PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
hidup yang nyata. Bermain juga merupakan unsur penting untuk perkembangan anak
baik fisik, emosi, mental, sosial, kreativitas serta intelektual. Oleh karena itu bermain
ketakutan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan baginya. Bermain pada masa
pra sekolah adalah kegiatan serius, yang merupakan bagian penting dalam
waktu mereka dihabiskan untuk bermain (Elizabeth B Hurlock, 2000). Dalam bermain
(Sacharin, 2003).
timbul hal yang menakutkan. Semakin muda usia anak dan semakin lama anak
mengalami hospitalisasi maka dampak psikologis yang terjadi salah satunya adalah
atau teman-temannya dan akibat pemindahan dari lingkungan yang sudah akrab dan
asing baginya serta perawatan dengan berbagai prosedur yang harus dijalaninya
terutama bagi anak yang baru pertama kali di rawat menjadi sumber utama stress dan
baru yang bila tidak ditanggulangi akan menghambat pelaksanaan terapi di rumah
secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas
bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada
saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat
tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut
merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa
stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan
anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan
melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya
Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan
anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi
kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit
(Wong, 2009).
Salah satu terapi bermain yang dapat diberikan di rumah sakit adalah melipat
dan mengenal bentuk origami. Menurut Pamadi (2009), manfaat bermain origami
a. Melatih motorik halus pada anak sekaligus sebagai sarana bermain yang
aman, murah, menyenangkan dan kaya manfaat.
b. Lewat origami anak belajar membuat mainannya sendiri, sehingga
menciptakan kepuasan dibanding dengan mainan yang sudah jadi dan
dibeli di toko mainan.
c. Membentuk sesuatu dari origami perlu melewati tahapan dan proses
tahapan ini tak pelak mengajari anak untuk tekun, sabar serta disiplin
untuk mendapatkan bentuk yang diinginkan.
d. Lewat origami anak juga diajarkan untuk menciptakan sesuatu, berkarya
dan membentuk model sehingga membantu anak memperluas ladang
imajinasi mereka dengan bentukan origami yang dihasilkan.
e. Menciptakan kepuasan dan kebanggaan dan membuat anak belajar
menghargai dan mengapresiasi karya lewat origami.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
tenang dan senang selama berada di instalasi rawat inap anak Rumah Sakit, dapat
bersosialisasi dengan teman sebaya sesuai tumbuh kembang anak dan dapat
diharapkan :
dengan harapan
2) Bisa merasa tenang dan senang selama berada di instalasi rawat inap anak
Rumah Sakit
C. Sasaran
Anak-anak yang berada di instalasi rawat inap ruang anak Rumah Sakit yang berumur
5 - 12 tahun.
BAB II
DESKRIPSI KASUS
A. Karakteristik Sasaran
Peserta yang mengikuti terapi bermain ini adalah anak usia 5-12 tahun yang
sedang menjalani perawatan di ruang rawat inap anak Rumah Sakit dengan kesadaran
compos mentis, kooperatif, dan keadaan umum baik.
B. Prinsip bermain
1. Tidak banyak mengeluarkan energi, singkat dan sederhana
2. Mempertimbangkan keamanan
3. Kelompok umur yang sama
4. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak
5. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak
6. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat
keterampilan tangan lebih majemuk.
7. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain
8. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit
C. Karekteristik permainan
1. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain
yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita Todler.
2. Paralel play
Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing
mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada
interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak preschool
Contoh : bermain balok
3. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktifitas yang sama tetapi
belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas, anak bermain
sesukanya.
4. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi dan
terencana dan ada aturan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah
Adolesen.
D. Fungsi bermain
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik,
perkembangan sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri,
perkembangan moral dan bermain sebagai terapi (Soetjiningsih, 1995).
1. Perkembangan Sensoris-motorik
Pada saat melakukan permainan aktivitas sensoris-motoris merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak sehingga kemampuan penginderaan
anak dimulai meningkat dengan adanya stimulasi-stimulasi yang diterima anak
seperti: stimulasi visual, stimulasi pendengaran, stimulasi taktil (sentuhan) dan
stimulasi kinetik.
2. Perkembangan Intelektual (Kognitif)
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan memanipulasi segala
sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk,
ukuran, tekstur dan membedakan objek.
3. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan
menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk
mengembangkan hubungan sosial dan belajar memecahkan masalah dari
hubungan tersebut.
4. Perkembangan Kreativitas
Dimana melalui kegiatan bermain anak akan belajar mengembangkan
kemampuannya dan mencoba merealisasikan ide-idenya.
