REFARAT

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 24

LIBRARY MANAGER

DATE SIGNATURE

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK


FAKULTAS KEDOKTERAN REFERAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN JANUARI 2019

LUKA IRIS

DISUSUN OLEH
Secundina Sugunda Candida (1308012024)
Maria Modesta Sihandi (1308011014)

PEMBIMBING
Dr. early

SUPERVISOR
Dr. Djumadi Achmad, Sp.PA(K),Sp.F

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa :

1. Nama : Secundina Sugunda Candida


Stambuk : 1308012024
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Undana

2. Nama : Maria Modesta Sihandi


Stambuk : 1308011014
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Undana

Judul Referat : Luka Iris

Telah Menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian ILMU
KEDOKTERAN FORENSIK Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, Januari 2019

Supervisor Pembimbing

(Dr. Djumadi Achmad, Sp.PA(K),Sp.F.) (Dr.)

ii
STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA

Standar Kompetensi Dokter Indonesia yang berkaitan dengan kekerasan tajam adalah
deskripsi luka, pemeriksaan derajat luka, pemeriksaan korban trauma dan deskripsi
luka pad korban mati dengan standar kompetensi 4A yaitu mampu melakukan secara
mandiri.

iii
DISCLAIMER

Referat ini kami buat dengan mengambil dan menambahkan pembahasan dari referat
yang dibuat oleh :

Judul : Trauma Tajam


Penyusun : Nurfatin Adilah Binti Kamarudin C11112837
Nurul Fathin Hamamah Binti Ahmad Termizi C11112842
Siti Nor Azimah Binti Zainal C11112837

Pembimbing : Dr. Afriani Early


Supervisor : Dr. Denny Mathius Sendana, MKes, SpF
Tahun : 2017

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL………………………………………………….……...

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………….

ii

STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA…………………………

iii

DISCLAIMER………………………………………………………………….

iv

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….

KERANGKA KONSEP………………………………………………………….

vi

BAB 1. PENDAHULUAN……………………………………………………...

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………….

2.1 TRAUMATOLOGI FORENSIK…………………………………….

2.2 DEFINIS LUKA IRIS………………………………………………

v
4

2.3 EPIDEMIOLOGI LUKA IRIS…………………………………..…..

2.4 KARAKTERISTIK LUKA IRIS………………………..…..…..…..

2.5 CARA KEMATIAN PADA LUKA IRIS………………………..…..

2.6 TANDA INTRAVITAL LUKA IRIS………………………...…..…..

12

2.7 ASPEK MEDIKOLEGAL……………………………………………

13

BAB 3. KESIMPULAN…………………………………………………………...

15

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..

16

KERANGKA KONSEP

Traumatologi Forensik
vi
Fisika Mekanik Kimia

Luka Luka Luka


Tusuk Iris Bacok

Defenisi Epidemiologi Karakteristik Cara Kematian Tanda


Intravital

Celah Pembunuhan

Menganga Bunuh Diri

Asimetris Kecelakaan

vii
BAB 1

PENDAHULUAN

World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa lebih dari 1,3


juta orang di seluruh dunia setiap tahunnya meninggal sebagai akibat dari
kekerasan. Bahkan puluhan ribu orang di seluruh dunia setiap harinya menjadi
korban kekerasan yang tidak menyebabkan kematian. Jenis kekerasan ada
berbagai macam mulai dari kekerasan fisik, kekerasan seksual, hingga kekerasan
psikologis. Setiap bentuk kekerasan fisik yang dapat menyebabkan luka pada
seseorang dari aspek medikolegal disebut cedera. Sementara itu luka adalah
kerusakan atau kehilangan kontinuitas jaringan tubuh akibat cedera. Menurut
penyebab cederanya, luka dikelompokkan menjadi luka mekanik (benda tajam,
tumpul, dan senjata api), luka fisik (luka bakar, frosbite, luka listrik, luka akibat
petir, sinar x, bahan radioaktif, dan lain-lain), dan luka kimiawi (asam, basa,
logam berat korosif).1,2

Luka akibat gaya mekanistik benda berpermukaan tumpul berbentuk


luka memar, luka lecet, dan luka robek. Sedangkan luka iris, luka tusuk, dan luka
bacok merupakan kelompok luka akibat benda tajam. Tulisan ini akan membahas
perlukaan akibat benda tajam khususnya luka iris. Perlukaan benda tajam ditandai
oleh tepi luka rata, sudut luka runcing, tidak ada jembatan jaringan, dan rambut
ikut teriris.3

