Anda di halaman 1dari 173

Pengaruh Sanksi, Sosialisasi, Dan Pendapatan Wajib Pajak

Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi


Dan Bangunan Di Desa Gandaria
Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi


Syarat Menuju Gelar S1 Pendidikan

Disusun oleh :

Nadwatul Khoiroh

NIM. 1113015000093

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017
ABSTRAK

Nadwatul Khoiroh (NIM. 1113015000093). Jurusan Pendidikan Ilmu


Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul Skripsi “P engaruh Sanksi,
Sosialisasi, dan Pendapatan Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Gandaria”.
Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pemasukan yang penting bagi setiap
daerah, oleh karena itu setiap pemerintah daerah memiliki cara masing-masing
untuk mengoptimalkan pendapatan daerah dari sektor Pajak Bumi dan Bangunan.
Penelitian ini, bertujuan untuk menganalisis pengaruh sanksi, sosialisasi, dan
pendapatan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan
bangunan di Desa Gandaria, baik secara simultan maupun parsial. Penelitian ini
dilakukan pada wajib pajak PBB di Desa Gandaria, dengan menggunakan metode
korelasi dan pendekatan kuantitatif. Metode sampel yaitu purposive sampling
dengan jumlah sampel 72 orang. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah
teknik kuesioner dan dokumentasi. Dalam uji asumsi klasik, digunakan uji
normalitas, uji multikolinieritas, dan heteroskedastisitas. Hasil penelitian
menunjukan bahwa, secara parsial variabel sanksi dan pendapatan berpengaruh
dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan
bangunan, sedangkan variabel sosialisasi tidak berpengaruh terhadap kepatuhan
wajib pajak. secara simultan, variabel sanksi, sosialisasi, dan pendapatan
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan
bangunan.

Kata kunci: sanksi, sosialisasi, pendapatan, kepatuhan

i
ABSTRACT

Nadwatul Khoiroh (NIM. 1113015000093). Department of Social Sciences


Education, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah
State Islamic University of Jakarta. Thesis title “The Effect of Sanction,
Socialization, and Taxpayer Income Toward Taxpayer Compliance in Paying
the Land and Building Tax in Gandaria Village”.
Land and Building Tax is an important income for each region, therefore
each local government has its own way to optimize the regional revenue from the
Land and Building Tax sector. This study aims to analyze the effect of sanctions,
socialization, and income on taxpayer compliance in paying the land and building
tax in Gandaria Village, either simultaneously or partially. This research was
conducted on the taxpayer of PBB in Gandaria Village, by using correlation
method and quantitative approach. Sample method that is purposive sampling
with a sample size of 72 people. Data collection techniques are questionnaires
and documentation. In the classical assumption test, used normality test,
multicollinearity test, and heteroscedasticity. The results showed that, partially
sanctions and income variables have an effect on and significant to taxpayer
compliance in paying taxes of the land and building, while the socialization
variable has no effect on taxpayer compliance. simultaneously, the sanction,
socialization, and income variables affect taxpayer compliance in paying the land
and building tax.

Keywords: sanction, socialization, income, compliance

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala puji bagi Allah SWT yang selalu memberikan nikmat iman dan islam,
serta nikmat jasmani dan rohani kepada kita semua. Teriring doa dan terucap
syukur kepada Sang Maha Pencipta yang telah memberikan nikmat dan kekuatan
kepada peneliti sehingga bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh
Sanksi, Sosialisasi, dan Pendapatan Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Desa
Gandaria” sebagai tugas akhir kuliah untuk syarat kelulusan menjadi sarjana
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tak lupa pula, solawat serta
salam peneliti panjatkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, yang
telah membawa umat manusia dari zaman kegelapan, ke zaman yang terang
benderang dengan adanya ilmu dan pengetahuan yang baik sampai saat ini.

Sebuah karya penelitian yang membutuhkan waktu cukup panjang dalam


penyelesaiannya. Peneliti menyadari bahwa hal ini tidak akan bisa selesai tanpa
adanya dukungan, bantuan, serta bimbingan dari berbagai pihak yang telah sabar
dan selalu ada untuk peneliti, serta selalu memberikan masukan yang terbaik
sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar. Oleh karena itu,
teriring doa dan terucap rasa terimakasihku persembahkan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor UIN Syarif


Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS
yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun administrasi
kepada peneliti.

4. Bapak Syaripulloh, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan IPS dan


juga selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan
dukungan dan motivasi kepada peneliti.

iii
5. Bapak Didin Syafruddin, MA., Ph.D selaku dosen pembimbing I dan Ibu
Anissa Windarti M.Sc selaku dosen pembimbing II yang senantiasa
membimbing, mengarahkan dan memberikan motivasi kepada peneliti
selama proses penyusunan skripsi serta selalu sabar dalam memberikan
pemahaman kepada peneliti.

6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan IPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman berharga
kepada peneliti selama proses perkuliahan.

7. Seluruh staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Staf Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan kemudahan
dalam pembuatan surat-surat dan sertifikat.

8. Seluruh staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan


Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu peneliti
dalam menyediakan serta meminjamkan literatur yang dibutuhkan.

9. Bapak Tabrani selaku Sekretaris Desa Gandaria dan Warga Desa Gandaria
yang telah membantu peneliti selama proses penelitian lapangan.

10. Ucapan terimakasih sebesar-besarnya dan rasa sayang yang teramat


mendalam kepada kedua orang hebat yang tidak pernah menyakiti hati
yaitu Ayahanda H. Jarim dan Ibunda Hj. Maesaroh. Terimakasih atas
kesabaran, dukungan dan doa tulus nan ikhlas dari kalian untukku.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan jasmani dan rohani.

11. Sahabat karib yaitu siti Dianti, Rista Maryani, Yuli Ocbiani, dan Syiffa
Sya’diah. Terimakasih atas segala dukungan, semangat, kebersamaan tulus
yang kalian berikan salam ini. Yang tetap akan menjadi sahabat tak
terlupakan.

12. Sahabat diskusi yaitu ka Irma, Fitriah yatmi, Nurafifah Astria, Sifa
Fauziah, Ita Herlita Wati, Fitriah Damayanti, Wihda, dan Nida.
Terimakasih atas dukungan, kenyamanan, dan keceriaan yang diberikan
dan selalu mendukung disaat sulit yang peneliti rasakan.

iv
13. Teman-teman diskusi yaitu isnina dan Irma yang telah memberikan
masukan terbaik sebagai penyemangat ketika peneliti kehilangan daya
untuk mengerjakan skripsi. Semoga silaturahmi kita tetap terjalin.

14. Seluruh teman seperjuangan jurusan Pendidikan IPS angkatan 2013,


khususnya konsentrasi Ekonomi. Semoga Allah memudahkan segala
urusan kita untuk mendapatkan gelar sarjana ini.

15. Seluruh pihak yang membantu baik secara langsung maupun tidak selama
proses penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per
satu. Terimakasih atas dukungan dan doanya.

Demikian ucapan rasa penuh makna yang tertuang sebagai pengantar dari
karya penelitian yang sederhana. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih
memiliki banyak kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu, peneliti
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat lebih baik lagi di
masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca. Semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti
dan umumnya bagi pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, 04 Desember 2017


Peneliti

Nadwatul Khoiroh

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN


LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PERNYATAAN UJI REFRENSI
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
ABSTRACT ............................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 13
C. Batasan Masalah ....................................................................................... 13
D. Rumusan Masalah ..................................................................................... 13
E. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 14
F. Manfaat Penelitian .................................................................................... 14
a. Manfaat Teoritis .................................................................................. 14
b. Manfaat Praktis ................................................................................... 14

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS .......................... 16

A. Deskripsi Teoritik ..................................................................................... 16


1. Konsep Dasar Perpajakan ................................................................... 16
a. Pengertian Pajak ............................................................................ 16
b. Fungsi Pajak .................................................................................. 17
c. Sistem Pemungutan ....................................................................... 18
d. Jenis Pemungutan.......................................................................... 20
2. Pajak Bumi dan Bangunan .................................................................. 21

vi
a.
Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan .......................................... 21
b.
Dasar Hukum ................................................................................ 23
c.
Objek Pajak ................................................................................... 23
d.
Bukan Objek Pajak ....................................................................... 25
e.
Subjek Pajak dan Wajib Pajak ...................................................... 26
f.
Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dan Nilai Jual Kena Pajak (NJKP)
....................................................................................................... 28
g. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) ................ 29
h. Tarif Pajak ..................................................................................... 30
i. Cara Menghitung Pajak ................................................................. 30
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Membayar Pajak ..... 30
4. Sanksi .................................................................................................. 34
a. Sanksi Denda (administrasi) ......................................................... 34
b. Sanksi Pidana ................................................................................ 35
5. Sosialisasi ............................................................................................ 38
6. Pendapatan .......................................................................................... 44
7. Kepatuhan Wajib Pajak ....................................................................... 49
B. Penelitian yang Relevan ............................................................................ 55
C. Kerangka Berpikir ..................................................................................... 57
D. Hipotesis Penelitian .................................................................................. 62

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 63

A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 63


1. Tempat Penelitian ............................................................................... 63
2. Waktu Penelitian ................................................................................. 63
B. Metode Penelitian ..................................................................................... 63
C. Populasi dan Sampel ................................................................................. 64
D. Variabel Penelitian .................................................................................... 65
E. Definisi Variabel ....................................................................................... 66
1. Definisi Konseptual ............................................................................ 66
2. Definisi Operasional ........................................................................... 69
F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 70
G. Instrumen Penelitian ................................................................................. 72
H. Teknik Analisis Data ................................................................................. 74
1. Uji Validitas ........................................................................................ 74
2. Uji Reliabilitas .................................................................................... 75
I. Uji Asumsi Klasik ..................................................................................... 76
1. Uji Normalitas ..................................................................................... 76
2. Uji Multikolinearitas ........................................................................... 77
3. Uji Heterokedastisitas ......................................................................... 78

vii
J. Uji Hipotesis ............................................................................................. 78
1. Persamaan Regresi Linear Berganda .................................................. 78
2. Uji t ..................................................................................................... 79
3. Uji F .................................................................................................... 79
4. Koefisien Determinan ......................................................................... 79

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 81

A. Deskripsi Wilayah Penelitian .................................................................... 81


1. Gambaran Umum Desa Gandaria ....................................................... 81
B. Gambaran Umum Objek Penelitian .......................................................... 83
1. Tempat Penelitian ............................................................................... 83
C. Karakteristik Responden ........................................................................... 84
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ........................ 85
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ........................................ 85
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir .............. 86
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Yang Dimiliki ....... 86
5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan............................. 87
D. Hasil Kuesioner Responden ...................................................................... 88
1. Kuesioner Variabel Sanksi .................................................................. 88
2. Kuesioner Variabel Sosialisasi ........................................................... 89
3. Kuesioner Variabel Pendapatan .......................................................... 90
4. Kuesioner Variabel Kepatuhan ........................................................... 91
E. Hasil Penelitian ......................................................................................... 93
1. Uji Validitas dan Reliabilitas .............................................................. 93
2. Hasil Uji Asumsi Klasik ..................................................................... 96
3. Hasil Uji Hipotesis .............................................................................. 99
F. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................. 105
G. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 108

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .................................... 110

A. Kesimpulan ............................................................................................. 110


B. Implikasi ................................................................................................. 111
C. Saran ....................................................................................................... 112

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 113

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Negara Tahun 2013-2017 .................................... 4


Tabel 1.2 Pendapatan Pemerintah Kabupaten Tangerang Tahun 2013 .................. 8
Tabel 1.3 Pendapatan Pemerintah Kabupaten Tangerang Tahun 2015 .................. 9
Tabel 2.1 Penelitian Relevan ................................................................................ 55
Tabel 3.1 Kegiatan Penelitian ............................................................................... 63
Tabel 3.2 Alternatif Jawaban Penelitian ............................................................... 71
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Variabel bebas X (independen) dan variabel terikat
Y (dependen) ........................................................................................ 72
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Desa Gandaria Tahun 2017 ..................................... 81
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur (Tahun) .................................... 82
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan .......................................... 83
Tabel 4.4 Data Distribusi Sampel Penelitian dan Data Yang Diterima ................ 83
Tabel 4.5 Distribusi Kuesioner ............................................................................. 84
Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .......................... 85
Tabel 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia.......................................... 85
Tabel 4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ................ 86
Tabel 4.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Yang Dimiliki ......... 87
Tabel 4.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan ............................ 87
Tabel 4.11 Kuesioner Variabel Sanksi .................................................................. 88
Tabel 4.12 Kuesioner Variabel Sosialisasi ........................................................... 89
Tabel 4.13 Kuesioner Variabel Pendapatan .......................................................... 90
Tabel 4.14 Kuesioner Variabel Kepatuhan ........................................................... 91
Tabel 4.15 Hasil Uji Validitas .............................................................................. 93
Tabel 4.16 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian......................................... 96
Tabel 4.17 Hasil Uji Normalitas Secara Statistik ................................................. 96
Tabel 4.18 Hasil Uji Multikolinieritas .................................................................. 98
Tabel 4.19 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Simultan ................ 100
Tabel 4.20 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Variabel Sanksi ..... 100
Tabel 4.21 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Variabel Sosialisasi .....
............................................................................................................................. 101
Tabel 4.22 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Variabel Pendapatan
............................................................................................................................. 101
Tabel 4.23 Hasil Uji Persamaan Regresi Linear Berganda ................................. 102
Tabel 4.24 Hasil Uji Secara Simultan (Uji F) ..................................................... 103
Tabel 4.25 Hasil Uji Secara Parsial (Uji t).......................................................... 104

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Pendapatan Negara Berdasarkan APBN ............................................. 3


Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ............................................................................. 61
Gambar 3.1 Desain Penelitian............................................................................... 66
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Secara Analisis Grafik .................................... 97
Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................................................ 99

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Angket Uji Coba Penelitian


Lampiran 2 Angket Penelitian
Lampiran 3 Uji Validitas Variabel Sanksi (X1)
Lampiran 4 Hasil Uji Validitas Variabel Sanksi (X1)
Lampiran 5 Butir Soal Valid Variabel Sanksi (X1)
Lampiran 6 Uji Validitas Variabel Sosialisasi (X2)
Lampiran 7 Hasil Uji Validitas Variabel Sosialisasi (X2)
Lampiran 8 Butir Soal Vaild Variabel Sosialisasi (X2)
Lampiran 9 Uji Validitas Variabel Pendapatan (X3)
Lampiran 10 Hasil Uji Validitas Variabel Pendapatan(X3)
Lampiran 11 Butir Soal Valid Variabel Pendapatan (X3)
Lampiran 12 Uji Validitas Variabel Kepatuhan (Y)
Lampiran 13 Hasil Uji Validitas Variabel Kepatuhan (Y)
Lampiran 14 Butir Soal Valid Variabel Kepatuhan (Y)
Lampiran 15 Hasil Uji Reliabilitas
Lampiran 16 Data Mentah Responden Untuk Uji Asumsi Klasik Dan Regresi
Linear Berganda
Lampiran 17 Dokumentasi
Lampiran 18 Riwayat Hidup

xi
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan merupakan kegiatan yang sangat penting, karena


pembangunan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, salah satunya
seperti Indonesia yang masih memiliki pengangguran dan kemiskinan,
umumnya negara berkembang seperti Indonesia, terjerat dalam keadaan
yang disebut sebagai lingkaran setan kemiskinan. “Lingkaran setan pada
pokoknya berasal dari fakta bahwa produktivitas total di Negara
terbelakang sangat rendah sebagai akibat kekurangan modal, pasar yang
tidak sempurna, dan keterbelakangan ekonomi”.1 Suatu pembangunan
akan terlaksana dengan baik bukan hanya dari peran pemerintah saja yang
aktif, namun peran masyarakatnya yang aktif pula dalam pembangunan
akan mewujudkan tingkat kesejahteraan yang lebih baik.
Berhasilnya pencapaian tujuan-tujuan pembangunan memerlukan
keterlibatan aktif dari masyarakat pada umumnya. Tidak saja dari
pengambilan kebijakan tertinggi, para perencana, aparatur pelaksana
operasional, tetapi juga dari petani-petani, nelayan, buruh, pedagang
kecil, para pengusaha, dan lain-lain. Keterlibatan aktif ini disebut
juga sebagai partisipasi.2
Pembangunan sangat berpengaruh untuk memberikan kesejahteraan
masyarakat, seperti yang dijelaskan sebelumnya, partisipasi masyarakat
sangat penting dalam pembangunan. Salah satu bentuk partisipasi aktif
masyarakat adalah dengan membayar kewajibannya yaitu pajak. “suatu
sistim pemungutan pajak yang adil dapat lebih menggerakan kesediaan
membayar pajak. Ini adalah suatu bentuk partisipasi yang mutlak perlu
dalam bernegara, apa lagi bila akan membangun.”3

1
M.L. Jhingan, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2012), cet. 14, h. 33
2
Bintoro Tjokroamidjojo, Perencanaan Pembangunan (Jakarta: Haji Masagung, 1990),
cet. 12, h. 206
3
Bintoro Tjokroamidjojo, Pengantar Administrasi Pembangunan (Jakarta: LP3ES,
1990), cet. 13, h. 224

1
2

Di Indonesia pendapatan Negara tidak hanya didapat dari hasil


sumber daya alamnya saja, namun dari sumber pajak pula dan pajak
menjadi penyumbang terbesar pendapatan negara. Jika dilihat dari segi
pendapatan pajaknya, Indonesia tidak hanya menerima pendapatan pajak
dari dalam negeri, namun dari luar negeri pula. Pemungutan pajak
dilakukan pada setiap sektor kegiatan usaha baik pribadi maupun badan
yang disebut dengan pajak penghasilan (PPh), pajak pertambahan nilai
(PPN), pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM), pajak kendaraan
bermotor (PKB), dan juga pemungutan pajak dari bumi dan bangunan
(PBB).
Dari penjelasan di atas, kita akan berfikir tentang apa sebenarnya
pengertian pajak tersebut dan seberapa besarkah penerimaan Negara yang
didapat dari sektor pajak karena melihat dari jenis-jenis pajak yang
dipungut. Pajak memiliki pengertian sebagai salah satu pemasukan Negara
yang bersifat wajib.
Pengertian pajak yang dikemukakan oleh Rochmat Soemitro “pajak
adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan, dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum.”4 Sejalan dengan yang dikemukakan
oleh Rochmat Soemitro, ahli lain pun mengemukakan pengertian pajak
sebagai suatu pungutan kepada Negara yang dapat dipaksakan.
S. I. Djajadiningrat mengartikan pajak sebagai suatu kewajiban
menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas Negara yang disebabkan
suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan
tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang
ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa
timbal balik dari Negara secara langsung, untuk memelihara
kesejahteraan secara umum.5

