Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH KONDISI TEMPERATUR MESOPHILIC DAN THERMOPHILIC TERHADAP

PRODUKSI BIOGAS (METANA) DARI LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DENGAN KOTORAN
SAPI

1
Fajar.
2
M. Faizal
3
Novia

.
.
.
1
Sumatera Selatan, pjfajar@yahoo.com
2
Sumatera Selatan, mfaizal1405@gmail.com
Jurusan Teknologi Lingkungan, Fakultas Teknik Kimia, Universitas Sriwijaya
.
.
.

ABSTRAK

Biogas merupakan sumber energi yang dapat diperbarui. Penggunaan bahan utama untuk memproduksi
biogas salah satunya adalah LCPKS dan kotoran sapi. Namun hasil yang didapatkan belum optimal,
sehingga dilakukanlah penambahan kotoran sapi yang banyak mengandung bakteri metanogen agar
mampu meningkatkan produksi metana pada suatu proses fermentasi anaerobik. Penelitian ini dilakukan
untuk memanfaatkan LCPKS dan kotoran sapi reaktor sejumlah skala laboratorium. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mendapatkan produksi optimum gas metana dari komposisi LCPKS dan
kotoran sapi terhadap lamanya waktu fermentasi dengan pemanasan berbeda pada suhu 35oC mesophilik
dan 50oC termophilik. Variabel penelitian komposisi LCPKS dan kotoran sapi adalah A1 (100:0), A2
(80:20), A3 (70:30), A4 (60:40) dan A5 (0:100). Produksi gas metana tertinggi didapatkan pada kondisi
termophilik dengan komposisi LCPKS dan kotoran sapi A2 (60:30) sebanyak 51,33 % mol dengan
penurunan total solid 73,43%, COD removal sebesar 77,01 %, dan BOD removal sebesar 70,02%
Kata Kunci: Biogas, LCPKS, kotoran sapi, metana

PENDAHULUAN atau yang lebih dikenal dengan istilah Palm Oil


Industri minyak sawit Indonesia Mill Effluent (POME) merupakan sisa buangan
menunjukan perkembangan yang menakjubkan. yang tidak bersifat toksik (tidak beracun), tetapi
Saat ini Indonesia merupakan produsen minyak memiliki daya pencemaran yang tinggi karena
sawit pertama dunia. Namun demikian, industri kandungan organiknya dengan nilai BOD
pengolahan kelapa sawit menyebabkan berkisar 18.000- 48.000 mg/L dan nilai COD
permasalahan lingkungan yang perlu mendapat berkisar 45.000-65.000 mg/L (Chin et al.,1996).
perhatian, antara lain adalah mesokarp, serat, Secara alami limbah cair di dalam kolam
tempurung, tandan kosong kelapa sawit, dan akan melepaskan emisi gas rumah kaca yang
limbah cair atau yang umum disebut palm oil berbahaya bagi lingkungan. Gas-gas tersebut
mill effluent (POME). Potensi limbah cair untuk antara lain adalah campuran dari gas methan
setiap ton pengolahan TBS pada industri (CH4) dan karbon dioksida (CO2). Kedua gas ini
pengolahan kelapa sawit dapat mencapai 50% adalah biogas yang dapat dimanfaatkan sebagai
dari total limbah pengolahan sawit lainnya sumber energi. Potensi biogas yang dapat
(Ditjen PPHP-Deptan, 2006). dihasilkan dari 600–700 kg POME kurang lebih
Limbah cair kelapa sawit berasal dari mencapai 20 m3 biogas (Lacrosse, 2004).
kondensat, stasiun klarifikasi dan hidrocyclon
Komponen pada biogas antara lain terdiri COD reactor, DOmeter, peralatan gelas, oven,
dari: 50 sampai 60 persen gas CH4 (metana), 30 waterbath ,shaker, jirigen, dan kromatografi gas
sampai 40 persen gas CO2 (karbon dioksida) (GC 2010 SHIMADZHU)
serta 5 sampai 10 persen gas N2, O2, H2 dan H2S. Bahan yang digunakan dalam penelitian
Gas metana yang diproduksi dari kotoran hewan ini berupa sampel limbah cair pabrik kelapa
ternak mengandung energi sebesar 4800 sampai sawit (LCPKS) dari PT. Djuanda Lestari, kotoran
6700 Kkal/m3, sedangkan gas metana murni sapi pada peternakan di desa air batu, H2SO4,
mengandung energi sebesar ± 8900 Kkal/m3 AgSO4, K2CrO7,KH2PO4, Fe2SO4 dan NaOH
(Widodo et al, 2007). Biogas memiliki sifat Pengambilan sampel LCPKS
tidak berbau dan tidak berwarna yang apabila menggunakan metode sesuai SNI 6989-59 tahun
dibakar akan menghasilkan nyala api biru cerah 2008. LCPKS di ambil pada inlet pabrik dan
seperti gas LPG. Dalam skala besar, biogas kolam pertama di PT. Djuanda Lestari, Linggau.
dapat digunakan sebagai pembangkit energi Masing-masing disimpan dalam jirigen 25 Liter.
listrik, sehingga dapat dijadikan sumber energi Kotoran sapi didapatkan dari peternakan sapi
alternatif yang ramah lingkungan dan terbarukan desa air batu, banyuasin. Semua sampel di bawa
Faktor penting yang mempengaruhi ke laboratorium PT. Sawit mas sejahtera dan
proses fermentasi untuk menghasilkan biogas disimpan dalam lemari es dengan suhu dibawah
dalam digester anaerob adalah temperatur 4oC untuk mencegah reaksi mikroba (Tang et al.,
(Santoso, 2010). Temperatur berperan penting 2008).
dalam mengatur jalannya reaksi metabolisme
bagi bakteri, temperatur lingkungan yang berada Persiapan sampel
lebih tinggi dari temperatur yang dapat LCPKS dan Kotoran Sapi di keluarkan
ditoleransi akan menyebabkan protein dan dari lemari es, dan di letakan dalam suhu kamar.
komponen sel esensial lainnya sehingga sel akan Kemudian sampel tersebut di campurkan antara
mati. Demikian pula bila temperatur LCPKS dan kotoran sapi dengan perbandingan
lingkungannya berada di bawah batas toleransi, sebagai berikut: A1 (100% LCPKS yakni
transportasi nutrisi akan terhambat dan proses campuran inlet dan kolam pertama) dimana pH
kehidupan sel akan terhenti, dengan demikian sudah diatur antara 6,8 – 7,5 (Yani dan Darwis,
temperatur berpengaruh terhadap proses 1990) , A2 (80%LCPKS + 20% Kotoran Sapi),
perombakan anaerob bahan organik dan produksi A3 (70%LCPKS + 30% Kotoran Sapi), A4 (60%
gas. LCPKS + 40% Kotoran Sapi) dan A5 (100%
Beberapa kondisi temperatur yang Kotoran Sapi yang di encerkan air dengan
digunakan untuk menghasilkan biogas dalam perbandingan 1:1), kemudian masing-masing
digester anaerob yaitu Kondisi psycrophilic komposisi dimasukan kedalam reaktor batch
dimana bakteri akan hidup pada temperatur (5- kapasitas 5 liter sebanyak 4 liter, metode ini
30⁰C), Kondisi mesophilic dimana bakteri akan merupakan metode modifikasi dari metode Umar
hidup pada temperatur (30-50⁰C), dan Kondisi et al, 2013.
thermophilic dimana bakteri akan yang hidup Sebelum digunakan untuk proses
pada temperatur (50-65⁰C) ( Gerardi, 2003) fermentasi, sampel tersebut di analisa terlebih
Berdasarkan hal tersebutlah, maka dahulu menggunakan metode standar lingkungan
dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh (APHA, 2015). Hal ini untuk mengetahui kondisi
temperatur terhadap biogas yang dihasilkan awal sampel sebelum di lakukan proses
sehingga dapat memberikan acuan pada aplikasi fermentasi. Parameter kondisi awal sampel yang
skala industri yang lebih besar dan juga dapat dianalisa dilakukan pada 2 laboratorium yaitu
memberikan nilai tambah secara ekonomi parameter yang di analisa di laboratorium PT.
maupun kualitas dari limbah tersebut Sawit Mas Sejahtera adalah pH, Total Solid,
Chemical Oxygen Demand (COD), Biochemical
METODE PENELITIAN Oxygen Demand (BOD) .
Pada penelitian ini alat yang digunakan Pada masing – masing reaktor batch
adalah reaktor batch, spektrofotometri UV-Vis, dialiri gas nitrogen yang berfungsi untuk
Lemari Inkubator, timbangan analitis, hot plate, mengusir kandungan oksigen dari udara dan
menyediakan tekanan positif untuk mencegah digunakan untuk membuat reaktor adalah terbuat
aliran uap dari reaktor pirolisis masuk ke dalam dari stainless agar tidak terjadi kebocoran gas
tangki biomasa (Izahrul et al, 2012) selama fermentasi berlangsung.

Proses Fermentasi PEMBAHASAN


Sampel dengan variasi komposisi tertentu
(A1, A2, A3, A4 dan A5) pada reaktOr batch di Pembentukan gas metana dan karbondioksida
masukan ke dalam lemari inkubator dan di pada fermentasi mesopilik dan thermopilik.
inkubasi selama 28 hari pada temperatur
mesophilik (35oC) dan juga pada temperatur Berdasarkan data yang diperoleh (gambar
thermophilik (50oC) (Ardyanto et al, 2012). 2), diketahui bahwa produksi biogas yang
ditunjukan dari perubahan waktu dan pemanasan
Analisa Pada Proses Fermentasi yang dihasilkan dari fermentasi selama 28 hari
Selama proses fermentasi 28 hari, pada kondisi thermopilik lebih tinggi
dilakukan pengujian untuk penentuan biogas dan dibandingkan produksi biogas pada kondisi
parameter kimia lainnya. variabel penelitian yang mesopilik.
dilakukan adalah variabel waktu (0, 7, 14, 28 Kondisi temperatur pada masing-masing
hari) dan variabel temperatur (mesophilik dan fermentasi tidak hanya berpengaruh terhadap
thermophilik) tingginya produksi biogas namun berpengaruh
Pengujian sampel saat fermentasi juga terhadap kecepatan waktu untuk
berlangsung di analisa sesuai dengan metode menghasilkan produksi pada nilai optimum. Pada
standard lingkungan (APHA, 2005), pengujian kondisi thermopilik produksi gas optimum
sampel dilakukan pada fermentasi waktu 7, 14, diperoleh dalam waktu yang lebih singkat,
21 dan 28 hari. Parameter yang diuji adalah pH, sedangkan nilai optimum tekanan produksi gas
total solid (TS), Chemical Oxygen Demand pada kondisi mesopilik dan tanpa pemanasan
(COD), Biochemical Oxygen Demand (BOD), membutuhkan waktu yang lebih lama beberapa
gas metana (CH4), gas Carbon dioxide (CO2). hari dibandingkan dengan kondisi thermopilik).
Untuk parameter gas metana (CH4) dan gas Hal ini menunjukan bahwa kondisi temperatur
Carbon dioxide (CO2) dilakukan uji analisa berpengaruh terhadap produksi biogas dan
menggunakan alat GC (Gas Chromatography) kecepatan waktu menghasilkan biogas
pada laboratorium analisa milik Persero PUSRI Hasil penelitian dengan variasi
Palembang. temperatur reaktor menunjukan bahwa kondisi
Fermentasi pada percobaan ini mesopilik dan thermopilik pada sampel limbah
menggunakan reactor batch yang terbuat dari kelapa sawit dikombinasikan dengan kotoran sapi
bahan stainless steel dengan ukuran dimensi yang di fermentasikan selama dua puluh delapan
Diameter tabung = 12,70 cm dan tinggi tabung = hari menunjukan hasil produksi biogas yang
40 cm, sehingga kapasitas volume sampel bila berbeda, pada kondisi thermopilik produksi gas
dihitung adalah sebesar 5 Liter. Percobaan ini metana (komposis A2) lebih tinggi dibandingkan
menggunakan reactor batch dengan kapasitas 5 pada kondisi mesopilik (komposisi A3). Hal ini
liter agar rekator dapat di masukan kedalam dinyatakan juga oleh Demeyer et al,(1981), yang
lemari inkubator. melakukan penelitian reaktor dua fase pada
Sampel pada percobaan dimasukan kondisi mesopilik dan thermopilik menyatakan
kedalam inlet pipe, kemudian ditambahkan gas bahwa pada kondisi thermopilik produksi gas
Nitrogen (N2) untuk mengusir gas oksigen (O2) yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan
didalam reaktor. Saat fermentasi berlangsung dengan kondisi mesopilik.
hari ke 7, 14, 21, dan 28 diambil sampel gas dan Dari hasil penelitian bahwa produksi yang
limbah melalui inlet pipe. dihasilkan reaktor perminggu dapat diketahui
Adapun pemilihan reaktor batch karena bahwa pada pemanasan thermopilik pada minggu
untuk memudahkan untuk dikondisikan ke dua produksi gas yang dihasilkan sudah
pemanasan secara mesopilik dan thermopilik mengalami peningkatan dibandingkan reaktor
kedalam incubator BOD, dan bahan yang mesopilik dan dilanjutkan pada minggu ke 3
reaktor thermopilik tertinggi (gas metana 46,16 proses, dimana jumlah dan konsentrasi enzim
% pada komposisi A2) jauh melebihi produksi yang tinggi dapat mempercepat reaksi pada tahap
mesopilik tertinggi (gas metana 35,35 % pada hidrolisis. Sedangkan kenaikan temperatur
komposisi A3). Hal ini disebabkan karena pada menyebabkan tumbukan antar molekul terjadi
suhu tinggi aktivitas bakteri sangat cepat dan lebih cepat (Harjono, 2005).
aktif. Karakteristik bakteri themopilik memiliki Penelitian fermentasi lainnya menyatakan
pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan bahwa secara biologi proses fermentasi
dengan pertumbuhan bakteri pada kondisi anaerobik sangat dipengaruh oleh perubahan
mesopilik (20°C hingga 40°C), pembelahan suhu sebab anaerob sensitif terhadap operasi
membran sel dalam proses berkembang biak suhu dimana aktifitas bakteri atau mikroba bila
pada bakteri thermopilik lebih singkat. diberi peningkatan suhu, bakteri akan aktif untuk
Temperatur berpengaruh terhadap berkembang biak dan mendegradasi substrat 2-3
aktivitas mikroorganisme di dalam substrat, kali lebih cepat dibandingkan dengan
semakin tinggi temperaturnya (Temperatur perkembangbiakan bakteri pada suhu ruang
optimum hidup bakteri) maka aktivitas (chan, dkk. 2005).
mikroorganisme juga semakin meningkat Pertumbuhan bakteri selain dipengaruhi
(Kaparaju,P., 2006). Pada akhir proses fermentasi oleh kondisi temperatur, tidak kalah pentingnya
hari ke 28, persentase tertinggi kandungan gas adalah jumlah nutrisi yang terkandung pada
metana (CH4) yang dihasilkan dari reaktor substrat dalam hal ini adalah limbah cair kelapa
mesopilik adalah 48,33% pada komposisi A3, sawit dan dari kotoran sapi, semakin tinggi nilai
sedangkan kandungan gas metana (CH4) tertinggi nutrisi pada substrat yaitu protein maka semakin
pada reaktor thermopilik adalah 51,33% pada tinggi populasi atau pertumbuhan bakteri, yang
komposisi A2. Hal ini menunjukan bahwa dapat menghasilkan enzim dalam jumlah yang
kondisi temperatur thermopilik memiliki nilai tinggi dan memiliki konsentrasi yang tepat dalam
kandungan yang lebih tinggi walaupun reaksi biokimia untuk mendegradasi substrat
perbedaannya tidak terlalu besar. Sedangkan (Demeyer, dkk. 1981)
persentase gas CO2 pada kedua reaktor di akhir Pada minggu pertama reaktor mesopilik,
proses di komposisi tersebut, untuk reaktor produksi gas yang dihasilkan tidak berbeda jauh
mesopilik pada komposisi A3 adalah 34,10 %, dengan produksi gas yang dihasilkan oleh reaktor
sedangkan untuk reaktor thermopilik pada thermopilik, namun pada hari minggu ke dua dan
komposisi A2 adalah 32,10%. seterusnya produksi gas yang dihasilkan oleh
Dalam waktu yang relatif singkat bakteri reaktor mesopilik tidak setinggi produksi yang
dapat berkembang biak lebih banyak lagi yang dihasilkan oleh reaktor thermopilik. Hal ini
akhirnya pada tahap hidrolisis ini reaksi kimia disebabkan karena pada minggu pertama
pada tahap ini, enzim yang dihasilkan bakteri perkembangbiakan bakteri belum menunjukkan
hidrolisis lebih banyak dan dapat merubah nilai yang signifikan, perkembang biakan bakteri
substrat dalam limbah cair kelapa sawit dapat terjadi dalam rentang waktu jam, dapat
(Karbohidrat, lemak dan protein) dan unsur- berkembang biak ribuan bahkan jutaan kali dari
unsur lain yang terkandung pada kotoran sapi populasi sebelumnya.
yang masih bersifat polimer (Karbohidrat, lemak Pada reaktor mesopilik menghasilkan gas
dan protein). Selanjutnya diubah menjadi metana lebih tinggi pada komposisi LCPKS dan
senyawa yang bersifat sederhana (Monomer) kotoran sapi A3 (70:30) sedangkan pada reaktor
seperti asam organik,asam amino dan glukosa. thermopilik komposisi LCPKS dan kotoran sapi
Dari data pada hasil produksi gas minggu A2 (80:20) menghasilkan gas metana lebih tinggi
pertama gambar 10 dan 11 merupakan fase karena komposisi subtract LCPKS dan
hidrolisis dimana selain menghasilkan produk pertumbuhan bakteri dalam hal ini pada kotoran
asam organik, dan glukosa, proses hidrolisis sapi lebih cepat sehingga pada komposisi A2
menghasilkan senyawa CO2 dan H2 yang merupakan komposisi subtrat optimum
terbentuk hasil dari katabolisme karbohidrat. menghasilkan gas metana tertinggi. Populasi
Enzim dan temperatur merupakan salah bakteri yang lebih banyak pada kondisi
satu kunci kecepatan pada reaksi biokimia pada thermopilik dapat menghasilkan enzim yang
lebih banyak dan dengan konsentrasi enzim yang produk hasil hidrolisi menjadi asam-asam lemak
lebih tinggi dapat mempercepat laju reaksi yang mudah menguap seperti asetat, propionate
biokimia dalam proses hidrolisis, dengan dan butirat. Pada tahap metagenesis bakteri
ditunjukan oleh produksi gas yang lebih tinggi pembentuk metan akan mengkonsumsi asam-
dibandingkan dengan kondisi mesopilik . Proses asam lemak tersebut sehingga alkalinitas
hidrolisis dilakukan oleh bakteri hidrolisis meningkat yang berakibat pada kenaikan pH
dimana bakteri tersebut bekerja untuk hingga tercapainya pH yang stabil (Gerardi,
mendegradasi kandungan karbohidrat, lemak dan 2003).
protein pada substrat sebagai makanan bakteri
tersebut. Hasil reaksi kimia yang dihasilkan oleh Perubahan Total Padatan (Total Solid) pada
bakteri hidrolisis, yang merupakan reaksi fermentasi mesopilik dan thermopilik.
biokimia yang di katalisator oleh enzim yang
dihasilkan bakteri hidrolisis berupa produk asam Berdasarkan data menunjukkan padatan total
organik dan glukosa dan senyawa CO 2 dan H2 pada berbagai komposisi antara limbah cair
akan diubah oleh bakteri asam menjadi alkohol kelapa sawit dan kotoran sapi mempunyai
dan asam asetat. kecenderungan menurun. Nilai padatan total
Sejumlah besar bakteri anaerobik dan dihitung sampai hari ke -28, pada reaktor
fakultatif yang terlibat dalam proses hidrolisis mesopilik komposisi A1, A2, A3, A4 dan A5
dan fermentasi senyawa organik antara lain terjadi penurunan nilai TS berturut-turut adalah
adalah Bacteroides, Bifidobacterium, 35,76 %, 50,14%, 54,78% dan 51,63%, 30,33%
Clostridium, Lactobacillus, Streptococcus. sedangkan pada reaktor thermopilik komposisi
Bakteri asidogenik (Pembentuk asam) seperti A1, A2, A3, A4 dan A5 terjadi penurunan nilai
Clostridium, bakteri asetogenik (Bakteri yang TS berturut-turut adalah 64,62%, 73,43%,
memproduksi asetat dan H2) seperti Syntrobacter 69,54%, 64,88 %, dan 49,46%. Hal ini terjadi
wolinii dan Syntrophomonas wolfei. karena bahan organik mengalami degradasi pada saat
Pada temperature thermopilik hidrolisis. Penurunan nilai TS paling besar
mikroorganisme seperti Methanosarcinaceae dihasilkan pada reaktor thermopilik pada
pada permukaan substrat mencapai 70-100% komposisi A2 adalah 73,43%.
lebih banyak daripada di lapisan bawah atau di
lapisan tengah. Pada temperatur tinggi (Kondisi Perubahan Kebutuhan Oksigen Kimiawi
thermopilik) pembelahan sel pada (COD) pada fermentasi mesopilik dan
perkembangbiakan bakteri lebih cepat thermopilik.
dibandingkan pembelahan sel pada
perkembangbiakan bakteri pada kondisi Berdasarkan data menunjukkan nilai COD
mesopilik (Solares, dkk. 2010). pada berbagai komposisi antara limbah cair
Perubahan pH pada fermentasi mesopilik dan kelapa sawit dan kotoran sapi mempunyai
thermopilik kecenderungan menurun. Nilai COD dihitung
sampai hari ke -28, pada reaktor mesopilik
Pada berbagai komposisi subtrat pada komposisi A1, A2, A3, A4 dan A5 terjadi
fermentasi mesopilik tidak berpengaruh nyata penurunan nilai COD berturut-turut adalah 31,20
terhadap nilai pH. Sedangkan pada pada berbagai %, 49,44%, 52,07%, 50,80% dan 28,60%,
komposisi subtrat fermentasi thermopilik waktu sedangkan pada reaktor thermopilik komposisi
berpengaruh terhadap nilai pH, dengan tren A1, A2, A3, A4 dan A5 terjadi penurunan nilai
peningkatan nilai pH selama 28 hari fermentasi. COD berturut-turut adalah 64,53%, 77,01%,
Gambar 11 menunjukan nilai pH selama 28 hari 69,83%, 65,75 % dan 50,81%. Hal ini terjadi
pada fermentasi mesopilik dan thermopilik. karena bahan organik mengalami degradasi pada saat
Berdasarkan grafik pH bahwa pada awal hidrolisis. Penurunan nilai COD paling besar
reaksi fermentasi sebagian nilai pH akan dihasilkan pada reaktor thermopilik pada
menurun dan penurunan ini menunjukan adanya komposisi A2 adalah 77,01%.
proses asidifikasi. Menurut Carneiro et all Penurunan ini menandakan bahwa zat-zat
(2008), asidifikasi terjadi proses perubahan organik yang ada didalam limbah hampir
seluruhnya dapat didegradasi oleh termopilik , selama waktu tinggal fermentasi
mikroorganisme yang bekerja di dalam 28 hari, yaitu sebesar 70,02 %.
bioreaktor hibrid anaerob. Makin lama waktu
tinggal akan memberikan waktu kontak antara
bahan organik yang terdapat dalam limbah cair
dengan mikroorganisme juga semakin lama
sehingga degradasi senyawa organik (penurunan
COD) menjadi paling besar (Ambar dkk, 2004).
Perubahan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
pada fermentasi mesopilik dan thermopilik

Berdasarkan data menunjukkan nilai BOD


pada berbagai komposisi antara limbah cair
kelapa sawit dan kotoran sapi mempunyai
kecenderungan menurun. Nilai BOD dihitung
sampai hari ke -28, pada reaktor mesopilik
komposisi A1, A2, A3, A4 dan A5 terjadi
penurunan nilai COD berturut-turut adalah 8,29
%, 39,81%, 43,06%, 37,25% dan 19,33%,
sedangkan pada reaktor thermopilik komposisi
A1, A2, A3, A4 dan A5 terjadi penurunan nilai
BOD berturut-turut adalah 48,26%, 66,01%,
69,57%, 70,22 % dan 43,58%, Hal ini terjadi
karena bahan organik mengalami degradasi pada saat
hidrolisis. Penurunan nilai BOD paling besar
dihasilkan pada reaktor thermopilik pada
komposisi A2 adalah 70,02%.

PENUTUP

1. Produksi gas metana tertinggi diperoleh pada


komposisi limbah cair kelapa sawit terhadap
kotoran sapi A2 pada kondisi termopilik ,
selama waktu tinggal fermentasi 28 hari,
yaitu sebesar 51,33 mol %.
2. Perubahan pH komposisi A1, A2, A2, A4
dan A5 pada fermentasi mesopilik maupun
thermopilik cenderung menaik.
3. Penurunan kadar Total Solid tertinggi
diperoleh pada komposisi limbah cair kelapa
sawit terhadap kotoran sapi A2 pada kondisi
termopilik , selama waktu tinggal fermentasi
28 hari, yaitu sebesar 73,43 %.
4. Penurunan kadar COD tertinggi diperoleh
pada komposisi limbah cair kelapa sawit
terhadap kotoran sapi A2 pada kondisi
termopilik , selama waktu tinggal fermentasi
28 hari, yaitu sebesar 77,01 %.
5. Penurunan kadar BOD tertinggi diperoleh
pada komposisi limbah cair kelapa sawit
terhadap kotoran sapi A2 pada kondisi

Anda mungkin juga menyukai