Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akhlak adalah sebagai budi pekerti atau kelakuan. Dalam Bahasa Arab kata
akhlak (akhlaq) di artikan sebagai tabiat, perangai, kebiasaan, bahkan agama.
Meskipun kata akhlak berasal dari Bahasa Arab, tetapi kata akhlak tidak terdapat di
dalam Al Qur'an. Kebanyakan kata akhlak dijumpai dalam hadis. Satu-satunya kata
yang ditemukan semakna, akhlak dalam al Qur'an adalah bentuk tunggal, yaitu
khuluq, tercantum dalam surat al Qalam ayat 4:

ٍ ُ‫ك لَ َعلَ ٰى ُخل‬


‫ق َع ِظ ٍيم‬ َ َّ‫َوإِن‬
Artinya : Dan sesungguhnya kamu (muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang
agung.
Akhlak adalah netral, artinya ada akhlak yang terpuji (al akhlaq al
mahmudah) dan ada akhlak yang tercela (al akhlaq al mazmumah). Ketika berbicara
tentang nilai baik buruk maka muncullah persoalan tentang konsep baik buruk.
Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai Akhlaq islami dan
juga sudut pandangnya dalam segi islam.
BAB II PEMBAHASAN
A. Akhlak Islami
1. Pengertian Akhlak Islami
Secara sederhana akhlak islami dapat diartikan sebagai akhlak
yang berdasarkan ajaran islam atau akhlak yang bersifat islami. Kata islam
yang berada di belakang kata akhlak dalam hal menempati sebagai sifat.
Dengan demikian akhlak islami adalah perbuatan yang dilakukan
dengan mudah, disengaja, mendarah daging dan sebenarnya yang
didasarkan pada islam. Dilihat dari segi sifatnya yang universal, maka
akhlak islami juga bersifat universal. Namun dalam rangka menjabarkan
akhak islami yang universal ini diperlukan bantuan pemikiran akal
manusia dan kesempatan sosial yang terkandung dalam ajaran etika dan
moral.
Dengan kata lain Akhlak Islami adalah akhlak yang disamping
mengakui adanya nilai-nilai universal sebagai dasar bentuk akhlak, juga
mengakui nilai-nilai yang bersifat lokal dan temporal sebagai penjabaran
atas nilai-nilai yang universal itu. Sebagai contoh yaitu menghormati
kedua orang tua, adalah akhlak yang bersifat mutlak dan universal.
Sedangkan bagaimana bentuk dan cara menghormati kedua orang tua itu
dapat dimanifestasikan oleh hasil pemikiran menusia yang dipengaruhi
oleh kondisi dan situasi di mana orang yang menjabarkan nilai universal
itu berada.
Prinsip Akhlak dalam Islam terletak pada Moral Force. Moral
Force Akhlak Islam adalah terletak pada iman sebagai Internal Power
yang dimiliki oleh setiap orang mukmin yang berfungsi sebagai motor
penggerak dan motivasi terbentuknya kehendak untuk merefleksikan
dalam tata rasa, tata karsa, dan tata karya yang kongkret. Dalam hubungan
ini Abu Huroiroh meriwayatkan hadist dari Rasulullah SAW:
Artinya : "Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah
yang terbaik akhlaknya. Dan sebaik-baik diantara kamu ialah yang paling
1
baik kepada istrinya.

1
Drs. M. Yatimin Abdullah, M.A. Studi Akhlak dalam Persfektif Al qur’an  (Jakarta: Amazah, 2007),
hlm. 42.
2. Ciri-ciri Akhlak Islami

 Kebajikan yang mutlak


Islam menjamin kebajikan mutlak. Karena Islam telah menciptakan
akhlak yang luhur. Ia menjamin kebaikan yang murni baik untuk
perorangan atau masyarakat pada setiap keadaan, dan waktu
bagaimanapun. Sebaliknya akhlak yang diciptakan manusia, tidak
dapat menjamin kebaikan dan hanya mementingkan diri sendiri.
 Kebaikan yang menyeluruh
Akhlak islami menjamin kebaikan untuk seluruh manusia. Baik
segala jaman, semua tempat, mudah tidak mengandung kesulitan
dan tidak mengandung perintah berat yang tidak dikerjakan oleh
umat manusia di luar kmampuannya. Islam menciptakan akhlak
yang mulia, sehingga dapat dirasakan sesuai dengan jiwa manusia
dan dapat diterima akal yang sehat.
 Kemantapan
Akhlak Islamiayah menjamin kebaikan yang mutlak dan sesuai
pada diri manusia. Ia bersifat tetap, langgeng dan mantap, sebab
yang menciptakan Tuhan yang bijaksana, yang selalu memliharanya
dengan kebaikan yang mutlak. Akan tetapi akhlak/etika ciptaan
manusia bersifat berubah-rubah dan tidak selalu sama sesuai dengan
kepentingan masyarakat dalam satu jaman atau satu bangsa.
Sebagai contoh aliran materialism, hati nurani dana lain sebagainya.
 Kewajiban yang dipatuhi
Akhlak yang bersumber dari agama Islam wajib ditaati manusia
sebab ia mempunyai daya kekuatan yang tinggi menguasai lahir
batin dan dalam keadaan suka dan duka, juga tunduk pada
kekuasaan rohani yang dapat mendorong untuk tetap berpegang
kepadanya. Juga sebagai perangsang untuk berbuat kebaikan yang
diiringi dengan pahala dan mencegah perbuatan jahat, karena takut
skan siksaan Allah SWT.
 Pengawasan yang menyeluruh
Agama islam adalah pengawas hati nurani dan akal yang sehat,
islam menghargai hati nurani bukan dijadikan tolak ukur dalam
menetapkan beberapa usaha.2

B. Akhlak Mahmudah
2
Nata, Abudin. 2012. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Rajawali Pers.hal 87.
1. Pengertian Akhlak Mahmudah/Terpuji
“Baik” dalam bahsa arab disebut “khair”, dalam bahasa inggris
disebut “good”. Dari beberapa kamus dan ensiklopedia diperoleh
pengertian “baik” sebagai berikut :
 Baik berarti sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan.
 Baik berarti yang menimbulkan rasa keharuan dalam
keputusan, kesenangan persesuaian, dst.
 Baik berarti sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran atau nilai
yang diharapkan dan member keputusan.
 Sesuatu yang dikatakan baik, bila ia mendatangkan rahmat,
member perasaan senang atau bahagia, bila ia dihargai secara
positif
Jadi, akhlakul karimah berarti tingkah laku yang terpuji yang
merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang kepada Allah.
Akhlakul karimah dilahirkan berdasarkan sifat-sifat yang terpuji.
Orang yang memiliki akhlak terpuji ini dapat bergaul dengan
masyarakat luas karena dapat melahirkan sifat saling tolong menolong
dan menghargai sesamanya. Akhlak yang baik bukanlah semata-mata
teori yang muluk-muluk, melainkan ahklak sebagai tindak tanduk
manusia yang keluar dari hati. Akhlak yang baik merupakan sumber
dari segala perbuatan yang sewajarnya.

2. Contoh Akhlak Mahmudah

Dalam pembahasan ini kami akan menjabarkan akhlak


mahmudah yang meliputi ikhlas, sabar, syukur, jujur, adil dan amanah.
 Ikhlas
Kata ikhlas mempunyai beberapa pengertian. Menurut al-
Qurtubi, ikhlas pada dasarnya berarti memurnikan perbuatan
dari pengaruh-pengaruh makhluk. Abu Al-Qasim Al-Qusyairi
mengemukakan arti ikhlas dengan menampilkan sebuah
riwayat dari Nabi Saw, “Aku pernah bertanya kepada Jibril
tentang ikhlas. Lalu Jibril berkata, “Aku telah menanyakan hal
itu kepada Allah,” lalu Allah berfirman, “(Ikhlas) adalah salah
satu dari rahasiaku yang Aku berikan ke dalam hati orang-
orang yang kucintai dari kalangan hamba-hamba-Ku.”
Keikhlasan seseorang ini, akan menghasilkan kemenangan dan
kejayaan. Anggota masyarakat yang mengamalkan sifat ikhlas,
akan mencapai kebaikan lahir-bathin dan dunia-akhirat, bersih
dari sifat kerendahan dan mencapai perpaduan, persaudaraan,
perdamaian serta kesejahteraan.
 Amanah
Secara bahasa amanah bermakna al-wafa’ (memenuhi) dan
wadi’ah (titipan) sedangkan secara definisi amanah berarti
memenuhi apa yang dititipkankan kepadanya. Hal ini
didasarkan pada firman Allah SWT: “Sesungguhnya Allah
memerintahkan kalian untuk mengembalikan titipan-titipan
kepada yang memilikinya, dan jika menghukumi diantara
manusia agar menghukumi dengan adil…” (QS 4:58).
Dalam ayat lainnya, Allah juga berfirman: “Sesungguhnya
Kami telah menawarkan amanah kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, maka mereka semua enggan memikulnya
karena mereka khawatir akan mengkhianatinya, maka
dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu
amat zalim dan bodoh…” (QS. 33:72).

 Adil
Adil berarti menempatkan/meletakan sesuatu pada tempatnya.
Adil juga tidak lain ialah berupa perbuatan yang tidak berat
sebelah. Para Ulama menempatkan adil kepada beberapa
peringkat, yaitu adil terhadap diri sendiri, bawahan, atasan/
pimpinan dan sesama saudara. Nabi Saw bersabda, “Tiga
perkara yang menyelamatkan yaitu takut kepada Allah ketika
bersendiriaan dan di khalayak ramai, berlaku adil pada ketika
suka dan marah, dan berjimat cermat ketika susah dan senang;
dan tiga perkara yang membinasakan yaitu mengikuti hawa
nafsu, terlampau bakhil, dan kagum seseorang dengan dirinya
sendiri.” (HR. AbuSyeikh).
 Bersyukur
Syukur menurut kamus “Al-mu’jamu al-wasith” adalah
mengakui adanya kenikmatan dan menampakkannya serta
memuji (atas) pemberian nikmat tersebut.Sedangkan makna
syukur secara syar’i adalah : Menggunakan nikmat AllahSWT
dalam (ruang lingkup) hal-hal yang dicintainya. Lawannya
syukur adalah kufur.Yaitu dengan cara tidak memanfaatkan
nikmat tersebut, atau menggunakannya pada hal-hal yang
dibenci oleh Allah SWT.3

C. Akhlak Mazmumah
1. Pengertian Akhlak Mazmumah/Tercela
Akhalak mazmumah ialah perangai atau tingkah laku yang
tercermin pada diri manusia yang cenderung melekat dalam bentuk yang
tidak menyenangkan orang lain.
Dalam beberapa kamus dan ensiklopedia dihimpun pengertian
“buruk” sebagai berikut:
a) Rusak atau tudak baik, jahat, tidak menyenangkan, tidak elok,
jelek.
b) Perbuuatan yang tidak sopan, kurang ajar, jahat, tidak
menyenangkan.
c) Segala yang tercela, lawan baik, lawan pantas, lawan bagus,
perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma atau agama, adat
istiadat, dan masyarakat yang berlaku.

2. Contoh Akhlak Mazmumah

1) Penyakit hati antara lain disebabkan karena ada perasaan iri:


Iri adalah sikap kurang senang melihat orang lain
mendapat kebaikan atau keberuntungan. Sikap ini kemudian
menimbulkan prilaku yang tidak baik terhadap orang lain,
misalnya sikap tidak senang, sikap tidak ramah terhadap orang
yang kepadanya kita iri atau menyebarkan isu-isu yang tidak
baik. Jika perasaan ini dibiarkan tumbuh didalam hati, maka
akan muncul perselisihan, permusuhan, pertengkaran, bahkan
sampai pembunuhan, seperti yang terjadi pada kisah Qabil dan
Habil.
2) Penyakit hati disebabkan karena perasaan dengki.
Dengki artinya merasa tidak senang jika orang lain
mendapatkan kenikmatan dan berusaha agar kenikmatan
tersebut cepat berakhir dan berpindah kepada dirinya, serta
merasa senang kalau orang lain mendapat musibah. Sifat
3
Prod. Dr. Rosihon Anwar, M. Ag. Akhlak Tasawuf (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hlm. 105.
dengki ini berkaitan dengan sifat iri. Hanya saja sifat dengki
sudah dalam bentuk perbuatan yang berupa kemarahan,
permusuhan, menjelek-jelekkan, menjatuhkan nama baik orang
lain.
3) Hasud
Hasud adalah sikap suka menghasud dan mengadu
domba terhadap sesama. Menghasud adalah tindakan yang
jahat dan menyesatkan, karena mencemarkan nama baik dan
merendahkan derajat seseorang dan juga karena
mempublikasikan hal-hal jelek yang sebenarnya harus ditutupi.
Saudaraku (sidang pembaca) tahukah antum, bahwa iri, dengki
dan hasud itu adalah suatu penyakit. Pada mulanya iri yaitu
perasaan tidak suka terhadap kenikmatan yang dimiliki orang
lain. Kemudian, jika dibiarkan tumbuh, iri hati akan berubah
menjadi kedengkian. Penyakit kedengkian jika dibiarkan terus
akan berubah menjadi penyakit yang lebih buruk lagi, yaitu
hasud.

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan

Bermula dari zaman Nabi Adam a.s, manusia sudah ditakdirkan untuk
menjalani peringkat hidup duniawi di atas muka bumi ini. Sedari detik itu
sehingga kini, manusia terus menjalani hidup dengan berbagai cara dan
peristiwa yang membentuk sejarah dan tamaddun manusia. Sifat dan
keperibadian manusia penuh pertentangan dan beraneka ragam. Manusia
bukan makhluk sosial semata-mata malah bukan jua diciptakan untuk
mementingkan diri sendiri semata-mata.
Rasulullah sallallahu alaihi wasallam diutuskan kepada manusia untuk
menyempurnakan akhlak sebagaimana yang dinyatakan dalam hadis
Rasulullah SAW. Dengan akhlak Rasulullah memenuhi kewajiban dan
menunaikan amanah, menyeru manusia kepada tauhid dan dengan akhlak
jualah baginda menghadapi musuh di medan perang.
Secara teoritis macam-macam akhlak tersebut berinduk kepada tiga
perbuatan yang utama, yaitu hikmah (bijaksana), syaja’ah (perwira atau
ksatria), dan iffah (menjaga diri dari perbuatan dosa dan maksiat). Ketiga
macam induk akhlak ini muncul dari sikap adil, yaitu sikap pertengahan atau
seimbang dalam mempergunakan ketiga potensi rohaniah yang terdapat dalam
diri manusia, yaitu ‘aql (pemikitan) yang berpusat di kepala, ghadab (amarah)
yang berpusat di dada, dan nafsu syahwat (dorongan seksual) yang berpusat di
perut.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihon. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.

Abdullah, M. Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Persfektif Al qur’an.


Jakarta: Amazah.

Nata, Abudin. 2012. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Rajawali Pers.hal 87


KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini berjudul “Akhlak Islami “.

Di dalam pembuatan makalah ini, kami berusaha menguraikan dan


menjelaskan tentang Akhlak Islami. Dalam kesempatan ini dengan segala
kerendahan hati kami menyampaikan terima kasih kepada Ibu Asnawiyah selaku
dosen Ilmu Akhlak. Yang telah memberikan waktu dan kesempatan untuk
menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari
sempurna dan banyak kekurangannya, oleh karena itu kami mengharapkan saran,
kritik dan petunjuk dari berbagai pihak untuk pembuatan makalah ini menjadi lebih
baik dikemudian hari.

Semoga makalah yang telah kami buat ini dapat bermanfaat dan menjadi
bahan informasi pada masa yang akan datang, khususnya bagi Mahasiswa/I. Terima
kasih
AKHLAK ISLAMI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


“Ilmu Akhlak”

Dosen Pembimbing:
Asnawiyah S.Ag., M.A.
Oleh:
Kelompok 6
Hafid Anggara (150602207)
Ahmad Hashfi Altifar (150602202)
EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
TAHUN AJARAN 2016

Anda mungkin juga menyukai