Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Makalah


Jelannya roda pemerintahan tidak selama seperti yang kita harapkan. Selalu ada saja
alasan  yang menyebabkan pemerintahan tidak baik dan stabil. Permasalahan ini terjadi hampir
di semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Mulai dari hal yang sepele sampai yang
membuat publik tercengang olehnya.
Dalam sejarah berjalannya waktu, Indonesia tidak terlepas dari permasalahan dalam
elemen kepemerintahannya. Dari tingkat pusat sampai daerah permasalahan selalu ada. Untuk
mengatasi masalah ini, muncul wacana yang baru yang dikenal dengan good and clean
gevernance sebagai solusi dalam negatasi permasalahan tersebut.
Makalah ini kami susun dengan tema “Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik dan Bersih
(good and clean governance)” sebagai upaya ikut serta dalam mengatasi permasalahan yang
telah dipaparkan di atas dalam ranah dunia akademik.
B. Rumusan Masalah
A. Apa pengertian good governance?
B. Apa saja prinsip-prinsip pokok good and clean governance?
C. Apa good and clean governance dan kontrol sosial?
D. Apa good and clean governance dan gerakan anti korupsi?
E. Bagaimana tata kelola kepemerintahan yang baik dan kinerja birokrasi pelayanan publik?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian good governance
2. Untuk mengetahui apa saja prinsip-prinsip pokok good and clean governance
3. Untuk mengetahui apa good and clean governance dan kontrol sosial
4. Untuk mengetahui apa good and clean governance dan gerakan anti korupsi
5. Untuk mengetahui bagaimana tata kelola kepemerintahan yang baik dan kinerja birokrasi
pelayanan publik

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Good Governance


Istilah good and clean governance merupakan wacana baru dalam kosakata ilmu politik
dan muncul pada awal 1990-an. Secara umum, istilah good and clean governance memiliki
pengetian akan segala hal yang terkait dengan tindakan atau tingkah laku yang bersifat
mengarahkan, mengendalikan, atau mempengaruhi urusan publik untuk mewujudkan nilai-nilai
tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian good governance tidak sebatas pengelolaan
lembaga pemerintahan semata, tetapi menyangkut semua lembaga baik pemerintah maupun
nonpemerintah (lembaga swadya masyarakat) dengan istilahgood corporate. Dalam praktiknya,
pemerintahan yang bersih adalah model pemerintahan yang efektif, efisien, jujur, transparan
dan bertanggung jawab.
B. Prinsip-prinsip Pokok Good and Clean Governance
Untuk merealisasikan pemerintahan yang profesional  dan akuntabel yang bersandar pada
prinsip-prinsip good governance. Lembaga Administrasi Negara (LAN) merumuskan sembilan
aspek fundamental (asas) dalam good governanceyang harus diperhatikan, yiatu:
a. Partisipasi (Participation)
b. Penegakan hukum (rule of law)
c. Transparansi (transparency)
d. Responsif (responsive)
e. Oreintasi kesepakatan (consensus orientation)
f. Kesetaraan (equity)
g. Efektivitas (effectiveness) dan efisiensi (efficiency)
h. Akuntabilitas (accountability)
i. Visi strategis (strategic vision)
a) Partisipasi
Asas partisipasi adalah bentuk keikutsertaan warga masyarakat dalam
pengambilan keputusan, baik langsung maupun melalui lembaga perwakilan yang sah
yang mewakili kepentingan mereka. Untuk  mendorong partisipasi masyarakat dalam