Studi Center for Disease Control tahun 2006 terhadap 16 negara bagian
(di Amerika Serikat) menunjukkan bahwa sekitar 1,7% kasus bunuh diri
menggunakan benda tajam (selainnya menggunakan senjata api 51,3%, gantung
diri / strangulasi / sufokasi 22,1%, dan menenggak racun 18,4%). Pada kasus
pembunuhan, 12,1% merupakan akibat kekerasan benda tajam, 65,8% akibat
kekerasan senjata api, dan 4,6% akibat kekerasan benda tumpul.4

Demikian halnya juga menurut data di Jakarta tahun 2012, senjata tajam
yang digunakan sebagai alat pembunuhan sekitar 30-40% dari seluruh kejadian di

1
Jakarta dan senjata tajam yang digunakan untuk alat bunuh diri sangat jarang
(kurang lebih dua kasus setiap tahunnya).5

Kasus kekerasan tajam juga semakin marak terjadi di Makassar.


Berdasarkan data Kejari Makassar, ada 194 kasus pembegalan dengan senjata
tajam selama 3 bulan terakhir sejak Juli hingga September 2015.5

Dalam menghadapi kasus perlukaan, dokter akan bertindak selaku klinisi


yang bertugas memberikan pertolongan medis sekaligus sebagai petugas forensik
yang sewaktu-waktu dapat dimintai keterangannya baik secara tertulis maupun
lisan. Dari segi medikolegal, orientasi pemeriksaan perlukaan adalah membantu
rekonstruksi peristiwa dan menentukan derajat keparahan luka. Pemeriksaan yang
kadang dianggap tidak perlu untuk tujuan terapi misalnya lokasi luka, tepi luka
dan sebagainya sebaliknya penting secara medikolegal. Derajat keparahan luka
sendiri memiliki konsekuensi pidana yang berbeda bagi pelakunya.1

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TRAUMATOLOGI FORENSIK

Traumatologi berasal dari kata trauma dan logos dimana trauma adalah
suatu cedera pada tubuh yang dapat disebabkan oleh faktor fisik, ,mekanik, atau
kimia, dimana dapat menyebabkan luka dan kemungkinan dapat menyebabkan
komplikasi. Sedangkan logos berarti ilmu sehingga traumatologi dapat
didefenisikan sebagai ilmu yang mempelajari luka dan cedera serta hubungannya
dengan berbagai kekerasan (ruda paksa).6

Sedangkan yang dimaksud dengan luka adalah suatu keadaan


ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan yang dapat disebabkan oleh
trauma benda tumpul maupun trauma benda tajam.6

Berdasarkan penyebabnya, luka dapat dibedakan menjadi luka akibat


mekanik, fisika, dan kimia yaitu sebagai berikut:3

A. Mekanik

 Kekerasan oleh benda tajam, Misalnya luka iris, luka tusuk, luka bacok
 Kekerasan oleh benda tumpul, Misalnya: memar (kontusio, hematom),
luka lecet (ekskoriasi, abrasi) dan luka robek
 Kekerasan senjata api, Misalnya luka akibat senjata api yang beralur
(rifled weapons), luka akibat senjata api yang larasnya tidak beralur
(smoothbore weapons)

B. Fisika

 Suhu, Misalnya luka bakar (dry heat), luka bakar (scaid)


 Listrik dan petir, Misalnya Electrik mark, Joule burn, Exogenous burns,
Surface burns, Linear burns
 Perubahan tekanan udara
 Akustik

3
 Radiasi

C. Kimia

 Asam atau basa kuat, Misalnya: luka bakar akibat bahan kimiawi (asam
karbol, asam oksalat, asam sulfat, asam klorida, dll).

2.2 DEFINISI LUKA IRIS


Luka iris adalah luka superfisial akibat permukaan benda tajam yang
ditekankan ringan sambil digeser secara tangensial pada permukaan kulit. Luka
iris dapat disebabkan oleh pisau dapur, pisau cukur, box cutter atau benda bertepi
tajam lain misalnya pecahan kaca, logam, bahkan kertas.3,4

Gambar 1: Tekanan ringan benda tajam (pisau) sambil digeser pada


permukaan kulit menghasilkan luka iris.

