Anda di halaman 1dari 15

NAMA : NILUH SRI PURNAMA WATY

NIM : 821417157
KELAS : C-S1 FARMASI 2017

1. Seorang penderita dengan pengeluaran urin 1,8 1/24 jam dan rata-rata
konsentrasi kreatinin 2,2 mg%. Berapakah klirens kreatinin ? bagaimanakah saudara
mengatur dosis dari suatu obat yang secara normal diberikan 20 mg/kg setiap 6 jam
pada penderita ini/ (dianggap konsentrasi urin 0,1 mg/mL dan klirens kreatinin 100
ml/menit)?
Jawaban :
Dik : V = 1,8 L setiap 24 jam = 1800 mL
Ccr = 2,2 mg%
Ccl = 0,1 mg/ml
ClcrN = 100 ml/menit
Dosis = 20 mg/kg
Tau = 6 jam
Dit : ClcrN ?
Du ?
Penyelesaian :
Cu.V .100
a. ClcrN =
Ccr . 1440
0,1 x 1800 x 100
=
2,2 x 1440
18000
=
3168
= 5,68 mL/menit
Jadi klirens kreatinin urinia yaitu 5,68 mL/ menit
Clcru
b. G = 1-F (1- )
Clcrn
5,68
= 1-1 (1- )
100
100 5,68
= 1-1 ( - )
100 100
100 5,68
= 1-1 ( - )
100 100
94,32
= 1-1 ( )
100
= 1-1 (0,9432)
= 0,0568
Du Ku Du
= = =G
DN KN DN
Du = G x Dn
= 0,0568 x 20
= 1,136 mg setiap 6 jam
Jadi dosis yang diberikan pada penderita ini adalah 1,136 mg/kg setiap 6 jam
ATAU
ƮU Kn
=
ƮN Ku
Kn
Ʈu = Ʈn .
Ku
1
= 6 jam x
0,06
= 100 jam
Jadi penderita dapat diberi 20 mg/kg setiap 100 jam

2. Seorang penderita yang mendapat linkomisin 600 mg setiap 12 jam secara IM


mempunyai klirens kreatinin 50 mL/menit. Apakah dosis akan disesuikan? jika ya,
(a.) Sesuaikan dosis dengan menjaga jangka waktu pemberian dosis konstan (b.)
Sesuaikan jangka waktu pemberian dosis dan berikan dosis sama (c). Sesuaikan
jangka waktu pemberian dosis begitu dosisnya. Apakah ada perbedaan yang bermakna
dalam metode penyesuaian dosis tadi.
Jawaban:
Dik : Dosis 600 mg setiap 12 jam
Klirens Kreatinin : 50 mL/menit
Penyelesaian :
5
G= 1-1 (1 - )
100
100 5
= 1-1 ( - )
100 100
95
= 1-1 ( )
100
G= 0,05
Du
a. =G
Dn
Du= G. DN
= 0,05. 600
= 30 mg setiap 12 jam
ƮU KN
b. =
ƮN KU
KN
Ʈu = Ʈn.
KU
1
= 12. = 240 jam
0,05
600 mg setiap 240 jam 7

3. Dengan menggunakan metode Cockcroft dan gault, hitung klirens kreatinin


untuk seorang wanita dewasa (umur 38, 62 kg) yang mempunyai kreatinin serum 1,8
mL/%?
Jawaban : Dik : Scr = 1,8 mg%
Umur = 38 tahun
BB = 62 gr
Dit : klirens kreatinin wanita ?
( 140-umur ) x BB
Peny :
scr x 72
(140−38 ) x 62 kg
=
1,8 mg% x 72
102 x 62 kg
= 129,6
7440
=
129,6
= 57,407
Clcr perempuan= 57,407 x 0,85 = 2,87035 mL/ Menit