2
seluruh aspek pembangunan, termasuk dalam sektor-sektor kehidupan sosial lainnya
selain kegiatan politik, maka regulasi birokrasi harus diminimalisasi.
b) Penegakan Hukum
Asas penegakan hukum adalah pengelolaan pemerintahan yang profesional harus
didukung oleh penegakan hukum yang berwibawa. Sehubungan dengan hal tersebut,
realisasi wujud good and clean governance, harus diimbangi dengan komitmen
pemerintah untuk menegakkan hukum yang mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
a. Supremasi hukum, yakni setiap tindakan unsur-unsur kekuasaan negara, dan peluang
partisipasi masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara didasarkan pada
hukum dan aturan yang jelas dan tegas, dan dijamin pelaksanaannya secara benar
serta independen. Supremasi hukum akan menjamin tidak terjadinya tindakan
pemerintah atas dasar diskresi (tindakan sepihak berdasarkan pada kewenangan yang
dimilikinya).
b. Kepastian hukum, bahwa setiap kehidupan berbangsa bernegara diatur oleh hukum
yang jelas dan pasti, tidak duplikatif dan tidak bertentangan antara suku dengan
lainnya.
c. Hukum yang responsif, yakni aturan-aturan hukum disusun berdasarkan aspirasi
masyarakat luas, dan mampu mengakomodasi berbagai kebutuhan publik secara adil.
d. Penegakan hukum yang konsisten dan nondiskriminatif, yakni penegakan hukum
berlaku untuk semua orang tanpa pandang bulu. Untuk itu, diperlukan penegak
hukum yang memiliki integritas moral dan bertanggung jawan terhadap kebenaran
hukum.
e. Independensi peradilan, yakni peradilan yang independen bebas dari pengaruh
penguasa atau kekuatan lainnya.
c) Transparansi
Asas transparansi adalah unsur lain yang menopang terwujudnya good and clean
governance. Akibat tidak adanya prinsip transparan ini, Indonesia telah terjerembab de
dalam kubangan korupsi yang sangat parah. Dalam pengelolaan negara terdapat delapan
unsur yang harus dilakukan secara transparan, yaitu:
a. Penetapan posisi, jabatan, atau kedudukan.
b. Kekayaan pejabat politik.

3
c. Pemberian penghargaan.
d. Penetapan kebijakan yang terkait dengan pencerahan kehidupan.
e. Kesehatan.
f. Moralitas para pejabat dan aparatur pelayanan publik.
g. Keamanan dan ketertiban.
h. Kebijakan strategis untuk pencerahan kehidupan masyarakat.
Dalam hal penetapan posisi jabatan publik harus dilakukan melalui
mekanisme test and proper test (uji kelayakan) yang dilakukan oleh lembaga-lembaga
independen yang dilakukan oleh lembaga legislatif maupun komisi independen,
seperti komisi yudisial, kepolisian dan pajak.
d) Responsif
Asas responsif adalah dalam pelaksanaan prinsip-prinsip good and clean
governance bahwa pemerintah harus tanggap terhadap persoalan-persoalan masyarakat.
Sesuai dengan asas responsif, setiap unsur pemerintah harus memiliki dua etika, yakni
etika individual dan sosial. Kualifikasi etika individual menuntut pelaksana birokrasi
pemerintah agar memiliki kriteria kapabilitas dan layolitas profesional. Adapun etik
sosial menuntut mereka agar memiliki sensitivitas terhadap berbagai kebutuhan publik.
e) Konsensus
Asas konsensus adalah bahwa keputusan apa pun harus dilakukan melalui proses
musyawarah melalui konsensus. Cara pengambilan keputusan konsensus, selain dapat
memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak, cara ini akan mengikat sebagian
besar komponen yang bermusyawarah dan memiliki kekuatan memaksa terhadap semua
yang terlibat untuk melaksanakan keputusan tersebut.
Semakin banyak yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan secara
partisipatif, maka akan semakin banyak aspirasi dan kebutuhan masyarakat yang
terwakili. Semakin banyak yang melakukan pengawasan serta kontrol terhadap
kebijakan-kebijakan umum, maka akan semakin tinggi tingkat kehati-hatiannya, dan
akuntabilitas pelaksanaannya dapat semakin dipertanggungjawabkan.
f) Kesetaraan
Asas kesetaraan adalah kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan publik. Asas
kesetaraan ini mengharuskan setiap pelaksanaan pemerintah untuk bersikap dan

4
berperilaku adil dalam hal pelayanan publik tanpa mengenal perbedaan keyakinan, suku,
jenis kelamin, dan kelas sosial.
g) Efektivitas dan efisiensi
Kriteria efektivitas biasanya diukur dengan parameter produk yang dapat
menjangkau sebesar-besarnya kepentingan masyarakat dari berbagai kelompok dan
lapisan sosial. adapun, asas efisiensi umumnya diukur dengan rasionalitas biaya
pembangunan untuk memenuhi kebutuhan semua masyarakat. Semakin kecil biaya yang
terpakai untuk kepentingan yang terbesar, maka pemerintahan tersebut termasuk dalam
kategori pemerintahan yang efisien.
h) Akuntabilitas
Asas akuntabilitas adalah pertanggungjawaban pejabat publik terhadap
masyakarat yang memberinya kewenangan untuk mengurusi kepentingan mereka.
Setiap pejabat publik dituntut untuk mempertanggungjawabkan semua kebijakan,
perbuatan, moral, maupun netralitas sikapnya terhadap masyarakat. Inilah yang dituntut
dalam asas akuntabilitas dalam upaya menuju pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
i) Visi Strategis
Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi masa
yang akan datang. Kualifikasi ini menjadi penting dalam rangka realisasi good and
clean governance.
C. Good and Clean Governance dan Kontrol Sosial
Partisipasi masyarakat merupakan salah satu tujuan sari implementasigood and clean
governance. Untuk mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih berdasarkan prinsip-
prinsip pokok good and clean governance, setidaknya dapat dilakukan melalui pelaksanaan
prioritas program, yakni:
1. Penguatan fungsi dan peran lembaga perwakilan.
2. Kemandirian lembaga peradilan.
3. Profesionalitas dan integritas aparatur pemerintah.
4. Penguatan partisipasi Masyarakat Madani.
5. Peningkatan kesejahteraan rakyat dalam kerangka otonomi daerah.
Lahirnya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah telah memberikan
kewenangan pada daerah untuk melakukan pengelolaan dan memajukan masyakarat dalam

5
politik, ekonomi, sosial, dan budaya dalam kerangka menjaga keutuhan NKRI. Pencapaian
tingkat kesejahteraan dapat diwujudkan secara lebih cepat yang pada akhirnya akan
mendorong kemandirian masyarakat.
D. Good and Clean Governance dan Gerakan Anti Korupsi
Tindakan penyalahgunaan Anggaran Pembangunan dan Biaya Daerah (APBD) yang
dilakukan oleh pemda dan anggota legislatif (DPRD) oleh sejumlah lembaga, seakan belum
cukup untuk mengikis tindakan korupsi di kalangan pejabat negara. Menurut Badan Pengawas
Keuangan dan Pembangunan (BPKP), korupsi merupakan tindakan yang merugikan
kepentingan umum dan masyarakat luas demi keuntungan pribadi atau kelompok tertentu.
Menurut data Indeks Persepsi Korupsi 2011 yang dilansir oleh situs resmi Transparansi
Internasional, dalam hal persepsi publik terhadap korupsi sektor publik Indonesia masuk urutan
ke-100 dunia dengan skor rendah (3). Sementara di antara negara-negara di kawasan Asia
Pasifik-Indonesia bertandang di urutan ke-20.

E. Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik dan Kinerja Birokrasi Pelayanan Publik
Pelayanan publik kepada masyarakat bisa diberikan secara cuma-cuma ataupun disertai
dengan pembayaran. Pelayanan publik yang bersifat cuma-cuma sebenarnya merupakan
kompensasi dari pajak yang telah dibayar oleh masyarakat itu sendiri. Adapun, pemberian
pelayanan publik yang disertai dengan penarikan bayaran, penentuan tarifnya didasarkan pada
harga pasar ataupun didasarkan menurut harga yang paling terjangkau bukan berdasarkan
ketentuan sepihak aparat atau instansi pemerintah.
Ada beberapa alasan mengapa pelayanan publik menjadi titik strategis untuk memulai
pengembangan dan penerapan good and clean governance di Indonesia, yaitu:
1. Pelayanan publik selama ini menjadi area di mana negara yang diwakili pemerintah
berinteraksi dengan lembaga nonpemerintah. Keberhasilan dalam pelayanan publik akan
mendorong tingginya dukungan masyarakat terhadap kerja birokrasi.
2. Pelayanan publik adalah wilayah di mana berbagai aspek good and clean governance bisa
diartikulasikan secara lebih mudah.
3. Pelayanan publik melibatkan kepentingan semua unsur governance, yaitu pemerintah,
maysarakat, dan mekanisme pasar.

6
Kinerja birokrasi adalah ukuran kuantitatif dan kualitif yang menggambarkan tingkat
pencapaian sasaran atau tujuan yang telah didtetapkan dengan memperhitungkan elemen-
elemen indikator sebagai berikut:
1. Indikator masukan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar birokrasi mampu
menghasilkan produknya, baik barang atau jasa, yang meliputi sumber daya
manusia, informasi, kebijakan, dan sebagainya.
2. Indikator proses, yaitu sesuatu yang berkaitan dengan proses pekerjaan berkaitan
dengan kesesuaian anatar perencanaan dengan pelaksanaan yang diharapkan
langsung dicapai dari suatu kegiatan yang berupa fisik ataupun nonfisik.
3. Indikator produk, yaitu sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu
kegiatan yang berupa fisik ataupun nonfisik.
4. Indikator hasil adalah segala sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari
pelaksanaan kegiatan.
5. Indikator manfaat adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan
kegiatan.
6. Indikator dampak adalah pengaruh yang ditimbulkan, baik positif maupun negatif
pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah ditetapkan.
1) Reformasi Birokrasi
a) Pengertian Reformasi Birokrasi
Reformasi merupakan proses upaya sistematis, terpadu, dan
komprehensif, dengan tujuan untuk merealisasikan tata pemerintahan yang
baik. Good governance (tata pemerintahan yang baik) adalah sistem yang
memungkinkan terjadinya mekanisme penyelenggaraan pemerintahan negara yang
efektif dan efisien dengan menjaga sinergi yang konstruktif di antara pemerintah, sektor
swasta, dan masyarakat.
Birokrasi menurut pemahamannya sebagai berikut.
a. Birokrasi merupakan sistem penyelenggaraan pemerintahan yang dijalankan pegawai
negeri berdasarkan peraturan perundang-undangan.
b. Birokrasi adalah struktur organisasi yang digambarkan dengan hierarki yang
pejabatnya diangkat dan ditunjuk, garis tanggung jawab dan kewenangannya diatur
oleh peraturan yang diketahui (termasuk sebelumnya), dan justifikasi setiap

7
keputusan membutuhkan referensi untuk mengetahui kebijakan yang pengesahannya
ditentukan oleh pemberi mandat di luar struktur organisasi itu sendiri.
c. Birokrasi adalah organisasi yang memiliki jenjang diduduki oleh pejabat yang
ditunjuk/diangkat disertai aturan kewenangan dan tanggung jawabnya, dan setiap
kebijakan yang dibuat harus diketahui oleh pemberi mandat.
d. Birokrasi adalah suatu organisasi formal yang diselenggarakan berdasarkan aturan,
bagian, unsur, yang terdiri atas pakar yang terlatih. Wujud birokrasi berupa organisasi
formal yang besar, merupakan ciri nyata masyarakat modern dan bertujuan
menjalankan tugas pemerintahan serta mencapai keterampilan dalam bidang
kehidupan. Reformasi birokrasi adalah upaya pemerintah meningkatkan kinerja
melalui berbagai cara dengan tujuan efektivitas, efisiensi, dan akuntabilitas.
Dengan demikian, reformasi birokrasi berarti:
a. perubahan cara berpikir (pola pikir, pola sikap, dan pola tindak);
b. perubahan penguasa menjadi pelayan;
c. mendahulukan peranan dari wewenang;
d. tidak berpikir hasil produksi tetapi hasil akhir;
e. perubahan manajemen kerja;
f. mewujudkan pemerintahan yang baik, bersih, transparan, dan profesional, bebas
korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), melalui penataan kelembagaan, penataan
ketatalaksanaan, penataan sumber daya manusia, akuntabilitas kinerja yang
berkualitas efisien, efektif, dan kondusif, serta pelayanan yang prima (konsisten
dan transparan).
b) Visi dan Misi Reformasi Birokrasi
         Visi
Terwujudnya pemerintahan yang amanah atau terwujudnya tata pemerintahan yang
baik.
          Misi
Mengembalikan cita dan citra birokrasi pemerintahan sebagai abdi negara dan abdi
masyarakat serta dapat menjadi suri teladan dan panutan masyarakat dalam menjalani
kehidupan sehari hari.

