Untuk Persyaratan Mengikuti Mata Kuliah Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif
Diampu Oleh Bapak Sholihul Huda, M.N.S
Oleh :
Kelompok 5
1. Farikhatus syafiah (2016011897)
2. Serla Lydia (2017011968)
3. Sri Setianingsih (2017011972)
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan. Makalah ini dengan baik
dan tepat waktu dengan judul “Makalah Paliatif Pada Lansia”. Makalah ini dibuat dalam
rangka menyelesaikan tugas Mata Kuliah Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif. Adapun
tujuan dari penulis makalah ini adalah sebagai salah satu metode pembelajaran bagi
mahasiswa-mahasiswi STIKES Cendekia Utama Kudus.
Dalam proses penyusunan makalah ini penulis banyak mendapatkan hambatan atau
rintangan yang dihadapi oleh penulis yaitu dalam proses pencarian sumber-sumber buku dan
keterbatasan waktu yang singkat. Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis memperoleh
bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ilham Setyo Budi S.Kep., M. Kes selaku Ketua STIKES Cendekia Utama
Kudus
2. Ibu Heriyanti Widyaningsih S.Kep., Ns., M.Kep selaku Kaprodi S1 Ilmu
Keperawatan STIKES Cendekia Utama Kudus
3. Bapak Sholihul Huda, M.N.S selaku dosen mata kuliah Keperawatan Menjelang
Ajal dan Paliatif STIKES Cendekia Utama Kudus
4. Teman-teman satu kelompok
Penulis menyadari atas kekurangan kemampuan penulis dalam pembuatan makalah
ini. Sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi penulis apabila mendapatkan kritik
dan saran yang membangun agar penulis karya makalah selanjutnya menjadi lebih baik dan
sempurna.
Demikian akhir kata dari penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak
dan pembelajaran khususnya dalam segi teori sehingga dapat membuka wawasan ilmu yang
dapat menghasilkan hal yang lebih baik dimasa yang akan datang dan dapat menjadikan
kesehatan yang di prioritaskan.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................................ i
Kata Pengantar................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 2
C. Tujuan................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Lansia....................................................................................................
B. Pengertian Paliatif...............................................................................................
C. Lingkup Keperawatan Paliatif............................................................................
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A. Pengkajian Keperawatan.....................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan........................................................................................
C. Intervensi Keperawatan.......................................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................................
B. Saran...................................................................................................................
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang
dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh orang yang dikaruniai usia
panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. Pada usia lanjut akan terjadi
berbagai kemunduran pada organ siapapun. Pada usia lanjut akan terjadi berbagai
kemunduran pada organ tubuh. Namun tidak perlu berkecil hati, harus selalu optimis,
ceria dan tubuh. Namun tidak perlu berkecil hati, harus selalu optimis, ceria dan berusaha
agar selalu tetap sehat di berusaha agar selalu tetap sehat di usia lanjut. Jadi,
walaupunusia sudah lanjut, usia lanjut. Jadi, walaupunusia sudah lanjut, harus tetap
menjaga kesehatan. harus tetap menjaga kesehatan.
Proses menua manusia mengalami perubahan menuju ketergantungan Proses menua
manusia mengalami perubahan menuju ketergantungan fisik dan mental. Keluhan yang
menyertai proses menua menjadi tanda adanya fisik dan mental. Keluhan yang menyertai
proses menua menjadi tanda adanya penyakit, penyakit, biasanya disertai dengan
perasaan, cemas, depresi atau atau mengingkari penyakitnya.
Perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif untuk meringankan beban penderita,
terutama yang tidak mungkin disembuhkan. Yang dimaksud tindakan aktif antara lain
mengurangi/menghilangkan rasa nyeri dan keluhan lain serta memperbaiki aspek
psikologis, sosial, dan spiritual.
Tujuan perawatan paliatif adalah mencapai kualitas hidup maksimal bagi si sakit
(lanjut usia) dan keluarganya. Perawatan paliatif tidak hanya diberikan kepada lanjut usia
yang menjelang akhir hayatnya, tetapi juga diberikan segera setelah di diagnosis oleh
dokter bahwa lanjut usia tersebut menderita penyakit yang tidak ada harapan untuk
sembuh (mis., menderita kanker). Sebagian pasien lanjut usia, pada suatu waktu akan
menghadapi keadaan yang disebut “stadium paliatif”, yaitu kondisi ketika pengobatan
sudah tidak dapat menghasilkan kesembuhan. Biasanya dokter memvonis pasien lanjut
usia yang menderita penyakit yang mematikan (misal, kanker, stroke, AIDS) juga
mengalami penderitaan fisik, psikologis, sosial, kultural dan spiritual.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan usia lanjut / lansia ?
2. Apa yang dimaksud dengan paliatif
3. Apa yang
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun keatas karena
adanya proses penuaan berakibat menimbulkan berbagai masalah kesejahteraan di hari
tua, kecuali bila umur tersebut atau proses menua itu terjadi lebih awal dilihat dari kondisi
fisik, mental dan sosial.
Menurut WHO (1988) pengelompokan lansia terdiri dari :
1. Midle age disebut juga sebagai pra lansia yang berumur 45-59 tahun
2. Ederly, lansia yang berumur 60-74 tahun
3. Old age yaitu lansia yang berumur 75-90 tahun
4. Very old lansia yang berumur diatas 90 tahun
Secara umum, menjadi tua ditandai oleh kemunduran biologis yang terlihat sebagai
gejala-gejala kemuduran fisik, antara lain :
1. Kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta garis-garis yang menetap
2. Rambut kepala mulai memutih atau beruban
3. Gigi mulai lepas (ompong)
4. Penglihatan dan pendengaran berkurang
5. Mudah lelah dan mudah jatuh
6. Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah
Disamping itu, juga terjadi kemunduran kognitif antara lain :
1. Suka lupa, ingatan tidak berfungsi dengan baik
2. Ingatan terhadap hal-hal di masa muda lebih baik daripada hal-hal yang baru saja
terjadi
3. Sering adanya disorientasi terhadap waktu, tempat dan orang
4. Sulit menerima ide-ide baru
B. Pengertian Paliatif
Perawatan paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan
menyeluruh, dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Tujuannya untuk
mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas
hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya. Meski pada akhirnya pasien
meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis dan
spiritual, serta tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya. Jadi, tujuan
utama perawatan paliatif bukan untuk menyembuhkan penyakit. Dan yang ditangani
bukan hanya penderita, tetapi juga keluarganya.
Dulu perawatan ini hanya diberikan kepada pasien kanker yang secara medis sudah
tidak dapat disembuhkan lagi, tetapi kini diberikan pada semua stadium kanker,
bahkan juga pada penderita penyakit-penyakit lain yang mengancam kehidupan seperti
HIV/AIDS dan berbagai kelainan yang bersifat kronis. Menurut dr. Maria A. Witjaksono,
dokter Palliative Care Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta, prinsip-prinsip perawatan
paliatif adalah sebagai berikut:
1. Menghargai setiap kehidupan.
2. Menganggap kematian sebagai proses yang normal.
3. Tidak mempercepat atau menunda kematian.
4. Menghargai keinginan pasien dalam mengambil keputusan.
5. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
6. Mengintegrasikan aspek psikologis, sosial, dan spiritual dalam perawatan pasien dan
keluarga.
7. Menghindari tindakan medis yang sia-sia.
8. Memberikan dukungan yang diperlukan agar pasien tetap aktif sesuai dengan
kondisinya sampai akhir hayat.
9. Memberikan dukungan kepada keluarga dalam masa duka cita
Tujuan perawatan paliatif adalah mencapai kualitas hidup maksimal bagi si sakit
(lanjut usia) dan keluarganya. Perawatan paliatif tidak hanya diberikan kepada lanjut usia
yang menjelang akhir hayatnya, tetapi juga diberikan segera setelah didiagnosisoleh
dokter bahwa lanjut usia tersebut menderita penyakit yang tidak ada harapan untuk
sembuh (mis. menderita kanker).