4
Siti Resmi, Perpajakan Teori dan Kasus, Buku 1 Edisi 6 (Jakarta: Salemba Empat,
2012), h. 1
5
Ibid.
3

Dari penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pajak


merupakan suatu pungutan atau iuran dari rakyat yang bersifat memaksa
menurut undang-undang, di mana hasilnya tidak secara langsung diberikan
dan dirasakan oleh rakyat akan tetapi untuk meningkatkan pembangunan
ekonomi Negara demi kesejahteraan rakyat. Sektor pajak merupakan
penyumbang terbesar bagi pembangunan nasional, Pemerintah pastilah
setiap tahun akan menargetkan pendapatan dari sektor pajak lebih besar
lagi.
Berikut data pada tahun 2013, pendapatan Negara berdasarkan APBN
Gambar 1.1
Pendapatan Negara Berdasarkan APBN

Pada tahun 2013, pendapatan Negara berdasarkan APBN terdiri dari


Pajak Dalam Negeri Rp. 1.099,94 T (73,23%), Sumber Daya Alam (SDA)
Rp. 203,73 T (13,56%), Pajak Perdagangan Internasional Rp. 48,42 T
(3,22%), Penerimaan Bukan Pajak (selain SDA) Rp. 149,92 T (9,98)
dimana Pendapatan Negara terbesar berasal dari Pajak Dalam Negeri.6
Terlihat bahwa pendapatan Negara untuk pembangunan terbesar
didapat dari Pajak, terlihat pada tahun 2013 yaitu sebesar 73,23%
pendapatan diterima dari pajak dalam negeri. Data APBN setiap tahun

6
Direktorat Jendral Pajak Kementerian Keuangan, Peran Pajak Terhadap Pembangunan
Nasional dan Daerah, 2016, (www.pajak.go.id/node/9975?lang=en)
4

Indonesia pun memperlihatkan bahwa pajak merupakan kontribusi terbesar


pendapatan negara, dari setiap tahunnya mengalami peningkatan atau
penambahan pendapatan, hal ini dibuktikan dalam data realisasi
penerimaan negara tahun 2013-2017.
Tabel 1.1
Realisasi Penerimaan Negara Tahun 2013-2017

Data realisasi penerimaan Negara tahun 2007-2017 didapat dari Badan Pusat Statistik7

7
Badan Pusat Statistik, Realisasi Penerimaan Negara (Miliar Rupiah), 2007-2017, 2017,
(https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1286)
5

Data di atas menjelaskan bahwa penerimaan Negara Indonesia yang


paling besar didapat dari sektor pajak dalam negeri. Kontribusi pajak
untuk negara yang tinggi, akan tetapi masih banyak pendapatan dari sektor
pajak yang belum terungkap dan diterima negara, ini karena masih
banyaknya masyarakat yang enggan membayar pajak dengan berbagai
alasan. Padahal, pemungutan pajak pada akhirnya untuk kepentingan
masyarakat kembali, untuk membangun kesejahteraan yang lebih baik lagi
bagi masyarakat. “Pajak sebenarnya adalah utang, yaitu utang anggota
masyarakat kepada masyarakat.”8 Pajak merupakan kewajiban setiap
warga negara dalam negara hukum, yang pada akhirnya pajak tersebut
akan digunakan untuk masyarakat kembali dalam meningkatkan
pembangunan ekonomi.
Salah satu pembangunan yang dilakukan dari sektor pajak selain
pajak penghasilan, pertambahan nilai, penjualan atas barang mewah, pajak
kendaraan bermotor, ialah pajak bumi dan bangunan yang pemungutannya
diserahkan kepada Pemerintah Daerah, hal ini dilakukan agar setiap daerah
dapat mandiri serta mengelola sumber daya yang ada di wilayahnya secara
optimal.
Pajak bumi dan bangunan (PBB) menjadi salah satu penerimaan
daerah yang cukup besar dan yang realisasi pendapatannya diharapkan
semakin lebih baik. Pajak Bumi dan Bangunan ini memiliki peranan
penting untuk pembangunan daerah, terutama di masa otonomi seperti saat
ini, pastilah Pemerintah menginginkan setiap daerah mandiri dan dapat
mengembangkan daerahnya masing-masing, dari perkembangan yang
terjadi di setiap daerah diharapkan akan membantu pemerintah dalam
mengurangi tingkat kemiskinan.
Seperti halnya pajak secara umum, pajak bumi dan bangunan
mempunyai kontribusi yang tinggi dalam pembangunan daerah, namun
masih sedikit yang memahami tentang pentingnya pajak bumi dan

8
Rochmat Soemitro dan Dewi Kania Sugiharti, Asas dan Dsar Perpajakan Edisi revisi 2
(Bandung: Refika Aditama, 2004), cet. 1, h. 1
6

bangunan untuk pembangunan. Masih banyaknya yang memiliki


pandangan negatif terhadap pembayaran pajak, dan juga karena ketidak
pahaman cara pembayaran pajaknya. Tata cara administrasi pajak yang
cukup sulit membuat masyarakat malas untuk membayar pajak secara
mandiri, ini bertentangan dengan sistem self assessment sebagai suatu
sistem kemandirian membayar pajak.
Arti kata selfassessment adalah menghitung dan menetapkan sendiri
besarnya pajak yang terhtang, dan membayar pajak tersebut sebelum
memasukan SPT. Sistem ini sebelumnya tidak dikenal di Indonesia
dan baru diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1967 dengan
diundangkan UU No. 8 tahun 1967, tentang cara pungutan pajak
melalui MPS dan MPO (Menghitung Pajak Sendiri dan Menghitung
Pajak Orang (lain).9
Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Herry Susanto, Juara II
Lomba Artikel Pajak Nasional Direktorat Jenderal Pajak mengenai
kurangnya kesadaran masyarakat pada pajak beliau mengatakan bahwa
umumnya masyarakat masih sinis dan kurang percaya terhadap
keberadaan pajak karena masih merasa sama dengan upeti,
memberatkan, pembayarannya sering mengalami kesulitan, ketidak
mengertian masyarakat apa dan bagaimana pajak dan ribet
menghitung dan melaporkannya.10
Pada era globalisasi saat ini, di Indonesia sudah menggunakan sistem
pemungutan pajak berdasar Self Assessment System terutama pada
pemungutan pajak penghasilan yang diberlakukan kepada wajib pajak
pribadi dan juga wajib pajak badan. Sistem ini memberikan kewenangan
penuh kepada Wajib Pajak untuk menghitung dan memungut pajak
sendiri. Namun, pada pemungutan pajak bumi dan bangunan masih
dilakukan Official Assessment System, dimana sistem ini merupakan
“suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah
(fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib

9
Rochmat Soemitro, Asas dan Dasar Perpajakan 2 Edisi Revisi (Bandung: Refika
Aditama, 1998), cet. 5, h. 13
10
Herry Susanto, Membangun Kesadaran Dan Kepedulian Sukarela Wajib Pajak, artikel
2016, (http://www.pajak.go.id/content/membangun-kesadaran-dan-kepedulian-sukarela-wajib-
pajak)
7

Pajak.”11 Sistem ini dirasa tidak akan membuat wajib pajak bumi dan
bangunan kebingungan dalam membayarkan kewajibannya, karena mereka
hanya membayarkan pajak tanpa harus menghitung sendiri besaran nilai
yang harus dibayarkan dan juga pembayaran PBB dilakukan setahun
sekali. Pemahaman ini sejalan dengan pernyataan yang dikutip dari buku
Rochmat Soemitro yaitu
Di Indonesia, selfassessment baru diterapkan pada Pajak Penghasilan
1984, sedangkan untuk Pajak Bumi dan Bangunan masih
dipertahankan sistem surat ketetapan, yang dinamakan Surat Pemberi
Tahuan Pajak Terutang (SPPT PBB), untuk membedakan dengan
Surat Ketetapan Pajak yang selalu diikuti dengan denda.12
Bagi setiap daerah, peran Pajak Bumi dan Bangunan cukuplah penting
dalam menyumbangkan pendapatannya untuk pembangunan daerah.
Terutama untuk daerah Kabupaten Tangerang yang salah satu wilayahnya
menjadi tempat penelitian.
Dikutip dari surat kabar Kabar6.com saat penandatanganan MoU
antara Pemkab Tangerang, BJB dan Indomaret. Bertempat di halaman
Kantor Kecamatan Kronjo, pada hari selasa (09/08/2016). Dikatakan
bahwa Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2)
merupakan potensi besar bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten
Tangerang. Hingga kini, PAD dari sektor PBB sudah mencapai
Rp102.677.687.388. Bupati Tangerang yaitu Ahmed Zaki Iskandar
mengatakan, tahun 2016 ini pihaknya menargetkan PAD dari sektor PBB-
P2 sebesar Rp265 miliar. Atas dasar itu, pengelolaan PBB-P2 ini sangat
memerlukan persiapan yang matang. Selanjutnya Zaki mengatakan apabila
penerimaan PBB sudah 100 persen masuk ke daerah, maka akan
berdampak pada semakin besarnya PAD.13

11
Mardiasmo, Perpajakan Edisi Revisi 17 (Yogyakarta: Andi Yogyakarta, 2013), h. 7
12
Soemitro, op. cit., h. 15
13
Kabar6.com, Wow, PAD dari PBB-P2 di Kabupaten Tangerang Capai Rp102 miliar,
2016,(https://www.kabar6.com/tangerang/kabar-pemda/23058-wow-pad-dari-pbb-p2-di-
kabupaten-tangerang-capai-rp102-miliar)
8

PAD Kabupaten Tangerang pada tahun 2013 dan 2015 pencapaiannya


pun sudah melebihi 1 miliar rupiah. Di dapat dari Badan Pusat Statistik
Kabupaten Tangerang tentang pendapatan pemerintah kabupaten
tangerang pada tahun 2013 dan 2015.
Table 1.2
Pendapatan Pemerintah Kabupaten Tangerang Tahun 2013

Data Pendapatan Pemerintah Kabupaten Tangerang Tahun Anggaran 201314

14
Kabupaten Tangerang dalam Angka 2015 (Tangerang: Badan Pusat Statistik Kabupaten
Tangerang, 2017), h. 223
9

Table 1.3
Pendapatan Pemerintah Kabupaten Tangerang Tahun 2015

Data Pendapatan Pemerintah Kabupaten Tangerang Tahun Anggaran 201515

Data di atas yang didapat dari Badan Pusat Statistik Kabupaten


Tangerang memperlihatkan bahwa PBB berperan penting dalam
pendapatan pemerintah daerah, terlihat bahwa dari tahun 2013 dan 2015,
PBB menjadi penyumbang terbesar pendapatan daerah. Hal ini sangat
diwajarkan jika pemerintah mencoba untuk lebih memaksimalkan
pendapatan pada sektor PBB agar lebih banyak lagi dengan salah satu cara
yang sedang dilakukan pemerintah adalah memudahkan proses
pembayaran PBB bagi wajib pajak dengan menyetorkannya di bank

15
Kabupaten Tangerang dalam Angka 2016 (Tangerang: BPS Kabupaten Tangerang,
2017), h. 222
10

ataupun minimarket terdekat yang sudah bekerjasama dengan Pemerintah


Kabupaten Tangerang.
Masalah yang terjadi di daerah Desa Gandaria khususnya, yang jenis
wilayahnya adalah persawahan dan dari data kelurahan desa Gandaria,
penduduknya paling banyak bekerja sebagai petani yaitu sekitar 1.275
orang. Hal ini memperlihatkan bahwa Masyarakatnya masih banyak yang
memiliki sawah maupun kebun yang merupakan objek Pajak Bumi dan
Bangunan. Pemungutan pajak dilakukan oleh kelurahan kepada
masyarakat pada setiap tahunnya, namun terkadang pemungutan tersebut
tidak setiap tahun dilakukan akibatnya, saat pemungutan Pajak Bumi dan
Bangunan ini banyak warga yang kebingungan pembayaran pajak lebih
besar karena pemungutannya tidak langsung dilakukan atau sampai
beberapa tahun tidak dilakukan pemungutan pajak oleh petugas kelurahan.
Tidak sedikit masyarakat yang ingin membayarkan pajaknya tanpa
menunggu petugas kelurahan, namun mereka tidak mengetahui harus
membayarkan pajaknya kemana dan bagaimana.
Mulai tahun 2016, pemerintah Kabupaten Tangerang mulai
bekerjasama dengan bank dan minimarket untuk memberikan kemudahan
kepada wajib pajak dalam membayar pajaknya di tempat-tempat yang bisa
dijangkau masyarakat, seperti indomaret. Sekretaris kelurahan desa
Gandaria, mengatakan bahwa mulai tahun 2016 kemarin petugas
kelurahan sudah tidak memungut pajak kepada masyarakat, namun kontrol
dari petugas kelurahan hanya memberikan surat pemberitahuan pajak
terutang (SPPT) kepada wajib pajak, dan pelaksanaan pembayarannya
dilakukan sendiri oleh wajib pajak baik melalui bank maupun minimarket.
Menurut sekretaris kelurahan tersebut mengenai kesadaran atau
kepatuhan wajib pajak di desa Gandaria, beliau mengatakan bahwa
kesadaran masyarakat dalam membayar pajak PBB sudah cukup baik,
perkiraan sekitar 70% masyarakat membayar pajak, walaupun saat
penagihan pajak masih ada beberapa wajib pajak yang menunda bayar atau
11

bahkan lupa, tapi sebagian langsung membayar saat ditagih.16 Hal ini
terjadi saat penagihan pajak masih dilakukan oleh petugas kelurahan yaitu
sebelum tahun 2016.
Faktor-faktor yang membuat masyarakat membayarkan pajaknya bisa
terjadi dari faktor dalam diri wajib pajak sendiri seperti motivasi yang
timbul dan menjadi dorongan untuk membayar pajak, ataupun faktor dari
luar diri wajib pajak seperti halnya sanksi pajak, sosialisasi, kontrol
petugas pajak, kemudahan dalam pembayaran, dan pendapatan
masyarakatnya. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang pajak
bisa membuat masyarakat enggan membayar pajak karena tidak
mengetahui tentang kewajiban yang harus penuhi dalam membayar pajak.
Ketidak percayaan masyarakat atas penggunaan pajak yang telah
dibayarkan karena banyaknya berita yang beredar mengenai korupsi pajak
yang dilakukan oleh petugas pajak sendiri, hal ini pastilah membuat
masyarakat takut untuk membayar pajak karena takut uang yang diberikan
untuk membayar pajak akan digunakan untuk hal-hal yang tidak benar.
Menurut tokoh masyarakat setempat yang juga merupakan wajib
pajak PBB, beliau mengatakan jika memang ada penagihan dari petugas
kelurahan maka mereka akan membayarkan pajaknya, namun masih ada
yang tidak mau membayarkan pajaknya karena penghasilannya hanya
untuk keperluan sehari-hari.17
Terlihat bahwa wajib pajak yang pendapatannya rendah akan tidak
patuh dalam membayar pajak, namun wajib pajak yang pendapatannya
tinggi atau mereka yang bisa membiayai kebutuhan primer dan
sekundernya memungkinkan dapat patuh bayar pajak karena pembayaran
pajak PBB yang hanya setahun sekali dan nilai pajak yang tidak tinggi.
Kepentingan pribadi bisa menjadi alasan untuk wajib pajak membayarkan
pajaknya, hal ini dapat terjadi ketika masyarakat ingin menggadaikan
tanah atau sawahnya.

16
Wawancara Pribadi dengan Tabrani, Gandaria, 6 Oktober 2017
17
Wawancara Pribadi dengan Amir Faruq, Gandaria, 9 Oktober 2017
12

Kendala yang terjadi saat ini, dimana masyarakat masih banyak yang
tidak membayarakan pajaknya sendiri dan harus menunggu pemungutan
pajak yang dilakukan petugas keluarahan. Hal yang membuat wajib pajak
mengetahui tentang pajak adalah dengan sosialisasi dari pemerintah,
kurangnya sosialisasi tentang pentingnya membayar pajak bumi dan
bangunan untuk pembangunan daerah, tata cara membayar pajak, harus di
mana membayarkan pajaknya akan membuat wajib pajak bingung.
Namun, Amir Faruq mengatakan bahwa sosialisasi sudah pernah
dilakukan kepada masyarakat tentang pajak.18 Jika memang sosialisasi
sudah dilakukan, masyarakat sudah bisa sadar dengan kewajibannya dan
memahami tentang pajak. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang
dikemukakan oleh Herry Susanto.
Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian Direktorat Jendral Pajak
dalam membangun kesadaran dan kepedulian sukarela Wajib Pajak
antara lain melakukan sosialisasi, penanaman tentang pengertian dan
pemahaman akan pajak dari lingkungan keluarga, tetangga, sampai
kepada forum-forum, dari informasi yang luas tersebut diharapkan
akan merubah pemikiran negatif masyarakat menjadi ke arah positif.19
Masyarakat yang enggan membayarkan pajaknya karena dianggap
tidak dirasakan secara langsung oleh mereka, akan membayarkan
kewajiban pajaknya jika sanksi yang diberikan terasa tegas baik sanksi
pidana maupun sanksi administrasi. Sanksi yang tegas dan memberatkan,
akan membuat masyarakat merasa takut untuk lalai dalam membayar
pajak.
Permasalahan tersebut yang membuat peneliti ingin meneliti
permasalahan yang terjadi tentang kesadaran membayar pajak yang telah
dipaparkan di atas dengan mengambil judul Pengaruh Sanksi, Sosialisasi,
dan Pendapatan Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Gandaria.

18
Ibid.
19
Susanto. loc. cit.
13

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka identifikasi
masalahnya adalah:
1. Kurangnya sosialisasi dari pemerintah tentang perpajakan;
2. Tinggi rendahnya pendapatan masyarakat;
3. Sanksi pajak bumi dan bangunan;
4. Ketidak percayaan masyarakat pada pemanfaatan pajak yang telah
dibayarkan;
5. Membayar pajak atas dasar kepentingan pribadi; dan
6. Motivasi dalam diri yang rendah untuk membayar pajak.

