Anda di halaman 1dari 70

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Dilaksanakannya PKL

Pendidikan tenaga kesehatan merupakan bagian integrat dari

pembangunan Nasional dibidang kesehatan yang diarahkan untuk

mendukung upaya pencapaian derajat kesehatan masyarakat secara

optimis, khususnya dibidang kesehatan.

Pendidikan tenaga kesehatan diselenggarakan untuk

memperoleh tenaga kesehatan yang bermutu yang mampu

mengembang tugas untuk mewujudkan perubahan, pertumbuhan, oleh

karena itu tenaga kesehatan dibidang farmasi harus terampil, terlatih

untuk dapat mengembangkan diri secara profesional dan untuk

menghasilkan tenaga kesehatan dibidang farmasi tersebut, maka

salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan memberikan

pengalaman kerja kepada peserta didik melalui latihan kerja yang

disebut (PKL)

1.2 Tujuan PKL

Dengan adanya praktek kerja dilapangan (PKL) diharapkan

dapat menghasilkan tenaga kesehatan dibidang farmasi tingkat

menengah yang mampu bekerja dalam sistem pelayanan kesehatan.

1
Pelaksanaan PKL mempunyai tujuan sebagai berikut.

1. Meningkatkan, memperluas dan memantapkan keterampilan yang

membentuk kemampuan mahasiswa sebagai bekal untuk

memasuki lapangan kerja sesuai dengan kebutuhan program

pendidikan yang di tetapkan.

2. Mengenal kegiatan – kegiatan penyelenggaraan program

kesehatan masyarakat secara menyeluruh baik ditinjau dari aspek

administrasi, tekhnis maupun sosial budaya.

3. Memberikan kesempatan kerja yang nyata dan langsung sevara

terpadu dalam melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan

dibidang farmasi di Rumah sakit, Puskesmas, PBF, Gudang

farmasi dan penyuluhan kepada masyarakat.

4. Menumbuh kembangkan dan menetapkan sikap etis,

profesionalisme dan nasionalisme yang diperlukan mahasiswa

untuk memasuki lapangan kerja sesuai dengan bidangnya.

5. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

memasyarakatkan diri pada suasana atau iklim lingkungan kerja

yang sebenarnya

6. Meningkatkan, memperluas, memantapkan proses penyerapan

ilmu baru dari lapangan kerja kesekolah dan sebaliknya.

2
7. Memperoleh masukan dan umpan balik, guna memperbaiki dan

mengembangkan serta meningkatkan penyelenggaraan pendidikan

diploma 3 farmasi.

8. Memberikan kesempatan kerja kepada mahasiswa

I.3 Tujuan Pembuatan Laporan

Salah satu yang harus di lakukan oleh peserta PKL setelah

kegiatan dilokasi yaitu; membuat laporan tentang kegiatan yang di

lakukan setelah melaksanakan praktek kerja dilapangan

Tujuan pembuatan laporan PKL ini adalah :

1. Peserta PKL diharapkan saat memberikan kolerasi antara materi

pembelajaran yang didapatkan pada tingkat pendidikan diploma 3

Akfar Yamasi Makassar.

2. Sebagai bahan evaluasi hasil pelaksanaan PKL mahasiswa

Diploma 3 Akfar Yamasi Makassar

3. Peserta PKL mampu mencari alternative pemecahan masalah

yang ditemukan dilapangan.

4. Mengumpulkan data guna kepentingan pendidikan maupun

mahasiswa yang bersangkutan.

5. Menambah perbendaharaan perpustakaan akademi farmasi

yamasi makassar untuk menunjang peningktan pengetahuan

angkatan berikutnya.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Uraian Umum Tentang PUSKESMAS

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas

adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang

bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di

suatu wilayah kerja. Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur

yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam

menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Pelayanan Kefarmasian

adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien

yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil


(1)
yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. .

II.2 Organisasi di Puskesmas

Pola struktur organisasi Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes/PMK)

Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.Dengan

adanya permenkes tersebut, maka seluruh puskesmas harus

menjadikannya sebagai acuan dalam penyusunan struktur organisasi.

Jika masih ada puskesmas yang menggunakan struktur yang lama maka

mereka harus merubahnya dan menyesuaikan. (2).

4
II.2.1 Struktur Organisasi Puskesmas.

Struktur Organisasi (2).

Struktur Organisasi Puskesmas Karuwisi berdasarkan Peraturan


Walikota Makassar Nomor : 41 tahun 2012 tanggal 19 September
2012 terdiri atas :

 Kepala Puskesmas
 Kepala Subag Tata Usaha
 Penanggung jawab UKM dan Keperawatan Kesehatan
Masyarakat;
 Penanggung jawab UKP, kefarmasian dan Laboratorium; dan
 Penanggungjawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring
Fasilitas pelayanan kesehatan.

 Upaya Kesehatan Esensial dan Keperawatan Kesehatan


Masyarakat
- Pelayanan Promosi Kesehatan
- Pelayanan Kesehatan Lingkungan
- Pelayanan KIA-KB
- Pelayanan Gizi
- Pelayanan Pencegahan dan pengendalian penyakit menular
- Pelayanan Pencegahan dan pengendalian penyakit tidak
menular
- Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat
 Jaringan Pelayanan Puskesmas dan Jaringan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
- Pelayanan Puskesmas Pembantu
- Pelayanan Keliling

5
II.3 Personalia

Sumber Daya Manusia Puskesmas terdiri atas Tenaga Kesehatan

dan Tenaga Non Kesehatan.

Jenis dan jumlah tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan

dihitung berdasarkan analisis beban kerja dengan mempertimbangkan

jumlah pelayanan yang diselenggarakan, jumlah penduduk dan

persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas wilayah kerja,

ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya di


(2)
wilayah kerja dan pembagian waktu kerja .

Jenis Tenaga Kesehatan paling sedikit terdiri atas:

a. Dokter atau Dokter layanan Primer;

b. Dokter gigi;

c. Perawat;

d. Bidan;

e. Tenaga kesehatan masyarakat;

f. Tenaga kesehatan lingkungan;

g. Ahli teknologi laboratorium medik;

h. Tenaga gizi; dan

i. Tenaga kefarmasian.

6
Tenaga non kesehatan dapat mendukung kegiatan ketatausahaan,

administrasi keuangan, sistem informasi dan kegiatan operasional lain di

Puskesmas (2).

II.4 Tugas dan Fungsi Puskesmas

A. Tugas Puskesmas

Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan

kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di

wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan

sehat.

B. Fungsi Puskesmas

Dalam melaksanakan tugas Puskesmas menyelenggarakan fungsi:

a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan


(2)
b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya .

II.5 Kegiatan-kegiatan Instalasi/ Unit Kerja di Puskesmas.

II.5.1 Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara

dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan

derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Puskesmas

merupakan fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang

menyelenggarakan upaya kesehatan pemeliharaan, peningkatan

7
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan

(rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan

berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini

menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas pelayanan


(1)
kesehatan di Indonesia termasuk Puskemas .

Pelayanan kefarmasian di Puskesmas merupakan satu

kesatuan yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan upaya

kesehatan, yang berperan penting dalam meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan kefarmasian di

Puskesmas harus mendukung tiga fungsi pokok Puskesmas, yaitu

sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan,

pusat pemberdayaan masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan

strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan


(1)
dan pelayanan kesehatan masyarakat .

Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu

dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan

menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan

dengan kesehatan. Tuntutan pasien dan masyarakat akan

peningkatan mutu pelayanan kefarmasian, mengharuskan adanya

perluasan dari paradigma lama yang berorientasi kepada produk

8
(drug oriented) menjadi paradigm baru yang berorientasi pada

pasien (patient oriented) dengan filosofi pelayanan kefarmasian

(pharmaceutical care) (1).

Ruang lingkup kefarmasian di Puskesmas meliputi 2 (dua)

kegiatan yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa

pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dan

kegiatan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus

didukung oleh sumber daya manusia dan sarana dan prasarana.


(1)
..

A. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai.

Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis

Pakai merupakan salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian,

yang dimulai dari perencanaan, permintaan, penerimaan,

penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan

pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. Tujuannya adalah

untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dan

keterjangkauan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis

Pakai yang efisien, efektif dan rasional, meningkatkan

kompetensi/kemampuan tenaga kefarmasian, mewujudkan

system informasi manajemen, dan melaksanakan


(1)
pengendalian mutu pelayanan .

9
Kepala Ruang Farmasi di Puskesmas mempunyai tugas

dan tanggung jawab untuk menjamin terlaksananya

pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai


(1)
yang baik .

Kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan

Medis Habis pakai meliputi:

1. Perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan

Medis Habis Pakai

Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi

Obat dan Bahan Medis Habis Pakai untuk menentukan

jenis dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan

kebutuhan Puskesmas (1).

Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan :

a. Perkiraan jenis dan jumlah Obat dan Bahan Medis

Habis Pakai yang mendekati kebutuhan;

b. Meningkatkan penggunaan Obat secara rasional; dan

c. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.

Perencanaan kebutuhan sediaan farmasi dan bahan

medis Habis Pakai di Puskesmas setiap periode


(1)
dilaksanaan oleh Ruang farmasi di Puskesmas .

10
Proses seleksi sediaan farmasi dan Bahan Medis

Habis Pakai dilakukan dengan mempertimbangkan pola

penyakit, pola konsumsi obat periode sebelumnya, data

mutasi obat dan rencana pengembangan. Proses seleksi

Obat dan Bahan Medis Habis Pakai juga harus mengacu

pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan

Formularium Nasional. Proses seleksi ini harus melibatkan

tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas seperti Dokter,

Dokter Gigi, Bidan dan Perawat serta pengelola program

yang berkaitan dengan pegobatan. Proses perencanaan

kebutuhan Obat per tahun dilakukan secara berjenjang

(Bottom-up). Puskesmas diminta menyediakan data

pemakaian obat dengan menggunakan Laporan


(1)
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) .

Selanjutnya instalasi farmasi kabupaten/kota akan

melakukan kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan

Obat Puskesmas di wilayah kerjanya, menyesuaikan pada

anggaran yang tersedia dan memperhitungkan waktu

kekosongan Obat, buffer stock serta menghindari Stok

Berlebih (1).

2. Permintaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis

Pakai.

11
Tujuan permintaan sediaan farmasi dan Bahan Medis

Habis Pakai adalah memenuhi kebutuhan sediaan farmasi

dan Bahan Medis Habis Pakai di Puskesmas, sesuai

dengan perencanaan kebutuhan yang telah

dibuat.Permintaan diajukan kepada Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota, sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan dan kebijakan pemerintah daerah

setempat (1).

3. Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis

Pakai.

Penerimaan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis

Pakai adalah suatu kegiatan dalam menerima sediaan

farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dari instalasi

farmasi Kabupaten/Kota sesuai dengan permintaan yang

telah diajukan. Tujuannya adalah agar sediaan farmasi

yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan

permintaan yang diajukan oleh Puskesmas dan memenuhi


(1)
persyaratan keamanan, khasiat dan mutu .

Tenaga Kefarmasian dalam kegiatan pengelolaan

bertanggung jawab atas ketertiban penyimpanan,

pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan Obat dan

12
Bahan Medis Habis Pakai berikut kelengkapan catatan

yang menyertainya (1).

Tenaga Kefarmasian wajib melakukan pengecekan

terhadap Obat dan Bahan Medis Habis Pakai yang

diserahkan, mencakup jumlah kemasan/peti, jenis dan

jumlah obat, bentuk Obat sesuai dengan isi dokumen

(LPLPO), ditandatangani oleh petugas penerima, dan

diketahui oleh Kepala Puskesmas. Bila tidak memenuhi

syarat, maka petugas penerima dapat mengajukan

keberatan (1).

Masa kedaluwarsa minimal dari Obat yang diterima

disesuaikan dengan periode pengelolaan di Puskesmas

ditambah satu bulan (1).

4. Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis

Pakai.

Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis

Habis Pakai merupakan suatu kegiatan pengaturan

terhadap sediaan farmasi yang diterima agar aman (tidak

hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan

mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang

ditetapkan (1).

13
Tujuannya adalah agar mutu Sediaan Farmasi yang

tersedia di Puskesmas dapat dipertahankan sesuai

dengan persyaratan yang ditetapkan.

Penyimpanaan sediaan farmasi dan Bahan Medis

Habis Pakai dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai

berikut:

a. Bentuk dan jenis sediaan;

b. Kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan di

kemasan Sediaan Farmasi seperti suhu, cahaya dan

kelembaban;

c. Mudah atau tidaknya meledak/terbakar;

d. Narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan ; dan

e. Tempat penyimpanan Sediaan Farmasi tidak

dipergunakan untuk menyimpan barang lainnya yang

menyebabkan kontaminasi (1).

5. Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis

Pakai.

Pendistribusian sediaan farmasi dan Bahan Medis

Habis Pakai merupakan kegiatan pengeluaran dan

penyerahan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis

Pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi

14
kenbutuhan sub unit/satelit farmasi Puskesmas dan

jaringannya (1).

Tujuaannya adalah untuk memenuhi kebutuhan

sediaan farmasi sub unit pelayanan kesehatan yang ada di

wilayah kerja puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan

waktu yang tepat (1).

Sub-sub unit di Puskesmas dan jaringannya antara

lain:

a. Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan

Puskesmas;

b. Puskesmas Pembantu;

c. Puskesmas Keliling;

d. Posyandu; dan

e. Polindes

Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD

dan lain-lain) dilakukan dengan cara pemberian obat

sesuai resep yang diterima (Floor Stock), pemberian obat

per sekali minum (Dispensing dosis unit) atau kombinasi,

sedangkan pendistribusian ke jaringan Puskesmas

dilakukan dengan cara penyerahan Obat sesuai dengan

kebutuhan (Floor stock) (1).

15
6. Pemusnahan dan Penarikan

Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi dan

bahan medis habis pakai yang tidak dapat digunakan

harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan


(1)
ketentuan peraturan perundang-undangan .

Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi

standar/ketentuan peraturan perundang-undangan

dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah

penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan

inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall)

dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM


(1)
.

Penarikan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan

terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.

Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi dan

Bahan Medis Habis pakai bila:

a. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu;

b. Telah kadaluarsa;

c. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam

pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu

pengetahuan; dan/atau

d. Dicabut izin edarnya.

16
Tahapan pemusnahan Sediaan Farmasi dan Bahan

Medis Habis Pakai terdiri dari:

a. Membuat daftar Sediaan Farmasi dan Bahan Medis

Habis Pakai yang akan dimusnkahkan;

b. Menyiapkan berita acara pemusnahan;

c. Mengkoordinasikan jadwal, metode dan tempat

pemusnahan kepada pihak terkait;

d. Menyiapkan tempat pemusnahan; dan

e. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan

bentuk sediaan serta peraturan yang berlaku.

7. Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis

Pakai.

Pengendalian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya

sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan

program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi

kelebihan dan kekurangan/kekosongan Obat di unit

pelayanan kesehatan dasar.

Pengendalian Obat terdiri dari:

a. Pengendalian persediaan;

b. Pengendalian penggunaan; dan

17
c. Penanganan obat hilang, rusak dan kadaluwarsa
(1)
.

8. Administrasi

Administrasi meliputi Pencatatan, pelaporan dan

pengarsipan merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka

penatalaksanaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis

Habis Pakai yang diterima, disimpan, didistribusikan dan

digunakan di Puskesmas atau unit pelayanan lainnya (2).

Tujuan pencatatan, pelaporan dan pengarsipan

adalah:

a. Bukti bahwa pengelolaan Obat dan Bahan Medis

Habis Pakai telah dilakukan;

b. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan

pengendalian; dan
(1)
c. Sumber data untuk pembuatan laporan .

9. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Sediaan Farmasi

dan Bahan Medis Habis Pakai

Pemantauan dan evaluasi pengelolaan sediaan

farmasi dan bahan media habis pakai dilakukan secara

periodik dengan tujuan untuk:

a. Mengendalikan dan menghindari terjadinya

kesalahan dalam pengelolaan sediaan farmasi dan

18
bahan medis habis pakai sehingga dapat menjaga

kualitas maupun pemerataan pelayanan;

b. Memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan

sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai;

c. Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja

pengelolaan

d. Setiap kegiatan pengelolaan sediaan farmasi dan

bahan medis habis pakai harus dilaksanakan sesuai

standar prosedur operasional. Standar Prosedur

Operasional (SPO) ditetapkan oleh Kepala

Puskesmas. SPO tersebut diletakkan di tempat yang

mudah dilihat. (1).

B. Pelayanan Farmasi Klinik

Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari

Pelayanan Kefarmasian yang langsung dan bertanggung

jawab kepada pasien berkaitan dengan Obat dan Bahan Medis

Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk


(1)
meningkatkan mutu kehidupan pasien .

Pelayanan farmasi klinik bertujuan untuk:

1. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan Pelayanan

Kefarmasian di Puskesmas.

19
2. Memberikan Pelayanan Kefarmasian yang dapat

menjamin efektivitas, keamanan dan efisiensi Obat dan

Bahan Medis Habis Pakai.

3. Meningkatkan kerja sama dengan profesi kesehatan lain

dan kepatuhan pasien yang terkait dalam Pelayanan

Kefarmasian.

4. Melaksanakan kebijakan Obat di Puskesmas dalam

rangka meningkatkan penggunaan obat secara rasional.

Pelayanan farmasi klinik meliputi :

1. Pengkajian dan pelayanan resep

2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

3. Konseling

4. Visite pasien (khusus Puskesmas rawat inap)

5. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)

7. Evaluasi Penggunaan Obat (1).

a. Pengkajian dan pelayanan resep.

Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi

persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik dan

persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap

maupun rawat jalan (1).

20
Persyaratan administrasi meliputi:

1. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan

2. Nama dan paraf Dokter

3. Tanggal resep

4. Ruangan/unit asal resep (1).

Persyaratan farmasetik meliputi:

1. Bentuk dan Kekuatan sediaan

2. Dosis dan jumlah Obat

3. Stabilitas dan ketersediaan

4. Aturan dan cara penggunaan


(1)
5. Inkompatibilitas (Ketidakcampuran Obat) .

Persyaratan klinis meliputi:

1. Ketepatan Indikasi, dosis dan waktu penggunaan

obat

2. Duplikasi pengobatan

3. Alergi, interaksi dan efek samping obat

4. Kontra Indikasi

5. Efek adiktif (1).

Kegiatan penyerahan (Dispensing) dan Pemberian

Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan pelayanan

yang dimulai dari tahap menyiapkan/meracik obat,

21
memberikan label/etiket, menyerahan sediaan farmasi

dengan informasi yang memadai disertai

pendokumentasian (1).

Tujuan:

1. Pasien memperoleh obat sesuai dengan

kebutuhan klinis/pengobatan.

2. Pasien memahami tujuan pengobatan dan

mematuhi intruksi pengobatan (1).

b. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan

Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat,

jelas dan terkini kepada Dokter, Apoteker, Perawat,


(1)
Profesi kesehatan lainnya dan Pasien .

Tujuan:

1. Menyediakan informasi mengenai obat kepada

tenaga kesehatan lain di lingkungan Puskesmas,

Pasien dan Masyarakat.

2. Menyediakan Informasi untuk membuat kebijakan

yang berhubungan dengan obat (contoh: kebijakan

permintaan obat oleh jaringan dengan

22
mempertimbangkan stabilitas, harus memiliki alat

penyimpanan yang memadai).

3. Menunjang penggunaan obat yang rasional.

Kegiatan:

1. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada

konsumen secara pro aktif dan pasif

2. menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga

kesehatan melalui telepon, surat atau tatap muka

3. Membuat bulletin, leaflet, label obat, poster,

majalah dinding dan lain-lain

4. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat

jalan dan rawat inap serta masyarakat

5. Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi

tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya

terkait dengan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

6. Mengkoordinasikan penelitian terkait Obat dan

kegiatan Pelayanan Kefarmasian (1).

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan:

1. Sumber informasi obat

2. Tempat

3. Tenaga

23
4. Perlengkapan (1).

c. Konseling

Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi

dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan

dengan penggunaan Obat pasien rawat jalan dan


(1)
rawat inap serta keluarga pasien .

Tujuan dilakukannya konseling adalah

memberikan pemahaman yang benar mengenai obat

kepada pasien/keluarga pasien antara lain tujuan

pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama

penggunaan obat, efek samping, tanda-tanda

toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan obat (1).

Kegiatan:

1. Membuka komunikasi antara apoteker dengan

pasien

2. Menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang

dikatakan oleh Dokter kepada pasien dengan

metode pertanyaan terbuk (open-ended question),

misalnya apa yang dikatakan Dokter mengenai

obat, bagaimana cara pemakaian, apa efek yang

diharapkan dari obat tersebut dan lain-lain

24
3. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara

penggunaan obat

4. Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman

pasien, mengidentifikasi dan menyelesaikan

masalah yang berhubungan dengan cara

penggunaan obat untuk mengoptimalkan tujuan

terapi (1).

Faktor yang perlu di perhatikan:

1. Kriteria pasien:

a. Pasien rujukan dokter

b. Pasien dengan penyakit kronis

c. Pasien dengan obat yang berindeks terapetik

sempit dan poli farmasi

d. Pasien geriatrik

e. Pasien pediatrik
(1)
f. Pasien pulang dengan kriteria di atas .

2. Sarana dan Prasarana:

a. Ruangan khusus

b. Kartu pasien/catatan konseling (1).

Setelah dilakukan konseling, pasien yang memiliki

kemungkinan mendapat risiko masalah terkait obat

misalnya komorbiditas, lanjut usia, lingkungan social,

25
karakteristik obat, kompleksitas pengobatan,

kompleksitas penggunaan obat, kebingungan atau

kurangnya pengetahuan dan keterampilan tentang

bagaimana menggunakan obat dan/atau alat

kesehatan perlu dilakukan pelayanan kefarmasian di

rumah (Home Pharmacy Care) yang bertujuan


(1)
tercapainya keberhasilan terapi obat .

d. Ronde/Visite pasien

Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat

inap yang dilakukan secara mandiri atau bersama tim

kesehatan lainnya terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi

dan lain-lain (1).

Tujuan:

1. Memeriksa Obat pasien

2. Memberikan rekomendasi kepada dokter dalam

pemilihan obat dengan mempertimbangkan

diagnosis dan kondisi klinis pasien

3. Memantau perkembangan klinis pasien yang

terkait dengan panggunaan obat

4. berperan aktif dalam pengambilan keputusan tim


(1)
profesi kesehatan dan terapi .

26
Kegiatan yang dilakukan meliputi persiapan,

pelaksanaan, pembuatan dokumentasi dan

rekomendasi (1).

Kegiatan visite mandiri:

a. Untuk pasien baru

1. Apoteker memperkenalkan diri dan

menerangkan tujuan dari kunjungan.

2. Memberikan informasi mengenai sistem

pelayanan farmasi dan jadwal pemberian obat.

3. Menanyakan obat yang sedang digunakan atau

dibawa dari rumah, mencatat jenisnya dan

melihat instruksi dokter pada catatan

pengobatan pasien.

4. Mengkaji terapi obat lama dan baru untuk

memperkirakan masalah terkait obat yang

mungkin terjadi (1).

b. Untuk pasien lama dengan instruksi baru

1. Menjelaskan keterangan pada catatan

pengobatan pasien.

2. Mengajukan pertanyaan apakah ada keluhan

setelah pemberian obat (1).

27
c. Untuk semua pasien

1. Memberikan keterangan pada catatan

pengobatan pasien.

2. Membuat catatan mengenai permasalahan

dan penyelesaian masalah dalam satu buku

yang akan digunakan dalam setiap kunjungan


(1)
.

Kegiatan visite bersama tim:

a. Melakukan persiapan yang dibutuhkan seperti

memeriksa catatan pengobatan pasien dan

menyiapkan pustaka penunjang

b. Mengamati dan mencatat komunikasi dokter

dengan pasien dan/atau keluarga pasien terutama

tentang obat

c. Menjawab pertanyaan dari dokter tentang obat

d. Mencatat semua instruksi atau perubahan instruksi

pengobatan seperti obat yang dihentikan, obat


(1)
baru, perubahan dosis dan lain-lain .

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

a. Memahami cara berkomunikasi yang efektif

b. Memiliki kemampuan berinteraksi dengan pasien

dan tim

28
c. Memahami teknik edukasi

d. Mencatat perkembangan pasien (1).

Pasien rawat inap yang telah pulang ke rumah ada

kemungkinan terputusnya kelanjutan terapi dan kurang

nya pengetahuan penggunaan obat. Untuk itu, perlu

juga dilakukan palayanan kefarmasian di rumah

(Home Pharmacy Care) agar terwujud komitmen,

keterlibatan dan kemandirian pasien dalam

penggunaan obat sehingga tercapai keberhasilan

terapi obat (1).

e. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon

terhadap Obat yang merugikan atau tidak diharapkan

yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada

manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi

atau memodifikasi fungsi fisiologis (1).

Tujuan:

1. Menemukan efek samping Obat sedini mungkin

terutama yang berat, tidak dikenal dan

frekuensinya jarang.

29
2. Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping

Obat yang sudah sangat dikenal atau yang baru

saja ditemukan (1).

Kegiatan:

1. Menganalisis laporan efek samping Obat.

2. Mengidentifikasi Obat dan pasien yang

mempunyai resiko tinggi mengalami efek

samping Obat.

3. Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat

(MESO).

4. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping

Obat Nasional (1).

Faktor yang perlu diperhatikan:

1. Kerja sama dengan tim kesehatan lain.

2. Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping

Obat (1).

f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)

Merupakan proses yang memastikan bahwa

seorang pasien mendapatkan terapi Obat yang efektif,

terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan


(1)
meminimalkan efek samping .

Tujuan:

30
1. Mendeteksi masalah yang terkait dengan Obat.

2. Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah

yang terkait dengan Obat (1).

Kriteria pasien:

1. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan

menyusui.

2. Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis.

3. Adanya multidiagnosis.

4. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.

5. Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.

6. Menerima Obat yang sering diketahui


(1)
menyebabkan reaksi Obat yang merugikan .

Kegiatan:

1. Memilih pasien yang memenuhi kriteria.

2. Membuat catatan awal.

3. Memperkenalkan diri pada pasien.

4. Memberikan penjelasan pada pasien.

5. Mengambil data yang dibutuhkan.

6. Melakukan evaluasi.
(1)
7. Memberikan rekomendasi .

g. Evaluasi Penggunaan Obat.

31
Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi

penggunaan Obat secara terstruktur dan

berkesinambungan untuk menjamin Obat yang

digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan

terjangkau (rasional) (1).

Tujuan:

1. Mendapatkan gambaran pola penggunaan Obat

pada kasus tertentu.

2. Melakukan evaluasi secara berkala untuk

penggunaan Obat tertentu.

Setiap kegiatan pelayanan farmasi klinik, harus

dilaksanakan sesuai standar prosedur operasional.

Standar Prosedur Operasional (SPO) ditetapkan oleh

Kepala Puskesmas. SPO tersebut diletakkan di tempat

yang mudah dilihat (1).

C. Sumber Daya Kefarmasian

1. Sumber Daya Manusia

Penyelengaraan Pelayanan Kefarmasian di

Puskesmas minimal harus dilaksanakan oleh 1 (satu)

orang tenaga Apoteker sebagai penanggung jawab, yang

dapat dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian sesuai

kebutuhan (1).

32
Jumlah kebutuhan Apoteker di Puskesmas dihitung

berdasarkan rasio kunjungan pasien, baik rawat inap

maupun rawat jalan serta memperhatikan pengembangan

Puskesmas. Rasio untuk menentukan jumlah Apoteker di

Puskesmas bila memungkinkan diupayakan 1 (satu)


(1)
Apoteker untuk 50 (lima puluh) pasien perhari .

Semua tenaga kefarmasian harus memiliki surat tanda

registrasi dan surat izin praktik untuk melaksanakan

Pelayanan Kefarmasian di fasilitas pelayanan kesehatan

termasuk Puskesmas, sesuai dengan ketentuan peraturan


(1)
perundang-undangan .

Setiap tahun dapat dilakukan penilaian kinerja tenaga

kefarmasian yang disampaikan kepada yang bersangkutan

dan didokumentasikan secara rahasia. Hasil penilaian

kinerja ini akan digunakan sebagai pertimbangan untuk

memberikan penghargaan dan sanksi (reward and

punishment) (1).

Semua tenaga kefarmasian di Puskesmas harus selalu

meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku

dalam rangka menjaga dan meningkatkan kompetensinya.

Upaya peningkatan kompetensi tenaga kefarmasian dapat

33
dilakukan melalui pengembangan profesional

berkelanjutan (1).

a. Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan dan pelatihan adalah salah suatu

proses atau upaya peningkatan pengetahuan dan

keterampilan di bidang kefarmasian atau bidang yang

berkaitan dengan kefarmasian secara

berkesinambungan untuk mengembangkan potensi

dan produktivitas tenaga kefarmasian secara optimal.

Puskesmas dapat menjadi tempat pelaksanaan

program pendidikan, pelatihan serta penelitian dan

pengembangan bagi calon tenaga kefarmasian dan


(1)
tenaga kefarmasian unit lain .

Tujuan Umum:

1. Tersedianya tenaga kefarmasian di Puskesmas

yang mampu melaksanakan rencana strategi

Puskesmas.

34
2. Terfasilitasinya program pendidikan dan pelatihan

bagi calon tenaga kefarmasian dan tenaga

kefarmasian unit lain.

3. Terfasilitasinya program penelitian dan

pengembangan bagi calon tenaga kefarmasian


(1)
dan tenaga kefarmasian unit lain .