2.3 EPIDEMIOLOGI LUKA IRIS

Prevalensi cedera secara nasional adalah 8,2%, dengan prevalensi tertinggi


ditemukan di Sulawesi Selatan 12,8% dan terendah di Jambi 4,5%. Proporsi jenis
cedera di Indonesia didominasi oleh luka lecet/memar sebesar 70,9%,
terbanyak di Banten 76,2% dan yang terendah di Papua yaitu 59,4%. Jenis
cedera terbanyak kedua adalah terkilir sebesar 27,5%, terbanyak di Kalimantan
Selatan sebesar 39,3%. Jenis cedera terbanyak ketiga adalah luka robek 23,2%,
terbanyak di Papua sekitar 48,5% dan terendah di DI Yogyakarta 14,6%.
Jenis cedera lainnya proporsinya kecil, patah tulang 5,8%, anggota tubuh

4
terputus, cedera mata dan gegar otak masing-masing proporsinya di
Indonesia 0,3%, 0,6% dan 0,4%.7

2.4 KARAKTERISTIK LUKA IRIS

Ciri utama luka iris dibanding luka akibat benda tajam lainnya adalah
panjangnya melebihi kedalamannya, sebab terjadi akibat tekanan ringan benda
tajam sewaktu digeserkan pada permukaan kulit, seperti pada gambar di bawah
ini. Dengan demikian panjang dan dalam luka iris sama sekali tidak
menginformasikan ukuran benda tajam penyebab. Luka iris berukuran 3 cm bisa
saja diakibatkan oleh pisau dapur berukuran 6 cm, pisau cukur berukuran 2 cm,
atau bahkan sepotong pecahan kaca.1

Gambar 2: Luka iris pada wajah, tampak panjang luka melebihi


kedalamannya.

Secara umum, ciri-ciri luka iris:1


1. Panjang luka lebih besar daripada dalamnya luka.
2. Tepi luka rata.
3. Sudut luka runcing.
4. Rambut ikut teriris.
5. Tidak ada jembatan jaringan.

5
Bentuk luka iris:8
1. Bentuk celah yaitu luka iris yang arah datangnya sejajar dengan arah serat
elastis / otot.

Gambar 3: Luka iris yang arah


datangnya sejajar akan membentuk celah

2. Bentuk menganga yaitu luka iris yang arah datangnya tegak lurus terhadap
arah serat elastis / otot.

Gambar 4: Luka iris yang arah


datangnya tegak lurus akan berbentuk menganga.

3. Bentuk asimetris yaitu luka iris yang arah datangnya miring terhadap arah
serat elastis / otot.

6
Gambar 5: Luka iris yang arah datangnya tegak lurus akan berbentuk menganga.

Ujung luka iris seringkali superfisial, kemudian agak dalam di tengah, dan
kembali superfisial pada ujung lainnya. Benda tajam yang mengenai kulit secara
oblik akan membentuk bevel luka. Jika sudutnya jauh lebih ekstrim maka luka
akan memiliki flap. Bila irisan benda tajam mengenai permukaan kulit yang tidak
rata maka dengan sekali geser akan terbentuk banyak luka dengan tepi terputus-
putus disebut wrinkle wound.9

Gambar 6: Wrinkle wound, pisau tergeser pada permukaan kulit yang tidak
rata. Luka iris menyerupai laserasi (luka robek), sehingga kerap sulit
dibedakan.
Luka robek yang merupakan luka akibat kekerasan benda tumpul
umumnya bertepi tidak rata dan memiliki jembatan jaringan disertai abrasi atau
kontusio di sekitarnya. Sebaliknya, luka iris tepinya teratur, sekelilingnya bersih
dan tidak memiliki jembatan jaringan. Akan tetapi luka iris oleh permukaan yang
tidak terlalu tajam dan ireguler kadang menghasilkan luka yang juga disertai
abrasi dan kontusio, walaupun memang tidak ditemukan jembatan jaringan.1

7
Gambar 7: Bandingkan luka iris (A) dan luka robek (B). Adanya jembatan
jaringan membantu membedakan keduanya .

Usia luka potong bisa diperkirakan sebagai berikut: masih segar (terdapat
hematom), 2 jam (pinggiran luka merah, bengkak serta ada perlengketan darah
dan cairan limfe), 24 jam (lapisan epidermis kulit menutupi permukaan luka, di
atasnya terdapat krusta yang merupakan bekuan darah), 36 jam (mulai terbentuk
jaringan kapiler), 48-72 jam (sel epidermis makin tumbuh ke dalam luka yang
nantinya akan membentuk jaringan penyambung), 3-5 hari bersamaan dengna
pembuluh darah baru juga terbentuk jaringan fibrin, pembuluh darah yang
terbentuk menunjukkan penebalan dan obliterasi), 1-2 minggu (jaringan parut
mulai terbantuk).2