Sebagian pasien lanjut usia, pada suatu waktu akan menghadapi keadaan yang disebut
“ stadium paliatif ”, yaitu kondisi ketika pengobatan sudah tidak dapat menghasilkan
kesembuhan. Biasanya dokter memvonis pasien lanjut usia yang menderita penyakit yang
mematikan (misal, kanker, stroke, AIDS) juga mengalami penderitaan fisik, psikologis,
sosial, kultural dan spiritual.
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang medis dan keperawatan
memungkinkan diupayakan berbagai tindakan dan pelayanan yang dapat mengurangi
penderitaan pasien lanjut usia, sehingga kualitas hidup di akhir kehidupannya tetap baik,
tenang dan mengakhiri hayatnya dalam keadaan iman dan kematian yang nyaman.
Diperlukan pendekatan holistik yang dapat memperbaiki kualitas hidup klien lanjut usia.
Kualitas hidup adalah bebas dari segala sesuatu yang menimbulkan gejala, nyeri, dan
perasaan takut sehingga lebih menekankan rehabilitasi dari pada pengobatan agar dapat
menikmati kesenangan selama akhir hidupnya.Sesuai arti harfiahnya, paliatif bersifat
meringankan, bukan menyembuhkan.Jadi, perawatan paliatif diperlukan untuk
meningkatkan kualitas hidup dengan menumbuhkan semangat dan motivasi. Perawatan
ini merupakan pelayanan yang aktif dan menyeluruh yang dilakukan oleh satu tim dari
berbagai disiplin ilmu.
Dalam memberi perawatan paliatif, tim tersebut harus berpijak pada pola dasar yang
digariskan oleh WHO, yaitu :
Pola dasar tersebut harus diterapkan langkah demi langkah dengan mengikut sertakan
keluarga pasien, pemuka agama (sesuai agama klien), relawan, pekerja sosial, dokter,
psokolog, ahli gizi, ahli fisioterapi, ahli terapi okupasi, dan perawat. Prinsip pemberian
perawatan paliatif adalah memberi perawatan paripurna kepada klien lanjut usia dengan
pengawasan dari tim profesional.
F. Keperawatan Paliatif
Bagan kepemimpinan pada perawatan paliatif tidak berbentuk kerucut,melainkan
lebih berbentuk lingkaran dengan pasien sebagai titik sentral. Kunci keberhasilan kerja
interdisiplin bergantung pada tanggung jawab setiap anggota tim, sesuai dengan
kemahiran dan spesialisasinya,sehingga setiap kali pimpinan berganti,tugas profesi
masing masing tidak akan terganggu. Keberhasilan keperawatan paliatif pada pasien
lanjutusia satu akan menjadi pengalaman dan akan meningkatkan kekuatan tim untuk
upaya penanggulangan gejala yang sama pada pasien yang lain.
Tugas tim perawatan paliatif sebagai penyeimbang di antara keduanya.keluarga
pasien ( lanjut usia yang menderita kanker) adalah subjek suasana tegang dan stress,baik
fisik maupun secara psikologis, serta ketakutan dan kekhawatiran kehilangan orang yang
dicintainya. Dari pengamatan yang dilakukan,di peroleh hasil bahwa sikap/kebutuhan
keluarga adalah :
