Nadwatul Khoiroh-FITK PDF
Nadwatul Khoiroh-FITK PDF
Disusun oleh :
Nadwatul Khoiroh
NIM. 1113015000093
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
ABSTRAK
i
ABSTRACT
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala puji bagi Allah SWT yang selalu memberikan nikmat iman dan islam,
serta nikmat jasmani dan rohani kepada kita semua. Teriring doa dan terucap
syukur kepada Sang Maha Pencipta yang telah memberikan nikmat dan kekuatan
kepada peneliti sehingga bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh
Sanksi, Sosialisasi, dan Pendapatan Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Desa
Gandaria” sebagai tugas akhir kuliah untuk syarat kelulusan menjadi sarjana
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tak lupa pula, solawat serta
salam peneliti panjatkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, yang
telah membawa umat manusia dari zaman kegelapan, ke zaman yang terang
benderang dengan adanya ilmu dan pengetahuan yang baik sampai saat ini.
2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS
yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun administrasi
kepada peneliti.
iii
5. Bapak Didin Syafruddin, MA., Ph.D selaku dosen pembimbing I dan Ibu
Anissa Windarti M.Sc selaku dosen pembimbing II yang senantiasa
membimbing, mengarahkan dan memberikan motivasi kepada peneliti
selama proses penyusunan skripsi serta selalu sabar dalam memberikan
pemahaman kepada peneliti.
7. Seluruh staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Staf Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan kemudahan
dalam pembuatan surat-surat dan sertifikat.
9. Bapak Tabrani selaku Sekretaris Desa Gandaria dan Warga Desa Gandaria
yang telah membantu peneliti selama proses penelitian lapangan.
11. Sahabat karib yaitu siti Dianti, Rista Maryani, Yuli Ocbiani, dan Syiffa
Sya’diah. Terimakasih atas segala dukungan, semangat, kebersamaan tulus
yang kalian berikan salam ini. Yang tetap akan menjadi sahabat tak
terlupakan.
12. Sahabat diskusi yaitu ka Irma, Fitriah yatmi, Nurafifah Astria, Sifa
Fauziah, Ita Herlita Wati, Fitriah Damayanti, Wihda, dan Nida.
Terimakasih atas dukungan, kenyamanan, dan keceriaan yang diberikan
dan selalu mendukung disaat sulit yang peneliti rasakan.
iv
13. Teman-teman diskusi yaitu isnina dan Irma yang telah memberikan
masukan terbaik sebagai penyemangat ketika peneliti kehilangan daya
untuk mengerjakan skripsi. Semoga silaturahmi kita tetap terjalin.
15. Seluruh pihak yang membantu baik secara langsung maupun tidak selama
proses penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per
satu. Terimakasih atas dukungan dan doanya.
Demikian ucapan rasa penuh makna yang tertuang sebagai pengantar dari
karya penelitian yang sederhana. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih
memiliki banyak kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu, peneliti
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat lebih baik lagi di
masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca. Semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti
dan umumnya bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Nadwatul Khoiroh
v
DAFTAR ISI
vi
a.
Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan .......................................... 21
b.
Dasar Hukum ................................................................................ 23
c.
Objek Pajak ................................................................................... 23
d.
Bukan Objek Pajak ....................................................................... 25
e.
Subjek Pajak dan Wajib Pajak ...................................................... 26
f.
Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dan Nilai Jual Kena Pajak (NJKP)
....................................................................................................... 28
g. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) ................ 29
h. Tarif Pajak ..................................................................................... 30
i. Cara Menghitung Pajak ................................................................. 30
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Membayar Pajak ..... 30
4. Sanksi .................................................................................................. 34
a. Sanksi Denda (administrasi) ......................................................... 34
b. Sanksi Pidana ................................................................................ 35
5. Sosialisasi ............................................................................................ 38
6. Pendapatan .......................................................................................... 44
7. Kepatuhan Wajib Pajak ....................................................................... 49
B. Penelitian yang Relevan ............................................................................ 55
C. Kerangka Berpikir ..................................................................................... 57
D. Hipotesis Penelitian .................................................................................. 62
vii
J. Uji Hipotesis ............................................................................................. 78
1. Persamaan Regresi Linear Berganda .................................................. 78
2. Uji t ..................................................................................................... 79
3. Uji F .................................................................................................... 79
4. Koefisien Determinan ......................................................................... 79
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1
M.L. Jhingan, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2012), cet. 14, h. 33
2
Bintoro Tjokroamidjojo, Perencanaan Pembangunan (Jakarta: Haji Masagung, 1990),
cet. 12, h. 206
3
Bintoro Tjokroamidjojo, Pengantar Administrasi Pembangunan (Jakarta: LP3ES,
1990), cet. 13, h. 224
1
2
4
Siti Resmi, Perpajakan Teori dan Kasus, Buku 1 Edisi 6 (Jakarta: Salemba Empat,
2012), h. 1
5
Ibid.
3
6
Direktorat Jendral Pajak Kementerian Keuangan, Peran Pajak Terhadap Pembangunan
Nasional dan Daerah, 2016, (www.pajak.go.id/node/9975?lang=en)
4
Data realisasi penerimaan Negara tahun 2007-2017 didapat dari Badan Pusat Statistik7
7
Badan Pusat Statistik, Realisasi Penerimaan Negara (Miliar Rupiah), 2007-2017, 2017,
(https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1286)
5
8
Rochmat Soemitro dan Dewi Kania Sugiharti, Asas dan Dsar Perpajakan Edisi revisi 2
(Bandung: Refika Aditama, 2004), cet. 1, h. 1
6
9
Rochmat Soemitro, Asas dan Dasar Perpajakan 2 Edisi Revisi (Bandung: Refika
Aditama, 1998), cet. 5, h. 13
10
Herry Susanto, Membangun Kesadaran Dan Kepedulian Sukarela Wajib Pajak, artikel
2016, (http://www.pajak.go.id/content/membangun-kesadaran-dan-kepedulian-sukarela-wajib-
pajak)
7
Pajak.”11 Sistem ini dirasa tidak akan membuat wajib pajak bumi dan
bangunan kebingungan dalam membayarkan kewajibannya, karena mereka
hanya membayarkan pajak tanpa harus menghitung sendiri besaran nilai
yang harus dibayarkan dan juga pembayaran PBB dilakukan setahun
sekali. Pemahaman ini sejalan dengan pernyataan yang dikutip dari buku
Rochmat Soemitro yaitu
Di Indonesia, selfassessment baru diterapkan pada Pajak Penghasilan
1984, sedangkan untuk Pajak Bumi dan Bangunan masih
dipertahankan sistem surat ketetapan, yang dinamakan Surat Pemberi
Tahuan Pajak Terutang (SPPT PBB), untuk membedakan dengan
Surat Ketetapan Pajak yang selalu diikuti dengan denda.12
Bagi setiap daerah, peran Pajak Bumi dan Bangunan cukuplah penting
dalam menyumbangkan pendapatannya untuk pembangunan daerah.
Terutama untuk daerah Kabupaten Tangerang yang salah satu wilayahnya
menjadi tempat penelitian.
Dikutip dari surat kabar Kabar6.com saat penandatanganan MoU
antara Pemkab Tangerang, BJB dan Indomaret. Bertempat di halaman
Kantor Kecamatan Kronjo, pada hari selasa (09/08/2016). Dikatakan
bahwa Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2)
merupakan potensi besar bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten
Tangerang. Hingga kini, PAD dari sektor PBB sudah mencapai
Rp102.677.687.388. Bupati Tangerang yaitu Ahmed Zaki Iskandar
mengatakan, tahun 2016 ini pihaknya menargetkan PAD dari sektor PBB-
P2 sebesar Rp265 miliar. Atas dasar itu, pengelolaan PBB-P2 ini sangat
memerlukan persiapan yang matang. Selanjutnya Zaki mengatakan apabila
penerimaan PBB sudah 100 persen masuk ke daerah, maka akan
berdampak pada semakin besarnya PAD.13
11
Mardiasmo, Perpajakan Edisi Revisi 17 (Yogyakarta: Andi Yogyakarta, 2013), h. 7
12
Soemitro, op. cit., h. 15
13
Kabar6.com, Wow, PAD dari PBB-P2 di Kabupaten Tangerang Capai Rp102 miliar,
2016,(https://www.kabar6.com/tangerang/kabar-pemda/23058-wow-pad-dari-pbb-p2-di-
kabupaten-tangerang-capai-rp102-miliar)
8
14
Kabupaten Tangerang dalam Angka 2015 (Tangerang: Badan Pusat Statistik Kabupaten
Tangerang, 2017), h. 223
9
Table 1.3
Pendapatan Pemerintah Kabupaten Tangerang Tahun 2015
15
Kabupaten Tangerang dalam Angka 2016 (Tangerang: BPS Kabupaten Tangerang,
2017), h. 222
10
bahkan lupa, tapi sebagian langsung membayar saat ditagih.16 Hal ini
terjadi saat penagihan pajak masih dilakukan oleh petugas kelurahan yaitu
sebelum tahun 2016.
