Anda di halaman 1dari 8

1.

Obat Hipoglikemik Oral

A. Pemicu Sekresi insulin/insulin secretagogue


1.)Sulfonilurea

Efek samping

Efek samping obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea umumnya ringan dan frekuensinya
rendah, antara lain gangguan saluran cerna dan gangguan susunan syaraf pusat. Gangguan
saluran cerna berupa mual, diare, sakit perut, hipersekresi asam lambung dan sakit kepala.
Gangguan susunan syaraf pusat berupa vertigo, bingung, ataksia dan lain sebagainya

Farmakokinetik

Golongan Sulfonilurea semua dimetabolisme oleh hati. Enzim CYP 450 terlibat dalam
metabolism sulfonilurea di hati. Lalu metabolit yang tidak aktif akan dieksresikan melalui ginjal
sehingga pada obat golongan ini perlu penyesuaian dosis dan berhati-hati pada pasien yang
mengalami gangguan ginjal.

Sulfonilurea diserap dengan baik melalui saluran GI. Penurunan penyerapan terjadi ketika
bersama makanan. Gliburide memiliki formulasi micronized yang menyediakan bioavailabilitas
yang lebih baik dan memungkinkan untuk dosis yang lebih rendah. Setelah diserap, sulfonilurea
terikat protein yang tinggi. Obat golongan ini memiliki waktu paruh yang pendek tetapi efek
penurunan glukosa tahan lama dan memungkinkan dosis sehari sekali. Sulfonilurea
dimetabolisme di hati dan terutama diekskresikan oleh ginjal. Gliburide memiliki metabolit aktif
yang lemah, dieliminasi melalui ginjal dan dapat menumpuk pada pasien dengan penurunan
fungsi ginjal (misalnya pasien geriatri)

Farmakodinamik

Pemberian sulfonilurea secara kronis juga dapat menaikkan jumlah reseptor insulin pada
monosit, sel adiposa, dan eritrosit. Sulfonilurea juga dapat menyebabkan glukoneogenesis pada
hati dan meningkatkan jumlah dan sensitivitas dari reseptor insulin di organ-organ lainnya

2) Glinid

Efek samping

Efek samping yang paling umum adalah abdominal discomfort, stomach upset, diare, dan
anoreksia. Efek ini dapat diminimalkan dengan mentitrasi dosis perlahan dan menggunakannya
bersama makanan. Efek samping akibat penggunaan obat ini juga dapat memberikan efek
hipoglikemi dan peningkatan berat badan. Namun resiko hipoglikemi yang muncul lebih rendah
daripada akibat penggunaan sulfonylurea.
Farmakokinetik

Metabolisme utamanya di hepar dan metabolitnya tidak aktif. Sekitar 10% dimetabolisme di
ginjal. Pada pasien dengan gangguan fungsi hepar atau ginjal harus diberikan secara berhati-hati.
Pada pemberian oral absorpsinya cepat dan kadar puncaknya dicapai dalam waktu 1 jam. Masa
paruhnya 1 jam, karenanya harus diberikan beberapa kali sehari, sebelum makan.

Repaglinid memiliki durasi kerja sampai 4 jam, dimetabolisme di CYP 3A4 menjadi metabolit
inaktif, diekskresikan di saluran empedu dan memiliki waktu paruh 1 jam. Nateglinid memiliki
durasi kerja sama dengan Repaglinid, yaitu sampai 4 jam, diabsorpsi dalam 20 menit setelah
pemberian oral, dimetabolisme di sitokrom P450 2C9 dan 3A4 menjadi metabolit aktif lemah,
dieliminasi di ginjal dan memiliki waktu paruh 1 jam .

Farmakodinamik

Glinid adalah obat anti diabetes oral yang bekerja menurunkan kadar gula darah dengan
memicu sekresi insulin dari sel beta pankreas. Selain itu, glinid juga bekerja mengubah
sensitivitas insulin sehingga sekresi insulin yang distimulasi glukosa bertahan.

B. Peningkat Sensitivitas Terhadap Insulin (Tiazolidindion)

Efek samping
Efek samping yang utama dari thiazolidindione adalah udem, terutama pada pasien hipertensi
dan congestive cardiac failure . Thiazolidindione dikontraindikasikan pada pasien dengan gagal
jantung kelas IIV karena dapat memperberat edema/retensi cairan dan juga pada gangguan faal
hati. Pasien yang menggunakan obat ini perlu dilakukan pemantauan faal hati secara berkala.
Thiazolidindione tidak digunakan sebagai obat tunggal
Farmakokinetik
Pioglitazone dan rosiglitazone keduanya diabsorpsi dengan baik dengan atau tanpa makanan.
Keduanya 99% terikat albumin. Pioglitazone utamanya dimetabolisme CYP2C8, dan dalam
jumlah yang sedikit oleh CYP3A4. Sementara rosiglitazone utamanya dimetabolisme oleh
CYP2C8 dan dalam jumlah yang sedikit oleh CYP2C9. Bentuk terkonjugasi dua pertiga
ditemukan dalam urin, sisanya dalam feses. Waktu paruh pioglitazone dan rosiglitazone berturut-
turut 3-7 jam dan 3-4 jam. Kedua obat mempunyai lama kerja sebagai antihiperglikemi lebih dari
24 jam.
Farmakodinamik
Pioglitazone bekerja bergantung pada insulin. Pioglitazone termasuk golongan obat
tiazolidindion (TZD) yang meningkatkan sensitivitas pada insulin. Obat golongan TZD
merupakan agonis dari Peroxisome Proliferator Activated Receptor Gamma (PPAR-gamma).
PPAR-gamma merupakan faktor transkripsi nuklear yang pada kondisi normal diekspresikan di
urotelium. Pada kondisi kanker kandung empedu, terjadi ekspresi PPAR-gamma yang
berlebihan. Pioglitazone secara efektif menurunkan kadar HbA1c. Pioglitazone juga
meningkatkan sensitivitas insulin, mempertahankan fungsi sel beta pankreas pada pasien
diabetes dan memiliki efek yang baik pada keseimbangan profil lipid. Efek samping yang
dilaporkan pada penggunaan pioglitazone adalah penambahan berat badan dan edema perifer
sebagai akibat dari vasodilatasi koroner dan perifer.

C. Penghambat Glukoneogenesis (Metformin)

Efek samping

Efek samping yang sering terjadi adalah nausea, muntah, kadang-kadang diare dan dapat
menyebabkan asidosis laktat). Metformin dikontraindikasikan pada pasien dengan gangguan
fungsi ginjal (kreatinin serum > 1,5) dan hati, serta pasien-pasien dengan kecenderungan
hipoksemia, misalnya penyakit serebrovaskular, sepsis, syok, gagal jantung .

Farmakokinetik

Metformin memiliki bioavailabilitas oral 50% sampai 60%, kelarutan lipid yang rendah, dan
volume distribusi yang tinggi. Metformin tidak dimetabolisme dan tidak mengikat protein di
plasma. Metformin dieliminasi di ginjal. Metformin memiliki waktu paruh 6 jam, namun
memiliki efek > 24 jam.

Farmakodinamik

Farmakodinamik metformin berbeda dengan obat antidiabetik lainnya, yaitu dengan cara
menurunkan produksi glukosa hepatik, menurunkan absorpsi glukosa intestinal, memperbaiki
sensitivitas insulin dengan cara meningkatkan pengambilan dan penggunaan glukosa perifer.

D. Penghambat Absorpsi Glukosa/ Penghambat Glukosidase Alfa( Akarbose)


Efek samping
Efek samping paling umum adalah perut kembung, diare, dan kejang abdominal, yang bisa
dikurangi dengan memperlambat titrasidosis . Efek sampingnya juga dapat berupa perut kurang
enak, lebih banyak flatus dan kadang-kadang diare.
Farmakokinetik
Resorpsinya dari usus buruk, hanya sekitar 2% dan naik sampai lebih kurang 35% setelah
dirombak secara enzimatis oleh kuman usus.Ekskresinya berlangsung cepat lewat kemih.
Obat golongan ini mencegah pemecahan sukrosa dan karbohidrat kompleks di kecil usus,
memperpanjang penyerapan karbohidrat. Efek bersih adalah pengurangan glukosa postprandial
(40-50 mg / dL; 2,2-2,8 mmol / L) dengan relatif tidak merubah GDP (~ 10% pengurangan).
Khasiat sederhana dengan pengurangan A1C rata-rata 0,3% menjadi 1%. Obat ini cocok untuk
pasien yang dekat tingkat target A1C dengan tingkat FPG mendekati normal tetapi tingkat
postprandial yang tinggi
Farmakodinamik
Senyawa – senyawa inhibitor alpha-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa glukosidase
yang terletak pada dinding usus halus. Enzim-enzim alpha glukosidase (maltase,isomaltase,
glukomaltase, dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis oligosakarida, pada dinding usus
halus. Inhibisi kerja enzim ini secara efektif dapat mengurangi pencernaan karbohidrat
kompleks dan absorpsinya, sehingga dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post
prandialpada pasien diabetes. Senyawa inhibitor alpha-glukosidase juga menghambat enzim a-
amilase pancreas yang bekerja menghidrolisis polisakarida didalam lumen usus halus.

E. DPP-IV Inhibitor
Efek samping
Efek samping dapat berupa hipoglikemia ringan, tapi DPP-IV inhibitor tidak
meningkatkan risiko hipoglikemia sebagai monoterapi atau dikombinasikan dengan obat
yang memiliki insiden rendah hipoglikemia. Urtikaria dan / atau edema wajah dapat
terjadi pada 1% dari pasien.
Farmakokinetik
Sitagliptin dan Vildagliptin diabsorpsi dengan baik melalui saluran cerna dengan
bioavailabilitas oral sekitar 85%, dan tidak dipengaruhi oleh keberadaan makanan.
Sekitar 80% sitagliptin diekskresi dalam bentuk utuh melalui urin. Metabolisme masih
terjadi pada 15-20% oleh CYP3A4 dan CYP2C8. Waktu paruh sitagliptin lebih kurang
12 jam. Sedangkan vildagliptin hanya sekitar 20% diekskresi dalam bentuk utuh di urin,
sisanya mengalami metabolisme.
Farmakodinamik
Penghambatan DPP-IV terlihat dapat meningkatkan sekitar dua kali lipat bentuk aktif
GIP dan GLP-1 endogen dalam sirkulasi darah. Vildagliptin akan mengikat DPP-IV,
sehingga GLP-1 tetap aktif. dan pankreas akan meningkatkan pelepasan insulin dan
menurunkan pelepasan glucagon.
GLP 1 yang menempel pada sel beta pankreas akan segera dimetabolisme oleh enzim
DPP-4 sehingga menjadi inaktif, oleh karena itu obat DPP-4 inhibitor diberikan untuk
memblok enzim DPP4. Sehingga GLP1 akan bekerja lebih lama dan insulin yang keluar
lebih banyak

2. Injeksi
A. Insulin
Efek samping
Efek samping kerja insulin yang sudah sangat dikenal adalah membantu transpor
glukosa dari darah ke dalam sel. Kekurangan insulin menyebabkan glukosa darah
tidak dapat atau terhambat masuk ke dalam sel. Akibatnya, glukosa darah akan
meningkat, dan sebaliknya sel-sel tubuh kekurangan bahan sumber energi sehingga
tidak dapat memproduksi energi sebagaimana seharusnya.
Farmakokinetik
Absorpsi insulin dipengaruhi beberapa hal. Absorpsi paling cepat terjadi pada daerah
abdomen, diikuti oleh daerah lengan, paha bagian atas, dan bokong. Bila disuntikkan
secara intramuscular dalam maka absorpsi akan terjadi lebih cepat dan masa kerja
lebih singkat. Waktu paruh insulin pada orang normal sekitar 5-6 menit, tetapi
memanjang pada penderita diabetes yang membentuk antibody terhadap insulin.
Insulin dipecah dalam usus dan oleh hati serta ginjal, diberikan melalui suntikan.
Waktu paruh adalah tiga sampai lima menit. Insulin dimetabolisme untuk
menonaktifkan rantai α dan β peptida sebagian besar oleh insulinase hati/ ginjal
(insulin glutathione transhydrogenase). Insulin dari pankreas terutama dilepaskan ke
sirkulasi portal dan lolos ke hati, di mana sampai dengan 60% terdegradasi sebelum
mencapai sirkulasi sistemik (presystemic metabolism). Ginjal juga penting dalam
metabolisme insulin dan pasien dengan gangguan ginjal yang progresif sering
diharuskan untuk mengurangi insulin. Tidak ada bukti diabetes yang pernah
dihasilkan dari peningkatan kerusakan hati dari insulin, tetapi pada sirosis hati gagal
untuk menonaktifkan insulin, sehingga predisposisi untuk hipoglikemia
Farmakodinamik
Farmakodinamik insulin reguler utamanya ditujukan untuk mengatur metabolisme
glukosa. Insulin dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan cara menstimulasi
ambilan/uptake glukosa darah di perifer dan menghambat produksi glukosa oleh
hepar. Selain daripada itu, insulin juga menghambat proses lipolisis dan proteolysis,
serta meningkatkan sintesis protein. Target organ insulin adalah pada jaringan otot
skeletal, hepar, dan jaringan adiposa.
B. Agonis GLP-1/Incretin mimetic
Efek samping
Efek samping Agonis GLP-1 dapat menurunkan berat badan. Efek samping yang
timbul pada pemberian obat ini juga dapat berupa rasa sebah dan muntah.
Farmakokinetik
Incretin mimetic yang digunakan untuk terapi adalah analog GLP-1 yang resisten
terhadap DPP-IV sehingga memiliki waktu paruh cukup panjang. Contohnya adalah
eksenatid dan liraglutid. Kedua obat ini tidak diabsorpsi disaluran cerna, sehingga
harus diberikan secara injeksi.
Farmakodinamik
Stimulasi inkretin terhadap sel beta menyebabkan respon berupa sekresi insulin
dengan jumlah yang setara dengan glukosa darah yang menstimulasi sehingga terjadi
potensiasi sekresi insulin yang diperantarai oleh glukosa, penekanan pelepasan
glucagon post prandial, penundaan pengosongan lambung dan pengurangan nafsu
makan yang diperantarai ssp.

Dapus
Brunner & Suddarth. 2002.Buku Ajar keperawatan medikal bedah, edisi 8 vol 3
. Jakarta: EGC

Corwin, EJ. 2009.Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi . Jakarta: EGC

Dipiro,TJ., Talbert, L.,R. Yee, C.G, Matzke, R.G, Wells, G.B., & Posey, M.L.,
2008.Pharmacptherapy A Phathophysilogic Approach Seventh Edition.
The United States Of Kedokteran UI. Jakarta.

Goodman dan Gilman, 20012,Manual Farmakologi dan Terapi Edisi 10 Vol. 4


. EGC : Jakarta, Indonesia.

Mansjoer, A dkk. 2007.Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3


. Jakarta: Media Aesculapius

Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT Alumni

Hinnen, Deborah dkk. 2006. Incretin Mimetics and DPP-IV Inhibitor: New
Paradigms for the Treatment Of Type 2 Diabetes 612-620

Katzung, Betram G. 2010. Farmakologi Dasar & Klinik Edisi 10. EGC:Yogyakarta

Kramer W, 1995. The molecular interaction of sulphonylureas. DRCP 28: 67


American Diabetes Association. 2012. Diagnosis and Classification of Diabetes
Mellitus. Diabetes Carevolume 35 Supplement 1 : 64-71.
Arnold P, Scheurer D, Dake AW, et al. Hospital Guidelines for Diabetes Management
and the Joint Commission-American Diabetes Association Inpatient Diabetes
Certification. Am J Med Sci 2016;351:333341

Cefalu, William T., Bakris, George., Blonde, Lawrence., et al. American Diabetes
Association, Standards of Medical Care In Diabetes-2017. The Journal of Clinical
and Applied Research and Education volume 40 supplement 1, 2017; 512-513

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Pharmaceutical Care Untuk


Penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik. 2006.Pharmaceutical Care Untuk


Penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta : Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan
Departemen Kesehatan

Dipiro, Cecily V., Barbara G. Wells, Joseph T DiPiro, and Terry L. Schwinghammer.
2015.Pharmacotherapy Handbook 9th Ed .United States: McGraw-Hill Education.

Dipiro, J.T, Talbert, R.L, Yee, G.C, Matzke G.R, Wells, B.G, Posey L.M. 2009.
Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach 7 th Edition. USA: The McGraw-
Hill Companies, Inc.

Draznin B, Gilden J, Golden SH, et al.; PRIDE investigators. Pathways to quality


inpatient man- agement of hyperglycemia and diabetes: a call to action. Diabetes Care
2013;36:18071814

Gillaizeau F, Chan E, Trinquart L, et al. Com- puterized advice on drug dosage to


improve prescribing practice. Cochrane Database Syst Rev 2013;11:CD002894

Homenta, Heriyannis dr. 2012. Diabetes Mellitus Tipe 1


. The seventh report of the Joint National Committee on prevention, detection,
evaluation, and treatment of high blood pressure. Hypertension, 42:1206-52.

Definition, Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus and its Complications


. Report of a WHO ConsultationPart 1: Diagnosis and Classification of Diabetes
Mellitus. MIMS. 2012.MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi
. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer (Kelompok Gramedia)

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus Pengendalian dan Pencegahan


Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia, PB. PERKENI. Jakarta. 2015

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Petunjuk Praktis: Terapi Insulin Pada Pasien


Diabetes Melitus, PB. PERKENI. Jakarta. 2015

Price Sylvia Anderson, 2005,Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,


EGC, Jakarta.

Priyanto. 2009.Farmakoterapi dan Terminologi Medis. Jakarta: Leskonfi.

Sukandar E.Y., Andarjati R., Sigit J.I., Adyana I.K., Setiadi A.A.P., Kusnandar. 2008.
ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT. ISFI.

Tandra, Hans. (2008).Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes
. PT Gramedia Pustaka Umum, Jakarta.

Umpierrez GE,ReyesD,SmileyD,etal.Hospital discharge algorithm based on


admission HbA1c for the management of patients with type 2 di- abetes. Diabetes
Care 2014;37:2934

Anda mungkin juga menyukai