8
c) Tujuan Reformasi Birokrasi
Secara umum tujuan reformasi birokrasi adalah mewujudkan pemerintahanyang
baik, didukung oleh penyelenggara negara yang profesional, bebas korupsi, kolusi dan
nepotisme, dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sehingga tercapai
pelayanan prima.
d) Sasaran Reformasi Birokrasi
a. Terwujudnya birokrasi profesional, netral dan sejahtera, mampu menempatkan diri
sebagai abdi negara dan abdi masyarakat guna mewujudkan pelayanan masyarakat
yang lebih baik.
b. Terwujudnya kelembagaan pemerintahan yang proporsional, fleksibel, efektif, efisien
di lingkungan pemerintahan pusat dan daerah.
c. Terwujudnya ketatalaksanaan (pelayanan publik) yang lebih cepat tidak berbelit,
mudah, dan sesuai kebutuhan masyarakat.
Agar reformasi birokrasi dapat berjalan dengan baik dan menunjukkan
cepatnya keberhasilan, faktor sukses penting yang perlu diperhatikan dalam reformasi
birokrasi adalah:
a. Faktor Komitmen pimpinan; karena masih kentalnya budaya paternalistik
dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia.
b. Faktor kemauan diri sendiri; diperlukan kemauan dan keikhlasan
penyelenggara pemerintahan (birokrasi) untuk mereformasi diri sendiri.
c. Kesepahaman; ada persamaan persepsi terhadap pelaksanaan reformasi birokrasi
terutama dari birokrat sendiri, sehingga tidak terjadi perbedaan pendapat yang
menghambat reformasi.
d. Konsistensi; reformasi birokrasi harus dilaksanakan berkelanjutan dan konsisten,
sehingga perlu ketaatan perencanaan dan pelaksanaan.

e) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Birokrasi


Faktor-faktor yang memperngaruhi kinerja birokrasi antara lain : manajemen
organisasi dalam menerjemahkan dan menyelaraskan tujuan birokrasi; budaya kerja dan
organisasi pada birokrasi; kualitas sumber daya manusia yang dimiliki birokrasi; dan

9
kepemimpinan birokrasi yang efektif dan koordinasi kerja pada birokrasi. Faktor-faktor
ini akan menentukan lancar tidaknya suatu birokrasi dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Selain itu, kinerja birokrasi di masa depan akan dipengaruhi oleh faktor-
faktor sebagai berikut:
1. Struktur birokrasi sebagai hubungan internal, yang berkaitan dengan fungsi yang
menjalankan aktivitas birokasi.
2. Kebijakan pengelolaan, berupa visi, misi, tujuan, sasaran, dan tujuan dalam
perencanaan strategis pada birokrasi.
3. Sumber daya manusia, yang berkaitan dengan kualitas kerja dan kapasitas diri untuk
bekerja dan berkarya secara optimal.
4. Sistem informasi manajemen, yang berhubungan dengan
pengelolaan database dalam kerangka mempertinggi kinerja birokrasi.
5. Sarana dan prasarana yang dimiliki, yang berhubungan dengan penggunaan
teknologi bagi penyelenggaraan birokrasi pada setiap aktivitas birokrasi.

10
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Good and clean govermance dapat diartikan sebagai segala hal yang terkait dengan
tindakan atau tingkah laku yang bersifat mengarahkan, mengendalikan, atau
mempengaruhi urusan publik untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Good and clean govermance sebagai wacana baru memiliki beberapa prinsip-prinsip
pokok sebagaimana diuraikan di atas.
3. Good and clean govermance memiliki peranan kontrol  sosial yang sangat penting
bagi keberlangsungan roda pemerintahan, yaitu untuk mewujudkan pemerintahan
yang baik dan bersih berdasarkan prinsip-prinsip pokok good and clean governance.
4. Good and clean govermance memiliki peran yang sangat fundamental dalam
penanganan kasus korupsi.
5. Kesuksesan tata kelola kepemerintahan yang baik dan kinerja birokrasi pelayanan
publik tidak lepas dari penerapan prinsip-prinsip dasar Good and clean govermance.

11
12

Anda mungkin juga menyukai