2.5 CARA KEMATIAN PADA LUKA IRIS

2.5.1 PEMBUNUHAN

Luka iris pada kasus pembunuhan umumnya di daerah leher3. Luka iris
pada leher sangat jarang akibat kecelakaan atau bunuh diri. Ada dua gambaran
luka iris pada kasus pembunuhan, bergantung dari arah mana pelaku melukai.
Umumnya, leher korban diiris dari arah belakang, kepala dipegang, leher
dipaparkan, lalu pisau diiriskan melintang hingga mencapai tenggorokan. Luka
iris bisa mencapai tepi bawah telinga hingga ke sisi sebelah.1

Gambar 8: Luka iris leher pada sebuah kasus pembunuhan dari arah
belakang. A. Irisan bermula dari tepi bawah telinga menuju ke bawah hingga

8
mencapai midline leher, lalu kembali ke sisi leher sebelah. B. Tepi terminal luka
terletak lebih rendah dibanding tepi awal.

Luka iris pada kasus pembunuhan dari arah depan umumnya pendek dan
membentuk sudut tertentu. Bila pelaku menggunakan tangan kanan maka luka iris
umumnya di sisi kiri leher korban, Bila luka terjadi pada sisi kanan maka biasanya
jumlahnya lebih sedikit. Luka melintang cenderung teletak medial dan mengalami
sedikit perluasan ke kiri atau ke kanan.1

Gambar 9: Luka iris leher pada sebuah


kasus pembunuhan dari arah depan.

Ciri-ciri luka iris pada pembunuhan:1


a. Lokasi luka di sembarang tempat, termasuk daerah yang sulit dijangkauoleh
korban.
b. Pakaian biasanya ikut koyak akibat senjata tajam.
c. Tidak ditemukan luka iris percobaan.
d. Ditemukan luka tangkisan.
e. Tempat kejadian perkara, biasanya porak-poranda.

Defense wound (luka tangkis) adalah luka iris akibat upaya perlawanan
korban terhadap pelaku bersenjata tajam. Luka tangkis umumnya berlokasi di
telapak tangan akibat upaya memegang dan menahan senjata pelaku, di lengan
atas dan sisi ulnar lengan bawah akibat menangkis serangan pelaku. Pada kasus

9
tertentu luka tangkis dapat ditemukan di kaki atau tungkai akibat upaya korban
menendang. Tangkisan dilakukan korban untuk melindungi area vitalnya.1

10
Gambar 10: Luka tangkis pada
telapak tangan akibat upaya menggenggam senjata tajam.

2.5.2 BUNUH DIRI

Luka iris pada kasus bunuh diri atau percobaan bunuh diri, luka iris
umumnya ditemukan pada area fatal dan mudah dijangkau misalnya permukaan
radial pergelangan tangan kontralateral.1

Gambar 11: Luka iris pada


permukaan radial pergelangan tangan kiri.

Ciri-ciri luka iris pada bunuh diri:8


a. Lokasi pada tempat yang mudah dicapai oleh korban atau pada organ penting,
antara lain: leher, pergelangan tangan, perut dan lekuk lutut. Irisan di leher
biasanya tidak sampai ke ruas tulang leher.
b. Pakaian biasanya disingkirkan sebelum melakukan irisan.
c. Ditemukan luka iris percobaan

11
d. Tidak ditemukan luka tangkisan.
e. Tempat kejadian perkara, tidak porak-poranda.
Hesitation wound (luka percobaan) merupakan luka iris yang mengawali
perlukaan yang lebih fatal pada upaya bunuh diri, biasanya akibat rangsangan
nyeri atau timbul keraguan selama upaya tersebut. Luka percobaan sangat
supefisial bahkan menyerupai ketebalan selembar kertas.1

Gambar 12: Luka percobaan di sekeliling luka iris utama pada upaya
bunuh diri.

Luka iris tidak begitu berbahaya, kecuali luka iris mengenai pembuluh
darah yang dekat kepermukaan seperti di leher, siku bagian dalam, pergelangan
tangan dan lipat paha. Dari bentuk luka iris tidak dapat diambil kesimpulan
apapun mengenai jenis senjata yang menyebabkannya. Luka iris dapat
menyebabkan pendarahan, emboli udara, infeksi dan sepsis.8

2.5.3 KECELAKAAN
Kecelakaan yaitu kekerasan yang terjadi tanpa unsur kesengajaan,
misalnya kecelakaan industri, kecelakaan pada kegiatan sehari-hari.3

Ciri-ciri luka iris pada kecelakaan:8

a. Lokasi pada tempat yang terpapar.


b. Pakaian biasanya ikut koyak akibat senjata tajam.
c. Tidak ditemukan luka iris percobaan.
d. Tidak ditemukan luka tangkisan.

12
2.6 TANDA INTRAVITAL LUKA IRIS

Pengetahuan mengenai vitalitas luka saat ini telah berkembang. Awalnya


infiltrasi sel darah merah danggap sebagai penanda dari reaksi intravital, namun
beberapa studi telah menerangkan bahwa ekstravasasi sel darah merah juga dapat
terjadi setelah kematian sehingga infiltrasi sel darah merah tidak lagi dapat
dijadikan penanda intravital luka. Beberapa studi mengevaluasi vitalitas luka
melalui marker koaglasi atau inflamasi dengan beberapa metode seperti
enzimologi, biologi molekular, immunohistochemistr dan histopatologi. Temuan
tersebut menjadi dasar untuk menentukan jenis luka berdasarkan waktu terjadinya
luka yaitu intravital atau post mortem. Hal ini pada prinsipnya dapat dibedakan
karena adanya fungsi hemostasis yang terjadi pada manusia yang masih hidup.10

Dari hasil penelitian mikroskopis mengenai gambaran histopatologi


intavital, perimortem dan post mortem luka iris pada kulit dan otot punggung
tikus wsistar Ratus novegicus yang dilakukan oleh Stephanie Renni Anindita dkk,
didapatkan hasil sebagai berikut:11

 Pada kelompok intravital didapatkan serbukan sel radang sedang dan


perdarahan sedang hingga berat.

 Pada kelompok perimortem didapatkan perdarahan ringan dan sedang,


serta serbukan sel radang ringan dan sedang.

 Pada kelompok post mortem didapatkan gambaran perdarahan ringan dan


serbukan sel radang ringan.

Penilaian histopatologi luka pada penelitian ini dilakukan dengan menilai


serbukan sel PMN dan perdarahan pada histopatologi luka. Pada penelitian ini
didapatkan perbedaan gambaran histopatologi luka intravital, peri mortem serta
post mortem. Didapatkan perbedaan gambaran resapan darah dan serbukan sel
radang dengan urutan dari nilai terbesar ke terkecil yaitu pada keadaan intravital,
perimortem, hingga post mortem. Pada kelompok post mortem, masih didapatkan

13
adanya perdarahan dan sel radang. Hal ini sesuai dengan teori, yaitu agregasi sel
PMN masih dapat terjadi hingga beberapa jam pasca kematian.11

2.6 ASPEK MEDIKOLEGAL

Didalam melakukan pemeriksaan terhadap orang yang menderita luka akibat


kekerasan pada hakekatnya dokter diwajibkan untuk dapat memberikan kejelasan
dari permasalahan sebagai berikut:1
a. Jenis luka apakah yang ditemui.

Menurut ilmu kedokteran forensik, luka terdiri atas beberapa jenis misalnya
luka memar, luka lecet, luka iris, luka tusuk, luka bacok, luka tembak dan
sebagainya.

b. Jenis kekerasan atau senjata apakah yang menyebabkan luka.

Berdasarkan pada ciri dari luka ataupun kelainan yang terdapat pada tubuh
korban, dapat ditentukan jenis kekerasan yang menyebabkan luka atau alat yang
dipakai misalnya akibat trauma benda tajam bermata dua.

c. Bagaimanakah kualifikasi dari luka itu.

Pengertian kualifikasi luka di sini semata-mata pengertian ilmu kedokteran


forensik, yang hanya baru dipahami setelah mempelajari pasal pasal dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana, yang bersangkutan dengan penganiayaan,
terutama pasal 315 dan pasal 352 dan tentang arti beberapa istilah yang dipakai
dalam kitab undang-undang dalam pasal 90. Perlu diketahui bahwa penentuan
kualifikasi luka seperti yang dimaksudkan di atas adalah semata-mata berdasarkan
kualifikasi medis.1

