fungsi, dengan kriteria perasaan, dan respon mereka
perubahan konsep hasil: didiskusikan terhdap situasi
diri dan menarik Klien penyakit kehilangan secara tersebut.
diri dari orang lain terminal merasa terbuka , dan gali
tenang makna pribadi dari
menghadapi kehilangan.jelaskan
sakaratul maut. bahwa berduka
adalah reaksi yang
umum dan sehat.
2. Berikan dorongan 2. Stategi koping fositif
penggunaan strategi membantu
koping positif yang penerimaan dan
terbukti yang pemecahan masalah.
memberikan
keberhasilan pada
masa lalu.
3. Berikan dorongan
pada klien untuk 3. Memfokuskan pada
mengekpresikan atribut yang positif
atribut diri yang meningkatkan
positif penerimaan diri dan
penerimaan kematian
4. Bantu klien yang terjadi.
mengatakan dan 4. Proses berduka,
menerima kematian proses berkabung
yang akan terjadi, adaptif tidak dapat
jawab semua dimulai sampai
pertanyaan dengan kematian yang akan
jujur. terjadi di terima.
5. Tingkatkan harapan
dengan perawatan 5. klien sakit terminal
penuh perhatian, paling menghargai
menghilangkan tindakan keperawatan
ketidak nyamanan missal: Membantu
dan dukungan berdandan,
Mendukung fungsi
kemandirian
Perubahan proses Setelah dilakukan 1. Luangkan waktu 1. Kontak yang sering
keluarga yang tindakan bersama keluarga dan
berhubunga keperawatan atau orang terdekat mengkomuikasikan
dengan gangguan perubahan proses klien dan tunjukkan sikap perhatian dan
kehidupan takut keluarga dapat pengertian yang peduli dapat
akan hasil tertasi dengan empati. membantu
( kematian ) dan kriteria hasil: mengurangi
lingkungannya Stress keluarga kecemasan dan
penuh stres terhadap meningkatkan
( tempat perawatan gangguan pembelajaran.
) kehidupan klien 2. Izinkan keluarga 2. Saling berbagi
berkurang. klien atau orang memungkinkan
terdekat untuk perawat untuk
mengekspresikan mengintifikasi
perasaan, ketakutan ketakutan dan
dan kekawatiran. kekhawatiran
kemudian
merencanakan
intervensi untuk
mengatasinya.
3. Anjurkan untuk 3. Kunjungan dan
sering berkunjung partisipasi yang
dan berpartisipasi sering dapat
dalam tindakan meningakatkan
perawan. interaksi keluarga
berkelanjutan.
4. Konsul dengan atau 4. Keluarga denagan
berikan rujukan masalah-masalh
kesumber seperti kebutuhan
komunitas dan financial , koping
sumber lainnya yang tidak berhasil
atau konflik yang
tidak selesai
memerlukan sumber-
sumber tambahan
untuk membantu
mempertahankankan
fungsi keluarga
Resiko terhadap Setelah dilakukan 1. Gali apakah klien 1. Bagi klien yang
distres spiritual tindakan menginginkan mendapatkan nilai
yang berhubungan keperawatan untuk tinggi pada do,a atau
dengan perpisahan resiko distress melaksanakan ritual praktek spiritual
dari system spiritual dapat keagamaan atau lainnya , praktek ini
pendukung teratasi dengan spiritual yang dapat memberikan
keagamaan, kriteria hasil: diinginkan bila arti dan tujuan dan
kurang prifasi atau Tidak terjadi yang memberi dapat menjadi sumber
ketidak mampuan distres spiritual. kesemptan pada kenyamanan dan
diri dalam klien untuk kekuatan.
menghadapi melakukannya. 2. Menunjukkan sikap
ancaman kematian 2. Ekspesikan tak menilai dapat
pengertrian dan membantu
penerimaan anda mengurangi kesulitan
tentang pentingnya klien dalam
keyakinan dan mengekspresikan
praktik religius atau keyakinan dan
spiritual klien. prakteknya.
3. Berikan prifasi dan 3. Privasi dan
ketenangan untuk ketenangan
ritual spiritual memberikan
sesuai kebutuhan lingkungan yang
klien dapat memudahkan refresi
dilaksanakan. dan perenungan.
4. Bila anda 4. Perawat meskipun
menginginkan yang tidak menganut
tawarkan untuk agama atau
berdo’a bersama keyakinan yang sama
klien lainnya atau dengan klien dapat
membaca buku ke membantu klien
agamaan memenuhi kebutuhan
spritualnya