Tujuan Khusus:

1. Tersedianya tenaga kefarmasian yang mampu

melakukan pengelolaan Sediaan Farmasi dan

Bahan Medis Habis Pakai.

2. Tersedianya tenaga kefarmasian yang mampu

melakukan Pelayanan Kefarmasian.

3. Terfasilitasinya studi banding, praktik dan magang

bagi calon tenaga kefarmasian internal maupun

eksternal.

4. Tersedianya data Pelayanan Informasi Obat (PIO)

dan konseling tentang Obat dan Bahan Medis

Habis Pakai.

5. Tersedianya data penggunaan antibitika dan

injeksi.

35
6. Terwujudnya Pelayanan Kefarmasian di

Puskesmas yang optimal.

7. Tersedianya Pelayanan Kefarmasian di

Puskesmas.

8. Terkembangnya kualitas danjenispelayanan ruang

farmasi Puskesmas (1).

b. Pengembangan Tenaga Kefarmasian dan Program

Pendidikan

Dalam rangka penyiapan dan pengembangan

pengetahuan dan keterampilan tenaga kefarmasian

maka Puskesmas menyelenggarakan aktivitas sebagai

berikut:

1. Setiap tenaga kefarmasian di Puskesmas

mempunyai kesempatan yang sama untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya.

2. Apoteker dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian

harus memberikan masukan kepada pimpinan

dalam menyusun program pengembangan staf.

3. Staf baru mengikuti orientasi untuk mengetahui

tugas, fungsi, wewenang dan tanggung jawabnya.

36
4. Melakukan analisis kebutuhan peningkatan

pengetahuan dan keterampilan bagi tenaga

kefarmasian.

5. Tenaga kefarmasian difasilitasi untuk mengikuti

program yang diadakan oleh organisasi profesi

dan institusi pengembangan pendidikan

berkelanjutan terkait.

6. Memberikan kesempatan bagi institusi lain untuk

melakukan praktik, magang, dan penelitian tentang

pelayanan kefarmasian di Puskesmas.

Pimpinan dan tenaga kefarmasian di ruang farmasi

Puskesmas berupaya berkomunikasi efektif dengan

semua pihak dalam rangka optimalisasi dan


(1)
pengembangan fungsi ruang farmasi Puskesmas .

2. Sarana dan Prasarana

Sarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan

kefarmasian di Puskesmas meliputi sarana yang memiliki

fungsi:

1. Ruang penerimaan resep

Ruang penerimaan resep meliputi tempat

penerimaan resep, 1 (satu) set meja dan kursi, serta

37
1 (satu) set komputer, jika memungkinkan. Ruang

penerimaan resep ditempatkan pada bagian paling


(1)
depan dan mudah terlihat oleh pasien .

2. Ruang pelayanan resep dan peracikan (produksi

sediaan secara terbatas)

Ruang pelayanan resep dan peracikan atau

produksi sediaan secara terbatas meliputi rak Obat

sesuai kebutuhan dan meja peracikan. Di ruang

peracikan disediakan peralatan peracikan, timbangan

Obat, air minum (air mineral) untuk pengencer,

sendok Obat, bahan pengemas Obat, lemari

pendingin, termometer ruangan, blanko salinan

resep, etiket dan label Obat, buku catatan pelayanan

resep, buku-buku referensi/standar sesuai

kebutuhan, serta alat tulis secukupnya. Ruang ini

diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara

yang cukup. Jika memungkinkan disediakan

pendingin ruangan (air conditioner) sesuai kebutuhan


(1)
.

3. Ruang penyerahan Obat

Ruang penyerahan Obat meliputi konter

penyerahan Obat, buku pencatatan penyerahan dan

38
pengeluaran Obat. Ruang penyerahan Obat dapat
(1)
digabungkan dengan ruang penerimaan resep .

4. Ruang konseling

Ruang konseling meliputi satu set meja dan

kursi konseling, lemari buku, buku-buku referensi

sesuai kebutuhan, leaflet, poster, alat bantu

konseling, buku catatan konseling, formulir jadwal

konsumsi Obat (lampiran), formulir catatan

pengobatan pasien (lampiran), dan lemari arsip

(filling cabinet), serta 1 (satu) set komputer, jika

memungkinkan (1).

5. Ruang penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis

Pakai

Ruang penyimpanan harus memperhatikan

kondisi sanitasi, temperatur, kelembaban, ventilasi,

pemisahan untuk menjamin mutu produk dan

keamanan petugas. Selain itu juga memungkinkan

masuknya cahaya yang cukup. Ruang penyimpanan

yang baik perlu dilengkapi dengan rak/lemari Obat,

pallet, pendingin ruangan (AC), lemari pendingin,

lemari penyimpanan khusus narkotika dan

39
psikotropika, lemari penyimpanan Obat khusus,
(1)
pengukur suhu, dan kartu suhu .

6. Ruang arsip

Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan

dokumen yang berkaitan dengan pengelolaan Obat

dan Bahan Medis Habis Pakai dan Pelayanan

Kefarmasian dalam jangka waktu tertentu. Ruang

arsip memerlukan ruangan khusus yang memadai

dan aman untuk memelihara dan menyimpan

dokumen dalam rangka untuk menjamin

penyimpanan sesuai hukum, aturan, persyaratan,

dan teknik manajemen yang baik (1).

D. Pengendalian Mutu Pelayanan Kefarmasian

Pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian merupakan

kegiatan untuk mencegah terjadinya masalah terkait obat atau

mencegah terjadinya kesalahan pengobatan atau kesalahan

pengobatan/medikasi (medication error), yang bertujuan untuk

keselamatan pasien (patient safety).

Unsur-unsur yang mempengaruhi mutu pelayanan:

40
a. Unsur masukan (input), yaitu sumber daya manusia,

sarana dan prasarana, ketersediaan dana, dan Standar

Prosedur Operasional.

b. Unsur proses, yaitu tindakan yang dilakukan, komunikasi

dan kerja sama.

c. Unsur lingkungan, yaitu kebijakan, organisasi, manajemen,


(1)
budaya, respon dan tingkat pendidikan masyarakat .

Pengendalian mutu pelayanan kefarmasian terintegrasi

dengan program pengendalian mutu pelayanan kesehatan

Puskesmas yang dilaksanakan secara berkesinambungan (2).

Kegiatan pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian

meliputi:

a. Perencanaan, yaitu menyusun rencana kerja dan

cara monitoring dan evaluasi untuk peningkatan mutu

sesuai standar.

b. Pelaksanaan, yaitu:

1. Monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan

rencana kerja (membandingkan antara capaian

dengan rencana kerja); dan

2. Memberikan umpan balik terhadap hasil capaian.

c. Tindakan hasil monitoring dan evaluasi, yaitu:

41
1. Melakukan perbaikan kualitas pelayanan sesuai

standar; dan

2. Meningkatkan kualitas pelayanan jika capaian

sudah memuaskan.

Monitoring merupakan kegiatan pemantauan selama

proses berlangsung untuk memastikan bahwa aktivitas

berlangsung sesuai dengan yang direncanakan.

Monitoring dapat dilakukan oleh tenaga kefarmasian yang

melakukan proses. Aktivitas monitoring perlu direncanakan

untuk mengoptimalkan hasil pemantauan.

Contoh : monitoring pelayanan resep, monitoring

penggunaan obat, monitoring kinerja tenaga kefarmasian


(1)
.

Untuk menilai hasil atau capaian pelaksanaan

Pelayanan Kefarmasian, dilakukan evaluasi. Evaluasi

dilakukan terhadap data yang dikumpulkan yang diperoleh

melalui metode berdasarkan waktu, cara dan teknik

pengambilan data (1).

