Lapkas Kulit
Lapkas Kulit
PENDAHULUAN
Tinea kruris yang sering disebut “jock itch” merupakan infeksi jamur
superfisial yang mengenai kulit pada daerah lipat paha, genital, sekitar anus dan
tinea unguinum (20%), tinea kruris (10%), tinea pedis dan tinea barbae (6%), dan
sebanyak 1% tipe lainnya.3 Didapatkan data di Unit Penyakit Kulit dan Kelamin
2002-2004 di RS. Dr. Sardjito, data 10 besar penyakit di Poli Kulit dan Kelamin
bagian jamur sendiri menduduki peringkat pertama atau kasus yang paling sering
dijumpai. Pada tahun 2011 di Rumah Sakit (RS) Dr.M.Djamil Padang tinea kruris
tahun 2010 ditemukan 288 orang penderita baru dematofitosis dengan 207 orang
penderita baru tinea kuris.2,3 Suhu dan kelembaban yang tinggi menjadi salah satu
1
Penyakit ini dapat bersifat akut atau menahun, bahkan dapat merupakan
penyakit yang berlangsung seumur hidup.1 Tinea kruris lebih sering menyerang
Ciri khas pada infeksi jamur adanya central healing yaitu bagian tengah
sistemik penggunaan antibiotika dan obat steroid, Higiene juga berperan untuk
berusia 58 tahun yang dirawat di irina C3 Rumah Sakit Prof. Dr. R. D. Kandou
2
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : ADN
Umur : 58 Tahun 2 Bulan
TTL : Manado, 25 Juni 1960
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Poigar 2 Jaga II Lingk. V Sinonsayang
Suku : Bolaang
Pekerjaan : Petani
Agama : Kristen Protestan
Tanggal Konsul : 31 Agustus 2018
No. HP : 085241771820
B. Anamnesis
Keluhan utama:
Bercak merah kehitaman bersisik disertai gatal di paha kiri, pinggang,
bokong sejak 5 tahun yang lalu
Riwayat Pengobatan:
Pasien mengatakan bahwa pasien menggunakan kalpanax dan juga
minum CTM untuk mengobati keluhan kulitnya.
3
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien memiliki riwayat Hipertensi, Asam urat, Kolesterol. Tidak ada
riwayat Diabetes dan penyakit jantung
Riwayat Alergi:
Pasien memiliki riwayat alergi makanan seperti telur, daging ayam, ikan
cakalang.
Riwayat Atopi:
Pasien memiliki riwayat alergi makanan, tidak memiliki riwayat asma
ataupun riwayat bersin-bersin pada pagi hari.
Riwayat Kebiasaan:
Pasien mandi sebanyak 3x sehari dengan menggunakan sabun mandi. Pasien
sering melakukan aktivitas yang menghasilkan banyak keringat yaitu pasien
bekerja sebagai petani. Pasien sehari-hari bekerja sebagai tani di sawah
milik pribadi.
C. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
4
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital
Nadi : 86 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,7°C
Berat Badan : 90 kg
Kepala
Leher
Thoraks
Abdomen
5
Hepar / Lien : Tidak teraba.
Inguinalis
Ekstremitas
Status Dermatologis :
6
Gambar 2. Lesi pada regio gluteus
D. Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan
mikroskopik kerokan kulit dengan pewarnaan KOH 20%.
Dari hasil mikroskopik didapatkan hifa panjang dan
bersepta.
7
Gambar 3. Pengambilan sampel
Gambar
4. Gambaran mikroskopik
E. Diagnosis
Tinea Kruris
F. Diagnosis Banding
- Psoriasis Vulgaris
- Pityriasis Rosea
- Kandidiasis Inguinalis
G. Penatalaksanaan
- Miconazole 2% cream 2 x oles setiap hari
- Cetirizine 10 mg 1x1
8
H. Edukasi
Oleskan salep secara teratur 2 kali sehari, setelah mandi
dioleskan secara tipis dan merata pada keseluruhan lesi.
Pengobatan harus dilakukan secara menyeluruh pada lesi,
konsisten, dan tekun untuk menghindari kekambuhan. Merubah
pola hidup lebih higienis. Ganti pakaian, handuk, sprei yang
digunakan, dan cuci teratur. Hindari penggunaan pakaian, handuk,
seprai bersama anggota keluarga serumah. Kontrol kembali ke
poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou
Manado setelah pasien rawat jalan.
I. Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
BAB III
PEMBAHASAN
9
Dermatofitosis adalah sekelompok penyakit jamur kulit superfisial yang
epidermis, rambut dan kuku, yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofita.
Infeksi dermatofitosis dikenal dengan nama tinea dan dibagi berdasarkan lokasi. 5,6
Tinea kruris sering disebut “jock itch” merupakan infeksi jamur superfisial yang
mengenai kulit pada daerah genitokrural saja atau bahkan meluas ke daerah
sekitar anus, daerah gluteus dan perut bagian bawah atau bagian tubuh yang lain. 1
lokasi, yaitu tinea kapitis, tinea barbe, tinea kruris, tinea pedis et manum, tinea
unguium, dan tinea korporis. Selain 6 bentuk tinea, masih dikenal istilah yang
mempunyai arti khusus, yaitu : tinea imbrikata; tinea favosa atau favus; tinea
fasialis, tinea aksilaris; tinea sirsinata, arkuata. Keempat istilah tersebut dapat
Tinea Kruris adalah jenis kedua dari dermatofitosis yang paling umum
diseluruh dunia, namun lebih sering terjadi pada zona tropis, seperti Indonesia. 7
Penyakit ini merupakan salah satu bentuk klinis tersering di Indonesia dan ditemui
kejadian dermatofitosis, tinea korporis (57%), tinea unguinum (20%), tinea kruris
(10%), tinea pedis dan tinea barbae (6%), dan sebanyak 1% tipe lainnya. 3 Pada
tahun 2011 di Rumah Sakit (RS) Dr.M.Djamil Padang tinea kruris merupakan
dermatofitosis terbanyak (72%), berdasarkan data rekam medis selama tahun 2010
ditemukan 288 orang penderita baru dematofitosis dengan 207 orang penderita
baru tinea kuris.2,3 Tinea menduduki peringkat kelima sari sepuluh penyakit
10
Pusat DR. Moh. Hosein Palembang, dan tinea kruris menduduki peringkat ketiga
Suhu dan kelembaban yang tinggi menjadi salah satu faktor yang
mendukung penyebaran infeksi ini.2,3 Penyakit ini dapat bersifat akut atau
Tinea kruris lebih sering pada rentang usia 51-60 tahun dan tiga kali lebih sering
terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita.3 Orang dewasa lebih sering
sering terbatas pada lipatan genitokrural dan bagian pertengahan paha atas. T.
Kruris seperti halnya tinea korporis, menyebar melalui kontak langsung ataupun
karena adanya oklusi dan lingkungan yang hangat, serta iklim yang lembab.3
penetrasi melewati dan di antara sel, dan perkembangan respon penjamu.9 Pertama
adalah berhasil melekatnya artrokonidia, spora aseksual yang dibentuk dari hasil
pertahanan penjamu, antara lain asam lemak yang dihasilkan oleh kelenjar sebasea
yang bersifat fungiastik dan kompetisi dengan flora normal. 2 Dalam beberapa jam,
11
secara in vitro 2 jam setelah terjadinya kontak, pertumbuhan dan invasi spora
mulai berlangsung.
Proses kedua adalah invasi spora ke lapisan yang lebih dalam. Tahap ini
dibantu oleh sekresi proteinase, lipase dan enzim musinolitik, yang menjadi
nutrisi bagi jamur. Trauma dan maserasi juga membantu penetrasi jamur ke
keratinosit. Selain itu, manans, suatu zat yang terkandung dalam dinding sel
dermatofita ini, dapat menghalangi proliferasi dari keratinosit dan espon imunitas
pengaruhi oleh status imun penderita dan organisme yang terlibat. Reaksi
peranan yang sangat penting dalam melawan dermatofita. Respon inflamasi dari
imunitas seluler yang rusak akan mengakibatkan proses penyakit kronis dan
berulang. Pengaruh adanya atopi dan kadar IgE yang tinggi juga diduga
dermatologis dari pasien ini mengarah pada tinea kruris. Hal ini juga diperkuat
dengan ditemukannya hifa panjang dan bersepta pada kerokan kulit dengan KOH
pemeriksaan penunjang tinea adalah pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH dan
akan tampak hifa panjang, bersepta dan bercabang, serta spora berderet
(artrospora).1
12
Pada anamnesis pasien ada keluhan bercak merah kehitaman bersisik
disertai gatal di paha kiri, pinggang, bokong sejak 5 tahun yang lalu. Awalnya
muncul bercak merah kecil di bokong yang lama kelamaan membesar dan meluas
ke pinggang dan paha kiri. Pasien mengeluh gatal terutama saat berkeringat
ataupun setelah makan telur ayam. Pasien sudah sering oles obat kalpanax dan
minum CTM untuk mengurangi keluhan pada kulitnya. Hal ini sesuai dengan
kepustakaan yang menyatakan bahwa pasien memiliki gejala klinis berupa gatal.
Bagian tepi lesi lebih aktif (lebih jelas tanda-tanda peradangan) dari pada bagian
tengah dan ini sesuai dengan keluhan pasien yang menyatakan tepi lesi berwarna
merah. Adapun gejala khas dari tinea adalah tepi lesi aktif dan central healing.1
keringat yaitu dengan berkerja sebagai petani, dan berganti pakaian hanya saat
berbagai faktor resiko yang mempengaruhi pertumbuhan dari tinea korporis antara
lain: higienitas diri yang buruk, obesitas, iklim yang panas dan lembab, sering
hiperpigmentasi, ukuran plakat, batas tegas, tepi aktif (+), central healing (+).
Adapun gambaran khas tinea berupa tepi aktif dan central healing.1
13
Untuk pengobatan tersedia bermacam pengobatan topikal maupun
pengobatan yang diakui memiliki keunggulan dalam bidang mikologi. Obat yang
dipilih biasanya terdiri dari sistemik dan topikal. Mekanisme kerja obat pada
target yang berbeda akan meningkatkan keberhasilan terapi. Selain itu tujuan
lain atau kepada orang lain dan lingkungan di sekitarnya. Anti jamur yang dapat
digunakan adalah golongan azole dan allylamine. Yang merupakan obat pilihan
miconazole. Diberikan 1-2 kali sehari, lama pengobatan bergantung pada lokasi
oles sehari serta diberikan edukasi pada pasien yaitu meningkatkan tingkat
orang lain dan menghindari pakaian yang tidak menyerap keringat dan terlalu
7.8
ketat, serta pakaian dicuci bersih. Seorang individu dengan infeksi tinea
BAB IV
KESIMPULAN
14
Seorang laki-laki 58 tahun datang ke RSUP Prof. Kandou Manado dengan
keluhan bercak merah kehitaman. Bercak terdapat di paha kiri, pinggang, dan
bokong yang timbul sejak 5 tahun lalu. Bercak dirasakan semakin gatal kalau
sedang berkeringat. Awalnya muncul bercak merah kecil dibokong yang disertai
rasa gatal, kemudian lama kelamaan bercak dirasakan membesar dan meluas ke
pinggang dan paha kiri. Rasa panas dan nyeri pada bercak disangkal. Pasien
telur, daging ayam, ikan cakalang. Riwayat penderita yang sama dalam keluarga
Setelah diobati keluhan berkurang namun kembali dirasakan lagi beberapa saat
kesadaran compos mentis tanda vital dalam batas normal dan pada status
dermatologis pada region femur sinistra, regio inguinalis, regio gluteus, regio
tepi aktif (+), central healing (+). Pada pemeriksaan mikroskopik preparat dengan
KOH 20% didapatkan hasil hifa panjang dan bersepta. Berdasarkan hasil
Cetirizine 10mg 1x1. Pasien juga diberikan edukasi untuk mengoleskan salep
secara teratur 2 kali sehari, setelah mandi dioleskan secara tipis dan merata pada
konsisten, dan tekun untuk menghindari kekambuhan. Merubah pola hidup lebih
15
higienis. Kontrol kembali ke poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R.D.
DAFTAR PUSTAKA
16
1. Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran
sediaan langsung koh 20% dengan sentrifugasi dan tanpa sentrifugasi pada
2012.
Cleveland.2003.
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolf K, eds.
8. James WD, Berger TG, Elston DM, eds. Andrew’s Diseases of the Skin,
17
9. Hay JR, Ashbee HR. Mycology: superficial mycoses. Burns T, Breathnach
18