DOSEN PENGAMPU:
DEVI SAFITRI., SE., M.Ak, Ak, CA
OLEH KELOMPOK 3:
UNIVERSITAS RIAU
2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah
ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas
mengenai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak (PKP).
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari
berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama
mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................iv
I. LATAR BELAKANG................................................................................................................iv
Ii. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................................v
III.TUJUAN PENULISAN............................................................................................................v
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................1
A.PENGERTIAN NPWP DAN PKP..............................................................................................1
B.FUNGSI NPWP DAN PKP.......................................................................................................3
C.TEMPAT PENDAFTARAN NPWP DAN PENGUKUHAN PKP....................................................4
D. TATA CARA PENDAFTARAN NPWP DAN PENGUKUHAN PKP...............................................4
E. PENDAFTARAN NPWP DAN PKP MELALUI ELEKTRONIK....................................................10
F. WAJIB PAJAK PINDAH........................................................................................................11
G. NPWP DAN PENGUKUHAN PKP SECARA JABATAN...........................................................12
H. PENGHAPUSAN NPWP......................................................................................................14
I. PENCABUTAN PENGUKUHAN PKP......................................................................................20
J. TATA CARA PENDAFTARAN DAN PENGHAPUSAN NPWP SERTA PENGUKUHAN DAN
PENCABUTAN NNPKP SISTEM E-REGISTRATION...................................................................24
K. SANKSI TIDAK MELAPORKAN DIRI DAN MELAPORKAN USAHA.........................................29
BAB III PENUTUP...................................................................................................................46
KESIMPULAN.........................................................................................................................46
SARAN...................................................................................................................................46
DAFTAR ISI.............................................................................................................................47
BAB I
PENDAHULUAN
3
I. LATAR BELAKANG
Peraturan perundang-undangan perpajakan yang mengatur ketentuan umum
dan tata cara perpajakan yang berlaku sejak 1 januari 1984 adalah Undang-Undang
nomor 6 tahun 1983 ini dilandasi filsafah pancasila dan Undang-Undang dasar 1945,
yang didalamnya tertuang ketentuan yang menjunjung tinggi hak warga Negara dan
menempatkan kewajiban kenegaraan.
Undang-Undang tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan ini pada
perinsipnya berlaku bagi undang-undang pajak materil,kecuali apabila dalam
undang-undang pajak yang bersangkutan telah mengatur sendiri mengenai ketentuan
umum dan tata cara perpajakannya.
Adanya system, mekanisme dan tata cara pelaksanaan hak dan kewajiban
perpajakan yang sederhana menjadi ciri dan corak dalam perubahan undang-undang
pajak ini dengan tetap menganut self accessment. Dengan berpegang teguh pada
perinsip kepastian hukum, keadilan, dan kesederhanaan arah dan tujuan perubahan
undang-undang tentang ketentuan hukum dan tata cara perpajakan ini mengacu pada
kebijakan pokok sebagai berikut:
1. Meningkatkan efisinsi pemungutan pajak dalam rangka mendukung penerimaan
Negara
2. Meningkatkan pelayanan, kepastian hokum, dan keadilan bagi masyarakat guna
meningkatkan daya saing dalam bidang penanaman modal, dengan tetap
mendukung pengembangan usaha kecil dan menengah.
3. Menyesuaikan tuntutan perkembangan social-ekonomi serta perkembangan
dibidang
teknologi informasi.
4. Meningkatkan keseimbangan antara hak dan kewajiban.
5. Menyederhanakan prosedur administrasi perpajakan.
6. Meningkatkan penerapan prinsip self assessment secata accouttable dan konsisten
dan.
7. Mendukung iklim usaha kearah yang lebih kondusif dan kompetitif.
4
II. RUMUSAN MASALAH
1. apakah pengertian NPWP dan PKP?
2. Bagaimanakah Fungsi NPWP dan PKP?
3. Bagaimanakah tata cara pendaftaran NPWP dan Pengukuhan PKP?
4. Bagaimana penghapusan dan pencabutan terhadap NPWP?
5. Bagaimana sanksi bagi WP jika tidak melaporkan usahanya?
A.
5
BAB II
PEMBAHASAN
NPWP terbagi menjadi dua jenis, yaitu NPWP Pribadi dan NPWP
Badan.Perbedaannya terdapat pada wajib pajaknya. Dimana :
NPWP Pribadi dimiliki oleh setiap individu atau setiap orang yang memiliki
penghasilan di Indonesia.
NPWP Badan dimiliki oleh setiap badan atau perusahaan yang memiliki
penghasilan di Indonesia.
6
Pengusaha Kena Pajak, sering disebut PKP adalah Pengusaha yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak
yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai
(UU PPN) 1984 dan perubahannya, tidak termasuk Pengusaha Kecil yang
batasannya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali Pengusaha
Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
Untuk menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) bagi Orang Pribadi atau
Badan harus mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) dan Nomor Pokok Pengusaha Kena Pajak (NPPKP) ke Kantor
Pelayanan Pajak dengan ketentuan sebagai berikut:
7
Setiap Orang Pribadi atau Badan harus mendaftarkan diri untuk mendapatkan
Nomor Pokok Pengusaha Kena Pajak (PKP) apabila Peredaran usaha atau
Omzet dalam 1 (satu) tahun lebih dari Rp.4.800.000.000,-.