4. Apakah saudara akan menyesuaikan dosis cefamandol, suatu antibiotik yang


98% di eksresi tidak berubah dalam urin, untuk penderita dalam soal 6? Mengapa?
Jawaban :
Dik :F = 98%
Clcr = 2,9
a. : Fungsi ginjal penderita urenia
2,9
=
100
= 2,9%
b. : Tentukan eliminasi ginjal penderita urenia
= 98% x 2,9%
= 2,842 %
c. : tetapan eliminasi keseluruhan penderita urenia
= 2,842% + (1-98)
= 2,842% + 2%
= 4,842%
Oleh karena itu, penyesuaian dosis untuk penderita urinea 4,842% dari penderita
normal, penyesuaian dosis dilakukan adanya pengaruh penurunan fungsi ginjal pada tetapan
eliminasi ginjal dapat diperkirakan. Pemberian beberapa penyesuaian dosis untuk obat – obat
yang dieliminasi melalui eksresi. Ginjal pada berbagai tingkat kegagalan ginjal yang berbeda.

5. Anggapan apakah yang biasa dibuat bila penyesuaian aturan dosis menurut
klirens kreatinin seorang penderita dengan kegagalan ginjal.
Jawaban : Anggapan yang bisa dibuat yaitu :
a. terapi obat secara individual harus dilakukan pada penderita dengan gangguan
ginjal. Umumnya, penyesuaian dosis didasarkan pada Clearence Creatinin
b. penyesuaian dosis lebih kompleks untuk obat yang terlalu cepat
dimetabolisme atau obat-obat yang mengalami perubahan pada ikatannya dengan
protein akibat keadaan gagal ginjal
c. Penyesuaian regimen dosis yang optimal tergantung pada keakuratan
hubungan parameter farmakokinetik obat dan parameter fungsi ginjal dan juga
tergantung pada penilain yang akurat terhadap sisa fungsi ginjal yang masih baik.

6. Dosis lazim dari gentamisin pada penderita dengan fungsi ginjal normal
adalah 1,0 mg/kg setiap 8 jam dengan injeksi IV bolus ganda. Dengan menggunakan
metode nomogram, berapakah dosis gentamisin yang akan saudara anjurkan untuk
seorang penderita pria dewasa umur 55 tahun bb 72 kg dengan klirens kreatinin 20
ml/menit?
Jawaban : Dik : gentamisin
a = 2,0
b = 0,28
k% = 30 % nilai K % (normal)
Clcr = 20 ml / menit
Dit : Dosis ?
Penye : K% =( a + b) x Clcr
=( 2,0 + 0,28) x 20
= 2,28 x 20
= 45,6%
45,6
Dosis = 1,0 mg/kg x
30
45,6
= 1,0 mg/kg x 72 kg x
30
45,6
= 72 mg x
30
= 109,44 mg

7. Seteleh perkiraan kondisi uremia penderita, aturan dosis obat dapat disesuaikan
melalui
a. Membuat dosis tetap dan memperpanjang jarak waktu pemberian dosis, atau
b. Menurunkan dosis dan mempertahankan jarak waktu pemberian dosis tetap.
Diskusikan keuntungan dan kerugian penyesuaian dosis yang meggunakan metode
a atau metode
Jawaban: Antara penyesuaian aturan dosis yang menggunakan metode A atau metode B,
yang paling menguntungkan adalah metode B, karena metode B memiliki jarak waktu dosis
yang tetap sehingga pasien atau penderita tidak akan lupa serta penggunaan obatnya teratur
dan efektif. Sedangkan metode A mempunyain kerugian yaitu jarak watu pemberian dosis
yang panjang sehingga si penderita memiliki kemungkinan besar lupa untuk meminum obat
kembali.