Faktor-faktor yang membuat masyarakat membayarkan pajaknya bisa
terjadi dari faktor dalam diri wajib pajak sendiri seperti motivasi yang
timbul dan menjadi dorongan untuk membayar pajak, ataupun faktor dari
luar diri wajib pajak seperti halnya sanksi pajak, sosialisasi, kontrol
petugas pajak, kemudahan dalam pembayaran, dan pendapatan
masyarakatnya. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang pajak
bisa membuat masyarakat enggan membayar pajak karena tidak
mengetahui tentang kewajiban yang harus penuhi dalam membayar pajak.
Ketidak percayaan masyarakat atas penggunaan pajak yang telah
dibayarkan karena banyaknya berita yang beredar mengenai korupsi pajak
yang dilakukan oleh petugas pajak sendiri, hal ini pastilah membuat
masyarakat takut untuk membayar pajak karena takut uang yang diberikan
untuk membayar pajak akan digunakan untuk hal-hal yang tidak benar.
Menurut tokoh masyarakat setempat yang juga merupakan wajib
pajak PBB, beliau mengatakan jika memang ada penagihan dari petugas
kelurahan maka mereka akan membayarkan pajaknya, namun masih ada
yang tidak mau membayarkan pajaknya karena penghasilannya hanya
untuk keperluan sehari-hari.17
Terlihat bahwa wajib pajak yang pendapatannya rendah akan tidak
patuh dalam membayar pajak, namun wajib pajak yang pendapatannya
tinggi atau mereka yang bisa membiayai kebutuhan primer dan
sekundernya memungkinkan dapat patuh bayar pajak karena pembayaran
pajak PBB yang hanya setahun sekali dan nilai pajak yang tidak tinggi.
Kepentingan pribadi bisa menjadi alasan untuk wajib pajak membayarkan
pajaknya, hal ini dapat terjadi ketika masyarakat ingin menggadaikan
tanah atau sawahnya.
16
Wawancara Pribadi dengan Tabrani, Gandaria, 6 Oktober 2017
17
Wawancara Pribadi dengan Amir Faruq, Gandaria, 9 Oktober 2017
12
Kendala yang terjadi saat ini, dimana masyarakat masih banyak yang
tidak membayarakan pajaknya sendiri dan harus menunggu pemungutan
pajak yang dilakukan petugas keluarahan. Hal yang membuat wajib pajak
mengetahui tentang pajak adalah dengan sosialisasi dari pemerintah,
kurangnya sosialisasi tentang pentingnya membayar pajak bumi dan
bangunan untuk pembangunan daerah, tata cara membayar pajak, harus di
mana membayarkan pajaknya akan membuat wajib pajak bingung.
Namun, Amir Faruq mengatakan bahwa sosialisasi sudah pernah
dilakukan kepada masyarakat tentang pajak.18 Jika memang sosialisasi
sudah dilakukan, masyarakat sudah bisa sadar dengan kewajibannya dan
memahami tentang pajak. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang
dikemukakan oleh Herry Susanto.
Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian Direktorat Jendral Pajak
dalam membangun kesadaran dan kepedulian sukarela Wajib Pajak
antara lain melakukan sosialisasi, penanaman tentang pengertian dan
pemahaman akan pajak dari lingkungan keluarga, tetangga, sampai
kepada forum-forum, dari informasi yang luas tersebut diharapkan
akan merubah pemikiran negatif masyarakat menjadi ke arah positif.19
Masyarakat yang enggan membayarkan pajaknya karena dianggap
tidak dirasakan secara langsung oleh mereka, akan membayarkan
kewajiban pajaknya jika sanksi yang diberikan terasa tegas baik sanksi
pidana maupun sanksi administrasi. Sanksi yang tegas dan memberatkan,
akan membuat masyarakat merasa takut untuk lalai dalam membayar
pajak.
Permasalahan tersebut yang membuat peneliti ingin meneliti
permasalahan yang terjadi tentang kesadaran membayar pajak yang telah
dipaparkan di atas dengan mengambil judul Pengaruh Sanksi, Sosialisasi,
dan Pendapatan Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Gandaria.
18
Ibid.
19
Susanto. loc. cit.
13
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka identifikasi
masalahnya adalah:
1. Kurangnya sosialisasi dari pemerintah tentang perpajakan;
2. Tinggi rendahnya pendapatan masyarakat;
3. Sanksi pajak bumi dan bangunan;
4. Ketidak percayaan masyarakat pada pemanfaatan pajak yang telah
dibayarkan;
5. Membayar pajak atas dasar kepentingan pribadi; dan
6. Motivasi dalam diri yang rendah untuk membayar pajak.
C. Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
a. Bagi peneliti
Dapat mengaplikasikan pembelajaran yang telah didapat selama
kuliah, sebagai sebuah jawaban atas permasalahan yang ingin
diketahui, dan sebagai penambah pengetahuan tentang
permasalahan yang ada di lingkungan tempat tinggal.
b. Bagi penelitian selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, wawasan,
dan sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya yang ingin
meneliti tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
b. Manfaat Praktis
1
Resmi Buku 1, Op. Cit., h. 2
2
Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu, Perpajakan Konsep, Teori, dan Isu Edisi 1
(Jakarta: Kencana, 2006), cet. 1, h. 22
16
17
3
Abdul Halim, dkk., Perpajakan Konsep, Aplikasi, Contoh, dan Studi Kasus (Jakarta:
Salemba Empat: 2014), h. 2
18
4
Ibid., h. 4
5
Mardiasmo, loc.cit., h. 7
19
6
Devano, op.cit., h. 81
7
Tony Marsyahrul, Pengantar Perpajakan (Jakarta: PT Grasindo, 2006), cet. 2, h. 10
8
N. Ridho Ramadhan, Sistem Perjakan Di Indonesia Sistem Self Assessment, 2016
(http://www.academia.edu/8924272/SISTEM_PERJAKAN_DI_INDONESIA_Sistem_Self_Asses
sment)
20
10
Ibid.
11
Devano, op.cit., h. 44-45
22
12
Rochmat Soemitro dan Zainal Muttaqin, Pajak Bumi dan Bangunan (Bandung; Refika
Aditama, 2001), h. 2
13
Darwin, Pajak Bumi dan Bangunan dalam Tataran Praktis (Jakarta: Mitra Wacana
Media, 2013), h. 2
14
Siti Resmi, Perpajakan Teori dan Kasus Buku 2 Edisi 6 (Jakarta: Salemba Empat,
2013), h. 231
23
b. Dasar Hukum
Pajak Bumi dan Bangunan memiliki dasar hukum sebagai berikut.
a) Dasar hukum PBB pada UU No. 12 Tahun 1985, dan telah
diubah dengan UU No. 12 Tahun 1994.
b) Peraturan Pemerintah (PerPu) No. 25 Tahun 2002 tentang
Penetapan Besarnya Persentase Nilai Jual Kena Pajak untuk
Pajak Bumi dan Bangunan.
c) Keputusan Menteri Keuangan No. 201/KMK.04/2002 tentang
Penyesuaian Besar Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak
(NJOPTKP) sebagai Dasar Penghitungan Pajak Bumi dan
Bangunan.
d) Keputusan Menteri Keuangan No. 552/KMK.04/2002 tentang
Perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan No.
82/KMK.04/2002 tentang Pembagian Hasil Penerimaan Pajak
Bumi dan Bangunan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.16
c. Objek Pajak
Objek merupakan suatu hal yang dituju untuk dijadikan
sasaran, termasuk pula objek pajak yang dijadikan sasaran untuk
pengenaan pajak. “…UU PBB yang menjadi objek PBB adalah
Bumi dan/ atau Bangunan (Pasal 2). Undang-undang selanjutnya
dalam Pasal 1 menjelaskan (interpretasi otentik), bahwa bumi
15
Muttaqin, op. cit., h. 8-9
16
Resmi Buku 2, op.cit, h. 229
24
17
Muttaqin, op. cit., h. 7
18
Darwin, op. cit., h. 7
19
Muttaqin, op. cit., h. 8
20
Halim, op. cit., h. 458
25
21
Muttaqin, op. cit., h. 14
22
Undang-Undang Pajak Dilengkapi dengan UU Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah+PTKP 2006 (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2006), h. 266
26
23
Ibid., h. 267
24
Muttaqin., h. 17
27
objek pajak bumi dan bangunan akan menjadi wajib pajak yang
harus membayarkan pajak PBB.
Jika dari suatu objek pajak, baik yang berupa tanah atau
bangunan belum diketahui dengan pasti siapa yang harus
membayar pajaknya, umpama karena yang mempunyai hak
atau pemiliknya tidak diketahui, tetapi ada yang menguasai,
dan pula ada orang yang memperoleh manfaat dari objek itu,
maka Direktur Jendral Pajak oleh undang-undang diberi
wewenang untuk menunjuk dan menetapkan subjek pajak.25
Orang atau badan yang menjadi subjek pajak, namun karena
terjadi peristiwa atau keadaan tertentu maka subjek pajak bisa tidak
menjadi wajib pajak, dan dapat dilimpahkan kepada orang atau
badan yang memanfaatkan bumi dan atau bangunan tersbeut.