C. Batasan Masalah

Fokus pada penelitian ini adalah:


Mengkaji pengaruh sosialisasi, sanksi pajak, dan pendapatan wajib pajak
terhadap kepatuhan membayar pajak bumi dan bangunan di desa gandaria.
Wilayah yang menjadi tempat penelitian ini adalah wilayah Desa
Gandaria, Kecamatan Mekar Baru, Kabupaten Tangerang.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian, maka


diperoleh rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh sanksi terhadap kepatuhan wajib pajak
dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Gandaria?
2. Apakah terdapat pengaruh sosialisasi terhadap kepatuhan wajib pajak
dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Gandaria?
3. Apakah terdapat pengaruh pendapatan terhadap kepatuhan wajib pajak
dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Gandaria?
4. Apakah terdapat pengaruh sanksi, sosliasisasi, dan pendapatan wajib
pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi
dan Bangunan di Desa Gandaria?
14

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan


untuk mengetahui:

1. Pengaruh sanksi terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar


Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Gandaria.
2. Pengaruh sosialisasi terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar
Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Gandaria.
3. Pengaruh pendapatan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Gandaria.
4. Pengaruh sanksi, sosliasisasi, dan pendapatan wajib pajak terhadap
kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan di
Desa Gandaria.
F. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis

a. Bagi peneliti
Dapat mengaplikasikan pembelajaran yang telah didapat selama
kuliah, sebagai sebuah jawaban atas permasalahan yang ingin
diketahui, dan sebagai penambah pengetahuan tentang
permasalahan yang ada di lingkungan tempat tinggal.
b. Bagi penelitian selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, wawasan,
dan sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya yang ingin
meneliti tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
b. Manfaat Praktis

a. Bagi dirjen pajak


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta
sebagai bahan rujukan atas sebuah kebijakan tentang pajak.
b. Bagi pemerintah daerah
Penelitian ini diharapkan dapat meberikan informasi tentang
keadaan masyarakat dan kesadaran dalam membayar Pajak Bumi
15

dan Bangunan, juga sebagai bahan rujukan atas suatu pengambilan


kebijakan yang dilakukan pemerintah daerah dalam hal
pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan.
c. Bagi masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan
kesadaran kepada msyarakat tentang pentingnya membayar pajak
bagi pembangunan ekonomi.
BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS


A. Deskripsi Teoritik
1. Konsep Dasar Perpajakan
a. Pengertian Pajak
Pajak merupakan iuran langsung yang diberikan kepada
Negara dari pendapatan rakyat, yang hasilnya tidak secara
langsung dirasakan oleh rakyat. Dimana pendapatan ini dianggap
sudah memenuhi syarat menjadi objek pajak yang harus
dibayarkan kepada Negara. Pengertian pajak dikemukakan oleh
para ahli di antaranya oleh Dr. N. J. Feldmann
Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan
terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang
ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan
semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-
pengeluaran umum.1
Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Dr. N. J. Feldmann,
penjelasan tentang pajak dikemukakan oleh Prof. Dr. P.J.A.
Andriani, dalam buku R. Santoso Brotodihardjo yang dikutip oleh
Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu
Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan)
yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali,
yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung
dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.2

Kemudian terdapat pengertian pajak menurut Undang-Undang


No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

1
Resmi Buku 1, Op. Cit., h. 2
2
Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu, Perpajakan Konsep, Teori, dan Isu Edisi 1
(Jakarta: Kencana, 2006), cet. 1, h. 22

16
17

undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara


langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.3
Dapat diambil kesimpulan dari beberapa pengertian pajak
yang telah dijelaskan. Yaitu:
a) Pajak merupakan kontribusi warga negara kepada Negara;
b) Pajak memiliki sifat memaksa menurut undang-undang;
c) Pemungutan pajak dilakukan oleh pemerintah baik pusat
maupun daerah;
d) Iuran atau timbal jasa pajak tidak secara langsung bisa
dirasakan oleh masyarakat;
e) Pendapatan hasil pajak dari wajib pajak, digunakan untuk
kepentingan umum atau masyarakat; dan
f) Pajak untuk kesejahteraan rakyat.
b. Fungsi Pajak
Ada dua fungsi pajak, yaitu:
1) Fungsi Budgetair
Pajak memberikan sumbangan terbesar dalam penerimaan
Negara, kurang lebih 60-70 persen penerimaan pajak memenuhi
postur APBN. Oleh karena itu, pajak merupakan salah satu
sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran
rutin maupun pengeluaran pembangunan. Contoh: penerimaan
pajak sebagai salah satu sumber penerimaan APBN.
2) Fungsi Mengatur (Regulerend)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur masyarakat atau
melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan
ekonomi. Berikut contohnya:
a) Memberikan insentif pajak (tax holiday) untuk mendorong
peningkatan investasi di dalam negeri.

3
Abdul Halim, dkk., Perpajakan Konsep, Aplikasi, Contoh, dan Studi Kasus (Jakarta:
Salemba Empat: 2014), h. 2
18

b) Pengenaan pajak yang tinggi terhadap minuman keras untuk


mengurangi konsumsi minuman keras.
c) Pengenaan tarif pajak nol persen atas ekspor untuk
mendorong peningkatan ekspor produk dalam negeri.4
c. Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak dibagi dalam tiga bagian berikut ini.
1) Official Assessment System
Official Assessment System merupakan sistem pemungutan
pajak yang memberikan wewenang atau kekuasaan kepada
pemerintah sebagai fiskus untuk menentukan besarnya pajak
yang terutang oleh Wajib Pajak. Official Assessment System,
memiliki ciri-ciri yaitu wewenang untuk menentukan besarnya
pajak terutang ada pada fiskus, wajib Pajak bersifat pasif, dan
utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak
oleh fiskus.5
2) Self Assessment System
Self Assessment System merupakan sistem perpajakan yang
memberikan kepercayaan dan kemandirian kepada wajib pajak
untuk melaksanakan kewajiban dan hak perpajakannya dalam
memperhitungkan besarnya pajak yang harus dibayarkan dan
membayarkan sendiri pajak yang terhutang. Dalam Self
Assessment System, beberapa hal yang harus diketahui oleh
wajib pajak yaitu:
a) Mendaftarkan diri di Kantor Pelayanan Pajak.
b) Menghitung dan /atau memperhitungkan sendiri jumlah
pajak yang terutang.
c) Menyetor pajak tersebut ke bank persepsi/kantor pos.
d) Melaporkan penyetoran tersebut kepada Direktur Jendral
Pajak.

4
Ibid., h. 4
5
Mardiasmo, loc.cit., h. 7
19

e) Menetapkan sendiri jumlah pajak yang terutang melalui


pengisian SPT (Surat Pemberitahuan) dengan baik dan
benar.6
3) With Holding System
Sistem pemungutan pajak selanjutnya yangkita ketahui adalah
With Holding System. “Witholding System adalah suatu sistem
pemungutan pajak, yang penghitungan besarnya pajak yang
terutang oleh seorang wajib pajak dilakukan oleh pihak
ketiga.”7
Seperti yang telah dijelaskan tentang sistem pemungutan pajak
dan yang telah dijelaskan pada bagian latar belakang, Indonesia
termasuk Negara yang melakukan Self Assessment System, yang
diharapkan dengan penggunaan sistem ini masyarakat akan lebih
mandiri dalam menghitung maupun membayarkan pajaknya.
Menurut UU KUP tentang self assessment system ini, bahwa
sistem tersebut memberikan hak kepada Wajib Pajak untuk
bersikap mandiri. Dimana, kepercayaan yang diberikan oleh
undang-undang kepada Wajib Pajak idealnya ditunjang dengan :
a) kesadaran Wajib Pajak tentang kewajiban perpajakan;
b) keinginan untuk membayar pajak terutang walaupun terpaksa;
c) kerelaan Wajib Pajak untuk menjalankan peraturan perpajakan
yang berlaku;
d) kejujuran Wajib Pajak untuk mengungkapkan keadaan
sebenarnya.8

6
Devano, op.cit., h. 81
7
Tony Marsyahrul, Pengantar Perpajakan (Jakarta: PT Grasindo, 2006), cet. 2, h. 10
8
N. Ridho Ramadhan, Sistem Perjakan Di Indonesia Sistem Self Assessment, 2016
(http://www.academia.edu/8924272/SISTEM_PERJAKAN_DI_INDONESIA_Sistem_Self_Asses
sment)
20

d. Jenis Pemungutan Pajak


Pemungutan pajak yang dilakukan tidak hanya pada satu jenis
pajak seperti pph, namun dibedakan menjadi beberapa karena
melihat cakupan wilayah, pemanfaatan pajaknya serta keadaan
yang mengharuskan adanya pemungutan pajak. jenis pemungutan
pajak dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1) Pajak Pusat dan Pajak Daerah
a) Pajak Pusat
Pajak pusat disebut juga pajak Negara karena dikelola dan
adapula yang dipungut langsung oleh pemerintah pusat
(Direktorat Jendral Pajak), yang hasilnya untuk membiayai
pengeluaran rutin Negara dan pembangunan (APBN).
seperti PPh, PPN/PPn.BM, PBB, Bea Materai.
b) Pajak Daerah
Pajak ini dikelola oleh pemerintah daerah, yaitu pemerintah
daerah Tingkat I, maupun pemerintah daerah Tingkat II.
Hasil dari pajak daerah dipergunakan untuk membiayai
pengeluaran rutin dan pembangunan daerah (APBD). Yang
termasuk pada pajak daerah, seperti Pajak Pembangunan I,
Pajak Reklame, Pajak Bangsa Asing (PBA), Pajak
Kendaraan Bermotor. 9
2) Pajak Langsung dan Pajak Tidak Langsung
a) Pajak Langsung
Pajak yang dibebankan langsung kepada wajib pajak yang
bersangkutan dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang
lain serta dipungut secara berkala (periodik). Seperti PPh
dan PBB.
b) Pajak Tidak Langsung
Pajak yang dipungut atau dilakukan jika ada peristiwa,
keadaan tertentu yang mengharuskan terjadinya
9
Marsyahrul., op.cit, h. 5
21

pemungutan pajak, dan pembayar pajak dapat melimpahkan


beban pajaknya kepada pihak lain. Seperti PPN, PPn.BM,
dan Bea Materai.10
3) Pajak Subjektif dan Pajak Objektif
a) Pajak Subjektif
Pajak yang memperhatikan pada sisi subjek yang dikenakan
pajak, di mana besarnya pajak yang harus dibayarkan
melihat kepada keadaan pribadi wajib pajak. hal ini, dilihat
dari sisi keadaan materiilnya, seperti melihat keadaan status
kawin, tidak kawin, dan memiliki banyak tanggungan atau
tidak. Keadaan tersebut, menjadikan suatu beban yang
harus dipikul, dan akan menjadi pengurang beban pajak
bagi wajib pajak. contohnya, pajak penghasilan.
b) Pajak Objektif
Pajak yang dilihat dari sisi objek pajak sebagai sasaran
pemungutan pajak, dimana besarnya jumlah pajak hanya
tergantung kepada keadaan objeknya, tanpa melihat
keadaan wajib pajak sebagai pembayar pajak. pemungutan
pajak ini, melihat pada keadaan, perbuatan, atau peristiwa
yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak.
Seperti, bea masuk, cukai, PPN, dan bea materai.11
2. Pajak Bumi dan Bangunan
a. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan
Terdapat beberapa pengertian yang mengemukakan tentang
Pajak Bumi dan Bangunan, di anataranya sebagai berikut:
Sebagaimana tercantum dalam pasal 1 UU Pajak Bumi dan
Bangunan, Bumi adalah permukaan bumi (perairan) dan tubuh
bumi yang berada di bawahnya. Sedangkan bangunan adalah
konstruksi teknik yang ditanam atau diletakan secara tetap
pada tanah dan/ atau perairan yang diperuntukan sebagai

10
Ibid.
11
Devano, op.cit., h. 44-45
22

tempat tinggal, atau tempat berusaha, atau tempat yang dapat


diusahakan.12
Sejalan dengan pengertian PBB dalam undang-undang,
pengertian PBB selanjutnya dikemukakan dalam buku Darwin
Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak pusat dan
tercantum dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara
(APBN) namun hasil penerimaannya seluruhnya telah
dialokasikan kepada pemerintah daerah melalui mekanisme
bagi hasil pajak. Hasil penerimaan ini oleh pemerintah daerah
digunakan untuk berbagai keperluan pemerintah daerah
terutama untuk pembangunan di daerah.13
Jelas terlihat bahwa PBB merupakan pengenaan pajak pada
bumi atau permukaan bumi yang dimanfaatkan oleh manusia, dan
bangunan adalah konstruksi yang berdiri di atas tanah. Pendapatan
dari PBB digunakan oleh pemerintah pusat dan daerah. “PBB
adalah pajak negara yang sebagian besar penerimaannya
merupakan pendapatan daerah yang antara lain digunakan untuk
penyediaan fasilitas yang juga dinikamti oleh Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah.”14
Selanjutnya penjelasan undang-undang (Pasal 1 Ayat 2),
menguraikan lebih lanjut bahwa termasuk dalam pengertian
bangunan adalah:
a) Jalan di lingkungan yang berada pada kompleks bangunan
seperti hotel, pabrik dan emplasemennya dan lain-lain yang
merupakan satu kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut;
b) Kolam renang, pagar mewah, tempat olah raga, galangan kapal
dermaga, taman mewah, tempat penampungan atau kilang

12
Rochmat Soemitro dan Zainal Muttaqin, Pajak Bumi dan Bangunan (Bandung; Refika
Aditama, 2001), h. 2
13
Darwin, Pajak Bumi dan Bangunan dalam Tataran Praktis (Jakarta: Mitra Wacana
Media, 2013), h. 2
14
Siti Resmi, Perpajakan Teori dan Kasus Buku 2 Edisi 6 (Jakarta: Salemba Empat,
2013), h. 231
23

minyak, air dan gas, pipa minyak, fasilitas lain yang


memebrikan manfaat, dan jalan tol.15
Dari pengertian tersebut di atas, pajak bumi dan bangunan
adalah pajak bumi (tanah dan perairan) dan bangunan (konstruksi
teknik yang di letakan di tanah) yang dipungut oleh pemerintah
daerah dan hasilnya digunakan untuk pembangunan daerah
tersebut.

b. Dasar Hukum
Pajak Bumi dan Bangunan memiliki dasar hukum sebagai berikut.
a) Dasar hukum PBB pada UU No. 12 Tahun 1985, dan telah
diubah dengan UU No. 12 Tahun 1994.
b) Peraturan Pemerintah (PerPu) No. 25 Tahun 2002 tentang
Penetapan Besarnya Persentase Nilai Jual Kena Pajak untuk
Pajak Bumi dan Bangunan.
c) Keputusan Menteri Keuangan No. 201/KMK.04/2002 tentang
Penyesuaian Besar Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak
(NJOPTKP) sebagai Dasar Penghitungan Pajak Bumi dan
Bangunan.
d) Keputusan Menteri Keuangan No. 552/KMK.04/2002 tentang
Perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan No.
82/KMK.04/2002 tentang Pembagian Hasil Penerimaan Pajak
Bumi dan Bangunan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.16

c. Objek Pajak
Objek merupakan suatu hal yang dituju untuk dijadikan
sasaran, termasuk pula objek pajak yang dijadikan sasaran untuk
pengenaan pajak. “…UU PBB yang menjadi objek PBB adalah
Bumi dan/ atau Bangunan (Pasal 2). Undang-undang selanjutnya
dalam Pasal 1 menjelaskan (interpretasi otentik), bahwa bumi

15
Muttaqin, op. cit., h. 8-9
16
Resmi Buku 2, op.cit, h. 229
24

adalah permukaan bumi (perairan) dan tubuh bumi yang ada di


bawahnya.”17
Objek pajak PBB yaitu bangunan yang berada di atas
permukaan bumi dan bumi yang termasuk perairan, dijelaskan
lebih lanjut dalam buku Darwin
…perairan juga merupakan objek pajak sehingga tidak heran
bahwa objek-objek yang ada di perairan seperti tambang
minyak lepas pantai, budidaya mutiara di laut merupakan
objek dari pajak ini. Selain itu tambang-tambang di daratan
baik migas maupun non-migas juga merupakan objek pajak
karena memperoleh manfaat dari tubuh bumi, yang
dikelolanya.18
Sedangkan yang menjadi objek pajak berupa bangunan adalah
“…konstruksi teknik yang ditanam atau diletakan secara tetap pada
tanah (dan/ atau perairan), yang diperuntukan sebagai tempat
tinggal atau tempat berusaha atau tempat yang dapat diusahakan.”19

Telah dijelaskan tentang gambaran umum mengenai Objek


Pajak Bumi dan Bangunan, yang pada dasarnya setiap jenis bumi
dan bangunan yang terdapat di wilayah Negara Indonesia menjadi
objek pajak. Tentang pengklasifikasian Objek Pajak, diatur oleh
Menteri Keuangan. “Klasifikasi bumi dan bangunan adalah
pengelompokan bumi dan bangunan menurut nilai jualnya dan
digunakan sebagai pedoman serta untuk memudahkan
penghitungan pajak yang terutang.”20
Dalam buku Rochmat Soemitro dan Zainal Muttaqin, dalam
menentukan klasifikasi bumi atau tanah diperhatikan beberapa
faktor diantaranya letak tanah atau bangunan, peruntukan tanah
atau bangunan, pemanfaatan, dan kondisi lingkungan. Mereka pun
menambahkan faktor-faktor lain yang termasuk ke dalam

17
Muttaqin, op. cit., h. 7
18
Darwin, op. cit., h. 7
19
Muttaqin, op. cit., h. 8
20
Halim, op. cit., h. 458
25

klasifikasi bumi antaranya luas tanah, bumi, dan bangunan,


kesuburan atau hasil tanah atau bangunan, adanya irigasi atau tidak
dan lain sebagainya. Rochmat Soemitro dan Zainal Muttaqin
mengklasifikasikan kembali atas bangunan yang memperhatikan
beberapa faktor yaitu bahan yang digunakan, rekayasa, letak,
kondisi lingkungan, dan lainnya.21

d. Bukan Objek Pajak


Yang bukan objek Pajak PBB dalam Undang-Undang
Perpajakan yang tercantum pada pasal 3 UU PBB menentukan,
bahwa yang tidak dikenakan pajak adalah:
a) Objek yang digunakan semata-mata untuk melayani
kepentingan umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan,
pendidikan, dan kebudayaan nasional, serta tidak dimaksudkan
untuk memperoleh keuntungan.
b) Objek yang digunakan untuk kepentingan kuburan,
peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu.
c) Objek yang merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan
wisata, taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai
oleh desa, dan tanah Negara yang belum dibebani suatu hak.
d) Objek yang digunakan oleh perwakilan diplomatik dan
konsulat dengan berdasarkan adanya perlakuan timbal balik.
e) Objek yang digunakan oleh badan atau Perwakilan Organisasi
Internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan.22
Dari penjelasan di atas, pada dasarnya semua yang ada di
wilayah Indonesia baik tanah, perairan maupun bangunan menjadi
objek PBB, namun ternyata ada beberapa objek yang tidak
dimasukan ke dalam objek PBB atau disebut bukan objek PBB,
dimana yang termasuk bukan objek PBB ialah setiap bumi atau

