Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ancaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi mengakibatkan seseorang stress
berat membuat orang marah bahkan kehilangan kontrol kesadaran diri, misalnya:
memaki-maki orang di sekitarnya, membanting–banting barang, menciderai diri sendiri
dan orang lain, bahkan membakar rumah, mobil dan sepeda montor.
Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke rumah sakit
jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan
“pengawalan” oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi.
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai
atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku
tersebut (Purba dkk, 2008). Menurut Stuart dan Laraia (1998), perilaku kekerasan dapat
dimanifestasikan secara fisik (mencederai diri sendiri, peningkatan mobilitas tubuh),
psikologis (emosional, marah, mudah tersinggung, dan menentang), spiritual (merasa
dirinya sangat berkuasa, tidak bermoral). Perilaku kekerasan merupakan suatu tanda dan
gejala dari gangguan skizofrenia akut yang tidak lebih dari satu persen (Purba dkk, 2008).
Perilaku kekerasan merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. WHO (2001)
menyatakan, paling tidak ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental.
WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia mengalami gangguan
kesehatan jiwa. Pada masyarakat umum terdapat 0,2 – 0,8 % penderita skizofrenia dan
dari 120 juta penduduk di Negara Indonesia terdapat kira-kira 2.400.000 orang anak yang
mengalami gangguan jiwa (Maramis, 2004 dalam Carolina, 2008). Data WHO tahun
2006 mengungkapkan bahwa 26 juta penduduk Indonesia atau kira-kira 12-16 persen
mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan data Departemen Kesehatan, jumlah penderita
gangguan jiwa di Indonesia mencapai 2,5 juta orang (WHO, 2006).
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka kami tertarik untuk menyusun
makalah mengenai kegawatdaruratan pada perilaku kekerasan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Resiko Perilaku Kekerasan (RPK)?
2. Apa Asuhan Keperawatan teori bagi pasien yang mengalami RPK?
3. Apa saja Strategi Pelaksanaan yang dilakukan?

C. Tujuan
Agar mahasiswa lebih mengetahui tentang Resiko Perilaku Kekerasan serta

tindakan asuhan keperawatan apa yang dilakukan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Resiko Perilaku Kekerasan


1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik, baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul terhadap kecemasan yang
dirasakan sebagai ancaman (Stuart & Sundeen, 1998). Menurut Patricia D. Barry (1998)
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan
frustasi dan benci atau marah. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri
maupun orang lain (Yosep, 2007). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana
seseorang melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik kepada
diri sendiri, orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998).
Resiko perilaku kekerasan adalah adanya kemungkinan seseorang melakukan
tindakan yang dapat mencederai orang lain dan lingkungan akibat ketidakmampuan
mengendalikan marah secara konstruktif (CMHN, 2006).
Resiko perilaku kekerasan atau agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan
merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontol
(Yosep, 2007).
Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
perilaku kekerasan adalah ungkapan perasaan marah dan bermusuhan yang
mengakibatkan hilangnya kontrol diri dimana individu bisa berperilaku menyerang atau
melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. Sedangkan resiko perilaku kekerasan adalah adanya kemungkinan seseorang
melakukan tindakan dalam bentuk destruktif dan masih terkontol.

3
2. Rentang Respon Marah
Respon kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif maladaptif, seperti
rentang respon kemarahan di bawah ini (Yosep, 2007).

Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk / PK

Asertif adalah kemarahan atau rasa tidak setuju yang dinyatakan atau
diungkapkan tanpa menyakiti orang lain, akan memberi kelegaan pada individu dan tidak
akan menimbulkan masalah.

Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena yang
tidak realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan. Dalam keadaan ini tidak
ditemukan alternatif lain. Selanjutnya individu merasa tidak mampu mengungkapkan
perasaan dan terlihat pasif.

Pasif adalah individu tidak mampu mengungkapkan perasaannya, klien tampak


pemalu, pendiam, sulit diajak bicara karena rendah diri dan merasa kurang mampu.

Agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk
bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontol, perilaku yang tampak dapat
berupa : muka masam, bicara kasar, menuntut, kasar disertai kekerasan.

Amuk adalah perasaan marah dan bermusuhan kuat disertai kehilangan kontrol
diri. Individu dapat merusak diri sendiri orang lain dan lingkungan.

