Anda di halaman 1dari 42

SOAL-SOAL REAKSI REDUKSI OKSIDASI DAN JAWABANNYA

REAKSI REDUKSI OKSIDASI (REDOKS)

1.      Definisikan oksidasi dan reduksi sesuai istilah berikut :


a.       Pertukaran oksigen
b.      Pertukaran hidrogen
c.       Pertukaran elektron

Jawab : 
a. oksidasi : proses penangkapan oksigen oleh suatu unsur atau persenyawaan.
Reduksi : proses pelepasan oksigen dari suatu persenyawaan
b. oksidasi : proses pelepasan hydrogen
reduksi : proses penangkapan hydrogen
c. oksidasi : proses pelepasan electron
reduksi : proses penangkapan elektron

2.       Identifikasi zat yang bertindak sebagai oksidator  berikut:


a.       Fe2O3(s)   +   3 CO(g)   →   2 Fe(s)   +   3 CO2(g)
b.      2 H2(g)   +   O2(g)   →   2 H2O(l)
c.       Zn(s)   +   Cl2(g)   →  ZnCl2(s)
Jawab : 
            a. Fe2O3 dan CO2
b. H2O
                  c. ZnCl2
3.      Tulis kembali dua persamaan setengah reaksi berikut dan berikan nama oksidasi atau reduksi.
a.       Zn(s)   +   Cu2+(aq)   →  Zn2+(aq)   +   Cu(s)
b.      Cl2(g)   +   2 I-(aq)   →   2 Cl-(aq)   +   I2(aq)
c.       Mg(s)   +   2 H+(aq)   →  Mg2+(aq)   +   H2(g)

Jawab :
a. Zn(s)   +   Cu2+(aq)   →  Zn2+(aq)   +   Cu(s)
Oksidasi : Zn → Zn2+
Reduksi : Cu2+ → Cu
b. Cl2(g)   +   2 I-(aq)   →   2 Cl-(aq)   +   I2(aq)
oksidasi : 2I- → I2
reduksi : Cl2 →2 Cl-
c. Mg(s)   +   2 H+(aq)   →   Mg2+(aq)   +   H2(g)
oksidasi : Mg →Mg2+
reduksi : 2 H+ → H2
4.      Tentukan bilangan oksidasi pada atom yang berbeda pada masing-masing berikut :
1.      Cl2, P4, SO2, H2S
2.      MnO42-, ZnO2-, HSO4-, NH4+
3.      MgCO3, KClO4, NaIO3, Na3PO4
Jawab :
a. Bilangan oksidasi Cl2 dan P4 = 0
bilangan oksidasi S dalam SO2 = +4, O dalam SO2 = -2
bilangan oksidasi S dalam  H2S = -2, H dalam H2S = +1
b. bilangan oksidasi Mn dalam MnO42- = +6, O dalam MnO42- = -2
bilangan oksidasi Zn dalam  ZnO2- = +3, O dalam ZnO2-= -2
bilangan oksidasi S dalam HSO4- = +6, H= +1, O =-2
bilangan oksidasi N dalam NH4+ = +3, H =+1
c. bilangan oksidasi Mg dalam MgCO3 = +2, C = +4, O =-2
bilangan oksidasi Cl dalam KClO4 = +7, K = +1, O = -2
bilangan oksidasi I dalam NaIO3 = +5, Na = +1, O = -2
bilangan oksidasi P dalam Na3PO4 = +5, Na = +1, O = -2

5.      Gunakan bilangan oksidasi untuk mengidentifikasi dua pasang senyawa yang terdiri dari
bromine dalam keadaan oksidasi yang sama.
            Br, BrO-, HBr, BrO-4, HBrO3, Br2, Br2O, HBrO2
            Jawab : bilangan oksidasi Br dan Br2 = 0
bilangan oksidasi BrO4- dan HBrO2 = +3
bilangan oksidasi BrO- dan Br2O = +1

6.      Tulis persamaan setengah reaksi reduksi, diasumsikan dalam keadaan asam.


1.      SO42-(aq)   ke  SO2(g)
2.      NO3-(aq)   ke   NO2(g)
3.      MnO2(s)   ke Mn2+(aq)
Jawab : a. SO42-(aq)  + 4 H+ + 2e- →  SO2(g) + 2H2O(l)
b. NO3-(aq)  + e- + 2H+  →   NO2(g + H2O(l)
c. MnO2(s)   + 2e-  + 4H+ → Mn2+(aq) + 2H2O(l)

7.      Tulis persamaan setengah reaksi oksidasi, diasumsikan dalam keadaan asam.


1.      H2S(g)   ke  S(s)
2.      SO42-(aq)   ke   S2O82-(aq)
3.      Cl2(g)   ke  ClO4-(aq)
Jawab : 
a. H2S(g) + →  S(s) + 2H++ 2e-(l)
b. 2SO42-(aq)  →   S2O82-(aq) + 2e-
c. Cl2(g)   + 4H2O (l) →  2ClO4-(aq + 8H+ + 2e-

8.      Tulis semua persamaan redoks untuk reaksi berikut dan identifikasi agen pengoksidasi dan
pereduksi.
1.      MnO4-(aq)   +   H2S(aq)   +   H+(aq)   →   Mn2+(aq)    +   S(s)   +   H2O(l)
2.      ClO-(aq)    +   SO2(g)   +   H2O(l)   →   Cl-(aq)   +   SO42-(aq)   +   H+(aq)
3.      Cu2O(s)   +    H+(aq)  →   Cu(s)   +   Cu2+(aq)   +   H2O(l)
4.      H2O2(aq)   +   H+(aq)   +   I-(aq)   →   I2(aq)   +   H2O(l)
Jawab :
a. MnO4-(aq)   +   H2S(aq)   +   H+(aq)   à   Mn2+(aq)    +   S(s)   +   H2O(l)
 oksidator : MnO4-
reduktor : H2S
 oksidasi : H2S à S + 2H+ + 2e-
reduksi : MnO4-   + 2e- + 8H+à Mn2+    + 4H2O
sehingga : MnO4-(aq)   +   H2S(aq)   +   6H+(aq)   à   Mn2+(aq)    +   S(s)   +   4H2O(l)
b. ClO-(aq)    +   SO2(g)   +   H2O(l)   à   Cl-(aq)   +   SO42-(aq)   +   H+(aq)
 oksidator : ClO-
reduktor : SO2
 oksidasi : SO2 + 2H2Oà SO42- + 4H+ + 2e-
reduksi :ClO- + 2H+ + 2e-à Cl- + H2O
sehingga : ClO-(aq)    +   SO2(g)   +   H2O(l)   à   Cl-(aq)   +   SO42-(aq)   +   2H+(aq)
c. Cu2O(s)   +    H+(aq)  à   Cu(s)   +   Cu2+(aq)   +   H2O(l)
 oksidator : Cu2O
reduktor : Cu2O
 oksidasi : Cu2O + 2H+à 2Cu2+ + H2O + 2e-
reduksi : Cu2O + 2 H+ + 2e-à2Cu + H2O
sehingga :  2Cu2O(s)   +   4 H+(aq)  à   2Cu(s)   +  2 Cu2+(aq)   +   2H2O(l)
d. H2O2(aq)   +   H+(aq)   +   I-(aq)   à   I2(aq)   +   H2O(l)
Oksidator : H2O2
Reduktor : I-
Oksidasi :  2I-   à   I2 + 2e-
Reduksi : H2O2 + 2H++ 2e-à H2O + H2O
Sehingga : H2O2(aq)   +  2 H+(aq)   +   2I-(aq)   à   I2(aq)   +  2 H2O(l)

9.      Tulis persamaan setimbang untuk reaksi berikut dan identifikasi agen pengoksidasi dan
pereduksinya.
a. Produksi logam timah dengan perlakuan awal dengan pemanasan bijih kasiterit (SnO2)
dengan arang (karbon)
b. Pengolahan air limbah terdiri dari hidrogen sulfida dengan klorin. H2S dioksidasi menjadi
belerang.
a. SnO2(s) + C(s) à Sn(s) + CO2(g)
oksidator : SnO2
reduktor : C
b. H2S + 4 Cl2 + 4 H2O  ? H2SO4 + 8 HCl
oksidator : Cl2
reduktor : H2S
10.  Tulis semua persamaan redoks berikut :
a. kalium permanganat mengoksidasi hidrogen peroksida menjadi oksigen. (Suasana asam)
b. kalium dikromat mengoksidasi belerang dioksida menjadi ion sulfat. (Suasana asam)
c. Pembentukan unsur selenium dan belerang dari H2S dengan H2SeO3.
Jawab : 
a. oksidasi :  H2O2 à O2 +2H+ + 2e-                                 x 5
reduksi : MnO4- + 8H+ + 5e-à Mn2+ + 4H2O                        x 2
————————————————————————
2MnO4- + 5H2O2 + 16 H+ à 2 Mn2+ + 8H2O + 5 O2 + 10 H+
b.  K2Cr2O7 + 3SO2 + H2SO4 à Cr2 (SO4) 3 + K2SO4 + H2O
c. H2SeO3  + 2 H2S ? SeS2 + 3 H2O

11.  Gas Klorin ditiupkan dalam larutan kalium iodida. Deskripsikan apa yang yang ingin diamati
dan seimbangkan persamaan reaksinya.