1. Ingin membantu lanjut usia sepenuhnya
2. Ingin mendapat informasi tentang kematian
3. Ingin selalu bersama lanjut usia
4. Ingin mendapatkan kepastian bahwa pasien tetap nyaman
5. Ingin mendapat informasi tentang perkembangan lanjutan usia
6. Ingin melepaskan/ mencurahkan isi hati
7. Ingin mendapatkan dukungan dan pendampingan anggota keluarga/ kerabat lain.
8. Ingin diterima,mendapat bimbingan,dan dukungan dari para petugas medis/ perawat.
Pengamatan tersebut di dukung dengan beberapa pernyataan,meyakinkan bahwa
keluarga menempatkan diri dalam posisi segalanya bagi lanjutan usia. Yang juga perlu di
selenggarakan adalah manajemen dalam keluarga,untuk mengatur giliran jaga,mengatur
pendanaan,memenuhi kebutuhan fasilitas lanjut usia,dan lain lain.Pada
kenyataannya,lanjut usia dapat di ajak diskusi untuk dimintai pertimbangannya. Dampak
positifny adalah lanjut usia merasa di anggap dan dihargai walaupun fisiknya tidak
berdaya. Kelelahan fisik dan psikis pada anggota keluarga sering mengakibatkan
penurunan kualitas pelayanan perawatan di rumah. Bila hal ini terjadi,sebaiknya untuk
sementara waktu lanjut usia “di titipkan” di rumah sakit member kesempatan kepada
keluarga untuk beristirahat. Dukungan pada keluarga saat masa sulit sangat penting,yaitu:
1. Pada saat perawatan
2. Pada saat mendekati kematian
3. Pada saat kematian
4. Pada saat masa duka
Beban sulit di rasa berat bila lanjut usia di rawat. Namun,hal tersebut akan
menimbulkan keseimbangan bila lanjut usia telah meninggalkan dan adanya rasa puas
karena keluarga telah member sesuatu yang paling berharga bagi lanjut usia.,termasuk
kehangatan keluarga. Kedekatan dengan lanjut usia akan tetap berkesan bagi keluarga
yang di tinggalkanya.
Hal yang terakhir ini terungkap pada saat kunjungan masa duka oleh anggota tim
perawatan paliatif. Silaturahmi dapat berlanjut dalam bentuk kesediaan keluarga lanjut
usia sebagai relawan. Dapat di simpulkan bahwa perawatan tim paliatif merupakan suatu
proses perawatan yang cukup kompleks. Pendekatan holistic (menyeluruh) terhadap
lanjut usia dengan mengikutsertakan keluarga lanjut usia akan menyentuh factor
fisik,psikis,sosial,spiritual,dan budaya pasien. Keberhasilan program tidak dapat di jamin
tanpa kemantapan dokter dan tim paliatif dalam kualitas ilmu,kualitas karya, dan kualitas
perilaku,serta pertimbangan etika dalam pelaksanaannya. Perawat/ tim perawatan paliatif
perlu dan harus memperhatikan serta mengacu kutipan dame cecely saunders “ your
metter because are you,you matter to the last moment of your life,and we will do all we
can,not only to help you die peacefully,but to live until you die”.
BAB III
A. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan penyakit terminal, menggunakan pendekatan holistik
yaitu suatu pendekatan yang menyeluruh terhadap klien bukan hanya pada penyakit dan
aspek pengobatan dan penyembuhan saja akan tetapi juga aspek psikososial lainnya.
Salah satu metode untuk membantu perawat dalam mengkaji data psikososial pada klien
terminal yaitu dengan menggunakan metode “PERSON”.
1. P: Personal Strenghatyaitu kekuatan seseorang ditunjukkan melalui gaya hidup,
kegiatannya atau pekerjaan.
Contoh yang positif: Bekerja ditempat yang menyenangkan bertanggung jawab penuh
dan nyaman, Bekerja dengan siapa saja dalam kegiatan sehari-hari.
Contoh yang negative :Kecewa dalam pengalaman hidup.
2. E: Emotional Reactionyaitu reaksi emosional yang ditunjukkan dengan klien.
Contoh yang positif:Binggung tetapi mampu memfokuskan keadaan.
Contoh yang negatif :Tidak berespon (menarik diri)
3. R : Respon to Stress yaiturespon klien terhadap situasi saat ini atau dimasa lalu.
Contoh yang positif:
a. Memahami masalah secara langsung dan mencari informasi.
b. Menggunakan perasaannya dengan sehat misalnya : latihan dan olahraga.
a. Menyangkal masalah.
b. Pemakaian alkohol.