4
3. Proses Terjadinya Marah
Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari – hari yang harus
dihadapi oleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan yang
menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan terancam, kecemasan dapat
menimbulkan kemarahan.
Respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3 cara yaitu : 1)
Mengungkapkan secara verbal, 2) Menekan, 3) Menantang. Dari ketiga cara ini, cara
yang pertama adalah konstruktif sedang dua cara lain adalah destruktif. Dengan
melarikan diri atau menantang akan menimbulkan rasa bermusuhan, dan bila cara ini
dipakai terus – menerus, maka kemarahan dapat diekspresikan pada diri sendiri atau
lingkungan dan akan tampak sebagai depresi psikomatik atau agresi dan ngamuk.
Secara skematis perawat penting sekali memahami proses kemarahan yang dapat
digambarkan pada skema 2.1 dibawah ini.

Stressor
Internal & Disruption & Personal Compensat
Resolution
Eksternal Los meaning ory act

Helplessnes Guilt
s

Anger & Agression

Expressed inward Expressed outward Destructive

Painfull symptom Contructive action

Resolution

Skema 2.1 Proses terjadinya marah (Yosep, 2007)

5
Kemarahan diawali oleh adanya stressor yang berasal dari internal atau eksternal.
Stressor internal seperti penyakit hormonal, dendam, kesal sedangkan stressor eksternal
bisa berasal dari ledekan, cacian, makian, hilangnya benda berharga, tertipu,
penggusuran, bencana dan sebagainya. Hal tersebut akan mengakibatkan kehilangan atau
gangguan pada sistem individu (Disruption & Loss). Hal yang terpenting adalah
bagaimana seorang individu memaknai setiap kejadian yang menyedihkan atau
menjengkelkan tersebut (Personal meaning). Bila seseorang memberi makna positif,
misalnya : macet adalah waktu untuk istirahat, penyakit adalah sarana penggugur dosa,
suasana bising adalah melatih persyarafan telinga (nervus auditorius) maka ia akan dapat
melakukan kegiatan secara positif (Compensatory act) dan tercapai perasaan lega
(Resolution). Bila ia gagal dalam memberikan makna menganggap segala sesuatunya
sebagai ancaman dan tidak mampu melakukan kegiatan positif (olah raga, menyapu atau
baca puisi saat dia marah dan sebagainya) maka akan muncul perasaan tidak berdaya dan
sengsara (Helplessness). Perasaan itu akan memicu timbulnya kemarahan (Anger).
Kemarahan yang diekpresikan keluar (Expressed outward) dengan kegiatan yang
konstruktif (Contruktive action) dapat menyelesaikan masalah. Kemarahan yang
diekpresikan keluar (Expressed outward) dengan kegiatan yang destruktif (Destruktive
action) dapat menimbulkan perasaan bersalah dan menyesal (Guilt). Kemarahan yang
dipendam (Expressed inward) akan menimbulkan gejala psikosomatis (Poinful symptom)
(Yosep, 2007).

4. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi menurut (Stuart & Sundeen, 1995), berbagai pengalaman yang
dialami tiap orang yang merupakan faktor predisposisi, artinya mungkin terjadi atau
mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu :
Psikologi, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat
menyebabkan agresif atau amuk, masa kanak – kanak yang tidak menyenangkan yaitu
perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau sanki penganiayaan dapat menyebabkan
gangguan jiwa pada usia dewasa atau remaja. Biologis, respon biologis timbul karena
kegiatan system syaraf otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin, sehingga tekanan

6
darah meningkat, takhikardi, wajah merah, pupil melebar dan frekuensi pengeluaran
urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya
kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku
dan reflek cepat. Hal ini disebabkan energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.
Perilaku, Reinforcement yang diterima saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini menstimulasi
individu mengadopsi perilaku kekerasan. Sosial budaya, budaya tertutup dan
membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap
perilaku kekerasan akan menciptakan seolah – olah perilaku kekerasan diterima
(permissive).
Aspek spiritual, kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi ungkapan marah
individu. Aspek tersebut mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan. Hal
ini bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang
dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa. Individu yang percaya
kepada Tuhan Yang Maha Esa, selalu meminta kebutuhan dan bimbingan kepadanya.