Berikut akan dijelaskan mengenai ketentuan-ketentuan khusus
siapa yang menjadi subjek pajak diatur sebagai berikut:
25
Ibid., h. 18
26
Resmi Buku 2, op. cit., h. 232
28
f. Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dan Nilai Jual Kena Pajak
(NJKP)
Nilai jual objek pajak (NJOP) pada buku Rochmat Soemitro
dan Zainal Muttaqin, “Pasal 6 Ayat (1) UU PBB 1985 menentukan
bahwa yang dijadikan dasar untuk pengenaan pajak adalah Nilai
Jual Objek Pajak. Nilai Jual Objek Pajak setiap tiga tahun
ditetapkan oleh Menteri Keuangan, kecuali untuk daerah tertentu
ditetapkan setiap tahun.”27 Atas ketentuan nilai jual objek pajak,
akan ditentukan nilai jual kena pajak (NJKP) yang harus
dibayarkan oleh wajib pajak.
Walaupun Nilai Jual Objek PBB ditetapkan tiga tahun sekali,
namun Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang dikenakan setiap
tahun. Dari NJOP ini ditetapkan NJKP (Nilai Jual Kena Pajak)
dengan menerapkan persentase yang berkisar antara 20%
sampai 100% yang setiap kali ditetapkan berdasarkan
peraturan pemerintah.28
Penetapan Nilai Jual Kena Pajak secara pasti yaitu sebesar
20% dari Nilai Jual Objek Pajak (NJKP= 20% x NJOP), ditetapkan
dengan persentase 20% agar tidak terlalu membebani masyarakat,
dimana kemampuan ekonomi untuk membayar pajak masyarakat
berbeda-beda, yang akhirnya dipilih jalan tengah agar masyarakat
masih mampu untuk membayar pajak dan daerah tetap
mendapatkan penerimaan pajak untuk pembangunan.29
Namun, dalam perjalannya telah terjadi beberapa perubahan
atau perkembangan terhadap PP No. 46 Tahun 1985. Dan yang saat
ini masih digunakan adalah PP No. 25 Tahun 2002.
Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya,
persentase Nilai Jual Kena Pajak dengan memerhatikan kondisi
ekonomi nasional, maka ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah
yaitu PP No. 25 Tahun 2002 tentang Penetapan Besarnya Nilai Jual
27
Muttaqin, op. cit., h. 11
28
Ibid., h. 12
29
Ibid.
29
30
Resmi Buku 2, op. cit., h. 233
31
Ibid., h. 234
30
h. Tarif Pajak
Pasal 5 UU PBB, tarif pajak yang diberlakukan untuk
pemungutan objek pajak dalam bentuk persentasinya adalah 0,5%
(lima persepuluh persen).32
32
Undang-Undang Pajak, op.cit, h. 267
33
Surya Manurung, Kompleksitas Kepatuhan Pajak, 2017,
http://www.pajak.go.id/content/article/kompleksitas-kepatuhan-pajak
31
34
Jhon Hutagaol, Strategi Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak, 2017,
http://www.pajak.go.id/content/strategi-meningkatkan-kepatuhan-wajib-pajak
35
Ibid.
36
Devano, op.cit., h. 112
37
Hutagaol, loc.cit
32
38
Ajat Sudrajat dan Arles Parulian Ompusunggu, Pemanfaatan Teknologi Informasi,
Sosialisasi Pajak, Pengetahuan Perpajakan, dan Kepatuhan Pajak, Jurnal Riset Akuntansi dan
Perpajakan JRAP,2015, pp. 193 - 202
39
Wahyu Purwanto, Fadjar Harimurti, dan Dewi Saptantinah Puji Astuti, Pengaruh
Tingkat Ekonomi, Pengetahuan Pajak dan Kepercayaan Masyarakat Terhadap Kepatuhan Pajak
Bumi dan Bangunan Dengan Kontrol Petugas Desa Sebagai Variabel Moderating, Jurnal
Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi, 2015, pp. 293 – 303
40
Johan Yusnidar, Sunarti, dan Arik Prasetya, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Melakukan Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan (Studi Pada Wajib Pajak Pbb-P2 Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang), Jurnal
Perpajakan (JEJAK), 2015, h. 1
33
41
Hutagaol, loc.cit
42
Dwi Martani, Kepatuhan Pajak Dalam Perpajakan, Ecomoics Business Accounting
Review, h. 43
34
masyarakat tau pajak yang mereka bayarkan dipakai untuk hal apa
saja. John Hutagaol mengatakan bahwa “…pajak digunakan oleh
Pemerintah secara transparan dan akuntabilitas mendorong kepatuhan
wajib pajak. Wajib pajak memenuhi kewajiban pembayaran pajak bila
uang pajak nantinya diperuntukan untuk membiayai pemerintahan
yang bersih dan berwibawa (good governance) serta pembangunan”.43
Faktor internal dan eksternal tersebut jika sudah berjalan dengan
baik, bukan hal yang tidak mungkin wajib pajak akan patuh. Namun,
tetap perlu diperhatikan bahwa faktor-faktor lainnya dapat berpengaruh
pula sebagai pendorong kepatuhan, seperti halnya sosialisasi yang
baik, besarnya pendapatan, pemahaman, dan lainnya.
4. Sanksi
Sanksi merupakan hukuman yang diberikan kepada seseorang
yang melanggar suatu aturan yang telah dibuat, sanksi dalam
perpajakan adalah hukuman yang diberikan kepada wajib pajak yang
tidak patuh atau melanggar aturan yang sudah ditetapkan. Contoh
dalam perpajakan seperti telat membayar pajak ataupun membuat
keterangan yang tidak benar pada SPT. Sejalan dengan pemaparan
sanksi tersebut, menurut Elisyah “penegakan sanksi perpajakan
diberlakukan untuk menciptakan kepatuhan wajib pajak dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya”.44 Sanksi yang diberikan
kepada wajib pajak yang melanggar bisa berupa sanksi denda
(administrasi) dengan membayarkan sejumlah uang atau bahkan sanksi
pidana.
a. Sanksi denda (administrasi)
Sanksi terhadap Wajib Pajak ada dua jenis, yaitu denda
administrasi dan sanksi pidana. Sanksi administrasi bisa berupa
denda maupun bunga. Sanksi berupa denda 25% dikenakan saat
43
Hutagaol, loc.cit
44
Nina Elisyah Siagian, Analisis Sejumlah Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
Masyarakat Desa dan Kota dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Kota
Padangsidimpuan, Tesis Pada Universitas Sumatera Utara, 2014, h. 30
35
b. Sanksi Pidana
Pajak merupakan kewajiban setiap warga Negara yang harus
dibayarkan, karena kewajiban adalah hutang. Jika ada orang atau
badan yang tidak membayarkan pajaknya, maka akan dikenakan
sanksi, sebelumnya sudah dijelaskan tentang sanksi administrasi
atau denda. Sanksi selanjutnya adalah sanksi pidana, sanksi ini
diberikan kepada pelanggarnya dengan hukuman kurungan penjara.
“Sanksi pidana untuk tindak pidana di bidang perpajakan tidak ada
yang berupa hukuman mati atau hukuman seumur hidup, tapi
45
Muttaqin, op.cit., h. 54
46
Mardiasmo, op.cit, h. 353
36
47
Rochmat Soemitro, Asas dan Dasar Perpajakan 3 (Bandung: Eresco, 1991), cet. 2, h.
17
48
Muttaqin, op. cit., h. 59
49
Ibid.
37
50
Ibid., h. 60
51
Mardiasmo., op.cit, h. 354
52
Muttaqin., loc.cit
38
59
Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2012), cet. 4, h. 57
60
Ibid., h. 58
61
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya Edisi 1 (Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group, 2013), cet. 3, h. 156
62
Ibid.
40
64
Herry Susanto, loc.cit.
65
Zulfakhry Nasbi, “Analisis Pengaruh Penerapan Sensus Pajak, Sosialisasi Pajak dan
Persepsi Efektifitas Sistem Perpajakan Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
pada KPP Wilayah Jakarta Selatan”, Sarjana S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2014, h. 36
43
66
Sapti Wuri Handayani, Agus Faturokhman, dan Umi Pratiwi, Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan
Bebas, 2017, http://sna.akuntansi.unikal.ac.id/makalah/085-PPJK-14.pdf
44
6. Pendapatan
Pendapatan merupakan suatu hasil balas jasa dari usaha seseorang
yang didapatkannya baik berupa uang maupun barang. Dalam buku
Arifin Sitio dan Halomoan Tamba, dikatakan bahwa
Dalam pengertian ekonomi, pendapatan dapat berbentuk
pendapatan nominal dan pendapatan riil. Pendapatan nominal
adalah pendapatan seseorang yang diukur dalam jumlah satuan
uang yang diperoleh. Sedangkan pendapatan riil adalah
pendapatan seseorang yang diukur dalam jumlah barang dan jasa
67
Timbul Hamonangan Simanjuntak dan Imam Mukhlis, Dimensi Ekonomi Perpajakan
dalam Pembangunan Ekonomi, (Depok: Raih Asa Sukses-Penebar Swadaya Grup, 2012), cet.1, h.
110
68
Ompusunggu., loc.cit.
69
Imam Suryadi, Imam Suyadi, dan Sunarti, Pengaruh Sosialisasi Perpajakan, Sanksi
Administrasi Dan Tingkat Pemahaman Wajib Pajak Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi Dalam Memenuhi Kewajibannya (Studi Pph Pasal 21 Pada Kpp Pratama
Singsosari), Jurnal Perpajakan (JEJAK), 2016, pp. 1-10
70
Binambuni, loc.cit.
71
Susanto., loc.cit.
45
72
Arifin Sitio dan Halomoan Tamba, Koperasi Teori dan Praktik (Jakarta: Erlangga,
2001), h. 20
73
Mulyanto Sumardi dan HansDieter Evers, ed, Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok
(Jakarta: CV. Rajawali, 1985), cet. 2, h. 93
74
Ibid., h. 93-94
46
g) Warisan; dan
h) Menang judi.75
Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa pendapatan atau
penerimaan seseorang tidak hanya didapat dari kegiatan usaha formal
saja seperti bekerja namun pendapatan bisa didapat dari investasi
berupa kepemilikan tanah, sawah atau bisa bangunan properti.
Pendapatan pula diberikan tidak hanya dalam bentuk uang saja, namun
dapat berupa barang seperti beras. Terdapat pula penerimaan yang
tidak dikatakan sebagai pendapatan, karena penerimannya bukan atas
kegiatan usaha.
Pendapatan yang diterima seseorang berbagai macam jenisnya,
pendapatan tersebut digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Dimana kita tahu bahwa kebutuhan manusia itu terbagi
menjadi tiga, kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, dan kebutuhan
tersier. besar-kecilnya pendapatan yang diperoleh masyarakat akan
mempengaruhi kebutuhan mereka, “dalam keluarga yang miskin
hampir seluruh penghasilan akan habis untuk kebutuhan primer
makanan.”76
Masyarakat yang pendapatannya hanya cukup untuk kebutuhan
primernya saja, akan sulit jika dia harus memenuhi kebutuhan lainnya
yang lebih tinggi, namun ketika masyarakat mengalami penghasilan
yang bertambah, maka pengeluaran mereka akan semakin bertambah.
Seperti dikutip dari buku T. Gilarso mengemukakan bahwa, saat
penghasilan bertambah maka pengeluaran untuk kebutuhan primer pun
akan bertambah, namun dalam persentase, pengeluaran untuk
kebutuhan primer semakin berkurang, dan alokasi penghasilan yang
didapat oleh masyarakat akan digunakan untuk kebutuhan lainnya
75
Ibid., h. 94
76
T. Gilarso, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro Edisi Revisi (Yogyakarta: Kanisius, 2008),
h. 64
47
77
Ibid
78
Ibid., h. 63
79
Susanto, loc.cit.
80
Hutagaol, loc.cit
48
87
Mukhlis, op.cit., h.110-111
88
Devano, op.cit., h. 110
89
Ibid., h. 110-111
51
90
Ibid., h. 111
91
Ibid., h. 112
52
92
Marsyahrul, op.cit, h. 15
93
Ibid, h. 16
53
94
Ibid, h. 19-20
95
Ibid, h. 22-23
54
96
Nashby, op.cit., h. 26
97
Siagian, op.cit, h. 26
98
Sri Mulanto, Perpajakan Edisi Revisi 2008, (Yogyakarta: Andi, 2008), h. 57
99
Mukhlis, op.cit., h. 111
55
Variabel Metode
Nama Judul skripsi Hasil penelitian
penelitian penelitian
1. Muhamm Faktor-Faktor variabel bebas: Metode Analisis variabel sikap wajib pajak,
ad. Ash. Yang (X1) sikap, (X2) data: regresi tingkat pendapatan kepala
Shiddiq Mempengaruh motivasi, (X3) berganda keluarga dan persepsi
i Kesadaran tingkat wajib pajak tentang
Wajib Pajak pendapatan Metode pelaksanaan sanksi denda
Dalam kepala keluarga, Sampling: PBB berpengaruh
Pembayaran (X4) persepsi Convenience signifikan terhadap
Pajak Bumi pelaksanaan Sampling kesadaran wajib pajak
Dan Bangunan sanksi denda dalam membayar PBB,
Metode
(PBB) Di PBB, dan (X5) sedangkan variabel
pengumpulan
Tangerang pendidikan data: penelitian motivasi wajib pajak dan
Selatan variabel kepustakaan dan pendidikan wajib pajak
terikat: (Y) penelitian tidak berpengaruh
kesadaran signifikan terhadap
lapangan
membayar pajak kesadaran wajib pajak
PBB dalam membayar PBB.
Selatan wawancara
C. Kerangka Berpikir
Kepatuhan pajak dalam buku Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu
mengatakan bahwa “kepatuhan perpajakan adalah tindakan wajib pajak
dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan
yang berlaku dalam suatu negara.”100 Kepatuhan dalam perpajakan dapat
berdampak kepada pemasukan pajak pada Negara lebih besar lagi, karena
kepatuhan seperti yang telah dijelaskan di atas bahwasannya wajib pajak
mau untuk memenuhi kewajiban perpajakannya yaitu mau untuk
membayarkan pajaknya yang terutang. Sikap patuh ini tidaklah serta-merta
datang pada diri wajib pajak tanpa adanya stimulus dari luar maupun dari
dalam diri wajib pajak.
Timbul Hamonangan Simanjuntak dan Imam Mukhlis mengatakan
“kepatuhan pajak merupakan salah satu komponen penting dalam rangka
meningkatkan penerimaan pajak. Kepatuhan pajak mencerminkan
kesediaan individu untuk melaksanakan kewajiban perpajakan dalam
100
Devano, op.cit., h. 112
58
101
Mukhlis, op.cit., h.110-111
102
Abdulsyani, op.cit., h. 57
103
Susanto, loc.cit.,
59
pajak, tanpa adanya sosialisasi akan sulit bagi masyarakat untuk paham
tentang perpajakan ditambah lagi jika ada suatu perubahan kebijakan.
Adanya sosialisasi, menjadi jembatan bagi pemerintahan untuk dapat
memberikan penyuluhan, pendekatan, pemahaman yang baik kepada
masyarakat. Terdapat beberapa indikator sebagai penentu. Pada variabel
sosialisasi, akan diperoleh dari persepsi masyarakat terhadap media
sosialisasi, informasi pajak, perubahan kebijakan, sosialisasi pemahaman
pajak, pemberitaan, keterlibatan komunitas, serta tujuan dan manfaat.
Kemudian, terdapat sanksi sebagai variabel selanjutnya, sanksi terbagi
dua yaitu sanksi administrasi dan sanksi pidana. Sanksi merupakan
hukuman yang diberikan kepada seseorang yang melanggar suatu aturan
yang telah dibuat, sanksi dalam perpajakan adalah suatu hukuman yang
diberikan kepada wajib pajak yang tidak patuh atau melanggar aturan yang
sudah ditetapkan, contoh dalam perpajakan seperti telat membayar pajak
ataupun membuat keterangan yang tidak benar pada SPT. Sanksi yang
diberikan kepada wajib pajak yang melanggar bisa berupa sanksi denda
(administrasi) dengan membayarkan sejumlah uang atau bahkan sanksi
pidana. Perpajakan sebagai salah satu pemasukan terbesar Negara,
memiliki dasar hukum yang kuat, sehingga bagi orang yang melanggar
atau lalai akan mendapat suatu hukuman berupa sanksi perpajakan. Sanksi
tersebut dibuat agar wajib pajak tidak melanggarnya, dengan kata lain
bahwa adanya sanksi akan membuat wajib pajak patuh. Sri Mulanto
mengatakan “sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan
dituruti/ditaati/dipatuhi. Atau bisa dengan kata lain sanksi perpajakan
merupakan alat pencegah (preventif) agar Wajib Pajak tidak melanggar
norma perpajakan”.104 Variabel sanksi akan diperoleh dari persepsi
masyarakat terhadap pengetahuan sanksi, penghindaran sanksi denda,
kewajaran pemberian sanksi, dan penerapan sanksi pajak.
104
Mulantoh, op.cit., h. 57
60
105
T.Gilarso, op.cit., h. 63
106
Susanto, loc.cit.
61
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis ini merupakan asumsi atau jawaban sementara dari peneliti
tentang variabel-variabel yang sedang diteliti. Hipotesis tentang masalah
yang sedang diteliti berdasarkan kerangka teori dan berpikir terbagi
menjadi dua hipotesis penelitian yaitu:
1. Hipotesis penelitian secara parsial
H1 : Terdapat pengaruh sanksi terhadap kepatuhan membayar
pajak bumi dan bangunan di Desa Gandaria
H0 : Tidak terdapat pengaruh sanksi terhadap kepatuhan
membayar pajak bumi dan bangunan di Desa Gandaria
H2 : Terdapat pengaruh sosialisasi terhadap kepatuhan membayar
pajak bumi dan bangunan di Desa Gandaria
H0 : Tidak terdapat pengaruh sosialisasi terhadap kepatuhan
membayar pajak bumi dan bangunan di Desa Gandaria
H3 : Terdapat pengaruh pendapatan wajib pajak terhadap
kepatuhan membayar pajak bumi dan bangunan di Desa
Gandaria
H0 : Tidak terdapat pengaruh pendapatan terhadap kepatuhan
membayar pajak bumi dan bangunan di Desa Gandaria
2. Hipotesis penelitian secara simultan
Ha : Terdapat pengaruh sanksi, sosialisasi, dan pendapatan wajib
pajak terhadap kepatuhan membayar pajak bumi dan bangunan
di Desa Gandaria
H0 : Tidak terdapat pengaruh sanksi, sosialisasi, dan pendapatan
wajib pajak terhadap kepatuhan membayar pajak bumi dan
bangunan di Desa Gandaria
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode korelasi dengan pendekatan
kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang bertujuan
“…untuk mengembangkan atau menggunakan model matematis, teori
dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena yang diselidiki oleh
63
64
Di mana:
n = Jumlah sampel
1
Suryani dan Hendryadi, Metode Riset Kuantita tif : Teori dan Aplikasi Pada Penelitian
Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), cet. 1, h. 109
2
Ibid., h. 119
3
Ibid., h. 120
4
Rully Indrawan dan R. Poppy Yaniawati, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,
dan Campuran untuk Manajemen, Pembangunan, dan Pendidikan (Bandung: Refika Aditama,
2014), h. 93
5
Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta,
2015), h. 23
65
N = Jumlah populasi
e = Tingkat kesalahan (umumnya digunakan 1% = 0,01, 5% =
0,05, dan 10% = 0,1) tingkat kesalahan tersebut dapat dipilih
oleh peneliti.6
Dari rumus yang telah diuraikan di atas, peneliti menggunakan tingkat
kesalahan sebesar 10% (0,1). Dengan jumlah populasi wajib pajak Desa
Gandaria yaitu 254, perhitungan sampel sebagai berikut:
D. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari empat variabel yang akan diteliti yaitu:
6
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah
Edisi 1 (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), cet. 2, h. 158
7
R. Gunawan Sudarmanto, Statistik Terapan Berbasis Komputer Dengan Program IBM
SPSS Statistic 19 (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 49
66
(X1)
(X2) (Y)
(X3)
Keterangan:
X1 : Sanksi
X2 : Sosialisasi
X3 : Pendapatan
E. Definisi Variabel
1. Definisi Konseptual
Variabel yang digunakan pada penelitian ini berjumlah empat
varaibel, di mana tiga variabel (sanksi, sosialisasi, dan pendapatan)
sebagai variabel bebas atau independen, dan kepatuhan membayar
8
Noor, op.cit., h. 49
9
Ibid.
67
10
Muttaqin, op.cit., h. 54
11
Soemitro, op.cit., h. 17
12
Setiadi, op.cit., h. 156
68
13
Sitio, op.cit., h. 20
14
Devano, op.cit., h. 112
69
2. Definisi Operasional
a. Variabel Sanksi
Sanksi merupakan pemberian hukuman kepada pelanggarnya
baik hukuman denda atau administrasi maupun hukuman pidana.
Sebagai variabel bebas atau independen yang pertama, pada
variabel sanksi akan diperoleh dari persepsi masyarakat terhadap
pengetahuan sanksi, penghindaran sanksi denda, kewajaran
pemberian sanksi, dan penerapan sanksi pajak. Variabel sanksi
akan diukur menggunakan skala likert 5 poin. Variabel sanksi
digunakan untuk melihat pengaruh yang diakibatkan sanksi
terhadap kepatuhan membayar pajak PBB.
b. Variabel Sosialisasi
Sosialisasi sebagai proses belajar seseorang tentang norma,
nilai, maupun adat-istiadat yang digunakan oleh masyarakat
setempat, sehingga seseorang tersebut akan beradaptasi dan
menjadi bagian masyarakat tersebut. Hal ini, jika dilihat dari
kepatuhan wajib pajak, adanya sosialisasi yang baik dari
pemerintah akan membentuk suatu pemahaman perpajakan, yang
kemudian akan berdampak kepada wajib pajak mau untuk patuh
akan aturan yang telah dibuat tersebut. Pada variabel sosialisasi,
akan diperoleh dari persepsi masyarakat terhadap media sosialisasi,
informasi pajak, perubahan kebijakan, sosialisasi pemahaman
pajak, pemberitaan, keterlibatan komunitas, serta tujuan dan
manfaat. Skala yang digunakan pada variabel sosialisasi adalah
skala likert dengan menggunakan pengukuran 5 poin.
c. Variabel Pendapatan
Pendapatan sebagai bagian dari pemasukan yang didapat oleh
seseorang, baik pendapatan berupa uang maupun barang yang
terhitung diterima oleh seseorang dalam waktu satu bulan. Variabel
pendapatan, akan diperoleh dari persepsi masyarakat pada
pendapatan yang diperoleh selama satu bulan, jenis pendapatnya,
70
15
Misbahuddin dan Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik (Jakarta: Bumi
Aksara, 2013), h. 21
16
Subagyo, op.cit., h. 55
71
17
Ibid., h. 57
18
Noor, op.cit., h. 141
19
Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi dengan
Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17 (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), cet. 1, h. 50
72
G. Instrumen Penelitian
Pembuatan angket yang akan dibagikan kepada responden, terlebih
dahulu dibentuk kisi-kisi instrumen untuk mengetahui apa saja yang akan
ditulis pada pertanyaan di kuesioner atau angket.
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Variabel bebas X (independen) dan variabel
terikat Y (dependen)
Variabel Butir
No. Indikator Sub Indikator
penelitian soal
Pengetahuan 1. Pengetahuan tentang
adanya sanksi pajak 1
sanksi
Penghindaran 2. Membayar PBB tepat
2
sanksi denda waktu
Kewajaran 3. Kewajaran pemberian
sanksi akibat telat atau
pemberian 3
pemalsuan
sanksi
Penerapan 4. Sanksi dan denda (Nina
sanksi Elisyah Siagian, 2014)
1
5. Denda 2% tiap bulan
Sanksi (X1)
(Nina Elisyah Siagian,
2014)
6. Sanksi memberatkan
(Nina Elisyah Siagian,
2014) 4,5,6,7,8
7. Keterlambatan (Nina
Elisyah Siagian, 2014)
8. Tegas (M. Ash. Shiddiq,
2011 oleh Sri Astuti dan
Rini, 2008)
Media 1. Sosialisasi tentang pajak
Sosialisasi
2 1,2
(X2) sosialisasi melalui media elektronik
73
dan cetak
2. Sosialisasi melalui baliho,
dan spanduk
Informasi pajak 3. Informasi pajak dari
3
petugas pemerintahan
Perubahan 4. Petugas pemerintah
kebijakan memberikan sosialisasi
4
saat ada perubahan
kebijakan pajak
Sosialisasi 5. Sosialisasi memberikan
Pemahaman pemahaman tentang pajak 5
pajak
Pemberitaan 6. Pemberitaan mengenai
informasi pajak
6
(Zulfakhry, 2014 oleh
Samudera, 2004)
Keterlibatan 7. Pendekatan dengan
komunitas masyarakat (Zulfakhry,
7
2014 oleh Samudera,
2004)
Tujuan dan 8. Pembinaan masyarakat
manfaat (Agustina Puji Erawati,
8
2012 oleh Sylvia
Gustiawan, 2010
Pendapatan yang 1. Besarnya pendapatan
diperoleh wajib pajak dalam satu 1
bulan
Jenis pendapatan 2. Memperoleh pendapatan
Pendapatan
3 2
(X3) berupa barang
Kemampuan 3. Besar kecilnya pendapatan
3,4,5
membayar pajak untuk pajak dan kebutuhan
Kerja pokok 4. Pendapatan dari kerja 6
74
pokok
Penerimaan 5. Tunjangan
bukan 7
pendapatan
Kerja sampingan 6. Pendapatan dari kerja
sampingan
8
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur kehandalan instrument.
Pengukuran dikatakan handal jika memberikan hasil yang konsisten.
Kehandalan merupakan pendukung penting bagi validitas tetapi bukan
syarat yang cukup untuk mendapatkan validitas. Karena jika sebuah
pengukuran tidak handal, maka sangat sulit untuk menilai kehandalan
pengukur tersebut, dan tidak mengukur apa yang diinginkan oleh
peneliti dalam memecahkan masalah penelitian. Ada beberapa cara
dalam mengukur reliabilitas instrument, salah satunya dengan
menggunakan rumus koefisien alfa.22
20
Yaniawati, Op. Cit., h. 123
21
Ibid.
22
Ibid., h. 125-126
76
[ ][ ]
23
Siregar, op.cit., h. 90
24
Hasan, op.cit., h. 278-279
77
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas adalah keadaan atau kejadian di mana
adanya korelasi antar variabel bebas. Artinya, ada korelasi antara X1,
X2,…, Xn pemeriksaan tentang adanya multikolinearitas dilakukan
dengan menggunakan VIF (Variance Inflation Factor) yang terkait
dengan Xh yaitu:
25
Duwi Priyatno, SPSS 22 Pengolah Data Terpraktis (Yogyakarta: Andi, 2014), h. 94
26
Ibid., h. 91
27
Bambang Suharjo, Statistik Terapan Disertai Contoh Aplikasi dengan SPSS
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), cet. 1, h. 118
78
nilai VIF kurang dari 10 dan Tolerance lebih dari 0,1, maka dinyatakan
tidak terjadi multikolinieritas”28.
3. Uji Heterokedastisitas
Uji Heteroskedastisitas dilakukan dengan tujuan mencari tahu
apakah terdapat varian yang tidak sama dalam suatu pengamatan.
“Heteroskedastisitas adalah varian residual yang tidak sama pada
semua pengamatan di dalam model regresi. Regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi heteroskedastisitas”29. Dari penjelasan
tersebut, model regresi seharusnya memiliki varian data yang sama.
Metode yang digunakan pada uji ini, yaitu metode grafik
scatterplot. Hasil yang akan dicari tahu adalah “jika tidak ada pola
yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0
pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas”30.
J. Uji Hipotesis
Pengertian hipotesis dalam buku Abdul Halim Hanafi yaitu
“…rumusan yang menyatakan harapan adanya hubungan tertentu antara
dua fakta atau lebih.”31 Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji
regresi linear berganda.
28
Priyatno, op.cit, h. 103
29
Ibid., h. 108
30
Ibid., h. 113
31
Abdul Halim Hanafi, Metode Penelitian Bahasa untuk Penelitian, Tesis, dan Disertasi
(Jakarta: Diadit Media Press, 2011), cet. 1, h. 68
79
3. Uji F
Uji F atau uji serentak dapat juga disebut uji statistik secara simultan,
yaitu uji statistik bagi koefisien regresi yang serentak atau bersama-
sama memengaruhi Y.34 Uji serentak atau uji F ini menggunakan
tingkat signifikan 0,05, jika nilai Fhitung > Ftabel maka terdapat pengaruh
antara variabel bebas dengan variabel terikatnya.
4. Koefisien Determinan
Koefisien penentu (KP) atau koefisien determinasi (KD)
merupakan angka atau indeks yang digunakan untuk mengetahui
besarnya sumbangan satu variabel atau lebih dari variabel independen
(variabel bebas, X) terhadap variasi (naik/turunnya) variabel dependen
(variabel terikat, Y). nilai koefisien penentu atau determinasi berada
antara 0 sampai 1 (0 ≤ KP ≤ 1).
Kriteria yang digunakan pada koefisien penentu atau koefisien
determinasi adalah:
32
Suliyanto, Ekonometrika Terapan-Teori dan Aplikasi dengan SPSS Edisi 1
(Yogyakarta: Andi, 2011), h. 54
33
Misbahuddin, op.cit., h. 160
34
Ibid., h. 159
80
35
Ibid., h. 49
36
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM SPSS 23 Edisi 8
(Semarang: Universitas Diponegoro, 2016) h. 95
BAB IV
81
82
2 Perempuan 2.797
Total 5.396
Sumber: Data Desa Gandaria
Tabel 4.3
Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan
dikirim diterima
1 RW 1 Kampung Kelebet 18 18
2 RW 2 Kampung Betong 18 18
3 RW 3 Kampung Rawa 18 18
Waluh
4 RW 4 Kampung Kipatih 18 18
total 72 72
Sumber: Data primer yang diolah 2017
C. Karakteristik Responden
Karakteristik responden pada penelitian ini, didasarkan pada jenis
kelamin, usia, pendidikan, dan pekerjaan responden. Sedangkan responden
penelitian ini adalah wajib pajak bumi dan bangunan di desa Gandaria.
Dengan jumlah sampel penelitian 72 sampel, yang disebar pada 4 RW,
dengan masing-masing RW diberikan 18 angket atau kuesioner.
85
SD 20 27,8%
SMP 18 25%
SMA 14 19,4%
D3 5 6,9%
>D3 5 6,9%
Total 72 100%
Tabel 4.9
Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Yang Dimiliki
Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
Buruh pabrik 3 4,2%
Pedagang 16 22,2%
Petani 29 40,3%
PNS 4 5,6%
Pegawai swasta 12 16,7%
Lainnya 8 11%
Total 72 100%
Sumber: Data primer yang diolah 2017
Hasil pengolahan data primer pada responden berdasarkan
pekerjaannya, terlihat bahwa responden terbanyak adalah yang bekerja
sebagai petani, yaitu 40,3% atau 29 responden. Sedangkan, responden
paling sedikit adalah yang bekerja sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil)
yaitu 5,6% atau 4 responden.
Tabel 4.11
Kuesioner Variabel Sanksi
1 36 32 2 2 0 72
2 32 37 2 1 0 72
3 27 40 1 4 0 72
4 30 38 3 1 0 72
5 41 27 3 1 0 72
6 47 14 6 3 2 72
7 20 48 2 2 0 72
soal nomor 2 (saya membayar pajak PBB tepat waktu agar tidak
dikenakan sanksi denda) sebagian besar responden menjawab setuju
(S). Pada butir soal nomor 3 (pemberian sanksi karena telat bayar
pajak PBB atau karena pemalsuan SPT adalah wajar) sebagian besar
responden menjawab setuju (S). Pada butir soal nomor 4 (sanksi dan
denda Pajak Bumi dan Bangunan memacu saya untuk membayar pajak
tepat waktu) sebagian besar responden menjawab setuju (S). Pada butir
soal nomor 5 (menurut saya pengenaan sanksi pajak PBB harus
dilakukan secara tegas kepada semua pihak yang melakukan
pelanggaran) sebagian besar responden menjawab sangat setuju (SS).
Pada butir soal nomor 6 (menurut saya pengenaan denda 2% per bulan
apabila terlambat membayar pajak PBB adalah wajar) sebagian besar
responden menjawab sangat setuju (SS). Pada butir soal nomor 7
(sanksi pajak mampu membuat saya tidak mengulangi kesalahan atas
keterlambatan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan) sebagian besar
responden menjawab setuju (S)
2. Kuesioner Variabel Sosialisasi
Tabel 4.12
Kuesioner Variabel Sosialisasi
1 33 24 12 3 0 72
2 51 16 3 2 0 72
3 50 14 6 2 0 72
4 45 23 4 0 0 72
5 37 27 8 0 0 72
6 38 26 5 3 0 72
7 37 29 5 1 0 72
90
Tabel 4.13
Kuesioner Variabel Pendapatan
2 42 12 5 12 1 72
3 36 30 5 1 0 72
4 32 30 6 4 0 72
91
5 35 32 5 0 0 72
6 48 15 5 4 0 72
7 32 32 7 1 0 72
Tabel 4.14
Kuesioner Variabel Kepatuhan
1 44 17 7 4 0 72
2 40 22 7 3 0 72
92
3 38 27 5 2 0 72
4 39 33 0 0 0 72
5 44 26 2 0 0 72
6 44 26 2 0 0 72
7 37 28 7 0 0 72
E. Hasil Penelitian
1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas pada penelitian ini menggunakan
program SPSS Versi 20. Pengujian awal dari suatu data yang akan
diteliti adalah dengan uji validitas terlebih dahulu, hal ini untuk
mendapatkan data yg valid atau data yang sah, dengan uji validitas
menggunakan dasar rumus Pearson Correlation Product Moment.
Rumus ini dimana akan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel
product moment, suatu item soal dikatakan valid jika r hitung lebih
besar dari r tabel (rhitung>rtabel), pada penelitian ini, nilai rtabel yang
digunakan adalah 0,312. Hasil dari uji validitas, di mana butir-butir
soal yang dinyatakan valid, kemudian bisa untuk diuji pada tahap
selanjutnya yaitu uji reliabilitas.
