Anda di halaman 1dari 12

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT

DAN SURVEY LAPANGAN UNTUK TANAMAN ASPARAGUS DI DESA


PELAGA KABUPATEN BADUNG

Egi Wandana1*, I Dewa Nyoman Raka2 dan Bagus Putu Udiyana2


1
Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Mahasaraswati Denpasar
2
Dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Mahasaraswati Denpasar

*Email :gie.wands@gmail.com, HP: 085339104182

ABSTRAK

Penelitian ini mengkaji pemanfaatan Citra satelit dan Survey lapangan untuk
menentukan lokasi kesesuaian lahan untuk tanaman Asparagus.Terdapat dua tujuan utama
dalam penelitian ini.Tujuan pertama adalah mengevaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman
Asparagus di Desa Pelaga Kecamatan Petang Kabupaten Badung.Tujuan kedua adalah
Membuat peta kesesuaian lahan untuk tanaman Asparagus di Desa Pelaga Kecamatan Petang
Kabupaten Badung.Penelitian dilakukan di Desa Pelaga Kecamatan Petang Kabupaten
Badung dengan batas adaministrasi Desa sebagai batas daerah penelitiannya.
Penentuan lokasi kesesuaian lahan untuk tanaman asparagus dilakukan dengan
metode evaluasi lahan yang menggunakan citra satelit sebagai sumber data, didukung dengan
kerja lapangan dan data sekunder.Analisis data dilakukan dengan menggunakan Sistem
Informasi Geografis (SIG).Lokasi pengambilan sampel ditentukan dengan menggunakan
metode purposive sampling berdasarkan jumlah satuan lahan dengan mempertimbangkan
aspek keterwakilan unit analisis dan keterjangkauan.Penetuan kesesuaian lahan dilakukan
dengan teknik pengharkatan (scoring) masing-masing karakteristik lahan.Kesesuaian lahan
mewakili kecocokan fisik lahan untuk suatu macam peruntukan dan penggunaan lahan
mewakili ketersediaan lahannya.
Hasil penelitian menunjukan bahwa citra Spot 6 dan citra SRTM (Shuttle Radar
Topography Mission) dapat digunakan untuk perolehan sebagian besar informasi
karakteristik lahan yang digunakan untuk evaluasi kesesuaian lahan tanaman asparagus. Desa
Pelaga memiliki sebagian besar lahan yang sangat sesuai (S1) untuk tanaman asparagus
dengan luas 2506.80 Ha atau 78,21 % dari luas total Desa Pelaga, dan lahan yang cukup
sesuai (S2) untuk tanaman asparagus dengan luas 698.23 Ha atau 21,79 % dari luas total
Desa Pelaga.

Kata Kunci :Evaluasi Kesesuaian Lahan, Citra satelit, survey lapangan dan
Tanaman Asparagus.

AGRIMETA: JURNAL PERTANIAN BERBASIS KESEIMBANGAN EKOSISTEM 18


I. PENDAHULUAN Salah satu produk teknologi
pengindraan jauh adalah citra satelit.Citra
1.1. Latar Belakang Penelitian Satelit merupakan suatu gambaran
permukaan bumi yang direkam oleh sensor
Tanaman asparagus mulai (kamera) pada satelit pengideraan jauh yang
dibudidayakan di daerah Desa Pelaga pada mengorbit bumi, dalam bentuk image
pertengahan Tahun 2010, melalui (gambar) secara digital.Keunggulan citra
pendekatan OVOP (One Village One satelit adalah resolusi spasial yang tinggi
Product) yang diwadahi oleh sebuah sehingga menghasilkan informasi yang rinci,
lembaga Koperasi Tani Mertha Nadi, serta memberikan visual permukaan bumi
tanaman asparagus ini dijadikan produk sangat detail.Sistem Informasi Geografi
unggulan Desa Pelaga yang merupakan (SIG) sebagai salah satu teknologi informasi
komoditi unggulan di Badung Utara. Dari moderen dapat menangani dan mengolah
hasil penelitian Universitas Udayana, data-data geografis meliputi pemasukan,
menunjukan bahwa kualitas asparagus pengelolaan, manajamen (penyimpanan dan
petani Desa Pelaga merupakan yang terbaik pemanggilan kembali), manipulasi dan
di Indonesia. analisis, serta keluaran data yang dilakukan
dengan cepat dan hasil yang tepat sehingga
Untuk memenuhi pasar dan dapat dihasilkan informasi baru dengan cara
persentase ekspor komoditas perkebunan, yang lebih mudah.
dapat dilakukan dengan memperbesar skala 1.2. Rumusan Masalah
usaha, peningkatan produktivitas, dan
Berdasarkan uraian dalam latar belakang
efisiensi.Dalam upaya memperbesar skala
tersebut di atas, maka permasalahan
usaha, salah satu alternatif caranya adalah
penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut
melalui perluasan areal perkebunan.Dalam
:
pengembangan lokasi perekebunan perlu
1. Sesuaikah Desa Pelaga untuk dijadikan
memperhatikan aspek fisik lahan, yaitu
tempat budidaya Asparagus?
kesesuaian karakteristik fisik lahan dengan
2. Lokasi mana sajakah di Desa Pelaga
prasyarat tumbuh tanamannya.Selain itu
juga adanya kesesuaian dengan aspek sosial, yang sesuai untuk dikembangkan
dalam hal ini meliputi aspek penggunaan sebagai tempat budidaya Asparagus?
lahan.Sehingga dalam penentuan lokasi
perekebunan diperlukan evaluasi untuk 1.3. Tujuan Penelitian
mendapatkan informasi kedua aspek di atas Berdasarkan uraian diatas, maka tujuan yang
supaya lokasi perekebunan tersebut ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
selanjutnya sesuai baik fisik maupun sosial. 1. Mengevaluasi kesesuaian lahan untuk
Evaluasi lahan pada dasarnya tanaman Asparagus di Desa Pelaga
merupakan proses menduga kemampuan Kecamatan Petang Kabupaten Badung.
untuk berbagai pemanfaatan lahan. 2. Membuat peta kesesuaian lahan untuk
Kerangka dasar dari evaluasi lahan adalah tanaman Asparagus di Desa Pelaga
membandingkan persyaratan setiap Kecamatan Petang Kabupaten Badung
penggunaan lahan tertentu dengan sifat
sumberdaya lahan yang ada pada lahan II. METODE PENELITIAN
tersebut.Dengan melakukan evaluasi lahan
dapat diketahui lokasi-lokasi yang sesuai 1.1. Tempat dan Waktu
untuk tanaman perkebunan.Dalam
melakukan evaluasi lahan diperlukan data Penelitian ini berlokasi di Desa Pelaga,
mengenai informasi karakteristik Kecamatan Petang, Kabupaten
lahan.Informasi karakteristik lahan ini dapat Badung.Waktu penelitian dilakukan
disadap dari data pengindraan jauh.