4. S : Support System yaitu keluarga atau orang lain yang berarti.
Contoh yang positif:
a. Keluarga
b. Lembaga di masyarakat
1. Faktor predisposisi yaitu faktor yang mempengaruhi respon psikologis klien pada
penyakit terminal, sistem pendekatan bagi klien. Klas Kerud telah mengklasifikasikan
pengkajian yang dilakukan yaitu:
a. Riwayat psikososial, termasuk hubungan-hubungan interpersonal,
penyalahgunaan zat, perawatan psikiatri sebelumnya.
b. Banyaknya distress yang dialami dan respon terhadap krisis.
c. Kemampuan koping.
d. Sosial support sistem termasuk sumber-sumber yang ada dan dibutuhkan support
tambahan.
e. Tingkat perkembangan
f. Fase penyakit cepat terdiagnosa, pengobatan dan post pengobatan.
g. Identitas kepercayaan diri, pendekatan nilai-nilai dan filosofi hidup.
h. Adanya reaksi sedih dan kehilangan
i. Pengetahuan klien tentang penyakit
j. Pengalaman masa lalu dengan penyakit
k. Persepsi dan wawasan hidup respon klien terhadap penyakit terminal, persepsi
terhadap dirinya, sikap, keluarga, lingkungan, tersedianya fasilitas kesehatan dan
beratnya perjalanan penyakit.
l. Kapasitas individu untuk membuat psikosial kembali dalam penderitaan.
2. Fokus Sosiokultural yaitu klien mengekpresikannya sesuai dengan tahap
perkembangan, pola kultur atau latar belakang budaya terhadap kesehatan, penyakit,
penderitaan dan kematian yang dikomunikasikan baik secara verbal maupun non
verbal.
3. Faktor presipitasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya reaksi klien terminal,
yaitu:
a. Prognosa akhir penyakit yang menyebabkan kematian.
b. Faktor transisi dari arti kehidupan menuju kematian.
c. Support dari keluarga dan orang terdekat.
d. Hilangnya harga diri, karena kebutuhan tidak terpenuhi sehingga klien menarik
diri, cepat tersinggung dan tidak ada semangat hidup.
4. Faktor perilaku
a. Respon terhadap klien
Bila klien terdiagnosa penyakit terminal maka klien akan mengalami krisis dan
keadaan ini mengakibatkan keadaan mental klien tersinggung sehingga secara
langsung dapat menganggu fungsi fisik/penurunan daya tahan tubuh.
b. Respon terhadap diagnose
Biasanya terjadi pada klien yang terdiagnosa penyakit terminal adalah shock atau
tidak percaya perubahan konsep diri klien terancam, ekspresi klien dapat berupa
emosi kesedihan dan kemarahan.
c. Isolasi social
Pada klien terminal merupakan pengalaman yang sering dialami, klien kehilangan
kontak dengan orang lain dan tidak tahu dengan pasti bagaimana pendapat orang
terhadap dirinya.
Tujuan pengkajian adalah member gambaran yang terus menerus mengenai kesehatan
pasien yang memungkinkan tim perawatan untuk merencanakan asuhan keperawatannya
secara perseorangan.Pengumpulan data dimulai dengan upaya untuk mengenal pasien dan
keluarganya. Siapa pasien itu dan bagaimana kondisinya akan membahayakan jiwanya.
Rencana pengobatan apa yang telah di laksanakan ?tindakan apa saja yang telah
diberikan? adakah bukti mengenai pengetahuannya, prognosisnya dan pada proses
kematian yang mana pasien berada? Apakah ia menderita rasa nyeri? Apakah anggota
keluarganya mengetahui prognosisnya,dan bagaimana reaksi mereka? Filsafat apa yang
dianut pasien dan keluarganya mengenai hidup dan mati, pengkajian kebutuhan,keadaan,
dan masalah kesehatan/keperawatan pasien khususnya.