Uji reliabilitas digunakan untuk mencari tahu data yang dianggap
handal, jika suatu data dianggap handal maka data tersebut akan
konsisten walaupun digunakan dalam waktu yang berbeda dan pada
responden yang berbeda pula. Jadi, suatu instrument atau data
dianggap handal, jika data tersebut dapat konsisten dalam
pengujiannya. Untuk menentukan apakah suatu data dapat dianggap
reliabel atau tidak, pada penelitian ini menggunakan rumus Cronbach
Alpha dengan kriteria yang dianggap reliabel adalah “…bila koefisien
reliabilitas (r11) > 0,6”.1
a. Uji Validitas
Tabel 4.15
Hasil Uji Validitas
Variabel Indikator Butir Soal Valid Tidak Valid
Pengetahuan Butir soal 1 Butir soal 1
-
Sanksi (X1) sanksi
Penghindaran Butir soal 2 Butir soal 2 -
1
Siregar, op.cit., h. 90
94
sanksi denda
Kewajaran Butir soal 3 Butir soal 3
pemberian -
sanksi
Penerapan Butir soal 4 Butir soal 4 Butir soal 8
sanksi Butir soal 5 Butir soal 5
Butir soal 6 Butir soal 6
Butir soal 7 Butir soal 7
Butir soal 8
Media Butir soal 1 Butir soal 2 Butir soal 1
sosialisasi Butir soal 2
Informasi Butir soal 3 Butir soal 3
-
pajak
Perubahan Butir soal 4 Butir soal 4
-
kebijakan
(X2) Pemahaman -
pajak
Pemberitaan Butir soal 6 Butir soal 6 -
Keterlibatan Butir soal 7 Butir soal 7
komunitas -
bukan
pendapatan
Kerja Butir soal 8 Butir soal 8
-
sampingan
Kepatuhan Butir soal 1 Butir soal 1
membayar Butir soal 2 Butir soal 2
pajak Butir soal 3 Butir soal 4 Butir soal 3
Butir soal 4 Butir soal 5
Butir soal 5
Kepatuhan
Pemberian Butir soal 6 Butir soal 6
(Y) -
informasi
Kepatuhan Butir soal 7 Butir soal 7
-
material
Melalaikan Butir soal 8 Butir soal 8
-
pajak
Sumber: Data primer yang diolah 2017
Tabel 4.16
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
Jumlah butir
Variabel Cronbach’s Alpha Keterangan
soal
Sanksi 0,802 7 Reliabel
Sosialisasi 0,867 7 Reliabel
Pendapatan 0,607 6 Reliabel
Kepatuhan 0,630 7 Reliabel
Sumber: Data primer yang diolah 2017
2
Ghozali, op.cit., h. 103
98
Dari hasil uji pada tabel 4.18, dapat diketahui bahwa hasil nilai
tolerance dan VIF ketiga variabel bebas yaitu sanksi, sosialisasi
dan pendapatan. Terlihat bahwa nilai tolerance ketiganya lebih dari
0,10 atau 0,1 dan VIF ketiga variabel adalah kurang dari 10. Maka,
dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terjadi multikolinieritas
antar variabel bebas.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas dilakukan dengan tujuan mencari tahu
apakah terdapat varian yang tidak sama dalam suatu pengamatan.
Metode yang digunakan pada uji ini, yaitu metode grafik
scatterplot. Hasil yang akan dicari tahu adalah “jika tidak ada pola
yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0
pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas”4.
3
Priyatno, op.cit., h. 103
4
Ibid., h. 113
99
Gambar 4.2
Hasil Uji Heteroskedastisitas
5
Gozhali, op.cit., h.95
100
Tabel 4.21
Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Variabel Sosialisasi
Tabel 4.23
Hasil Uji Persamaan Regresi Linear Berganda
G. Keterbatasan Penelitian
Setiap penelitian, pasti memiliki keterbatasan atau masalah yang
terjadi baik saat penentuan variabel, observasi, maupun saat penelitian
lapangan. Hal ini pula terjadi pada penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti, dengan mengusahakan dan dilakukan sesuai prosedur ilmiah,
tetapi masih terdapat keterbatasan pada penelitian ini yang akan dijelaskan
sebagai berikut:
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
dari variabel independen yaitu sanksi, sosialisasi, dan pendapatan,
terhadap variabel dependen yaitu kepatuhan wajib pajak. Jumlah sampel
dalam penelitian ini yaitu 72 responden, yang disebar pada 4 RW di desa
Gandaria. Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan diolah,
dengan menggunakan model regresi linier berganda, maka dapat
disimpulkan beberapa hasil dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda, secara parsial variabel
sanksi berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar
pajak PBB. Terlihat pada nilai thitung 5,530, nilai tersebut lebih besar
dari ttabel yaitu 1,99547 jadi thitung>ttabel (5,530>1,99547).
2. Berdasarkan dari hasil uji regresi linier berganda, secara parsial
variabel sosialisasi tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
dalam membayar pajak PBB. Hal ini dikarenakan kurang meratanya
sosialisasi dari petugas desa pada masyarakat sekitar, hanya sebagian
masyarakat yang mendapatkan sosilaisasi. Tidak hanya karena kurang
meratanya sosialisasi tersebut, namun saat adanya sosialisasi pajak,
sebagian masyarakat ada yang tidak hadir pada saat sosialisasi
berlangsung. Ditambah pula, sosialisasi melalui media seperti
sepanduk atau baliho di jalan sekitar desa pun jarang ada. Hal ini
terlihat dari nilai thitung 0,590, nilai ini lebih kecil dari nilai ttabel yaitu
1,99547, sehingga thitung<ttabel (-0,590<1,99547).
3. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda, secara parsial variabel
pendapatan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
membayar pajak PBB. Terlihat dari nilai thitung 2,367, nilai tersebut
lebih besar dari nilai ttabel 1,99547. Sehingga, thitung>ttabel
(2,367>1,99547).
110
111
B. Implikasi
Implikasi yang didapat dari hasil penelitian yang telah dilakukan
yaitu sebagai berikut:
1. Hasil dari penelitian ini, diketahui bahwa sanksi pajak berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak PBB. Hal ini
memperlihatkan bahwa semakin baiknya penerapan sanksi yang tegas
dan sanksi yang yang adil pada setiap wajib pajak, akan berdampak
semakin meningkatnya kepatuhan wajib pajak untuk mau
membayarkan pajak PBB, karena adanya sanksi yang membayangi
mereka untuk membayarkan kewajibannya. Pada dasarnya, wajib pajak
mengetahui kewajibannya dan tahu akan sanksi yang berlaku jika tidak
membayar pajak. maka dari itu sanksi yang tegas dan adil, akan
mmebuat semakin meningkatnya kepatuhan membayar pajak.
2. Hasil penelitian pada variabel sosialisasi, diketahui bahwa sosialisasi
tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. hal ini karena
kurangnya sosialisasi dari petugas pemerintahan atau petugas desa,
tidak meratanya sosialisasi yang diberikan, hanya pada sebagian
masyarakat yang mendapat sosialisasi. Masalah ini mengakibatkan
kurangnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang pajak,
dan juga mengakibatkan masyarakat tidak tahu jika adanya suatu
perubahan kebijakan yang dilakukan pemerintah karena kurangnya
sosialisasi tersebut.
3. Hasil dari penelitian ini, diketahui bahwa pendapatan berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak PBB. Hal ini
karena pajak yang dikenakan untuk PBB jumlahnya relatif sedikit dan
112
C. Saran
Berdasarkan hasi penelitian yang telah dilakukan, dan kesimpulan
dari penelitian ini, maka akan disampaikan beberapa saran pada pihak-
pihak tertentu yang memerlukannya, yaitu sebagai berikut:
1. Untuk penelitian selanjutnya, lebih teliti dalam memilih variabel
penelitian dan observasi terlebih dahulu pada wilayah penelitian agar
mengetahui situasi dan kondisi wilayah tersebut.
2. Untuk penelitian selanjutnya, wawancara pada petugas wilayah
setempat atau pada tokoh masyarakat setempat akan membantu dalam
menentukan variabel penelitian. Dan selalu melakukan pendekatan
pada masyarakat.
3. Menambahkan variabel penelitian, untuk mendapatkan hasil penelitian
yang lebih baik lagi.
4. Penambahan jumlah responden pada penelitian, agar mendapatkan
hasil penelitian lebih baik.
5. Untuk aparat pemerintah daerah, hendaknya lebih memperhatikan
masyarakat terutama pada pembayaran pajaknya, melakukan
pendekatan yang baik pada masyarakat, agar mereka merasa
diperhatikan oleh pemerintah. Memberikan sosialisasi yang baik dan
merata pada masyarakat, serta memberikan penyuluhan tentang pajak
agar masyarakat tahu dan paham akan kewajiban membayar pajak
yang baik dan benar, serta memberikan kemudahan masyarakat untuk
membayarkan pajaknya.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
113
114
Suryani dan Hendryadi. Metode Riset Kuantitatif : Teori dan Aplikasi Pada
Penelitian Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam. Jakarta: Prenadamedia
Group, 2015.
Tjokroamidjojo, Bintoro. Pengantar Administrasi Pembangunan. Jakarta: LP3ES,
1990.
Tjokroamidjojo, Bintoro. Perencanaan Pembangunan. Jakarta: Haji Masagung,
1990.
Undang-Undang Pajak Dilengkapi dengan UU Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah+PTKP 2006. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2006.
Wibisono, Yusuf. Metode Statistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2009.
JURNAL
SKRIPSI
ARTIKEL
Wawancara
Faruq, Amir. Wawancara. Gandaria, 9 Oktober 2017
Tabrani. Wawancara. Gandaria, 6 Oktober 2017
LAMPIRAN
Lampiran 1
Dengan Hormat,
Sehubungan dengan tugas akhir (skripsi) selaku mahasiswa program studi strata
satu (S1) jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Bahwa saya
yang bertandatangan di bawah ini:
NIM : 1113015000093
Hormat saya,
Peneliti
(Nadwatul Khoiroh)
A. Identitas Responden
Berilah tanda (√) pada identitas pengenal Bapak/Ibu/Saudara.
