Anda di halaman 1dari 8

DIKLAT VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA HUTAN

DALAM MENDUKUNG UPAYA PELESTARIAN HUTAN MANGROVE


DI INDONESIA

Oleh : Dr. Hendra Gunawan

ABSTRACT
Diklat valuasi ekonomi sumber daya hutan dalam mendukung upaya
pelestarian hutan mangrove di Indonesia, merupakan kajian ilmiah yang
dilakukan dengan menggunakan study literature dan pelaksanaan
perhitungan langsung di lapangan. Tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini
adalah untuk memberikan gambaran akan pentingnya member penilaian
ekonomi terhadap kekayaan sumber daya hutan mangrove agar masyarakat
memahami bahwa begitu besarnya manfaat ekonomi yang telah diberikan
oleh hutan mangrove kepada manusia. Dengan mengetahui berapa nilai
ekonomi yang dimiliki oleh sebuah hamparan hutan mangrove, maka akan
dengan mudah pula kita menghitung besarnya kerugian apabila hutan
tersebut mengalami gangguan atau kerusakan.

Kata kunci; valuasi ekonomi – sumber daya hutan – kelestarian hutan


mangrove.

A. Pendahuluan
Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang
surut, terutama di pantai yang terlindung, laguna dan muara sungai yang tergenang
pada saat pasang dan bebas dari genangan pada saat surut yang komunitas
tumbuhannya bertoleransi terhadap garam. Dalam bahasa inggris kata mangrove
digunakan baik untuk komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah jangkauan pasang
surut maupun untuk individu-individu jenis tumbuhan yang menyusun komunitas
tersebut. (Macnae, 2003).
Hutan Mangrove memberikan perlindungan kepada berbagai organisme baik
hewan darat maupun hewan air untuk bermukim dan berkembang biak. Hutan
Mangorove dipenuhi pula oleh kehidupan lain seperti mamalia, amfibi, reptil, burung,
kepiting, ikan, primata, serangga dan sebagainya. Selain menyediakan
keanekaragaman hayati (biodiversity), ekosistem mangorove juga sebagai plasma
nutfah (geneticpool) dan menunjang keseluruhan sistem kehidupan di sekitarnya.
Habitat mangorove merupakan tempat mencari makan (feeding ground) bagi hewan-
hewan tersebut dan sebagai tempat mengasuh dan membesarkan (nursery ground),
tempat bertelur dan memijah (spawning ground) dan tempat berlindung yang aman bagi
berbagai ikan-ikan kecil serta kerang (shellfish) dari predator.
Beberapa fungsi dan manfaat hutan mangrove dapat dikelompokan sebagai
berikut: (a) fungsi dan manfaat fisik yang meliputi; (1) menjaga agar garis pantai tetap
stabil, (2) melindungi pantai dan sungai dari bahaya erosi dan abrasi, (3) menahan
badai/angin kencang dari laut, (4) menahan hasil proses penimbunan lumpur, sehingga
memungkinkan terbentuknya lahan baru, (5) menjadi wilayah penyangga, serta
berfungsi menyaring air laut menjadi air daratan yang tawar, dan (6) mengolah limbah
beracun, penghasil O2 dan penyerap CO2. (b) fungsi dan manfaat biologik yang
meliputi; (1) menghasilkan bahan pelapukan yang menjadi sumber makanan penting
bagi plankton, sehingga penting pula bagi keberlanjutan rantai makanan, (2) tempat
memijah dan berkembang biaknya ikan-ikan, kerang, kepiting dan udang, (3) tempat
berlindung, bersarang dan berkembang.biak dari burung dan satwa lain, (4) sumber
plasma nutfah & sumber genetik, dan (5) merupakan habitat alami bagi berbagai jenis
biota. (c) fungsi dan manfaat ekonomik yang meliputi; (1) penghasil kayu : bakar, arang,
bahan bangunan, (2) penghasil bahan baku industri : pulp, tanin, kertas, tekstil,
makanan, obat-obatan, kosmetik, dll, (3) penghasil bibit ikan, nener, kerang, kepiting,
bandeng melalui pola tambak silvofishery, dan (4) tempat wisata, penelitian &
pendidikan.
Namun laju perkembangan pembangunan ekonomi yang tidak mengindahkan
kepentingan ekologi dan keberlanjutan lingkungan telah serta merta memporak-
porandakan keberadaan hutan mangrove yang tersebar hampir diseluruh perairan
Indonesia. Dampak dari kegiatan yang tidak ramah lingkungan ini telah mengakibatkan
terdegradasinya fungsi dan manfaat keberadaan mangrove bagi kelangsungan hidup
manusia, baik fungsi fisik, fungsi biologik, maupun fungsi ekonomiknya.

B. Maksud dan Tujuan


Maksud dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengetahui bagaimana
cara menghitung nilai ekonomi hutan mangrove.
Adapun tujuannya adalah untuk mendukung upaya pelestarian hutan mangrove
melalui kegiatan valuasi ekonomi hutan mangrove dengan menggunakan kaidah ilmiah
yang bisa dipertanggungjawabkan.

C. Kajian Teoritik
Pengelolaan sumberdaya hutan (SDH) selalu ditujukan untuk memperoleh
manfaat, baik manfaat langsung (tangible benefits) maupun manfaat tidak langsung
(intangible benefit). Untuk memahami manfaat SDH ini maka perlu dilakukan penilaian
terhadap semua manfaat yang dapat dihasilkan oleh SDH tersebut. Penilaian manfaat
barang dan jasa SDH sangat membantu seorang individu, masyarakat atau organisasi
dalam mengambil suatu keputusan penggunaan SDH.
Penilaian merupakan upaya untuk menentukan nilai atau manfaat dari suatu
barang atau jasa untuk kepentingan tertentu masyarakat. Penilaian mancakup kegiatan
untuk pengembangan konsep dan metodologi guna menduga nilai total manfaat
sumberdaya hutan. Nilai merupakan persepsi manusia tentang makna suatu objek bagi
orang tertentu, pada waktu dan tempat tertentu. Persepsi tersebut berpadu dengan
harapan ataupun norma-norma kehidupan yang melekat pada individu atau masyarakat
(Davis, et al,1987). Selanjutnya dikemukakan bahwa besarnya nilai manfaat
sumberdaya hutan, sangat tergantung pada sistem penilaian yang dianut. Sistem nilai
tersebut antara lain mencakup : apa yang dinilai, kapan dinilai, dimana dan bagaimana
menilainya. Penentuan nilai manfaat SDH merupakan hal yang sangat penting sebagai
bahan pertimbangan dalam mengalokasikan SDH yang semakin langka. Secara
spesifik, informasi tentang nilai SDH itu sangat penting bagi para pengelola hutan
(forest managers) untuk menentukan suatu rekomendasi tertentu pada kegiatan
perencanaan, pengelolaan dan sebagainya (Fakultas Kehutanan IPB,1999). Selain itu
penilaian ekonomi bermanfaat untuk mengilustrasikan hubungan timbal balik antara
ekonomi dan lingkungan, yang diperlukan untuk melakukan pengelolaan SDH dengan
baik, dan menggambarkan keuntungan atau kerugian yang berkaitan dengan berbagai
pilihan kebijakan dan program pengelolaan SDH, sekaligus bermanfaat dalam
menciptakan keadilan dalam distribusi manfaat SDH tersebut.

Hutan Mangrove sebagai Sarana Praktek Valuasi Ekonomi Sumber Daya Hutan

Fungsi-fungsi hutan dapat dideskripsikan sebagai jasa-jasa yang disediakan SDH


untuk aktivitas ekonomi. Fungsi-fungsi hutan menjadi dasar bagi semua kegiatan
ekonomi. Sebagai contoh, fungsi-fungsi hutan mencakup menyediakan bahan baku
untuk produksi, penyediaan habitat, penyaringan air, penyerapan CO2, perlindungan
garis pantai, pengendalian erosi, dan lain-lain. Fungsi-fungsi tersebut tergantug pada
interaksi yang kompleks antara penutupan vegetasi (vegetation cover), tanah,
mikroorganisme, dan komponen-komponen eksositem yang lain. Apabila salah satu
dari komponen tersebut terganggu, rusak atau berubah, maka kesejahteraan manusia
dapat terganggu.
Dalam penilaian sumberdaya, perusakan fungsi-fungsi SDH tersebut di atas
diterima sebagai resiko yang dapat memberi dampak kesejahteraan dan kemakmuran
ekonomi jangka panjang. Sebagai hasilnya, biaya ekonomi yang meningkat akibat
kualitas eksositem SDH yang menurun dicakup dalam analisis. Pemanenan kayu dari
hutan alam misalnya, dapat menyebabkan kerugian ekonomi dalam aktivitas ekonomi
yang lain. Dengan demikian, dampak lingkungan yang luar biasa dari aktivitas
pemanenan dapat menyebabkan dampak negatif, dalam bentuk biaya ekonomi, pada
kegiatan ekonomi yang terkena dampak negatif tersebut. Adanya keterkaitan antara
fungsi hutan dengan kegiatan ekonomi, sehingga harus diperhatikan dalam pembuatan
keputusan pengelolaan sumberdaya hutan.
Penilaian ekonomi sumberdaya mencakup identifikasi perubahan-perubahan
dalam biaya dan manfaat ekonomi akibat perubahan dampak lingkungan. Nilai
dinyatakan dalam satuan moneter sehingga tercipta tolak ukur untuk membandingkan
nilai relatif manfaat komponen ekosistem dan kegiatan ekonomi. Nilai dapat diamati
atas dasar pilihan orang dalam pasar. Seberapa banyak individu-individu bersedia
membayar barang atau jasa dapat dianggap sebagai petunjuk tentang nilai pada
komoditi yang bersangkutan. Tetapi apa yang benar-benar dibayar sering kurang dari
kebersediaan individu membayarnya bagi barang dan jasa yang dikonsumsinya.
Perbedaan antara kebersediaan membayar dan apa yang benar-benar dibayarkan
disebut surplus konsumer, dan digunakan sebagai indikator dari nilai suatu komoditi.
Kebersediaan membayar sering digunakan dimana harga pasar tidak ada atau tidak
dapat diamati (Ramdan dkk, 2003). Berbagai pakar telah mengembangkan konsepsi
penilaian ini. Cara penilaian yang lazim, mengelompokkan nilai menjadi tiga kelompok
besar (McNelly,1993 dan Fakultas Kehutanan IPB, 1999) meliputi : (1) Nilai pasar atau
market value; Nilai pasar merupakan nilai yang diperoleh dari harga pasar hasil suatu
proses transaksi. Pada pasar bersaing sempurna, harga ini mencerminkan kesediaan
membayar setiap orang (willingnes to pay). Nilai yang diperoleh dari pasar persaingan
sempurna merupakan nilai baku karena memenuhi keinginan penjual dan pembeli serta
memberikan surplus kesejahteraan yang maksimal; (2) Nilai kegunaan atau value in
use; Penggunaan sumberdaya oleh seseorang atau individu merupakan nilai kegunaan
sumberdaya. Nilai kegunaan sumberdaya dapat digunakan oleh penjual maupun
pembeli untuk memberikan nilai kegunaan lahan dan potensi tegakan hutan; dan (3)
Nilai social atau social value; Nilai sosial adalah nilai yang ditentukan oleh individu atau
seseorang atau masyarakat berdasarkan suatu kesepakatan secara sosial. Bentuk-
bentuk nilai sosial ini dijabarkan dalam berbagai hal seperti undang-undang, regulasi,
anggaran dll yang menetapkan bobot atau nilai sosial.
Dimulai dengan membedakan nilai pemanfaatan (use value) dari nilai intrinsik.
Biaya penggunaan atau manfaat penggunaan (user benefit) didapat dari pemanfaatan
lingkungan yang aktual. Nelayan, pemburu binatang, ahli serangga, atau ahli burung
memanfaatkan lingkungan alam dan memperoleh manfaatnya. Para pecinta alam,
secara langsung atau melalui media lain seperti potret dan film juga menggunakan
lingkungan dan mendapatkan manfaatnya. Nilainya dinyatakan dalam nilai ekonomi
seperti yang didefinisikan di atas.
Sedikit lebih kompleks adalah nilai yang dinyatakan melalui pilihan dalam
penggunaan lingkungan, yaitu, nilai lingkungan sebagai manfaat yang potensial sebagai
hal yang berlawanan dengan nilai pemanfatan sekarang. Pakar ekonomi merujuk hal
ini pada nilai pilihan (option value). Esensi hal ini adalah suatu ekspresi atau pilihan
utama, kesediaan untuk membayar (willingness to pay), untuk pelestarian lingkungan
dinyatakan pada kemungkinan bahwa seseorang akan memanfaatkannya dikemudian
hari. Adanya ketidakpastian tentang pemanfaatan masa depan dikaitkan dengan
ketersediaannya, atau persediaan dari lingkungan, teori menjelaskan bahwa nilai pilihan
lebih mungkin menjadi positif. Dengan cara ini bagian pertama dari seluruh persamaan
untuk nilai ekonomi total adalah:
Nilai Total Pemanfaatan = Nilai Pemanfaatan Sebenarnya + Nilai Pilihan

Ketidakpastian ini berbeda dengan ketidakpastian tentang lingkungan di masa


depan yang membuat nilai pilihan menjadi positif. Bila diasumsikan bahwa
memasukkan preferensi individu yang belum Iahir (generasi masa depan) dapat
dianggap absah, ketidakpastian tentang preferensi masa depan dapat membuat nilai
pilihan menjadi negatif dan dapat dinyatakan bahwa:
Nilai intrinsik = Nilai Eksistensi

Sehingga nilai ekonomi total dapat dinyatakan sebagal berikut:


Nilai ekonomi total = Nilai pemanfaatan aktual + Nilai pilihan + Nilal eksistensi

Berdasarkan persamaan ini dapat dinyatakan hal sebagai berikut:


Nilai pilihan = Nilai pemanfaatan + nilai pemanfaat oleh generasi masa depan + nilai yang
digunakan untuk hal-hal lainnya

Tiga hal penting perlu disadari yaitu: (a) Pertama, tidak dapat diperbaharuinya
sumber daya alam apabila sudah mengalami kepunahan. Bila sumber daya alam
sebagai suatu aset tidak dapat dilestarikan terdapat kecenderungan akan musnah
dengan sedikit atau tanpa regenerasi: (b) Kedua, ketidakpastian; masa depan penuh
ketidakpastian sehingga akan timbul biaya yang potensial apabila aset dihilangkan dan
pilihan masa depan diabaikan. Hal yang dominan untuk ketidakpastian seperti ini
adalah diabaikannya ekosistem; dan (c) Ketiga, adalah keunikan, Beberapa studi
empiris mencoba menghitung nilai keberadaan dengan mengaitkannya pada flora fauna
jenis langka atau daerah yang memiliki keunikan pemandangannya.
Teori ekonomi menjelaskan bahwa kombinasi dari faktor tersebut di atas dapat
mengarahkan preferensi dari ketidak mengertian melalui upaya yang lebih berhati-hati
dalam melakukan eksploitasi. Ini berarti, upaya pelestarian dan konservasi akan lebih
diutamakan dibandingkan dengan kegiatan pembangunan yang menurunkan atau
merusak kualitas lingkungan. Selanjutnya untuk dapat memahami nilai sumber daya
alam dan fungsi lingkungan, ilmu ekonomi telah mengambangkan taksonomi dari apa
yang dikenal sebagai Nilai Ekonomi Total (NET). NET dibagi menjadi dua bagian, yaitu
nilai guna dan nilai non-guna (penggunaan secara pasif).

Persamaan: Total Environmental and Economic Value

Nilai guna
TEV = F( DUV, IUV, OV, QOV + BV, EV)

Nilai non-guna atau pasif


TV = G (PV + TEV)
Non-anthropocentric Anthropocentric
Instrumental value value

dimana:
TV = Nilai Lingkungan Total (Total Environmental Value)
TEV = Nilai Ekonomi Total (Total Economic Value)
DUV = Nilai Guna Langsung (Direct use Value)
IUV = Nilai Guna Tidak Langsung (Indirect Use Value)
OV = Nilai Pilihan (Option Value)
QOV = Quasi Nilai Pilihan (Quasi Option Value)
BV = Nilai Warisan (Bequest Value)
PV = Nilai Primer (Primary Value)
EV = Nilai Keberadaan (Existence Value)
D. Pembahasan
Perhitungan nilai ekonomi sumberdaya mangrove adalah suatu upaya melihat
manfaat dan biaya dari sumberdaya dalam bentuk moneter yang mempertimbangkan
lingkungan. Valuasi ekonomi sumberdaya alam tersebut bertujuan untuk menemukan
alokasi kebijakan pengelolaan sumberdaya mangrove yang efisien dan berkelanjutan.
Nilai ekonomi total merupakan instrumen yang dianggap tepat untuk menghitung
keuntungan dan kerugian bagi kesejahteraan rumah tangga sebagai akibat dari
pengalokasian sumberdaya alam. Penilaian sumberdaya mangrove secara total
dilakukan melalui penilaian semua fungsi dan manfaat hutan baik yang marketable
mapun non marketable, yang merupakan upaya peningkatan informasi yang dapat
memberikan kontribusi terhadap pengelolaan sumberdaya mangrove yang lestari.
Contoh perhitungan yang dilakukan pada kawasan hutan mangrove “X”

1. Nilai Manfaat Langsung

No Jenis Manfaat Nilai Manfaat (Rp/th) Biaya (Rp/th) Nilai Manfaat (Rp/thn)
1 Arang 4.685.459.760 2.483.293.673 1.829.672.036
2 Kayu Komersil 111.250.437.900 73.391.108.875 26.850.662.693
3 Kayu Bakar 3.103.380.540 700.249.968 2.298.093.077
4 Atap Nipah 477.443.160 103.976.510 357.870.173
5 Tiang Pancang 1.039.765.104 318.295.440 673.725.348
6 Burung 1.663.708.000 - 1.663.708.000
7 Reptil 114.390.000 - 114.390.000
8 Mamalia 1.182.650.000 - 1.182.650.000
9 Tambak 16.800.000.000 7.296.823.333 8.408.653.167
10 Buah Mangrove 27.770.137.500 13.885.068.750 11.802.308.438
Jumlah 168.087.371.964 98.178.816.550 55.181.732.932

2. Manfaat Tidak Langsung

No Jenis Manfaat Nilai Manfaat  (Rp/tahun) %


1 Penahan Abrasi 10.846.000.000 27,52
2 Pencegah Intrusi 4.533.276.000 11,50
3 Penyerap Karbon 6.489.979.146 16,47
4 Jasa Biologis 17.539.495.127 44,51
Jumlah 39.408.750.273 100,00

3. Nilai Pilihan

No Jenis Manfaat Nilai Manfaat  (Rp/tahun) %


1 Nilai Pilihan 690.793.547,- 100

4. Nilai Keberadaan
No Jenis Manfaat Nilai Manfaat  (Rp/tahun) %
1 Nilai Keberadaan 12.193.070.178,- 100

5. Nilai Ekonomi Total (Total Economy Value ) Ekosistem Hutan Mangrove

Persamaan: Total Environmental and Economic Value

Nilai guna TEV = F( DUV, IUV, OV, QOV + BV, EV)

dimana:
TV = Nilai Lingkungan Total (Total Environmental Value)
TEV = Nilai Ekonomi Total (Total Economic Value)
DUV = Nilai Guna Langsung (Direct use Value)
IUV = Nilai Guna Tidak Langsung (Indirect Use Value)
OV = Nilai Pilihan (Option Value)
QOV = Quasi Nilai Pilihan (Quasi Option Value)
BV = Nilai Warisan (Bequest Value)
PV = Nilai Primer (Primary Value)
EV = Nilai Keberadaan (Existence Value)

No Jenis Manfaat Nilai Manfaat (Rp/thn) Persentase (%)


1 Nilai Manfaat Langsung 55,181,732,932 51.34
2 Nilai Manfaat Tidak Langsung 39,408,750,273 36.66
3 Nilai Pilihan 690,793,547 0.64
4 Nilai Keberadaan 12,193,070,178 11.34
Jumlah 107,474,346,929 100.00

E. Kesimpulan
Berdasar dari pemaparan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut;
1. Penilaian ekonomi sumberdaya hutan mangrove dilakukan dengan menghitung
seluruh nilai ekonomi yang dimiliki oleh hutan mangrove tersebut yang meliputi; (a)
Nilai Guna Langsung, (b) Nilai Guna Tidak Langsung, (c) Nilai Pilihan, dan (d) Nilai
Keberadaan. Seluruh data tersebut kemudian di masukan kedalam persamaan ;
Nilai Guna Langsung + Nilai Guna Tidak Langsung + Nilai Pilihan + Nilai
Keberadaan.
2. Nilai Ekonomi sumberdaya hutan mangrove adalah sebagai berikut;

No Jenis Manfaat Nilai Manfaat (Rp/thn) Persentase (%)


1 Nilai Manfaat Langsung 55,181,732,932 51.34
2 Nilai Manfaat Tidak Langsung 39,408,750,273 36.66
3 Nilai Pilihan 690,793,547 0.64
4 Nilai Keberadaan 12,193,070,178 11.34
Jumlah 107,474,346,929 100.00
DAFTAR PUSTAKA
1. Gittinger, J.P. 1982. Economic Analysis of agricultural Projects. John Hopkins University
Press: Maryland USA.
2. Gray, C., P. Simanjuntak, L.K. Sabur, P.F.L. Maspaitella, R.C.G. Varley. 2005. Pengantar
Evaluasi Proyek (Edisi Kedua). PT. Gramedia Pustaaka Utama, Jakarta.
3. Gregersen,H dan Contreras,A. 1992. Economic assessment of Forestry Project Impacts.
FAO. Roma- Italy.

Anda mungkin juga menyukai