5. Perkembangan Kesadaran diri
Melalui bermain anak akan mengembangkan kemampuannya dan
membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan
mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap
orang lain.
6. Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai yang benar dan salah dari lingkungan, terutama dari
orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapat
kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di
lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang
ada dalam lingkungannya.
7. Bermain sebagai Terapi
Pada saat anak dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai
perasaan yang sangat tidak menyenangkan seperti : marah, takut, cemas, sedih dan
nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak
karena menghadapi beberapa stresor yang ada di lingkungan rumah sakit. Untuk
itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stres
yang dialaminya karena dengan melakukan permainan, anak akan dapat
mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi).
E. Kategori bermain
1. Bermain aktif
Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang dilakukan anak, apakah
dalam bentuk kesenangan bermain alat misalnya mewarnai gambar, melipat
kertas origami, puzzle, mobil-mobilan dan menempel gambar. Bermain aktif juga
dapat dilakukan dengan bermain peran misalnya bermain dokter-dokteran dan
bermain dengan menebak kata (Hurlock, 1998).
2. Bermain pasif
Dalam bermain pasif, hiburan atau kesenangan diperoleh dari kegiatan orang lain.
Pemain menghabiskan sedikit energi, anak hanya menikmati temannya bermain
atau menonton televisi dan membaca buku. Bermain tanpa mengeluarkan banyak
tenaga, tetapi kesenangannya hampir sama dengan bermain aktif (Hurlock, 1998).
BAB III
METODOLOGI BERMAIN
A. Deskripsi bermain
Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat
dalam kehidupan anak, dan karena situasi tersebut sering disertai stress berlebihan, maka
anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami
sebagai alat koping dalam menghadapi stress. Bermain sangat penting bagi mental,
bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Terapi bermain yang akan diberikan ialah melipat dan mengenal bentuk origami.
Permainan ini akan dilakukan dengan cara melipat kertas origami sesuai dengan contoh
yang sudah diberikan. Origami akan dilipat berbentuk pesawat, kapal, dll sesuai dengan
keinginan anak, setelah melipat origami anak disuruh untuk menyebutkan bentuk
B. Jenis permainan
Melipat dan Mengenal Bentuk dengan Origami
bermain aktif. Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang dilakukan anak,
apakah dalam bentuk kesenangan. Bermain aktif juga dapat dilakukan dengan
bermain peran misalnya bermain alat misalnya mewarnai gambar, melipat kertas
bermain dengan menebak kata (Hurlock, 1998). Pada permainan ini anak akan diajak
bermain untuk melipat dan mengenal bentuk dari kertas origami yang telat disediakan.
a. Materi Origami
Origami, berasal dari kata dari ori yang berarti “lipat”, dan kami yang
menjadi suatu bentuk kesenian yang modern. Origami adalah sebuah seni lipat
yang berasal dari Jepang.Bahan yang digunakan adalah kertas atau kain yang
tangan yang sangat teliti dan halus pada pandangan (Pamadi, 2009).
Menurut Wijayanti (2008), usia dini atau disebut juga sebagai usia
formal. Oleh sebab itu, pada rentang usia dini adalah saat yang tepat untuk
origami juga mampu menngurangi rasa cemas pada anak yang sedang dirawat.
menjadi rileks, sistem imun meningkat dan kadar oksigen dalam darah naik
dengan tenang. Hormon ini juga memperkuat sistem kekebalan tubuh untuk
melawan infeksi dan dikenal sebagai morfin tubuh yang menimbulkan efek
analgesia sehingga nyeri pada anak prasekolah yang sakit dapat dikurangi atau
dihilangkan.Jika stressor kecemasan yang dialami anak prasekolah dapat diatasi
b. Metode pelaksanaan
rancangan permainan melipat keertas origami. Setiap anak diberikan 1-3 kertas
origami dengan warna yang berbeda, kemudian leader dan co leader memimpin
a. Anak mampu meningkatkan perkembangan yang normal pada saat sakit melalui
hospitalisasi.
permainan origami.