1. Perasaan Takut.
Kebanyakan pasien merasa takut terhadap rasa nyeri yang tidak terkendalikan
yang begitu sering diasosiakan dengan keadaan sakit terminal, terutama bila keadaan
tersebut disebabkan oleh penyakit yang ganas.Perawat harus menggunakan
pertimbangan yang sehat apabila sedang merawat orang yang sakit terminal. Perawat
harus mengendalikan rasa nyeri pasien dengan cara yang tepat.
Perasaan takut yang muncul mungkin takut terhadap rasa nyeri, walaupun
secara teori, nyeri tersebut dapat diatasi dengan obat penghilang rasa nyeri,seperti
aspirin,dehidrokodein dan dektromororamid.Apabila orang berbicara tentang perasaan
takut m ereka terhadap maut, respons mereka secara tipikal mencakup perasaan
yang takut terhadap hal yang tidak jelas,takut meninggalkan orang yang dicintai,
kehilangan martabat, urusan yang belum selesai dan sebagainya. Kematian
merupakan berhentinya kehidupan. Semua orang akan mengalami kematian tersebut.
Dalam menghadapi kematian ini, pada umumnya orang akan merasa takut dan cemas.
Ketakutan dan kecemasan terhadap kematian ini dapat membuat pasien tegang dan
stress.
2. Emosi.
Emosi pasien yang muncul pada tahap menjelang kematian,antara lain
mencela dan mudah marah.
3. Tanda vital.
Perubahan fungsi tubuh sering tercermin pada suhu badan, denyut nadi,
pernafasan, dan tekanan darah. Mekanisme fisiologis yang mengaturnya berkaitan
satu sama lain. Setiap perubahan yang berlainan dengan keadaan yang normal
dianggap sebagai indikasi yang penting untuk mengenali keadaan kesehatan
seseorang.
4. Kesadaran.
Kesadaran yang sehat dan adekuat dikenal sebagai awas waspada, yang
merupakan ekspresi tentang apa yang dilihat, didengar, dialami, dan perasaan
keseimbangan, nyeri, suhu, raba, getar gerak, gerak tekan dan sikap, bersifat adekuat
yaitu tepat dan sesuai (Mahar Mardjono,1981).
5. Fungsi tubuh.
Tubuh terbentuk atas banyak jaringan dan organ.Setiap organ mempunyai fungsi
khusus.
6. Tingkat Kesadaran
a. Composmentis yaitu sadar sempurna
b. Apatis yaitu tidak ada perasaan/kesadaran menurun (masabodoh)
c. Somnolenyaitu kelelahan (mengantuk berat)
d. Soporus yaitu tidur lelap patologis (tidur pulas)
e. Subkomayaitu keadaan tidak sadar/hampir koma
f. Koma yaitu keadaan pingsan lama disertai dengan penurunan daya reaksi.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas/ ketakutan individu , keluarga yang berhubungan diperkirakan dengan situasi
yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan takut akan kematian
dan efek negatif pada pada gaya hidup.
2. Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang dihadapi,
penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang lain.
3. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan
keluarga,takut akan hasil ( kematian ) dengan lingkungnnya penuh dengan stres
( tempat perawatan ).
4. Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system
pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri dalam menghadapi
ancaman kematian
C. INTERVENSI (RENCANA KEPERAWATAN)
BAB IV
KASUS
A. Kasus
Pasien usia 58 tahun dengan nama tn. A didiagnosa dokter dengan penyakit diabetes
melitus tipe 2 yang sudah parah dibagian ekstremitas bawah, awalnya pasien bisa
menjaga pola makan menyeimbangkan kadar gula yang akan masuk kedalam tubuhnya,
tapi setelah kepergian anaknya yang bekerja diluar daerah, tn. A sudah tidak ada yang
memperhatikan sampai-sampai penyakit tersebut menjalar ke area ekstremitas bawah
bagian kiri sehingga disana terjadi neksosis/kematian jaringan, akibatnya tn. A mau tidak
mau untuk tidak memperparah kondisi dilakukan amputasi. Tn . A terlihat gusar dan
murung dengan keadaannya yang sekarang, seringkali tn. A menganggap kalau ajal
makin dekat dengannya.