BAB IV

KASUS
A. Kasus
Pasien usia 58 tahun dengan nama tn. A didiagnosa dokter dengan penyakit diabetes
melitus tipe 2 yang sudah parah dibagian ekstremitas bawah, awalnya pasien bisa
menjaga pola makan menyeimbangkan kadar gula yang akan masuk kedalam tubuhnya,
tapi setelah kepergian anaknya yang bekerja diluar daerah, tn. A sudah tidak ada yang
memperhatikan sampai-sampai penyakit tersebut menjalar ke area ekstremitas bawah
bagian kiri sehingga disana terjadi neksosis/kematian jaringan, akibatnya tn. A mau tidak
mau untuk tidak memperparah kondisi dilakukan amputasi. Tn . A terlihat gusar dan
murung dengan keadaannya yang sekarang, seringkali tn. A menganggap kalau ajal
makin dekat dengannya.
B. Proses keperawatan
a. Pengkajian
1) Perasaan takut
Kebanyakan pasien DM yang telah dilakukan amputasi merasa takut terhadap
fisiknya, bukannya malu melainkan takut ketika tidak bagian itu saja yang akan
kehilangan tapi juga anggota tubuh yang lain. Mereka taku satu persatu anggota
tubuhnya hilang dari tubuh mereka kalau kadar gulanya tidak terkontrol
sehingga bayangan seperti akan meninggalkan dunia ini menjadi bayangan
pasien Diabetes melitus. Apabila berbicara mengenai perasaan takut mereka
terhadap maut, respon mereka secara tipikal mencakup perasaan taku yang tidak
jelas, takut meninggalkan orang yag dicintai, urusan martabat dan urusan yang
belum selesai, dan sebagainya.
2) Emosi
Emosi pasien yang muncul pada tahap menjelang ajal, mudah marah.
3) Tanda tanda vital
Perubahan fungsi tubuh sering kali tercermin pada suhu badan, denyut nadi,
pernapasan dan tekanan darah. Mekanisme yang mengaturnya berkaitan satu
sama lain.
4) Fungsi tubuh
Ketika pasien DM tipe 2 yang sudah mengalami nekrosis maka ada salh satu
anggota tubuh yang sudah tidak dapat di gunakan lagi.\
5) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan umum klien, biasanya di kaji tingkat kesadaran klien, BB,Tinggi
badan, tekanan darah, suhu, RR, Nadi, Kepala, Rambut.Biasanya kulit kepala
dan rambut klien akan rontok atau alopesia karna pengaruh kemoterapi, kulit
kepala tidak tampak bersih.Wajah biasanya tidak terdapat edema atau hematon.

a) Mata :Biasanya mata simetris kiri dan kanan Konjungtiva anemis disebabkan
oleh nutrisi yang tidak adekuat Sklera tidak ikterik,palpebra tidak edema.
b) Hidung : Biasanya hidung kurang bersih, tampak sekret, adanya pernafasan
cuping hidung yang disebabkan klien sesak nafas terutama pada pasien yang
kankernya sudah bermetastase ke paru-paru.
c) Bibir : Mukosa bibir tampak pucat dan kurang bersih.
d) Gigi :Biasanya gusi klien mudah terjadi pendarahan akibat rapuhnya
pembuluh darah dan caries positif
e) Lidah : Lidah biasanya tampak pucat, dan lidah klien kurang bersih.
f) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
g) Dada atau Thorak.
 Inspeksi
- Pada stadium 1 : biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan
kanan yang disebabkan oleh pembengkakan pada payudara,dengan
ukuran 1-2 cm.
- Pada stadium 2 : biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan
kanan yang juga disebabkan payudara dengan ukuran dengan tumor
2,5-5 cm.
- Pada stadium 3A : biasanya dada klien juga tidak simetris kiri dan
kanan yang disebabkan oleh pembengkakan tumor yang sudah meluas
dalam payudara besar tumor 5-10 cm.
- Pada stadium 3B : bentuk dada juga tidak simetris kiri dan kanan
yang disebabkan oleh pembengkakan dan kanker sudah melebar ke
seluruh bagian payudara,bahkan mencapai kulit, dinding dada,tulang
rusuk,dan otot dada.Pada stadium 4 Bentuk dada tidak simetris kiri
dan kanan yang disebabkan oleh pembengkakan dan mestastase jauh
keorgan lain seperti paru-paru.
h) Sistem intergument
Biasanya terjadi perubahan pada kelembaban kulit klien dan turgor
kulit klien tidak elastis
D. Diagnosa
1) Nyeri kronis berhubungan dengan penyakit DM
2) Resiko infeksi berhungan dengan penyakit
3) Ansietas kematian berhubungan dengan ketakutan mengalami sakit terminal
4) Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang
dihadapi, penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang
lain.
E. Intervensi

No Hari/Tgl/Ja No. NOC NIC TTD


m DX

1 Senin, 4-11- 1 Setelah dilakukan tindakan NIC : manajemen nyeri


2019, jam keperawatan selama 3x24 jam (1400)
09.00 diharapkan Nyeri kronis - lakukan pengkajian nyeri
berhubungan dengan komprehensif yang
penyakit DM dapat teratasi , meliputi lokasi,
dengan kriteria hasil : karakteristik,
 Kontrol nyeri (1605) onset/durasi, frekuensi,
- Klien mampu kualitas, intensitas atau
melaporkan gejala yang beratnya nyeri dan faktor
tidak terkontrol pada pencetus
profesional kesehatan. - observasi adanya
- Klien mau petunjuk nonverbal
menggunakan mengenai
analgesik yang di ketidaknyamanan
rekomendasikan terutama pada mereka
- Klien mampu yang tidak dapat
melaporkan perubahan berkomunikasi secara
terhadap gejala nyeri efektif
pada profesional - pastikan perawatan
kesehatan analgesik bagi pasien
- Klien dilakukan dengan
mampumelaporkan pemantauan yang ketat
nyeri yang terkontrol - ajarkan prinsip-prinsip
 Tingkat nyeri (2102) manajemen nyeri
- Klien mampu - kaji TTV
melaporkan rasa nyeri
kolaborasi dengan tim
nya
medis lainnya
- Panjangnya episode
nyeri dapat berkurang
- Klien dapat beristirahat
- Klien tidak lagi
menyeringit
- Klien tidak mengalami
mual
- TTV normal

2 Senin, 04- 2 Setelah dilakukan tindakan NIC : kontrol infeksi


11-2019, keperawatan selama 3x24 jam (6540)
jam 09.00 diharapkan Resiko infeksi - Pertahankan teknik
berhubungan dengan isolasi yang sesuai
penyakit dapat teratasi dengan - Batasi jumlah
kriteria hasil : pengunjung
 Keparahan infeksi - Lakukan tindakan-
(0703) tindakan yang bersifat
- Kemerahan berkurang universal
- Cairan luka yang - Gosok kulit pasien
berbau busuk dapat dengan agen antibakteri
berkurang yang sesuau
- Klien tidak mengalami - Pastikan penanganan
demam aseptik daei saluran IV
- Suhu tubuh pasien - Pastikan tekhnik
stabil perawatan luka yang
- TTV normal tepat
- Anjurkan pasien untuk
meminum antibiotik
seperti yang di
resepkan
- Kaji TTV
- Kolaborasi dengan tim
medis lainnya