1. Nama :
2. Umur : 20-24 25-35 35-45
>45
3. Jenis Kelamin : laki-laki perempuan
4. Jenis pekerjaan : PNS pedagang petani
buruh pabrik pegawai swasta
lainnya, sebutkan…….
5. Pendidikan terakhir : tidak tamat SD SD SMP
SMA D3 >D3
B. Petunjuk Pengisian
1. Bacalah setiap pernyataan secara teliti sebelum anda menjawab
2. Pilihlah salah satu jawaban dengan memberi tanda centang () pada
salah satu kolom yang tersedia, terdapat 5 poin, yaitu:
1) Sangat Setuju (SS) : mendapat skor 5
2) Setuju (S) : mendapat skor 4
3) Netral (N) : mendapat skor 3
4) Tidak Setuju (TS) : mendapat skor 2
5) Sangat Tidak Setuju (STS) : mendapat skor 1
3. Tidak ada jawaban yang salah, semua jawaban adalah benar. Untuk itu
jawablah sesuai dengan keadaan yang anda alami.
C. Angket Penelitian
Pertanyaan yang berhubungan dengan Sanksi Pajak (X1)
No Pertanyaan SS S N TS STS
Saya mengetahui bahwa terdapat sanksi jika tidak
1
membayar atau telat membayar pajak PBB
Saya membayar pajak PBB tepat waktu agar tidak
2
dikenakan sanksi denda
3 Pemberian sanksi karena telat bayar pajak PBB atau
karena pemalsuan SPT adalah wajar
Sanksi dan denda Pajak Bumi dan Bangunan memacu
4
saya untuk membayar pajak tepat waktu
Menurut saya pengenaan sanksi pajak PBB harus
5 dilakukan secara tegas kepada semua pihak yang
melakukan pelanggaran
Menurut saya pengenaan denda 2% per bulan apabila
6
terlambat membayar pajak PBB adalah wajar
Sanksi pajak mampu membuat saya tidak mengulangi
7 kesalahan atas keterlambatan pembayaran Pajak
Bumi dan Bangunan
Sanksi pajak sangat diperlukan oleh wajib pajak agar
8 tercipta kedisiplinan dan kesadaran dalam memenuhi
kewajiban sebagai warga Negara
No Pertanyaan SS S N TS STS
2 Saya mendapat raskin pada setiap bulannya
Saat pendapatan bertambah, maka saya akan mampu
3
untuk membayar pajak PBB
Pendapatan yang saya peroleh, dapat memenuhi
kebutuhan utama seperti makan dan belanja harian,
4
dan juga memenuhi kewajiban, seperti membayar
pajak
Pendapatan yang saya peroleh hanya cukup untuk
5
kebutuhan sehari-hari
Pendapatan yang saya miliki adalah hasil dari
6
pekerjaan pokok
Ketika saya sakit akan menggunakan kartu BPJS,
7
jamsostek, atau asuransi
8 Saya memiliki pekerjaan sampingan untuk
memperoleh pendapatan tambahan
ANGKET PENELITIAN
Dengan Hormat,
Sehubungan dengan tugas akhir (skripsi) selaku mahasiswa program studi strata
satu (S1) jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Bahwa saya
yang bertandatangan di bawah ini:
NIM : 1113015000093
Hormat saya,
Peneliti
(Nadwatul Khoiroh)
D. Identitas Responden
Berilah tanda (√) pada identitas pengenal Bapak/Ibu/Saudara.
1. Nama :
2. Umur : 20-24 25-35 35-45 >45
3. Jenis Kelamin : laki-laki perempuan
4. Jenis pekerjaan : PNS pedagang petani
buruh pabrik pegawai
swasta lainnya, sebutkan…….
5. Pendidikan terakhir : tidak tamat SD SD SMP
SMA D3 >D3
E. Petunjuk Pengisian
4. Bacalah setiap pernyataan secara teliti sebelum anda menjawab
5. Pilihlah salah satu jawaban dengan memberi tanda centang () pada
salah satu kolom yang tersedia, terdapat 5 poin, yaitu:
6) Sangat Setuju (SS) : mendapat skor 5
7) Setuju (S) : mendapat skor 4
8) Netral (N) : mendapat skor 3
9) Tidak Setuju (TS) : mendapat skor 2
10) Sangat Tidak Setuju (STS) : mendapat skor 1
6. Tidak ada jawaban yang salah, semua jawaban adalah benar. Untuk itu
jawablah sesuai dengan keadaan yang anda alami.
F. Angket Penelitian
Pertanyaan yang berhubungan dengan Sanksi Pajak (X1)
No Pertanyaan SS S N TS STS
Saya mengetahui bahwa terdapat sanksi jika tidak
1
membayar atau telat membayar pajak PBB
Saya membayar pajak PBB tepat waktu agar tidak
2
dikenakan sanksi denda
Pemberian sanksi karena telat bayar pajak PBB atau
3
karena pemalsuan SPT adalah wajar
4 Sanksi dan denda Pajak Bumi dan Bangunan memacu
saya untuk membayar pajak tepat waktu
Menurut saya pengenaan sanksi pajak PBB harus
5 dilakukan secara tegas kepada semua pihak yang
melakukan pelanggaran
Menurut saya pengenaan denda 2% per bulan apabila
6
terlambat membayar pajak PBB adalah wajar
Sanksi pajak mampu membuat saya tidak mengulangi
7 kesalahan atas keterlambatan pembayaran Pajak
Bumi dan Bangunan
No Pertanyaan SS S N TS STS
2 Saya mendapat raskin pada setiap bulannya
Pendapatan yang saya peroleh, dapat memenuhi
kebutuhan utama seperti makan dan belanja harian,
3
dan juga memenuhi kewajiban, seperti membayar
pajak
Pendapatan yang saya peroleh hanya cukup untuk
4
kebutuhan sehari-hari
Pendapatan yang saya miliki adalah hasil dari
5
pekerjaan pokok
Ketika saya sakit akan menggunakan kartu BPJS,
6
jamsostek, atau asuransi
Saya memiliki pekerjaan sampingan untuk
7
memperoleh pendapatan tambahan
No. X1 X2 X3 Y
Resp. SANKSI SOSIALISASI PENDAPATAN KEPATUHAN
1 33 35 28 32
2 32 34 28 33
3 30 34 30 35
4 34 35 30 35
5 32 33 28 33
6 32 33 27 32
7 33 35 29 34
8 32 34 28 33
9 33 33 28 33
10 31 33 29 34
11 30 35 28 32
12 32 35 28 32
13 34 35 29 34
14 32 34 30 35
15 33 34 30 35
16 33 35 29 33
17 33 34 29 34
18 32 35 30 35
19 35 35 30 35
20 33 35 29 34
21 33 32 30 35
22 34 32 27 32
23 33 32 29 32
24 35 33 30 35
25 35 32 27 31
26 31 32 26 30
27 30 34 28 32
28 34 33 30 35
29 33 35 28 33
30 29 30 30 35
31 30 33 28 32
32 34 33 27 31
33 32 33 28 33
34 30 33 25 29
35 34 33 27 31
36 33 31 30 35
37 34 35 30 35
38 31 31 27 31
39 18 17 21 26
40 33 33 29 34
41 25 33 27 22
42 32 35 29 33
43 28 23 22 29
44 28 25 21 29
45 29 29 25 24
46 28 21 16 28
47 28 28 21 28
48 31 35 28 32
49 35 35 26 35
50 29 34 26 31
51 31 32 28 32
52 35 33 28 33
53 28 33 27 29
54 28 27 23 28
55 21 28 20 23
56 24 24 23 24
57 28 28 22 30
58 22 28 22 23
59 32 28 19 28
60 28 26 19 32
61 28 24 18 28
62 28 24 17 33
63 28 25 21 27
64 26 25 23 24
65 30 25 23 32
66 23 28 18 31
67 31 32 27 32
68 28 27 20 28
69 33 34 27 33
70 25 25 19 24
71 31 33 25 32
72 30 32 28 34
Lampiran 17
DOKUMENTASI
Lampiran 18
Riwayat Hidup
Skripsi ini peneliti dedikasikan untuk kedua orang tua tercinta, adik tersayang,
teman-teman, dan para kerabat. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca,
dan pesan kepada para akademisi jangan pernah takut untuk mengambil langkah
walau terdapat resiko, dan tetap percaya pada diri sendiri dan yakin atas kekuatan
Sang Pencipta. Capailah kesuksesan di depan mata, jika satu pintu tertutup maka
masih banyak pintu lain untuk sukses. Semuanya akan indah dan menjadi
kenangan yang tidak terlupakan, jika kita mengikuti prosesnya dan menikmati
setiap proses yang dilalui untuk mencapai kesuksesan.