Pengantar
Masalah kesehatan lingkungan secara umum ditandai dengan masih tingginya angka kesakitan
dan kematian yaitu penyakit-penyakit di masyarakat yang tergolong berbasis lingkungan baik
yang erat kaitannya dengan permasalahan sanitasi dasar (classical risk) maupun akibat
modernisasi (modern risk). Penyakit-penyakit yang berkaitan erat dengan permasalahan sanitasi
dasar seperti diare, keracunan makanan, demam berdarah dengue, ISPA, TB paru pada umumnya
berkaitan erat dengan masalah air bersih, pengelolaan limbah cair, pengelolaan sampah,
pencemaran makanan oleh mikroba dan telor cacing, bencana alam (kebakaran hutan, gunung
meletus, banjir, dll), vektor penyakit yang belum dapat terkendali (nyamuk. Lalat, lipas, rodent),
dan lain-lain.
Kajian atau analisis dampak kesehatan lingkungan merupakan suatu pendekatan yang efektif
dalam menekan timbulnya pencemaran lingkungan dan timbulnya berbagai penyakit dan atau
gangguan kesehatan masyarakat. Kajian tersebut diarahkan kepada 2 (dua) sasaran kegiatan yaitu
terhadap suatu rencana usaha dan atau kegiatan yang direncanakan agar dapat meminimasi
kemungkinan dampak yang akan timbul. Analisis/kajian ini merupakan bagian dari dokumen
AMDAL. Sedangkan sasaran kedua adalah analisis terhadap masalah lingkungan saat ini atau di
masa lalu (misal lokasi tercemar), yakni analisis yang diawali dengan keresahan masyarakat
karena adanya kasus gangguan kesehatan dan diikuti dengan pengujian bahaya potensial atau
analisis yang diawali dengan identifikasi bahaya potensial dan kemudian menguji dampaknya
pada kesehatan manusia.
2. Beberapa Pengertian
AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) adalah kajian mengenai dampak besar dan
penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan
(UU No. 23 Tahun 1997 Psl 1 ayat (21)
Rencana pengelolaan lingkungan hidup (RKL) adalah upaya upaya penanganan dampak besar
dan penting, terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan akibat dari rencana usaha dan/atau
kegiatan.
Rencana pemantauan lingkungan hidup (RPL) adalah upaya pemantauan komponen lingkungan
hidup yang terkena dampak besar dan penting akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan.
ADKL (Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan) merupakan suatu pendekatan dalam kajian
kesehatan masyarakat pada sumber dampak, media Lingkungan, populasi terpajan dan dampak
kesehatan yang meliputi kegiatan identifikasi, pemantauan, dan penilaian secara cermat terhadap
parameter lingkungan, karakteristik masyarakat, kondisi sanitasi lingkungan, status gizi, dan
sumber daya kesehatan yang berhubungan potensi besarnya risiko kesehatan (Kepmenkes
No.872/MENKES/SK/VIII/1997)
3. Dasar Hukum
Dasar hukum pelaksanaan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL) antara lain adalah :
a. Undang-undang RI No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
b. Undang-undang RI No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
c. Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
d. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : 17 Tahun 2001 Tanggal
22 Mei 2001 tentang Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
e. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor ; KEP-124/12/1997
tanggal 29 Desember 1997 tentang Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam
Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
f. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 872/MENKES/SK/VIII/1997 tanggal 15 Agustus
1997 tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan.
Konsepsi ADKL pada dasarnya merupakan model pendekatan guna mengkaji dan atau menelaah
secara mendalam untuk mengenal, memahami, dan meprediksi kondisi dan karakteristik
lingkungan yang berpotensi terhadap timbulnya risiko kesehatan, mengembangkan tatalaksana
pemecahan dan pengelolaan masalah serta upaya mitigasinya yang dilaksanakan terhadap
sumber perubahan, media lingkungan, masyarakat terpajan dan dampak kesehatan yang terjadi.
Dengan demikian penerapan ADKL dapat dilakukan guna : menelaah rencana usaha atau
kegiatan dalam tahapan pelaksanaan atau pengelolaan kegiatan serta untuk melakukan penilaian
guna menyusun atau mengembangkan upaya pemantauan maupun pengelolaan guna mencegah,
mengurangi atau mengelola dampak kesehatan masyarakat akibat suatu usaha atau kegiatan
pembangunan.
Penerapan ADKL dapat dikembangkan dalam dua hal pokok yaitu sebagai :
a. Kajian aspek kesehatan masyarakat dalam rencana usaha atau kegiatan pembangunan baik
yang wajib menyusun studi AMDAL, meliputi dokumen : Kerangka Acuan (KA ANDAL),
Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL) atau yang tidak wajib menyusun studi AMDAL, meliputi
dokumen RKL dan RPL.
b. Kajian aspek kesehatan masyarakat dan atau kesehatan lingkungan dalam rangka pengelolaan
kualitas lingkungan hidup yang terkait erat dengan masalah kesehatan masyarakat.
ADKL merupakan salah satu tugas pokok instansi kesehatan dalam konteks pencemaran
lingkungan. ADKL tidak saja dirancang untuk mengevaluasi dampak kesehatan, tetapi juga
untuk mengidentifikasi populasi yang memerlukan studi atau tindakan kesehatan masyarakat,
lihat Gambar. 1 (Ditjen PL, 2002:1-16)
Konsep ADKL mengacu pada Paradigma Kesehatan Lingkungan, yang mencakup 4 simpul
pengamatan dinamika perubahan komponen lingkungan yang berpotensi timbulnya dampak
kesehatan masyarakat, yaitu (Ditjend PL, 2002:2-2) ;
a. Simpul 1 (sumbernya)
Pengamatan, pengukuran, dan pengendalian sumber pencemar : emisi untuk pencemaran udara
(mobil, industri, pembangkit listrik dan lain-lain), sumber penyakit menular (penderita TB,
pendrita DBD, penderita malaria, dll). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam simpul 1 antara
lain adalah :
3) Penduduk
a) Demografi (jumlah & sifat penduduk)
b) Sosio-psikologi
5) Pencemaran lingkungan
a) Konsentrasi bahan kimia
b) Inventarisasi B3 (bahan berbahaya & beracun) yang terlepaskan
Pengamatan dan pengukuran kadar parameter bahan pencemar di dalam tubuh manusia (dalam
darah, urine, rambut, lemak, jaringan, sputum). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini
adalah :
1) Fitrah pemajanan
Fitrah pemajanan perlu dicatat secara detil spesifik untuk menjamin teramatinya adanya asosiasi
dan memungkinkan untuk dilakukan inferensi aetologik spesifik. Variabel harus spesifik
sehingga dapat dipisah-pisahkan ke dalam tingkat klasifikasi pemajanan.
2) Dosis
Dosis dapat diukur dalam dosis total atau dalam kecepatan pemajanan atau pemajanan kumulatif.
Dosis perlu dinyatakan sehubungan dengan terjadinya pemajanan pada subyek, apakah dosis
ambient dalam interval waktu pendek atau lama.
3) Waktu
Setiap pemajanan perlu dijelaskan kapan pemajanan itu terjadi dan kama akhirnya terhenti dan
bagaimana pemajanan itu tersebar selama periode itu (periodik, kontinyu, bervariasi).
Pengamatan, pengukuran, dan pengendalian prealensi penyakit menular dan tidak menular yang
ada pada kelompok masyarakat (keracunan, kanker paru, kanker kulit, penderita penyakit
menular, dll). Data terbaik dampak kesehatan adalah community base, berdasarkan survai, dapat
juga dengan data sekunder dari Dinas Kesehatan, Rumah sakit ataupun Puskesmas. Data tersebut
berupa : rekam medis, data kesakitan & kematian, pencatatan kanker dan penyakit lain, statistik
kelahiran dan data surveilans.
a. Bidang kesehatan
Pembangunan rumah sakit kelas A dan B atau yang setara, berpotensi menimbulkan dampak
penting dalam bentuk limbah B3/radioaktif dan potensi penularan penyakit.
b. Bidang perindustrian
Industri baterai kering, diperkirakan menimbulkan dampak penting bila menggunakan bahan
baku merkuri (Hg), sebab Hg termasuk B3 yang mempunyai efek mutagenik, teratogenik, dan
karsinogenik terhadap manusia.
7. Metode ADKL
Metode pengumpulan data dan informasi dalam ADKL dibedakan menjadi 2 cara pokok yaitu
pengumpulan data primer dan data sekunder (Ditjend PL.2002:2-15) :
a. Data primer
b. Data sekunder
Metoda pengumpulan data sekunder yang dapat digunakan untuk pengukuran pemajanan dalam
kaitannya dengan analisis epidemiologis antara lain :
1) Catatan harian ; untuk mengumulkan data perilaku atau pengalaman sekarang.
2) Catatan lain : catatan yang belum dikumpulkan secara khusus untuk tujuan pengukuran
pemajanan, misalnya catatan medis, pekerjaan, dan sensus.
Secara teknis, metode pengukuran dilaksanakan pada setiap simpul (Simpul 1—4) antara lain
sebagai berikut (Setiadi, 2002:26) :
Pengukuran pada simpul 3 dan 4 adalah community based, sehingga data yang diperoleh dari
Puskesmas ataupun RS tidak dapat digunakan sebagai sumber informasi utama dalam kegiatan
AMDAL. Pengukuran dampak pada manusia terdiri dari :
1) Pengukuran behavioral exposure (perilaku pemajanan – Simpul 3)
2) Pengukuran bio indikator (biomaker – Simpul 3)
3) Pengukuran/identifikasi kasus/penderita (Simpul 4) sesuai isu pokok.
8. Interpretasi hasil
Setelah data diperoleh, langkah berikutnya adalah interpretasi hasil, yaitu menghubungkan
potensi pemajanan pada manusia dengan timbulnya dampak kesehatan yang terjadi di suatu
kondisi lokasi spesifik atau yang mungkin terjadi di lokasi di masa lalu. Langkah ini disebut juga
penetapan dampak kesehatan, yang mencakup langkah-langkah sebagai berikut (Ditjend. PL,
2002:6-2) :
a. Evaluasi toksikologi
Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis / interpretasi adalah sbb :
1) Memperkirakan pemajanan
2) Membandingkan perkiraan pemajanan dengan baku mutu lingkungan
3) Mendaftar dampak kesehatan yang berkaitan dengan pemajanan
4) Mengevaluasi faktor yang mempengaruhi dampak kesehatan
5) Memperkirakan dampak kesehatan oleh bahaya fisik dan bahaya lain (kebakaran, tenggelam,
jatuh, dll)
DAFTAR PUSTAKA