Antidiabetes Fix
Antidiabetes Fix
Efek samping
Efek samping obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea umumnya ringan dan frekuensinya
rendah, antara lain gangguan saluran cerna dan gangguan susunan syaraf pusat. Gangguan
saluran cerna berupa mual, diare, sakit perut, hipersekresi asam lambung dan sakit kepala.
Gangguan susunan syaraf pusat berupa vertigo, bingung, ataksia dan lain sebagainya
Farmakokinetik
Golongan Sulfonilurea semua dimetabolisme oleh hati. Enzim CYP 450 terlibat dalam
metabolism sulfonilurea di hati. Lalu metabolit yang tidak aktif akan dieksresikan melalui ginjal
sehingga pada obat golongan ini perlu penyesuaian dosis dan berhati-hati pada pasien yang
mengalami gangguan ginjal.
Sulfonilurea diserap dengan baik melalui saluran GI. Penurunan penyerapan terjadi ketika
bersama makanan. Gliburide memiliki formulasi micronized yang menyediakan bioavailabilitas
yang lebih baik dan memungkinkan untuk dosis yang lebih rendah. Setelah diserap, sulfonilurea
terikat protein yang tinggi. Obat golongan ini memiliki waktu paruh yang pendek tetapi efek
penurunan glukosa tahan lama dan memungkinkan dosis sehari sekali. Sulfonilurea
dimetabolisme di hati dan terutama diekskresikan oleh ginjal. Gliburide memiliki metabolit aktif
yang lemah, dieliminasi melalui ginjal dan dapat menumpuk pada pasien dengan penurunan
fungsi ginjal (misalnya pasien geriatri)
Farmakodinamik
Pemberian sulfonilurea secara kronis juga dapat menaikkan jumlah reseptor insulin pada
monosit, sel adiposa, dan eritrosit. Sulfonilurea juga dapat menyebabkan glukoneogenesis pada
hati dan meningkatkan jumlah dan sensitivitas dari reseptor insulin di organ-organ lainnya
2) Glinid
Efek samping
Efek samping yang paling umum adalah abdominal discomfort, stomach upset, diare, dan
anoreksia. Efek ini dapat diminimalkan dengan mentitrasi dosis perlahan dan menggunakannya
bersama makanan. Efek samping akibat penggunaan obat ini juga dapat memberikan efek
hipoglikemi dan peningkatan berat badan. Namun resiko hipoglikemi yang muncul lebih rendah
daripada akibat penggunaan sulfonylurea.
Farmakokinetik
Metabolisme utamanya di hepar dan metabolitnya tidak aktif. Sekitar 10% dimetabolisme di
ginjal. Pada pasien dengan gangguan fungsi hepar atau ginjal harus diberikan secara berhati-hati.
Pada pemberian oral absorpsinya cepat dan kadar puncaknya dicapai dalam waktu 1 jam. Masa
paruhnya 1 jam, karenanya harus diberikan beberapa kali sehari, sebelum makan.
Repaglinid memiliki durasi kerja sampai 4 jam, dimetabolisme di CYP 3A4 menjadi metabolit
inaktif, diekskresikan di saluran empedu dan memiliki waktu paruh 1 jam. Nateglinid memiliki
durasi kerja sama dengan Repaglinid, yaitu sampai 4 jam, diabsorpsi dalam 20 menit setelah
pemberian oral, dimetabolisme di sitokrom P450 2C9 dan 3A4 menjadi metabolit aktif lemah,
dieliminasi di ginjal dan memiliki waktu paruh 1 jam .
Farmakodinamik
Glinid adalah obat anti diabetes oral yang bekerja menurunkan kadar gula darah dengan
memicu sekresi insulin dari sel beta pankreas. Selain itu, glinid juga bekerja mengubah
sensitivitas insulin sehingga sekresi insulin yang distimulasi glukosa bertahan.
Efek samping
Efek samping yang utama dari thiazolidindione adalah udem, terutama pada pasien hipertensi
dan congestive cardiac failure . Thiazolidindione dikontraindikasikan pada pasien dengan gagal
jantung kelas IIV karena dapat memperberat edema/retensi cairan dan juga pada gangguan faal
hati. Pasien yang menggunakan obat ini perlu dilakukan pemantauan faal hati secara berkala.
Thiazolidindione tidak digunakan sebagai obat tunggal
Farmakokinetik
Pioglitazone dan rosiglitazone keduanya diabsorpsi dengan baik dengan atau tanpa makanan.
Keduanya 99% terikat albumin. Pioglitazone utamanya dimetabolisme CYP2C8, dan dalam
jumlah yang sedikit oleh CYP3A4. Sementara rosiglitazone utamanya dimetabolisme oleh
CYP2C8 dan dalam jumlah yang sedikit oleh CYP2C9. Bentuk terkonjugasi dua pertiga
ditemukan dalam urin, sisanya dalam feses. Waktu paruh pioglitazone dan rosiglitazone berturut-
turut 3-7 jam dan 3-4 jam. Kedua obat mempunyai lama kerja sebagai antihiperglikemi lebih dari
24 jam.
Farmakodinamik
Pioglitazone bekerja bergantung pada insulin. Pioglitazone termasuk golongan obat
tiazolidindion (TZD) yang meningkatkan sensitivitas pada insulin. Obat golongan TZD
merupakan agonis dari Peroxisome Proliferator Activated Receptor Gamma (PPAR-gamma).
PPAR-gamma merupakan faktor transkripsi nuklear yang pada kondisi normal diekspresikan di
urotelium. Pada kondisi kanker kandung empedu, terjadi ekspresi PPAR-gamma yang
berlebihan. Pioglitazone secara efektif menurunkan kadar HbA1c. Pioglitazone juga
meningkatkan sensitivitas insulin, mempertahankan fungsi sel beta pankreas pada pasien
diabetes dan memiliki efek yang baik pada keseimbangan profil lipid. Efek samping yang
dilaporkan pada penggunaan pioglitazone adalah penambahan berat badan dan edema perifer
sebagai akibat dari vasodilatasi koroner dan perifer.
Efek samping
Efek samping yang sering terjadi adalah nausea, muntah, kadang-kadang diare dan dapat
menyebabkan asidosis laktat). Metformin dikontraindikasikan pada pasien dengan gangguan
fungsi ginjal (kreatinin serum > 1,5) dan hati, serta pasien-pasien dengan kecenderungan
hipoksemia, misalnya penyakit serebrovaskular, sepsis, syok, gagal jantung .
Farmakokinetik
Metformin memiliki bioavailabilitas oral 50% sampai 60%, kelarutan lipid yang rendah, dan
volume distribusi yang tinggi. Metformin tidak dimetabolisme dan tidak mengikat protein di
plasma. Metformin dieliminasi di ginjal. Metformin memiliki waktu paruh 6 jam, namun
memiliki efek > 24 jam.
Farmakodinamik
Farmakodinamik metformin berbeda dengan obat antidiabetik lainnya, yaitu dengan cara
menurunkan produksi glukosa hepatik, menurunkan absorpsi glukosa intestinal, memperbaiki
sensitivitas insulin dengan cara meningkatkan pengambilan dan penggunaan glukosa perifer.
E. DPP-IV Inhibitor
Efek samping
Efek samping dapat berupa hipoglikemia ringan, tapi DPP-IV inhibitor tidak
meningkatkan risiko hipoglikemia sebagai monoterapi atau dikombinasikan dengan obat
yang memiliki insiden rendah hipoglikemia. Urtikaria dan / atau edema wajah dapat
terjadi pada 1% dari pasien.
Farmakokinetik
Sitagliptin dan Vildagliptin diabsorpsi dengan baik melalui saluran cerna dengan
bioavailabilitas oral sekitar 85%, dan tidak dipengaruhi oleh keberadaan makanan.
Sekitar 80% sitagliptin diekskresi dalam bentuk utuh melalui urin. Metabolisme masih
terjadi pada 15-20% oleh CYP3A4 dan CYP2C8. Waktu paruh sitagliptin lebih kurang
12 jam. Sedangkan vildagliptin hanya sekitar 20% diekskresi dalam bentuk utuh di urin,
sisanya mengalami metabolisme.
Farmakodinamik
Penghambatan DPP-IV terlihat dapat meningkatkan sekitar dua kali lipat bentuk aktif
GIP dan GLP-1 endogen dalam sirkulasi darah. Vildagliptin akan mengikat DPP-IV,
sehingga GLP-1 tetap aktif. dan pankreas akan meningkatkan pelepasan insulin dan
menurunkan pelepasan glucagon.
GLP 1 yang menempel pada sel beta pankreas akan segera dimetabolisme oleh enzim
DPP-4 sehingga menjadi inaktif, oleh karena itu obat DPP-4 inhibitor diberikan untuk
memblok enzim DPP4. Sehingga GLP1 akan bekerja lebih lama dan insulin yang keluar
lebih banyak
2. Injeksi
A. Insulin
Efek samping
Efek samping kerja insulin yang sudah sangat dikenal adalah membantu transpor
glukosa dari darah ke dalam sel. Kekurangan insulin menyebabkan glukosa darah
tidak dapat atau terhambat masuk ke dalam sel. Akibatnya, glukosa darah akan
meningkat, dan sebaliknya sel-sel tubuh kekurangan bahan sumber energi sehingga
tidak dapat memproduksi energi sebagaimana seharusnya.
Farmakokinetik
Absorpsi insulin dipengaruhi beberapa hal. Absorpsi paling cepat terjadi pada daerah
abdomen, diikuti oleh daerah lengan, paha bagian atas, dan bokong. Bila disuntikkan
secara intramuscular dalam maka absorpsi akan terjadi lebih cepat dan masa kerja
lebih singkat. Waktu paruh insulin pada orang normal sekitar 5-6 menit, tetapi
memanjang pada penderita diabetes yang membentuk antibody terhadap insulin.
Insulin dipecah dalam usus dan oleh hati serta ginjal, diberikan melalui suntikan.
Waktu paruh adalah tiga sampai lima menit. Insulin dimetabolisme untuk
menonaktifkan rantai α dan β peptida sebagian besar oleh insulinase hati/ ginjal
(insulin glutathione transhydrogenase). Insulin dari pankreas terutama dilepaskan ke
sirkulasi portal dan lolos ke hati, di mana sampai dengan 60% terdegradasi sebelum
mencapai sirkulasi sistemik (presystemic metabolism). Ginjal juga penting dalam
metabolisme insulin dan pasien dengan gangguan ginjal yang progresif sering
diharuskan untuk mengurangi insulin. Tidak ada bukti diabetes yang pernah
dihasilkan dari peningkatan kerusakan hati dari insulin, tetapi pada sirosis hati gagal
untuk menonaktifkan insulin, sehingga predisposisi untuk hipoglikemia
Farmakodinamik
Farmakodinamik insulin reguler utamanya ditujukan untuk mengatur metabolisme
glukosa. Insulin dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan cara menstimulasi
ambilan/uptake glukosa darah di perifer dan menghambat produksi glukosa oleh
hepar. Selain daripada itu, insulin juga menghambat proses lipolisis dan proteolysis,
serta meningkatkan sintesis protein. Target organ insulin adalah pada jaringan otot
skeletal, hepar, dan jaringan adiposa.
B. Agonis GLP-1/Incretin mimetic
Efek samping
Efek samping Agonis GLP-1 dapat menurunkan berat badan. Efek samping yang
timbul pada pemberian obat ini juga dapat berupa rasa sebah dan muntah.
Farmakokinetik
Incretin mimetic yang digunakan untuk terapi adalah analog GLP-1 yang resisten
terhadap DPP-IV sehingga memiliki waktu paruh cukup panjang. Contohnya adalah
eksenatid dan liraglutid. Kedua obat ini tidak diabsorpsi disaluran cerna, sehingga
harus diberikan secara injeksi.
Farmakodinamik
Stimulasi inkretin terhadap sel beta menyebabkan respon berupa sekresi insulin
dengan jumlah yang setara dengan glukosa darah yang menstimulasi sehingga terjadi
potensiasi sekresi insulin yang diperantarai oleh glukosa, penekanan pelepasan
glucagon post prandial, penundaan pengosongan lambung dan pengurangan nafsu
makan yang diperantarai ssp.
Dapus
Brunner & Suddarth. 2002.Buku Ajar keperawatan medikal bedah, edisi 8 vol 3
. Jakarta: EGC
Dipiro,TJ., Talbert, L.,R. Yee, C.G, Matzke, R.G, Wells, G.B., & Posey, M.L.,
2008.Pharmacptherapy A Phathophysilogic Approach Seventh Edition.
The United States Of Kedokteran UI. Jakarta.
Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT Alumni
Hinnen, Deborah dkk. 2006. Incretin Mimetics and DPP-IV Inhibitor: New
Paradigms for the Treatment Of Type 2 Diabetes 612-620
Katzung, Betram G. 2010. Farmakologi Dasar & Klinik Edisi 10. EGC:Yogyakarta
Cefalu, William T., Bakris, George., Blonde, Lawrence., et al. American Diabetes
Association, Standards of Medical Care In Diabetes-2017. The Journal of Clinical
and Applied Research and Education volume 40 supplement 1, 2017; 512-513
Dipiro, Cecily V., Barbara G. Wells, Joseph T DiPiro, and Terry L. Schwinghammer.
2015.Pharmacotherapy Handbook 9th Ed .United States: McGraw-Hill Education.
Dipiro, J.T, Talbert, R.L, Yee, G.C, Matzke G.R, Wells, B.G, Posey L.M. 2009.
Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach 7 th Edition. USA: The McGraw-
Hill Companies, Inc.
Sukandar E.Y., Andarjati R., Sigit J.I., Adyana I.K., Setiadi A.A.P., Kusnandar. 2008.
ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT. ISFI.
Tandra, Hans. (2008).Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes
. PT Gramedia Pustaka Umum, Jakarta.