Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

INTERAKSI GEN

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1 :
Febri Amalia Putri (06091181722041)
Nandiva Puteri Wahidarta (06091181722011)
Rendi Satria (06091281722036)
Septianeri (06091281722044)
Yohana Yosinta Putri Simamora (06091281722032)

Dosen Pengampuh :
Dr. Rahmi Susanti, M.Si.
Dra. Lucia Maria Santoso, M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020
I. Tujuan
Untuk memahami pengertian interaksi gen

II. Landasan Teori


Hukum Mendel merupakan dasar dari perwarisan sifat, namun penelitian lebih lanjut
menemukan bahwa banyak gen yang tidak sesuai hukum Mendel. Jika perbandingan fenotipe F2
hasil persilangan monohibrid dan dihibrid berdasarkan hukum Mendel adalah 3:1 dan 9:3:3:1,
penelitian lain menghasilkan perbandingan F2 yang berbeda. Penelitian lebih lanjut
mengungkapkan bahwa hal tersebut disebabkan oleh adanya interaksi antar gen. Interaksi tersebut
menghasilkan perbandingan fenotipe yang menyimpang dari hukum Mendel. Penyimpangan semu
hukum Mendel merupakan bentuk persilangan yang menghasilkan rasio fenotif yang berbeda
dengan dasar dihibrid menurut hukum Mendel, meskipun tampak berbeda sebenarnya rasio fenotif
yang diperoleh merupakan modifikasi dari penjumlahan rasio fenotif Hukum Mendel semula.
Bagi pemulia tanaman mempelajari penyimpangan Hukum Mendel merupakan suatu keharusan
karena Hukum Mendel adalah hukum genetika, oleh karena itu pada laporan ini akan membahas
mengenai penyimpangan Hukum Mendel.
Interaksi gen adalah penyimpangan semu terhadap hukum Mendel yang tidak melibatkan
modifikasi nisbah fenotipe, tetapi menimbulkan fenotipe-fenotipe yang merupakan hasil kerja
sama atau interaksi dua pasang gen nonalelik.
Selain terjadi interaksi antar alel, interaksi juga dapat terjadi secara genetik. Selain mengalami
berbagai modifikasi rasio fenotipe karena adanya peristiwa aksi gen tertentu, terdapat pula
penyimpangan semu terhadap hukum Mendel yang tidak melibatkan modifikasi rasio fenotipe,
tetapi menimbulkan fenotipe-fenotipe yang merupakan hasil kerja sama atau interaksi dua pasang
gen nonalelik. Peristiwa semacam ini dinamakan interaksi gen menurut (Suryo: 2008). Peristiwa
interaksi gen pertama kali dilaporkan oleh W. Bateson dan R.C. Punnet setelah mereka mengamati
pola pewarisan bentuk jengger ayam.
Menurut William D. Stansfield (1991 : 56) fenotipe adalah hasil produk gen yang dibawa
untuk diekspresikan ke dalam lingkungan tertentu. Lingkungan ini tidak hanya meliputi berbagai
faktor eksternal seperti: temperatur dan banyaknya suatu kualitas cahaya. Sedangkan faktor
internalnya meliputi: Hormon dan enzim. Gen merinci struktur protein. Semua enzim yang
diketahui adalah protein. Enzim melakukan fungsi katalis, yang menyebabkanpemecahan atau
penggabungan berbagai molekul. Semua reaksi kimiawi yang terjadi di dalam sel merupakan
persoalan metabolisma. Reaksi – reaksi ini merupakan reaksi pengubahan bertahap satu substansi
menjadi substansi lain, setiap langkah (tahap) diperantarai oleh suatu enzim spesifik. Semua
langkah yang mengubah substansi pendahulu (precursor) menjadi produk akhir menyusun suatu
jalur biosintesis.Interaksi gen terjadi bila dua atau lebih gen mengekspresikan protein enzim yang
mengkatalis langkah – langkah dalam suatu jalur bersama.
Persilangan ayam berjengger mawar dengan ayam berjengger ercis menghasilkan keturunan
dengan bentuk jengger yang sama sekali berbeda dengan bentuk jengger kedua tetuanya. Ayam
hibrid (hasil persilangan) ini memiliki jengger berbentuk walnut. Selanjutnya, apabila ayam
berjengger walnut disilangkan dengan sesamanya, maka diperoleh generasi F2dengan fenotipe
walnut : mawar : ercis : tunggal = 9 : 3 : 3 : 1. Dari fenotipe tersebut, terlihat adanya satu kelas
fenotipe yang sebelumnya tidak pernah dijumpai, yaitu bentuk jengger tunggal.
Munculnya fenotipe jengger tunggal dan walnut, mengindikasikan adanya keterlibatan dua
pasang gen nonalelik yang berinteraksi untuk menghasilkan suatu fenotipe. Kedua pasang gen
tersebut masing-masing ditunjukkan oleh fenotipe mawar dan fenotipe ercis.