8. Penisilin G mempunyai volume distribusi 42 1/1,73 m 2 dan tetapan laju


eliminasi 1,034 jam-1. Hitung konsentrasi puncak maksimum yang akan dihasilkan
bila obat diberikan secara intravena pada laju 250 mg setiap 6 jam selama 1 minggu.
Jawaban:
Dik : Vd = 42 L
K = 1,034 Jam-1
D0 = 250 mg
τ = 6 Jam
Dit : Cmaks = …….?
Penye : Cmaks = D0 { 1 }}
–k.τ
Vd 1– e
250 1
= { }
42
1 – e – 1,034 . 6

= 250
42 (1 – e – 1,034 . 6)
= 250
42 (1 – 0,002)
= 250
42 (0,998)
= 250
41,916
= 5,96 µg/L.

9. Diklokrasilin mempunyai waktu paruh eliminasi 42 menit dan volume


distribusi 20. Diklokrasiln 97% terikat protein. Berapakah konsentrasi tunak
diklokrasilin bebas bila obat diberikan secara intravena pada laju 250 mg setiap 6 jam?
Jawaban :
Dik : t1/2 eliminasi = 42 menit = 42 menit/60 menit = 0,7 jam
Vd = 20 mg = 20.000 µg
Diklokrasilin yang terikat protein = 97% = 0,97%
D0 = 250 mg = 250.000 µg
τ = 6 Jam
Dit : Cav ∞ = …..?
D0
Penye : Cav ∞ =
Vd.K.τ
0,693
a. T1/2 eliminasi =
K
0,693
0,7 jam =
K
0,693
K =
0,7
K = 0,99 jam-1
D0
b. Cav ∞ =
Vd . K .τ
250.000
=
20.000 . 0,99 . 6
250.000
=
118.800
= 2,10 µg/mL
c. Kosentrasi obat bebas pada keadaan tunak = 2,10 µg/mL (1-0,97)
= 2,10 µg/mL (0,03)
= 0,063 µg/mL

10. Waktu paruh eliminasi normal sefamandol 1,49 jam dan volume distribusi (Vd)
39,2% berat tubuh. Waktu paruh eliminasi untuk seorang penderita dengan klirens
kreatini 15 ml/menit dilaporkan oleh Czerwinski dan Pederson sama dengan 6,03
jam, dan Vd kreatinin adalah 23,75% berat badan. Berapakah dosis sefamandol yang
seharusnya diberikan kepada penderita tanpa uremia dan penderita uremia bila obat
diberikan intravena setiap 6 jam dan tujuan yang diinginkan adalah untuk
mempertahan rata-rata kadar tunak 2 µg/ml ?
Jawaban :
Dik : t ½ Eliminasi = 49 jam
Vd = 39,2 % = 0, 392 L
t½ klirens = 15 ml/menit
Vd kreatinin = 23,75 % = 0,2375
τ = 6 Jam
C∞av = 2µg/ml
Penyelesaian :
F . Do
C∞av =
Vd . K . C
0,693
t½=
k
0,693
K = tt 1
2
a) Dosis untuk penderita tanpa uremia
0,693
K normal =
1,49
= 0,465 jam-1
Do = C∞av.Vd. K. C
= 2 ( 0,392) (0,465) (6)
= 2,1873 mg/kg
b) Dosis untuk penderita uremia
0,693
K uremia =
6,03
= 0,114 jam-1
Do = C∞av.Vd. K. C
= 2 ( 0,2375) (0,114) (6)
= 0,3249 mg/kg