3 Senin, 4-11- 3 Setelah dilakukan tindakan Perawatan Kondisi Akhir


2019, jam keperawatan selama 3x24 jam Kehidupan (5260):
09.00 diharapkan Ansietas kematian 1. Komunikasikan
berhubungan dengan keinginan untuk
ketakutan mengalami sakit mendiskusikan
terminal dapat teratasi kemiatian
dengan kriteria hasil : 2. Dukung pasien dan
Akhir Kehidupan yang keluarga agar bisa
Bermartabat (1307) : melalui tahapan
kesedihan
1. Klien dapat
3. Berikan waktu istirahat
mengungkapkan
pasien sesering mungkin
perasaan atau
4. Dukung upaya keluarga
harapannya
untuk tetap berada
2. Perawat berpartisipasi
dsamping tempat tidur
dalam keputusan terkait
pasien
dengan perawatan
5. Fasilitasi untuk
3. Klien masih dapat
mendapatkan dungan
melakukan perawatan
spiritual bagi pasien dan
spiritula
keluarga
4. Klien mampu
6. Nyatakan dengan jelas
memanfaatkan waktu
harapan terhadap
yang tersisa dengan baik
perilaku klien
5. Klien dapat beristirahat
7. Pahami situasi krisis
6. Klien tidak mengalami
yang terjadi dari
gangguan tidur
perspektif klien
7. TTV normal

4 Senin, 4-11- 4 Setelah dilakukan tindakan Meningkatkan Sistem


2019, jam keperawatan berduka klien Dukungan (5440) :
09.00 dapat teratasi dengan kriteria 1. Diskusi terbuka dan
hasil: jujur dapat membantu
Klien penyakit terminal klien dan anggota
merasa tenang menghadapi keluarga menerima dan
sakaratul maut. mengatasi situasi dan
1. Berikan kesempatan pada respon mereka terhdap
klien dan keluarga untuk situasi tersebut.
mengungkapkan 2. Stategi koping fositif
perasaan, didiskusikan membantu penerimaan
kehilangan secara dan pemecahan
terbuka, dan gali makna zmasalah.
pribadi dari kehilangan. 3. Memfokuskan pada
jelaskan bahwa berduka atribut yang positif
adalah reaksi yang umum meningkatkan
dan sehat. penerimaan diri dan
2. Berikan dorongan penerimaan kematian
penggunaan strategi yang terjadi.
koping positif yang 4. Proses berduka, proses
terbukti yang memberikan berkabung adaptif tidak
keberhasilan pada masa dapat dimulai sampai
lalu. kematian yang akan
3. Berikan dorongan pada terjadi di terima.
klien untuk 5. klien sakit terminal
mengekpresikan atribut paling menghargai
diri yang positif tindakan keperawatan
4. Bantu klien mengatakan missal: Membantu
dan menerima kematian berdandan, Mendukung
yang akan terjadi, jawab fungsi kemandirian
semua pertanyaan dengan
jujur.
5. Tingkatkan harapan
dengan perawatan penuh
perhatian, menghilangkan
ketidak nyamanan dan
dukungan
DAFTAR PUSTAKA

Nugroho.Wahyudi. 2011. Kep gerontik dan geriatric. Jakarta : EGC

Nugroho.Wahyudi. 2014. Kep gerontik dan geriatric. Jakarta : EGC

Noorkasiani dan S, Tamher.2009.Kesehatan Usia Lanjut dengan pendekatan Asuhan


Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika.
Suseno, Tutu April A.2005.Buku Ajar Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan,
Kematian, dan Berduka dan Proses Keperawatan.Jakarta:Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai