Anda di halaman 1dari 17

KEBUTUHAN PSIKOLOGIS MELIPUTI KASIH SAYANG, RASA AMAN, HARGA DIRI, RASA MEMILIKI,

KEBUTUHAN MENDAPAT PENGALAMAN DAN KEBUTUHAN STIMULASI

delimapersadafriskasari delimapersadafriskasari

5 tahun lalu

Iklan

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar …………………………………………………………………………………………………. i

Daftar Isi ………………………………………………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang …………………………………………………………………………………………… 1

Rumusan Masalah ………………………………………………………………………………………. 1

Tujuan ……………………………………………………………………………………………………….. 1

BAB II PEMBAHASAN

Definisi Psikologi………………………………………………………………………………………. 2

Kebutuhan Psikologi………………………………………………………………………………….. 2
Kebutuhan yang mempengaruhi psikologi pada BBL…………………………………….. 3

Masalah Psikologi Pada Anak……………………………………………………………………… 7

Masalah-masalah Psikologi pada Anak yang Sering Terjadi…………………………….. 7

Kebutuhan Bimbingan Psikologi………………………………………………………………… 12

BAB III PENUTUP

Kesimpulan………………………………………………………………………………………………. 13

3.2 Saran………………………………………………………………………………………………………… 13

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………… 14

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Setiap orangtua memiliki peranan yang besar bagi anak terutama bagi psikologis anak. Selama ini yang
diketahui orangtua pada umumnya adalah peran mereka sebatas membesarkan dan melindungi anak
agar kelak menjadi individu yang mandiri dan kompeten. Namun seperti apa proses membesarkan anak
terutama perkembangan psikologi anak, kerap menjadi tanda tanya.

Maklum, setiap orangtua membawa sejumlah kualitas-kualitas pribadi dan berbagai kebutuhan yang
kompleks dalam peranannya sebagai orangtua dalam membangun psikologi anak. Sama halnya seperti
anak, orangtua juga memiliki jenis kelamin dan temperamen yang berbeda, sehingga turut memberikan
cara-cara yang berbeda dalam pengasuhan yang secara tidak langsung berpengaruh pada psikologi anak.

Hal lain yang mempengaruhi psikologi anak, orangtua turut membawa pengalaman masa lalunya
terdahulu saat diasuh oleh orangtuanya di masa kecil dan sejumlah nilai-nilai budaya yang membentuk
apa yang mereka lakukan saat ini. Selain itu, orangtua juga memiliki pola-pola kehidupan sosial yang
dapat mempengaruhi psikologi anak seperti, hubungan bersama pasangan, keluarga besar, dan dunia
kerja.

Orangtua perlu melakukan sejumlah penyesuaian agar sejumlah kualitas-kualitas pribadi yang mereka
bawa ke dalam pengasuhan anak, mampu memenuhi sejumlah kebutuhan-kebutuhan psikologi anak.
Dengan berkembangnya psikologi anak, akan terpenuhi berbagai tuntutan perkembangannya, baik
secara fisik dan motorik, kognitif alias kemampuan berpikir dan kecerdasan, kebutuhan emosi dan sosial,
hingga kebutuhan akan berbagai nilai dan norma. Oleh karena itu, penulis membuat makalah dengan
judul “Masalah-masalah Psikologi pada Anak yang Sering Terjadi dan Kebutuhan Bimbingan Psikologis”.

Rumusan Masalah

Apa pengertian kebutuhan psikologi?

Kebutuhan apa saja yang mempengaruhi psikologi pada BBL?

1.3. Tujuan

Mengetahui pengertian kebutuhan psikologi

Mengetahui Kebutuhan apa saja yang mempengaruhi psikologi pada BBL


BAB II

PEMBAHASAN

Definisi Psikologi

Banyak ilmuan dan dokter menemukan bahwa teknologi dapat menganalisa keadaan psikologis dan
emosional seseorang. Tanpa kita sadari bahwa sebenarnya reaksi emosional merupakan reaksi energi
terhadap suatu persepsi karena setiap orang memiliki persepsi psikologis tentang diri dan lingkungannya
dimana persepsi ini menjadi suatu proses mental, membentuk karakteristik impuls suatu proses mental
serta pembentukan karakteristik.

Berikut ini adalah definisi psikologi:

Wundt

Psikologi itu merupakan ilmu tentang kesadaran manusia

Woodworth dan Marquis


Psikologi merupakan ilmutentang aktivitas-aktivitas individu.

Bianca

Psikologi merupakan ilmu tentang tingkah laku.

Morgan

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku baik pada manusia maupun hewan.

Sartain

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.

Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang di maksud
dengan psikologi adalah merupakan suatu ilmu yang menyelidiki serta mempelajari tentang tingkah laku
atau aktivitas-aktivitas di mana tingkah laku serta aktivitas-aktivitas itu sebagai manifestasi hidup
kejiwaan (motorik, kognitif dan emosional).

Kebutuhan Psikologi

Kebutuhan psikososial adalah kebutuhan ASIH dan ASAH.

Kebutuhan ASIH meliputi : perhatian segera, kasih sayang, rasa aman, dilindungi, mandiri, rasa memiliki,
kebutuhan akan sukses, mendapatkan kesempatan dan pengalaman,dibantu dan dihargai.

Kebutuhan ASAH meliputi : stimulasi (rangsangan) dini pada semua indera (pendengaran, penglihatan,
sentuhan, membau, mengecap), sistem gerak kasar dan halus, komunikasi, emosi-sosial dan rangsangan
untuk berpikir.

Stimulasi merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.
Anak yang banyak mendapatkan stimulasi yang terarah akan cepat berkembang dibandingkan dengan
anak yang kurang mendapatkan stimulasi. Pemberian stimulasi ini sudah dapat dilakukan sejak masa
pranatal, dan setelah lahir dengan cara menetekan bayi pada ibunya sedini mungkin.
Asah merupakan kebutuhan untuk perkembangan mental psikososial anak yang didapat melalui
pendidikan dan latihan

Kebutuhan yang mempengaruhi psikologi pada BBL meliputi :

Kebutuhan Kasih Sayang

Kasih sayang merupakan cerminan arti kebutuhan kasih yang dapat memberikan kehidupan dan
ketentraman secara psikologis pada anak. Terpenuhimya kebutuhan ini membuat perasaan anak
bahagia, tentram dan aman. Kebutuhan kasih sayang ini dapat tercermin pada hubungan yang baik,
antara kedua orang tua , keluarga dan lingkungan .

Kebutuhan ini berhubungan dengan kebutuhan memiliki hubungan perasaan dengan orang lain.
Manusia butuh untuk disukai, disayangi, direspon, dan diakui.

Kebutuhan Rasa Aman

Rasa aman merupakan salah satu kebutuhan dasar psikologis seperti perlindungan dari bahaya,
keamanan, perlindungan, stabilitas, struktur dan batas. Kebutuhan ini menjadi langkah yang harus
dipenuhi untuk mencapai kebutuhan-kebutuhan lainnya. Sifat dasar dari kebutuhan rasa aman bisa kita
pelajari dari bayi dan anak-anak karena mereka membutuhkan rasa aman ini lebih sederhana dan jelas
dibandingkan dengan orang dewasa. Anak kecil lebih sensitif dengan keadaan luar yang mengganggunya
seperti suara yang terlalu kerasa atau cahaya yang terlalu menyilaukan.

Kebutuhan rasa aman berarti anak merasa diterima oleh orangtuanya, dipenuhi segala kebutuhannya,
selalu diperhatikan dan didukung dengan adanya hunungan yang baik di lingkungan keluarga .

Kebutuhan Harga Diri

Bayi dan anak memliki kebutuhan harga diri dan ingin dirinya merasa dihargai, baik oleh dirinya maupun
orang lain. Anak ingin memiliki tempat di hati keluarga dan juga mendapat perhatian sebagaimana orang
orang disekitarnya.

Di sisi lain, jika kebutuhan tingkat tiga relatif sudah terpenuhi, maka timbul kebutuhan akan harga diri
(esteem needs). Ada dua macam kebutuhan akan harga diri. Pertama, adalah kebutuhan-kebutuhan
akan kekuatan, penguasaan, kompetensi, percaya diri dan kemandirian. Sedangkan yang kedua adalah
kebutuhan akan penghargaan dari orang lain, status, ketenaran, dominasi, kebanggaan, dianggap
penting dan apresiasi dari orang lain. Anak yang terpenuhi kebutuhannya akan harga diri akan tampil
sebagai orang yang percaya diri, tidak tergantung pada orang lain dan selalu siap untuk berkembang
terus untuk selanjutnya meraih kebutuhan yang tertinggi yaitu aktualisasi diri (self actualization)

Penghargaan yang tertinggi yaitu penghargaan terhadap diri sendiri yang dibangun dari pencapaiaan,
self-respect, self-sufficiency (berkecukupan), dan kebebasan. Penghargaan terendah datang dari respek
orang lain terhadap apa yang kita capai termasuk perhatian, status dan apresiasi. Kebutuhan akan
penghargaan bersifat kontinu berbeda dengan kebutuhan akan kasih sayang yang bersifat insidental.
Kebutuhan ini memiliki dua kategori diantaranya:

Kebutuhan untuk pencapaian prestasi, kompetensi, kebebasan dan rasa kecukupan.

Kebutuhan untuk reputasi dan martabat, yaitupenghargaan dari orang lain meliputi pengakuan,
perhatian, dan

Kebutuhan rasa memiliki

Sebagaimana orang dewasa, rasa memiliki pada bayi dan anak juga merupakan suatu kebutuhan. Anak
merasa benda-benda yang dimiliki harus dilindunginya.

Kebutuhan mendapat pengalaman

Adannya pengetahuan pada anak merupakan hal yang sangat berharga. Anak akan lebih percaya diri dan
merasakan kesuksesan yang besar dari pengalaman yang ada untuk digunakan dalam aktifitas yang akan
dilakukan . Pengalaman- pengalaman tersebut perlu dihargai agar membantu proses pertumbuhan
anak.

Kebutuhan stimulasi

Stimulasi dini adalah rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir (bahkan sebaiknya sejak janin 6
bulan di dalam kandungan) dilakukan setiaphari, untuk merangsang semua sistem indera (pendengaran,
penglihatan, perabaan, pembauan, pengecapan).Selain itu harus pula merangsang gerak kasar dan halus
kaki, tangan dan jari-jari, mengajak berkomunikasi, serta merangsang perasaan yang menyenangkan dan
pikiran bayi dan balita.Rangsangan yang dilakukan sejak lahir, terus menerus, bervariasi, dengan suasana
bermain dan kasih sayang, akan memacu berbagai aspek kecerdasan anak (kecerdasanmultipel) yaitu
kecerdasan: logiko-matematik, emosi, komunikasi bahasa (lingusitik) , kecerdasan musikal, gerak
(kinestetik) , visuo-spasial, seni rupa dll.
Cara melakukan stimulasi dini:

Stimulasi sebaiknya dilakukan setiap kali ada kesempatan berinteraksi dengan bayi/balita. Misalnya
ketika memandikan, mengganti popok, menyusui, menyuapi makanan, menggendong, mengajak
berjalan-jalan, bermain, menonton TV, di dalam kendaraan, menjelang tidur. Stimulasi untuk bayi 0 – 3
bulan dengan cara :

mengusahakan rasa nyaman, aman dan menyenangkan, memeluk, menggendong, menatap mata bayi,
mengajak tersenyum, berbicara, membunyikan berbagai suara atau musik bergantian, menggantung
dan menggerakkan benda berwarna mencolok (lingkaran ataukotak-kotak hitam-putih), benda-benda
berbunyi, mengulingkan bayi kekanan-kekiri, tengkurap-telentang , dirangsang untuk meraih dan
memegang mainan

Umur 3 – 6 bulan ditambah dengan bermain ‘cilukba’, melihat wajah bayi dan ibu di cermin, dirangsang
untuk tengkurap, telentang bolak-balik, duduk.

Umur 6 – 9 bulan ditambah dengan memanggil namanya, mengajak bersalaman, tepuk tangan,
membacakan dongeng, merangsang duduk, dilatih berdiri berpegangan.

Umur 9 – 12 bulan ditambah dengan mengulang-ulang menyebutkan mama-papa, kakak, memasukkan


mainan kedalam wadah, minum dari gelas, menggelindingkan bola, dilatih berdiri, berjalan dengan
berpegangan.

Umur 12 – 18 bulan ditambah dengan latihan mencoret-coret menggunakan pensil warna, menyusun
kubus, balok-balok, potongan gambar sederhana (puzzle) memasukkan dan mengeluarkan benda-benda
kecil dari wadahnya, bermain dengan boneka, sendok, piring, gelas, teko, sapu, lap. Latihlah berjalan
tanpa berpegangan, berjalan mundur, memanjat tangga, menendang bola, melepas celana, mengerti
dan melakukan perintah-perintah sederhana (mana bola, pegangini, masukanitu, ambilitu),
menyebutkan nama atau menunjukkan benda-benda.

Umur 18 – 24 bulan ditambah dengan menanyakan, menyebutkan dan menunjukkan bagian-bagian


tubuh (mana mata ?hidung?, telinga?, mulut ? dll), menanyakan gambar atau menyebutkan nama
binatang dan benda-benda di sekitar rumah, mengajak bicara tentang kegiatan sehari-hari (makan,
minum, mandi, main, minta, dll), latihan menggambar garis-garis, mencuci tangan, memakai celana –
baju, bermain melempar bola, melompat.

Umur 2 – 3 tahun ditambah dengan mengenal dan menyebutkan warna, menggunakan kata sifat (besar-
kecil, panas-dingin, tinggi-rendah, banyak-sedikit, dll), menyebutkan nama-nama teman, menghitung
benda-benda, memakai baju, menyikat gigi, bermain kartu, boneka, masak-masakan, menggam bargaris,
lingkaran, manusia, latihan berdiri di satu kaki, buang air kecil / besar di toilet.
Setelah umur 3 tahun selain mengembangkan kemampuan-kemampuan umur sebelumnya, stimulas
ijuga di arahkan untuk kesiapan bersekolah antaralain :

memegang pensil dengan baik,

menulis,

mengenal huruf dan angka,

berhitung sederhana,

mengerti perintah sederhana (buang air kecil / besar di toilet),

dan kemandirian (ditinggalkan di sekolah),

berbagi dengan teman, dll.

Perangsangan dapat dilakukan di rumah (oleh pengasuh dan keluarga) namun dapat pula di Kelompok
Bermain, Taman Kanak-Kanak atau sejenisnya.

Stimulasi dilakukan setiap ada kesempatan berinteraksi dengan bayi-balita, setiap hari, terus menerus,
bervariasi, disesuaikan dengan umur perkembangan kemampuannya, dilakukan oleh keluarga (terutama
ibu atau pengganti ibu).

Stimulasi harus dilakukan dalam suasana yang menyenangkan dan kegembiraan antara ibu dan
bayi/balitanya. Jangan memberikan stimulasi dengan terburu-terburu, memaksakan kehendak
pengasuh, tidak memperhatikan minat atau keinginan bayi/balita, atau bayi-balita sedang mengantuk,
bosan atau ingin bermain yang lain. Pengasuh yang sering marah, bosan, sebal, tanpa di sadari pengasuh
justru memberikan rangsangan emosional yang negatif. Karena pada prinsipnya semua ucapan, sikap
dan perbuatan pengasuh adalah merupakan stimulasi yang direkam, diingat dan akan ditiru atau justru
menimbulkan ketakutan bayi-balita.

Masalah Psikologi Pada Anak

Masalah atau gangguan psikologi pada anak meliputi perubahan emosi, fungsi fisik, perilaku dan kinerja
mental. Permasalahan gangguan psikologis tersebut dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti gaya
pengasuhan, masalah keluarga, kurangnya perhatian, penyakit kronis atau cedera, dan rasa kehilangan
atau perpisahan.

Anak biasanya tidak langsung bereaksi ketika masalah terjadi, tetapi akan menunjukkan reaksi kemudian
hari. Bimbingan yang tepat dapat membantu anak dapat mempersiapkan diri jika dihadapkan pada
masalah yang sifatnya traumatis pada anak. Orang tua harus dapat memotivasi anak agar lebih ekspresif
menghadapi ketakutan dan kecemasannya.

Masalah-masalah Psikologi pada Anak yang Sering Terjadi

Gangguan psikologis pada anak agak susah dikenali. Berikut antara lain ciri-ciri yang dapat menjadi
pedoman para orang tua dalam melakukan diagnosis terhadap anak yang mengalami gangguan
psikologis pada fungsi fisik dan kinerja mental.

ADHD ( attention deficit hyperactivity disorder)

Menurut Psikolog Klinis Adriana S Ginanjar, Anak yang mengalami ADHD (attention deficit hyperactivity
disorder), ciri-cirinya antara lain tidak bisa memusatkan perhatian, impulsif, dan hiperaktif. Anak-anak
semacam ini akan mudah bosan dan cenderung agresif. Bahkan bisa memiliki reaksi berlebihan terhadap
frustasi.

Autisme

Autisme adalah gangguan perkembangan yang terjadi pada anak yang mengalami kondisi menutup diri.
Gangguan ini mengakibatkan anak mengalami keterbatasan dari segi komunikasi, interaksi social, dan
perilaku. Gejala anak autis termasuk anak tidak berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang lain.
Gangguan ini biasanya terlihat sebelum anak mencapai usia 3 tahun, dan dapat membuat anak-anak
bertindak sangat tidak tepat, seperti membenturkan kepala mereka pada hal-hal. Pada anak-anak
Autistik beberapa cirinya adalah gangguan yang jelas pada perlaku non verbal seperti tidak bisa berbagi
minat dengan orang lain dan suka menyendiri, terlambat untuk bisa berbicara, dan terikat pada ritual
yang tidak fungsional.

Sindrom Asperger

Anak yang mengalami Sindrom Asperger, pada umumnya tidak jauh berbeda dengan penderita autistik.
Hanya saja pada anak autistik tidak mengalami keterlambatan bicara, tetapi cenderung menggunakan
bahasa formal. Selain itu anak dengan Sindrom Asperger juga memiliki prestasi akademik dan
kemampuan yang baik pada bidang tertentu.Syndrome asperger merupakan gangguan kejiwaan pada
diri seseorang yang ditandai dengan rendahnya kemampuan bersosialisasi dan berkomunikasi.

Retardasi Mental
Pada anak yang mengalami Retardasi Mental, ciri utamanya adalah memiliki skor yang rendah pada tes
intelegensi formal. Anak tersebut juga memiliki hambatan dalam menyelesaikan tugas sehari-harinya.

Gangguan psikologisdi dunia saat ini sangat luas, dan begitu juga jumlah anak-anak yang terkena
gangguan tersebut setiap hari. Ada juga berbagai gejala untuk setiap gangguan. Sangat penting bagi
orangtua untuk mengetahui tentang gangguan psikologis yang dapat mempengaruhi anak-anak dan
gejala untuk mengidentifikasi mereka, sehingga mereka dapat membantu anak-anak mereka dengan
cara yang cepat dan efisien.

Berikut ini adalah masalah psikologi anak berupa perubahan emosi:

Gangguan Kecemasan

Kecemasan adalah jenis yang paling umum dari gangguan psikologis yang mempengaruhi anak-anak.
Gejala utama dari gangguan kecemasan adalah kekhawatiran yang berlebihan, ketakutan atau
kegelisahan.Ada berbagai jenis gangguan kecemasan, seperti ketakutan yang tidak beralasan situasi,
paling sering disebut sebagai fobia, gangguan kecemasan umum, yang cenderung membuat anak-anak
khawatir berlebihan tentang hal-hal yang tidak realistis, serangan panik, gangguan obsesif kompulsif,
yang menyebabkan anak-anak mengulangi pola pikiran dan perilaku, seperti mencuci tangan, dan
gangguan stres pasca-trauma, yang biasanya terjadi pada anak-anak yang mengalami peristiwa
traumatis dalam hidup. Gangguan stres pasca-trauma menyebabkan kilas balik yang menyakitkan dan
menakutkan dari peristiwa traumatik.

Depresi parah

Depresi adalah gangguan psikologis lain yang sangat umum pada anak-anak. Depresi mempengaruhi
emosi anak, membuat mereka merasa sedih atau tidak berharga. Mereka mungkin kehilangan motivasi
untuk kegiatan yang mereka gunakan untuk sangat menikmati, dan mungkin memiliki perubahan nafsu
makan dan pola tidur. Mereka mungkin mulai melihat dunia sebagai tempat yang putus asa, dan mereka
tampaknya tidak peduli tentang apa pun. Semua gejala ini penting untuk menyadari karena ketika
mereka menggabungkan, seorang anak dapat mempertimbangkan bunuh diri dan hidupnya mungkin
dalam bahaya.

Bipolar Disorder
Gangguan bipolar sering terlihat pada gejala perubahan suasana hati berlebihan yang tampaknya
berubah dengan cepat dan pergi dari rendah ke tinggi dengan cepat. Saat-saat perubahan suasana hati
berlebihan kadang-kadang dimoderatori oleh suasana hati biasa di antara, tapi selama periode suasana
hati yang intens, anak-anak mungkin menunjukkan tanda-tanda seperti berbicara non-stop,
menunjukkan penilaian buruk dan tidak tampak membutuhkan sangat banyak tidur. Jika tidak diobati
tanpa obat, gangguan bipolar dapat menyebabkan depresi berat.

Hiperaktif

Ini merupakan sebuah gangguan psikologi anak yang cukup sering terjadi. Seorang anak akan
mendapatkan sebuah gangguan perilaku dimana mereka cenderung bergerak aktif bahkan super aktif di
dalam rumah atau di lingkungan permainan bersama dengan teman-temannya. Anak-anak yang
hiperaktif bisa membahayakan teman-temannya akibat perilaku yang terjadi secara spontan dan tanpa
pikir panjang.

Pemurung dan penyendiri

Ketika kita telah membahas mengenai anak-anak yang ceria bahkan hiperaktif, ada pula anak yang
berperilaku sebaliknya. Mereka sangat sulit bergaul dan cenderung merasa malu dengan keadaan
mereka sendiri. Anak-anak seperti ini juga tidak boleh dibiarkan berlarut karena jiwa sosial mereka tidak
bisa berkembang jika selalu dibiarkan.

Selain itu, masalah psikologi pada anak berupa perilaku dalam kehidupan sehari-hari antara lain sebagai
berikut:

Anak suka berbohong

Kemungkinan besar anak berbohong disebabkan oleh karena orang tua acap kali melarang anak untuk
mengatakan atau menceritakan sesuatu peristiwa atau kejadian yang benar. Sebagai ilusterasi, “Jagad
secara terus terang mengatakan kepada ibunya bahwa ia pernah mencubit adiknya sampai menangis
meraung-raung.” Mendengar pernyataan ini Ibunya langsung mencubit paha Jagad bahkan menampar
pihinya hingga memar memerah.

Suatu ketika Jagad marah pada adiknya karena mengganggu saat ia sedang belajar, ibunya datang, hati
Jagad masih bergolak menahan rasa marahnya, akan tetapi Jagad mengatakan pada ibunya itu, bahwa ia
sangat menyayangi adiknya. Mendengar penuturan ini ibunya langsung merangkul Jagad dengan
mencium pipinya dan mengusap-usap kepalanya.Dari contoh ilusterasi di atas dapat kita tarik
kesimpulan, bahwa berbicara benar membuat seorang anak , mendapat perlakuan yang kurang
menyenangkan, merasakan kesakitan, dicubit dan ditampar oleh ibunya, sedangkan dengan berbohong
mengatakan yang bukan sebenarnya mendapatkan sesuatu yang menyenangkan. Pengalaman itu
mengajarkan kepada anak bahwa ibu lebih menyukai kepada anaknya yang berbohong. Hal seperti inilah
yang acap kali dikeluhkan oleh seorang ibu karena anak-anaknya sering berbohong. Orang tua terutama
seorang ibu sering kali menyalahkan anak-anaknya yang sering kali berbohong. Padahal secara tak
disadarinya, kelakuan dan sikap anak untuk berbicara bohong itu akibat dari prilaku dan tindakannya
sendiri dalam menyikapi suatu kejadian di dalam keluarga berkait dengan anak-anaknya. Dan berbicara
bohong dari anak-anaknya tersebut merupakan hasil dari didikkannya sendiri.

Solusi : Berkait dengan masalah tersebut di atas, jika orang tua menginginkan anak-anaknya bersikap
jujur, dan tidak berbohong, maka seyogyanyalah harus bersedia untuk mendengarkan suatu kebenaran
baik kebenaran itu terasa manis atau pahit, baik ataupun buruk yang dinyatakan oleh seorang anak.
Jangan sampai anak merasa takut untuk mengungkapkan segala isi hatinya.

Anak suka berkelahi

Berdasarkan studi Gentile dan Bushman mengatakan, ada enam faktor yang dapat menyebabkan anak
menjadi pengganggu atau bullying terhadap temannya. “Ketika semua faktor-faktor risiko dialami oleh
anak-anak, risiko agresi dan perilaku intimidasi akan tinggi. 1-2 faktor risiko bukanlah masalah besar bagi
anak-anak, tetapi orangtua masih membutuhkan bantuan untuk mengatasi,” kata Gentile.

Solusi : memberi teguran dan nasihat yang baik. Ini termasuk metode pendidikan yang sangat baik dan
bermanfaat untuk meluruskan kesalahan anak.

Anak suka mencuri

Kadang-kadang orang tua merasa terkejut dan bingung sewaktu pertama kali mengetahui anaknya
mencuri.Orang tua lantas mungkin berpikir bahwa ini merupakan hal yang wajar dalam perkembangan
anak.Anggapan ini tentu saja tidak benar.Jadi, sekecil apa pun pencurian yang dilakukan anak, orang tua
harus melarang dan menghentikannya.Boleh dikata hal ini kerap kali terjadi, terutama dalam keluarga
yang memiliki anak berusia empat sampai tujuh tahun. Pada usia ini anak cenderung untuk mengambil
apa yang bukan haknya.
Sebenarnya, perbuatan mencuri yang dilakukan anak-anak balita bukanlah tingkah laku yang
menyimpang. Tetapi bila orang tua tidak menanganinya dengan benar, tingkah laku yang tidak
berbahaya itu dapat mengarah menjadi perbuatan yang berakibat lebih jauh.Mencuri di kalangan anak-
anak balita sering terjadi. Ini disebabkan karena mereka belum mempunyai konsep kemilikan. Anak-
anak belum mempunyai batas yang tegas antara milik sendiri dan milik orang lain. Bila mereka melihat
sesuatu yang disukainya, mereka akan mengam-bilnya. Bagi mereka seolah berlaku prinsip: “Aku lihat,
aku suka, aku mau, aku ambil. Anak kecil belum mengerti bahwa dengan mengambil benda yang
dinginkan tanpa izin si pemilik, ia melanggar hak milik teman tersebut dan akan merugikan si teman itu.
Pada umumnya, orangtua pasti akan merasa kaget, kecewa, dan malu bila mengetahui bahwa anak
mereka telah mencuri sesuatu milik orang lain. Namun, janganlah orangtua bertindak tergesa-gesa,
langsung marah-marah kepada anak, apalagi menghukumnya dengan cara yang berlebihan. Sebab, tidak
semua anak mencuri karena niat yang sudah direncanakan.

Solusi dari permasalahan anak yang suka mencuri antara lain:

Mendidiknya dalam kebenaran.

Bimbinglah anak dengan ajaran Agama, tingkatkan keimanan dengan mengajak anak melakukan
kegiatan ibadah bersama keluarga dan berilah pengertian dengan penuh kasih sayang.

Memasukkan konsep nilai yang benar.

Sejak kecil orang tua sudah harus mendidik perbedaan antara “ini milik kamu” dan “ini milik saya”.
Jangan membiarkan anak sembarangan mengambil barang orang lain. Kalau dalam tas atau di saku
ditemukan barang milik teman, anak harus segera mengembalikannya.

Kebutuhan Bimbingan Psikologi

Pendekatan-pendekatan digunakan dalam layanan bimbingan untuk memenuhi kebutuhan bimbingan


psikolog pada anak. Menurut Myrick (dalam Muro & Kottman, 1995) ada empat pendekatan yang dapat
dirumuskan sebagai suatu pendekatan dalam bimbingan, yaitu pendekatan krisis, remedial, preventif
dan perkembangan.

Pendekatan krisis

Dalam pendekatan krisis layanan bimbingan dilakukan bilamana ditemukan adanya suatu masalah yang
krisis yang harus segera ditanggulangi, dan guru atau pembimbing bertindak membantu anak yang
menghadapi masalah tersebut untuk menyelesaikannya. Teknik yang digunakan dalam pendekatan ini
adalah teknikteknik yang secara “pasti” dapat mengatasi krisis tersebut. Contoh : seorang anak
menangis ketika anak bermain di luar kelas karena tangannya berdarah dilempar batu oleh teman
sebayanya.

Guru atau pembimbing yang menggunakan pendekatan krisis akan meminta anak untuk membicarakan
penyelesaian masalahnya dengan teman yang telah melukainya. Bahkan mungkin guru atau
pembimbing segera memanggil anak yang telah bersalah tersebut untuk menghadap dan membicarakan
penyelesaian masalah yang telah dilakukannya.

Pendekatan Remidial

Dalam pendekatan remedial, guru atau pembimbing akan memfokuskan bantuannya kepada upaya
penyembuhan atau perbaikan terhadap kelemahan-kelemahan yang ditampakkan anak. Tujuan bantuan
dari pendekatan ini adalah untuk menghindarkan terjadinya krisis yang mungkin dapat terjadi. Berbagai
strategi dapat digunakan untuk membantu anak, seperti mengajarkan kepada anak keterampilan
belajar, keterampilan bersosial dan sejenisnya yang belum dimiliki anak sebelumnya.

Guru atau pembimbing yang menggunakan pendekatan remedial untuk contoh kasus di atas, akan
mengambil tindakan mengajarkan anak keterampilan berdamai sehingga anak dapat memiliki
keterampilan untuk mengatasi masalah-masalah hubungan antar pribadi. Misal guru atau pembimbing
meminta anak yang telah melempar temannya dengan batu untuk meminta maaf atas perbuatannya,
dan berjanji untuk tidak mengulanginya. Mereka diminta untuk bersalaman dan bermain kembali.

Pendekatan Preventif

Pendekatan preventif merupakan pendekatan yang mencoba mengantisipasi masalah-masalah yang


mungkin akan muncul pada anak dan mencegah terjadinya masalah tersebut. Masalah-masalah pada
anak taman kanak-kanak dapat berupaperkelahian, pencurian, merusak, menyerang dan sebagainya.
Pendekatan preventif didasarkan pemikiran bahwa jika guru atau pembimbing dapat membantu anak
untuk menyadari bahaya dari berbagai aktivitas itu maka masalah dapat dihindari sebaik-baiknya.

Pendekatan preventif ini dapat dilakukan dengan cara menyampaikan informasi kepada anak tentang
akibat dari suatu tindakan tertentu. Dalam contoh kasus di atas, guru yang menggunakan pendekatan
preventif akan mengajak anakuntuk mendengarkan cerita guru atau pembimbing yang memuat pesan
untuk menjaga atau mencegah terjadinya suatu tindakan yang akan merugikan diri sendiri dan orang
lain dan belajar untuk bersikap toleran dan memahami orang lain.

Pendekatan Perkembangan

Dalam pendekatan perkembangan, kebutuhan akan layanan bimbingan di taman kanak-kanak muncul
dari karakteristik dan permasalahan perkembangan anak didik, baik permasalahanyang berkenaan
dengan perkembangan fisik motorik, kognitif, sosial, emosi, maupun bahasa.

Pendekatan perkembangan dalam bimbingan lebih berorientasi pada bagaimanamenciptakan suatu


lingkungan yang kondusif agar anak didik dapat berkembang secara optimal.

Berbagai teknik dapat digunakan dalam pendekatan ini seperti mengajar, tukar informasi, bermain
peran, melatih, tutorial dan konseling.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kebutuhan psikologi pada anak sangat di perlukan karena dalam masa pertumbuhan dan perkembangan
seorang anak membutuhkan adaptasi dan dukungan terutama dari keluarga. sehingga karakter seorang
anak dapat di bina mulai lahir higga dewasa.

Saran

Orang Tua :

Sebaiknya orang tua selalu memperhatikan kebutuhan psikologi seorang anak dan memperhatikan
kebutuhan anak sehingga anak tidak merasa di kucilkan serta tidak melanggar norma yang ada di
masyarakat.
Bidan :

Agar senantiasa memberikan masukan-masukan yang positif terhadap orang tua dalam mengasuh anak
mereka, sehingga tidak terjadi pelanggaran norma di masyakat.

DAFTAR PUSTAKA

Bahiyatun. 2011. Buku Ajar Bidan Psikologi Ibu & Anak. Jakarta: EGC.

Suryani, Eko dan Hesty Widyasih. 2009. Psikologi Ibu dan Anak. Yogyakarta: Fitramaya.

Behrman , R.E , dkk, 2002. Ilmu kesehatan anak Nelson . volume 1. Diterjemahkan oleh A.samik wahab ,
Jakarta : 2000

Baihaqi, MIF. 2008. Psikologi Pertumbuhan. Rosdakarya: Bandung.

Schultz, Duane. 2002. Psikologi Pertumbuhan (Model-model Kepribadian Sehat). Kanisius: Yogyakarta

A.Aziz Alimul Hidayat. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan, Jakarta.
Penerbit Medika Salemba. Halaman 50-51

A.Aziz Alimul Hidayat. 2008. Pengantar Ilmu Keperwatan Anak I, Jakarta. Penerbit Medika
Salemba.Halaman 29-30

Nursalam, Susilaningrum Rekawati, Utami Sri. 2008. Asuhan Keperawatan BayidanAnak

Anda mungkin juga menyukai