11. Dosis penjagaan dari digoksin untuk seorang penderita dengan BB 60 kg dan
fungsi ginjal normal dilaporkan 0,5 mg/hari. Waktu paruh digoksin sama dengan 0,95
hari dan volume distribusinya 306 I. Bioavaibilitas tablet digoksin = 0,56
a. Hitung konsentrasi tukak digoksin
b. Tentukan apakah penderita menerima dosis yang cukup (konsentrasi efektif
digoksin dalam serum 1-2 µg/ml).
c. Berapakah konsentrasi tunak jika penderita diberi dosis eliksir sebagai
pengganti tablet (anggap eliksir 100% “bioavaibel”).
Jawaban :
a. Dik Dosis = 0,5 mg/hari
BB = 60 Kg
t 1/2 = 0,95
Vd = 306 ml
F = 56%
Penyelesaian :
Dosis = 0,5 x 106 mg
F . Do
C∞avv =
Vd . K . T
O , 56−0,5 Mg /hari
=
306 ( 0,729 ) Hari
0,28
=
223,0,74
= 0,00125
b. Penderita mendapatkan dosis yang cukup atau sesuai
c. C∞av = JIKA F = 100%
F . Do
C∞av =
Vol . K . C
1 . 0,5
=
306 (0,729)
0,5
=
223,074
= 0,0022 mg
=
2,2 mg/L
12. Gentamisin (Garamisin, Schering) merupakan suatu obat yang sangat larut
dalam air. Dosis obat ini pada penderita obese seharusnya didasarkan atas suatu
perkiraan massa tubuh tanpa lemak atau “berat badan ideal”. Mengapa?
Jawaban :
Penderita obese mempunyai akumulasi jaringan lemak yang lebih besar daripada
keperluan untuk fungsi tubuh normal. Proporsi keseluruhan cairan tubuh terhadap
keseluruhan berat badan yan lebih kecil dibandingkan penderita dengan berat badan ideal,
yang mempengaruhi volume distribusi obat.
Perbedaan dalam cairan tubuh total perkilogram berat badan pada penderita obese,
proporsi terbesar dari lemak tubuh pada penderita ini dapat menimbulkan perubahan
distribusi dalam farmakokinetik obat-obat,sehubungan dengan partisi obat antar lemak dan
lingkungan aqueus. Obat-obat seperti digoksin dan gentamisin sangat polar dan cenderung
terdistribusi dalam air daripada ke jaringan lemak. Sehingga, pemberian terapi gentamisin
pada pasien obese didasarkan pada massa tubuh tanpa lemak karena sifat dari gentamisin
yang cenderug terdistribusi dalam jaringan lemak.

13. Mengapakah perhitungan dosis muatan, DL, untuk suatu obat didasrkn atas volume
distribusi; sedangkan perhitungan dosis penjagaan didasarkan atas tetapn laju eliminasi?
Jawaban :
Dosis muatan adalah dosis yang diberikan untuk mencapai kadar obat tertentu dalam
darah, maka dari itu dibutuhkan volume distribusi karena konsentrasi dalam darah dapat
dipengruhi oleh volume distribusi dengn dosis obat sementara untuk dosis pemeliharaan
diberikan untuk menjaga konsentrasi obat berada dalam rentang jendela terapeutik obat
maka dibutuhkan laju eliminasi agar tetap menjaga obat tetap berada dalam rentang
tersebut dan tidak terakumulasi.

14. Suatu obat paten dengan indeks terapetik yang sempit diberikan untuk seorang
penderita. setelah pemakaian beberapa waktu, dokter mengamati bahwa penderita
tidak memberikan reaksi terhadap terapi obat dan meminta pengukuran tunggal kadar
plasma. beri komentar singkat atas arti pengukuran konsentrasi obat dalam cuplikan
darah tunggal dan atas kegunaan informasi yang mungkin diperoleh.
Jawaban :
Tujuan dilakukan pengukuran tunggal kadar plasma serta kegunaan informasi data
diatas yaitu obat dengan indeks terapi yang sempit memerlukan pengawasan pada level
obat dalam kadar plasma dan penyesuaian dosis untuk mencegah timbulnya efek toksis
serta sangat rentan terhadap interaksi obat farmakokinetik. Mekanisme interaksi
farmakokinetik dapat terjadi pada tahap ADME. Pada fase absorbsi interaksi obat akan
mempengaruhi bioavaibilitas terutama pada obat oral yang memiliki bioavaibilitas rendah.
Fase distribusi juga memungkinkan adanya interaksi obat. Untuk fase metabolisme dan
eksresi akan mempengaruhi klirens seperti pada obat dengan indeks terapi sempit.
Perubahan konsentrasi akibat metabolisme maupun eksresi pada obat dengan indeks terapi
yang sempit akan sangan berpengaruh secara kliniks sehingga dilakukan pengukuran
tunggal kadar plasma.