AGRIMETA: JURNAL PERTANIAN BERBASIS KESEIMBANGAN EKOSISTEM 19


pada bulan Januari 2016sampai dengan pertimbangan yang digunakan antara
bulan April 2016 lain : aksesibilitas dan keterwakilan
sebagai unit analisis. Unit analisis yang
1.2. Bahan dan Alat Penelitian digunakan merupakan satuan pemetaan
yang dibentuk dari komponen lahan
2.2.1. Bahan penelitian :
yang berupa kemiringan lereng, jenis
 Tabel kriteria kesesuaian lahan tanah dan penggunaan lahan.
tanaman Asparagus Dalam kerja lapangan dilakukan
 Peta Tanah pengecekan hasil interpretasi peta
 Peta Penggunaan Lahan dan Peta satuan lahan, pengukuran atau
Kelerengan pengambilan data lapangan serta
 Citra SRTM, dan Citra Spot 6 pengambilan sampel tanah untuk diolah
di laboratorium.

2.2.2. Alat penelitian 2.4.2. Pengumpulan Data

 Seperangkat PC dengan perangkat a. Data Primer


lunak, Software Arc GIS 10.2 dan Ms.
Excel 2010 Sumber data primer yang akan
 Global Positioning System (GPS) digunakan dalam evaluasi lahan
untuk tanaman asparagus (Asparagus
 Peralatan kerja lapangan terdiri atas :
officinalis) yaitu, melalui kegiatan
bor tanah, kompas sunto tandem interpretasi citra. Interpretasi citra
yang dilakukan adalah
1.3.Metode Penelitian
mengidentifikasi obyek yang
Metode yang digunakan dalam tergambar pada citra.Interpretasi
penelitian ini adalahmenggunakan disini dimaksudkan untuk
pendekatan kuantitatif dengan mendapatkan informasi mengenai
pengharkatan, yaitu memberikan harkat parameter-parameter yang digunakan
(skor) pada setiap parameter dan untuk pembuatan peta satuan lahan
memberikan bobot penimbang pada serta informasi mengenai
masing-masing parameter yang karakteristik lahan. Informasi
besarnya sesuai dengan pengaruhnya karakteristik lahan dapat diperoleh
terhadap evaluasi lahan tanaman dari kegiatan interpretasi citra secara
asparagus.Dalam penelitian ini teknik langsung maupun dengan
pengumpulan data yangdilakukan menggunakan metode deduktif dari
adalah dengan interpretasi citra beberapa unsur medan. Berikut
penginderaan jauh dan merupakan informasi-informasi
dilanjutkandengan survey lapangan. karakteristik lahan dalam
hubungannya dengan persyaratan
1.4.Tahap Persiapan tumbuh tanaman :
2.4.1. Penentuan Sampel dan Kerja
1. Penggunaan Lahan
Lapangan
Informasi penggunaan lahan dapat
Penentuan titik sampel satuan lahan
dinterpretasikan secara langsung dari
menggunakan metode purposive
citra.Informasi ini digunakan dalam
sampling.Menurut Sugiyono (2001)
evaluasi kesesuaian lahan untuk
purposive sampling adalah teknik
asparagus (Asparagus
penentuan sampel dengan pertimbangan
officinalis).Interpretasi citra
tertentu. Adapun pertimbangan-
penginderan jauh dilakukan untuk

AGRIMETA: JURNAL PERTANIAN BERBASIS KESEIMBANGAN EKOSISTEM 20


mengetahuiinformasi jenis b. Data Sekunder
penggunaan lahan aktual.
Adapun informasi-informasi yang
dapat diperoleh dari data iklim yaitu
2. Kemiringan lereng
:
1. Curah hujan
Penggolongan kelas kemiringan
Peta sebaran curah hujan dibuat
lereng disesuaikan dengan syarat
dengan menggunakan metode
tumbuh tanaman asparagus
isohyet dari data curah hujan rerata
di beberapa stasiun hujan antara lain
Tabel 1.Klasifikasi kemiringan lereng
: stasiun hujan Petang, stasiun hujan
Baturiti, stasiun hujan Sukasada,
No Kelas Kemiringan
stasiun hujan Catur, dan stasiun
lereng (%) hujan Tegalalang. Kelas curah hujan
rerata disusun berdasarkan data
1 Datar 0 – <8 syarat tumbuh tanaman untuk
2 Agak ≥ 8 – < 16 masing-masing kelas kesesuaian.
Miring
3 Miring ≥ 16 –<30 2. Temperatur udara rerata
4 Curam ≥ 30 Dikarenakan pada daerah penelitian
data suhu udaranya tidak tersedia,
maka suhu udara diperkirakan
3. Drainase tanah berdasarkan ketinggian tempat dari
permukaan air laut. Makin tinggi
Drainase adalah pengeringan air tempat, semakin rendah suhu udara
yang berlebihan pada tanah, yang rata-ratanya dan hubungan ini
mencakup proses pengatusan dan dihitung dengan menggunakan
pengaliran air yang berada pada rumus Braak yaitu :
profil tanah maupun pada permukaan T = 26,30 C – 0,0061 h
tanah yang menggenang.Penilaian Dimana :
drainase diambil dari tekstur tanah 26,30 C = suhu rata-rata di
dengan kelerengan. permukaan air laut tropis..
h = ketinggian tempat dari
Tabel 2. Analisis Drainase permukaan laut (dalam 100 meter)

Kelerengan 3.2.1. Uji ketelitian interpretasi


Tekstur 0-8 8-15 16-30 >30
Ketepatan data hasil interpretasi akan
% % % % menentukan keberhasilan langkah
selanjutnya yakni evaluasi dan
Lempung s s t st
analisis berdasarkan data tersebut.
Lempung Berliat r r t st
Adapun uji ketelitian interpretasi
Lempung berpasir b at t st
yang dipergunakan dalam penelitian
ini adalah formula yang
Keterangan : st = Sangat Tinggi dikemukakan oleh Short, (1982)
t = Tinggi dalam Sutanto, (1985), yaitu dengan
s = Sedang cara membandingkan antara hasil
r = Rendah interpretasi dengan keadaan
at = Agak Tinggi sebenarnya di lapangan.
b = Baik

AGRIMETA: JURNAL PERTANIAN BERBASIS KESEIMBANGAN EKOSISTEM 21


1.5.Evaluasi dan Analisis Hasil Tabel 4. Faktor Pembobot dan Skor Tiap
Kelas Parameter Lahan Untuk
2.5.1 Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk kesesuaian Tanaman Asparagus

Perkebunan Asparagus Faktor Parameter Kelas Skor


Pembobot
Evaluasi kesesuaian lahan terhadap 18 - ≤ 25 3
perkebunan asparagus dilakukan ≥ 15 - ≤18 / > 25 - ≤ 30 2
dengan memberikan nilai (skor) 2 Suhu (°C)
≥ 10 - ≤ 15 / ≥ 30 - ≤ 35 1
skala (0 s/d 3)dan faktor pembobot < 10 / > 35 0
pada setiap karakteristik lahan (1 dan >1000 - < 2000 3
2). Pada kegiatan scoring ini, setiap Curah Hujan >500 - ≤1000 / ≥2000 - ≤3000 2
parameter karakteristik lahan yang 2 ≥250 - ≤500 / >3000 - ≤4000
(mm) 1
ada ditentukan kelas-kelasnya <250 / >4000 0
berdasarkan persyaratan tumbuh Baik 3
tanaman pada masing-masing kelas Agak Tinggi 2
kesesuaian untuk menentukan nilai 1 Drainase Tinggi, Sedang 1
pada masing-masing kelas.Kelas Sangat Tinggi, Sangat 0
parameter lahan yang sesuai dengan Rendah
syarat tumbuh untuk kelas Agak Halus, Sedang 3
kesesuaian yang tinggi memiliki nilai Halus 2
1 Tekstur
yang tinggi, sebaliknya kesesuaian Agak Kasar 1
kelas parameter lahan yang sesuai Kasar 0
dengan syarat tumbuh kelas ≥ 5.5 – ≤ 7.8 3
kesesuaian yang rendah memiliki ≥ 5.0 - < 5.5 / > 7.8 - ≤ 8.0 2
1 pH
nilai atau skor yang rendah pula. < 5.0 / >8.0 1
Tabel 3. Pemberian Skor Tingkat td 0
Kesesuaian Lahan Sangat tinggi,tinggi, 3
sedang
Tingkat Kesesuaian 1 N-Total Rendah 2
Simbol Skor
Lahan Sangat rendah 1
Sangat sesuai S1 3 Tidak ada data 0
Cukup sesuai S2 2 Sangat tinggi,tinggi, 3
Sesuai marjinal S3 1 sedang
1 K Rendah 2
Tidak sesuai N 0
Sangat rendah 1
Tidak ada data 0
Sangat tinggi,tinggi, 3
sedang
1 P Rendah 2
Sangat rendah 1
Tidak ada data 0
>0 - ≤ 4 3
>4 - < 6 2
1 Salinitas
≥ 6 - ≤8 1
>8 0
<8 3
Kemiringan ≥ 8 - ≤ 16 2
1
Lereng ‘ > 16 - ≤ 30 1
>30 0

AGRIMETA: JURNAL PERTANIAN BERBASIS KESEIMBANGAN EKOSISTEM 22


<5 3selanjutnya dijadikan titik pengamatan
Batuan di ≥ 5 - ≤ 15 2untuk kegiatan lapangan yang bertujuan
1 permukaan
‘> 15 - ≤ 40 1untuk menguji ketelitian hasil
(%)
>40 0interpretasi dan pengambilan data
<5 3lapangan.
Singkapan ≥ 5 - ≤ 15 2
1
Batuan (%) ‘> 15 - ≤ 25 Tabel1 6. Satuan Lahan Di Daerah Penelitian
>25 0
>1.2 No Satuan
3 Pengguna Jenis Kemiri
0.8 – 1.2 Lahan an Lahan Tanah ngan
2
1 C – Organik Lereng
< 0.8 1 Andosol
Tidak ada data 0 Coklat
1 Sw /ADS /L1 Sawah Kelabu 0-8 %
Andosol
Kebun Coklat
Tabel 5. Penentuan Kelas Skor Total Untuk2 Kbn /ADS /L1 Campuran Kelabu 0-8 %
Regosol
Penentuan Kelas Kesesuaian 3 Pmk /RGS /L1 Pemukiman Berhumus 0-8 %
Regosol
Kelas Kesesuaian Skor Total 4 Sw /RGS /L1 Sawah Berhumus 0-8 %
Regosol
Sangat Sesuai (S1) 33,76 - 45 5 Tgln /RGS /L1 Tegalan Berhumus 0-8 %
Cukup Sesuai (S2) 22,6 - 33,75 Kebun Regosol
6 Kbn /RGS /L1 Campuran Berhumus 0-8 %
Sesuai Marginal (S3) 11,26 - 22,5 Andosol
Tidak Sesuai (N) 0 - 11,25 Coklat
7 Smk /ADS /L1 Semak Kelabu 0-8 %
Andosol
Coklat
1.6.Penyajian hasil 8 Pmk /ADS /L1 Pemukiman Kelabu 0-8 %
Keluaran hasil dari Sistem Informasi Andosol
Tgln /ADS Coklat
Geografis (SIG)adalah berupa peta9 /L1 Tegalan Kelabu 0-8 %
kesesuaian lahan perkebunan asparagus Regosol
yang dilengkapi denganbatas10 Sw /RGS /L2 Sawah Berhumus 8-16 %
Regosol
administrasi, jalan dan sungai. 11 Pmk /RGS /L2 Pemukiman Berhumus 8-16 %
Regosol
III. HASIL PENELITIAN 12 Tgln /RGS /L2 Tegalan Berhumus 8-16 %
Kebun Regosol
3.1. Satuan Lahan dan cara13 Kbn /RGS /L2 Campuran Berhumus 8-16 %
Penyusunannya Regosol
Penelitian ini menggunakan satuan14 Smk /RGS /L2 Semak Berhumus 8-16 %
Andosol
lahan sebagai satuan Coklat
pemetaannya.Adapun satuan lahan ini15 Sw /ADS /L2 Sawah Kelabu 8-16 %
disusun berdasarkan komponen jenis Andosol
Tgln /ADS Coklat
tanah, kemiringan lereng, dan16 /L2 Tegalan Kelabu 8-16 %
penggunaan lahan. Dari hasil pemetaan Andosol
ini maka didaerah penelitian terdapat 42 Coklat
17 Htn /ADS /L2 Hutan Kelabu 8-16 %
satuan lahan.Macam satuan lahan yang Andosol
terdapat disaerah penelitian beserta Coklat
kelas-kelas parameter penyusunnya18 Pmk /ADS /L2 Pemukiman Kelabu 8-16 %
Andosol
disajikan pada tabel.Pada masing- Kebun Coklat
masing satuan lahan diambil titik sampel19 Kbn /ADS /L2 Campuran Kelabu 8-16 %
yang dianggap cukup mewakili masing- Andosol
Coklat
masing unit satuan serta mudah20 Smk /ADS /L2 Semak Kelabu 8-16 %
dijangkau.Lokasi titik sampel ini Regosol
21 Smk /RGS /L3 Semak Berhumus 16-30 %

AGRIMETA: JURNAL PERTANIAN BERBASIS KESEIMBANGAN EKOSISTEM 23


Andosol di lapangan menggunakan alat ukur
Coklat
22 Smk /ADS /L3 Semak Kelabu 16-30 % kemiringan lereng, nilai kelerengan juga
Regosol bisa didapatkan melalui perhitungan pada
23 Sw /RGS /L3 Sawah Berhumus 16-30 % Citra SRTM
Regosol
24 Pmk /RGS /L3 Pemukiman Berhumus 16-30 %
Regosol
Tabel 7. Uji Ketelitian Hasil Pengukuran
25 Tgln /RGS /L3 Tegalan Berhumus 16-30 % Kemiringan Lereng Di Desa Pelaga
Andosol
Coklat Hasil Hasil Pengukuran Citra SRTM
26 Sw /ADS /L3 Sawah Kelabu 16-30 % pengukuran 0-8 8 - 16 16 – 30 >.30 Jumlah
Kebun Regosol dilapangan % % % %
27 Kbn /RGS /L3 Campuran Berhumus 16-30 % 0-8% 6 3 9
Andosol 8 - 16 % 10 1 11
Coklat 16 – 30 % 1 11 12
28 Pmk /ADS /L3 Pemukiman Kelabu 16-30 % >.30 % 2 8 10
Andosol Total 42
Tgln /ADS Coklat
29 /L3 Tegalan Kelabu 16-30 %
Andosol Ketelitian Pengukuran
Coklat
30 Htn /ADS /L3 Hutan Kelabu 16-30 % 6 + 10 + 11 + 8
Andosol
= × 100%
42
Kebun Coklat
31 Kbn /ADS /L3 Campuran Kelabu 16-30 % = 83,33 %
Latosol
Coklat 3.3. Interpretasi Penggunaan Lahan
32 Htn /LTS /L3 Hutan Kekuningan 16-30 % Penggunaan lahan merupakan bentuk
Regosol
33 Sw /RGS /L4 Sawah Berhumus >30 % penggunaan kegiatan manusia
Regosol terhadap lahan, termasuk keadaan
34 Tgln /RGS /L4 Tegalan Berhumus >30 % alamiah yang belum terpengaruh
Kebun Regosol
35 Kbn /RGS /L4 Campuran Berhumus >30 % oleh kegiatan manusia
Andosol
Coklat Tabel 8. Uji ketelitian Hasil Interpretasi
36 Sw /ADS /L4 Sawah Kelabu >30 %
Andosol Penggunaan Lahan di Desa Pelaga
Coklat
37 Pmk /ADS /L4 Pemukiman Kelabu >30 % Hasil Hasil Interpretasi Citra Spot 6
Andosol
Coklat pengamatan
38 Smk /ADS /L4 Semak Kelabu >30 % di Lapangan SW KBN PMK TGLN HTN SMK Jml
Andosol
Kebun Coklat SW 6 2 8
39 Kbn /ADS /L4 Campuran Kelabu >30 % KBN 8 8
Andosol PMK 7 7
Tgln /ADS Coklat TGLN 8 8
40 /L4 Tegalan Kelabu >30 % HTN 5 5
Andosol SMK 2 3 1 6
Coklat Jumlah 42
41 Htn /ADS /L4 Hutan Kelabu >30 % Keterangan : SW = Sawah
Latosol KBN = Kebun Cmpuran
Coklat PMK = Pemukiman
42 Htn /LTS /L4 Hutan Kekuningan >30 % TGLN = Tegalan
HTN = Hutan
SMK = Semak
Ketelitian Pengukuran
3.2. Interpretasikemiringan lereng
6+8+7+8+5+1
=
Informasi spasial kelerengan 42
mendeskripsikan kondisi permukaan lahan × 100%
seperti datar, landai, curam atau terjal.
Selain melalui pengukuran secara langsung = 83,33 %

AGRIMETA: JURNAL PERTANIAN BERBASIS KESEIMBANGAN EKOSISTEM 24


3.4 Pengolahan Data Iklim Untuk 3.5 Analisis tanah lapangan
Pemetaan Parameter Karakteristik
Lahan Dalam melakukan survey lapangan
penulis mengambil 42 sampel tanah,
yang kemudian dari 42 sampel tanah
a. Suhu Udara tersebut dikompositkan menjadi 6
sampel tanah berdasarkan kesamaan
Data suhu udara di daerah penelitian jenis tanah dan penggunaan
diperoleh dari data sekunder lahannya. Analisis tanah dilakukan
dikarenakan pada daerah penelitian di Laboratorium Ilmu Tanah
data suhu udaranya tidak tersedia, Fakultas Pertanian Universiatas
maka suhu udara diperkirakan Udayana dan diperoleh hasil sebagai
berdasarkan ketinggian tempat dari berikut :
permukaan air laut dengan - Analisis berdasarkan tekstur tanah
mengunakan rumus Braak menyatakan bahwa yang termasuk
Tabel 9. Suhu udara Rata-rata dalam kategori sangat sesuai (S1)
berdasarkan rumus Braak sejumlah 3 sampel, dan yang
termasuk kategori sesuai marginal
Ketinggian (M (S3) sejumlah 3 sampel.
NO Suhu (°C) - Analisis berdasarkan pH
dpl) menyatakan semua sampel tanah
1 600 – < 1360 termasuk dalam kategori sangat
25°C – < 18°C
sesuai (S1)
2 ≥ 1360 – ≤ 1852 ≤ 18°C – ≥ 15°C - Analisis berdasarkan N-Total
3 > 1852 – ≤ 2100 menyatakan bahwa yang termasuk
< 15°C – ≥ 10°C
dalam kategori sangat sesuai (S1)
sejumlah 2 sampel, dan yang
termasuk kategori cukup sesuai
b. Curah Hujan (S2) sejumlah 4 sampel.
- Analisis berdasarkan K-Tersedia
Data curah hujan yang digunakan menyatakan bahwa yang termasuk
dalam penelitian merupakan data dalam kategori sangat sesuai (S1)
curah hujan total tahunan yang sejumlah 1 sampel, dan yang
dirata-rata dalam periode 10 tahun termasuk kategori cukup sesuai
Tabel 10. Data Curah Hujan rata-rata (S2) sejumlah 5 sampel.
dalam periode 10 tahun - Analisis berdasarkan P-Tersedia
menyatakan bahwa yang termasuk
Curah hujan rata- dalam kategori cukup sesuai (S2)
Lokasi
rata/tahun (mm) sejumlah 1 sampel, yang termasuk
Tegalalang 2530.0 kategori sesuai marginal (S3)
Catur 2637.4 sejumlah 4 sampel, dan yang
Baturiti 3091.2 termasuk kategori tidak sesuai (N)
sukasada 1584.9 sejumlah 1 sampel.
Petang 2759.6 - Analisis berdasarkan C-Organik
Sumber : BMKG Wilayah III menyatakan semua sampel tanah
Denpasar (periode tahun 2006 s/d termasuk dalam kategori sangat
2015). sesuai (S1)
- Analisis berdasarkan Salinitas
menyatakan semua sampel tanah

AGRIMETA: JURNAL PERTANIAN BERBASIS KESEIMBANGAN EKOSISTEM 25


termasuk dalam kategori sangat yang artinya memiliki kelerengan curam,
sesuai (S1) batuan permukaan tidak ada dan singkapan
batuan tidak ada.
3.6 Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Berdasarkan hasil pemetaan dan
TanamanAsparagus(Asparagus perhitungan luas kesesuaian tanamn
officinalis) asparagus ternyata di daerah penelitian
sebagian besar termasuk lahan sangat sesuai
Bedasarkan hasil analisis kesesuaian (S1) untuk dikembangkan sebagai areal
lahan untuk Tanaman Asparagus, di Desa tanaman asparagus yaitu seluas 2506.80 Ha
Pelaga ditinjau dari segi fisik lahannya atau 78,21 % dari luas total Desa Pelaga.
memiliki dua kelas kesesuaian untuk Selanjutnya diikuti dengan lahan yang
pengembangan tanaman Asparagus, yaitu termasuk kelas cukup sesuai (S2) dengan
kelas sangat sesuai (S1) dan cukup sesuai luas 698.23 Ha atau 21,79 % dari luas total
(S2). Pada lahan sangat sesuai (S1) memiliki Desa Pelaga. Luas dan persentase masing-
parameter lahan temperatur rerata antara 18 masing kelas kesesuaian disajikan pada
- 25° C, curah hujan berkisar 2000 mm/th - tabel.11.
3000 mm/th, mempunyai drainase rata-rata
agak tinggi dan tinggi, tekstur tanah sedang Tabel 11. Luas Tiap Kesesuaian Lahan
yaitu bertekstur lempung dan agak kasar Tanaman Asparagus
yaitu bertekstur lempung berpasir, pH H2O
7,530-7,550 yang artinya agak alkalis, Kelas Luas Persentase
salinitas antara 0,080 dan 0,100 artinya Kesesuaian (Ha) (%)
memiliki salinitas sangat rendah, C organik S1 2506.80 78,21
antara 2,950 -2,960 artinya memiliki C S2 698.23 21,79
organic sedang, N-Total 0.180 dan 0.210 Total 3205.03 100.00
rendah dan sedang, P tersedia memiliki
11,150-19,570 artinya memiliki P tersedia
rendah sampai sedang, Ktersedia berkisar Lahan dengan kelas sangat sesuai
120,690 sampai 212,160 artinya memiliki K (S1) untuk tanaman asparagus (Asparagus
rendah sampai sedang, lereng berkisar 16-30 officinalis) meliputi wilayah Banjar
%, batuan permukaan tidak ada dan Tinggan, Banjar Semanik, Banjar Tiyingan,
singkapan batuan tidak ada. Banjar Pelaga, Banjar Kiadan, dan Banjar
Nungnung.
Pada lahan (S2) antara lain memiliki Sedangkan lahan dengan kelas
parameter lahan memiliki parameter lahan Cukup Sesuai (S2) untuk tanaman asparagus
temperatur rerata antara 18 – 25° C, curah (Asparagus officinalis) meliputi wilayah
hujan berkisar 2000 mm/th - 3000 mm/th, Banjar Auman, Banjar Munduktiying, dan
mempunyai drainase rata-rata sangat tinggi, Banjar Bukian serta pada wilayah hutan.
tekstur tanah agak kasar yaitu bertekstur Di daerah penelitian Desa Pelaga
lempung berpasir dan sedang yaitu Petani Asparagus yang sekarang ini masih
bertekstur lempung, pH H2O 7,530-7,550 aktif terdapat di daerah Banjar Kiadan dan
yang artinya agak alkalis, salinitas antara Banjar Bukian, sehingga sesuai dengan hasil
0,080 dan 0,100 artinya memiliki salinitas penelitian dan keadaan di lapangan.Dari
sangat rendah, C organic berkisar 2,950 dan analisa hasil tumpangsusun peta terlihat
5,540 artinya memiliki C organic sedang bahwa yang menjadi batas antara kedua
sampai sangat tinggi, N-Total berkisar kelas kesesuaian lahan ini adalah
0.180 dan 0.300 artinya memiliki N-Total kemiringan lereng.Lahan yang cukup sesuai
rendah dan sedang, P tersedia berkisar (S2) ini memiliki kemiringan lereng curam
19,570 artinya memiliki P tersedia sedang, dan berada pada drainase yang sangat
Ktersedia berkisar 212,160 artinya memiliki tinggi.Kemiringan lahan ini sangat
K tersedia sedang, lereng berkisar >30 %

AGRIMETA: JURNAL PERTANIAN BERBASIS KESEIMBANGAN EKOSISTEM 26


mempengaruhi adanya bahaya erosi, daerah- b. Wilayah yang temasuk kategori evaluasi
daerah yang memiliki kemiringan lahan lahan cukup sesuai (S2) yaitu : Hutan
yang curam, pada umumnya memiliki 556.76 Ha,Kebun campuran 120.41 Ha,
bahaya erosi yang cukup besar. Sawah 14.02 Ha, dan Tegalan 7.04 Ha.
Guna meningkatkan kesesuaian
lahan dibutuhkan beberapa perbaikan pada 4.2. Saran
kualitas lahan.Sehingga kelas kesesuaian 1. Dapat dilakukan penelitian lanjutan
lahan cukup sesuai (S2) dapat mengenai jenis-jenis tanaman lain yang
meningkat.Pada masing-masing Satuan juga sesuai untuk dikembangkan di
lahan (SATLAH) memiliki tingkat daerah penelitian
perbaikan kualitas lahan yang berbeda-beda 2. Untuk mengembangkan tanaman
tergantung dari tingkat karakteristik lahan asparagus disarankan menggunakan
yang perlu diperbaiki.Pada karakteristik wilayah dengan penggunaan lahan
lereng, perbaikan yang dapat dilakukan kebun campuran, sawah dan semak.
menurut Saleh et al. (2000) yaitu dengan
melakukan kegiatan teknik konservasi tanah. DAFTAR PUSTAKA
Untuk kondisi lereng 0-8% teknik yang
dapat dilakukan adalah penanaman strip Adi, D. P. 2000. Pemanfaatan Foto Udara
yang digabung dengan penanaman mulsa dan Sistem Informasi Geografis
menurut kontur (Contour Strip Cropping). untuk Penentuan Lokasi Lahan
Penanaman strip dan mulsa dapat Pengembangan Budidaya
menghambat laju erosi. Untuk kondisi Tanaman Buah-buahan di
lereng 8-15% teknik konservasi tanah yang Kabupaten Karanganyar, Skripsi
dapat dilakukan dengan Counter Strip (tidak dipublikasikan), Fakultas
Cropping, dengan jarak yang lebih pendek, Geografi Universitas Gadjah
yaitu 5-7 meter. Mada, Yogyakarta
Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan
IV PENUTUP Air.Bandung : Penerbit IPB (IPB
4.1. Kesimpulan Press)
1. Berdasarkan penelitian yang penulis
lakukan didapatkan bahwa hasil Data monografi.2015, Desa Pelaga
evaluasi kesesuaian lahan Desa Pelaga dari.bulan Juli sampai dengan
memiliki sebagian besar lahan yang bulan Desember 2015
sangat sesuai (S1) untuk tanaman
asparagus dengan luas 2506.80 Ha Djaenudin, D., Marwan, H., Subagyo, H.,
atau 78,21 % dari luas total Desa Mulyani, A., dan Suharta, N.
Pelaga, dan lahan yang cukup sesuai 2000. Kriteria Kesesuaian Lahan
(S2) untuk tanaman asparagus dengan Untuk Komoditas Pertanian. Pusat
luas 698.23 Ha atau 21,79 % dari luas Penelitian Tanah dan Agroklimat.
total Desa Pelaga. Bogor
2. Adapun pembagian wilayah Desa
Pelaga berdasarkan hasil evaluasi FAO. 1976. A Framework for Land
lahan adalah sebagai berikut : Evaluation. Soil Resources
a. Wilayah yang temasuk kategori evaluasi Management and Conservation
lahan sangat sesuai (S1) yaitu : Hutan Servis Land and Water
dengan luas 141.37 Ha, Kebun Depelopment Division. FAO
campuran 1822.84 Ha, Pemukiman SOIL Bulletin No. 32. FAO-
108.27 Ha, Sawah 93.66 Ha dan Semak UNO, Rome
2506.8 Ha Fatwa M. K. 2014. Analisis Penggabungan
Citra (Image Fusion)

AGRIMETA: JURNAL PERTANIAN BERBASIS KESEIMBANGAN EKOSISTEM 27


Menggunakan Citra ALOS Nurfalaq, A. 2012.Pemanfaatan Citra SRTM
AVNIR-2 dan PRISM untuk dalam Pemetaan Topografi.Dari
Pemetaan Dasar Perairan Dangkal http://mafiaturatea.blogspot.co.id/
di Pulau Barrang Lompo. 2012/05/pemanfaatan-citra-srtm-
dalam-pemetaan.html. Diunduh
Hidayat, M.Y. 2006, Evaluasi Kesesuaian 20 Pebruari 2016
Lahan Untuk Tanaman Sengon
(Paraserianthes falcataria (L) Ridhawati, H. 2008. Kelayakan Finansial
Nielsen) Pada Beberapa Satuan Investasi Usahatani Asparagus
Kelas Lereng (Studi Kasus di (Asparagus officionalis) Ramah
Kecamatan Cipatat, Kabupaten Lingkungan Pt Agro Lestari,
Bandung, Jawa Barat). Skripsi Bogor
(tidak dipublikasikan), Fakultas
Kehutanan, Bogor. Ritung, S., Wahyunto., Famuddin, A., dan
Hidayat, H., 2007. Panduan
Kahar, A. 1991. Kesesuaian Lahan Tanaman Evaluasi Kesesuaian Lahan.
Pangan dan Perkebunan di Bogor: Balai Penelitian Tanah
Sebagian Wilayah Pesisir dan World Agroforestry Centre
Kabupaten Idragiri Hilir Propinsi (ICRAF).
Riau, Skripsi (tidak
dipublikasikan), Fakultas Riyanto, E. PP., dan Indelarko, H., 2009,
Geografi Universitas Gadjah Pengembangan Aplikasi Sistem
Mada, Yogyakarta Informasi Geografis, Yogyakarta :
Penerbit Gava Media.
Lapan, 2014.Spesifikasi Data Spot-6 dan
Spot-7.Dari Rizqyani, R. 2005. Aplikasi Foto Udara dan
http://pustekdata.lapan.go.id/index Sistem Informasi Geografis untuk
.php/subblog/read/2014/2631/Spe Penentuan Lokasi Pengembangan
sifikasi-Data-Spot-6-dan-Spot- Lahan Perkebunan Kopi dan
7/litbang-pengolahan- kakao di Kecamatan Cangkringan
data.Diunduh 20 Pebruari 2016. Saleh, A., Suryani, E., Rochman, A., dan
Lillesand, T. M., dan R. W. Kiefer, 1990, Mulyani, A. 2000. Evaluasi
Penginderaan Jauh dan Ketersediaan Lahan Untuk
Interpretasi Citra, diterjemahkan Perluasan Areal Pertanian
oleh Dulbahri, Gadjah Mada Mendukung Ketahanan Pangan
University Press, Yogyakarta. dan Agribisnis di Propinsi
Sumatra Barat.Badan Penelitian
Malingreau dan Mangunsukarjo, K. dan Pengembangan Pertanian.
1978.Evaluasi lahan dan Bogor.
Pendekatan Terpadu untuk
Pembangunan Pedesaan.Pusat Siswanto, 2006. Evaluasi Sumberdaya
Pendidikan Interpretasi Citra Lahan, Surabaya : Penerbit UPN
Penginderaan Jauh dan Survei Press.
Terpadu. Yogyakarta: Fakultas
Sitorus, S.R.P. 1985. Analisis Keragaman
Geografi UGM.
Tanah Pada Satuan Peta Lahan,
Nuarsa, I. W. 1998. Penggunaan Analisis Hasil Klasifikasi Lahan
Citra Digital dan Sistem Informasi Pendekatan Fisiografik Kongres
Geografi untuk Prediksi Besarnya Nasional IV Himpunan Ilmu
Erosi di DAS Ayung Bagian Hilir Tanah Indonesia. Bogor
Kabupaten Badung Propinsi Bali.

AGRIMETA: JURNAL PERTANIAN BERBASIS KESEIMBANGAN EKOSISTEM 28


Sugiyono 2001, Metode Penelitian
Administrasi, Penerbit Alfabeta
Bandung
Susetyo, W. 2015. Sukses Bertanam
Asparagus Prospek Usaha Bagus,
Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Sutanto, 1985. Penginderaan Jauh Jilid 1,
Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Sutanto, R. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah :
Konsep dan Kenyataan.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Widiastuti, T. 2012. Evaluasi Kesesuaian
Lahan Untuk Komoditas Tanaman
Pertanian Di Distrik Anggi
Kabupaten Manokwari.
Yulianda, F. 2007. Ekowisata Bahari
sebagai Alternatif Pemanfaatan
Sumberdaya PesisirBerbasis
Konservasi.Disampaikan pada
Seminar Sains 21 Februari
2007Departemen MSP.FPIK.IPB.
Bogor

AGRIMETA: JURNAL PERTANIAN BERBASIS KESEIMBANGAN EKOSISTEM 29

Anda mungkin juga menyukai