Sasaran utama peserta pada permainan ini adalah anak usia 5-12 tahun yang
menjalani perawatan di rawat inap anak Rumah Sakit R.syamsudin.SH. Permainan ini
dapat melatih kognitif anak dalam bermain dan melipat origami dan melatih
kemampuan motorik halus anak dalam melipat kertas, kegiatan ini juga membuat
anak lebih aktif. Selain itu permainan ini tidak menguras banyak energi selama anak
E. Proses bermain
No. Terapis Waktu Subjek terapi
1. Persiapan 5 menit Ruangan, alat, anak
a. Menyiapkan ruangan
b. Menyiapkan alat-alat
c. Menyiapkan anak
2. Proses
a. Membuka terapi dengan 20 menit Menjawab salam,
mengucapkan salam dan Memperkenalkan diri
memperkenalkan diri
b. Menjelaskan pada orang tua Memperhatikan
anak dan anak tentang
tujuan dan manfaat bermain
c. Mengajak anak bermain Bermain bersama dengan
d. Kalau ingin bertanya atau antusias dan
menjawab angkat tangan mengungkapkan
terlebih dahulu baru perasaannya
berbicara
e. Mengikuti kegiatan dari
awal sampai akhir
f. Mengevaluasi respon anak
3. Penutup
a. Istirahat 15 menit Memperhatikan dan
b. Evaluasi kegiatan menjawab salam
c. Meminta anak menceritakan
kegiatan bermain
F. Waktu Pelaksanaan
Pokok Bahasan : Terapi Bermain Pada anak di Instalasi Ruang inap
Anak Rumah sakit R.syamsudin.SH
Sub Pokok Bahasan : Terapi Bermain anak usia 5 sampai 12 tahun
Judul Terapi Bermain : Melipat dan Mengenal Bentuk Origami
Tempat : Ruang inap Anak Rumah sakit R.syamsudin.SH
Hari, tanggal :
Waktu :
I. Pengorganisasian
1. Tim terapi
a. Leader :
Tugas
Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi bermain sebelum kegiatan
dimulai. Menjelaskan Kegiatan, mampu memotivasi anggota untuk aktif
dalam proses kegiatan bermain. Mampu memimpin Terapi bermain dengan
baik dan tertib, serta menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam
kelompok.
b. Co. Leader :
Tugas
Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas anak dan
mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang.
c. Fasilitator :
Tugas
Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung, memotivasi anak yang
kurang aktif, membantu leader memfasilitasi peserta untuk berperan aktif dan
memfasilitasi peserta.
d. Observer :
Tugas
Mengobservasi jalannya proses kegiatan, mencatat perilaku verbal dan non
verbal anak selama kegiatan berlangsung
J. Sistem evaluasi
Peserta terapi bermain mampu :
1. Peserta aktif dalam permainan
2. Peserta dapat mengikuti permainan dari awal sampai akhir
3. Peserta dapat mengepspresikan perasaanya
4. Peserta dapat mempraktekkan tata cara permainan
5. Peserta dapat memberikan kesimpulan dari gambar yang dibuat
K. Setting tempat
Tempat yang akan dilaksanakan diruangan rawat. Anak ditempatkan bersama dalam
satu ruangan rawat. Permainan akan dilakukan di ruang bermain instalasi rawat inap
anak RSAM Bukittinggi
: Pasien
: Orang Tua
: Fasilitator
: Leader
: Co-Leader
Cara Permainan
Anak akan diberikan 3 buah kertas origami dengan warna yang berbeda, dan
leader menunjukan cara melipat origami lalu anak diminta untuk mengikuti cara
melipat origami yang di lakukan oleh leader, setelah leader menunjukan cara bermain
kemudian menyuruh anak untuk melipat origami sendiri. Observer mengobservasi
jalannya proses kegiatan, mencatat perilaku verbal dan non verbal anak selama
kegiatan berlangsung. Anak akan diberikan waktu selama 20 menit untuk bermain
origami. Selama kegiatan berlangsung anak boleh didampingi oleh orang tua untuk
menambah semangat anak selama bermain. setelah selesai bermain melipat origami
anak didiminta untuk mengungkapkan perasaannya dan memberi kesimpulan dari
melipat origami yang telah dilaksanakannya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan kesejahteraan anak seperti
kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat
origami ini merupakan bermain aktif. Dalam bermain aktif, kesenangan timbul
dari apa yang dilakukan anak, apakah dalam bentuk kesenangan. Bermain aktif
juga dapat dilakukan dengan bermain peran misalnya bermain alat misalnya
1998). Pada permainan ini anak akan di ajak bermain melipat dan mengennal
bentuk origami.
stress karena sakit dan di rawat di RS, serta mengurangi tingkat kecemasan atau
DAFTAR PUSTAKA
Pamadi, Hadjar & Sukardi, Evan. (2009). Seni Keterampilan Anak. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Sa'diah. et al. (2014). Pengaruh Terapi Bermain Origami terhadap Tingkat Kecemasan pada
Anak Prasekolah dengan Hospitalisasi di Ruang Aster RSD dr. Soebandi Jember. e-