Berdasarkan waktu pengambilan data, terdiri atas:

a. Retrospektif:

Pengambilan data dilakukan setelah pelayanan

dilaksanakan.

42
Contoh:survie kepuasan pelanggan,laporan mutasi

barang (1).

b. Prospektif:

Pengambilan data dijalankan bersama dengan

pelaksanaan pelayanan. Contoh: Waktu pelayanan

kefarmasian disesuaikan dengan waktu pelayanan


(1)
kesehatan di puskesmas, sesuai dengan kebutuhan .

Berdasarkan cara pengambilan data, terdiri atas:

a. Langsung (data primer):

Data diperoleh secara langsung dari sumber informasi

oleh pengambilan data.

Contoh: survei kepuasan pelanggan terhadap kualitas


(1)
pelayanan konfirmasi .

b. Tidak langsung (data sekunder):

Data diperoleh dari sumber informasi yang tidak

langsung. Contoh: catatan penggunaan obat,


(1)
rekapitulasi data pengeluaran obat .

Berdasarkan teknik pengumpulan data, evaluasi dapat

dibagi menjadi:

a. Survei

43
Survei yaitu pengumpulan data dengan menggunakan
(1)
kuesioner. Contoh: survei kepuasan pelanggan .

b. Observasi

Observasi yaitu pengamatan langsung aktivitas atau

proses dengan menggunakan cek list atau perekaman.


(1)
Contoh: pengamatan kosleting pasien .

Pelaksanaan evaluasi terdiri atas:

a. Audit

Audit merupakan usaha untuk menyempurnakan

kualitas pelayanan dengan mengukuran kenerja bagi

yang memberikan pelayanan dengan menentukan

kinerja yang berkaitan dengan standar yang

dikehendaki dan dengan menyempurnakan kinerja

tersebut. Oleh karena itu, audit merupakan alat untuk

menilai, mengevaluasi, menyempurnakan pelayanan

kefarmasian secara sistematis (1).

Terdapat 2 macam audit, yaitu:

1. Audit Klinis:

Audit klinis yaitu analisasi kritis sistematis tehadap

pelayanan, penggunaan sember daya, hasil yang

didapat dan kualitas hidup pasien. Audit klinis


(1)
dikaitkan dengan pengobatan berbasis bukti .

44
2. Audit Profesional

Audit Profesional yaitu analisis kritis pelayanan

kefarmasian oleh seluruh tenaga kefarmasian

terkait dengan pencapaian sasaran yang

disepakati, penggunaan sumber daya dan hasil

yang diperoleh. Contoh: audit pelaksanaan system

manajemen mutu (1).

b. Review (pengkajian)

Review (pengkajian) yaitu tinjauan atau kajian

terhadap pelaksanaan pelayanan kefarmasian tanpa

dibandingkan dengan standar. Contoh: kajian

penggunaan antibiotik (1).

45
BAB III

URAIAN KHUSUS

III.1 Keadaan Geografi

Puskesmas Karuwisi terletak di jalan Urip sumoharjo Lr. II No.42,

kelurahan karuwisi utara kecamatan panakukkang, merupakan Pustu dari

Puskesmas Batua, yang kemudian tahun 1987 dikembangkan menjadi

Puskesmas Induk,dikarenakan pesatnya perkembangan penduduk.

Luas wilayah jangkauan Puskesmas Karuwisi adalah 2,76 Km2.

Dengan jumlah kelurahan 3 (tiga) masing-masing Kelurahan karuwisi

dengan 10 ORW, kelurahan karuwisi utara 8 ORW dan kelurahan

Sinrijala dengan 5 ORW. Dengan jumlah penduduk keseluruhan di

wilayah puskesmas karuwisi tahun 2018 sebanyak 23.172 jiwa dengan

kepala keluarga 6,112 KK.

Letak kelurahan karuwisi, karuwisi utara dan sinrijala, masing-

masing dikelilingi oleh beberapa kelurahan yang mempunyai puskesmas

sendiri, yaitu :

a. Sebelah timur berbatasan dengan kelurahan panaikang

b. Sebelah utara berbatasan dengan kelurahan rapokalling

c. Sebelah barat berbatasan dengan kelurahan maccini

d. Sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan malimongan.

46
Adapun kelurahan yang berada dalam wilayah kerja puskesmas

karuwisi beserta luas wilayah, jumlah ORW dan ORT setiap kelurahan

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

No Kelurahan Luas (km2) RT RW Penduduk

1 Karuwisi 0,87 42 10` 10,602

2. Karuwisi utara 1,72 30 8 7887

3. Sinrijala 0,17 15 5 4683

Jumlah 9,38 87 23 23,172

III.3 VISI DAN MISI PUSKESMAS KARUWISI


Visi
Dalam menetapkan Visinya Puskesmas Karuwisi
berpedoman dan memperhatikan Visi Kemeterian Kesehatan
Republik Indonesia yaitu “Masyarakat Sehat Mandiri, dan
Berkeadilan” serta Visi Dinas Kesehatan Kota Makassar yaitu“
Makassar Sehat Menuju Kota Dunia “Bahwa sebagai upaya
penjabaran Visi Kementrian Kesehatan RI dan Visi Dinas
Kesehatan Kota Makassar, maka Visi Puskesmas Karuwisi adalah
“Terwujudnya Puskesmas Karuwisi sebagai pusat pelayanan
kesehatan yang terjangkau dan bermutu bagi masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas Karuwisi”

Misi

47
Demi terwujudnya masyarakat Karuwisi hidup sehat yang
merupakan bagian tercapaianya Makassar Sehat Menuju Kota
Dunia harus ditunjang Misi Puskesmas yang dapat diukur serta
tidak terpisahkan dari Visi Puskesmas.
Berdasarkan hal tersebut Puskesmas Karuwisi mempunyai Misi
sebagai berikut :
a) Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan melalui sumber daya
manusia yang professional dan berkompeten
b) Menurunkan angka kematian ibu dan bayi melalui pemeriksaan
kehamilan yang optimal
c) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat melalui lintas sector
(3)
terkait program pelayanan kesehatan .

III.4 Sarana dan Prasarana

Fasilitas pelayanan dipuskesmas Karuwisi yaitu :

1. Rawat jalan

2. Puskesmas Pembantu (PUSTU)

3. Puskesmas keliling (PUSKEL)

4. Posyandu

5. Homecare

6. Poli umum

7. Poli gizi

8. Poli KIA (kesehatan ibu dan anak)

9. Instalasi gawat darurat

48
10. Apotik

Adapun sarana dan prasarana penunjang lainnya yaitu :

a. Gedung puskesmas

b. Ruang obat

c. Loket kartu

d. Tata usaha

e. Ruang tunggu pasien

f. Ambulance

g. Toilet

III.5 Struktur Organisasi

1. Kepala puskesmas : dr. Hj. Herlina M.Tahir, M.kes

2. Tata Usaha :

a. Kepegawaian SKM : Marthina Lili, SKM

b. Keuangan : Rahmaniar P, S.kep.,Ns

c. Inventaris : St. Ramlah Rahim, SKM

d. Umum : Marthina Lili, SKM

3. Promosi kesehatan : Risna, AMK

4. Kesling : Dahliah, AMK

5. KIA dan KB : Sumanti Kasim,Am.keb

6. Gizi masyarakat : Nurul Khotimah, AMG

7. Pencegahan penyakit : Lia Irawati S, S.Keb.Ns

49
St. Ramlah Rahim,SKM,

Rahmaniar P, S.Keb.Ns

8. UKS dan UKGS : Nur Wahidah, Am.KG

9. Upaya kesehatan Olahraga : Erni Rionita B,S.Keb

10. Puskesmas : Susanti M, S.Keb

11. UKK : Hendri Raru, S.Keb

12. UKGM : drg. Andi Novrisa

13. Kesehatan Jiwa : Susanti M,S.Keb

14. Kesehatan Mata/ Indra : Susanti M. S.Keb

15. Kes. USILA : Erny Rionitha B, S.Keb

16. Upaya K.Batra : Suryani Natsir, AMF

17. Posbindu : Rahmaniar P, S.Keb

18. Loket Kartu : Rawasiah

Kartini Syam, AMK

19. Poli Umum : Dr. Ewi Linggo

Lia Irawati S, S.kep . Ns

Rahmaniar P, S.Kep, Ns

Susanti M, S.Kep

Erny Rionitha B, S.Kep

Risna, AMK\

20. Poli Gigi : drg. Andi Novirsa

50
Nurwahida, AMKG

21. Imunisasi : Husriani, AMK

22. Apotik dan Farmasi : Febriady Nadjmuddin, S.Si.,Apt

Surianti Natsir, Amd. Farm

Ika Karmila,S.Farm

23. Laboratorium : St. Ramlah Rahim, SKM

24. Pel. Gawat Darurat : dr. Ewi Linggo

Husriani, AMK

Erly Rionitha B, S.Kep

Hendry Raru S.Kep

25. Puskesmas pembantu : Lia Irawati S,Kep

Rahmaniar, S.Kep,Ns

Sumanti Kasim, Am. Keb

26. Puskesmas Keliling : Henri Raru, S.Kep

III.6 Pengelolaan Sediaan di Puskesmas Karuwisi

1. Perencanaan

Proses seleksi di PKM karuwisi melibatkan dokter,

apoteker dan pemegang program-program puskesmas.

2. Penerimaan

51
Penerimaan sediaan farmasi di PKM itu dari gudang

farmasi/instalasi farmasi kabupaten/kota. Semua obat yang

ada di PKM itu dari IFK dan ada beberapa tibah dari BKKBM

(khusus obat KB).

3. Permintaan

Caranya membuat LPLPO perbulan ditujukan kepada

IFK(isntalasi farmasi kabupaten/kota) didalam LPLPO

tercantum permintaan perbulan.

4. Penyimpanan

Penyimpanan sediaan farmasi merupakan suatu kegiatan

pengaturan terhadap sediaan farmasi yang diterima agar

tidak hilang , terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan

mutunya tetap terjamin,sesuai dengan persyaratan yang

ditetapkan.

Tujuanya adalah agar mutu sediaan farmasi yang

tersedia dipuskesmas dapat dipertahankan sesuai dengan

persyratan yang ditetapkan.

Peyimpanan sediaan farmasi di PKM karuwisi dengan

mempertimbangkan Bentuk dan senis sediaan, dan

berdasarkan alfabetis.

5. Pendistribusian

52
Mendistribusikan ke sub unit pelayanan kesehatan dalam

lingkungan puskesmas itu antara lain UGD/kamar tindakan,

laboratorium, BP, KIA, pemegang program imunisasi,

pemegang program p2. Ini semua didistribusi didalam

lingkungan puskesmas adaula pendistribusian keluar yaitu

seperti PUSTU,PUSKEL.

6. Pemusnahan dan penarikan

Di puskesmas karuwisi tidak dilakukan pemusnahan yang

ada itu pengembalian ke IFK apabila setelah kedaluarsa atau

ada yang rusak .penarikan dilakukan terhadap produk yang

izin edarnya dicabut oleh menteri tapi dikembalikkan ke IFK

terlebih dahulu.

7. Pengendalian

Pengendalian sediaan farmasi dan bahan medis habis

pakai adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya

sarana yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program

yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan

kekurangan/kekosongan obat diunit pelayanan kesehatan

dasar.

Tujuanya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan

kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar.

Pengendalian sediaan farmasi terdiri dari:

53
1. Pengendalian persediaan

2. Pengendalian penggunaan

3. Penanganan sediaan farmasi hilang, rusak dan

kedaluarsa.

54
BAB IV

PEMBAHASAN

IV.1 Pembahasan

Praktek Kerja Lapangan dilaksanaan di Puskesmas Karuwisi yang

terletak di Jl. Urip Sumoharjo Lr.II No.42 Kecamatan Panakukang,

Kota Makassar.Praktek Kerja Lapangan ini di laksanakan dari tanggal

25 Februari sampai tanggal 9 Maret 2019. Dilaksanakannya Praktek

Kerja Lapangan ini bertujuan agar Mahasiswa(i) dapat menerapkan

teori yang telah didapatkan dan memahami tentang pelayanan,

pengelolaan perbekalan farmasi, visi dan misi Puskesmas serta tugas

dan fungsi Puskesmas.

Menurut Peraturan Perundang-undangan No.74 Tahun 2016

tentang standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas, bahwa

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan

kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.

Selama Praktek Kerja Lapangan di Puskesmas Karuwisi, banyak

pengalaman baru yang didapatkan.Mulai dari melakukan penataan

dan penyimpanan obat dikelompokkan secara alfabetis. Hal ini

bertujuan untuk mempermudah proses pelayanan resep dan

berdasarkan prinsip First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out

55
(FEFO), dimana untuk masing-masing obat yang masuk pertama dan

kadaluarsa lebih awal dikeluarkan terlebih dahulu dari obat yang dating

kemudian, untuk menghindari obat tersebut dari sifat toksik. Khusus

untuk Obat golongan Narkotik dan Psikotropik disimpan dalam lemari

tersendiri.Obat Narkotik dan Psikotropik setiap harinya dilakukan

pengecekan jumlah yang keluar dan yang masuk dan ditulis dalam

kartu stock.

Kegiatan pelayanan obat yang dilakukan selama Praktek Kerja

Lapangan di Puskesmas Karuwisi meliputi:

1. Pembacaan Resep

a. Nama Pasien dan Umur Pasien

b. Nama Obat dan jumlah obat

c. Dosis

d. Cara Pemakaian (Aturan Pakai)

2. Penyiapan Obat

a. Mengambil obat ditempat obat

b. Mengembalikan sisa obat kedalam wadah (kotak obat)

c. Menghitung jumlah obat

d. Menulis etiket

e. Mengemas dan memberi etiket.

56
3. Penyerahan dan informasi obat

Sebelum obat diserahkan, apoteker harus mengecek ulang

identitas pasien, jumlah obat, aturan pakai, kemasan dan lain-lain

lalu diserahkan kepada pasien dengan memberikan informasi

kepada pasien mengenai aturan pakai, dosis dan efek samping

obat. Setelah itu, resep akan diinput kedalam komputer dan

simpan berdasarkan tanggal dan nomor resep.

Pengelolaan sediaan farmasi meliputi perencanaan,

permintaan, penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian

1. Perencanaan

Pada tahap ini Puskesmas Karuwisi melakukan kegiatan

perencanaan dengan cara melihat sisa stock di gudang dan

banyaknya permintaan dari tiap unit serta banyaknya obat yang

sering diresepkan.

2. Permintaan

Permintaan obat-obatan serta perbekalan kesehatan untuk

Puskesmas terlebih dahulu dilakukan dengan cara mengumpulkan

daftar permintaan obat yang sering diminta dari setiap unit, sisa

stock yang ada di gudang, obat yang sering diresepkan serta

perbekalan kesehatan lainnya lalu dibuatkan Lembar Pemakaian

dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO), kemudian diajukan

kepada petugas Gudang Farmasi yang berada di Batua Raya,

57
setelah permintaan sampai di gudang, petugas mengecek ulang

barang yang dipesan lalu disiapkan dan dipacking untuk dikirim ke

Puskesmas Karuwisi

3. Penerimaan

Pada tahap ini Puskesmas Karuwisi menerima obat-obatan dan

perbekalan kesehatan yang dilakukan oleh Tenaga Kefarmasian

(Apoteker atau Asisten Apoteker).Tenaga Teknis Kefarmasian

melakukan pemeriksaan atau pencocokan dengan lembar LPLPO

sesuai dengan barang yang diterima kemudian setelah semua

sesuai tenaga teknis kefarmasian menandatangani berita acara

tersebut.

4. Penyimpanan

Obat yang diterima disimpan pada lemari yang tidak menyentuh

lantai atau dinding dan tidak lembab.Obat disimpan berdasarkan

alfabetis, bentuk sediaan dan berdasarkan penggolongan obatnya.

Sistem penyimpanan obat atau perbekalan farmasi di Puskesmas

Karuwisi menggunakan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO

(First Expired First Out) yaitu obat yang masuk lebih awal dan

kadaluarsa lebih awal harus keluar terlebih dahulu.

5. Pendistribusian

Pendistribusian di Puskesmas Karuwisi dilakukan dengan cara

pemberian obat sesuai dengan resep yang diterima, pemberian

58
obat per sekali minum atau dikombinasi, sedangkan

pendistribusian ke sub unit seperti Unit Gawat Darurat (UGD),

Pustu dan lain-lain dilakukan sesuai dengan permintaan

kebutuhan.

Pelayanan farmasi klinik meliputi :

1 Pengkajian dan pelayanan resep

2 Pelayanan Informasi Obat (PIO)

3 Konseling

4 Visite pasien (khusus Puskesmas rawat inap)

5 Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

6 Pemantauan Terapi Obat (PTO)

7 Evaluasi Penggunaan Obat

A. Pengkajian dan pelayanan resep.

Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi

persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik dan

persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap

maupun rawat jalan (2).

Persyaratan administrasi meliputi:

1. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan

2. Nama dan paraf Dokter

3. Tanggal resep

59
4. Ruangan/unit asal resep (2)

Persyaratan farmasetik meliputi:

1. Bentuk dan Kekuatan sediaan

2. Dosis dan jumlah Obat

3. Stabilitas dan ketersediaan

4. Aturan dan cara penggunaan

5. Inkompatibilitas (Ketidakcampuran Obat)

Kegiatan penyerahan (Dispensing) dan Pemberian

Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan pelayanan

yang dimulai dari tahap menyiapkan/meracik obat,

memberikan label/etiket, menyerahan sediaan farmasi

dengan informasi yang memadai disertai

pendokumentasian (2).

Tujuan:

1. Pasien memperoleh obat sesuai dengan

kebutuhan klinis/pengobatan.

2. Pasien memahami tujuan pengobatan dan

mematuhi intruksi pengobatan (2).

60
B. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan

Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat,

jelas dan terkini kepada Dokter, Apoteker, Perawat,

Profesi kesehatan lainnya dan Pasien

Tujuan:

1. Menyediakan informasi mengenai obat kepada

tenaga kesehatan lain di lingkungan Puskesmas,

Pasien dan Masyarakat.

2. Menyediakan Informasi untuk membuat kebijakan

yang berhubungan dengan obat (contoh: kebijakan

permintaan obat oleh jaringan dengan

mempertimbangkan stabilitas, harus memiliki alat

penyimpanan yang memadai).

3. Menunjang penggunaan obat yang rasional

Kegiatan:

1. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada

konsumen secara pro aktif dan pasif

2. menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga

kesehatan melalui telepon, surat atau tatap muka

3. Membuat bulletin, leaflet, label obat, poster,

majalah dinding dan lain-lain

61
4. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat

jalan dan rawat inap serta masyarakat

5. Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi

tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya

terkait dengan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

6. Mengkoordinasikan penelitian terkait Obat dan

kegiatan Pelayanan Kefarmasian

C. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Kegiatan:

1 Menganalisis laporan efek samping Obat.

2 Mengidentifikasi Obat dan pasien yang

mempunyai resiko tinggi mengalami efek

samping Obat.

3 Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat

(MESO).

4 Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping

Obat Nasional (2).

Faktor yang perlu diperhatikan:

1 Kerja sama dengan tim kesehatan lain.

2 Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping

Obat.

62
D. Pemantauan Terapi Obat (PTO)

Merupakan proses yang memastikan bahwa

seorang pasien mendapatkan terapi Obat yang

efektif, terjangkau dengan memaksimalkan efikasi

dan meminimalkan efek samping (2).

IV.2 Masalah Yang Ditemukan

a. Kadang-kadang diresep penulisan nama pasien kurang jelas

sehingga susah dibaca.

b. Kadang-kadang obat yang diresepkan obatnya kosong atau

persediaannya tidak ada.

c. Dalam melarutkan sirup, kita tidak menggunakan batang pengaduk,

melainkan kita menggunakan tembok.

d. Dalam meracik obat, kadang-kadang lumpang tidak habis dicuci

e. Apotek yang kurang besar untuk tempat persediaan obat

IV.3 Pemecahan masalah

a. Perlu kehati-hatian pihak Apotek dalam menyebut nama pasien

supaya tidak terjadi kesalahan

b. Jika obat yang persediaannya tidak ada atau habis maka pihak

apotek menemui Dokter yang bersangkutan untuk mendiskusikan

resep tersebut dan dapat diganti dengan obat yang memiliki fungsi

63
yang sama dengan tetap memperhatikan kondisi pasien

(keuntungan lebih tinggi daripada resiko).

c. Sebaiknya batang pengaduk disediakan agar lebih mudah dalam

melarutkan syrup kering.

d. Sebaiknya setelah meracik obat, petugas harus mencuci lumpang

agar bisa menghindari tercampurnya obat dari sisa racikan

sebelumnya.

e. Luasnya lahan apotek akan lebih mudah dalam mengerjakan

resep dan lebih rapi dalam penyusunan rak dan lemari obat.

64
BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Puskesmas karuwisi adalah unit pelayanan kesehatan yang

dibutuhkan oleh masyarakat untuk terus meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dalam bidang kesehatan.

2. Pengelolaan obat dipuskesmas karuwisi dilakukan oleh

seorang tenaga tekhnis kefarmasian.

3. Puskesmas karuwisi telah melaksanakan tugas dan

fungsinya sebagai pusat pelayanan kesehatan.

V.2 Saran

1. Sebaiknya pelayanan kesehatan dipuskesmas lebih

ditingkatkan.

2. Sebaiknya memperluas kamar Obat.

3. Cara penulisan nama pasien seharusnya diperjelas agar

bisa dibaca dengan baik.

4. Penyampaian informasi kepada pasien seharusnya lebih

ditingkatkan lagi.

65
DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan meteri kesehatan No 74/Permenkes/SK/II/2016. Standar

Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas

2. Peraturan menteri kesehatan No 75/Permenkes/SK/II/2014. Pusat

Kesehatan Masyarakat

3. Profil kesehatan puskesmas karuwisi 2018.

66
Lampiran 1

Penyimpanan obat di gudang

67
Lampiran 2

Lemari obat harian (syrup)

68
Lampiran 3

Lemari obat harian (tablet)

69
Lampiran 4

Meja racik

70

Anda mungkin juga menyukai