Jawab :
Klorin merupakan agen pengoksidasi kuat dari yodium, karena iodide dioksidasi oleh klorin
untuk yodium. Saat gas klorin ditiupkan ke dalam larutan kalium iodida, beberapa ion iodida
dioksidasi menjadi iodin.. Molekul-molekul iodin bergabung dengan ion iodida untuk
membentuk ion triiodida yang bewarna cokelat, I3 -.
Dengan kelebihan klorin, iodin bereaksi untuk membentuk yodium monoklorida, ICl,
berwarna merah. yodium monoklorida bereaksi lebih lanjut untuk membentuk yodium
triklorida, ICl 3, warnanya lebih jernih.
Persamaan reaksinya :
2 I - (aq) + Cl 2 (aq) → I 2 (aq) + 2 Cl - (aq)
I - ( aq ) + I 2 ( aq ) → I 3 - ( aq ) I - (aq) + I 2 (aq) →I 3 - (aq)
I 2 ( aq ) + Cl 2 ( aq ) → 2 ICl( aq ) I 2 (aq) + 2 Cl (aq) →2 ICl (aq)
ICl( aq ) + Cl 2 ( aq ) → ICl 3 ( aq ) ICl (aq) + 2 Cl (aq) → ICl 3 (aq)

12.  Larutan Kalium permanganat mengoksidasi ammonium besi (II) sulfat, (NH4)2SO4. FeSO4.
6H2O. tulis semua persamaan reaksi seimbang 

Jawab : 
FeSO4 + (NH4)2SO4 + 6H2O → (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O

13.  Peristiwa oksidasi terdapat pada perubahan . . . .


a.       S2- menjadi S
b.      Cl2 menjadi Cl-
c.       P2O5 menjadi PO43-
d.      Cu2+ menjadi Cu
e.       F menjadi F-

Jawab : a
Bilangan oksidasi S pada S2- adalah sesuai dengan muatannya yaitu -2. Dan bilangan oksidasi
S adalah 0. Jadi S yang mengalami oksidasi karena bilangan oksidasinya naik dari -2 menjadi
0.

14.  Reaksi antara natrium dan air ditunjukan dengan persamaan :


2Na + 2H2O → 2NaOH + H2
Zat yang mengalami reduksi adalah . . . .
a.       Air
b.      Natrium
c.       Natrium hidroksida
d.      Gas hidrogen
e.       Natrium dan air

Jawab : a
Bilangan oksidasi H pada H2O adalah +1 sedangkan bilangan oksidasi H pada H2 adalah 0.
Jadi air yang mengalami reduksi karena bilangan oksidasinya turun.

15.  Bilangan oksidasi dalam Al(NO3)3 = 0, berikan penjabarannya !

Jawab :
Jumlah total bilangan oksidasi atom-atom dalam senyawa netral adalah nol.
(1 x BO Al) + (3 x BO N) + (9 x BO O) = x
      (1 x +1) + (3 x +5) + (9 x -2) = x
        (+3) + (+15) + (-18) = x
   0 = x

16.  Tentukan bilangan oksidasi N dalam HNO3 !


Jawab : 
bilangan oksidasi N dalam HNO3
(1 x BO H) + (1 x BO N) + (3 x BO O) = 0
            (1 x +1) + (1 x BO N) + (3 x -2) = 0
                              (+1) + (BO N) + (-6) = 0
                                                      BO N = +5

bilangan oksidasi N dalam HNO3 adalah +5

17.  Tentukan bilangan oksidasi N dalam NH4+ !

Jawab :
bilangan oksidasi N dalam NH4+
(1 x BO N) + (4 x BO H) = +1
  BO N + (4 x +1) = +1
       BO N = -3
bilangan oksidasi N dalam NH4+ adalah -3  

BAB 2. REAKSI REDUKSI-OKSIDASI


Tujuan Instruksional Umum (TIU):
Mahasiswa mampu menjelaskan beberapa konsep-konsep dasar ilmu kimia.
(Gambar 2.1 adalah struktur 3-dimensi molekul vitamin C, salah satu contoh zat
antioksidan).

Tujuan Instruksional Khusus (TIK):


Bila diberikan satu sistem reaksi redoks maka mahasiswa akan dapat menyusun selnya
dan menulis reaksi yang terjadi baik sebagai sel galvanik maupun elektrolisis.

2.1 Pendahuluan
Manusia hidup karena reaksi oksidasi reduksi atau disingkat redoks. Glukosa dalam
tubuh dapat menghasilkan energi karena reaksi oksidasi. Oleh karena itu, kekurangan
oksigen dalam tubuh akan menyebabkan kekurangan energi yang dibutuhkan untuk
melakukan aktivitas.

Reaksi yang berhubungan dengan oksigen disebut oksidasi. Oksigen bereaksi dengan


hampir semua unsur membentuk senyawa yang disebut oksida. Contohnya, magnesium
sangat mudah bergabung dengan oksigen. Permukaan logam yang masih baru
dikenakan terhadap udara akan segera teroksidasi menghasilkan lapisan magnesium
oksida, MgO. Besi, juga dengan mudah dioksidasi diudara terbuka
menghasilkan karat yang disusun dari Fe2O3. Besi yang telah teroksidasi, atau oksida
besi, dapat juga dirusak, atau direduksi, menghasilkan logam Fe murni Proses
pembuatan logam dari oksidanya disebutreduksi.
Oksigen selain bereaksi dengan unsur dapat juga bereaksi dengan molekul. Reaksi
oksigen dengan molekul yang mengandung unsur karbon dan hidrogen, misalnya
glukosa, akan menghasilkan hasil akhir yaitu H2O dan CO2.

Selanjutnya, pengertian oksida dan reduksi menjadi lebih luas, tidak hanya reaksi
dengan oksigen. Misalnya, besi oksida, Fe2O3, adalah senyawa ionik (lihat Kimia Dasar I
tentang Struktur Molekul) yang tersusun dari ion Fe3+ dan O2-. Reaksi besi dengan
oksigen adalah,
Fe(s) + 3O2(g) → 2 Fe2O3(s)

Berdasarkan reaksi di atas, mula-mula Fe adalah atom netral tetapi kemudian


kehilangan elektron sehingga berubah menjadi ion Fe3+. Besi dapat kembali menjadi
logam besi. Proses balik ini terjadi bila ion Fe3+ memperoleh elektron.
Prosesmelepaskan dan menerima elektron masing-masing
disebut oksidasi dan reduksi. Jadi oksidasi adalah proses melepaskan elektron oleh
suatu zat, dan reduksi adalah proses menerima elektron oleh suatu zat. Reaksi yang
melibatkan oksidasi dan reduksi disebut reaksi oksidasi-reduksi, atau disingkat reaksi
redoks.

Perhatikan reaksi pembentukan MgO,


Mg(s) + O2(g) → 2MgO(s)

Produk MgO adalah senyawa ionik yang mengandung Mg2+ dan O2- yang terbentuk
melalui pemindahan elektron dari Mg kepada oksigen. Magnesium melepaskan elektron
melalui proses,
Mg → Mg2+ + 2e (oksidasi)
Perubahan Mg menjadi Mg2+ disebut oksidasi karena magnesium melepaskan elektron.
Oksigen menerima elektron melalui reaksi,
O2 + 4e → 2O2- (reduksi)
Perubahan O2 menjadi O2- adalah reduksi karena oksigen memperoleh elektron. Oleh
karena itu, pada reaksi Mg(s) + O2(g), magnesium dioksidasi dan oksigen direduksi.
Pada setiap reaksi redoks, oksidasi dan reduksi terjadi secara bersamaan (simultan).
Tidak pernah terjadi zat melepaskan elektron tanpa ada zat lain yang menerimanya. Hal
ini disebabkan karena elektron tidak pernah ditemukan sebagai pereaksi atau produk
dalam setiap perubahan kimia atau reaksi kimia. Dari sini juga dapat disimpulkan bahwa
jumlah total elektron yang diperoleh sama dengan jumlah total elektron yang
dilepaskan. Jadi, pada reaksi Mg(s) + O2(g), 2 atom Mg bereaksi dengan 1 molekul O2,
karena 2 atom Mg membebaskan 4e dan 1 molekul O2 menerima 4e.

Pada reaksi redoks terdapat 2 istilah yaitu zat pengoksidasi (oksidator) dan zat


pereduksi (reduktor). Zat pengoksidasi adalah zat yang menerima elektron dari zat
yang dioksidasi. Zat pengoksidasi adalah zat yang mengalami reduksi. Jadi zat
pengoksidasi adalah zat yang menyebabkan terjadinya oksidasi. Pada reaksi
pembentukan MgO, O2 mengambil elektron dari Mg dan menyebabkan Mg teroksidasi.
Jadi O2 adalah zat pengoksidasi. Pada reaksi Mg(s) + O2(g), zat pengoksidasi (O2)
menjadi tereduksi. Zat pereduksi adalah zat yang memberikan elektron pada zat yang
direduksi. Zat pereduksi adalah zat yang mengalami oksidasi. Jadi zat pereduksi adalah
zat yang menyebabkan terjadinya reduksi. Pada reaksi pembentukan MgO, Mg
memberikan elektron pada O2 yang menyebabkan O2 tereduksi. Jadi Mg adalah zat
pereduksi. Pada reaksi Mg(s) + O2(g), zat pereduksi (Mg) menjadi teroksidasi.
2.2 Bilangan Oksidasi

Pada reaksi O2 dengan masing-masing Mg dan S berikut,


Mg(s) + O2(g) → MgO(s)
S(s) + O2(g) → SO2(s)
terdapat paling tidak satu kesamaan, yaitu kedua reaksi menghasilkan oksida.
Perbedaannya adalah bahwa hasil reaksi MgO adalah oksida ionik tetapi SO2 adalah
molekular yang tidak mengandung ion-ion. Namun demikian, kita harus mampu
menjelaskan kedua reaksi dalam satu cara yaitu dengan membuktikan pernyataan
bahwa oksigen mengoksidasi Mg dan S. Dengan kata lain, kita harus menjelaskan kedua
reaksi sebagai reaksi redoks. Hal ini dapat dilakukan dEngan konsep bilangan
oksidasi. Bila menerapkan konsep bilangan oksida maka harus ditentukan terlebih
dahulu bilangan oksida unsur. Untuk menentukan bilangan ini harus mangikuti aturan
berikut.

Aturan-aturan menentukan bilangan Oksidasi:


1. Bilangan Oksidasi setiap unsur dalam bentuk unsurnya adalah nol tanpa
memperhatikan kekompleksan molekul yang terjadi. Jadi atom-atom di dalam Ne, F2, P4
dan S8 semua mempunyai bilangan Oksidasi nol.
2. Bilangan oksidasi ion monoatomik (ion yang tersusun hanya dari satu atom) sama
dengan muatannya. Jadi Na+, Al3+ dan S2- masing-masing mempunyai bilangan
oksidasi +1, +3, dan -2.
3. Jumlah semua bilangan oksidasi dari semua atom-atom dalam Suatu senyawa adalah
nol. Untuk ion poliatomik, jumlah bilangan oksidasi harus sama dengan
muatannya. Tambahan pada aturan ini adalah bahwa pada suatu senyawa:
4. Bilangan oksidasi F adalah -1.
5. Bilangan oksidasi H adalah +1.
6. Bilangan oksidasi O adalah -2.

Bila menentukan bilangan oksidasi, seringkali terjadi pertentangan antara aturan yang
satu dengan yang lain. Bila hal ini terjadi maka prioritas adalah dari aturan tertinggi
hingga aturan terendah.

Di dalam menentukan bilangan oksidasi atom-atom dalam berbagai senyawa, selain


menggunakan aturan-aturan diatas dapat juga menggunakan teori-teori tentang
pembentukan ion-ion dari logam dan non-logam.

Pada reaksi redoks terjadi perubahan bilangan oksidasi atau keadaan-oksidasi pada dua
atau lebih unsur. Contohnya reaksi antara Mg dan oksigen,
Mg(s) + O2(g) → MgO(s)
bilangan oksidasi: 0 0 +2 -2
dengan bilangan oksidasi tertulis dibawah simbol unsur-unsurnya. Bilangan oksidasi Mg
berubah dari 0 menjadi +2 dan bilangan oksidasi O berubah dari 0 menjadi -2. Jadi,
pada oksidasi Mg disertai dengan kenaikan bilangan oksidasi (dari 0 menjadi +2) dan
pada reduksi O2 disertai dengan penurunan bilangan oksidasi (dari 0 menjadi -2).
Contoh ini menghasilkan cara pendefinisian reaksi oksidasi dan reduksi lain yang lebih
umum.

Jadi oksidasi adalah proses peningkatan bilangan oksidasi dan reduksi adalah proses
penurunan bilangan oksidasi. Cara pendefinisian ini lebih disukai. Agar tetap konsisten
dengan definisi sebelumnya, maka zat pengoksidasi adalah zat yang direduksi dan zat
pereduksi adalah zat yang dioksidasi.

Dengan definisi baru ini maka reaksi antara S dan O2 adalah reaksi redoks. Persamaan
reaksinya adalah,
S(s) + O2(g) → SO2(s)
bilangan oksidasi: 0 0 +4 -2
dengan bilangan oksidasi S naik dari 0 menjadi +4 dan bilangan oksidasi O turun dari 0
menjadi -2. Jadi S mengalami oksidasi dan O2 mengalami reduksi. Dalam pengertian
lain bahwa O2 adalah zat pengoksidasi dan S adalah zat pereduksi.

Contoh 1:
Tentukan bilangan oksidasi atom-atom dalam senyawa berikut: (a) FeCl3, (b) KNO3, (c)
H2O2, (d) Cr2O72-, (e) ClO3, (f) Na2S4O6, dan (g) Fe2(SO4)3.
Penyelesaian:
1. Senyawa yang terbentuk dari logam dan non logam adalah senyawa ionik. Klorida
dapat mambentuk ion Cl- sehingga bilangan oksidamya adalah -1. (Catatan: karena
bilangan oksidasi tidak sama dengan muatan sebenarnya, khususnya untuk senyawa
molekular, maka keduanya harus dibedakan. Bila bilangan ditulis mendahului tanda
muatan maka disebut muatan, dan bila tanda muatan ditulis mendahului
bilangan disebut bilangan oksidasi. Jadi bilangan oksidasi C1- = -1 dan muatan C1-
= 1-). Bilangan oksidasi Fe dapat ditentukan dengan aturan 3.
Cl 3. (-1) = -3
Fe 1.( x) = x
Jumlah = O, maka x = +3. Jadi bilangan oksidasi Fe adalah +3.

2. K (golongan IA) membentuk ion dengan muatan 1+, K+. Jadi bilangan oksidasinya
adalah +1 (aturan 2). Bilangan oksidasi oksigen adalah -2 (aturan 6). Bilangan
oksidasi N ditentukan dengan aturan 3.
K 1.(+1) = +1 (aturan 2)
O 3 (-2) = -6 (aturan 6)
N 1.( x) = x
Jumlah = 0, maka x = +5. Jadi bilangan oksidasi N adalah +5.

3. H2O2 adalah senyawa non-logam atau molekular. Karena tidak ada ion-ion maka
aturan 2 tidak dapat digunakan. Aturan 5 dan aturan 6 dapat digunakan,
tetapi terdapat pertentangan. Jika bilangan oksidasi H adalah +1, sesuai aturan 5,
maka O harus -1 agar jumlah bilangan oksidasi nol. Tetapi jika O adalah -2, sesuai
aturan 6, maka H harus +2 agar jumlah bilangan oksidasi nol. Tetapi bila terjadi
pertentangan maka digunakan aturan yang lebih tinggi. Karena aturan lebih tinggi
adalah aturan 5, maka bilangan oksidasi H = +1 dan O = -1. ‘

4. Untuk ion Cr2O72-, jumlah bilangan oksidasi sama dengan muatannya. Jadi,
Cr 2.( x) = 2x
O 7. (-2) = -14 (aturan 6)
Jumlah = -2 (aturan 3), maka x = +6. Jadi pada ion Cr2O72-, bilangan oksidasi Cr
adalah +6. Tetapi perlu diingat bahwa atom-atom dalam ion poliatomik terikat dangan
gaya tarik yang sama seperti atom-atom dalam molekul. Jadi sebenarnya tidak ada
ion Cr6+ di dalam ion Cr2O72-. Jadi, karena molekular, maka bilangan oksidasi Cr
dan O bukan muatan sebenarnya.
5. Ion ClO3- terbentuk dari 2 unsur non-logam. Ini berarti bahwa ion terikat dengan
gaya tarik yang sama seperti dalam molekul. Ini berarti tidak ada ion Cl- di dalam ion
ClO3- sehingga aturan 2 tidak dapat digunakan. Dengan aturan 6, bilangan oksidasi
oksigen adalah -2. Sehingga bilangan oksidasi Cl dapat ditentukan.
Cl l.(x) = x
O 3.(-2) = -6 (aturan-6)
Jumlah = -1 (aturan -3), maka x = +5. Jadi bilangan oksidasi Cl adalah +5. Bila
bersenyawa dengan logam, seperti pada NaCl dan FeCl3, maka klorida adalah sebagai
Cl- sehingga bilangan oksidasinya adalah -1. Jadi dapat terjadi bilangan oksidasi Cl
selain -1 yang terjadi bila Cl bersenyawa dengan non-logam. Hal yang sama berlaku
untuk senyawa yang mengandung non-logam selain Cl.

6. Na adalah logam alkali, jadi Na+, sehingga bilangan oksidasinya adalah +1. Sesuai
aturan 6, bilangan oksidasi oksigen adalah -2.
Na 2.(+1) = + 2 (aturan 2)
S 4.( x) = 4x
O 6.(-2) = -12 (aturan 6)
Jumlah = 0, maka x = +5/2. Bilangan oksidasi S adalah +5/2.
Bilangan oksidasi tidak boleh semua bilangan (meskipun bilangan oksidasi itu
ada).

7. Fe2(SO4)3 adalah senyawa ionik yang tersusun dari ion Fe3+ dan SO42-. Jadi
bilangan oksidasi Fe3+ adalah +3. Bilangan oksidasi oksigen adalah -2, sesuai aturan-6.
Jadi,
Fe 2(+3) = + 6 (aturan-2)
S 3.( x) = 3x
O 12.(-2) = -24 (aturan -6)
Jumlah = 0, maka x = + 6. Jadi bilangan oksidasi S adalah +6.

2.3 Reaksi Redoks Dalam Larutan

Jenis reaksi antara ion-ion di dalam larutan tidak hanya reaksi metatesis. Reaksi
metatesis atau reaksi pergantian adalah reaksi yang melibatkan dua senyawa dalam
larutan dengan mempertukarkan kation diantara dua anion. contohnya reaksi,
AgNO3(aq) + NaCl(aq) → AgCl(s) + NaNO3(aq)
Reaksi redoks juga banyak melibatkan pereaksi ionik, produk ionik, atau pereaksi dan
produk ionik. Reaksi redoks sering lebih kompleks dari reaksi metatesis sehingga sukar
menyetimbangkan persamaan reaksinya. Namun demikian, ada metoda
menyetimbangkan reaksi redoks. Zat-zat yang dapat melakukan reaksi redoks meliputi
zat-zat yang digunakan di laboratorium dan yang sudah digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Salah satu contoh yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalan
cairan pengelantang seperti clorox, yaitu larutan encer NaOCl. Ion OCl¬- adalah zat
pengoksidasi kuat yang mampu mengoksidasi senyawa-senyawa berwarna menjadi
tidak berwarna.

Ion OCl- (hipoklorit) juga digunakan sebagai “active ingredient” dalam beberapa
produk yang digunakan untuk mencegahpertumbuhan lumut, dan active ingredient
pada bahan kimia yang ditambahkan ke dalam kolam renang untuk mengklorinasi air.
Ion OCl- membunuh jamur dan mikroorganisme lain dengan cara mengoksidasinya.
Disamping untukmembunuh bakteri, reaksi redoks juga digunakan untuk
menghasilkan elektrisitas berupa baterai (dibahas di bab III).
Salah satu metoda yang dapat digunakan untuk menyetimbangkan reaksi redoks
adalan metoda ion-elektron. Dengan metoda ini persamaan reaksi dipecah menjadi
dua bagian, yang disebut ½-reaksi. Masing-masing ½-reaksi disetimbangkan dan
kemudian dijumlahkan untuk memberikan persamaan ion total yang telah setimbang.
Salah satu contoh adalah reaksi antara larutan SnCl2 dan HgCl2 menghasilkan Hg2Cl2
dan Sn4+.

Langkah-langkah penyetimbangan adalah sebagai berikut


1. Tuliskan semua zat yang terlibat dalam reaksi.
Sn2+ + Hg2+ + C1- → Sn4+ + Hg2C12

2. Membagi persamaan reaksi menjadi dua ½-reaksi. Untuk membagi reaksi maka
dimulai dengan melihat produk yang mangalami perubahan dari pereaksi.
Sn2+ → Sn4+
Hg2+ + Cl- → Hg2Cl2

3. Menyetimbangkan ½-reaksi dengan aturan-aturan:


• Menyamakan jumlah atom disebelah kiri dan kanan reaksi.
• Menyamakan muatan total disebelah kiri dan kanan reaksi.
Jadi diperoleh,
Sn2+ → Sn4+ + 2e
2e + 2Hg2+ + 2Cl- → Hg2Cl2

4. Menjumlahkan kedua ½-reaksi.


Untuk menjumlahkan ½-reaksi maka dipakai prinsip reaksi redoks yaitu jumlah elektron
yang diterima harus sama dengan jumlah elektron yang dibebaskan. Bila ini telah
dipenuhi maka baru dapat dijumlahkan. Jadi diperoleh,
2e + Sn2+ + 2Hg2+ + 2C1- → Sn4+ + Hg2C12 + 2e
Bila terdapat spesi yang sama di sebelah kiri dan kanan reaksi maka harus dihilangkan.
Jadi dari persamaan ini elektron harus dihilangkan, sehingga diperoleh,
Sn2+ + 2Hg2 + 2Cl- → Sn+ + Hg2Cl2

Contoh 2:
Pada reaksi berikut, zat mana yang tereduksi dan teroksidasi, dan mana zat
pengoksidasi dan zat pereduksi?
14HC1 + K2Cr2O7 → 2KC1 + 2CrC13 + 3C12 + 7H2O.
Penyelesaian:
Bilangan oksidasi tiap-tiap unsur adalah,
14HC1 + K2Cr2O7 → 2KC1 + 2CrC13 + 3C12 + 7H2O
+1 -1 +1 +6 -2 +1 -1 +3 -1 0 +1 -2
Dapat terlihat bahwa zat yang teroksidasi adalah HC1 dan zat yang tereduksi adalah
K2Cr2O7. Atau zat pengoksidasi adalah K2Cr2O7 dan zat pereduksi adalah HC1.

2.4 Reaksi Redoks dalam Larutan Asam

Beberapa reaksi redoks dalam larutan membutuhkan atau menghasilkan H+ atau OH .


Reaksi ini biasanya juga melibatkan H2O sebagai pereaksi atau produk. Pada beberapa
reaksi, H+ atau OH- tidak hanya sebagai pereaksi atau produk tetapi juga dapat
mempengaruhi produk reaksi. Contohnya, Jika ion MnO4 digunakan sebagai zat
pengoksidasi dalam larutan suasana asam maka produk reduksi adalah Mn2+. Tetapi
jika larutan adalah suasana basa maka produk reduksinya adalah MnO2. Contoh berikut
adalah reaksi redoks antara HCl dan KMnO4 dalam suasana asam menghasilkan Cl2 dan
Mn2+,
Cl¬- + MnO4 → Cl2 + Mn2+

Tahap-tahap menyetimbangkan reaksi diatas dengan metoda ion-elektron dalam larutan


suasana asam adalah sebagai barikut:
1. Membagi persamaan reaksi menjadi ½-reaksi.
Cl- → Cl2
MnO4- → Mn2+

2. Menyetimbangkan atom-atom selain H dan O.


2Cl- → Cl2
MnO4- → Mn2+

3. Menyetimbangkan oksigen dengan menambahkan H2O.


2Cl- → Cl2
MnO4-→ Mn2+ + 4H2O

4. Menyetimbangkan hidrogen dengan penambahan H+.


2CI- → Cl2
8H+ + MnO4- •— > Mn2+ + 4H2O

5. Menyetimbangkan muatan dengan penambahan elektron.


2Cl- → Cl2 + 2e
5e + 8H+ + MnO4 → Mn2+ + 4H2O

6. Membuat jumlah elektron yang diterima sama dengan jumlah elektron yang
dibebaskan.
(2Cl- → C12 + 2e) x5
(5e + 8H+ + MnO4 → Mn2+ + 4H2O) x2

7. Menjumlahkan kedua ½-reaksi.


10Cl- + 16H+ + 2MnO4- → 5Cl2 + 2Mn2+ + 8H2O

8. Menghilangkan zat yang sama di sebalah kiri dan kanan reaksi.


10Cl- + l6H+ + 2MnO4- → 5Cl2 + 2Mn2+ + 8H2O

Contoh 3:
Setimbangkan persamaan reaksi berikut dangan metoda ion-e1ektron dalam suasana
asam.
Cr2O72- + H2S → Cr3+ + S (asam).
Penyelesaian:
Tahap 1: Cr2O72- → Cr3+
H2S → S
Tahap 2: Cr2O72- → 2Cr3+
H2S → S
Tahap 3: Cl207 → 2Cr3+ + 7H2O
H2S → S
Tahap 4: 14H+ + Cr2O72- → 2Cr3+ + 7H2O
H2S → S + 2H+
Tahap 5: 6e + 14H+ + Cr2O72- → 2Cr3+ + 7H2O
H2S → S + 2H+ + 2e
Tahap 6,7: 14H+ + Cr2O72- + 3H2S → 2Cr3+ + 7H2O + 3S + 6H+
Tahap 8: 8H+ + Cr2O72- + 3H2S → Cr3+ + 3S + 7H2O

2.5 Reaksi Redoks dalam Larutan Basa

Pada reaksi yang terjadi dalam suasana asam maka untuk menyetimbangkan reaksi
digunakan H2O dan H+. Pada suasana basa digunakan H2O dan OH-. Selain cara ini,
cara paling sederhana adalah dengan menghilangkan H+ pada persamaan reaksi
setimbang dalam suasana asam dengan penambahan OH . Contohnya,
menyetimbangkan ½-reaksi yang terjadi dalam suasana basa,
Pb → PbO
Hasil penyetimbangan dalam suasana asam adalah,
H2O + Pb → PbO + 2H+ + 2e
Untuk mengkonversi ke suasana basa maka dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Mengeliminasi H+ dengan penambahan 0H-.
H2O + Pb +2OH- → PbO+ 2H+ + 2OH- +2e
2. Menggabungkan H+ dengan OH- membentuk H2O.
H2O + Pb + 2OH- → PbO + 2H2O +2e
3. Menghilangkan H2O dari kedua sisi persamaan reaksi.
Pb + 2OH- → PbO + H2O + 2e

Contoh 4:
Setimbangkan reaksi berikut dalam suasana basa.
Pb(OH)3- + OCl- → PbO2 + Cl- (basa).
Penyelesaian:
Tahap l: Pb(OH)3- → PbO2
OCl- → C1-
Tahap 2: Pb(OH)3- → PbO2 + H2O + H+
2H+ + OCl- → Cl- + H20
Tahap 3: Pb(OH)3- → PbO2 + H2O + H+ + 2e
2e + 2H+ + OCl- → Cl- + H2O
Tahap 4: 2H+ + OCl- + Pb(OH)3- → Cl- + 2H2O + PbO2 + H+
Tahap 5: Penambahan OH pada kedua sisi reaksi.
H+ + OH- + OCl- + Pb(OH)3- → Cl- +2H2O+PbO2+OH-
Tahap 6: H2O + OCl- +Pb(OH)3- → Cl- +2H2O+PbO2+OH-
Tahap 7: OCl- + Pb(OH)3- → Cl- + H2O + PbO2 + OH-

2.6 Beberapa Zat Pengoksidasi dan Pereduksi

Di laboratorium, sering diperlukan zat untuk mengoksidasi atau mereduksi bahan kimia
yang digunakan pada percobaan. Untuk tujuan ini terdapat bebarapa zat pengoksidasi
dan pereduksi yang dapat digunakan, tetapi perlu dipilih yang paling mudah digunakan.
Contohnya, klorin, Cl2, adalah zat pengoksidasi yang sangat kuat tetapi tidak dapat
digunakan di laboratorium terbuka karena sifat gasnya membuatnya bersifat racun. Jadi
bila manggunakan Cl2 diperlukan perhatian khusus pada sifat gasnya. Oleh karena
pekerjaan ini tidak mudah, maka dihindari penggunaan gas Cl2.

Terdapat 3 zat pengoksidasi yang biasa digunakan di laboratorium, yaitu:


1. Ion permanganat, MnO4-.
2. Ion kromat, CrO42-.
3. Ion bikromat, Cr2O72-.
Ketiga jenis pengoksidasi ion ini paling banyak digunakan karena penanganannya yang
mudah. Garam ketiga ion ini harus ditangani atau disimpan dengan hati-hati karena sifat
mengoksidasinya. Selain itu, ketiga ion- ini adalah pengoksidasi yang sangat efektif
menghasilkan oksigen sehingga jangan dibiarkan melakukan kontak dengan bahan-
bahan Organik karena sangat potensial menghasilkan api.

• Ion permanganat, MnO4-.


Di dalam larutan warnanya adalah ungu. Umumnya ion permanganat terdapat sebagai
garam kalium, KMnO4, yang berwarna hitam keunguan. Pada larutan asam kuat
mengalami reduksi dengan reaksi,
8H+(aq) + MnO4-(aq) + 5e → Mn2+(aq) + 4H2O
Pada reaksi ini terjadi perubahan warna yang drastis. Pada larutan netral atau sedikit
basa terjadi reaksi,
2H2O + MnO4-(aq) + 3e → MnO2(s) + 4OH-(aq)

• Ion kromat, CrO42-, dan bikromat, Cr2O72-.


Di laboratorium, biasanya ditemukan sebagai garam kalium dan natrium. Pada suasana
asam, larutan ion kromat yang berwarna kuning berubah menjadi bikromat yang
berwarna merah jingga. Reaksinya adalah,
2CrO42-(aq) + 2H+(aq) → Cr2O72-(aq) + H2O
Pada larutan yang mengandung ion bikromat, dalam suasana basa, terjadi reaksi
sebaliknya, yaitu:
Cr2O72-(aq) + 2OH-(aq) → 2CrO42-(aq) + H2O
Pada suasana apapun, baik asam atau basa, bila ion bikromat bekerja sebagai zat
pengoksidasi maka akan berubah menjadi krom dengan bilangan oksidasi +3. Tetapi
rumus kimia senyawa krom yang terjadi tergantung pada suasana larutan. Pada larutan
asam terjadi reaksi,
6e + 14H+(aq) + Cr2O72-(aq) → 2Cr3+(aq) + 7H2O
Pada larutan sedikit basa terjadi reaksi,
3e + 2H2O + CrO42-(aq) → Cr(OH)3(s) + 5OH-(aq)
Pada larutan sangat basa terjadi reaksi,
3e + 2H2O + CrO42-(aq) → CrO2¬-(aq) + 4OH-(aq)

Zat pereduksi yang dapat digunakan di laboratorium adalah:


1. Logam, misalnya Mg atau Zn.
2. Ion sulfit dan bisulfit, SO32- dan HSO3-.
3. Ion tiosulfat, S2O32-
Dari ketiga pereduksi ini yang paling banyak digunakan sebagai pereduksi adalah (2)
dan (3). Kekurangan logam bila digunakan sebagai pereduksi adalah bahwa karena
reaksi terjadi pada permukaan maka reaksinya sukar dikontrol, Bila reaksi redoks
dilakukan dalam larutan maka digunakan zat pereduksi yang larut dalam air. Jadi, dari
ketiga zat pereduksi di atas yang dapat digunakan adalah (2) dan (3).

Anion sulfit dan bisulfit diperoleh dari netralisasi (sempurna atau sebagian) asam sulfit,
H2SO3. Jika larutan adalah basa maka ion bisulfit berubah menjadi ion sulfit sehingga
pereaksinya adalah ion sulfit. Atau sebaliknya, jika larutan adalah asam maka pereaksi
adalah ion bisulfit atau bahkan H2SO3. Reaksi oksidasi ion bisulfit dalam suasana asam
adalah,
HSO3-(aq) + H2O → SO42-(aq) + 3H+(aq) + 2e
Oksidasi SO32- dalam suasana basa terjadi lebih mudah,
SO32-(aq) + 2OH-(aq) → SO42-(aq) + H2O + 2e

Soal-Soal
1. Sebutkan 2 definisi terbaru dari oksidasi dan reduksi. Definisi mana yang lebih
disukai?

2. Je1askan perbedaan antara bilangan oksidasi dan muatan sebenarnya.

3. Je1askan kenapa reaksi antara kalsium dan oksigen adalah reaksi redoks.

4. Apa yang terjadi pada zat pengoksidasi pada reaksi redoks.

5. Sebutkan bilangan oksidasi untuk setiap atom dalam molekul berikut:


(a) KC1O2 (d) O2F2 (g) O3 (j) CBr4
(b) BaMnO4 (e) IF5 (h) Hg2C12 (k) OCl-
(c) Fe2O4 (f) HOC1 (i) OF2 (l) N2O4

6. Untuk setiap reaksi berikut, tunjukkan:


(1) Zat yang teroksidasi (3) zat pengoksidasi
(2) Zat yang tereduksi (4) Zat pereduksi
Reaksi-reaksinya adalah ;
(a) 2HNO3 + 3H3AsO3 → 2NO + 3H3AsO4 + H2O
(b) NaIO3 + 5NaI + 6HC1 → 6NaC1 + 3I2 + 3H2O

7. Setimbangkan persamaan reaksi berikut dengan metoda ion-e1ektron. Semua reaksi


terjadi dalam suasana asam.
(a) Cu + NO3- → Cu2+ + NO
(b) Zn + NO3- → Zn2+ + NH4+
(c) Ag+ + AsH3 →H3AsO4 + Ag
(d) IO3- + HSO3- → I- + SO42-
(e) PH3 + I2 → H3PO2 + I-

8. Setimbangkan persamaan reaksi berikut dengan metoda ion-elektron. Semua reaksi


terjadi dalam suasana basa.
(a) CN- + AsO43- → AsO2- + CNO-
(b) CrO2- + HO2- → CrO42- + OH-
(c) Zn + NO3- → Zn(OH)42- + NH3
(d) N2H4 + Mn(OH)3 → Mn(OH)2 + NH2OH

9. Klorin, C12, adalah zat pengoksidasi kuat, tetapi jarang digunakan di 1aboratorium.
Kenapa?

10. Tuliskan persamaan reaksi ionik setimbang untuk reaksi antara natrium sulfit dan
natrium kromat dalam suasana asam.

11. Tuliskan persamaan reaksi ionik setimbang untuk reaksi Na2SO3 dan KMnO4 dalam
suasana asam.

Tata Nama Senyawa & Persamaan Reaksi


A. RUMUS KIMIA
         Rumus kimia menyatakan jenis dan jumlah atom dengan komposisi
tertentu dari suatu zat. Rumus kimia terdiri dari lambang unsur dan
nomor indeks.

Contoh :

Rumus kimia dibedakan menjadi :

1.      Lambang Unsur

Rumus kimia unsur dinyatakan dengan lambang unsur. Contoh : Karbon =


C, Hidrogen = H, Oksigen = O, dll.

2.      Rumus Kimia Senyawa, terdiri dari :

a.         Rumus Molekul

Molekul adalah partikel penyusun senyawa. Rumus molekul merupakan


rumus yang menyatakan jenis dan jumlah atom yang membentuk suatu
molekul senyawa tersebut.

Rumus molekul terdiri dari :

 Rumus Molekul Unsur, menyatakan gabungan atom-atom yang sama


yang membentuk molekul. Contoh : O2, O3, H2, P4, S8.
   Rumus Molekul Senyawa, menyatakan gabungan dari beberapa atom
yang berbeda. Contoh : CO2, H2O, NH3, HCl, dll.
b.         Rumus Empiris

Rumus empiris menyatakan perbandingan paling sederhana dari jumlah


atom penyusun suatu molekul.

Nama Senyawa Rumus Molekul Rumus Empiris


Air
H2O H2O
Asam Cuka
CH3COOH CH2O
Glukosa
C6H12O6 CH2O
B.  TATA NAMA SENYAWA

I. TATA NAMA SENYAWA ANORGANIK

1.      Tata Nama Senyawa Biner

Senyawa biner adalah senyawa yang tersusun atas dua jenis atom.
Berdasarkan jenis ikatannya, senyawa biner dapat dikelompokkan
menjadi :

a.     Senyawa Biner Ionik, terdiri atas suatu kation (ion logam) dan


suatu anion (ion non logam).

Nama kation logam + ( anion non logam +  -ida / -ide )

Contoh : NaCl  ( Natrium klorida / Sodium chloride )

PbCl2    ( Timbal[II] klorida / Lead[II] chloride )


PbCl4   ( Timbal[IV] klorida / Lead[IV] chloride )
Untuk kation logam yang memiliki muatan lebih dari satu, muatannya
ditulis dengan angka romawi dalam tanda kurung.

                 Daftar nama beberapa ion, baik kation maupun anion :

Kation Logam Anion Non Logam

Kation Nama Anion Nama

Litium Hidrida / Hidride


Li+ H-
Natrium / Sodium Nitrida / Nitride
Na+ N3-
Kalium / Potassium Oksida / Oxide
K+ O2-
Magnesium Fosfida / Phosphide
Mg2+ P3-
Kalsium Sulfida / Sulfide
Ca2+ S2-
Barium Selenida / Selenide
Ba2+ Se2-
Aluminium Fluorida / Fluoride
Al3+ F-
Seng / Zinc Klorida / Chloride
Zn2+ Cl-
Perak / Silver Bromida / Bromide
Ag+ Br-
Nikel Iodida / Iodide
Ni2+ I-
Timah (II) / Tin (II) Silikida / Silicide
Sn2+ Si4-
Timah (IV) / Tin (IV) Aresenida / Arsenide
Sn4+ As3-
Timbel (II) / Lead (II) Tellurida / Telluride
Pb2+ Te2-
Timbel (IV) / Lead (IV)
Pb4+
Besi (II) / Iron (II)
Fe2+
Besi (III) / Iron (III)
Fe3+
Tembaga (I) / Copper (I)
Cu+
Tembaga (II) / Copper (II)
Cu2+
Raksa (I) / Mercury (I)
Hg+
Raksa (II) / Mercury (II)
Hg2+
Platina (II) / Platinum (II)
Pt2+
Platina (IV) / Platinum (IV)
Pt4+
Emas ( I) / Gold (I)
Au+
Emas ( III) / Gold (III)
Au3+
b.      Senyawa Biner Kovalen

Aturan penamaan senyawa kovalen adalah sebagai berikut :

 Penulisan unsur pertama pada senyawa kovalen mengikuti urutan


berikut :
B – Si – C – Sb – As – P – N – H – S – I – Br – Cl – O – F

Contoh : Air,  H2O bukan OH2 ,   Amonia, NH3 bukan H3N


( Nama Yunani jumlah atom unsur ke-1 ) ( nama unsur ke-1 ) +
( nama Yunani jumlah unsur ke-2 ) ( nama unsur

ke-2 + ida/ide ).

 Nama jumlah atom dalam bahasa Yunani :


1 = mono,  2 = di,  3 = tri,  4 = tetra,  5 = penta,  6 = heksa,  7 = hepta, 
8 = okta,  9 = nona ,  10 = deka.

Ket :  Jika jumlah atom unsur ke-1 hanya 1, tidak perlu ditambahkan
awalan mono.
Contoh : NO2  ( Nitrogen Dioksida / Nitrogen Dioxide )
                  P2O5  ( Difosfor pentaoksida / Diphosphor pentaoxide)
2.      Tata Nama Senyawa Poliatomik

Senyawa poliatom dibentuk oleh dua atom atau lebih yang berbeda.

Nama kation  + Nama anion

 Daftar ion poliatomik :

Ion Poliatomik Nama Ion Poliatomik

Amonium
NH4+
Hidroksida/Hidroxide
OH-
Karbonat/Carbonate
CO32-
Asetat/Acetate
CH3COO-
CN-
OCN- Sianida/CyanideSianat/CyanateTiosianat/Thiocyanate
SCN-
Oksalat/Oxalate
C2O42-
BrO-
BrO3- Hipobromit/HypobromiteBromat/BromatePerbromat/Perbromate
BrO4-
IO- Hipoiodit/HypoioditeIodat/IodatePeriodat/Periodate
IO3-
IO4-
SO32- Sulfit/SulfiteSulfat/Sulfate
SO42-
Tiosulfat/Thiosulfate
S2O32-
SbO33- Antimonit/AntimoniteAntimonat/Antimonate
SbO43-
Silikat/Silicate
SiO32-
NO2- Nitrit/NitriteNitrat/Nitrate
N03-
ClO-
ClO2-
ClO3- Hipoklorit/HypocloriteKlorit/CloriteKlorat/CloratePerklorat/Perclorate
ClO4-
MnO42- Manganat/ManganatePermanganat/Permanganate
MnO4-
AsO33- Arsenit/ArseniteArsenat/Arsenate
AsO43-
CrO42- Kromat/chromateDikromat/dichromate
Cr2O72-
PO33- Fosfit/PhosphiteFosfat/Phosphate
PO43-
Contoh :

MgSO4    :  Magnesium sulfat   (Senyawa dengan kation logam dan anion


poliatomik)
NH4Cl     :  Amonium klorida  (Senyawa dengan kation poliatomik dan
anion nonlogam)
NH4NO3  :  Amonium nitrat  (Senyawa dengan kation poliatomik dan anion
poliatomik)
3.      Tata Nama Senyawa Terner

Senyawa terner sederhana meliputi asam, basa, dan garam. Reaksi asam
dengan basa menghasilkan garam.

a.      Tata Nama Senyawa Asam

Asam adalah senyawa yang melepaskan ion H+ dalam air. Senyawa asam
terdiri atas :
 Molekul Biner ( atom hidrogen dengan atom non logam)
Asam  + (Nama atom non logam + ida )

(Hydro)Nama atom non logam(+ic)  + acid

Contoh : HF ( Asam Fluorida / Hydrofluoric acid )

 Molekul Poliatomik ( atom hydrogen dengan anion poliatomik )


Asam  +  Nama anion poliatomik

Nama anion poliatomik* + acid


*jika ion poliatomik mengandung atom O, ganti akhiran –ate dengan -ic dan
akhiran –ite diganti dengan –ous

Contoh :   H3PO4 (Asam fosfat / Phosphoric acid)


H3PO3 ( Asam fosfit / Phosphorous acid)
b.      Tata Nama Senyawa Basa

Kation logam  +  hidroksida

Basa adalah zat yang dalam air menghasilkan ion OH- .


Kation logam  +  hydroxide

Contoh :  KOH ( Kalium hidroksida / Potassium hydroxide)

Mg(OH)2 ( Magnesium hidroksida / Magnesium hydroxide)


4.      Tata Nama Senyawa Hidrat

Nama senyawa  +  nama yunani jumlah hidrat

Senyawa hidrat adalah senyawa yang mengandung air kristal ( H2O ).


Contoh : CuSO4      .      5H2O

II. TATA NAMA SENYAWA ORGANIK


Senyawa organik adalah senyawa-senyawa karbon dengan sifat-sifat
tertentu. Senyawa organic memiliki tata nama khusus. Selain nama
sistematis, banyak senyawa organic mempunya nama dagang (nama
trivial). Beberapa diantaranya adalah :

1. CH4                          : Metana (gas alam)


2. CO(NH2)2              : Urea
3. CH3COOH              : Asam cuka (asam asetat)
4. C6H12O6                 : Glukosa (gula darah, gula anggur)
5. C12H22O11              : Sukrosa (gula tebu)
6. HCHO                      : Formaldehida (bahan formalin)
7. CHCl3                      : Kloroform (bahan pembius)
8. CHI3                        : Iodoform (suatu antiseptic)
9. CH3CH2OH            : Etanol (alkohol)
10. CH3COCH3            : Aseton (pembersih kuteks)
C. PERSAMAAN REAKSI KIMIA

1)        Pengertian

Reaksi kimia mengubah zat-zat asal (pereaksi = reaktan) menjadi zat-zat


baru (produk). Misalnya reaksi gas hidrogen dengan gas oksigen
membentuk air. Suatu reaksi kimia dinyatakan dengan menuliskan zat-zat
yang terlibat dalam reaksi yang menggunakan pemaparan rumus-rumus
kimia dalam bentuk persamaan reaksi.

Contoh:

Dengan keterangan:

Tanda panah                     : arah reaksi dibaca ‘membentuk’

(huruf kecil miring)          : keadaan zat


Huruf g berarti gas, l (liquid) berarti cairan, s(solid) berarti padatan
dan aq(aques) berarti larutan dalam  air.

Koefisien reaksi                 : bilangan yang mendahului rumus kimia zat


dalam persamaan reaksi. Menyatakan perbandingan parikel zat yang
terlibat dalam reaksi.

Persamaan reaksi yang sudah diberi koefisien yang sesuai disebut


‘persamaan setara’.

Dalam suatu reaksi, terjadi perubahan komposisi atom-atom penyusun


zat. Berdasarkan hukum kekelan massa (jumlah zat sebelum dan sesudah
reaksi adalah sama), maka dilakukan penyetaraan reaksi untuk
memenuhi hukum kekekalan massa.

2)        Menuliskan Persamaan Reaksi

Penulisan persamaan reaksi dapat dilakukan dalam tiga langkah:

1. Menuliskan persamaan kata-kata yang terdiri dari nama dan keadaan zat
pereaksi serta nama dan keadaan zat hasil reaksi
2. Menuliskan persamaan rumus kimia zat pereaksi dan zat hasil reaksi,
lengkap dengan wujud/keadaannya
3. Menyetarakan yaitu memberi koefisien yang sesuai sehingga jumlah atom
setiap unsur sama pada kedua ruas
Contoh:

Tulis persamaan reaksi setara dari pembakaran gas metana (CH4) dengan
gas oksigen (O2) yang membentuk gas karbon dioksida (CO2) dan uap air
(H2O)
Jawab:

Langkah 1 : menuliskan persamaan kata-kata

Langkah 2 : menuliskan persamaan rumus


Langkah 3: penyetaraan

3)        Penyetaraan Persamaan Reaksi

Pada reaksi kimia atom-atom mengalami penataan ulang, tetapi jenis dan
jumlah atom sebelum dan sesudah reaksi adalah sama. Untuk
menyamakan jenis dan jumlah atom tersebut maka reaksi perlu
disetarakan yaitu dengan memberi koefisien yang tepat. Banyak
dilakukan dengan cara menebak, sebagai pemulaan dengan langkah:

1. Tetapkan koefisien salah satu zat yang paling rumit, sama dengan 1
sedangkan zat lain diberi koefisien sementara dengan huruf
2. Setarakan terlebih dahulu unsur yang terkait langsung dengan zat yang
telah diberi koefisien 1 tadi.
3. Setarakan unsur lainnya.
Contoh:

Tuliskan persamaan reaksi yang setara untuk reaksi berikut ini!

Jawab:

Langkah 1:           persamaan reaksi tersebut

Langkah 2:           Penyetaraan

1. Tetapkan koefisien NaOH   =   1 sedangkan yang lain dengan huruf

2. Setarakan jumlah atom sejenis pada ruas kanan dan ruas kiri

Na        : 1   =  b +  c              (1)

O         : 1   =  3c +  d             (2)


H         : 1   =  2d                     (3)

Cl         : 2a  = b  +  c             (4)

Dengan menggunakan model subtitusi dan eliminasi maka dapat


diperoleh dengan bilangan bulat: a = 3, b = 5, c = 1, d = 3. Persamaan
reaksinya menjadi:

Dapat juga dilihat pada Tata Nama

Cara memberi nama


zat kimia
Minggu, 17 Maret 2013

TATA NAMA SENYAWA KIMIA


TATA NAMA SENYAWA KIMIA

                             
 
A.    Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan tata nama senyawa anorganik dan organik sederhana serta persamaan reaksinya

B.     Indikator
1. Menuliskan nama-nama senyawa oksida asam, oksida basa, asam, basa   dan garam dari senyawa
anorganik
2. Menuliskan nama senyawa organik paling sederhana yang mengandung atom C, H, benzena dan
atom/gugus atom lainnya

3. Menyetarakan persamaan reaksi sederhana    dengan diberikan nama-nama zat yang terlibat dalam
reaksi atau sebaliknya

Para ahli kimia memberikan nama zat berdasarkan nama orang, nama tempat, sifat zat dan
lainnya. Seiring dengan perkembangan ilmu kimia, semakin banyak zat berupa senyawa anorganik
dan organik yang ditemukan maupun yang disintesis. Oleh karena itu, pemberian nama diatas
menjadi sulit. Jadi, diperlukan suatu tata nama senyawa. Untuk dapat menuliskan tata nama
senyawa, dibutuhkan pengetahuan tentang rumus kimia dari senyawa dan bilangan oksidasi.

Jadi, pembahasan ini akan diawali dengan rumus kimia dan bilangan oksidasi. Setelah itu,
kita akan menyimak tata nama senyawa anorganik. Untuk tata nama senyawa organikakan
dibahas pada pertemuan lain.

A.  Rumus Kimia dan Bilangan Oksidasi


1. Rumus Kimia
Untuk menulis dan mengenal rumus kimia, harus menguasai lambang unsur. Rumus kimia
menyatakan jenis dan jumlah atom dengan komposisi tertentu untuk setiap molekul. Rumus kimia
sangat penting dalam mempelajari ilmu kimia karena pengertian yang utuh mengenai zat diawali dari
rumus kimia. Rumus kimia suatu zat dapat berupa rumus molekul atau rumus empiris.
a.      Rumus Kimia Unsur

Rumus kimia unsur terdiri atas satu atom (monoatomik) sama dengan lambing atom unsur
tersebut. Kebanyakan unsur monoatomik adalah logam. Beberapa zat lain, seperti gas mulia, juga
berbentuk monoatomik. Perhatikan table berikut!

Nama Unsur Rumus Kimia

Karbon C

Aluminium Al

Besi Fe

Seng Zn

b.      Rumus Molekul

Rumus molekul menyatakan jenis dan perbandingan atom-atom unsur dalam molekul unsur atau
senyawa.

Rumus molekul digolongkan menjadi dua, yaitu rumus molekul unsur dan rumus molekul
senyawa.

1). Rumus Molekul Unsur

Rumus molekul unsur adalah rumus yang menyatakan gabungan atom-atom yang sama yang
membentuk molekul. Berdasarkan jumlah atom yang bergabung, molekul unsur dibagi menjadi dua,
yaitu molekul diatomik dan molekul poliatomik.

a). Molekul diatomik adalah molekul yang terbentuk dari dua atom yang sama. Jumlah atom tersebut
dinyatakan dengan angka indeks. Angka indeks ditulis sebagai subskrip (di bawah) setelah lambang
unsur. Indeks 1 pada unsur monoatomik tidak perlu dituliskan. Beberapa contoh rumus molekul
diatomik dalah sebagai berikut.
Rumus Molekul
Nama
Oksigen O2

Hidrogen H2

Nitrogen N2

b). Molekul poliatomik yaitu tiga atom yang sama atau lebih bergabung membentuk sebuah molekul.
Ozon merupakan salah satu molekul poliatomik.

2). Rumus Molekul Senyawa

Rumus molekul senyawa (rumus molekul) menyatakan rumus senyawa yang tersusun atas dua atom
atau lebih yang berbeda yang membentuk molekul.

Tabel. Rumus Molekul Beberapa Senyawa Kimia

Rumus Molekul Jumlah Atom


Senyawa
Air H2O 3 atom (2 atom H dan 1 atom O)

Karbon dioksida CO2 3 atom (1 atom C dan 2 atom O)

c.       Rumus Empiris

Rumus empiris atau rumus perbandingan menyatakan jenis dan perbandingan paling sederhana
dari atom-atom unsur dalam senyawa.

1). Rumus empiris senyawa molekul

Nama Senyawa Rumus Molekul Rumus Empiris

Air H2O H2O

Glukosa C6H12O6 CH2O

2). Rumus empiris senyawa ion

Rumus kimia senyawa ion merupakan rumus empiris. Aturan penulisan empirisnya adalah:

         Ion positif (kation) ditulis terlebih dahulu diikuti ion negatif (anion).

         Beri angka indeks pada kation dan anion sehingga total muatan kation sama dengan total muatan
anion (senyawa bersifat netral).

         Perbandingan angka indeks dalam rumus empiris harus merupakan bilangan bulat terkecil.
Tabel. Beberapa contoh penulisan rumus empiris

Jenis Jenis Anion Rumus Empiris


Senyawa Ion
Kation

Natrium Na Cl- NaCl


klorida

Natrium Na CO32- Na2CO3


karbonat

Kalium K O2- K2O


oksida

2. Bilangan Oksidasi
Bilangan oksidasi atau tingkat oksidasi adalah nilai muatan atom dalam pembentukan suatu
molekul atau ion. Muatan tersebut dapat berharga positif atau negatif. Bilangan oksidasi lazim
disingkat biloks (b.o). Beberapa atom hanya memiliki 1 bilangan oksidasi, ada juga atom yang
memiliki lebih dari 1 bilangan oksidasi.
Berikut ini ketentuan-ketentuan umum dalam penetapan bilangan oksidasi.

Bilangan Oksidasi
Contoh
Unsur bebas dalam Nol
bentuk monoatomik,
diatomik, triatomik, Fe, C, H2, Cl2, O2, F2, P4
tetraatomik dan dan S8 adalah nol
seterusnya

Atom logam Positif sesuai


dengan nomor
golongannya, Li, Na, K, Rb dan Cs adalah 1
kecuali logam
transisi yang
memiliki lebih dari Be, Mg, Ca, Sr, Ba dan Ra
satu biloks adalah2

Al adalah 3

Atom H 1 Kecuali dalam hibrida logam


(BaH2, AlH3, NaH ) = 1

Atom O 2 Kecuali jika berikatan dengan


atomF, atau
dalam peroksida dansuperoksida
.

Biloks atom O adalah -1 dalam


      

H2O2

     Biloks atom OF2

adalah 2 dalam

     Senyawa superoksida  (seperti


KO2 ), biloks atom O bernilai -

Seluruh atom dalam ion Sesuai muatan ion

Biloks Na = 1

MnO-4 = 1

Dari tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

         Bilangan oksidasi atom dalam unsur = nol

Contoh:

Bilangan oksidasi Al dan Cu adalah nol

         Jumlah bilangan oksidasi seluruh atom dalam senyawa = nol

Contoh:

Biloks H2SO4 = nol. Berarti, jumlah b.o atom H  b.o atom S  b.o atom O adalah nol

         Jumlah bilangan oksidasi seluruh atom dalam ion = muatan ion

Contoh:

Biloks Na = 1

MnO-4 = 1

Cara Mencari Bilangan Oksidasi

Cara mencari bilangan oksidasi atom dalam  


senyawa sebagai berikut:

   Hitung jumlah atom (yang sama) dalam senyawa

   Mulailah dengan biloks H, O dan logam

 
Contoh:

1.      Tentukan bilangan oksidasi N dalam NH4Cl!

Penyelesaian:

Biloks H = 4  (1) = 4

Biloks Cl = 1

Agar jumlah biloks = nol, biloks N = 3

2.      Tentukan bilangan oksidasi S dalam Na2S2O7!

Penyelesaian:

Muatan Na2S2O7 = (2  b.o Na)  (2  b.o S)  (7  b.o O)

                       0   = 2  (1)  2  (x)  7  (-2)

                       0   = 2  2x  14

                         x    =  6

Jadi, bilangan oksidasi atom S dalam senyawa Na2S2O7 =  6

B.               Tata Nama Senyawa


Tata nama senyawa yang digunakan sekarang adalah tata nama IUPAC yang didasarkan
atas rumus kimia senyawa. Di sini akan menyimak tata nama senyawa anorganik  sederhana.

Tata Nama Senyawa Anorganik


Pembahasan tata nama anorganik dapat dikelompokkan menjadi:

-          Senyawa oksida asam

-          Senyawa oksida basa


-          Senyawa asam

-          Senyawa basa

-          Senyawa garam

a.      Tata nama oksida asam


Suatu unsure non logam jika direaksikan dengan oksigen, akan menghasilkan oksida nonlogam.
Jika oksida nonlogam direaksikan dengan air, dapat terbentuk senyawa yang disebut asam, sehingga
oksida nonlogam disebut juga oksida asam.

Senyawa yang terdiri atas 2


macam unsur non logam (berada di kanan tabel periodik yaitu Rn, Xe, B, Si, C, Sb, As, P, N, H, Te,
Se, S, At, I, Br, Cl, O dan F), penulisan rumusnya:

           

Catatan:   jika awalan memiliki huruf terakhir ‘a’ atau ‘o’ dan unsur memiliki huruf awal ‘a’ atau ‘o’, maka kita
menghilangkan huruf terakhir awalan yang digunakan. Misalnya karbon monoksida bukan karbon
monooksida, demikian pula pada dinitrogen tetroksida bukan dinitrogen tetraoksida, kecuali untuk
PI3 fosfor triiodida, bukan fosfor triodida.
Unsur non logam yang mempunyai lebih dari 1 macam bilangan oksidasi diberi nama
berdasarkan sistem stock, yaitu dengan membubuhkan angka romawi yang sesuai dengan bilangan
oksodasi non logam.

     Contoh Tata nama senyawa oksida asam

  Nama
Menggunakan Awalan Sistem Stock
Rumus Kimia
CO Karbon monoksida Karbon(II) oksida

SO3 Belerang trioksida Belerang(VI) oksida

PCl3 Fosfor triklorida Fosfor(III) klorida

N2O3 Dinitrogen trioksida Nitrogen(III) oksida

b.      Tata nama oksida basa


Suatu unsur logam jika bereaksi dengan oksigen akan menghasilkan oksida logam. Jika oksida
logam direaksikan dengan air, dapat terbentuk senyawa yang disebut basa, sehingga oksida logam
disebut juga oksida basa. Unsur-unsur logam yang mempunyai lebih dari 1 macam bilangan oksidasi
diberi nama berdasarkan sistem stock. Dalam sistem stock, bilangan oksidasi dari unsur logam
ditunjukkan dengan angka romawi diantara tanda kurung tepat di belakang nama logam.Beberapa
contoh senyawa dan namanya menurut sistem stock, yaitu

Rumus Oksida Basa Sistem Stock

FeO Besi(II) oksida

Fe2O3 Besi(III) oksida

Cu2O Tembaga(I) oksida

CuO Tembaga(II) oksida

MnO Mangan(II) oksida

Mn2O3 Mangan(III) oksida

c.       Tata nama asam


Menurut Arhenius asam adalah zat-zat yang jika dilarutkan didalam air dapat terionisasi
menghasilkan ion hydrogen (H). Jumlah ion H yang dapat dibebaskan oleh suatu asam disebut
valensi asam. Asam dapat dibedakan dalam 3 kategori sesuai dengan valensi asamnya, yaitu: (1)
asam bervalensi satu (monoprotik), misalnya HCl, HBr, HNO3; (2) asam bervalensi dua(diprotik),
misalnya H2SO4, H2CO3 dan H2CrO4; (3) asam bervalensi tiga (triprotik), misalnya H3PO4,
H3AsO3 dan H3SbO4.
Asam padat terbentuk dari unsure-unsur hydrogen, non logam dan oksigen. Berdasarkan ada
tidaknya oksigen sebagai unsure penyusunnya, asam dapat dibagi menjadi asam biner (asam yang
tidak mengandung oksigen) dengan rumus HnXm dan asam oksi (asam yang mengandung oksigen)
dengan rumus HnXOm. Nama asam oksi yang memiliki 1 atom oksigen lebih sedikit daripada asam
oksi diatas, terdiri atas kata asam ditambah nama unsure non logam dengan akhiran –it. Misalnya,
HNO3 mempunyai nama asam nitrit dan H2SO3 mempunyai nama asam sulfit.

Beberapa contoh tata nama asam biner dan asam oksi yang diberikan dalam tabel.

    Contoh Tata nama asam biner   

Asam biner Nama

HF Asam fluorida

HCl Asam klorida

H2S Asam sulfida

HCN Asam sianida

     Contoh Tata nama asam oksi    


Asam oksi Nama

HNO3 Asam nitrat

HClO3 Asam klorat

H2CO3 Asam karbonat

H2SO4 Asam sulfat

d.      Tata nama Basa

Menurut Arhenius basa adalah zat-zat yang jika dilarutkan didalam air dapat terionisasi
menghasilkan ion hidroksida (OH). Suatu basa terdiri dari atom logam dan atau lebih gugus hidroksil
yang banyaknya sesuai dengan valensi logam yang bersangkutan. Di samping asam yang
mengandung atom logam, dikenal juga sebuah basa yang tidak berisi atom logam, misalnya
ammonium hidroksida (NH4OH). Berdasarkan jumlah gugus hidroksil yang ada, basa dibagi dalam
tiga macam yaitu: 1) basa bervalensi satu, misalnya NaOH, KOH, NH4OH; (2) basa bervalensi dua,
misalnya Ca(OH)2, Ba(OH)2 dan Zn(OH)2; (3) basa bervalensi tiga, misalnya Fe(OH)3, Al(OH)3 dan
Cr(OH)3. Tata nama basa terdiri dari nama atom logam ditambah hidroksida.

     Contoh Tata nama basa


Rumus Basa Nama Basa

NaOH Natrium hidroksida


Ca(OH)2 Kalsium hidroksida

Fe(OH)3 Besi(III) hidroksida

e.       Tata nama Garam

Garam adalah senyawa yang terbentuk dari gabungan ion logam dan ion sisa  asam.

Ada 2 macam tata nama senyawa garam yaitu sistem lama dan sistem stock.

Pemberian nama untuk sistem lama, yaitu

Pemberian nama untuk sistem stock, yaitu


Contoh Tata nama garam menurut sistem lama dan sistem stock

Sistem Lama Sistem Stock


Rumus Garam
KCl Kalium klorida Kalium klorida

FeCl2 Fero klorida Besi(II) klorida

FeSO4 Fero sulfat Besi(II) sulfat

Persamaan Reaksi adalah persamaan yang menunjukkan zat-zat kimia terlibat dalam


reaksi kimia.

Hal ini dinyatakan oleh:

                    i.            Rumus kimia zat-zat

                  ii.            Koefisien reaksi
                iii.            Wujud/keadaan zat-zat

Untuk jelasnya, simak penulisan persamaan reaksi dari gas hydrogen (H 2) dengan gas oksigen (O2)
yang mengahsilkan uap air (H2O).

Koefisien reaksi

Jika harganya 1,                        

Tidak perlu ditulis

2 H2(g)  +  O2(g)                            2 H2O(g)

 
                                                                                   Produk reaksi, yakni

zat kimia sesudah reaksi

                                             Pereaksi, yakni               

                               zat kimia sebelum reaksi

                         Tanda panah, artinya

                                        ‘bereaksi menjadi’

  Rumus kimia zat-zat

Zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia dinyatakan oleh rumus kimianya. Zat yang berada di sebelah
kiri tanda panah disebut pereaksi (reaktan), sedangkan zat yang berda di sebelah kanan tanda
panah disebut produk reaksi (hasil reaksi).

  Koefisien reaksi
Koefisien reaksi menyatakan jumlah partikel dari setiap pereaksi dan produk reaksi. Pada contoh
diatas, 2 molekul H2 bereaksi dengan 1 molekul O2 menghasilkan 2 molekul H2O  .Perhatikan!
Koefisien reaksi 1 umumnya tidak ditulis.

          Koefisien reaksi diberikan agar persamaan reaksi sesuai dengan Hukum Kekekalan


Massa dari Lavoisier, yang menyatakan bahwa jumlah  massa  sebelum reaksi sama dengan
jumlah  massa  sesudah reaksi.

Jika kondisi ini dipenuhi, maka persamaan reaksi dikatakan telah setara.

 Wujud/keadaan zat
Dalam persamaan reaksi, wujud/keadaan zat dapat disertakan. Ada 4 wujud/keadaan zat yang ditulis
sebagai subskrip (huruf kecil setelah rumus kimia).

Tabel. Penulisan wujud/keadaan zat dalam persamaan reaksi

Wujud/keadaan Subskrip

Padat atau solid s

Cair atau liquid l

Gas atau gas g

Larut dalam air atau aqueous aq


Cara menulis
persamaan reaksi adalah sebagai berikut:

Misalnya larutan asam klorida (HCl) ditambahkan pada larutan Natrium karbonat (Na 2CO3).
Produk yang dihasilkan adalah garam Natrium klorida (NaCl) dan gas Karbon dioksida (CO 2) serta air
(H2O). persamaan reaksinya yang setimbang adalah:

Langkah 1.  Tulislah persamaan reaksi yang belum setimbang dan perhatikan rumus kimia reaktan dan produk
harus benar.

HCl  +  Na2CO3  →  NaCl  +  CO2  +  H2O


Langkah 2.  Berilah koefisien 2 di depan NaCl.

HCl  +  Na2CO3  → 2NaCl  +  CO2  +  H2O

 Setarakan untuk HCl dengan koefisien 2.

  2HCl  +  Na2CO3  → 2NaCl  +  CO2  +  H2O

Langkah 3. Tuliskan wujud zat pereaksi dan hasil reaksinya.

                        2HCl(aq)  +  Na2CO3(s)  →  NaCl(aq)  +  CO2(g)  +  H2O(l)

Ketika menyelesaikan langkah 2, yaitu pada penyetaraan koefisien reaksi suatu persamaan
reaksi kimia, terkadang tidak terlalu mudah untuk dilakukan. Secara umum untuk tahapan ini, kita
dapat menggunakan persamaan substitusi dan eliminasi. Misalnya untuk reaksi berikut.

Sn  +  HNO3  →  SnO2  +  NO2  +  H2O

Langkah 2 dapat kita lakukan dengan membuat simbol huruf untuk mewakili koefisien
masing-masing zat.

aSn  +  bHNO3  →  cSnO2  +  dNO2  +  eH2O

jumlah atom Sn : a   = c           .……….(1)

               H  : b   = 2e         ………..(2)

               N  : b   = d           ..………(3)

               O  : 3b = 2c + 2d + e ………..(4)

Misalkan b = 1

dari persamaan (3) diperoleh d

d=1

dari persamaan (2) diperoleh e

e=½

dari persamaan (4) diperoleh c

3(1) = 2c + 2(1) + ½

c=¼

dari persamaan (1) diperoleh a

a=¼

reaksinya menjadi
¼ Sn  +  HNO3  →  ¼ SnO2  +  NO2  +  ½ H2O

agar menjadi bulat, maka kedua ruas dikalikan 4, sehingga reaksinya menjadi

Sn  +  4HNO3  →  SnO2  +  4NO2  +  2H2O

Reaksi kimia yang rumit memerlukan langkah-langkah tertentu dalam penyetaraannya.Diskusikan


penyetaraan reaksi-reaksi berikut dengan teman-teman Anda.

Daftar Rujukan

Effendy. 2006. A-Level Chemistry for Senior High School Students, Volume 1A. Malang: Bayumedia.

Fadil, Muhammad. 2004. Kajian Tentang Hubungan Perubahan Tingkat Pemahaman Konsep Tata Nama
Senyawa Anorganik Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas 1 dan 2 di SMA Negeri 5Malang. Skripsi
tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.

Purba, M., Hidayat, Soetopo. 2003. Kimia 200 untuk SMU Kelas 1 Jilid 1A. Jakarta: Erlangga

Romadlon, M., Budi W., Yani S. 2004. Kimia 1A Kelas X Semester 1. Jawa Timur: PT. Wahana Dinamika Karya

Santosa, J., Sri S., Deni P. 2004. Kimia untuk kelas X Jilid 1A. Yogyakarta: PT. Intan Pariwara

Sutresna, Nana dan Sholehudin, Dindin. 2006. Kimia untuk SMA Kelas 1 (Kelas X) Semester 1, Jilid 1A.
Bandung: Grafindo Media Pratama.
Johari dan Rachmawati. 2004. Kimia SMA untuk Kelas X, Jilid 1. Jakarta: Esis.

Lestari, Sri. 2003. Kumpulan Rumus Kimia SMU. Jakarta: Kawan Pustaka.

Tamal dan Jamal, Abdul. Tanpa tahun. Rahasia Penerapan Rumus-rumus Kimia. Tanpa kota: Gita Media
Press.

Diposkan oleh supri supriadi di 02.10 

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar
Posting Lebih BaruBeranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog

 ▼  2013 (2)
o ▼  Maret (2)
 TATA NAMA SENYAWA KIMIA
Mengenai Saya

supri supriadi
Lihat profil lengkapku

Template Ethereal. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai