Anda di halaman 1dari 7

KONSEP PSIKONEUROIMUNOLOGI (PIN)

PADA PERAWATAN PALIATIF

A. Pengertian
Psikoneuroimunologi (PNI) adalah suatu cabang ilmu kedokteran yang
mengkaji interaksi antara faktor stress psikologis yang mempengaruhi respon imun,
pengaruh stres psikologis terhadap perubahan respons imun serta manifestasi berbagai
penyakit yang diperantarai oleh sistem imun.
Psikoneuroimunologi (PNI) adalah cabang ilmu kedokteran yang mengkaji
interaksi antara faktor psikologis, sistem saraf dan sistem imun melalui modulasi sitem
endokrin. Cabang ilmu ini relatif baru, karena baru berkembang sejak dua dekade
yang lalu dan telah banyak memberikan kontribusi kepada ilmu kedokteran umumnya.
Stresor psikologis yang diterima di otak melalui sistem limbik kemudian diteruskan ke
hipothalamus ditanggapi sebagai stress perception dan kemudian diterima sistem
endokrin sebagai stress responses. Saat ini PNI telah berkembang dengan pesat dan
banyak peneliti dapat menjelaskan peran stres psikologis dalam patobiologi beberapa
penyakit. Respon stres berfungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh yang dikenal
sebagai homeostatis. Komunikasi antara sistem saraf pusat (SSP) dengan jaringan
limfoid primer dan sekunder dimediasi secara anatomis melalui serat saraf  yang
menginervasi jaringan limfoid seperti kelenjar limfe regional maupun kelenjar thymus
dan juga melalui mediator neurotransmiter dan neuropeptid. Telah dibuktikan bahwa
organ limfoid primer seperti sumsum tulang, timus dan kelenjar limfe di persarafi oleh
serat saraf simpatik. Demikian pula, sel limfoid mempunyai reseptor terhadap
berbagai hormon dan neurotransmiter yang dilepaskan oleh sel saraf dan kelenjar
endokrin. Demikian komunikasi ke dua sistem tersebut dapat terjadi timbal balik.
Oligter 1988 memberikan batasan tentang PNI (Psikoneuroimunologi) adalah
kajian terhadap interaksi kesadaran, fungsi otak dan syaraf perifer serta ketahanan
tubuh terutama imunologi. Pengertian Psikoneuroimunologi tidak terpisah-pisah tapi
merupakan suatu kesatuan.

Psikoneuroimunologi mempelajari tentang 3 pokok bahasan yang saling


berkaitan yaitu antara pikiran, syaraf dengan ketahanan tubuh.
1.Psikologi (pikiran) Psikologi Menurut Beberapa Ahli Psikologi berasal dari
kata dalam bahasa Yunani Psychology yang merupakan gabungan dan kata
psyche dan logos. Psyche berarti jiwa dan logos berarti ilmu. Secara harafiah
psikologi diartikan sebagal ilmu jiwa. Istilah psyche atau jiwa masih sulit
didefinisikan karena jiwa itu merupakan objek yang bersifat abstrak, sulit dilihat
wujudnya.
Psikologi adalah sebuah bidang ilmu pengetahuan dan ilmu terapan yang
mempelajari mengenai perilaku dan fungsi mental manusia secara ilmiah. Para
praktisi dalam bidang psikologi disebut para psikolog. Para psikolog berusaha
mempelajari peran fungsi mental dalam perilaku individu maupun kelompok,
selain juga mempelajari tentang proses fisiologis dan neurobiologis yang
mendasari perilaku.
2.Neurologi (syaraf)
Neurologi adalah spesialisasi medis yang berkaitan dengan studi tentang struktur,
fungsi, dan penyakit dan gangguan pada sistem saraf. Sistem saraf termasuk
sistem saraf pusat (SSP) yang terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang, dan
juga sistem saraf perifer (PNS) yang mencakup saraf individual di semua bagian
tubuh. Dokter spesialis neurologi juga disebut ahli saraf.
3.Imunologi (ketahanan tubuh)
Suatu ilmu yg berparadigma berdasar atas perubahan biologis dari sistem imun
ketika ia merespon benda asing. Keutuhan tubuh dipertahankan oleh sistem
kekebalan tubuh yang terdiri atas sistem imun nonspesifik dan spesifik.
Menurut Holden (2005), mengenalkan istilah psikonuroimunologi yaitu kajian
yang melibatkan berbagai segi keilmuan, neurologi, psikiatri dan imunologi.