Bagi Orang Pribadi atau Badan yang mempunyai Peredaran usaha atau
Omzet dalam 1 (satu) tahun tidak lebih dari Rp.4.800.000.000,-. dapat
mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Pengusaha Kena Pajak
(PKP) dan disebut Pengusaha Kecil Kena Pajak.
Dalam hal Orang Pribadi atau Badan telah dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak (PKP) dan jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan brutonya
dalam satu tahun buku tidak melebihi Rp 4.800.000.000,00 (enam ratus juta
rupiah) dapat mengajukan permohonan pencabutan pengukuhan sebagai
Pengusaha Kena Pajak.
Fungsi NPWP
1) Sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang digunakan sebagai
tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak sehingga kepada setiap wajib
pajak hanya diberikan satu nomor wajib pajak.
2) Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan
administrasi perpajakan.
3) Untuk keperluan yang berhubungan dengan dokumen perpajakan sehingga
semua yang berhubungan dengan dokumen perpajakan harus
mencantumkan NPWP.
4) Untuk memenuhi kewajiban-kewajiban perpajakan, misalnya dalam Surat
Setoran Pajak.
5) Untuk mendapatkan pelayanan dari instansi-instansi tertentu yang
mewajibkan mencantumkan NPWP dalam dokumen-dokumen yang
diwajibkan, misalnya, dokumen impor (PIB) dan dokumen ekspor (PEB),
pinjaman kredit bank dan lain-lain.
6) Untuk keperluan pelaporan SPT masa dan tahunan.
Fungsi PKP
8
1) Sebagai identitas PKP yang bersangkutan, selain tentunya NPWP.
2) Sebagai penanda bagi PKP yang memiliki untuk melaksanakan hak dan
kewajiban di bidang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah (PPnBM).
9
b. Untuk wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatanusaha atau pekerjaan
bebas sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (3) huruf b, yaitu:
1) Bagi WNI : Fotokopi dan dokumen berupa surat pernyataan bermaterai
dari Wajib Pajak yang menyatakan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
yang dilakukan dan tempat atau lokasi kegiatan usaha atau pekerjaan
bebeas tersebut dilakukan; atau Keterangan tertulis atau elektronik dari
penyedia jasa aplikasi online yang menyatakan bahwa wajib pajak
merupakan mitra usaha penyedia jasa aplikasi online.
2) Bagi WNA : fotokopi paspor; fotokopi KITAS atau KITAP; dan
dokumen berupa surat pernyataan bermaterai dari wajib pajak yang
menyatakan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang dilakukan dan
tempat atau lokasi kegiatan usaha atau pekerjaan bebas tersebut
dilakukan; atau keterangan tertulis atau elektronik dari penyedia jasa
aplikasi online yang menyatakan bahwa wajib pajak merupakan mitra
usaha penyedia jasa aplikasi online.
c. Untuk wajib pajak orang pribadi wanita kawin yang dikenai pajak secara
terpisah berdasarkan keputusan hakim, yaitu : fotokopi KTP dan dokumen
berupa; surat pernyataan bermaterai dari wajib pajak yang menyatakan kegiata
usaha atau pekerjaan bebas yang dilakukan dan tempat atau lokasi kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas tersebut dilakukan; atau keterangan tertulis atau
elektronik dari penyedia jasa aplikasi online yang menyatakan bahwa wajib
pajak merupakan mitra usaha penyedia jasa aplikasi online, dalam hal wajib
pajak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
d. Untuk wajib pajak orang pribadi wanita kawin yang dikenai pajak secara
terpisah karena menghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan
penghasilan dan harta, atau memilih melaksanakan hak dan memenuhi
kewajiban perpajakannya terpisah dari suaminya, yaitu :
1) Fotokopi KTP
10
2) Fotokopi kartu NPWP suami dalam hal suami merupakan WNI, atau fotokopi
dokumen identitas perpajakan di luar negeri dalam hal suami merupakan
subjek pajak luar negeri;
3) Fotokopi kartu keluarga, akta perkawinan, atau dokumen sejenisnya
4) Fotokopi surat perjanjian pemisahan penghasilan dan harta, atau surat
pernyataan menghendaki melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban
perpajakan terpisah dari hak dan kewajiban perpajakan suami, dan;
5) Dokumen berupa: surat pernyataan bermaterai dari wajib pajak yang
menyatakan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang dilakukan tempat atau
lokasi kegiatan usaha atau pekerjaan bebas tersebut dilakukan; atau
keterangan tertulis atau elektronik dari penyedia jasa aplikasi online yang
menyatakan bahwa wajib pajak merupakan mitra usaha penyedia jasa aplikasi
online, dalam hal wajib pajak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas.
f. Untuk wajib pajak badan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (3) huruf c
yang berorientasi pada profit (profit oriented), yaitu:
1) Fotokopi akta pendirian atau dokumen pendirian dan perubahannya, bagi
wajib pajak badan dalam negeri; atau surat keterangan penunjukan dari
kantor pusat, bagi bentuk usaha tetap atau kentor perwakilan perusahaan
asing;
2) Dokumen yang menunjukkan identitas diri salah satu pengurus badan; jika
WNI yaitu fotokopi KTP dan fotokopi kartu NPWP; atau jika WNA yaitu
11
fotokopi paspor dan fotokopi kartu NPWP, dalam hal WNA telah terdaftar
sebagai wajib pajak; dan
3) Surat pernyataan bermaterai dari salah satu pengurus wajib pajak badan yang
menyatakan kegiatan usaha yang dilakukan dan tempat atau alokasi kegiatan
usaha tersebut dilakukan.
g. Untuk wajb pajak badan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (3) huruf c
yang tidak berorientasi pada profit (non profit oriented), yaitu:
1) Dokumen yang menunjukkan identitas diri salah satu pengurus badan yaitu:
fotokopi KTP, dalam hal pengurus adalah WNI; atau fotokopi paspor
pengurus, dalam hal pengurus adalah WNA.
2) Surat pernyataan bermaterai dari salah satu pengurus wajib pajak badan yang
menyatakan kegiatan yang dilakukan dan tempat atau alokasi kegiatan
tersebut dilakukan.
h. Untuk wajib pajak badan berbentuk kerja sama operasi (joint operation)
sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (3) huruf d, yaitu:
1) Fotokopi perjanjian kerjasama atau akta pendirian sebagai bentuk kerjasama
operasi;
2) Fotokopi kartu NPWP masing-masing anggota bentuk kerja sama operasi
yang diwajibkan untuk memiliki NPWP
3) Dokumen yang menunjukkan identitas diri salah satu pengurus perusahaan
anggota bentuk kerja sama operasi (joint operation): bagi WNI yaitu fotokopi
KTP dan Kartu NPWP; atau bagi WNA yaitu: fotokopi paspor dan NPWP,
dalam hal WNA telah terdaftar sebagai wajb pajak.
4) Surat pernyataan bermaterai dari salah satu pengurus wajib pajak badan yang
menyatakan kegiatan usaha yang dilakukan dan tempat atau alokasi kegiatan
usaha tersebut dilakukan.
i. Untuk wajib pajak dengan status cabang dari wajib pajak badan, yaitu: fotokopi
kartu NPWP pusat atau induk; dan surat pernyataan bermaterai dari pimpinan
12
cabang yang menyatakan kegiatan usaha yang dilakukan dan tempat atau lokasi
kegiatan usaha tersebut dilakukan
j. Untuk wajib pajak bendahara sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (3)
huruf e, yaitu: fotokopi dokumen penunjukan sebagai bendahara; dan fotokopi
KTP orang pribadi yang ditunjuk sebagai bendahara.
13
Dokumen yang disyaratkan sebagai kelengkapan permohonan pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (4) dan Pasal 17
ayat (3), meliputi:
a. untuk Wajib Pajak orang pribadi:
1) fotokopi Kartu Tanda Penduduk bagi Warga Negara Indonesia;
2) fotokopi paspor, fotokopi Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau Kartu
Izin Tinggal Tetap (KITAP) bagi Warga Negara Asing; dan
3) surat pernyataan bermeterai dari Wajib Pajak yang menyatakan kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas yang dilakukan dan tempat atau lokasi kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas tersebut dilakukan.
c. untuk Wajib Pajak dengan status cabang dari Wajib Pajak Badan:
1) fotokopi akta pendirian atau dokumen pendirian dan perubahan bagi Wajib
Pajak Badan dalam negeri, atau surat keterangan penunjukan dari kantor
pusat bagi bentuk usaha tetap;
14
2) fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak salah satu pengurus cabang, atau
fotokopi paspor dalam hal penanggung jawab cabang adalah Warga Negara
Asing dan tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak; dan
3) surat pernyataan bermeterai dan salah satu pengurus cabang yang
menyatakan kegiatan usaha yang dilakukan dan tempat atau lokasi kegiatan
usaha tersebut dilakukan.
d. untuk Wajib Pajak Badan bentuk kerja sama operasi (joint operation):
1) fotokopi perjanjian kerja sama/akta pendirian sebagai bentuk kerja sama
operasi (joint operation);
2) fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak masing-masing anggota bentuk
kerja sama operasi (joint operation) yang diwajibkan untuk memiliki Nomor
Pokok Wajib Pajak;
3) fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak orang pribadi salah satu pengurus
perusahaan anggota bentuk kerja sama operasi (joint operation), atau
fotokopi paspor dalam hal penanggung jawab adalah Warga Negara Asing
dan tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak; dan
4) surat pernyataan bermeterai dari salah satu pengurus Wajib Pajak kerja
sama operasi (joint operation) yang menyatakan kegiatan usaha yang
dilakukan dan tempat atau lokasi kegiatan usaha tersebut dilakukan.
Apabila dokumen yang tersebut di atas sudah siap dan Anda telah mengisi
formulir permohonan pengukuhan PKP, selanjutnya Anda tinggal mengajukannya ke
KPP tersaftar di wilayah Anda.
15
Pajak. Tata cara pendaftaran NPWP dan PKP melalui Elektronik adalah sebagai
berikut:
16
Terhadap wajib pajak yang berpindah tempat terdaftarnya dari KPP tempat
wajib pajak semula terdaftar (KPP lama) ke KPP lainnya (KPP baru) baik sebagai
akibat dari berubahnya status Wajib Pajak (misalnya Wajib Pajak Penanaman
Modal Asing berubah menjadi Wajib Pajak Masuk Bursa) maupun karena
berpindahnya alamat Wajib Pajak, perlu dilakukan pemeriksaan melalui
Pemeriksaan SederhanaLapangan (PSL) oleh KPP lama.
Wajib Pajak yang harus dilakukan Pemeriksaan Sederhnana Lapangan adalah
Wajib Pajak Badan atau Wajib Pajak orang pribadi yangt menjalankan usaha atau
melakukan pekerjaan bebas, dan PSL hanya dilakukan untuk tahun atau tahun-
tahun pajak yang belum diperiksa.
Adapun terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan usaha
atau pekerjaan bebas, tidak perlu dilakukan pemeriksaan (yaitu karyawan yang
tidak melakukan pekerjaan bebas). Pemeriksaan Sederhana Lapangan berdasarkan
pada:
17
yang bersangkutan telah memenuhi syarat untuk memperoleh NPWP dan/atau
dikukuhkan PKP.
Oleh karena penerbitan NPWP atau Pengukuhan PKP dilakukan secara
jabatan berdasarkan data adanya kewajiban perpajakan yang belum dilaksanakan
dan penerbitan NPWP atau pengukuhan PKP hanya bersifat administrasi (bukan
menunjukkan mulainya kewajiban membayar pajak), serta Dirjen Pajak diberikan
kewenangan untuk memeriksa kewajiban perpajakan Wajib Pajak paling lama 5
tahun sejak akhir Masa Pajak / Tahun Pajak sesuai Pasal 13 ayat (1) UU KUP, maka
Dirjen Pajak diberikan kewenangan untuk menetapkan Pajak yang terutang pada
saat penerbitan NPWP atau pengukuhan PKP secara jabatan sesuaian ketentuan
Pasal 2 ayat (4a) UU KUP.
Pasal 2 ayat (4a) UU KUP menegaskan bahwa kewajiban perpajakan bagi
Wajib Pajak yang diterbitkan NPWP dan/atau yang dikukuhkan sebagai PKP secara
jabatan dimulai sejak saat Wajib Pajak memenuhi persyaratan subjektif dan objektif
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, paling lama 5
tahun sebelum diterbitkannya NPWP dan/atau dikukuhkannya PKP.
18
mengenai gambaran kegiatan usaha, data peredaran usaha, dan daftar harta di
tempat kegiatan usaha.
H. PENGHAPUSAN NPWP
NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) wajib dimiliki oleh seluruh warga negara
Indonesia yang telah memenuhi syarat untuk membayar pajak. Berdasarkan
fungsinya, NPWP digunakan sebagai tanda pengenal atau identitas wajib pajak
warga negara Indonesia guna memenuhi kewajibannya membayar pajak untuk
negara.
Tapi, tahukah Anda jika NPWP seseorang bisa dihapus alias dinonaktifkan? Ya,
penghapusan NPWP boleh dilakukan. Menurut peraturan Direktur Jenderal Pajak
pasal 9 ayat 1 PER-20/PJ/2013, penghapusan NPWP boleh dilakukan terhadap wajib
pajak yang sudah tidak lagi memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai
perundang-undangan perpajakan, termasuk penghapusan NPWP karena meninggal
dunia, penghapusan NPWP orang asing yang telah kembali ke negara asalnya atau
penghapusan NPWP istri yang memilih ikut suami.
Berikut hal-hal yang perlu Anda ketahui tentang penghapusan NPWP secara
lengkap dan prosesnya:
19
Penghapusan NPWP atas permohonan wajib pajak atau secara jabatan bisa dilakukan
berdasarkan hasil verifikasi dan pemeriksaan. Siapa saja wajib pajak yang
diperbolehkan melakukan penghapusan NPWP?
20
Cara dan Syarat Penghapusan NPWP secara Online
Permohonan penghapusan NPWP secara online, dapat dilakukan dengan cara
mengisi formulir penghapusan NPWP secara elektronik melalui aplikasi e-
Registration yang tersedia pada situs Dirjen Pajak (www.pajak.go.id) Hal yang perlu
Anda perhatikan ialah:
Permohonan penghapusan NPWP yang disampaikan wajib pajak melalui
aplikasi e-registration dianggap telah ditandatangani secara elektronik dan
mempunyai kekuatan hukum.
Jika dokumen yang disyaratkan belum diterima KPP dalam jangka waktu 14
hari kerja setelah penyampaian permohonan penghapusan secara elektronik, maka
permohonan dianggap tidak diajukan.
Jika dokumen yang disyaratkan telah diterima lengkap, maka KPP akan
menerbitkan bukti penerimaan surat elektronik.
Untuk wajib pajak orang pribadi yang meninggal dunia, maka permohonan
penghapusan NPWP dapat diajukan salah seorang ahli waris, pelaksana wasiat, atau
yang mengurus harta warisan.
21
tinggal Anda atau KPP tempat kegiatan usaha. Selain itu, penghapusan juga bisa
diurus melalui kantor pelayanan penyuluhan dan konsultasi perpajakan (KP2KP).
Catatannya, apabila permohonan secara tertulis disampaikan melalui KP2KP, maka
KP2KP akan meneruskan permohonan penghapusan NPWP ke KPP. KPP akan
memberikan bukti penerimaan surat jika permohonan diterima secara lengkap.
4. Wajib pajak yang memiliki lebih dari 1 NPWP : surat pernyataan memiliki
NPWP ganda dan fotokopi semua kartu NPWP yang dimiliki.
5. Wanita menikah yang memiliki NPWP : fotokopi buku nikah dan surat
pernyataan tidak ingin melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakan
terpisah dari suami.
6. Wajib pajak badan : dokumen yang menunjukkan Wajib Pajak badan telah
dibubarkan sehingga tidak lagi memenuhi persyaratan subjektif dan objektif, seperti:
akta pembubaran badan yang telah disahkan instansi berwenang sesuai perundang-
undangan.
22
Permohonan akan dikembalikan kepada wajib pajak.
Setelah semua berkas persyaratan dan proses administrasi dilakukan. Keputusan atas
permohonan penghapusan NPWP akan dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan
atau hasil verifikasi penghapusan NPWP. Berikut pertimbangan keputusan KPP atas
penghapusan NPWP Wajib Pajak:
1. Utang pajak
2. Proses hukum atau proses administrasi, berupa:
Pembetulan sebagaimana diatur dalam Pasal 16 Undang-Undang KUP.
Gugatan sebagaimana diatur dalam Pasal 23 Undang-Undang KUP.
Keberatan sebagaimana diatur dalam Pasal 25 Undang-Undang KUP.
Banding sebagaimana diatur dalam Pasal 27 Undang-Undang KUP.
Pengurangan sanksi administrasi, pengurangan atau pembatalan surat
ketetapan pajak, pengurangan atau pembatalan Surat Tagihan Pajak
sebagaimana diatur dalam Pasal 36 Undang-Undang KUP.
Peninjauan kembali sebagaimana diatur dalam Pasal 40 Undang-Undang
Pengadilan Pajak.
3. Status seluruh NPWP cabang Wajib Pajak, ketika penghapusan NPWP
dilakukan terhadap NPWP pusat.
23
Wajib Pajak orang pribadi meninggal dunia dengan tidak meninggalkan
warisan dan tidak mempunyai ahli waris.
24
Wajib Pajak badan : 12 bulan sejak tanggal Bukti Penerimaan
Surat.
Jika sudah melebihi jangka waktu dan KPP tidak menerbitkan keputusan, maka
permohonan wajib pajak dianggap dikabulkan dan KPP akan menerbitkan surat
keputusan penghapusan NPWP dalam jangka waktu paling lama 1 bulan setelah
jangka waktu berakhir.
25
Pencabutan PKP secara jabatan atau atas permohonan PKP dilakukan berdasarkan
hasil Verifikasi atau hasil Pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan yang mengatur mengenai tata cara
Pemeriksaan atau tata cara Verifikasi. (Pasal 21 ayat (3) PER-20/PJ/2013)
26
Pencabutan pengukuhan PKP terhadap PKP selain sebagaimana dimaksud pada poin
poin di atas dilakukan berdasarkan hasil Pemeriksaan (Pasal 20 ayat (6) PER-
20/PJ/2013).
27
Dalam hal PKP tidak dapat mengajukan permohonan pencabutan pengukuhan
PKP secara elektronik, permohonan pencabutan pengukuhan PKP dapat dilakukan
dengan menyampaikan permohonan secara tertulis. (Pasal 23 ayat (1) PER-
20/PJ/2013)
1. Permohonan secara tertulis dilakukan dengan mengisi dan menandatangani
Formulir Pencabutan Pengukuhan PKP. (Pasal 23 ayat (2) PER-20/PJ/2013)
2. PKP yang telah mengisi dan menandatangani Formulir Pencabutan
Pengukuhan PKP harus melengkapi formulir penghapusan tersebut dengan
dokumen yang disyaratkan. (Pasal 23 ayat (3) PER-20/PJ/2013)
3. Permohonan secara tertulis disampaikan ke KPP tempat Pengusaha Kena
Pajak dikukuhkan dengan cara langsung ke KPP atau melalui KP2KP;
melalui pos; atau melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir.
4. Terhadap penyampaian permohonan secara tertulis, KPP memberikan Bukti
Penerimaan Surat apabila permohonan dinyatakan telah diterima secara
lengkap. (Pasal 23 ayat (7) PER-20/PJ/2013)
28
pengukuhan Pengusaha Kena Pajak yang disampaikan oleh Pengusaha Kena
Pajak. (Pasal 25 ayat (1) PER-20/PJ/2013)
Keputusan ini dapat berupa:
Ketentuan Lain-Lain
Pencabutan Pengukuhan PKP dimaksudkan untuk kepentingan administrasi
perpajakan dan tidak menghilangkan hakdan/atau kewajiban perpajakan yang harus
dilakukan PKP yang bersangkutan. (Pasal 45 PER-20/PJ/2013)
Wajib Pajak Pengusaha Kena Pajak yang di cabut status PKP-nya secara jabatan
dapat mengajukan pembatalan pencabutan Pengusaha Kena Pajak.
29
mendaftarkan diri dan/atau melaporkan kegiatan usahanya melalui jaringan sistem
informasi yang terhubung langsung secara on line dengan Direktorat Jenderal Pajak,
Dirjen Pajak telah mengeluarkan ketentuan baru mengenai Tata Cara Pendaftaran
Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dan
Perubahan Data Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak dengan Sistem e-
Registration, yaitu dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
24/PJ/2009.
1. Sistem E-Registration
1. Wajib Pajak termasuk Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu dapat
mengajukan permohonan untuk memperoleh NPWP dan/atau melaporkan
kegiatan usaha untuk dikukuhkan sebagai PKP melalui Sistem e-Registration.
2. Permohonan pendaftaran NPWP dan/atau pengukuhan PKP sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara mengisi Formulir Permohonan
Pendaftaran Wajib Pajak dan/atau Pengukuhan PKP pada Sistem e-Registration.
3. Wajib Pajak dapat mencetak sendiri Formulir Pendaftaran Wajib Pajak
dan/atau Pengukuhan PKP serta SKTS yang diterbitkan dari Sistem e-
Registration.
4. SKTS berlaku terhitung sejak pendaftaran melalui Sistem e-Registration
dilakukan sampai dengan diterbitkan SKT oleh KPP tempat Wajib Pajak
terdaftar.
5. SKTS hanya berlaku untuk pembayaran, pemotongan dan pemungutan pajak
oleh pihak lain serta tidak dapat dipergunakan untuk melakukan kegiatan di luar
bidang perpajakan.
30
b. Oleh Kantor Pelayanan Pajak
1. Wajib Pajak dan/atau PKP dapat melakukan perubahan data melalui Sistem
e-Registration.
2. Permohonan perubahan data Wajib Pajak dan/atau PKP sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara mengisi Formulir Permohonan
Perubahan Data Wajib Pajak dan/atau PKP pada Sistem e-Registration.
3. Berdasarkan permohonan perubahan data sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) KPP menerbitkan Kartu NPWP dan SKT dan/atau SPPKP paling lama 1(satu)
hari kerja sejak informasi perubahan data melalui Sistem e-Registration diterima
KPP, sepanjang permohonan perubahan data diisi secara lengkap.
Kartu Tanda Penduduk bagi Penduduk Indonesia, atau paspor bagi orang
asing
Untuk Wajib Pajak Badan:
31
Akte pendirian dan perubahan atau surat keterangan penunjukan dari kantor
pusat bagi bentuk usaha tetap;
NPWP Pimpinan/Penanggung Jawab Badan;
Kartu Tanda Penduduk bagi penduduk Indonesia, atau paspor bagi orang
asing sebagai penanggung jawab.
32
5. Memilih menu “Permohonan Pendaftaran NPWP dan/atau Pengukuhan
PKP”.
6. Memilih jenis Wajib Pajak yang sesuai (Orang Pribadi, Badan atau
Bendahara)
7. Mengisi formulir permohonan pada layar komputer dengan lengkap dan
benar.
8. Memilih tombol “daftar” untuk mengirim Formulir Permohonan Pendaftaran
NPWP dan/atau Pengukuhan PKP.
9. Mencetak formulir permohonan yang sudah diisi secara lengkap dan SKTS
melalui aplikasi e-Registration.
10. Menerima SKT, NPWP dan/atau SPPKP dari KPP dimana Wajib Pajak
Terdaftar.
Catatan.
Wajib Pajak dan/atau PKP dapat menggunakan SKTS untuk melakukan pembayaran,
pemotongan dan pemungutan pajak oleh pihak lain serta tidak dapat dipergunakan
untuk melakukan kegiatan di luar bidang perpajakan.
33
8. Memilih tombol “perbarui” untuk mengirim Formulir Permohonan Perubahan
Data Wajib Pajak dan/atau PKP.
9. Mencetak Formulir Permohonan Perubahan Data yang sudah diisi secara
lengkap dan SKTS melalui sistem e-Registration.
10. Menerima SKT, NPWP dan/atau SPPKP dari KPP Wajib Pajak terdaftar.
34
Denda karena tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan Dalam jangka waktu
yang ditentukan
KMK Nomor 542/KMK.04/2000 Tanggal 22-12-2000 Tentang Tata cara
pengurangan dan penghapusan Sanksi administrasi dan pengurangan atau
pembatalan ketetapan pajak
SE - 03/PJ.33/1998 Tanggal 23-4-98 Tentang Pengenaan Sanksi bagi Wajib
Pajak yang tidak memenuhi kewajiban PPh Final
SE - 13/PJ.33/1998 Tanggal 8-7-98 Tentang Tata cara pengurangan dan
penghapusan Sanksi administrasi dan pengurangan atau pembatalan ketetapan
pajak
S - 145/PJ.33/1999 Tanggal 17-5-99 Tentang Pengenaan sanksi perpajakan
S - 365/PJ.333/1999 Tanggal 8-11-99 Tentang Tata cara pengurangan dan
penghapusan Sanksi administrasi dan pengurangan atau pembatalan ketetapan
pajak
a. Sanksi Administrasi
Sanksi bunga
Sanksi denda
Sanksi kenaikan
b. Sanksi Pidana
Pidana Penjara
Pidana Kurungan
1. Sanksi Bunga
35
1 Pembetulan sendiri 2% perbulan atas jumlah SSP Pasal 8 ayat
SPT yang pajak yang kurang (2) Undang-
mengakibatkan utang dibayar, dihitung sejak Undang
pajak menjadi lebih saat penyampaian SPT Nomor 16
besar berakhir s.d tanggal TAHUN
pembayaran karena 2000
pembetulan SPT itu
3 Pada saat jatuh tempo 2% (dua persen) sebulan STP Pasal 19 ayat
pembayaran pajak untuk seluruh masa, yang (1)
yang terutang tidak dihitung dari tanggal
atau kurang dibayar jatuh tempo sampai
tanggal pembayaran atau
tanggal diterbitkannya
STP, dan bagian dari
bulan dihitung penuh 1
(satu) bulan.
36
5 Wajib Pajak 2% sebulan yang SSP/STP Pasal 19 ayat
diperbolehkan dihitung dari saat (3)
menunda penyampaian berakhirnya kewajiban
SPT menyampaikan Surat
Pemberitahuan sampai
dengan tanggal
dibayarnya kekurangan
pembayaran tersebut, dan
bagian dari bulan
dihitung penuh 1 (satu)
bulan
7 Wajib Pajak dipidana 48% dari jumlah pajak SKP Pasal 13 ayat
karena melakukan yang tidak atau kurang (5)
tindak pidana dibayar yang
perpajakan setelah ditambahkan dalam
lewat waktu 10 tahun SKPKB
37
8 Wajib Pajak dipidana 48% dari jumlah pajak SKP Pasal 15 ayat
karena melakukan yang tidak atau kurang (4)
tindak pidana dibayar yang
perpajakn setelah lewat ditambahkan dalam
waktu 10 tahun SKPKBT
2. Denda
38
sebagai Pengusaha
Kena Pajak;
3. Pidana Penjara
39
1 Setiap orang yang dengan pidana penjara paling Pasal 39 ayat (1)
sengaja: lama 6 (enam) Undang-Undang
tahun dan denda paling Nomor 28 TAHUN
a) tidak mendaftarkan diri,
tinggi 4 (empat) 2007
atau menyalahgunakan
kalijumlah pajak
atau menggunakan tanpa
terutang yang tidak atau
hak Nomor Pokok Wajib
kurang dibayar
Pajak atau Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak
c) menyampaikan Surat
Pemberitahuan dan atau
keterangan yang isinya
tidak benar atau tidak
lengkap
e) memperlihatkan
pembukuan, pencatatan,
atau dokumen Iain yang
palsu atau dipalsukan
seolah-olah benar; atau
40
f) tidak menyelenggarakan
pembukuan atau
pencatatan, tidak
memperlihatkan atau tidak
meminjamkan buku,
catatan, atau dokumen
lainnya; atau
41
kompensasi pajak,
7 wakil, kuasa, atau pegawai Pidana penjara selama- Pasal 43 ayat (1)
dari Wajib Pajak, yang lamanya enam tahun Undang-Undang
menyuruh melakukan, yang dan denda ssetinggi- Nomor 28 TAHUN
turut serta melakukan, yang tingginya empat kali 2007
menganjurkan, atau yang pajak terutang yang
membantu melakukan tindak tidak atau kurang
pidana di bidang perpajakan dibayar
sebagaimana dimaksud Pasal
42
39
4. Pidana Kurungan
43
1 Setiap orang yang karena dipidana dengan pidana Pasal 38
kealpaannya: kurungan paling lama 1 Undang-
(satu) tahun dan Undang
a. tidak menyampaikan
denda paling tinggi 2 (dua) Nomor 28
Surat Pemberitahuan;
kalijumlah pajak terutang TAHUN
atau
yang tidak atau kurang 2007
b. menyampaikan Surat
dibayar.
Pemberitahuan, tetapi
isinya tidak benar atau
tidak lengkap, atau
melampirkan keterangan
yang isinya tidak benar,
sehingga dapat
menimbulkan kerugian
pada pendapatan negara, .
44
5. Kenaikan
1 Pajak yang kurang dibayar 50% dari jumlah pajak SKP Pasal 8 ayat (5)
yang timbul sebagai akibat yang kurang bayar Undang-
dari pengungkapan ketidak- Undang
benaran pengisian Surat Nomor 28
Pemberitahuan TAHUN 2007
2 SPT tidak disampaikan dalam a. 50% dari PPh yang SKP Pasal 13 ayat
jangka waktunya dan setelah tidak atau kurang (3) Undang-
ditegur tidak disampaikan dibayar dalam satu Undang
pada waktunya Tahun Pajak Nomor 28
b. 100% dari PPh TAHUN 2007
yang tidak atau
kurang dipotong
atau atau kurang
dipungut, tidak
atau kurang
disetorkan, dan
dipotong atau
dipungut teapi
tidak atau kurang
disetorkan;
4 Kewajiban Pasal 28, 29 tidak a. 50% dari PPh yang SKP Pasal 13 ayat
dipenuhi tidak atau kurang (3) Undang-
45
dibayar dalam satu Undang
Tahun Pajak Nomor 28
b. 100% dari PPh TAHUN 2007
yang tidak atau
kurang dipotong
atau atau kurang
dipungut, tidak
atau kurang
disetorkan, dan
dipotong atau
dipungut teapi
tidak atau kurang
disetorkan;
c. 100% dari PPN
dan PPnBM yang
tidak atau kurang
dibayar
6 Diterbitkan SKPKB atas 100% dari jumlah SKP Pasal 17C ayat
Keputusan Pengembalian kekurangan pembayaran (5) Undang-
Pendahuluan Kelebihan pajak Undang
Pajak Nomor 28
TAHUN 2007
46
( KMK Nomor 542/KMK.04/2000 )
a. Dirjen Pajak karena jabatannya atau atas permohonan Wajib Pajak dap
mengurangkan atau menghapus sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan
kenaikan yang ternyata dikenakan karena adanya kekhilafan Wajib Pajak atau
bukan karena kesalahan Wajib Pajak
2. disamaikan oleh Wajib Pajak kepada Dirjen Pajak melalui KPP yang
mengnakan sanksi administrasi tersebut
47
Sanksi Bagi Wajib Pajak Yang Tidak Memenuhi Kewajiban Pph Final
(SE - 03/PJ.33/1998 )
1. Pemungut/Pemotong Pajak
4. Wajib Pajak tidak atau kurang menyetor PPh final dan tidak menyampaikan
laporan bulanan walaupun telah ditegor, diterbitkan SKPKB untuk bulan
yang bersangkutan ditambah sanksi berupa kenaikan berdasarkan Pasal 13
ayat (3) Undang-Undang Nomor 28 TAHUN 2007
5. Apabila ditemukan data baru atau data yang belum terungkap, ternyata PPh
Final yang seharusnya terutang lebih besar daari SKPKB yang telah
diterbitkan maka diterbitkan SKPKBT ditambah sanksi adminstrasi berupa
kenaikan berdasarkan Pasal 15 ayat (2) Undang-Undang Nomor 16 TAHUN
2000
2. Wajib Pajak yang melakukan pembayaran sendiri atas PPh Finalnya dan
wajib melaporkan secara bulanan (Misalnya perusahaan real estate,
perusahaan persewaan tanah dan/atau bangunan, perusahaan pelayaran).
48
Wajib Pajak ini dapat dikenakan sanksi berupa bunga, denda, kenaikan dalam
hal :
49
3. Wajib Pajak tidak atau kurang membayar PPh final bulanan diterbitkan STP
untuk bulan yang bersangkutan berdasarkan Pasal 14 ayat (1) huruf a
Undang-Undang Nomor 16 TAHUN 2000 Jo Pasal 19 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 16 TAHUN 2000
5. Apabila ditemukan data baru atau data yang belum terungkap, ternyata PPh
Final yang terutang lebih besar dari SKPKB yang telah diterbitkan maka
diterbitkan SKPKBT ditambah sanksi adminsitrasi berupa kenaikan
berdasarkan Pasal 15 ayat (2) Undang-Undang Nomor 16 TAHUN 2000
2. Apabila Wajib Pajak tidak atau kurang membayar PPh final yang terutang
diterbitkan SKPKB untuk tahun yang bersangkutan ditambah sanksi berupa
bunga berdasarkan Pasal 13 ayat (2) Undang-Undang Nomor 16 TAHUN
2000
3. Apabila ditemukan data baru dan atau yang belum terungkap ternyata PPh
Final yang terutang lebih besar dari SKPKB yang telah diterbitkan, maka
diterbitkan SKPKBT ditambah sanksi administrasi berupa kenaikan
berdasarkan Pasal 15 ayat (2) Undang-Undang Nomor 16 TAHUN 2000
BAB III
PENUTUP
50
I. KESIMPULAN
NPWP merupakan suatu yang harus dimiliki oleh orang/badan yang
tergolong wajib pajak. Hal tersebut telah diatur pada Persyaratan untuk memperoleh
NPWP diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak PER-160/PJ./2007 Tentang
Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran
dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, serta Pengukuhan dan Pencabutan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. Jadi dalam peraturan ini mengatur mengenai
NPWP dan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP). WP harus mendaftarkan diri
dan melaporkan hasil usahanya agar terhindar dari sanki-sanksi yang berlaku.
II. SARAN
Keberadaan NPWP sangat penting untuk masyarakat Indonesia yang sudah
tergolong wajib pajak. Namun, peranan tersebut tidak sejalan dengan kesadaran
masyarkat dan upaya pemerintah untuk mesosialisasikan pentingnya NPWP. Untuk
itu, diperlukan sosialisasi yang maksimal dari pemerintah dan Direktorat Jendral
Pajak agar kesadaran masyarakat semakin meningkat. Disisi lain, prosedur untuk
mendapatkan NPWP jangan dipersulit sehingga masyarakat mengabaikan
kewajibannya.
DAFTAR PUSTAKA
51
Suhartono,R dan Ilyas, Wirawan. 2007. Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (KUP) . Penerbit: salemba empat.
Https://Www.pajak.go.id
Https://Www.online-pajak.com/pengukuhan-pkp-cara-syarat-pkp
Https://Www.klikpajak.id/tata-cara-permohonan-pengukuhan-pengusaha-
kena-pajak-pkp/
Http://keuanganlsm.com/pendaftaran-npwp-dan-pengukuhan-pkp-melalui-e-
registration/
https://www.ortax.org
http://www.pajakonline.com
http://dokterpajak.com/cara-mudah-penghapusan-npwp
http://dokterpajak.com/pencabutan-pengukuhan-pkp
52