III. Alat dan Bahan


1 Gambar macam – macam jengger ayam
2 Dua buah baling – baling gentika (dapat diganti dengan model gen)

IV. Langkah Kerja


1 Untuk melihat perbandingan fenotip keturunan ayam berjengger sumpel yang disilangkan
dengan ayam berjengger sumpel, putarlah kedua baling – baling bersama.
2 Hentikan secara acak dan amatilah tangan baling – baling yang bertemu. Kemudian catatlah
dengan table tangan (berhadapan yang menunjukkan 2 gamet yang bersatu).
3 Putarlah hingga 100 kali.
4 Tuliskan fenotip dengan fenotipe yang muncul dalam table tangan dengan ketentuan yang
tertera.
5 Hitunglah jumlah masing – masing fenotipe yang muncul.

V. Hasil Pengamatan
Uji Hukum Mendel melalui simulasi dihibrid dengan rasio F2 = 11:2:2:1

Tabel 1. Analisis persilangan dihibrid, rasio fenotif F2 = 11:2:2:1 untuk 100 kali pengambilan
Kelas Observed Expected (E) (O-E)2 (O-E)2/E
(O)
Dial/Walnut 52 56 16 0,28
(R_P_)
Pial/Ros (R_pp) 21 19 9 0,47
Ercis/pial/Pea 18 19 1 0,05
(rrP_)
Tunggal/pial 9 6 9 1,5
single (rrpp)
Total 100 100 2,3
Ket : Dial/Walnut = (R_P_)
Pial/Ros = (R_pp)
Ercis/pial/Pea = (rrP_)
Tunggal/pial single = (rrpp)

X2 Hitung = ∑ ( O−E )2 / E = 2,3


X2 tabel (0,05;8) = 7,83

Kesimpulan : X2 Hitung < X2 tabel, maka rasio yang diperoleh tidak menyimpang dari
Hukum Mendel

Tabel 2. Analisis persilangan dihibrid, rasio genotif F2 = 1:2:1:2:4:2:1:2:1 untuk 100 kali
pengambilan
Kelas Observed (O) Expected (E) (O-E)2 (O-
E)2/E
RRPP 6 6 0 0
RRPp 9 12 9 0,75
RRpp 7 6 1 0,16
RrPP 10 12 4 0,33
RrPp 27 25 4 0,16
Rrpp 14 12 4 0,33
rrPP 7 6 1 0,06
rrPp 11 12 1 0,08
rrpp 9 6 9 1,5
Total 100 100 3,37
Ket : Dial/Walnut = (R_P_)
Pial/Ros = (R_pp)
Ercis/pial/Pea = (rrP_)
Tunggal/pial single = (rrpp)

X2 Hitung = ∑ ( O−E )2 / E = 3,37


X2 tabel (0,05;8) = 15,51

Kesimpulan : X2 Hitung < X2 tabel, maka rasio yang diperoleh tidak menyimpang dari
Hukum Mendel

VI. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, praktikan menggunakan model baling-baling genetika untuk
mengamati dan memahami interaksi gen. Terdapat dua baling-baling genetika yang masing-
masing bertuliskan empat gamet: RP, Rp, rP, dan rp. Kemudian dilakukan pengambilan data
sebanyak 100 kali dan hasilnya dihitung dengan chi-square.
Berdasarkan data yang diperoleh, didapatkan pengulangan fenotif Walnut sebanyak 52
kali, Rose sebanyak 21 kali, Pea sebanyak 18 kali, dan Tunggal sebanyak 9 kali. Data tersebut
tidak jauh berbeda dengan hasil yang diharapkan (expected): Walnut (56), Rose (19), Pea (19),
dan Tunggal (6). Setelah dilakukan perhitungan Uji Hukum Mendel dengan tabel chi-square,
didapatkan x2 hitung sebesar 2,3 yang lebih kecil dari x 2 tabel yakni 7,83. Dari hasil uji tersebut
menunjukkan bahwa rasio fenotif hasil dari simulasi interaksi gen yang telah dilakukan tidak
menyimpang dari Hukum Mendel yang menyatakan rasio perbandingan fenotif F2 dari hasil
persilangan dihibrid adalah 9 : 3 : 3 : 1.
Selain data fenotif, dilakukan perhitungan chi-square untuk Uji Hukum Mendel untuk
genotif, diperoleh x2 hitung sebesar 3,37 yang lebih kecil dari x2 tabel yakni 15,51. Dari hasil uji
tersebut menunjukkan bahwa rasi genotif hasil dari simulasi interaksi gen yang telah dilakukan
juga tidak menyimpang dari Hukum Mendel yang menyatakan rasio perbandingan genotif F2
dari hasil persilangan dihibrid adalah 1 : 2 : 1 :2 : 4 : 2 : 1 : 2 : 1.
Simulasi interaksi gen menggunakan baling-baling genetika yang telah dilakukan
menunjukkan adanya interaksi antar gen-gen. Simulasi interaksi gen mewakili interaksi gen yang
terjadi pada jengger ayam. Ketika ayam berjengger walnut dikawinkan sesamanya, maka akan
didapatkan keturunan dengan tipe jengger yang berbeda-beda dengan rasio 9/16 walnut, 3/16
rose, 3/16 pea, dan 1/16 tunggal. Hal ini menunjukkan bahwa tipe jengger ayam ditentukan dari
interaksi 2 pasangan alel yang berbeda. Karena itulah, dalam percobaan interaksi gen ini
dilakukan menggunakan baling-baling genetika yang menggambarkan masing-masing 4 gamet
yang berbeda: RP, Rp, rP, rp. Gamet-gamet ini kemudian akan mengelompok secara bebeas
sesuai dengan Hukum Mendel II membentuk gen-gen yang menentukan bentuk jengger ayam.
Interaksi antara alel R dominan dan P dominan menghasilkan jengger walnut, alel R dominan
dan p menghasilkan jengger rose, alel r dan P dominan menghasilkan jengger pea, sedangkan
alel r dan p menghasilkan jengger tunggal.

VII. Kesimpulan
1 Didapatkan data pengulangan fenotif walnut sebanyak 52 kali, Rose sebanyak 21 kali, Pea
sebanyak 18 kali, dan Tunggal sebanyak kali yang mana hasil ini tidak jauh berbeda dengan
hasil yang diharapkan yaitu Walnut (56), Rose (21), Pea (19) dan tunggal (6).
2 Rasio fenotif hasil dari interaksi gen yang telah dilakukan tidak menyimpang dari hokum
mendel yang menyatakan rasio perbandingan fenotif F2 dari hasil persilangan dihibrid yaitu
9:3:3:1.
3 Rasio genotif hasil dari interaksi yang telah dilakukan diperoleh x2 hitung sebesar 3,37 yang
lebih kecil dari x2 tabel yakni 15,51. Hal ini menunjukkan bahwa rasio genotifnya tidak
menyimpang dari hokum mendel yang menyatakan perbandingan genotif f2 dari hasil
persilangan dihibrid 1:2:1:2:4:2:1:2:1.
DAFTAR PUSTAKA

Fatchiyah, dkk. 2011. Biologi Molekular. Jakarta: Erlangga.

Suryo. 2010. Genetika Manusia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Susanti, Rahmi dan Ermayanti. 2018. Panduan Praktikum Genetika. Pendidikan Biologi FKIP
Universitas Sriwijaya.

Susanti, Rahmi. 2020. Genetika. Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sriwijaya.

Anda mungkin juga menyukai