B. Proses keperawatan
a. Pengkajian
1) Perasaan takut
Kebanyakan pasien DM yang telah dilakukan amputasi merasa takut terhadap
fisiknya, bukannya malu melainkan takut ketika tidak bagian itu saja yang akan
kehilangan tapi juga anggota tubuh yang lain. Mereka taku satu persatu anggota
tubuhnya hilang dari tubuh mereka kalau kadar gulanya tidak terkontrol
sehingga bayangan seperti akan meninggalkan dunia ini menjadi bayangan
pasien Diabetes melitus. Apabila berbicara mengenai perasaan takut mereka
terhadap maut, respon mereka secara tipikal mencakup perasaan taku yang tidak
jelas, takut meninggalkan orang yag dicintai, urusan martabat dan urusan yang
belum selesai, dan sebagainya.
2) Emosi
Emosi pasien yang muncul pada tahap menjelang ajal, mudah marah.
3) Tanda tanda vital
Perubahan fungsi tubuh sering kali tercermin pada suhu badan, denyut nadi,
pernapasan dan tekanan darah. Mekanisme yang mengaturnya berkaitan satu
sama lain.
4) Fungsi tubuh
Ketika pasien DM tipe 2 yang sudah mengalami nekrosis maka ada salh satu
anggota tubuh yang sudah tidak dapat di gunakan lagi.\
5) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan umum klien, biasanya di kaji tingkat kesadaran klien, BB,Tinggi
badan, tekanan darah, suhu, RR, Nadi, Kepala, Rambut.Biasanya kulit kepala
dan rambut klien akan rontok atau alopesia karna pengaruh kemoterapi, kulit
kepala tidak tampak bersih.Wajah biasanya tidak terdapat edema atau hematon.
a) Mata :Biasanya mata simetris kiri dan kanan Konjungtiva anemis disebabkan
oleh nutrisi yang tidak adekuat Sklera tidak ikterik,palpebra tidak edema.
b) Hidung : Biasanya hidung kurang bersih, tampak sekret, adanya pernafasan
cuping hidung yang disebabkan klien sesak nafas terutama pada pasien yang
kankernya sudah bermetastase ke paru-paru.
c) Bibir : Mukosa bibir tampak pucat dan kurang bersih.
d) Gigi :Biasanya gusi klien mudah terjadi pendarahan akibat rapuhnya
pembuluh darah dan caries positif
e) Lidah : Lidah biasanya tampak pucat, dan lidah klien kurang bersih.
f) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
g) Dada atau Thorak.
Inspeksi
- Pada stadium 1 : biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan
kanan yang disebabkan oleh pembengkakan pada payudara,dengan
ukuran 1-2 cm.
- Pada stadium 2 : biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan
kanan yang juga disebabkan payudara dengan ukuran dengan tumor
2,5-5 cm.
- Pada stadium 3A : biasanya dada klien juga tidak simetris kiri dan
kanan yang disebabkan oleh pembengkakan tumor yang sudah meluas
dalam payudara besar tumor 5-10 cm.
- Pada stadium 3B : bentuk dada juga tidak simetris kiri dan kanan
yang disebabkan oleh pembengkakan dan kanker sudah melebar ke
seluruh bagian payudara,bahkan mencapai kulit, dinding dada,tulang
rusuk,dan otot dada.Pada stadium 4 Bentuk dada tidak simetris kiri
dan kanan yang disebabkan oleh pembengkakan dan mestastase jauh
keorgan lain seperti paru-paru.
h) Sistem intergument
Biasanya terjadi perubahan pada kelembaban kulit klien dan turgor
kulit klien tidak elastis
D. Diagnosa
1) Nyeri kronis berhubungan dengan penyakit DM
2) Resiko infeksi berhungan dengan penyakit
3) Ansietas kematian berhubungan dengan ketakutan mengalami sakit terminal
4) Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang
dihadapi, penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang
lain.
E. Intervensi