15. Dosis sulfisoxazol (Gantrisin, Roche Labs) yang dianjurkan untuk seorang
penderita wanita dewasa (umur 26 tahun, 63 kg) dengan infeksi saluran urin adalah
1,5 g setiap 4 jam. Obat 85% terikat protein serum. Waktu paruh eliminasi obat ini 6
jam dan volume distribusinya 1,31/kg. Sulfisoxazol 100% “bioavailable”
a. Hitung konsentrasi tunak dalam plasma dari sulfisoxazol pada penderita ini.
b. Hitung dosis muatan yang sesuai dari sulfisoxazol untuk penderita ini.
c. Gantrisin (sulfisoxazol) tersedia dalam tablet yang mengandung 0,5 g obat.
Berapa banyak tablet yang akan saudara anjurkan untuk dosis muatan?
d. Jika tidak diberikan dosis muatan, berapakah waktu yang diperlukan untuk
mencapai 95-99% kadar tunak?
Jawaban :
Dik : BB pasien = 63 kg
Do = 1,5 g = 1.500.000 μg
T = 4 jam

F =1
1
t = 6 jam
2
Vd = 1,3 L/kg
= 1,3 L x 63 kg
= 81,9 L = 81.900 mL
Dit : a. Cav∞?
b. DL ?
c. Banyak tablet untuk DL ?
d. T95% dan T99% ?
Penyelesaian :
0,693
a. k = 1
t
2
0,693
=
4
= 0,17325 jam-1
S x F x Do
Cav∞ =
k x Vd x T
1 x 1.500.000
=
0,17325 x 81.900 x 4
= 26,43 μg/mL

b. DL = Cp x Vd

= 26,43 x 81,9
= 2.164,5 mg
Jadi, dosis muatan yang sesuai dari sulfisoxazol untuk penderita ini yaitu 2.164,5 mg.
c. 1 tablet = 500 mg
2.164,5
Banyak tablet untuk dosis muatan =
500
= 4 tablet
Jadi, banyak tablet yang dianjurkan untuk dosis muatan adalah 4 tablet.
1
d. T95% = 4,32 x t
2
= 4,32 x 6
= 25,92 jam
1
T99% = 6,65 x t
2
= 6,65 x 6
= 39,9 jam
Jadi, jika tidak diberikan dosis muatan, waktu yang diperlukan untuk mencapai 95%-
99% kadar tunak adalah 25,92 jam hingga 39,9 jam.

16. Nomogram sering digunakan dalam perhitungan farmakokinetik untuk


menentukan suatu dosis obat yang sesuai untuk seorang penderita. Bahas keuntungan
dan kerugian penggunaan nomogram untuk menghitung suatu aturan dosis obat.
Jawaban :
Keuntungan dalam menggunakan nomogram yakni dapat memberikan perkiraan
cepat aturan dosis untuk awal terapi obat. Nomogram mempunyai penyesuaian aturan
dosis untuk penderita dengan berbagai karakterikstik seperti obesitas, perokok, umur
dan lain lain. Nomogram juga menggunakan paramter-parameter farmakologik dan
fisiologik tertentu seperti konsentrasi kreatinin dalan serum untuk membantu
memodifikasi aturan dosis yang sesuai. Adapun kerugiannya yakni dalam setiap metode
perhitungannya memiliki rancangan yang khusus.

17. Rencana pemberian dosis normal untuk seorang penderita dengan tetrasiklin
adalah 250 mg p.o setiap 6 jam. Ajukan suatu aturan dosis untuk penderita ini bila
dianalisis laboratorium menunjukkan bahwa fungsi ginjalnya memburuk dari Clcr 90
ml/menit menjadi 20 ml/menit
Jawaban :
Dik: a = 0,8
B = 0,072
K% normal = 8
Dosis normal tetrasiklin = 250
Dit :
Penyelesaian:
K% penderita = a + b . Clcr
= 0,8 + 0,072 x 20
= 17,44 %

K% penderita
Dosis penderita uremia = dosis normal x
K% normal
17,44
Dosis tetrasiklin = 250 x
8
= 545 mg (setiap 6 jam)
Jadi dosis tetrasiklin adalah 545 mg setiap 6 jam.