5. Stresor Prespitasi
Secara umum, seseorang akan berespon dengan marah apabila merasa dirinya
terancam. Ancaman tersebut dapat berupa injury secara psikis, atau lebih dikenal
dengan adanya ancaman terhadap konsep diri seseorang. Ketika seseorang merasa
terancam, mungkin dia tidak menyadari sama sekali apa yang menjadi sumber
kemarahannya. Oleh karena itu, baik perawat maupun klien harus bersama – sama
mengidentifikasinya. Ancaman dapat berupa internal maupun eksternal, contoh :
stessor eksternal : serangan secara psikis, kehilangan hubungan yang dianggap
bermakna, hingga adanya kritikan dari orang lain. Sedangkan contoh dari stressor
internal : merasa gagal dalam bekerja, merasa kehilangan orang yang dicintai dan
ketakutan terhadap penyakit yang diderita.
Bila dilihat dari sudut perawat – klien, maka faktor yang menncetuskan terjadinya
perilaku kekerasan terbagi dua, yakni : 1) Klien : Kelemahan fisik, keputusan,

7
ketidakberdayaan, kurang percaya diri. 2) Lingkungan : Ribut, kehilangan
orang/objek yang berharga, konflik interaksi sosial (Yosep, 2007).

6. Etiologi
Penyebab terjadinya marah menurut Stuart & Sundeen (1995) : yaitu harga diri
rendah merupakan keadaan perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan, gangguan ini dapat situasional
maupun kronik. Bila kondisi ini berlangsung terus tanpa kontrol, maka akan dapat
menimbulkan perilaku kekerasan.

7. Akibat
Akibat dari resiko perilaku kekerasan yaitu adanya kemungkinan mencederai diri,
orang lain dan merusak lingkungan adalah keadaan dimana seseorang individu
mengalami perilaku yang dapat membahayakan secara fisik baik pada diri sendiri,
orang lain maupun lingkungannya. Kondisi ini biasanya akibat ketidakmampuan
mengendalikan marah secara konstruktif .

8
B. Asuhan Keperawatan Teori

1. Pengkajian
Menurut Keliat (2014) data perilaku kekerasan dapat diperolah melalui observasi
atau wawancara tentang perilaku berikut ini:
a. Muk amerah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengarupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Jalan mondar-mandir
f. Bicara kasar
g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. Mengancam secara verbal atau fisik
i. Melempar atau memukul benda /orang lain
j. Merusak barang atau benda
k. Tidak mempunyai kemampuan untuk mencegah atau mengontrol perilaku
kekerasan.

2. Daftar Masalah
Menurut Keliat (2014) daftar masalah yang mungkin muncul pada perilaku
kekerasan yaitu :
a. Perilaku Kekerasan.
b. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
c. Perubahan persepsi sensori: halusinasi.
d. Harga diri rendah kronis.
e. Isolasi sosial.
f. Berduka disfungsional.
g. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif.
h. Koping keluarga inefektif.

9
3. Rencana Tindakan Keperawatan
Menurut Fitria (2010) rencana tindakan keperawatan yang digunakan untuk
diagnosa perilaku kekerasan yaitu :
a. Tindakan keperawatan untuk klien
1) Tujuan
a) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
b) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
c) Klien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya.
d) Klien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasannya.
e) Klien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukannya.
f) Klien dapat mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual,
sosial, dan terapi psikofarmaka.
2) Tindakan
a) Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar
klien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan Saudara.
Tindakan yang harus Saudara lakukan dalam rangka membina hubungan
salig percaya adalah mengucapkan salam terapeutik, berjabat tangan,
menjelaskan tujuan interaksi, serta membuat kontrak topik, waktu, dan
tempat setiap kali bertemu klien.
b) Diskusikan bersama klien penyebab perilaku kekerasan yang terjadi di
masa lalu dan saat ini.
c) Diskusikan perasaan klien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan.
Diskusikan bersama klien mengenai tanda dan gejala perilaku kekersan,
baik kekerasan fisik, psikologis, sosial, sosial, spiritual maupun
intelektual.
d) Diskusikan bersama klien perilaku secara verbal yang biasa dilakukan
pada saat marah baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

10
e) Diskusikan bersama klien akibat yang ditimbulkan dari perilaku
marahnya. Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan
baik secara fisik (pukul kasur atau bantal serta tarik napas dalam), obat-
obat-obatan, sosial atau verbal (dengan mengungkapkan kemarahannya
secara asertif), ataupun spiritual (salat atau berdoa sesuai keyakinan klien).
b. Tindakan keperawatan untuk keluarga
1) Tujuan
Keluarga dapat merawat klien di rumah
2) Tindakan
a) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan meliputi
penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang muncul, serta akibat dari
perilaku tersebut.
b) Latih keluarga untuk merawat anggota keluarga dengan perilaku
kekerasan.
(1) Anjurkan keluarga untuk selalu memotivasi klien agar melakukan
tindakan yang telah diajarkan oleh perawat.
(2) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada klien bila anggota
keluarga dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat.
(3) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus klien menunjukkan
gejala-gejala perilaku kekerasan.
c) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi klien yang perlu segera
dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/orang
lain.

11
C. Strategi Pelaksanaan RPK

Pertemuan Ke 1 (satu)

A. Proses keperawatan
1. Kondisi Klien
Data subjektif : klien mengatakan sering mengamuk, klien mengatakan tidak puas jika
tidak memecahkan barang, klien mengungkapkan sering mengancam orang lain.
Data objektif : muka merah dan tegang, pandangan tajam, postur tubuh kaku, mengantup
rahang dengan kuat, mengepalkan tangan, jalan mondar mandir, bicara kasar, suara
meninggi, menjerit/berteriak.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusus
- Membina hubungan saling percaya
- Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
- Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
- Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan
- Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
- Mengajarkan mengontrol perilaku kekerasan
- Melatih klien cara mengontrol perilaku kekerasan fisik
- Membimbing pasien memasukan kegiatan kedalam jadwal harian
4. Tindakan keperawatan
- Bina hubungan saling percaya
- Anjurkan klien untuk mengungkapkan rasa jengkel marah yang dialami
- Tanyakan kebiasaan perilaku kekerasan yang dilakukan klien
- Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan
- Motifasi klien untuk melakukan teknik nafas dalam sebanyak 5x atau lebih

12
B. Strategi Pelaksanaan Dan Tindakan Keperawatan

Fase Orientasi :

“selamat pagi pak, perkenalkan nama saya perawat X, saya biaya dipanggil X. Saya 
perawat yang diruangan ini, saya dinas diruangan ini selama 3 minggu. Hari ini saya
dinas pagi dari jam 7 sampai jam 1 siang, jadi selama 3 minggu ini saya yang merawat
bapak.
Nama bapak siapa?  Dan senang nya dipanggil apa?”
“ Bagaimana perasaan bapak R saat ini?”
“masih ada perasaan kesal atau marah?
“ Baiklah sekarang kita akan berbincang-bincang tentang perasaan marah yang bapak
rasakan,”
“ Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang ? bagaimana kalau 10 menit“
“Dimana kita akan bincang-bincang?
“Bagaimana kalau diruang tamu?”

Fase Kerja :
“ apa yang menyebabkan bapak R marah?
“Apakah sebelumnya bapak R pernah marah?
Terus penyebabnya apa?
Samakah dengan yang sekarang?
Pada saat penyebab marah itu ada, seperti rumah yang berantakan, makanan yang
tidak tersedia, air tak tersedia ( misalnya ini penyebab marah klien), apa yang bapak R
rasakan?“
Apakah bapak R merasa kesal, kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot,
rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”“ apa yang bapak lakukan selanjutnya”
“ Apakah dengan bapak R marah-marah, keadaan jadi lebih baik?
“ Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik selain marah-marah?
“maukah bapak belajar mengungkapkan marah dengan baik tanpa menimbulkan
kerugian?

13
” ada beberapa cara fisik untuk mengendalikan rasa marah, hari ini kita belajar satu
cara dulu,
“ begini pak, kalau tanda- marah itu sudah bapak rasakan bapak berdiri lalu tarik nafas
dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan secara perlahan-lahan dari mulut seperti
mengeluarkan kemarahan, coba lagi pak dan lakukan sebanyak 5 kali. Bagus sekali
bapak R sudah dapat melakukan nya.
“ nah sebaiknya latihan ini bapak R lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu
rasa marah itu muncul bapak R sudah terbiasa melakukannya”.

Fase Terminasi :
“ Bagaimana perasaan bapak R setelah berbincang-bincang tentang kemarahan bapak?

“ Coba bapak R sebutkan penyebab bapak marah dan yang bapak rasakan  dan apa
yang bapak lakukan serta akibatnya.
“Baik, sekarang latihan tandi kita masukkan ke jadual harian ya pak”
” berapa kali sehari bapak mau latihan nafas dalam ?” Bagus..
“baik pak, bagaimana kalau besok  kita latihan cara lain untuk mencegah dan
mengendalikan marah bapak R.
”Dimana kita akan latihan, bagaimana kalau tempatnya disini saja ya pak?”
“Berapa lama kita akan lakukan, bagaimana kalau 10 menit saja”
“Saya pamit dulu bapak, permisi.”                                                                                      

Pertemuan Ke 2 (dua)

14
Proses keperawatan

 Kondisi Klien

Data Subjektif : Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang, Klien membentak dan
menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah, Klien mengungkapkan rasa
permusuhan yang mengancam, klien merasa tidak berdaya, ingin berkelahi, dendam.

Data objektif : Klien mengamuk, merusak dan melempar barang – barang, Melakukan
tindakan kekerasan pada orang-orang disekitarnya.

 Diagnosa Keperawatan :

Resiko perilaku kekerasan

 Tujuan Khusus

- Memvalidasi masalah dan latihan sebelum nya.


- Melatih klien cara mengontrol marah dengan cara fisik II
- Meng anjurkan klien untuk memasuk kan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam
jadwal kegiatan harian.
- Beri reinforcement positif atas tindakan benar yang dilakukan klien.

 Tindakan keperawatan

- Motivasi klien untuk menyebutkan dan mendemonstrasikan latihan sebelumnya.


- Motivasi klien untuk melakukan cara mengontrol marah dengan memukul bantal atau
kasur atau benda lunak lainnya.
- Anjjurkan klien untuk mengikuti lalu mempraktikan cara mengontrol marah
x(memukul bantal).
- Beri reinforcement positif atas tindakan benar yang dilakukan klien.

Strategi Pelaksanaan Dan Tindakan Keperawatan

15
Fase Orientasi :

“selamat pagi pak, perkenalkan nama saya perawat X, saya biaya dipanggil X. Saya
perawat yang diruangan ini, saya dinas diruangan ini selama 3 minggu. Hari ini saya
dinas pagi dari jam 7 sampai jam 1 siang, jadi selama 3 minggu ini saya yang merawat
bapak.
Nama bapak siapa? Dan senang nya dipanggil apa?”
“ Bagaimana perasaan bapak R saat ini?”
“masih ada perasaan kesal atau marah?
“ Baiklah sekarang kita akan berbincang-bincang tentang perasaan marah yang bapak
rasakan,”
“ Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang ? bagaimana kalau 10 menit“
“Dimana kita akan bincang-bincang?
“Bagaimana kalau diruang tamu?”

Fase Kerja :
“ apa yang menyebabkan bapak R marah?
“Apakah sebelumnya bapak R pernah marah?
Terus penyebabnya apa?
Samakah dengan yang sekarang?
Pada saat penyebab marah itu ada, seperti rumah yang berantakan, makanan yang
tidak tersedia, air tak tersedia ( misalnya ini penyebab marah klien), apa yang bapak R
rasakan?“
Apakah bapak R merasa kesal, kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot,
rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”“ apa yang bapak lakukan selanjutnya”
“ Apakah dengan bapak R marah-marah, keadaan jadi lebih baik?
“ Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik selain marah-marah?
“maukah bapak belajar mengungkapkan marah dengan baik tanpa menimbulkan
kerugian?
” ada beberapa cara fisik untuk mengendalikan rasa marah, hari ini kita belajar satu
cara dulu,

16
“ begini pak, kalau tanda- marah itu sudah bapak rasakan bapak berdiri lalu tarik nafas
dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan secara perlahan-lahan dari mulut seperti
mengeluarkan kemarahan, coba lagi pak dan lakukan sebanyak 5 kali. Bagus sekali
bapak R sudah dapat melakukan nya.
“ nah sebaiknya latihan ini bapak R lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu
rasa marah itu muncul bapak R sudah terbiasa melakukannya”.

Fase Terminasi :
“ Bagaimana perasaan bapak R setelah berbincang-bincang tentang kemarahan bapak?

“ Coba bapak R sebutkan penyebab bapak marah dan yang bapak rasakan dan apa
yang bapak lakukan serta akibatnya.
“Baik, sekarang latihan tandi kita masukkan ke jadual harian ya pak”
” berapa kali sehari bapak mau latihan nafas dalam ?” Bagus..
“baik pak, bagaimana kalau besok kita latihan cara lain untuk mencegah dan
mengendalikan marah bapak R.
”Dimana kita akan latihan, bagaimana kalau tempatnya disini saja ya pak?”
“Berapa lama kita akan lakukan, bagaimana kalau 10 menit saja”
“Saya pamit dulu bapak, permisi.”

Pertemuan Ke 3 (Ketiga)

Proses Keperawatan

17
 Kondisi Klien

Data subjektif : .Klien mengkritik diri, perasaan tidak mampu, klien merasa bersalah, klien
merasa tidak berguna, klien merasa malu, pandangan hidup yang pesimis, penolakkan terhadap
kemampuan diri.