Hukum pidana Indonesia mengenal delik penganiayaan yang terdiri dari tiga
tingkatan dengan hukuman yang berbeda yaitu penganiayaan ringan (pidana
penjara maksimum 3 bulan), penganiayaan (pidana penjara maksimum 2 tahun 8
bulan), dan penganiayaan yang menimbulkan luka berat (pidana penjara
maksimum 5 tahun). Ketiga tingkatan penganiayaan tersebut diatur dalam pasal
352 (1) KUHP untuk penganiayaan ringan, pasal 351 (1) KUHP untuk

14
penganiayaan, dan pasal 351 (2) KUHP untuk penganiayaan yang menimbulkan
luka berat.1

Luka berat yang dimaksud dalam pasal 90 KUHP, yaitu:1

1. Jatuh sakit atau mendapat luka atau yang tidak memberi harapan akan sembuh
sama sekali, atau yang menimbukan bahaya maut.

2. Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan


pencaharian.

3. Tidak dapat lagi memakai salah satu panca indera

4. Mendapat cacat berat (venninking)

5. Menderita sakit lumpuh

6. Terganggunya daya pikir selama 4 minggu lebih

7. Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan.

15
BAB 3

KESIMPULAN

Kekerasan berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi mekanik,


fisika, kimia. Salah satu bentuk dari kekerasan secara mekanik adalah kekerasan
benda tajam. Kekerasan benda tajam terdiri dari luka iris, luka tusuk, luka bacok.
Referat ini membahas tentang luka iris. Luka iris adalah luka superfisial akibat
permukaan benda tajam yang ditekankan ringan sambil digeser secara tangensial
pada permukaan kulit. Luka iris dapat disebabkan oleh pisau dapur, pisau cukur,
box cutter atau benda bertepi tajam lain misalnya pecahan kaca, logam.

Secara umum, ciri-ciri luka iris: Panjang luka lebih besar daripada
dalamnya luka, tepi luka rata, sudut luka runcing, rambut ikut teriris, tidak ada
jembatan jaringan. Ciri utama luka iris adalah panjangnya melebihi
kedalamannya, sebab terjadi akibat tekanan ringan benda tajam sewaktu
digeserkan pada permukaan kulit. Dengan demikian panjang dan dalam luka iris
sama sekali tidak menginformasikan ukuran benda tajam penyebab.

Cara kematian pada luka iris yaitu pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan
dimana semuanya mempunyai ciri-ciri khusus. Luka iris tidak begitu berbahaya,
kecuali luka iris mengenai pembuluh darah yang dekat ke permukaan seperti di
leher, siku bagian dalam, pergelangan tangan dan lipat paha. Luka iris dapat
menyebabkan pendarahan, emboli udara, infeksi dan sepsis.

Luka iris juga dapat dibedakan berdasarkan waktu terjadinya luka yaitu
intravital atau post mortem. Hal ini pada prinsipnya dapat dibedakan karena
adanya fungsi hemostasis yang terjadi pada manusia yang masih hidup.
Didapatkan perbedaan gambaran resapan darah dan serbukan sel radang dengan
urutan dari nilai terbesar ke terkecil yaitu pada keadaan intravital, perimortem,
hingga post mortem.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Binarupa Aksara;


1997. Hal 114-125.
2. Chadha PV. Ilmu Forensik dan Toksikologi. Jakarta: Widya Medika; 2000.
Hal 66-72.
3. Arif B, Wibisina W. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran
Forensik Universitas Indonesia; 1999. Hal 37-44.
4. Prahlow JA, et al. Forensics Autopsy of Sharp Force Injuries. 2012 [online]
available from URL: http://emedicine.medscape.com/article/1680082-
overview
5. Satyo AC. Aspek Medikolehal Luka pada Forensik Klinik. Majalah
kedokteran Nusantara 2006; 39: 430-2.
6. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian RI tahun 2013. 2013 [online] available from URL:
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil
%20Riskesdas%20 2013.pdf
7. Alfanie I, dkk. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Jakarta:
Rajawali Pers; 2017.
8. Krishan V, et al. Textbook of Forensic Me dicine and Toxicology,
Principles and Practice. India: Elsevier; 2005. Pp 197.
9. Casse JM, et al. Skin Wounds Vitality Markers in Forensic Pathology:
An Update Review. Sage Journal 2015; 56: 128-37.
10. Anindita SR, dkk. Gambaran Histopatologi Intavital, Perimortem dan Post
Mortem Luka Iris pada Kulit dan Otot Punggung Tikus Wsistar Ratus
Novegicus. Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2017. Hal 269-74

17

Anda mungkin juga menyukai