21
Muttaqin, op. cit., h. 14
22
Undang-Undang Pajak Dilengkapi dengan UU Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah+PTKP 2006 (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2006), h. 266
26

bangunan yang terlihat (nyata) yang memiliki kegunaan untuk


kepentingan umum dan tidak digunakan untuk kepentingan atau
keuntungan pribadi.

e. Subjek Pajak dan Wajib Pajak


Tidak hanya mengetahui objek dan bukan objek Pajak Bumi
dan Bangunan saja yang wajib diketahui, ada pula yang perlu
diketahui ialah subjek PBB sebagai pelaku yang memiliki bumi
dan bangunan di wilayah Indonesia.
Dalam UU Pajak Pasal 4 Ayat 1 PBB, yang menjadi subjek
pajak PBB adalah “orang atau badan yang secara nyata mempunyai
suatu hak atas bumi dan/atau memperoleh manfaat/atas bumi,
dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas
bangunan.”23
Menjadikan orang atau badan sebagai subjek pajak, pada buku
Rochmat Soemitro dan Zainal Muttaqin, mengatakan bahwa
jangkauan UU PBB yang luas, memungkinkan orang atau badan
tanpa memiliki atau mempunyai hak yang sah atas tanah dan atau
bangunan, dapat mempunyai hak atas tanah atau bangunan
berdasarkan suatu perjanjian yang berdasar pada kekuatan
hukum.24
Setiap warga Negara Indonesia yang bertempat tinggal di
Indonesia dan memiliki ataupun yang memperoleh manfaat dari
tanah, perairan dan atau bangunan secara nyata ditetapkan sebagai
subjek pajak.
Setiap subjek pajak PBB, belum tentu merupakan wajib pajak
PBB, karena setiap subjek pajak belum tentu mereka memperoleh
manfaat atas bumi dan bangunan tersebut bisa saja orang lain yang
dipercayai menggunakan bumi dan bangunan tersebut yang
menjadi wajib pajak, adapun orang yang menguasai atau menyewa

23
Ibid., h. 267
24
Muttaqin., h. 17
27

objek pajak bumi dan bangunan akan menjadi wajib pajak yang
harus membayarkan pajak PBB.
Jika dari suatu objek pajak, baik yang berupa tanah atau
bangunan belum diketahui dengan pasti siapa yang harus
membayar pajaknya, umpama karena yang mempunyai hak
atau pemiliknya tidak diketahui, tetapi ada yang menguasai,
dan pula ada orang yang memperoleh manfaat dari objek itu,
maka Direktur Jendral Pajak oleh undang-undang diberi
wewenang untuk menunjuk dan menetapkan subjek pajak.25
Orang atau badan yang menjadi subjek pajak, namun karena
terjadi peristiwa atau keadaan tertentu maka subjek pajak bisa tidak
menjadi wajib pajak, dan dapat dilimpahkan kepada orang atau
badan yang memanfaatkan bumi dan atau bangunan tersbeut.
Berikut akan dijelaskan mengenai ketentuan-ketentuan khusus
siapa yang menjadi subjek pajak diatur sebagai berikut:

a) Subjek Pajak yang memanfaatkan atau menggunakan bumi dan


atau bangunan milik orang lain bukan karena suatu hak
berdasarkan undang-undang atau bukan karena perjanjian,
maka ditetapkan sebagai Wajib Pajak.
b) Subjek Pajak yang masih dalam sengketa pemilikan di
pengadilan, maka orang atau badan yang memanfaatkan atau
menggunakan objek pajak tersebut ditetapkan sebagai Wajib
Pajak.
c) Subjek Pajak yang dalam waktu lama berada di luar wilayah
letak objek pajak yang dimilikinya, sedangkan untuk merawat
objek pajak tersebut dikuasakan atau diserahkan kepada pihak
lain (orang atau badan), maka pihak tersebut dapat ditunjuk
sebagai Wajib Pajak.26

25
Ibid., h. 18
26
Resmi Buku 2, op. cit., h. 232
28

f. Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dan Nilai Jual Kena Pajak
(NJKP)
Nilai jual objek pajak (NJOP) pada buku Rochmat Soemitro
dan Zainal Muttaqin, “Pasal 6 Ayat (1) UU PBB 1985 menentukan
bahwa yang dijadikan dasar untuk pengenaan pajak adalah Nilai
Jual Objek Pajak. Nilai Jual Objek Pajak setiap tiga tahun
ditetapkan oleh Menteri Keuangan, kecuali untuk daerah tertentu
ditetapkan setiap tahun.”27 Atas ketentuan nilai jual objek pajak,
akan ditentukan nilai jual kena pajak (NJKP) yang harus
dibayarkan oleh wajib pajak.
Walaupun Nilai Jual Objek PBB ditetapkan tiga tahun sekali,
namun Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang dikenakan setiap
tahun. Dari NJOP ini ditetapkan NJKP (Nilai Jual Kena Pajak)
dengan menerapkan persentase yang berkisar antara 20%
sampai 100% yang setiap kali ditetapkan berdasarkan
peraturan pemerintah.28
Penetapan Nilai Jual Kena Pajak secara pasti yaitu sebesar
20% dari Nilai Jual Objek Pajak (NJKP= 20% x NJOP), ditetapkan
dengan persentase 20% agar tidak terlalu membebani masyarakat,
dimana kemampuan ekonomi untuk membayar pajak masyarakat
berbeda-beda, yang akhirnya dipilih jalan tengah agar masyarakat
masih mampu untuk membayar pajak dan daerah tetap
mendapatkan penerimaan pajak untuk pembangunan.29
Namun, dalam perjalannya telah terjadi beberapa perubahan
atau perkembangan terhadap PP No. 46 Tahun 1985. Dan yang saat
ini masih digunakan adalah PP No. 25 Tahun 2002.
Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya,
persentase Nilai Jual Kena Pajak dengan memerhatikan kondisi
ekonomi nasional, maka ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah
yaitu PP No. 25 Tahun 2002 tentang Penetapan Besarnya Nilai Jual

27
Muttaqin, op. cit., h. 11
28
Ibid., h. 12
29
Ibid.
29

Kena Pajak untuk Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan,


mengatur besarnya NJKP yaitu:

1) Besarnya NJKP untuk persentase 40% (empat puluh persen)


dari NJOP, diberlakukan pada:
a) Objek pajak perkebunan,
b) Objek pajak kehutanan,
c) Objek pajak lainnya yang NJOP-nya sama atau lebih besar
dari Rp. 1.000.000.000 (satu miliar rupiah).
2) Besarnya NJKP untuk persentase 20% (dua puluh persen) dari
NJOP diberlakukan pada:
a) Objek pajak pertambangan,
b) Objek pajak lainnya, yang NJOP-nya kurang dari Rp
1.000.000.000 (satu miliar rupiah).30

g. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)


Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)
merupakan besaran pajak yang tidak dikenai sebagai objek pajak
yang harus dibayarkan Wajib Pajak.
Besarnya NJOPTKP ditetapkan sebesar Rp. 12.000.000 (dua
belas juta rupiah) untuk setiap Wajib Pajak. NJOPTKP diberikan
pada objek pajak yang memiliki nilai tertinggi, jika dimisalkan
wajib pajak memiliki beberapa objek pajak, dan hanya satu objek
pajak yang bisa diberlakukan NJOPTKP. Sedangkan Objek Pajak
lainnya tetap dikenakan pajak secara penuh. Penetapan besarnya
NJOPTKP pada setiap Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Kepala
Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak atas nama Menteri
Keuangan dengan mempertimbangkan pendapat Pemerintah
Daerah setempat.31

30
Resmi Buku 2, op. cit., h. 233
31
Ibid., h. 234
30

h. Tarif Pajak
Pasal 5 UU PBB, tarif pajak yang diberlakukan untuk
pemungutan objek pajak dalam bentuk persentasinya adalah 0,5%
(lima persepuluh persen).32

i. Cara Menghitung Pajak


Setelah diketahui tentang persentase NJKP dan NJOP yang
pengenaan nilainya bergantung pada keadaan ekonomi
masyarakatnya, serta mengetetahui tarif pajak yang diberlakukan
pada PBB. Maka, cara penghitungan pajak terutang PBB yaitu:

PBB terutang = tarif × NJKP × NJOP

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Membayar Pajak

Kepatuhan merupakan keadaan seseorang tunduk dan mengikuti


peraturan yang berlaku. Seperti halnya kepatuhan dalam membayar
pajak yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Masalah
membayar pajak adalah suatu masalah yang kompleks dan sensitif,
karena menyangkut dengan keikutsertaan seseorang untuk memberikan
sebagian hartanya kepada Negara. Masalah yang terjadi akibat ketidak
patuhan wajib pajak untuk membayarkan kewajibannya adalah
pemasukan kas yang diterima oleh Negara menjadi renda, atau tidak
sesuai dengan jumlah pajak yang seharusnya masuk ke Negara.
Dikutip dari Surya Manurung, faktor yang membuat rendahnya
seseorang dalam membayar pajak yaitu ketidak puasan masyarakat
terhadap pelayanan publik, pembangunan infrastruktur yang tidak
merata, dan banyaknya kasus korupsi oleh pejabat tinggi.33 Faktor
tersebut ditambahkan oleh Kurniawan dalam John Hutagaol, faktor
yang dapat menghambat tidak patuhnya seseorang adalah rendahnya
kesadaran masyarakat untuk membayar pajak, belum optimalnya

32
Undang-Undang Pajak, op.cit, h. 267
33
Surya Manurung, Kompleksitas Kepatuhan Pajak, 2017,
http://www.pajak.go.id/content/article/kompleksitas-kepatuhan-pajak
31

pelaksanaan penyuluhan dan pelayanan di bidang perpajakan, dan


banyaknya potensi pajak yang belum tergali dan terealisasi secara
optimal sehingga tax rationya rendah.34 Faktor tidak patuh tersebut,
terlihat bahwa terdapat faktor dari luar maupun dari dalam wajib pajak
tersebut. faktor luar yaitu dari sisi pemerintah yang kurang dalam
memberikan pelayanan pada masyarakat. Ditambah pula kurang
transparansinya penggunaan pajak yang diterima, seperti yang
dikemukakan oleh John Hutagaol “…bila pemerintah tidak dapat
menunjukan penggunaan pajak secara transparan dan akuntabilitas,
maka wajib pajak tidak mau membayar pajak dengan benar”.35
Selanjutnya, faktor yang menghambat kepatuhan adalah faktor dalam
dari sisi wajib pajak, kurangnya kesadaran akan pentingnya membayar
pajak membuat masyarakat enggan untuk mau membayar pajak.
Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu, mengatakan bahwa faktor
yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak adalah kondisi sistem
administrasi perpajakan Negara, pelayanan kepada wajib pajak,
penegakan hukum perpajakan, pemeriksaan pajak, tarif pajak, dan
sanksi.36 Sistem administrasi yang baik, akan membuat wajib pajak
merasa nyaman dalam melaporkan pajaknya, dengan pelayanan dari
petugas pajak yang baik, penggunaan hukum yang adil, ketegasan
sanksi dan tarif yang tidak memberatkan akan membuat wajib pajak
mau untuk membayar pajaknya. Terdapat beberapa hasil penelitian
yang menyangkut kepatuhan wajib pajak, disajikan sebagai berikut:
John Hutagaol37 pada hasil penelitian dikatakan bahwa variabel-
variabel yang mempengaruhi kepatuhan adalah besarnya penghasilan,
sanksi pajak, persepsi penggunaan uang pajak secara transparan dan

34
Jhon Hutagaol, Strategi Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak, 2017,
http://www.pajak.go.id/content/strategi-meningkatkan-kepatuhan-wajib-pajak
35
Ibid.
36
Devano, op.cit., h. 112
37
Hutagaol, loc.cit
32

akuntabilitas, perlakuan perpajakan yang adil, penegakan hukum, dan


database.
Ajat Sudrajat dan Arles Parulian Ompusunggu38 hasil
penelitiannya mengatakan bahwa pemanfaatan teknologi informasi,
sosialisasi pajak dan pengetahuan perpajakan yang baik akan membuat
wajib pajak menjadi patuh, dan semakin meningkatnya varaiabel
tersebut, akan meningkatkan kepatuhan.
Wahyu Purwanto, Fadjar Harimurti, dan Dewi Saptantinah Puji
Astuti39 hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa, tingkat ekonomi,
pengetahuan pajak, kepercayaan masyarakat, dan kontrol petugas desa
berpengaruh dalam kepatuhan. Ditambah pula, bahwa variabel
moderasi control petugas dapat membuat variabel lain berpengaruh
lebih kuat pada kepatuhan.
Johan Yusnidar, Sunarti, dan Arik Prasetya 40 hasil penelitian
bahwa SPPT, Pengetahuan Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan,
Kesadaran Wajib Pajak, dan Sanksi Pajak berpengaruh terhadap
kepatuhan.
Dari penelitian-penelitian terdahulu yang telah di jelaskan di atas,
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan seseorang
membayar pajak adalah:
1) Pemeriksaan pajak
2) Tarif pajak
3) Besarnya penghasilan (pendapatan)
4) Sanksi pajak

38
Ajat Sudrajat dan Arles Parulian Ompusunggu, Pemanfaatan Teknologi Informasi,
Sosialisasi Pajak, Pengetahuan Perpajakan, dan Kepatuhan Pajak, Jurnal Riset Akuntansi dan
Perpajakan JRAP,2015, pp. 193 - 202
39
Wahyu Purwanto, Fadjar Harimurti, dan Dewi Saptantinah Puji Astuti, Pengaruh
Tingkat Ekonomi, Pengetahuan Pajak dan Kepercayaan Masyarakat Terhadap Kepatuhan Pajak
Bumi dan Bangunan Dengan Kontrol Petugas Desa Sebagai Variabel Moderating, Jurnal
Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi, 2015, pp. 293 – 303
40
Johan Yusnidar, Sunarti, dan Arik Prasetya, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Melakukan Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan (Studi Pada Wajib Pajak Pbb-P2 Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang), Jurnal
Perpajakan (JEJAK), 2015, h. 1
33

5) Persepsi penggunaan uang pajak secara transparan dan


akuntabilitas
6) Penegakan hukum (keadilan perpajakan)
7) Database
8) Sistem perpajakan yang baik
9) Pemanfaatan teknologi informasi
10) Sosialisasi pajak
11) Pengetahuan perpajakan
12) Kepercayaan masyarakat
13) Kontrol petugas desa
14) SPPT
15) Kualitas pelayanan
16) Kesadaran wajib pajak
Faktor yang mempengaruhi kepatuhan maupun yang tidak
berpengaruh kepada seseorang patuh untuk membayar pajak, dari
semua faktor tersebut pada dasarnya dipengaruhi oleh dua faktor
internal dan eksternal dari wajib pajak. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, faktor internal adalah dari dalam diri wajib pajak, di mana
mereka mau atau tidak untuk mengikuti suatu aturan yang telah dibuat
oleh Negara. Sedangkan faktor eksternal, dari sisi pemerintahan, jika
pemerintahan suatu Negara baik, transparan pada alokasi pajak dan
memperhatikan kepatuhan wajib pajak. Maka, pemerintahan tersebut
akan membuat suatu sistem perpajakan dan database yang baik,
mudah, dan lengkap. Seperti yang dijelaskan oleh John Hutagaol,
database yang lengkap dan akurat mendorong kepatuhan wajib pajak
karena database menyediakan data dan informasi mengenai seluk
beluk usaha wajib pajak termasuk kepatuhan pembayaran dan
pelaporan pajak secara akurat dan real-time”.41 Hal ini, diperkuat oleh
Dwi Martani, bahwa untuk membuat wajib pajak mentaati peraturan
adalah dengan sistem perpajakan dan database yang baik.42
Transparansi dari pemerintah dalam penggunaan pajak, akan membuat

41
Hutagaol, loc.cit
42
Dwi Martani, Kepatuhan Pajak Dalam Perpajakan, Ecomoics Business Accounting
Review, h. 43
34

masyarakat tau pajak yang mereka bayarkan dipakai untuk hal apa
saja. John Hutagaol mengatakan bahwa “…pajak digunakan oleh
Pemerintah secara transparan dan akuntabilitas mendorong kepatuhan
wajib pajak. Wajib pajak memenuhi kewajiban pembayaran pajak bila
uang pajak nantinya diperuntukan untuk membiayai pemerintahan
yang bersih dan berwibawa (good governance) serta pembangunan”.43
Faktor internal dan eksternal tersebut jika sudah berjalan dengan
baik, bukan hal yang tidak mungkin wajib pajak akan patuh. Namun,
tetap perlu diperhatikan bahwa faktor-faktor lainnya dapat berpengaruh
pula sebagai pendorong kepatuhan, seperti halnya sosialisasi yang
baik, besarnya pendapatan, pemahaman, dan lainnya.
4. Sanksi
Sanksi merupakan hukuman yang diberikan kepada seseorang
yang melanggar suatu aturan yang telah dibuat, sanksi dalam
perpajakan adalah hukuman yang diberikan kepada wajib pajak yang
tidak patuh atau melanggar aturan yang sudah ditetapkan. Contoh
dalam perpajakan seperti telat membayar pajak ataupun membuat
keterangan yang tidak benar pada SPT. Sejalan dengan pemaparan
sanksi tersebut, menurut Elisyah “penegakan sanksi perpajakan
diberlakukan untuk menciptakan kepatuhan wajib pajak dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya”.44 Sanksi yang diberikan
kepada wajib pajak yang melanggar bisa berupa sanksi denda
(administrasi) dengan membayarkan sejumlah uang atau bahkan sanksi
pidana.
a. Sanksi denda (administrasi)
Sanksi terhadap Wajib Pajak ada dua jenis, yaitu denda
administrasi dan sanksi pidana. Sanksi administrasi bisa berupa
denda maupun bunga. Sanksi berupa denda 25% dikenakan saat