Data objektif : Selera makan kurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak
menunduk, bicara lambat dan nada suara lemah.

 Tujuan Khusus

- Memvalidasi masalah dan latihan sebelu nya.


- Melatih cara mengontrol marah dengan cara verbal.
- Meminta klien untuk memasukkan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadwal kegiatan
harian.
 Tindakan keperawatan

- Beri reinforcement positif atas tindakan yang dilakukan klien.

- Motivasi klien untuk mengungkapkan masalah dan mendemonstrasikan kembali latihan


sebelumnya.

Strategi Pelaksanaan Dan Tindakan Keperawatan

Fase Orientasi :

“selamat pagi pak, perkenalkan nama saya perawat X, saya biaya dipanggil X. Saya
perawat yang diruangan ini, saya dinas diruangan ini selama 3 minggu. Hari ini saya
dinas pagi dari jam 7 sampai jam 1 siang, jadi selama 3 minggu ini saya yang merawat
bapak.
Nama bapak siapa? Dan senang nya dipanggil apa?”
“ Bagaimana perasaan bapak R saat ini?”
“masih ada perasaan kesal atau marah?
“ Baiklah sekarang kita akan berbincang-bincang tentang perasaan marah yang bapak
rasakan,”

18
“ Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang ? bagaimana kalau 10 menit“
“Dimana kita akan bincang-bincang?
“Bagaimana kalau diruang tamu?”

Fase Kerja :
“ apa yang menyebabkan bapak R marah?
“Apakah sebelumnya bapak R pernah marah?
Terus penyebabnya apa?
Samakah dengan yang sekarang?
Pada saat penyebab marah itu ada, seperti rumah yang berantakan, makanan yang
tidak tersedia, air tak tersedia ( misalnya ini penyebab marah klien), apa yang bapak R
rasakan?“
Apakah bapak R merasa kesal, kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot,
rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”“ apa yang bapak lakukan selanjutnya”
“ Apakah dengan bapak R marah-marah, keadaan jadi lebih baik?
“ Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik selain marah-marah?
“maukah bapak belajar mengungkapkan marah dengan baik tanpa menimbulkan
kerugian?
” ada beberapa cara fisik untuk mengendalikan rasa marah, hari ini kita belajar satu
cara dulu,
“ begini pak, kalau tanda- marah itu sudah bapak rasakan bapak berdiri lalu tarik nafas
dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan secara perlahan-lahan dari mulut seperti
mengeluarkan kemarahan, coba lagi pak dan lakukan sebanyak 5 kali. Bagus sekali
bapak R sudah dapat melakukan nya.
“ nah sebaiknya latihan ini bapak R lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu
rasa marah itu muncul bapak R sudah terbiasa melakukannya”.

Fase Terminasi :

19
“ Bagaimana perasaan bapak R setelah berbincang-bincang tentang kemarahan bapak?

“ Coba bapak R sebutkan penyebab bapak marah dan yang bapak rasakan dan apa
yang bapak lakukan serta akibatnya.
“Baik, sekarang latihan tandi kita masukkan ke jadual harian ya pak”
” berapa kali sehari bapak mau latihan nafas dalam ?” Bagus..
“baik pak, bagaimana kalau besok kita latihan cara lain untuk mencegah dan
mengendalikan marah bapak R.
”Dimana kita akan latihan, bagaimana kalau tempatnya disini saja ya pak?”
“Berapa lama kita akan lakukan, bagaimana kalau 10 menit saja”
“Saya pamit dulu bapak, permisi.”

BAB III

20
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim dari marah
atau ketakutan (panic). Perilaku agresif dan perilaku kekerasan itu sendiri dipandang
sebagai suatu rentang, dimana agresif verbal di suatu sisi dan perilaku
kekerasan (violence) di sisi yang lain.

Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :

 Menyerang atau menghindar (fight of flight)


 Menyatakan secara asertif (assertiveness)
 Memberontak (acting out)
 Perilaku kekerasan

B. Saran
Dengan di susun nya makalah ini,diharapkan para pembaca mengetahui
bagaimana cara mengenali dan merawat orang-orang dengan Resiko Perilaku Kekerasan
dengan baik. Karena dengan adanya manajemen yang baik, maka kejadian resiko
perilaku kekerasan dapat ditekankan agar hidup lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

21
http://repository.ump.ac.id/1372/3/DWI%20YUNI%20KRISNAWATI%20BAB%20II.pdf

https://www.academia.edu/37822087/LAPORAN-PENDAHULUAN-RPK.doc

22

Anda mungkin juga menyukai