DISTRIBUSI PENDAPATAN
OLEH :
KELAS VI F
FAKULTAS EKONOMI
SINGARAJA
2019
A. Kemiskinan
1. Kemiskinan Relatif
Kemiskinan relatif merupakan kondisi miskin karena pengaruh kebijakan
pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat
sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan. Standar minimum
disusun berdasarkan kondisi hidup suatu negara pada waktu tertentu dan
perhatian terfokus pada golongan penduduk termiskin, misalnya 20 persen
atau 40 persen lapisan terendah dari total penduduk yang telah diurutkan
menurut pendapatan/ pengeluaran. Kelompok ini merupakan penduduk relatif
miskin. Dengan demikian, ukuran kemiskinan relatif sangat tergantung pada
distribusi pendapatan/ pengeluaran penduduk.
2. Kemiskinan Absolut
Ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan dasar
minimum seperti pangan, perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan
yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja. Kebutuhan dasar minimum
diterjemahkan sebagai ukuran finansial dalam bentuk uang dan nilainya
dikenal dengan istilah garis kemiskinan. Penduduk yang memiliki rata-rata
pendapatan/ pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan
digolongkan sebagai penduduk miskin.
B. Indeks Kemiskinan
Konsep :
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi
kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan
dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi
kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.
Jadi Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran
perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan.
Sumber Data :
Sumber data utama yang dipakai adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas) Modul Konsumsi dan Pengeluaran.
Garis Kemiskinan (GK)
Konsep :
1. Garis Kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan
Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM).
Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan
dibawah Garis Kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin.
2. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran
kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kilokalori
perkapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh
52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu,
sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll)
3. Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum
untuk perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Paket komoditi
kebutuhan dasar non makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di
perkotaan dan 47 jenis komoditi di pedesaan.
Sumber Data :
Sumber data utama yang dipakai adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas) Modul Konsumsi dan Pengeluaran.
Rumus Penghitungan :
GK = GKM + GKNM
Dimana :
α = 0
z = garis kemiskinan.
yi = Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk yang berada dibawah
garis kemiskinan (i=1, 2, 3, ...., q), yi < z
q = Banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan.
n = jumlah penduduk.
Sumber Data :
Sumber data utama yang dipakai adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas) Panel Modul Konsumsi dan Kor.
Rumus Penghitungan :
Dimana :
α = 1
z = garis kemiskinan.
yi = Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk yang berada dibawah
garis kemiskinan (i=1, 2, 3, ...., q), yi < z
q = Banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan.
n = jumlah penduduk.
Sumber Data :
Sumber data utama yang dipakai adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas) Panel Modul Konsumsi dan Kor.
Rumus Penghitungan :
Dimana :
α = 2
z = garis kemiskinan.
yi = Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk yang berada
dibawah garis kemiskinan (i=1, 2, 3, ...., q), yi < z
q = Banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan.
n = jumlah penduduk.
C. Distribusi Fungsional
Jadi, analisis dari Kurva diatas yaitu kurva permintaan dan penawaran sebagai
sesuatu yang menentukan harga per satuan (unit) dari masing-masing faktor
produksi. Apabila harga-harga unit faktor produksi tersebut dikalikan dengan
kuantitas faktor produksi yang digunakan bersumber dari asumsi utilitas
(pendayagunaan) faktor produksi secara efisien (sehingga biayanya berada pada
taraf minimum), maka kita bisa menghitung total pembayaran atau pendapatan
yang diterima oleh setiap faktor produksi tersebut. Sebagai contoh, penawaran
dan permintaan terhadap tenaga kerja dianggap akan menentukan tingkat upah.
Kemudian, jika upah ini dikalikan dengan seluruh tenaga kerja yang tersedia di
pasar, maka akan didapat jumlah keseluruhan pembayaran upah, yang terkadang
disebut dengan total pengeluaran upah (total wage bill).
Ada tiga alat ukur tingkat ketimpungan pendapatan dengan bantuan distribusi
ukuran, yakni Rasio Kuznets, Kurva Lorenz, dan Koefisien Gini.
A. Rasio Kuznets
Rasio ini sering dipakai sebagai ukuran tingkat ketimpangan antara dua kelompok
ekstrem (sangat miskin dan sangat kaya) di suatu negara.
B. Kurva Lorenz
Koefisien Gini adalah persamaan ukuran ketimpangan dan bisa berbeda-beda dari nol
yang mengindikasikan suatu kemerataan sempurna (perfect equality) sampai satu yang
berarti suatu ketimpangan total (perfect inequality) dalam distribusi pendapatan dan
pengeluaran.
Adapun kriteria ketimpangan pendapatan berdasarkan Koefisien Gini adalah :
1. Lebih dari 0,5 adalah berat.
2. Antara 0,35 dan 0,5 adalah sedang.
3. Kurang dari 0,35 adalah ringan.
Untuk mengetahui tingkat ketimpangan pendapatan perlu pula membagi penduduk dalam
kelompok-kelompok sebagai berikut :
1. Kelompok penduduk dengan pendapatan tinggi yang merupakan 20% dari jumlah
penduduk yang menerima pendapatan nasional/regional/PDRB.
2. Kelompok penduduk dengan pendapatan menengah yang merupakan 40% dari jumlah
penduduk yang menerima pendapatan nasional/regional/PDRB.
3. Kelompok penduduk dengan pendapatan rendah yang merupakan 40% dari jumlah
penduduk yang menerima pendapatan nasional/regional/PDRB. (Emil Salim, 1984 :
20).
DAFTAR PUSTAKA
https://www.bps.go.id/subject/23/kemiskinan-dan-ketimpangan.html
https://akhmadsyahroni17.wordpress.com/2015/03/20/tugas-perekonomian-
indonesia/