Sedangkan menurut Martin ( 2006 ), mengemukakan ide dasar konsep


psikoneroimunologi yaitu :
1. Status emosi menentukan fungsi sistem kekebalan.
2. Stres dapat meningkatkan kerentanan tubuh terhadap infeksi.

B.PROSES KERJA PSIKONEUROIMUNOLOGI


Polliter, 1988 Psiko Neuro Imunologi adalah kajian terhadap interaksi antara
kesadaran, fg otak dan syaraf perifer serta ketahanan tubuh ( imunologi ).Perasaan stress atau
kondisi stress atau respon stress akan terjadi bila seseorang itu sadar atas tanggung jawabnya.
Awarnes itu product dari otak yg disebut persepsi. Rangsangan atau sinyal stressor akan
dirambatkan lewat fg otak atau syaraf perifer sehingga sampai kesist imun. Ketika sampai ke
sistem imun maka akan terjadi perubahan ketahanan tubuh menjadi menurun, maka akan
terjadi peningkatan kerentangan infeksi dan metastase kanker. Persepsi seseorang akan
menetukan Neurotransmiter : Hipotalamus , Pituitari, Adrenal, Aksis.
Hipothalamus akan menghasilkan Corticotropin Releasing Factor dan akan memicu
Pituitari menghasilkan ACTH, memicu Cortek adrenal sehingga menghasilkan Cortisol yang
berpengaruh pada sistem Imun. CORTISOL meningkat, akan menurunkan respon imun.

C.STRES DAN STRESOR

Dalam ilmu psikologi stres diartikan sebagai suatu kondisi kebutuhan tidak terpenuhi
secara adekuat, sehingga menimbulkan adanya ketidakseimbangan. Taylor (1995)
mendeskripsikan stres sebagai pengalaman emosional negatif disertai perubahan reaksi
biokimiawi, fisiologis, kognitif dan perilaku yang bertujuan untuk mengubah atau
menyesuaikan diri terhadap situasi yang menyebabkan stres.

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan stres disebut stresor. Stresor dibedakan atas 3
golongan yaitu :

1. Stresor fisik biologik : dingin, panas, infeksi, rasa nyeri, pukulan dan lain-lain.
2. Stresor psikologis : takut, khawatir, cemas, marah, kekecewaan, kesepian, jatuh cinta
dan lain-lain.
3. Stresor sosial budaya : menganggur, perceraian, perselisihan dan lain-lain. Stres dapat
mengenai semua orang dan semua usia

Psikoneuroimunologi berawal dari fakta bahwa stress dapat mempermudah terjadinya


infeksi dan metastase kanker karena kerentanan infeksi dapat meningkat bila terjadi
penurunan ketahanan tubuh. Dan terjadinya metastasis karena terjadinya penurunan daya
tahan tubuh.
Pada tahun 1975 mulai dikenal suatu kajian yang mencoba menghubungkan antara
kesadaran dengan fungsi otak atau syaraf perifer dan fungsi imun (psikoneuroimunologi).
Stress merupakan produk dari fungsi otak yang disebut persepsi. Sesuatu dianggap stressor
atau tidak tergantung dari persepsi masing-masing. Berbagai penelitian dilakukan untuk
mengetahui penurunan ketahanan tubuh dapat menyebabkan kerentanan infeksi dan
metastasis.

D.PENGARUH STRES TERHADAP SISTEM IMUN

Stimulus stres pertama kali diterima oleh sistim limbik di otak yang berperan sebagai
regulasi stres, perubahan neurokimiawi yang terjadi selanjutkan akan mengaktivasi beberapa
organ lain dalan sistem saraf pusat untuk selanjutnya akan membangkitkan respon stres secara
fisiologis, selular maupun molekular. Stresor dapat memacu respons imun tubuh terhadap
berbagai stimulus yang dapat mengganggu kemampuan kompensatorik tubuh dalam upaya
mempertahankan homeostatis. Stresor telah diketahui dapat merangsang sistem tubuh untuk
memproduksi hormon stres  utama yaitu glukokortikoid, epinefrin, norepinefrin, serotonin,
dopamin, beta endorfin dan sebagainya. Respon stress tersebut akan membangkitkan suatu
rentetan reaksi melalui beberapa sumbu (axis), dalam upaya menjaga homeostasis, ada 5
sumbu utama respons stres adalah; 1. Sumbu hypothalamus-pituitary-adrenal (HPA axis), 2.
Sumbu Simpato-adrenal-medulari (SAM), 3, Sumbu CRH-Sel Mast, 4. Melalui Neuropeptid,
Sumbu Hipotalamus-Pituitary-Tiroid, Sumbu HPA- Sistem reproduksi.
MODALITAS KERJASAMA TIM PERAWAY PALIATIF

1.TEAMWORK DALAM KEPERAWATAN PALLIATIF.


Pada tahun 1990 WHO mendefinisikan pelayanan paliatif sebagai suatu pelayanan total
dan aktif bagi pasien yang penyakitnya tidak akan berespon terhadap pengobatan kuratif.
WHO juga menetapkan tujuan dari pengobatan pada pelayanan paliatif yaitu mencapai
kualitas hidup yang terbaik untuk pasien dan keluarganya dengan prioritas diberikan pada
pengendalian simptom dan perhatian pada pasien secara holistik meliputi aspek bio, psiko,
sosio dan spiritual.

WHO menetapkan prinsip-prinsip pelayanan paliatif sebagai berikut :


1.Memandang kehidupan dan kematian sebagai proses normal
2.Tidak mempercepat maupun menghambat kematian
3.Membebaskan pasien dari rasa nyeri dan gejala-gejala lain
4.Mengupayakan agar pasien dapat hidup seaktif mungkin
5.Mengupayakan agar keluarga dapat mengatasi permasalahan keluarga saat pasien sakit.

Seperti bidang pelayanan lain, bidang pelayanan paliatif juga berkembang cukup
cepat, bahkan sekarang cenderung sebagai suatu cabang dalam bidang kesehatan /
kedokteran dan disepakati bahwa pelayanan paliatif meliputi hal-hal sebagai berikut :