18. Seorang penderita menerima pengobatan antibiotik pada saat menjalani dialisis.
Laju aliran serum ke dalam mesin ginjal 50 ml/menit. Dari penetapan kadar
menunjukkan bahwa konsentrasi obat yang masuk mesin 5 μg/ml dan konsentrasi
obat dalam serum yang meninggalkan mesin 2,4 μg/ml. Klirens obat untuk penderita
ini 10 ml/menit. Jika rata-rata konsentrasi antibiotik akan dipertahankan, sampai
berapa besarkah dosis dinaikkan?
Jawaban:

Dik : Q = 50 ml/menit

Ca = 5 μg/ml

Cv = 2,4 μg/ml

Cld penderita = 10 ml/menit

Penyelesaian :

Q ( Ca - Cv)
Cld1 =
Ca
50 ml/menit ( 5 μg/ml - 2,4 μg/ml)
=
5 μg/ml
50 ml/menit ( 2,6 μg/ml)
=
5 μg/ml

= 26 ml/menit
Cld = Cld1 – Cld2
= 26 ml/menit - 10 ml/menit
= 16 ml/menit

Q ( Ca - Cv)
Cld =
Ca
50 ( 2,6)
16 =
Ca

Ca = 8,125 μg/ml
Jadi, Jika rata-rata konsentrasi antibiotik akan dipertahankan maka dosis dinaikkan sampai
8,125 μg/ml

19. Mengapakah perhitungan dosis muatan DL untuk suatu obat didasarkan atas
volume distribusi sedangkan perhitungan dosis penjagaan didasarkan atas tetapan laju
eliminasi ?
Jawaban :
Karena menurut Nimmy et al (2012), dosis muatan merupakan dosis awal untuk
tercapai kadar dalam darah yang cukup dan menghasilkan efek terapeutik
20. Seorang penderita menerima pengobatan antibiotik pada saat menjalani dialisis.
Laju aliran serum ke dalam mesin ginjal 50 ml/menit. Dari penetapan kadar
menunjukkan bahwa konsentrasi obat yang masuk mesin 5 μg/ml dan konsentrasi
obat dalam serum yang meninggalkan mesin 2,4 μg/ml. Klirens obat untuk penderita
ini 10 ml/menit. Jika rata-rata konsentrasi antibiotik akan dipertahankan, sampai
berapa besarkah dosis dinaikkan?
Jawaban:

Dik : Q = 50 ml/menit

Ca = 5 μg/ml

Cv = 2,4 μg/ml

Cld penderita = 10 ml/menit

Penyelesaian :

Q ( Ca - Cv )
Cld1 =
Ca
50 ml/menit ( 5 μg/ml - 2,4 μg/ml)
=
5 μg/ml
50 ml/menit ( 2,6 μg/ml)
=
5 μg/ml

= 26 ml/menit

Cld = Cld1 – Cld2


= 26 ml/menit - 10 ml/menit
= 16 ml/menit

Q ( Ca - Cv )
Cld =
Ca
50 ( 2,6)
16 =
Ca

Ca = 8,125 μg/ml
Jadi, Jika rata-rata konsentrasi antibiotik akan dipertahankan maka dosis dinaikkan sampai
8,125 μg/ml

Referensi :

Nimmy N.J., Binu K.M. and Geo P. V. 2012. A Surveyof Drug Related Problems Identifiedby
Community Pharmacy in South India.Review ArticleInternational Journal Of Pharmaceutical.
Chemical And Biological Sciences.Volume2 (2) : 369-374.

Anda mungkin juga menyukai