Anda di halaman 1dari 12

Awal Mula Sejarah Pancasila

Sampai saat ini, hanya satu dokumen sejarah yang ditemukan yang
mengungkapkan kata Pancasila di dalamnya yang menjadi sejarah Pancasila yang ada
seperti. Dalam Kitab Sutasoma dijelaskan bahwa Pancasila sebagai kata kerja, yakni
pelaksanaan norma kesusilaan yang terdiri dari lima poin. Kelima poin tersebut
meliputi: dilarang melakukan kekerasan, dilarang mencuri, dilarang mendengki,
dilarang berbohong, dan dilarang meminun minuman keras.
Di dalam Kitab Sutasoma juga dituliskan kata yang menjadi inspirasi persatuan
segenap bangsa “Bhineka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Magrwa”. Sumpah Palapa
pun juga ditulis sebagai cerita tentang sejarah bersatunya nusantara untuk pertama
kalinya oleh Mahapatih Gajah Mada.
Semakin berkembangnya zaman, istilah Pancasila muncul dalam pidato-pidato
tokoh besar yang berjuang demi Bangsa Indonesia, seperti Soekarno dan H.O.S
Cokroaminoto. Namun beberapa literatur yang ada tidak mendukung bahwa istilah
Pancasila ditemukan oleh Soekarno. Akan tetapi Soekarno lah yang berpendapat paling
lantang untuk menyuarakan Pancasila hingga Pancasila dikenal seperti sekarang ini.
Sungguh tak mudah perjuangan para tokoh pembela bangsa terdahulu untuk
membentuk dasar negara kita yang satu ini. Sejarah Pancasila sebagai dasar negara
seperti yang dianut oleh Bangsa Indonesia awalnya dulu terbentuk dari serangkaian
sidang-sidang yang diadakan oleh para tokoh pembela.

Sejarah Lahirnya Pancasila Sebagai Dasar Negara


Memahami dinamika perubahan susunan sila Pancasila termasuk ke dalam
upaya untuk memahami sejarah Pancasila. Bangsa Indonesia yang peduli terhadap
pandangan hidup serta dasar negara kita seharusnya mendalami materi sejarah Pancasila
yang dulunya berliku-liku hingga menciptakan Pancasila yang sangat ideal bagi Bangsa
Indonesia ini
Adapun beberapa keputusan politik yang berpengaruh terhadap lahirnya
Pancasila. Anda tentunya sudah sering mendengar istilah kepanitiaan yang terbentuk
pada saat itu, seperti BPUPKI, PPKI, dan Panitia Sembilan.

1. Pembentukan BPUPKI (29 April 1946)


Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) bertujuan
untuk membahas hal-hal yang berhubungan dengan tata pemerintahan Indonesa,
termasuk dasar negara. Sidang BPUPKI inilah yang menjadi sejarah Pancasila sebagai
dasar negara.  Sidang BPUPKI ini diketuai oleh Dr. Radjiman Widyodiningrat dengan
33 pembicara pada sidang pertama BPUPKI (29 Mei-1 Juni 1945).

- Mohammad Yamin (29 Mei 1945)


Mohammad Yamin yang merupakan salah satu tokoh penting kemerdekaan Indonesia,
mengusulkan dasar negara yang disampaikan dalam pidato tidak tertulisnya pada sidang
BPUPKI yang pertama, diantaranya peri kebangsaan, peri kemanusiaan, peri ketuhanan,
peri kerakyatan, dan kesejahteraan rakyat.
Setelah itu,  beliau juga mengusulkan rumusan 5 dasar yang merupakan gagasan tertulis
naskah rancangan UUD Republik Indonesia, yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia.
3. Rasa Kemanusian yang Adil dan Beradab.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

- Soepomo (31 Mei 1945)


Dasar negara yang diusulkan oleh Mr. Soepomo antara lain:
1. Paham Persatuan.
2. Perhubungan Negara dan Agama.
3. Sistem Badan Permusyawaratan.
4. Sosialisasi Negara.
5. Hubungan antar Bangsa yang Besifat Asia Timar Raya.

- Soekarno (1 Juni 1945)


Pada sidang BPUPKI yang pertama ini, Soekarno juga mengusulkan dasar negara yang
terdiri dari 5 poin. Dan kemudian dinamakan dengan Pancasila yang meliputi:
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang Berkebudayaan

Hasil usulan dari ketiga tokoh pada sidang BPUPKI tersebut ditampung dan kemudian
dibahas lagi pada lingkup kepanitiaan yang lebih kecil. Panitia yang merupakan
bentukan BPUPKI tersebut sering dikenal sebagai Panitia Sembilan.

2. Panitia Sembilan (22 Juni 1945)


Panitia yang beranggotakan sembilan orang ini berhasil merumuskan naskah Rancangan
Pembukaan UUD yang dikenal sebagai Piagam Jakarta (Jakarta Charter). Adapun
rumusan Pancasila yang termaktub dalam Piagam Jakarta:
 Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya
 Kemanusiaan yang adil dan beradab
 Persatuan Indonesia
 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksan dalam
permusaywaratan/perwakilan
 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

3. Sidang BPUPKI II(10-16 Juli 1945)


Untuk membahas hasil kerja panitia sembilan, BPUPKI mengadakan sidang yang kedua
dan menghasilkan beberapa keputusan, yang meliputi: pertama, kesepakatan dasar
negara Indonesia, yaitu Pancasila seperti yang tertuang dalam Piagam Jakarta. Kedua,
negara Indonesia berbentuk negara Republik, hsail ini merupakan kesepakatan 55 suara
dari 64 orang yang hadir. Ketiga, kesepakatan mengengai wilayah Indonesia yang
meliputi wilayah Hindia Belanda, Timor Timur, sampai Malaka (Hasil kesepakatan 39
suara). Dan yang terakhir, pembentukan tiga panitia kecil sebagai: Panitia Perancang
UUD, Panitia Ekonomi dan Keuangan, Panitia Pembela Tanah Air.
Akhirnya, pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia secara resmi memproklamasikan
kemerdekaannya. Sehari setelah kemerdekaan, BPUPKI diganti oleh PPKI yang
bertujuan untuk menyempurnakan rumusan Pancasila yang tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945.

4. Sidang PPKI (18 Agustus 1945)


Dalam sejarah Pancasila, sidang PPKI yang dilakukan sehari setelah Indonesia merdeka
masih saja terjadi perubahan pada sila pertama yang diusulkan oleh Muhammad Hatta.
Sila pertama yang semula berbunyi ”Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya”, kemudian diubah menjadi lebih ringkas,
yaitu”Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sehingga Pancasila menjadi:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Penghapusan sembilan kata dari sila pertama tersebut sering menjadi isu yang
kontroversial pada saat itu, bahkan hingga kini. Namun yang harus kita tanamkan dan
catat untuk diri masing-masing dari materi sejarah Pancasila ini, sila pertama yaitu
Ketuhanan Yang Maha Esa berlaku untuk semua rakyat Indonesia.
Seharusnya apabila kita meresapi sejarah Pancasila sebagai dasar negara Indonesia,
segala permasalahan yang menyangkut dengan sila pertama tidak harus dan tidak patut
untuk terjadi lagi. Karena hal tersebut akan bertentangan dengan Pancasila.

5. Instruksi Presiden No. 12 Tahun 1968


Semakin berkembangnya zaman, Pancasila dinilai mengalami beberapa keragaman baik
dalam rumusan, pembacaan atau pun pengucapannya. Untuk mengantisipasi
terhindarnya keragaman tersebut, Presiden Suharto pada tahun 1968 mengeluarkan
Instruksi Presiden tentang rumusan Pancasila yang benar, yaitu sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Sejarah Undang-Undang Dasar (UUD) 1945
Telah kita ketahui bahwa konsitusi merupakan hukum dasar tertulis yang menandai
lahirnya suatu bangsa. Dengan konstitusi, segala sesuatu yang berhubungan dengan
negara diatur di dalamnya. Begitu pula hubungan negara dengan warga negara yang
tinggal dan kekuasaan yang ada.

Konstitusi Indonesia adalah Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yang berlaku sejak 18
Agustus 1945. Artikel ini akan membahas dan mengurai secara jelas sejarah UUD 1945
mulai dari sejarah terbentuknya, sejarah diberlakukannya, penyimpangan terhadap UUD
1945, sampai amandemen UUD 1945 yang diberlakukan sampai sekarang.

Jepang masuk ke Indonesia menggantikan Pemerintahan Kolonial Belanda pada tahun


1942. Dengan mengaku sebagai “saudara tua” banyak cara dilakukan Jepang untuk
menarik simpati rakyat Indonesia. Terutama ketika Jepang mulai mengalami kekalahan
di Pasifik pada awal tahun 1945. Badan penyelidik usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BUPKI) dibentuk oleh Pemerintah Kolonial Jepang tanggal 1 Maret 1945
dengan janji kemerdekaan. BPUPKI yang dalam Bahasa Jepang disebut Dokoritsu Junbi
Cosakai diumumkan terbentuknya oleh Jenderal Kumakichi Harada.

Setelah satu bulan lebih pengumuman terbentuknya, barulah tanggal 28 April 1945
diresmikan pengurus BPUPKI dan anggota-anggotanya. Peresmian dilakukan di
Gedung Cuo Sang In, Pejambon atau Gedung Departemen Luar Negeri sekarang. Ketua
BPUPKI yang ditunjuk oleh Jepang adalah dr. Rajiman Widiodiningrat, wakilnya
Icibangase, dan sekretarisnya Soeroso. Jumlah anggota BPUPKI dari seluruh Indonesia
adalah 63 orang. Beberapa anggota BPUPKI antara lain Drs. Muhammad Hatta, KH
Wahid Hasyim, Haji Agus Salim, dan Ir. Sukarno.

Penyusunan UUD 1945

BPUPKI didirikan dengan tujuan mempersiapkan Indonesia yang merdeka. Di antara


persiapan-persiapan tersebut adalah penyusunan rancangan dasar negara dan undang-
undang dasar.  Tahapan-tahapan sampai disusunnya rancangan undang-undang dasar
untuk Indonesia merdeka adalah sebagai berikut :

1. Sidang BPUPKI I

BPUPKI selama dibentuk melakukan dua kali persidangan. Persidangan pertama, 29


Mei sampai 1 Juni 1945. Sidang ini membahas penyusunan dan pembentukan dasar
negara. Pada sidang ini ada tokoh perumusan pancasila Mr. Mohammad Yamin,
Soepomo, dan Ir Soekarno mengajukan usulan yang hampir mirip, yaitu lima dasar
negara. Kemudian pada tanggal 1 Juni, Ir Sukarno menamakan rancangan dasar
negaranya sebagai Pancasila. Sekarang, 1 Juni dikenal sebagai hari lahir Pancasila.

2. Panitia Sembilan
Masa persidangan BPUPKI yang pertama sampai berakhirnya belum berhasil
merumuskan dasar negara Indonesia. Sidang ini reses (istirahat) selama satu bulan.
Untuk menyelesaikan perumusan dasar negara, maka dibentuk Panitia Sembilan yang
bertugas membuat rancangannya. Disebut Panitia Sembilan, karena anggotanya terdiri
dari Sembilan tokok BPUPKI, yaitu Ir. Sukarno sebagai ketua, Abduk Kahar Muzakkar,
A.A Maramis, Drs. Mohammad Hatta, Abikusno Cokrosuryo, KH. Wahid Hasyim, Mr.
Mohammad Yamin, dan Ahmad Subardjo.

Panitia Sembilan bekerja dengan sangat terorganisir dan cerdas. Sehingga pada tanggal
22 Juni 1945 berhasil membuat rumusan dasar negara (Pancasila) untuk Indonesia
merdeka. Rumusan dasar negara tersebut oleh Mr. Mohammad Yamin disebut sebagai
Piagam Jakarta atau Jakarta Chartered. Isi Piagam Jakarta tersebut kita kenal sekarang
sebagai Pembukaan UUD 1945 dari alinea pertama sampai keempat, dengan perbaikan
bahasa dan perubahan bunyi sila pertama dari dasar negara Pancasila. (baca
juga: Konstitusi Republik Indonesia Serikat)

3. Sidang BPUPKI II

Setelah masa reses dari sidang BPUPKI yang pertama selama sekitar satu bulan,
BPUPKI mengadakan sidang yang kedua pada tanggal 10 Juli sampai 16 Juli 1945.
Sidang kedua BPUPKI membahas rancangan undang-undang dasar yang akan
digunakan Indonesia merdeka. Untuk memperlancar pembahasan sidang. maka pada
sidang kali ini langsung dibentuk Panitia Perancang Undang-Undang Dasar yang
diketuai oleh Ir Soekarno. Kemudian panitia tersebut membentuk panitia yang lebih
kecil dengan anggota tujuh orang untuk membuat rancangan undang-undang. Anggota
panitia yang lebih kecil ini adalah Mr.Supomo sebagai ketua, Wongsonegoro, Ahmad
Subardjo, Singgih, H. Agus Salim, dan Sukirman.

Panitia kecil berhasil menyusun rancangan undang-undang dasar Indonesia merdeka.


Rancangan undang-undang dasar yang dihasilkan panitia kecil ini disempurnakan /
diperhalus bahasanya oleh Panitia Penghalus Bahasa. Panitia yang menyempurnakan
dan memperhalus bahasa dalam rancangan undang-undang dasar yang dibuat terdiri atas
Husein Jayadiningrat, H. Agus Salim, dan Mr Supomo. Setelah disempurnakan oleh
Panitia Penghalus Bahasa, pada tanggal 14 Juli 1945 Ir Sukarno melaporkan hasil kerja
panitianya di depan sidang BPUPKI II. Dalam laporan tersebut, Ir Sukarno membagi
rancangan undang-undang dasar menjadi tiga bagian, yaitu pernyataan Indonesia
merdeka, pembukaan undang-undang dasar, dan batang tubuh undang-undang dasar.
Dan hari terakhir sidang, 17 Juli 1945, rancangan undang-undang dasar resmi diterima
oleh Sidang Pleno BPUPKI.

Proses Persidangan PPKI Dalam Pembentukan UUD

Gerakan BPUPKI dianggap terlalu cepat ingin Indonesia yang merdeka. Maka
Pemerintah Jepang , 7 Agustus 1945 BPUPKI membubarkan dan menggantinya dengan
PPKI, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau Dokoritsu Junbi Inkai dalam
Bahasa  Jepang. Jepang menunjuk Ir Sukarno sebagai ketua dan Drs. Mohammad Hatta
sebagai wakilnya.  Kepada kedua tokoh ini, Jepang menjanjikan kemerdekaan Indonesia
pada tanggal 24 Agustus 1945. Janji itu diberikan saat dipanggil ke Dalat, Vietnam, 12
Agustus 1945, oleh Jendral Terauchi mewakili Pemerintah Jepang.

Pengesahan UUD 1945

Setelah Jepang menyerah pada sekutu, di Inodnesia terjadi kekosongan kekuasan.


Golongan pemuda berhasil mendesak Ir Sukarno dan Muhammad Hatta untuk
memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945, di Jl Pegangsaan Timur
Nomor 56, Jakarta. Sejarah kemerdekaan Indonesia dimulai pada saat pembacaan
proklamasi.   Proklamasi merupakan langkah awal berdirinya Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Untuk melengkapi syarat ketetanegaraan dan mengatur NKRI yang
wilayahnya begitu luas, yaitu seluruh wilayah bekas jajahan Hindia

Sidang PPKI, 18 Agustus 1945, menghasilkan beberapa keputusan. Salah satu


keputusannya adalah mengesahkan undang-undang dasar bagi Indonesia merdeka.
Undang-undang dasar yang disahkan ini sampai sekarang dikenal dengan sebutan UUD
1945. Bagian UUD 1945 yang disahkan yaitu:

 Pembukaan UUD 1945, pembukaan UUD 1945, diambil dari naskah Piagam
Jakarta dengan sedikit penyesuaian bahasa dan perubahan pada dasar negara
Indonesia sila pertama. Sila pertama yang awalnya berbunyi Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, atau usul Drs.
Mohammad Hatta diubah menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa. Pembukaan
UUD 1945 ini sudah lengkap berisi pernyataan kemerdekaan Indonesia dan
dasar negara Indonesia, Pancasila. Ada 4 alinea dan pokok pikiran dalam
pembukaan UUD 1945.
 Batang Tubuh UUD 1945, batang tubuh UUD 1945 ikut disahkan langsung
oleh PPKI, 18 Agustus 1945. Batang tubuh ini mengambil dari rancangan
undang-undang dasar yang telah disusun oleh BPUPKI, 17 Juli 1945.

Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan kembali oleh Komite Nasional Indonesia Pusat
(KNIP) pada sidangnya yang pertama, yaitu 29 Agustus 1945. Dengan demikian,
Indonesia sudah menetapkan Pancasila sebagai dasar negara dan UUD 1945 yang sesuai
dengan kepribadian bangsa.

Artikel terkait:

 Sejarah Pancasila
 Tugas Mahkamah Konstitusi
 Dasar Hukum Otonomi Daerah
 Asas Ius Sanguinis

Pelaksanaan UUD 1945

Selama kurun waktu Indonesia merdeka sampai sekarang, sejarah UUD 1945
mengalami pasang surut. Terjadi penyimpangan-penyimpangan dari masa ke masa,
sampai akhirnya terjadi amandemen UUD 1954 yang kita pakai saat ini. Tahapan atau
periode pelaksanaan UUD 1945 secara berurutan diuraikan dalam tahapan konsitusi
yang pernah berlaku di Indonesia, di bawah ini.

Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949

Sejak disahkannya, 18 Agustus 1945, UUD 1945 belum bisa dilaksanakan sepenuhnya.
Ini terjadi karena kondisi Indonesia yang sedang berada dalam masa peralihan, sehingga
banyak hal yang masih harus dibenahi oleh pemerintah Indonesia. Selain itu, Indonesia
juga disibukkan oleh perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
Beberapa hal yang belum sesuai dengan UUD 1945 pada periode ini adalah:

 Belum adanya lembaga legislatif di negara, sehingga presiden sebagai pemegang


kekuasaan pemerintah mempunyai wewenang yang sangat luas. Baru kemudian,
16 Oktober 1945, dikeluarkan Maklumat Presiden Nomor X yang memutuskan
bahwa KNIP diberi kekuasaan legislatif selama MPR dan DPR belum dibentuk.
 Sistem pemerintahan presidensil diganti dengan sistem pemerintahan semi
presidensil (semi parlementer), pada tanggal 14 November 1945. (baca juga:
Konstitusi Yang Pernah Berlaku di Indonesia)

Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950 (UUD RIS)

Sebulan setelah Konfrensi Meja Bundar, yang dihadiri perwakilan Indonesia, Belanda,
Negara Boneka Belanda, dan PBB ditandatangani pendirian negara Republik Indonesia
Serikat (RIS), 27 Desember 1949. Mengikuti berdirinya negara RIS, undang-undang
yang berlaku adalah UUD RIS. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi-bagi
menjadi bebrapa negara bagian. Indonesia yang dipimpin oleh Presiden Sukarno hanya
meliputi Pulau Jawa dan beberapa wilayah Sumatra.

Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959 (UUDS 1950)

Republik Indonesia Serikat tidak berlangsung lama. Dalam kronologi pembubaran RIS,
Sedikit demi sedikit beberapa wilayah negaranya bergabung dengan wilayah Republik
Indonesia. Sampai akhirnya, 17 Agustus 1950, diperingatan HUT RI yang kelima,
semua negara bagian RI memutuskan kembali bergabung menjadi NKRI. Usaha
Belanda untuk memecah belah dan kembali menguasai Indonesia mengalami kegagalan.
Rakyat Indonesia tetap berkeinginan di bawah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Namun, kembalinya Indonesia menjadi negara kesatuan republik tidak menyebabkan


UUD 1945 langsung berlaku dan digunakan kembali. Presiden memutuskan
menggunakan Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS)dan membentuk Konstituante
untuk membuat undang-undang dasar baru. Karena UUDS berlaku sejak tahun 1950,
maka lebih dikenal dengan sebutan UUDS 1950.

Pada masa ini terjadi kekacuan, antara lain :


 UUDS memberlakukan demokrasi parlementer yang mengarah pada demokrasi
liberal. Akibatnya kabinet sering berganti dan pembangunan menjadi tersendat.
 Presiden menjadi lembaga pemerintah satu-satunya yang tidak dapat diganggu
gugat.
Konstituante yang dibentuk untuk menyusun undang-undang baru gagal
melaksnakan tugasnya.
 Unntuk menyelematkan negara yang sudah dalam kondisi genting, Presiden
mengeluarkan Dekrit, 5 Juli 1959. Isi dari Dekrit Presiden mengumumkan
berlakunya kembali UUD 1945 dan UUDS 1950 tidak digunakan lagi,

Periode 5 Juli 1959 – 1966 (Masa Pemerintahan Orde Lama)

Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959, Indonesia kembali melaksanakan UUD 1945.
Presiden membubarkan Konstituante, membentuk DPRS, MPRS, dan MA. Namun pada
pelaksanaanya masih banyak terjadi penyimpangan.  Pemerintahan masa ini disebut
sistem pemerintahan orde lama yang mempunyai ciri demokrasi terpimpin, bukan
demokrasi pancasila. Di antara penyimpangan-penyimpangan terhadap UUD 1945 pada
masa ini, yaitu:

 Diangkatnya ketua DPRS, MPRS, dan ketua MA sekaligus sebagai menteri


negara.
 Presiden sebagai pemegang kekuasaan eksekutif dapat membuat UU tanpa
persetujuan DPR
 Presiden sebagai kepala negara juga merupakan ketua DPAS
MPR menetapkan Presiden Sukarno menjadi presiden seumur hidup.
 Pidato Presiden Sukarno yang berjudul Penemuan Kembali Revolusi Kita
(Manifesto Politik), 17 Agustus 1950, dijadikan sebagai Garis-Garis Besar
Haluan Negara (GBHN).  Padahal fungsi GBHN dalam pembangunan nasional
sangatlah strategis.
 Pada tahun 1960, DPRS tidak menyetujui Rancangan Anggaran Belanja Negara
(RABN) yang diajukan pemerintah. Akibatnya Presiden membubarkan DPRS
dan menggantinya dengan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong royong (DPR-
GR).
 Kekuasaan Presiden tidak terbatas dan tidak dapat diganggu gugat. (baca juga:
Syarat Menjadi Presiden dan Wakil Presiden Menurut UUD)

Penyimpangan-penyimpangan terhadap Pancasila dan UUD 1945 membuat situasi


negara tidak terkendali. Berbagai pemberontakan terjadi. Puncaknya adalah
Pemberontakan yang kemudian dikenal dengan Gerakan 30 September 1965
(pemberontakan G30S / PKI).

Periode 1966 – 1998 (Masa Pemerintahan Orde Baru)

Pemberontakan G30S/PKI membuat situasi bertambah darurat. Persediaan barang


kebutuhan pokok terb atas dan harga yang menjulang tinggi. Pada tanggal 11 Maret
1966, Presiden menyerahkan kekuasaan kepada Letnan Jendral Suharto, yang saat itu
menjabat sebagai Kepala Kostrad Angkatan Darat. Surat penyerahan kekuasaan tersebut
dikenal dengan sebutan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar), yang menandai
lahirnya kekuasaan Orde baru.  Supersemar menjadi pemerintah orde
baru.. Pemerintahan Orde Baru, pada awalnya bertekad akan menjalankan Pancasila dan
UUD 1945 secara murni dan konsekuen.  Hal ini dibuktikan dengan pembentukan
lembaga-lembaga pemerintah yang tidak lagi sementara dan dilanjutkan dengan
diselenggrakannya Pemilu pertama mas Orde Baru, tahun 1969.

Namun, pada kenyataannya, tidak jauh berbeda dengan masa pemerintahan Orde Lama,
masa pemerintahan Orde Baru juga melakukan banyak penyimpangan terhadap UUD
1945.  Penyimpangan-penyimpangan tersebut, antara lain :

 Pemusatan kekuasaan di tangan presiden, di mana lembaga-lembaga negara


yang ada dikendalikan oleh Presiden.
 Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang mementingkan kepentingan
pribadi dan golongan di atas kepentingan negara merajalela.
 Kebebasan pers dibelenggu. Pers yang tidak sejalan dengan pemerintah akan
dibekukan surat ijinnya.
 Pembatasan hak-hak politik rakyat dengan hanya mengijinkan adanya 3 partai
politik, yaitu PPP, Golkar, dan PDIP. (baca juga: Hak dan Kewajiban Warga
Negara dalam UUD 1945)

Masa pemerintahan Orde Baru berakhir dengan demonstrasi besar-besaran dari


mahasiswa.  Mahasiswa yang berdemo menuntut refoemasi di segala bidang berakhir
dengan mundurnya Presiden Suharto sebagai presiden, 21 Mei 1998.

Periode 21 Mei 1998 – 19 Oktober 1999

Sejarah UUD dari periode ini dikenal sebagai masa transisi ke masa reformasi. Wakil
presiden BJ Habibie diangkat menjadi Presiden menggantikan Presiden Suharto.
Pelaksanaan UUD 1945 masa ini diguncang dengan lepasnya wilayah timor Timur dari
NKRI.

Periode 19 Oktober 1999 sampai sekarang (Masa Reformasi)

Aksi mahasiswa tahun 1998 yang melahirkan reformasi, salah satu tuntutannya adalah
perubahan terhadap UUD 1945. Mereka beranggapan bahwa UUD 1945 yang ada
menyebabkan banyak peluang penyimpangan. Masa ini ingin menerapkan demokrasi
era reformasi. Maka, sejak masa ini UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan yang
dikenal dengan amandemen UUD 1945.

Amandemen UUD 1945

Sesuai tuntutan reformasi, dilakukan perubahan terhadap UUD 1945. Tujuan


amandemen UUD 1945, antara lain :

 Merubah struktur kekuasaan yang ada pada UUD 1945 agar tidak berpusat pada
satu lembaga negara
 Menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
 Menyempurnakan pasal-pasal yang belum jelas aturannya

Amandemen UUD 1945 dilakukan dengan kesepakatan, yaitu :

 Tidak mengubah bentuk negara kesatuan (NKRI) dan sistem pemerintahan


presidensil
 Tidak akan mengubah Pembukaan UUD 1945 dan menghapus bagian penjelasan
 Amandemen dilakukan dengan tetap mempertahankan naskah asli (adendum).

Amandemen UUD 1945 dilakukan sebanyak 4 kali, yaitu tahun 1999, 2000,2001, dan
2002 (dapat dibaca di artikel peridode konstitusi di Indonesia).  Perubahan yang terjadi
antara lain :

 Perubahan terhadap lembaga-lembaga negara dan pembagian kekuasannya. 


Lembaga DPA dihapuskan dan adanya lembaga baru, yaitu Mahkamah
Konsitusi (MK) dan Komisi Yudisial (KY).
 Pasal-pasal lebih rinci tentang hubungan negara dengan warga negara.
 Pasal-pasal lebih rinci temtang pemerintah pusat dan pemerintah daerah
 Pasal-pasal lebih rinci tentang pelaksanaan hak asasi manusia di Inodnesia.

Anda mungkin juga menyukai