a.Suatu pelayanan terintegrasi multidisiplin yang diberikan terus menerus dan yang
bertujuan mengatasi berbagai gejala dan simptom penyakit.
b.Upaya terus menerus yang bertujuan membantu pasien agar dapat mengatasi rasa takut
akan kematian, kesepian serta berbagai kemunduran dan kehilangan yang mengancam
seperti kemunduran
kemampuan fisik, kemunduran kepercayaan diri, kehilangan peranan dalam keluarga,
kehilangan
kasih sayang, kehilangan masa depan.
c.Memandang pasien dan keluarga sebagai mitra dalam upaya mengidentifikasi masalah
yang ada dan dalam menyusun program mengatasi berbagai masalah tadi.
d.Membantu keluarga dalam aspek emosi, sosial dan bila mungkin ekonomi.
e.Memberikan jaminan pelayanan 24 jam.
f.Menjalin kerjasama antara pasien, keluarga dan “ care giver “.
Tim paliatif adalah tim interdisiplin
Tim interdisiplin yang memberi pelayana paliatif terdiri dari individu-individu dari berbagai
profesi dan disiplin yang bekerjasama terintegrasi kearah tujuan yang sama. Seperti dikemukakan di
bawah, disarankan masing-masing individu bertanggung jawab dalam hal menentukan strategi
langkah – langkah dalam bidang masing – masing.
Tujuan utama dari pengobatan paliatif adalah mengurangi penderitaan pasien, karena kualitas
hidup seseorang pada akhirnya ditetapkan oleh dampak berbagai keterbatasan lahiriah yang
dialaminya terhadap konsen hidup yang meliputi jiwa, raga, sosial dan rohani. Karena itu
penderitaan seseorang pasien tidak ditetapkan olehberbagai masalah fisik saja tetapi amat
tergantung atas berbagai aspek yang dikemukakan di atas. Berat ringannya penderitaan seseorang
amat ditentukan kepribadian si sakit yang nota bene merupakan bagian penting dan tidak dapat
dipisahkan dari dirinya terutama saat ingin diketahui kualitas hidupnya. Berat ringannya dampak
sesuatu kejadian baik fisik maupun psikis terhadap penderitaan seseorang amat ditentukan keadaan
fisik, kepribadian, masa lampaunya, harapan hidupnya, keluarganya, pengalaman hidupnya, latar
belakang kebudayaan, peranan serta pengalaman dengan sekitarnya, Perilaku sehari – hari, masa
depannya dll. Tanpa bantuan profesi lain seorang dekter, seorang perawat, petugas sosial, psikolog
maupunpsikoterapis tidak akan dapat menghayatinya dengan baik penderitaan yang dirasakan oleh
pasien.
Profesi yang terkait dengan perawatan paliatif bekerjasama dalam bentuk tim paliatif.
Anggotanya antara lain adalah profesi kedokteran ( berbagai spesialis, dokter keluarga, dokter
umum ), keperawatan, psikologi, fisioterapis, pekerja sosial, ahli agama, dan lain – lain. Masing –
masing profesi ini akan terlibat sesuai dengan masalah yang dihadapi pasien.
Dukungan keluarga dan teman – teman penderita tidak kalah pentingnya dalam menghadapi
penderitaan yang dialami. Penyusunan tim perawatan paliatif disesuaikan dengan kebutuhan
penderita dan tempat perawatan. Dokter, perawat, psikolog, terapis dan pekerja sosial akan
berkunjung secara berkala dan dalam waktu yang terbatas. Sebagian besar tugas – tugas
keperawatan yang dapat dilimpahkan ke keluarga menjadi beban keluarga. Keluarga juga bisa
didampingi oleh penjaga orang sakit yang sudah dilatih yaitu seorang pelaku rawat ( care giver ).
Siapapun dapat menjadi tenaga pelaku rawat baik anggota keluarga, kerabat, tetangga, pembantu
rumah tangga atau tenaga lainnya.
Dengan demikian, jelaslah bahwa penyusunan tim perawatan paliatif perlu disesuaikan dengan
tempat perawatan dan masalah yang dihadapi, meski demikian harus jelas siapa yang memimpin
tim perawatan paliatif. Sangat penting adanya komunikasi yang baik antara anggota tim.
Komunikasi menyangkut masalah pemberian obat, pengamatan klinis, dan rencana perawatan
selanjutnya. Untuk itulah diperlukan rekam medis yang dapat dibaca oleh semua anggota tim.
Secara berkala tim perawatan paliatif perlu melakukan pertemuan untuk membahas perjalanan
penyakit penderita, masalah – masalah yang dihadapi dan cara mengatasinya. Jangan dilupakan
masalah – masalah non medis yang mungkin timbul karena adakalanya masalah ini lebih menonjol
dan lebih rumit dibandingkan dengan masalah medisnya.
Tugas dari tim pelayanan paliatif adalah membantu pasien dan keluarga mengatasi berbagai
masalah fisik maupun kejiwaan yang berkaitan dengan penyakit terminal / tidak dapat
disembuhkan. Dalam melaksanakan tugas tersebut tim paliatif sebaiknya berjalan berdampingan
dengan pasien dan keluarganya, serta selalu siap setiap saat diperlukan untuk membantu mengatasi
berbagai masalah ringan sampai berat baik fisik maupun mental misalnya mulai dari kesakitan,
sesak nafas, rasa lemah, sampai dengan kesepian dan ketakutan. Seperti diutarakan diatas tim
paliatif tersebutn sebaiknya berjalan berdampingan dengan pasien dan keluarganya, jadi tidak
dengan cara memberi intruksi melainkan memberikan pandangan dan alternatif. Walaupun
demikian pelayanan paliatif tetap dilakukan dengan kaidah – kaidah saat membuat analisa dan
keputusan. Hal – hal menunjukan bila suatu program pelayanan paliatif yang baik memerlukan
faktor – faktor sebagai berikut :
1. Layanan “ home care “
2. Layanan “ day care “
3. Layanan rawat inap
4. Pusat informasi
5. Layanan rawat jalan :
a. klinik nyeri
b. konsultasi
c. pemantauan berkala ( follow up )

Anda mungkin juga menyukai