43
Hutagaol, loc.cit
44
Nina Elisyah Siagian, Analisis Sejumlah Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
Masyarakat Desa dan Kota dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Kota
Padangsidimpuan, Tesis Pada Universitas Sumatera Utara, 2014, h. 30
35

terlambat atau tidak mengembalikan SPOP yang disampaikan oleh


Direktur Jendral Pajak, sehingga dikenakan SKP. Terdapat pula
denda berupa bunga 2% sebulan pada Wajib Pajak yang tidak
membayar pajak saat jatuh tempo.45
Sejalan dengan penjelasan di atas tentang sanksi denda yang
diberikan kepada Wajib Pajak yang melanggar ketentuan hukum,
dalam buku Mardiasmo dijelaskan lebih dalam.
a) Apabila SPOP tidak disampaikan dan setelah ditegur sacara
tertulis tidak disampaikan sebagaimana ditentukan dalam Surat
Teguran, ditagih dengan Surat Ketetapan Pajak. jumlah pajak
yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak adalah pokok pajak
ditambah dengan denda administrasi sebesar 25% (dua puluh
lima persen) dihitung dari pokok pajak.
b) Pajak yang terhutang yang pada saat jatuh tempo pembayaran
tidak dibayar atau kurang dibayar, dikenakan denda
administrasi sebesar 2% (dua persen) sebulan, yang dihitung
dari saat jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran untuk
jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan.46

b. Sanksi Pidana
Pajak merupakan kewajiban setiap warga Negara yang harus
dibayarkan, karena kewajiban adalah hutang. Jika ada orang atau
badan yang tidak membayarkan pajaknya, maka akan dikenakan
sanksi, sebelumnya sudah dijelaskan tentang sanksi administrasi
atau denda. Sanksi selanjutnya adalah sanksi pidana, sanksi ini
diberikan kepada pelanggarnya dengan hukuman kurungan penjara.
“Sanksi pidana untuk tindak pidana di bidang perpajakan tidak ada
yang berupa hukuman mati atau hukuman seumur hidup, tapi

45
Muttaqin, op.cit., h. 54
46
Mardiasmo, op.cit, h. 353
36

hanya hukuman penjara yang tidak lebih dari 7 tahun.”47


Penjelasan tentang sanksi pidana telah dibahas oleh Rochmat
Soemitro dan Zainal Muttaqin dalam buku Pajak Bumi dan
Bangunan, yaitu
Sanksi pidana adalah sanksi yang dijatuhkan oleh Hakim
Pidana untuk kejahatan. Agar hakim pidana dapat
menjatuhkan sanksi pidana terhadap sesuatu perbuatan
disyaratkan adanya ketentuan tentang perumusan perbuatan
yang dikategorikan sebagai tindak pidana, dan sekalian ada
ancaman sanksi yang ditentukan secara pasti.48
Sanksi pidana tidak serta merta diberikan kepada orang atau
badan tanpa ada ketentuan apa yang dilanggar dan berapa lama
kurungan penjara yang diberikan. Dalam sanksi pidana pajak bumi
dan bangunan (PBB), tindak pidana yang diberikan kepada
pelanggar ada dua kriteria yaitu karena kealpaan atau tidak
disengaja dan karena kesengajaan. Sanksi pidana untuk pajak PBB
ditetapkan dalam hukum formal yaitu pada “UU No. 16 Tahun
2000”.49
Sanksi pidana pada pasal 24 UU PBB, terhadap orang maupun
badan yang karena kealpaannya, tidak mengembalikan atau tidak
menyampaikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak kepada Direktur
Jendral Pajak, tapi jika hanya terlambat menyampaikan SPOP
hanya dikenakan sanksi denda atau administrasi. Selanjutnya, bagi
orang atau badan yang karena kealpaannya, menyampaikan Surat
Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dengan isi yang tidak benar,
tidak lengkap, memberikan lampiran keterangan tidak lengkap,
maupun isi tidak benar. Sehingga dapat menimbulkan kerugian
pada Negara, hal itu akan diberikan hukuman berupa pidana

47
Rochmat Soemitro, Asas dan Dasar Perpajakan 3 (Bandung: Eresco, 1991), cet. 2, h.
17
48
Muttaqin, op. cit., h. 59
49
Ibid.
37

kurungan selama-lamanya enam bulan atau denda setinggi-


tingginya dua kali pajak yang terhutang.50
Seorang Wajib Pajak bisa saja melakukan suatu kealpaan
dalam membayar pajaknya, “kealpaan berarti tidak sengaja, lalai,
kurang hati-hati sehingga perbuatan tersebut mengakibatkan
kerugian bagi Negara.”51 Dengan sebab tersebut, sanksi pidana
yang diberikan tidak terlalu berat, yaitu pidana kurungan maksimal
6 bulan. Namun, dalam kategori Wajib Pajak yang melanggar
karena disengaja, hukuman yang diberikan akan lebih berat yaitu
sekitar 2 tahun.
Pasal 25 mengancamkan sanksi pidana berupa pidana penjara
paling lama dua tahun atau denda paling tinggi lima kali pajak
pajak yang terhutang kepada siapapun (orang atau badan) yang
dengan sengaja:
1) Tidak mengembalikan/menyampaikan Surat Pemberitahuan
Objek Pajak kepada Direktorat Jendral Pajak;
2) Menyampaikan surat Pemberitahuan Objek Pajak yang isinya
tidak benar, tidak lengkap dan/atau melampirkan keterangan
yang tidak benar;
3) Memperlihatkan surat palsu atau yang dipalsukan atau
memperlihatkan dokumen lain yang palsu atau dipalsukan
seolah-olah itu benar.52
Sanksi perpajakan yang dilandasi oleh hukum yang tegas,
diharapkan dapat membuat wajib pajak dapat memenuhi kewajiban
perpajakannya. Sesuai dengan yang dikatakan oleh Elisyah
“pengenaan sanksi perpajakan oleh wajib pajak dapat

50
Ibid., h. 60
51
Mardiasmo., op.cit, h. 354
52
Muttaqin., loc.cit
38

menyebabkan terpenuhinya kewajiban perpajakan oleh wajib pajak


sehingga dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak itu sendiri.53
Variabel independen yang pertama, diteliti karena melihat
bahwa sanksi sangat berpengaruh pada seseorang untuk patuh,
terlihat bahwa kepatuhan diukur dari seseorang tepat waktu dalam
membayar pajak, ini berkaitan dengan sanksi administrasi (denda).
Seseorang tidak melakukan tindak pidana dalam masalah
perpajakan, ini berkaitan dengan sanksi pidana dalam perpajakan
yang telah dijelaskan di atas. Pengambilan variabel ini pun didasari
dari beberapa penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa sanksi
berpengaruh terhadap kepatuhan seseorang dalam membayar pajak.
penelitian terdahulu tersebut diantaranya (Jhon Hutagaol, 2013)54,
(Johan Yusnidar, Sunarti, dan Arik Prasetya, 2015)55, (Amanda R.
Siswanto Putri dan I Ketut Jati)56, (Regiansyah Widhi Sopana,
Suharno, dan Djoko Kristianto)57, (Yennita Asriyani dan Karona
Cahya Susena)58.
5. Sosialisasi
Istilah sosialisasi sangat erat kaitannya dengan manusia sebagai
makhluk sosial yang harus bersosialisasi untuk bisa belajar tentang
norma, nilai, cara bertingkah laku kepada manusia lain. Karena sifat
manusia yang tidak bisa hidup sendiri dalam artian bahwa manusia
membutuhkan manusia lain untuk memenuhi kebutuhannya, saling
adanya timbal balik antar individu dalam kehidupan bersama. Manusia
53
Elisyah, op.cit., h. 31
54
Hutagaol., loc.cit.
55
Prasetya., loc.cit.
56
Amanda R. Siswanto Putri dan I Ketut Jati, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor Di Denpasar, E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana, 2013, pp. 661-677
57
Regiansyah Widhi Sopana, Suharno, dan Djoko Kristianto, Analisis Kepatuhan
Masyarakat Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan Dengan Dipengaruhi Tingkat
Pendidikan, Tingkat Ekonomi, Peran Pemerintah Dan Sanksi Administrasi, Jurnal Akuntansi dan
Sistem Teknologi Informasi, 2016, pp. 480-488
58
Yennita Asriyani dan Karona Cahya Susena, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kepatuhan Wajib Pajak Bumi Dan Bangunan Di Kecamatan Teluk Segara Kota Bengkulu,
Ekombis Review – Yennita Asriyani dan Karona Cahya Susena, 2016, pp. 136-145
39

dituntut untuk bisa hidup menyesuaikan diri atau bersosialisasi dengan


manusia lain untuk lebih meningkatkan taraf hidupnya.
Sosialisasi adalah proses belajar yang dilakukan oleh seseorang
(individu) untuk berbuat atau bertingkah laku berdasarkan patokan
yang terdapat dan diakui dalam masyarakat. dalam proses belajar
atau penyesuaian diri itu seseorang kemudian mengadopsi
kebiasaan, sikap dan ide-ide dari orang lain; kemudian seseorang
mempercayai dan mengakui sebagai milik pribadinya.59
Sejalan dengan pengertian sosialisasi yang disebutkan di atas,
pengertian tentang sosialisasi yang dikemukakan oleh Hassan Shadily
“sosialisasi sebagai suatu proses di mana seseorang mulai menerima
dan menyesuaikan diri kepada adat-istiadat suatu golongan, di mana
lambat laun ia akan merasa sebagai dari golongan itu.”60 Dalam
penjelasan tentang soialisasi tersebut, bahwasannya sosialisasi
merupakan proses belajar individu, sesuai dengan adat atau kebiasaan
yang sudah diakui masyarakat setempat, sebagai patokan dalam
menyesuaikan diri guna menjadi bagian dari golongan tersebut.
Pendapat lain tentang pengertian sosialisasi yang dikemukakan
oleh beberapa tokoh yaitu “Robert M.Z. Lawang, sosilaisasi
merupakan proses mempelajari norma, nilai, peran, dan semua
persyaratan lainnya yang diperlukan untuk memungkinkan partisipasi
yang efektif dalam kehidupan sosial.”61 Hal serupa tentang sosialisasi
dikemukakan pula oleh M. Sitorus, beliau mengatakan bahwa
“sosialisasi merupakan proses di mana seseorang mempelajari pola-
pola hidup dalam masyarakat sesuai dengan nilai-nilai, norma dan
kebiasaan yang berlaku untuk berkembang sebagai anggota
masyarakat dan sebagai individu (pribadi).”62 Manusia sebagai
makhluk sosial yang membutuhkan manusia lain dengan adanya suatu

59
Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2012), cet. 4, h. 57
60
Ibid., h. 58
61
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya Edisi 1 (Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group, 2013), cet. 3, h. 156
62
Ibid.
40

penyesuaian dalam kehidupannya agar bisa diterima dalam suatu


golongan masyarakat.
Dari beberapa penjelasan yang telah dikemukakan di atas, dapat
diambil kesimpulan bahwa sosilaisasi merupakan proses belajar atau
mempelajari seorang individu dalam kelompok masyarakat yang
menjadi patokan dalam bertindak seperti norma, nilai, peran, agar
individu bisa menyesuaikan diri dengan aturan yang ada dan dapat
diterima sebagai anggota masyarakat. kaitannya dalam perpajakan,
adanya sosialisasi agar masyarakat dapat mengetahui serta memahami
tentang norma yang berlaku dalam perpajakan, tentang pentingnya
pajak untuk masyarakat dan bahwa pajak adalah suatu kewajiban
dalam kelompok masyarakat hukum seperti Indonesia. Norma atau
aturan perpajakan dijadikan sebagai norma yang harus diikuti oleh
warga Negara sebagai bentuk partisipasi dalam kehidupan sosial
mereka. Perpajakan memiliki aturan yang berdasarkan hukum, maka
bagi orang yang tidak mengikuti aturan tersebut, akan diberikan
hukuman.
Sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah untuk memberikan
pemahaman kepada masyarakat mengenai perpajakan, ataupun
mengenai pemberian informasi tentang kebijakan yang dilakukan
pemerintah tentang pajak. Sosialisasi ini dilakukan baik secara
langsung yaitu dengan melakukan pendekatan kepada masyarakat
seperti melalui seminar tentang pajak. Seperti halnya sosialisasi yang
dilakukan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani pada siswa SD hingga
mahasiswa, yang dikutip dari liputan6.com pada tanggal 12 agustus
2017. Sosialisasi dalam penerapannya ada dua cara, salah satunya yaitu
sosialisasi represif (repressive socialization), “sosialisasi represif
adalah sosialisasi yang di dalamnya terdapat sanksi jika pihak-pihak
yang tersosialisasi seperti anak atau masyarakat melakukan
41

pelanggaran.”63 Sosialisasi represif ini seperti halnya sosialisasi


pemerintah sebagai pihak yang berkuasa kepada masyarakat, tentang
pengetahuan perpajakan sebagai suatu kewajiban yang harus dipenuhi
masyarakat. Sosialisasi seperti ini mengharapkan suatu kesadaran serta
kepatuhan masyarakat untuk menjadi lebih baik dalam memenuhi
kewajiban pajaknya. Sosialisasi ini jika tidak dipenuhi maka akan
berdampak kepada pemberian sanksi baik administrasi bahkan sanksi
pidana bagi orang-orang yang lalai atau melanggarnya.
Sosialisasi sebagai suatu kegiatan yang dilakukan pemerintah
guna memberikan pengetahuan maupun informasi pajak kepada
masyarakat. Dikutip dari website resmi Direktorat Jendral Pajak
Kementerian Keuangan dan website lainnya tentang sosialisasi yang
dilakukan dirjen pajak pusat maupun dirjen pajak daerah tentang pajak.
Beberapa sosialisasi pajak yang dilakukan antara lain:
1) Sosialisasi pelaporan SPT Tahunan PPh 2015 melalui E-filing KPP
Pratama Baubau.
2) Dirjen Pajak memberikan sosialisasi Tax Amnesty kepada artis.
3) Berikan pemahaman pajak sejak dini, KPP Kalideres Gelar Patur
(pajak bertutur).
4) Sosialisasi perpajakan bagi koperasi.
5) Ratusan Mahasiswa Bandung memadati sosialisasi pajak bertutur
di Universitas Widyatama.
Sosialisasi pajak yang dilakukan oleh Dirjen Pajak yang terlihat
dari beberapa informasi di atas, memperlihatkan bahwa sudah terdapat
sosialisasi yang dilakukan Dirjen Pajak, maupun sosialisasi yang
dilakukan dari daerah masing-masing wilayah di Indonesia tentang
pemahaman pajak bagi masyarakatnya.
Tidak hanya melalui seminar atau pendekatan secara langsung
dengan wajib pajak saja yang dapat dilakukan, untuk memberikan
informasi pajak atau peraturan tentang pajak dapat pula dengan
63
Ibid., h. 159
42

menggunakan media lain, contohnya media elektronik atau cetak.


Seperti yang dipaparkan pada artikel oleh Herry Susanto, bahwa
sosialisasi dapat dilakukan melalui media elektronik maupun cetak,
seperti talkshow di radio atau televisi, koran, tabloid, majalah, iklan,
serta pada spanduk, banner, dan papan iklan.64 Diharapkan dengan
adanya sosialisasi kepada masyarakat, dapat memberikan stimulus
yang positif agar masyarakat mau untuk membayar pajak.
Pemberian informasi atau sosialisasi yang dilakukan oleh
pemerintah. Seperti yang dikemukakan oleh Samudera dalam
Zulfakhry, mengatakan bahwa melakukan sosialisasi perlu adanya
strategi dan metode yang tepat, yang dapat diaplikasikan. Yaitu
publikasi, kegiatan, pemberitaan, keterlibatan komunitas, pencantuman
identitas, dan pendekatan pribadi.65 Pemberian informasi yang baik,
adanya pendekatan dari pemerintah secara langsung kepada
masyarakat dalam rangka pembinaan tentang perpajakan, merupakan
hal yang sangat baik dilakukan guna membentuk sikap patuh
masyarakat akan kewajiban perpajakannya.
Seperti halnya sosialisasi tentang kemudahan pembayaran pajak
yang dilakukan oleh kabupaten tangerang, yang sudah pernah dibahas
sebelumnya, yaitu tentang cara membayar pajak PBB yang bisa
dilakukan di minimarket terdekat maupun bank. Dari adanya
sosialisasi akan memberikan pengetahuan dan pemahaman wajib pajak
terhadap perpajakan, baik mengenai dasar penggunaan pajak,
pengurangan pajak, pengampunan pajak, dan kemudahan pembayaran
pajak, dan sebagainya.
Pengambilan variabel kedua, didasari pada keadaan masyarakat di
desa Gandaria, dari wawancara kepada petugas kelurahan, saat ada

64
Herry Susanto, loc.cit.
65
Zulfakhry Nasbi, “Analisis Pengaruh Penerapan Sensus Pajak, Sosialisasi Pajak dan
Persepsi Efektifitas Sistem Perpajakan Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
pada KPP Wilayah Jakarta Selatan”, Sarjana S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2014, h. 36
43

perubahan kebijakan seperti halnya pembayaran PBB yang bisa


dilakukan ke bank maupun minimarket, telah disosialisasikan kepada
masyarakat. hal ini, guna memudahkan masyarakat dalam membayar
pajaknya. Faktor seperti pengetahuan, pemahaman, kemudahan
pembayaran pajak tidak akan diketahui masyarakat tanpa adanya
sosialisasi yang baik dari pemerintah. Sosialisasi sangat penting untuk
memupuk pengetahuan dan pemahaman yang baik pada masyarakat,
dari sosialisasi yang baik diharapkan masyarakat akan tahu kewajiban
mereka, cara membayarkan pajak, dan pemanfaatan pajak. Jika tidak
ada sosialisasi, akan sulit bagi wajib pajak yang ingin membayar
pajaknya. Pada penelitian Sapti Wuri Handayani, Agus Faturokhman,
dan Umi Pratiwi
sosialisasi berupa penjelasan kepada seluruh masyarakat yang
menjadi Wajib Pajak akan pentingnya dan manfaat membayar
pajak seperti penyuluhan atau pertemuan ditingkat desa lebih
ditingkatkan atau lebih intensif, serta memberikan training
pengisian SPT dengan menggunakan media online yang diberikan
secara berkesinambungan, pengisian SPT merupakan salah satu
faktor yang dianggap menghambat dalam membayar pajak karena
belum cukup mengerti dalam pengisiannya.66

Perubahan kebijakan, kemudahan membayar pajak, maupun tata


cara membayar pajak, tidak akan langsung bisa diberikan kepada
masyarakat tanpa adanya suatu strategi untuk penyampaiannya. Perlu
adanya jembatan penghubung untuk memberikan suatu penyuluhan
kepada para wajib pajak untuk mengetahui tentang hal-hal perpajakan.
Pengetahuan, pemahaman, adanya kebijakan, tata cara pembayaran
pajak, tidak bisa secara langsung diketahui oleh wajib pajak tanpa
adanya pemberitaan ataupun penyuluhan. Dikemukakan oleh Purnomo
dalam Timbul Hamonangan Simanjuntak dan Imam Mukhlis,
“membuat program dan kegiatan yang diharapkan dapat menyadarkan
dan meningkatkan kepatuhan sukarela khususunya wajib pajak yang

66
Sapti Wuri Handayani, Agus Faturokhman, dan Umi Pratiwi, Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan
Bebas, 2017, http://sna.akuntansi.unikal.ac.id/makalah/085-PPJK-14.pdf
44

selama ini belum patuh. Programnya antara lain adalah: program


kampanye sadar dan perduli pajak, program pengembangan pelayanan
perpajakan”.67 Cara untuk memberikan hal tersebut adalah dengan
sosialisasi yang baik dari pemerintah, peran pemerintah sangat penting
dalam menumbuhkan kepatuhan wajib pajak, pendekatan dengan cara
sosialisasi yang dilakukan pemerintah akan membuat wajib pajak
merasa diikut sertakan dalam pembangunan dengan cara membayar
pajak, serta membuat wajib pajak paham tentang tata cara perpajakan
dan kebijakan pajak yang dilakukan.
Terlihat bahwa sosialisasi penting untuk menumbuhkan
pemahaman pada wajib pajak agar mereka tidak kesulitan jika harus
membayarkan pajaknya. Penelitian dan artikel terkait yang
mengatakan sosialisasi sebagai faktor yang berpengaruh pada
kepatuhan di antaranya (Ajat Sudrajat, Arles Parulian Ompusunggu)68,
(Imam Suryadi, Imam Suyadi, dan Sunarti)69, (Donny Binambuni)70,
(Herry Susanto)71.

6. Pendapatan
Pendapatan merupakan suatu hasil balas jasa dari usaha seseorang
yang didapatkannya baik berupa uang maupun barang. Dalam buku
Arifin Sitio dan Halomoan Tamba, dikatakan bahwa
Dalam pengertian ekonomi, pendapatan dapat berbentuk
pendapatan nominal dan pendapatan riil. Pendapatan nominal
adalah pendapatan seseorang yang diukur dalam jumlah satuan
uang yang diperoleh. Sedangkan pendapatan riil adalah
pendapatan seseorang yang diukur dalam jumlah barang dan jasa

67
Timbul Hamonangan Simanjuntak dan Imam Mukhlis, Dimensi Ekonomi Perpajakan
dalam Pembangunan Ekonomi, (Depok: Raih Asa Sukses-Penebar Swadaya Grup, 2012), cet.1, h.
110
68
Ompusunggu., loc.cit.
69
Imam Suryadi, Imam Suyadi, dan Sunarti, Pengaruh Sosialisasi Perpajakan, Sanksi
Administrasi Dan Tingkat Pemahaman Wajib Pajak Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi Dalam Memenuhi Kewajibannya (Studi Pph Pasal 21 Pada Kpp Pratama
Singsosari), Jurnal Perpajakan (JEJAK), 2016, pp. 1-10
70
Binambuni, loc.cit.
71
Susanto., loc.cit.
45

pemenuh kebutuhan yang dapat dibeli, dengan membelanjakan


pendapatan nominalnya (uangnya).72
Sejalan dengan pengertian di atas, menurut Biro Pusat Statistik
membagi pendapatan menjadi tiga kategori yaitu pendapatan berupa
uang, pendapatan berupa barang, dan penerimaan yang bukan
merupakan pendapatan.
1) Pendapatan berupa uang, terbagi menjadi empat yaitu:
a) Gaji dan upah (kerja pokok, kerja sampingan, kerja lemubur
dan kerja kadang-kadang);
b) Usaha sendiri (hasil bersih dari usaha sendiri, komisi, penjualan
kerajinan rumah);
c) Hasil investasi (hak milik tanah); dan
d) Keuntungan sosial yaitu pendapatan yang diperoleh dari kerja
sosial.73
2) Pendapatan berupa barang, terbagi menjadi dua yaitu:
a) Pembayaran upah dan gaji dalam bentuk beras, pengobatan,
transportasi, perumahan, rekreasi
b) Barang yang diproduksi dan dikonsumsi di rumah, yaitu
pemakaian barang yang diproduksi di rumah, dan sewa yang
seharusnya dikeluarkan terhadap rumah sendiri yang
ditempati.74
3) Penerimaan yang bukan merupakan pendapatan, yaitu:
a) Pengambilan tabungan;
b) Penjualan barang-barang yang dipakai;
c) Penagihan piutan;
d) Pinjaman uang;
e) Kiriman uang;
f) Hadiah/pemberian;

72
Arifin Sitio dan Halomoan Tamba, Koperasi Teori dan Praktik (Jakarta: Erlangga,
2001), h. 20
73
Mulyanto Sumardi dan HansDieter Evers, ed, Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok
(Jakarta: CV. Rajawali, 1985), cet. 2, h. 93
74
Ibid., h. 93-94
46

g) Warisan; dan
h) Menang judi.75
Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa pendapatan atau
penerimaan seseorang tidak hanya didapat dari kegiatan usaha formal
saja seperti bekerja namun pendapatan bisa didapat dari investasi
berupa kepemilikan tanah, sawah atau bisa bangunan properti.
Pendapatan pula diberikan tidak hanya dalam bentuk uang saja, namun
dapat berupa barang seperti beras. Terdapat pula penerimaan yang
tidak dikatakan sebagai pendapatan, karena penerimannya bukan atas
kegiatan usaha.
Pendapatan yang diterima seseorang berbagai macam jenisnya,
pendapatan tersebut digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Dimana kita tahu bahwa kebutuhan manusia itu terbagi
menjadi tiga, kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, dan kebutuhan
tersier. besar-kecilnya pendapatan yang diperoleh masyarakat akan
mempengaruhi kebutuhan mereka, “dalam keluarga yang miskin
hampir seluruh penghasilan akan habis untuk kebutuhan primer
makanan.”76
Masyarakat yang pendapatannya hanya cukup untuk kebutuhan
primernya saja, akan sulit jika dia harus memenuhi kebutuhan lainnya
yang lebih tinggi, namun ketika masyarakat mengalami penghasilan
yang bertambah, maka pengeluaran mereka akan semakin bertambah.
Seperti dikutip dari buku T. Gilarso mengemukakan bahwa, saat
penghasilan bertambah maka pengeluaran untuk kebutuhan primer pun
akan bertambah, namun dalam persentase, pengeluaran untuk
kebutuhan primer semakin berkurang, dan alokasi penghasilan yang
didapat oleh masyarakat akan digunakan untuk kebutuhan lainnya

75
Ibid., h. 94
76
T. Gilarso, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro Edisi Revisi (Yogyakarta: Kanisius, 2008),
h. 64
47

seperti perumahan, pendidikan, kesehatan, dan lainnya.77 Dari hal


tersebut, bisa dikatakan bahwa jika pendapatan meningkat maka
masyarakat akan menggunakannya untuk pengeluaran yang lebih
banyak, dan bukan hanya untuk pengeluaran kebutuhan primer, bisa
untuk pembayaran kewajiban seperti membayar pajak. “Besar kecilnya
penghasilan adalah faktor terpenting. Makin besar penghasilan
keluarga, makin besar pula jumlah pengeluaran. Sebaliknya, dari
penghasilan yang kecil terpaksa pengeluaran juga harus kecil.”78 Hal
ini sejalan dengan yang dipaparkan oleh Herry Susanto, mengatakan
bahwa
faktor ekonomi merupakan hal yang sangat fundamental dalam
hal melaksanakan kewajiban. Masyarakat yang miskin akan
menemukan kesulitan untuk membayar pajak. Kebanyakan
mereka akan memenuhi kebutuhan hidup terlebih dahulu sebelum
membayar pajak. Karenanya tingkat pendapatan seseorang dapat
mempengaruhi bagaimana seseorang tersebut memiliki kesadaran
dan kepatuhan akan ketentuan hukum dan kewajibannya.79
Saat seseorang memiliki pendapatan atau penghasilan yang
rendah, untuk mengikuti suatu kewajiban yang dibebankan akan
mengalami kesulitan, atau dapat dikatakan mereka akan sulit untuk
mematuhinya. Namun, saat pendapatan mereka tinggi, kebutuhan
mereka akan mudah untuk terpenuhi dan akan dapat memenuhi
kewajiban yang telah dibebankan, karena melihat dari pendapatan yang
cukup untuk kebutuhan dan kewajibannya.
Hal ini diperkuat pula oleh Jhon Hutagaol, mengatakan bahwa
“wajib pajak yang memiliki penghasilan besar cenderung untuk lebih
patuh ketimbang yang berpenghasilan rendah karena yang
berpenghasilan besar cenderung untuk lebih konservatis dalam
pelaporan kewajiban perpajakannya”.80 Hasil penelitiannya pun

77
Ibid
78
Ibid., h. 63
79
Susanto, loc.cit.
80
Hutagaol, loc.cit
48

mengatakan bahwa salah atu faktor kepatuhan seseorang membayar


pajak adalah dari besarnya penghasilan.
Variabel pendapatan ini akan digunakan pada penelitian di Desa
Gandaria, di mana akan dianalisis apakah pendapatan atau penghasilan
akan mempengaruhi seseorang untuk membayar pajaknya. Diketahui
dari beberapa pendapat di atas, bahwa besar kecilnya pendapatan akan
berpengaruh pada kemauan seseorang dalam membayar pajaknya. Kita
ketahu, bahwa sistem perpajakan yang baik, sanksi yang tegas,
sosialisasi yang baik tetap tidak bisa terlaksana suatu kepatuhan, jika
pada diri wajib pajak itu sendiri penghasilan atau pendapatan yang
mereka peroleh tidak mencukupi untuk membayar pajak.
Pada masyarakat Desa Gandaria yang mayoritas penduduk bekerja
sebagai petani, tidak berarti mereka berpenghasilan rendah karena
sebagain dari mereka memiliki pekerjaan sampingan maupun memiliki
sawah yang cukup luas. Hal ini akan mempengaruhi pendapatan yang
mereka peroleh, dan dari besar kecilnya pendapatan mereka, akan
dianalisis apakah wajib pajak tersebut patuh atau tidak. Mengingat
bahwa pajak bumi dan bangunan (PBB) adalah pajak yang dipungut
setahun sekali dan dengan persentase pembayarannya yang cukup
rendah, dibandingkan dengan pajak penghasilan diharapkan
masyarakat akan tetap patuh dalam membayar pajak.
Sebagai salah satu faktor dalam menumbuhkan kepatuhan wajib
pajak, penelitian maupun artikel terkait yang mengatakan bahwa
pendapatan sebagai faktor kepatuhan adalah: (Ardy Kurniawan dan
49

Sentot Imam Wahjono)81, (Reynaldi Manuel Linting)82,


(Hasannudin)83, (Ananda)84.

7. Kepatuhan Wajib Pajak


Kepatuhan merupakan keadaan seseorang mentaati dan mengikuti
peraturan yang telah dibuat oleh penguasa. Seperti kepatuhan wajib
pajak kepada peraturan perpajakan yang telah dibuat oleh pemerintah.
Dalam buku Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu mengatakan bahwa
“Kepatuhan perpajakan adalah tindakan wajib pajak dalam pemenuhan
kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang
berlaku dalam suatu negara.”85 Sejalan dengan yang telah dijelaskan
sebelumnya, pengertian kepatuhan perpajakan dijelaskan lagi oleh
Robert Saputra
Kepatuhan perpajakan adalah tindakan wajib pajak dalam
pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan
perpajakan yang berlaku dalam suatu negara. Wajib pajak yang
patuh adalah wajib pajak yang taat dan patuh serta tidak memiliki
tunggakan atau keterlambatan penyetoran pajak.86
Kepatuhan wajib pajak merupakan hal yang sangat penting,
mengingat bahwa dari suatu kepatuhan maka akan menimbulkan
kesediaan wajib pajak untuk membayar pajaknya. Banyak cara yang
81
Ardy Kurniawan dan Sentot Imam Wahjono, Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pelaksanaan Pemungutan Pajak Bumi Dan Bangunan Di Kabupaten Tulungagung,
Jurnal Ilmu Manajemen, REVITALISASI, 2013, pp. 73-85
82
Reynaldi Manuel Linting, “Pengaruh Pengetahuan dan Pemahaman tentang Peraturan
Perpajakan, Tingkat Penghasilan Wajib Pajak, dan Sanksi Denda Terhadap Kemauan Pengusaha
Kecil dan Menengah Memenuhi Kewajiban Perpajakan (Studi Kasus pada Usaha Kecil dan
Menengah di UKM SMESCO MT.Haryono)”, Skripsi pada Universitas Indonesia, 2012.
83
Hasannudin, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak dalam
Membayar PBB dengan Variabel Moderating Sikap Wajib Pajak atas Denda (Studi Empiris Pada
Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kota Tidore Kepulauan), Jurnal Riset Akuntansi dan Auditing, 2014
84
Ananda, “Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayar
pajak bumi dan bangunan dengan pendapatan masyarakat sebagai variable moderating (studi pada
Wajib Pajak di kota Medan)”, Tesis pada Universitas Sumatera Utara, 2015
85
Devano, op.cit., h. 112
86
Robert Saputra, “Pengaruh Sanksi, Kesadaran Perpajakan, dan Kualitas Pelayanan
Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan (Studi Empiris Pada Wajib
Pajak Kabupaten Pasaman)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Padang, Padang,
2015, h. 6
50

dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan kepatuhan wajib


pajak, karena dari kegiatan tersebut akan menambah pemasukan
Negara dalam sektor pajak. seperti yang dikatakan oleh Timbul
Hamonangan Simanjuntak dan Imam Mukhlis “kepatuhan pajak
merupakan salah satu komponen penting dalam rangka meningkatkan
penerimaan pajak. Kepatuhan pajak mencerminkan kesediaan individu
untuk melaksanakan kewajiban perpajakan dalam kehidupan
berwarganegara sesuai peraturan perpajakan yang berlaku”.87
Hal yang sama dijelaskan oleh Safri Nurmantu dalam Sony
Devano dan Siti Kurnia Rahayu, “kepatuhan perpajakan dapat
didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana wajib pajak memenuhi
semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.”88
Kepatuhan perpajakan menurut Nurmantu dalam buku Sony
Devano dan Siti Kurnia Rahayu, terbagi menjadi dua macam
kepatuhan, di antaranya kepatuhan formal dan kepatuhan material.
Kepatuhan formal diartikan sebagai keadaan wajib pajak memenuhi
kewajiban secara formal atau sesuai aturan dalam Undang-Undang
Perpajakan. Sedangkan kepatuhan material sebagai keadaan wajib
pajak memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi
dan jiwa Undang-Undang Perpajakan, di mana wajib pajak yang
memenuhi kepatuhan material adalah wajib pajak yang mengisi
dengan jujur, lengkap, dan benar surat pemberitahuan dan
menyampaikannya sebelum batas waktu berakhir.89
Dijelaskan secara lanjut dalam buku Sony Devano dan Siti Kurnia
Rahayu mengenai kriteria Wajib Pajak patuh menurut Keputusan
Menteri Keuangan No. 544/KMK.04/2000, sebagai berikut:
1) Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak
dalam 2 tahun terakhir.

87
Mukhlis, op.cit., h.110-111
88
Devano, op.cit., h. 110
89
Ibid., h. 110-111
51

2) Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak,


kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda
pembayaran pajak.
3) Tidak pernah dijauthi hukuman karena melakukan tindak pidana di
bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir.
4) Dalam 2 tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan dalam
hal terhadap wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi
pada pemeriksaan yang terakhir untuk masing-masing jenis pajak
yang terutang paling banyak 5%.
5) Wajib pajak yang laporan keuangannya untuk 2 tahun terakhir
diaudit oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa
pengecualian, atau pendapat dengan pengecualian sepanjang tidak
memengaruhi laba rugi fiskal.90
Kepatuhan wajib pajak sangat penting bagi Negara karena dari
kepatuhan wajib pajak tersebut, akan menimbulkan suatu sikap taat
dan mengikuti peraturan yang telah dibuat, seperti wajib pajak mau
untuk membayar pajak dan membayar pajak tepat waktu. Hal ini akan
menguntungkan bagi Negara, namun jika wajib pajak tidak memiliki
sikap patuh, memungkinkan wajib pajak akan mencoba untuk
menggelapkan pajak, menyelewengkan, menutup-nutupi tagihan pajak,
dan memalsukan pernyataan, ataupun data pajak yang terhutang. Hal
ini dapat merugikan Negara. Penjelasan tersebut sejalan dengan yang
dikemukakan dalam buku Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu
Masalah kepatuhan wajib pajak adalah masalah penting di seluruh
dunia, baik bagi negara maju maupun di negara berkembang
Karena, jika wajib pajak tidak patuh maka akan menimbulkan
keinginan untuk melakukan tindakan penghindaran, pengelakan,
penyelundupan, dan pelalaian pajak. yang pada akhirnya tindakan
tersebut akan menyebabkan penerimaan pajak negara akan
berkurang.91

90
Ibid., h. 111
91
Ibid., h. 112
52

Melihat bahwa kepatuhan wajib pajak yang sangat penting bagi


optimalisasi penerimaan pajak, namun adapula penghambat kepatuhan
wajib pajak atau penghindaran yang dilakukan wajib pajak agar tidak
membayar pajak, maupun meminimalkan pembayaran pajaknya.
Perlawanan Wajib Pajak dibedakan menjadi dua, yaitu pelawanan
secara pasif dan perlawanan secara aktif.
1) Perlawanan Pasif
Perlawanan pasif yang dilakukan Wajib Pajak, perlawanan yang
terjadi lebih kepada hambatan-hambatan yang dialami oleh
keadaan ekonomi suatu Negara, yaitu perkembangan intelektual
masyarakatnya, moral penduduknya, dan pemungutan pajak itu
sendiri. Hambatan tersebut yang membuat kesulitan pemungutan
pajak.92
2) Perlawanan Aktif
Perlawanan aktif pada pajak, berbeda dari perlawanan pasif yang
dipengaruhi oleh keadaan ekonomi Negara. Perlawanan aktif pada
pajak lebih dipengaruhi oleh diri wajib pajak itu sendiri. Terdapat
tiga jenis perlawanan aktif Wajib Pajak, yaitu menghindarkan diri
dari pajak, pengelakan pajak, dan melalaikan pajak.
a) Menghindarkan Diri Dari Pajak
Jenis perlawanan aktif ini dilakukan agar Wajib Pajak dapat
menghindari pajak namun tanpa melanggar ketentuan hukum
atau undang-undang. Hal ini dilakukan dengan “meniadakan
atau tidak melakukan hal-hal yang dapat dikenakan pajak,
biasanya dilakukan dengan penahanan diri.”93 Contoh bentuk
penghindaran ini adalah, dengan tidak membeli barang yang
dikenakan pajak seperti membeli di mall atau minimarket
karena dikenakan PPN.
b) Pengelakan Pajak

92
Marsyahrul, op.cit, h. 15
93
Ibid, h. 16
53

Bentuk perlawanan aktif selanjutnya ini merupakan pengelakan


terhadap pajak, pengelakan ini biasanya terjadi saat Wajib
Pajak sudah tidak bisa menggunakan cara penghindaran pajak,
dan pengelakan pajak dilakukan biasanya pada pajak bea
masuk atau dapat disebut sebagai penyelundupan. Biasanya
penyelundupan terjadi saat Wajib Pajak akan memasukan
barang yang dikenakan pajak ke daerah pabean. Yang
dilakukan pada pengelakan ini misalnya, mengajukan suatu
pernyataan yang tidak benar (keterangan palsu dalam
dokumen).94
3) Melalaikan Pajak
Melalaikan pajak yaitu menolak membayarkan pajak yang sudah
ditetapkan oleh fiskus dan menolak memenuhi formalitas yang
harus dipenuhi oleh Wajib Pajak. usaha melalaikan ini, biasanya
dengan usaha menggagalkan pemungutan pajak dengan
menghalang-halangi penyitaan, seperti melenyapkan barang-barang
yang kiranya dapat disita oleh fiskus. Contohnya, mengganti
perusahaan pribadi menjadi perseroan atau menjual barang-barang
yang dapat disita, ataupun memindahtangankan atas nama istri atau
nama orang lain bukan karena keharusan.95
Sikap wajib pajak yang mencoba untuk tidak membayar pajak
atau memperkecil pembayaran pajaknya dengan berbagai cara, akan
dikenai sanksi pidana jika sudah merugikan Negara, seperti yang telah
di jelaskan sebelumnya, adanya sanksi baik pidana maupun denda
(administrasi) ditujukan agar wajib pajak mau patuh pada peraturan
yang sudah ditetapkan dalam mematuhi pembayaran pajak. penjelasan
tersebut sejalan dengan yang dikatakan oleh Zulfakhry Nashby
mengatakan bahwa “adanya sanksi administrasi maupun sanksi hukum
pidana bagi wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban

94
Ibid, h. 19-20
95
Ibid, h. 22-23
54

perpajakannya dilakukan supaya masyarakat selaku wajib pajak mau


memenuhi kewajibannya. Hal ini terkait dengan ikhwal kepatuhan
perpajakan atau tax compliance.”96
Menurut Elisyah, “Pada umumnya tidak seorangpun yang senang
membayar pajak. Namun, kepatuhan membayar pajak harus tetap
ditegakkan apabila ingin dipelihara oleh efektifitas pelayanan
pemerintah”97. Adanya ketegasan dari pemerintah dan sanksi yang
tegas, akan membuat wajib pajak berfikir ulang jika tidak mematuhi
peraturan yang ada dalam perpajakan. Hal ini, dipertegas pula oleh Sri
Mulanto “sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan
dituruti/ditaati/dipatuhi. Atau bisa dengan kata lain sanksi perpajakan
merupakan alat pencegah (preventif) agar Wajib Pajak tidak melanggar
norma perpajakan”.98 Pemahaman serupa dikemukakan pula oleh
Timbul Hamonangan Simanjuntak dan Imam Mukhlis, bahwa sanksi
dibutuhkan untuk mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban
membayar pajak. Tidak hanya itu, ia pun berpendapat bahwa faktor
yang mempengaruhi kepatuhan seseorang adalah dari faktor ekonomi
dan faktor non-ekonomi.99
Dapat diketahui bahwa faktor ekonomi, merupakan faktor
finansial seorang wajib pajak yaitu berarti faktor pendapatan atau
penghasilan seseorang. Sedangkan faktor non-ekonomi seperti halnya
pelayanan perpajakan, sosialisasi, kemudahan pembayaran, sistem
yang baik dan memudahkan wajib pajak untuk membayarkan
pajaknya. Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya,
bahwa faktor yang membuat seseorang patuh atau tidak patuh adalah
dari faktro internal (wajib pajak) dan eksternal (pemerintahan/good
government).

96
Nashby, op.cit., h. 26
97
Siagian, op.cit, h. 26
98
Sri Mulanto, Perpajakan Edisi Revisi 2008, (Yogyakarta: Andi, 2008), h. 57
99
Mukhlis, op.cit., h. 111
55

B. Penelitian yang Relevan


Tabel 2.1
Penelitian Relevan

Variabel Metode
Nama Judul skripsi Hasil penelitian
penelitian penelitian

1. Muhamm Faktor-Faktor variabel bebas: Metode Analisis variabel sikap wajib pajak,
ad. Ash. Yang (X1) sikap, (X2) data: regresi tingkat pendapatan kepala
Shiddiq Mempengaruh motivasi, (X3) berganda keluarga dan persepsi
i Kesadaran tingkat wajib pajak tentang
Wajib Pajak pendapatan Metode pelaksanaan sanksi denda
Dalam kepala keluarga, Sampling: PBB berpengaruh
Pembayaran (X4) persepsi Convenience signifikan terhadap
Pajak Bumi pelaksanaan Sampling kesadaran wajib pajak
Dan Bangunan sanksi denda dalam membayar PBB,
Metode
(PBB) Di PBB, dan (X5) sedangkan variabel
pengumpulan
Tangerang pendidikan data: penelitian motivasi wajib pajak dan
Selatan variabel kepustakaan dan pendidikan wajib pajak
terikat: (Y) penelitian tidak berpengaruh
kesadaran signifikan terhadap
lapangan
membayar pajak kesadaran wajib pajak
PBB dalam membayar PBB.

2. Zulfakhry Analisis variabel bebas: Metode Penerapan sensusu pajak,


Nashby pengaruh Analisis data: sosialisasi pajak, dan
penerapan (X1) sensus regresi berganda persepsi efektifitas sistem
sensus pajak, pajak, (X2) perpajakan berpengaruh
sosialisasi sosialisasi pajak, Metode positif dan signifikan
pajak dan (X3) persepsi Sampling: terhadap kepatuhan wajib
persepsi efektifitas Convenience pajak orang pribadi.
efektifitas sistem Sampling
sistem perpajakan
Metode
perpajakan
variabel pengumpulan
terhadap terikat: (Y) data: penelitian
tingkat kepatuhan wajib kepustakaan,
kepatuhan pajak orang browsing
wajib pajak pribadi internet, metode
orang pribadi dokumentasi,
pada KPP serta metode
wilayah kuesioner dan
Jakarta
56

Selatan wawancara

3. Ananda Faktor-faktor Variable bebas: Metode Secara simultan


yang (X1) pelayanan Analisis Data: pelayanan, sanksi, NJOP,
mempengaruh (X2) sanksi (X3) regresi berganda pengetahuan berpengaruh
i kepatuhan pengetahuan signifikan terhadap
wajib pajak (X4) pendapatan Metode kepatuhan. Secara parsial
dalam Pengumpulan sanksi, pengetahuan
membayar (X5) nilai jual Data: studi berpengaruh signifikan
pajak bumi objek pajak lapangan, studi terhadap kepatuhan,
dan bangunan kepustakaan, sedangkan pelayanan dan
Variable dan
dengan terikat: (Y) NJOP berpengaruh tidak
pendapatan dokumentasi signifikan terhadap
kepatuhan wajib
masyarakat pajak PBB kepatuhan. Pendapatan
Metode
sebagai bukan merupakan variabel
Sampling:
variable purposive moderating, namun
moderating sampling pendapatan berpengaruh
(studi pada baik secara parsial maupun
Wajib Pajak di simultan terhadap
kota Medan) kepatuhan wajib pajak
membayar PBB.

4. Agustin Pengaruh Variable bebas: Metode Variabel kualitas


Puji sosialisasi (X1) sosialisasi Pengumpulan pelayanan berpengaruh
Erawati pajak, sanksi pajak (X2) Data: data positif dan tidak signifikan
administrasi, sanksi primer dengan terhadap kepatuhan.
dan kualitas administrasi teknik kuesioner Sedangkan variabel
pelayanan (X3) kualitas sosialisasi pajak dan
terhadap pelayanan Metode sanksi administrasi secara
kepatuhan Analisis Data: parsial berpengaruh positif
Wajib Pajak Variable regresi berganda dan signifikan terhadap
dalam terikat: (Y) kepatuhan. Namun, secara
kepatuhan wajib Metode
membayar simultan variabel
pajak Sampling:
pajak convenience sosialisasi pajak, sanksi
kendaraan sampling administrasi, dan kualitas
bermotor pelayanan berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib
pajak dalam membayar
Pajak Kendaraan
Bermotor.

5. Nina Analisis Variabel bebas: Metode Di desa dan kota, Secara


Elisyah Sejumlah Pelayanan Pengumpulan parsial, pelayanan
Siagian Faktor Yang Perpajakan Data: penelitian perpajakan, sanksi pajak,
Mempengaruh (X1), Sanksi lapangan dan dan kesadaran perpajakan
57

i Kepatuhan Pajak (X2), studi berpengaruh positif dan


Masyarakat Nilai Jual Objek kepustakaan signifikan terhadap
Desa Dan Pajak (X3), kepatuhan. Namun,
Kota Dalam Kesadaran Metode Pengetahuan dan
Membayar Perpajakan Analisis Data: pendapatan berpengaruh
Pajak Bumi (X4), regresi berganda positif tapi tidak
Dan Bangunan Pengetahuan signifikan, sedangkan
Metode
Di Kota Perpajakan (X5) NJOP berpengaruh negatif
Sampling:
Padangsidimp dan Pendapatan purposive dan tidak signifikan pada
uan Wajib Pajak sampling di desa. Pada daerah kota,
(X6). pengetahuan perpajakan
dan pendapatan wajib
Variabel pajak berpengaruh positif
terikat: dan signifikan terhadap
Kepatuhan kepatuhan, sedangkan
Perpajakan (Y) NJOP berpengaruh negatif
dan tidak signifikan.

C. Kerangka Berpikir
Kepatuhan pajak dalam buku Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu
mengatakan bahwa “kepatuhan perpajakan adalah tindakan wajib pajak
dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan
yang berlaku dalam suatu negara.”100 Kepatuhan dalam perpajakan dapat
berdampak kepada pemasukan pajak pada Negara lebih besar lagi, karena
kepatuhan seperti yang telah dijelaskan di atas bahwasannya wajib pajak
mau untuk memenuhi kewajiban perpajakannya yaitu mau untuk
membayarkan pajaknya yang terutang. Sikap patuh ini tidaklah serta-merta
datang pada diri wajib pajak tanpa adanya stimulus dari luar maupun dari
dalam diri wajib pajak.
Timbul Hamonangan Simanjuntak dan Imam Mukhlis mengatakan
“kepatuhan pajak merupakan salah satu komponen penting dalam rangka
meningkatkan penerimaan pajak. Kepatuhan pajak mencerminkan
kesediaan individu untuk melaksanakan kewajiban perpajakan dalam

100
Devano, op.cit., h. 112
58

kehidupan berwarganegara sesuai peraturan perpajakan yang berlaku”.101


Peran aktif masyarakat pada perpajakan merupakan faktor terpenting,
karena dengan adanya peran aktif tersebut akan membuat sikap patuh
masyarakat pada kewajibannya yaitu membayar pajak. Hal ini akhirnya
akan berdampak kepada penerimaan Negara yang lebih baik. variabel
terikat atau dependen ini, akan diperoleh dari persepsi masyarakat
mengenai kepatuhan membayar pajak, pemberian informasi, kepatuhan
material, dan melalaikan.
Pada penelitian yang akan dilakukan, peneliti memilih pajak bumi
dan bangunan yang akan dijadikan objek penelitian karena melihat kepada
keadaan wilayah peneliti sendiri. Dan dari pembahasan sebelumnya,
peneliti memilih tiga faktor eksternal kepatuhan wajib pajak sebagai
variabel bebas penelitian, diantaranya sosialisasi, sanksi, dan pendapatan.
Sosialisasi sebagai suatu faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib
pajak, memiliki pengertian yaitu
Sosialisasi adalah proses belajar yang dilakukan oleh seseorang
(individu) untuk berbuat atau bertingkah laku berdasarkan patokan
yang terdapat dan diakui dalam masyarakat. dalam proses belajar atau
penyesuaian diri itu seseorang kemudian mengadopsi kebiasaan, sikap
dan ide-ide dari orang lain; kemudian seseorang mempercayai dan
mengakui sebagai milik pribadinya.102

Artikel dari Herry Susanto tentang “Membangun Kesadaran Dan


Kepedulian Sukarela Wajib Pajak”, dalam artikelnya dikatakan bahwa
dalam membangun kesadaran dan kepedulian sukarela wajib pajak salah
satunya adalah dengan sosialisasi. Sosialisasi dapat diawali dari
lingkungan terdekat, kemudian melebar kepada tetangga hingga ke forum-
forum tertentu dan ormas-ormas dalam hal sosialisasi.103
Sosialisasi akan menghasilkan suatu kepatuhan jika dilakukan dengan
baik, dan jelas. Sosialisasi yang baik, akan menumbuhkan pemahaman
pada wajib pajak atas peraturan perpajakan dan bagaimana cara membayar

101
Mukhlis, op.cit., h.110-111
102
Abdulsyani, op.cit., h. 57
103
Susanto, loc.cit.,
59

pajak, tanpa adanya sosialisasi akan sulit bagi masyarakat untuk paham
tentang perpajakan ditambah lagi jika ada suatu perubahan kebijakan.
Adanya sosialisasi, menjadi jembatan bagi pemerintahan untuk dapat
memberikan penyuluhan, pendekatan, pemahaman yang baik kepada
masyarakat. Terdapat beberapa indikator sebagai penentu. Pada variabel
sosialisasi, akan diperoleh dari persepsi masyarakat terhadap media
sosialisasi, informasi pajak, perubahan kebijakan, sosialisasi pemahaman
pajak, pemberitaan, keterlibatan komunitas, serta tujuan dan manfaat.
Kemudian, terdapat sanksi sebagai variabel selanjutnya, sanksi terbagi
dua yaitu sanksi administrasi dan sanksi pidana. Sanksi merupakan
hukuman yang diberikan kepada seseorang yang melanggar suatu aturan
yang telah dibuat, sanksi dalam perpajakan adalah suatu hukuman yang
diberikan kepada wajib pajak yang tidak patuh atau melanggar aturan yang
sudah ditetapkan, contoh dalam perpajakan seperti telat membayar pajak
ataupun membuat keterangan yang tidak benar pada SPT. Sanksi yang
diberikan kepada wajib pajak yang melanggar bisa berupa sanksi denda
(administrasi) dengan membayarkan sejumlah uang atau bahkan sanksi
pidana. Perpajakan sebagai salah satu pemasukan terbesar Negara,
memiliki dasar hukum yang kuat, sehingga bagi orang yang melanggar
atau lalai akan mendapat suatu hukuman berupa sanksi perpajakan. Sanksi
tersebut dibuat agar wajib pajak tidak melanggarnya, dengan kata lain
bahwa adanya sanksi akan membuat wajib pajak patuh. Sri Mulanto
mengatakan “sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan
dituruti/ditaati/dipatuhi. Atau bisa dengan kata lain sanksi perpajakan
merupakan alat pencegah (preventif) agar Wajib Pajak tidak melanggar
norma perpajakan”.104 Variabel sanksi akan diperoleh dari persepsi
masyarakat terhadap pengetahuan sanksi, penghindaran sanksi denda,
kewajaran pemberian sanksi, dan penerapan sanksi pajak.

104
Mulantoh, op.cit., h. 57
60

Variabel terakhir yang akan diteliti yaitu variabel pendapatan,


pendapatan merupakan suatu hasil balas jasa dari usaha seseorang yang
didapatkannya baik berupa uang maupun barang. Pendapatan sangat erat
kaitannya dengan kebutuhan manusia atau pengeluaran yang dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan. “Besar kecilnya penghasilan adalah faktor
terpenting. Makin besar penghasilan keluarga, makin besar pula jumlah
pengeluaran. Sebaliknya, dari penghasilan yang kecil terpaksa pengeluaran
juga harus kecil.”105
Besar kecilnya pendapatan seseorang, akan mempengaruhi
pengeluaran yang dilakukannya termasuk membayar pajak. Seperti yang
dikatakan oleh Herry Susanto, bahwa
faktor ekonomi merupakan hal yang sangat fundamental dalam hal
melaksanakan kewajiban. Masyarakat yang miskin akan menemukan
kesulitan untuk membayar pajak. Kebanyakan mereka akan
memenuhi kebutuhan hidup terlebih dahulu sebelum membayar pajak.
Karenanya tingkat pendapatan seseorang dapat mempengaruhi
bagaimana seseorang tersebut memiliki kesadaran dan kepatuhan
akan ketentuan hukum dan kewajibannya.106
Saat seseorang atau keluarga mendapatkan penghasilan yang tinggi
maka kebutuhan yang akan dipenuhi tidak hanya kebutuhan primer saja,
tetapi kebutuhan lain dan juga mampu untuk membayar pajaka. Namun,
saat seseorang memiliki pendapatan atau penghasilan yang rendah, mereka
lebih mementingkan pemenuhan kebutuhan primer saja seperti makan,
untuk hal-hal seperti pemenuhan kewajiban perpajakan akan sangat sulit
terpenuhi. Variabel pendapatan, akan diperoleh dari persepsi masyarakat
pada pendapatan yang diperoleh selama satu bulan, jenis pendapatnya,
kemampuan membayar pajak, kerja pokok, penerimaan bukan pendapatan,
dan kerja sampingan.
Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya, dari pembahasan
tersebut peneliti membuat suatu kerangka pemikiran atau konsep tentang
gambaran masalah yang akan diteliti, yaitu sebagai berikut.

105
T.Gilarso, op.cit., h. 63
106
Susanto, loc.cit.
61

Gambar 2.1
Kerangka Berpikir

Kepatuhan Wajib Pajak

1. Kepatuhan membayar pajak


2. Pemberian informasi
3. Kepatuhan material
4. Melalaikan

Sanksi Sosialisasi Pendapatan

1. Pengetahuan sanksi 1. Media sosialisasi 1. Pendapatan yang


2. Penghindaran sanksi 2. Informasi pajak diperoleh
denda 3. Perubahan kebijakan 2. Jenis pendapatan
3. Kewajaran 4. Sosialisasi 3. Kemampuan
pemberian sanksi Pemahaman pajak membayar pajak
4. Penerapan sanksi 5. Pemberitaan 4. Kerja pokok
5. 6. Keterlibatan 5. Penerimaan bukan
komunitas pendapatan
6. Kerja sampingan
7. Tujuan dan manfaat

Terdapat pengaruh sanksi, sosialisasi, dan pendapatan Wajib Pajak


terhadap kepatuhan membayar Pajak Bumi dan Bangunan
62

D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis ini merupakan asumsi atau jawaban sementara dari peneliti
tentang variabel-variabel yang sedang diteliti. Hipotesis tentang masalah
yang sedang diteliti berdasarkan kerangka teori dan berpikir terbagi
menjadi dua hipotesis penelitian yaitu:
1. Hipotesis penelitian secara parsial
H1 : Terdapat pengaruh sanksi terhadap kepatuhan membayar
pajak bumi dan bangunan di Desa Gandaria
H0 : Tidak terdapat pengaruh sanksi terhadap kepatuhan
membayar pajak bumi dan bangunan di Desa Gandaria
H2 : Terdapat pengaruh sosialisasi terhadap kepatuhan membayar
pajak bumi dan bangunan di Desa Gandaria
H0 : Tidak terdapat pengaruh sosialisasi terhadap kepatuhan
membayar pajak bumi dan bangunan di Desa Gandaria
H3 : Terdapat pengaruh pendapatan wajib pajak terhadap
kepatuhan membayar pajak bumi dan bangunan di Desa
Gandaria
H0 : Tidak terdapat pengaruh pendapatan terhadap kepatuhan
membayar pajak bumi dan bangunan di Desa Gandaria
2. Hipotesis penelitian secara simultan
Ha : Terdapat pengaruh sanksi, sosialisasi, dan pendapatan wajib
pajak terhadap kepatuhan membayar pajak bumi dan bangunan
di Desa Gandaria
H0 : Tidak terdapat pengaruh sanksi, sosialisasi, dan pendapatan
wajib pajak terhadap kepatuhan membayar pajak bumi dan
bangunan di Desa Gandaria
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Objek penelitian ini adalah Wajib Pajak Bumi dan Bangunan
yang berlokasi di Desa Gandaria, Kecamatan Mekar Baru,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
2. Waktu Penelitian
Tabel 3.1
Kegiatan Penelitian
No Kegiatan Mei Juni Juli Agustus
1 Penyusunan Bab I
Pendahuluan
2 Penyusunan Bab II
Kajian Pustaka
3 Penyusunan Bab III
Metode Penelitian
No Kegiatan September Oktober November Desember
4 Penyusunan Bab
III Metode
Penelitian
5 Penyusunan Bab
IV Hasil Penelitian
6 Penyusunan Bab V
Kesimpulan dan
Saran
7 Penyusunan
Laporan Penelitian

B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode korelasi dengan pendekatan
kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang bertujuan
“…untuk mengembangkan atau menggunakan model matematis, teori
dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena yang diselidiki oleh

63
64

peneliti.”1 Metode korelasional atau asosiatif merupakan “penelitian yang


dilakukan untuk mencari hubungan atau pengaruh satu atau lebih variabel
independen dengan satu atau lebih variabel dependen.”2
Pada penelitian korelasi ini, hubungan yang digunakan adalah
hubungan kausal, yaitu hubungan sebab akibat. “artinya, variasi pada X
(variabel bebas) akan memengaruhi variasi pada Y (variabel terikat).”3
Variabel bebas (independen) penelitian yang akan diteliti terdapat tiga
variabel yaitu, sosialisasi, sanksi, dan pendapatan. Sedangkan untuk
variabel terikat (dependen) yaitu kepatuhan wajib pajak.
C. Populasi dan Sampel
Populasi merupakan “satuan dari objek yang diamati dalam kajian,
bisa merupakan orang, waktu, benda, atau sesuatu yang lain”.4 Dari
populasi yang ada, kemudian akan dicari sampel penelitian sebagai data
yang akan mewakili populasi tersebut.
…teknik sampling yaitu prosedur untuk mendapatkan dan
mengumpulkan karakteristik yang berada di dalam populasi meskipun
data itu tidak diambil secara keseluruhan melainkan hanya sebagian
saja. Dan bagian dari populasi tersebut disebut sampel yang dianggap
dapat mewakili populasinya.5
Populasi dalam penelitian ini, populasi Wajib Pajak Bumi dan
Bangunan di desa Gandaria sebanyak 254. Pengambilan sampel penelitian
didasarkan pada rumus Slovin sebagai berikut:

Di mana:
n = Jumlah sampel

1
Suryani dan Hendryadi, Metode Riset Kuantita tif : Teori dan Aplikasi Pada Penelitian
Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), cet. 1, h. 109
2
Ibid., h. 119
3
Ibid., h. 120
4
Rully Indrawan dan R. Poppy Yaniawati, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,
dan Campuran untuk Manajemen, Pembangunan, dan Pendidikan (Bandung: Refika Aditama,
2014), h. 93
5
Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta,
2015), h. 23
65

N = Jumlah populasi
e = Tingkat kesalahan (umumnya digunakan 1% = 0,01, 5% =
0,05, dan 10% = 0,1) tingkat kesalahan tersebut dapat dipilih
oleh peneliti.6
Dari rumus yang telah diuraikan di atas, peneliti menggunakan tingkat
kesalahan sebesar 10% (0,1). Dengan jumlah populasi wajib pajak Desa
Gandaria yaitu 254, perhitungan sampel sebagai berikut:

Hasil penelitian ini didapat sampel sebesar 71,7 dan dibulatkan


menjadi 72 sampel wajib pajak PBB yang akan diteliti. Sampel sebanyak
72 wajib pajak PBB, akan disebar pada 4 RW (Rukun Warga) di desa
Gandaria, agar setiap wilayah dapat diambil sebagai sampel penelitian.
Sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling.
Metode Purposive Sampling didasarkan teknik pengambilan sampel pada
pertimbangan tertentu populasinya. Pertimbangan tersebut, harus
ditentukan terlebih dahulu oleh peneliti tentang kriteria sampel yang
diharapkan. Oleh karena itu, hanya orang-orang yang sesuai dengan
kriteria saja yang dapat dijadikan sampel.7
Kriteria populasi yang akan dijadikan sampel penelitian yaitu:
1. Merupakan Wajib Pajak PBB
2. Tinggal di Desa Gandaria
3. Memiliki objek pajak di wilayah Desa Gandaria

D. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari empat variabel yang akan diteliti yaitu:

6
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah
Edisi 1 (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), cet. 2, h. 158
7
R. Gunawan Sudarmanto, Statistik Terapan Berbasis Komputer Dengan Program IBM
SPSS Statistic 19 (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 49
66

Variabel independen atau variabel bebas, merupakan “variabel yang


mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya
variabel terikat”8. Variabel ini biasanya dinyatakan dengan simbol X :
sanksi (X1), sosialisasi (X2), dan pendapatan (X3)
Variabel dependen atau variabel terikat, dikutip dari Robbins, 2009
dalam Juliansyah Noor, 2012, menjelaskan variabel dependen adalah
“faktor utama yang ingin dijelaskan atau diprediksi dan dipengaruhi oleh
beberapa faktor lain”9. Variabel ini biasanya dinyatakan dalam simbol Y :
kepatuhan wajib pajak (Y)
Gambar 3.1
Desain Penelitian

(X1)

(X2) (Y)

(X3)

Keterangan:
X1 : Sanksi
X2 : Sosialisasi

X3 : Pendapatan

Y : Kepatuhan membayar pajak PBB

E. Definisi Variabel
1. Definisi Konseptual
Variabel yang digunakan pada penelitian ini berjumlah empat
varaibel, di mana tiga variabel (sanksi, sosialisasi, dan pendapatan)
sebagai variabel bebas atau independen, dan kepatuhan membayar

8
Noor, op.cit., h. 49
9
Ibid.
67

pajak PBB sebagai variabel terikat atau dependen. Berikut dijelaskan


tentang definisi konseptual atau teori tentang variabel yang akan
diteliti.
a. Variabel Sanksi
Sanksi merupakan hukuman yang diberikan kepada seseorang
yang melanggar suatu aturan yang telah dibuat, sanksi dalam
perpajakan adalah hukuman yang diberikan kepada wajib pajak
yang tidak patuh atau melanggar aturan yang sudah ditetapkan.
Sanksi terhadap Wajib Pajak ada dua jenis, yaitu denda
administrasi dan sanksi pidana. Sanksi administrasi bisa berupa
denda maupun bunga. Sanksi berupa denda 25% dikenakan saat
terlambat atau tidak mengembalikan SPOP yang disampaikan oleh
Direktur Jendral Pajak, sehingga dikenakan SKP. Terdapat pula
denda berupa bunga 2% sebulan pada Wajib Pajak yang tidak
membayar pajak saat jatuh tempo.10Sedangkan “Sanksi pidana
untuk tindak pidana di bidang perpajakan tidak ada yang berupa
hukuman mati atau hukuman seumur hidup, tapi hanya hukuman
penjara yang tidak lebih dari 7 tahun.”11
b. Variabel Sosialisasi
Robert M.Z. Lawang mengemukakan pengertian sosialisasi
yaitu “sosilaisasi merupakan proses mempelajari norma, nilai,
peran, dan semua persyaratan lainnya yang diperlukan untuk
memungkinkan partisipasi yang efektif dalam kehidupan sosial.”12
Sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah untuk memberikan
pemahaman kepada masyarakat mengenai perpajakan, ataupun
mengenai pemberian informasi tentang kebijakan yang dilakukan
pemerintah tentang pajak. Peran aktif masyarakat dalam
perpajakan sebagai wujud dari masyarakat dalam menunaikan

10
Muttaqin, op.cit., h. 54
11
Soemitro, op.cit., h. 17
12
Setiadi, op.cit., h. 156
68

kewajiban sebagai warga Negara, ini termasuk dalam menjalankan


norma atau aturan yang sudah ada dalam masyarakat.
c. Variabel Pendapatan
Pendapatan yang merupakan bagian dari penghasilan yang
didapat wajib pajak terhitung pada setiap bulannya, dalam buku
Arifin Sitio dan Halomoan Tamba, dikatakan bahwa
Dalam pengertian ekonomi, pendapatan dapat berbentuk
pendapatan nominal dan pendapatan riil. Pendapatan nominal
adalah pendapatan seseorang yang diukur dalam jumlah satuan
uang yang diperoleh. Sedangkan pendapatan riil adalah
pendapatan seseorang yang diukur dalam jumlah barang dan
jasa pemenuh kebutuhan yang dapat dibeli, dengan
membelanjakan pendapatan nominalnya (uangnya).13
Pendapatan yang dihasilakan oleh seseorang tidak hanya
berupa uang dari hasil kerja pokok, namun bisa dalam bentuk
barang, sewa, investasi yang dihasilkan dari pekerjaan sampingan.
d. Variabel Kepatuhan Wajib Pajak
Pajak sebagai penghasilan terbesar Negara, mengakibatkan
pentingnya peran aktif masyarakat dalam membayarkan kewajiban
perpajakannya. Peran aktif masyarakat salah satunya dengan
mematuhi kewajiban membayar pajak. karena sikap patuh akan
berdampak kepada kemauan wajib pajak untuk membayarkan
pajaknya.
Dalam buku Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu
mengatakan bahwa “Kepatuhan perpajakan adalah tindakan wajib
pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan peraturan
pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu negara.”14

13
Sitio, op.cit., h. 20
14
Devano, op.cit., h. 112
69

2. Definisi Operasional
a. Variabel Sanksi
Sanksi merupakan pemberian hukuman kepada pelanggarnya
baik hukuman denda atau administrasi maupun hukuman pidana.
Sebagai variabel bebas atau independen yang pertama, pada
variabel sanksi akan diperoleh dari persepsi masyarakat terhadap
pengetahuan sanksi, penghindaran sanksi denda, kewajaran
pemberian sanksi, dan penerapan sanksi pajak. Variabel sanksi
akan diukur menggunakan skala likert 5 poin. Variabel sanksi
digunakan untuk melihat pengaruh yang diakibatkan sanksi
terhadap kepatuhan membayar pajak PBB.
b. Variabel Sosialisasi
Sosialisasi sebagai proses belajar seseorang tentang norma,
nilai, maupun adat-istiadat yang digunakan oleh masyarakat
setempat, sehingga seseorang tersebut akan beradaptasi dan
menjadi bagian masyarakat tersebut. Hal ini, jika dilihat dari
kepatuhan wajib pajak, adanya sosialisasi yang baik dari
pemerintah akan membentuk suatu pemahaman perpajakan, yang
kemudian akan berdampak kepada wajib pajak mau untuk patuh
akan aturan yang telah dibuat tersebut. Pada variabel sosialisasi,
akan diperoleh dari persepsi masyarakat terhadap media sosialisasi,
informasi pajak, perubahan kebijakan, sosialisasi pemahaman
pajak, pemberitaan, keterlibatan komunitas, serta tujuan dan
manfaat. Skala yang digunakan pada variabel sosialisasi adalah
skala likert dengan menggunakan pengukuran 5 poin.
c. Variabel Pendapatan
Pendapatan sebagai bagian dari pemasukan yang didapat oleh
seseorang, baik pendapatan berupa uang maupun barang yang
terhitung diterima oleh seseorang dalam waktu satu bulan. Variabel
pendapatan, akan diperoleh dari persepsi masyarakat pada
pendapatan yang diperoleh selama satu bulan, jenis pendapatnya,
70

kemampuan membayar pajak, kerja pokok, penerimaan bukan


pendapatan, dan kerja sampingan. Skala yang digunakan pada
variabel bebas ini yaitu skala likert, dengan 5 poin.
d. Variabel Kepatuhan Wajib Pajak
Wajib pajak sebagai subjek yang akan dikenakan pajak PBB,
akan dilihat dari kepatuhannya, kepatuhan yang berarti tindakan
untuk mau mengikuti aturan atau hukum yang ada, yaitu aturan
membayar pajak. untuk variabel terakhir sebagai variabel terikat
atau dependen, akan diperoleh dari persepsi masyarakat mengenai
kepatuhan membayar pajak, pemberian informasi, kepatuhan
material, dan melalaikan. Skala yang digunakan ialah skala likert,
dengan 5 poin.

F. Teknik Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan
mengumpulkan data primer, “data primer adalah data yang diperoleh atau
dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan
penelitian…”15. Penelitian lapangan ini menjadi data primer bagi
pengumpulan data penelitian, karena secara langsung diambil di lapangan
tanpa ada perantara atau dengan kata lain data diambil langsung dari
subjek penelitian. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan angket
kepada Wajib Pajak Bumi dan Bangunan di desa Gandaria. Ada beberapa
metode pengumpulan data primer yang digunakan dalam penelitian ini,
diantaranya
1. Angket atau kuesioner. “Kuesioner diajukan pada responden dalam
bentuk tulisan disampaikan secara langsung ke alamat responden,
kantor atau tempat lain”16. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
kuesioner tertutup sebagai dasar dalam membuat pertanyaan untuk
responden. “Dalam kuesioner tertutup responden tidak mempunyai

15
Misbahuddin dan Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik (Jakarta: Bumi
Aksara, 2013), h. 21
16
Subagyo, op.cit., h. 55
71

kesempatan lain dalam memberikan jawabannya selain jawaban yang


telah disediakan di dalam daftar pertanyaan tersebut. Bentuk demikian
responden tinggal memilih dari jawaban-jawaban yang sudah
disajikan”17.
2. Dokumen. Terdapat beberapa bahan dokumenter yaitu, autobiografi,
surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial, klipping, dokumen
pemerintah atau swasta, data di server dan flashdisk, dan data
tersimpan di website.18 Dokumen yang diperoleh peneliti, didapatkan
dari petugas kelurahan Desa Gandaria, yaitu dokumen profil desa yang
termasuk di dalamnya data penduduk. Serta data jumlah wajib pajak
yang telah membayar pajak pada tahun 2017.
Pada pengumpulan data melalui angket atau kuesioner, peneliti
menggunakan skala likert sebagai skala pengukuran untuk mendapat
jawaban dari responden yang akan diteliti.
Skala likert adalah skala yang dapat digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu objek atau
fenomena tertentu. Skala likert memiliki 2 bentuk pernyataan, yaitu
pernyataan positif dan negatif.19
Pada penelitian ini, skala likert yang digunakan dengan membuat
bentuk jawaban “setuju” yang terdiri dari sangat setuju (SS), setuju (S),
netral (N), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).
Tabel 3.2
Alternatif Jawaban Penelitian
Skor pernyataan Skor pernyataan
Pilihan jawaban
positif negatif
Sangat setuju (SS) 5 1
Setuju (S) 4 2
Netral (N) 3 3

17
Ibid., h. 57
18
Noor, op.cit., h. 141
19
Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi dengan
Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17 (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), cet. 1, h. 50
72

Tidak setuju (TS) 2 4


Sangat tidak setuju (STS) 1 5
Sumber: Syofian Siregar, 2013

G. Instrumen Penelitian
Pembuatan angket yang akan dibagikan kepada responden, terlebih
dahulu dibentuk kisi-kisi instrumen untuk mengetahui apa saja yang akan
ditulis pada pertanyaan di kuesioner atau angket.
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Variabel bebas X (independen) dan variabel
terikat Y (dependen)
Variabel Butir
No. Indikator Sub Indikator
penelitian soal
Pengetahuan 1. Pengetahuan tentang
adanya sanksi pajak 1
sanksi
Penghindaran 2. Membayar PBB tepat
2
sanksi denda waktu
Kewajaran 3. Kewajaran pemberian
sanksi akibat telat atau
pemberian 3
pemalsuan
sanksi
Penerapan 4. Sanksi dan denda (Nina
sanksi Elisyah Siagian, 2014)
1
5. Denda 2% tiap bulan
Sanksi (X1)
(Nina Elisyah Siagian,
2014)
6. Sanksi memberatkan
(Nina Elisyah Siagian,
2014) 4,5,6,7,8
7. Keterlambatan (Nina
Elisyah Siagian, 2014)
8. Tegas (M. Ash. Shiddiq,
2011 oleh Sri Astuti dan
Rini, 2008)
Media 1. Sosialisasi tentang pajak
Sosialisasi
2 1,2
(X2) sosialisasi melalui media elektronik
73

dan cetak
2. Sosialisasi melalui baliho,
dan spanduk
Informasi pajak 3. Informasi pajak dari
3
petugas pemerintahan
Perubahan 4. Petugas pemerintah
kebijakan memberikan sosialisasi
4
saat ada perubahan
kebijakan pajak
Sosialisasi 5. Sosialisasi memberikan
Pemahaman pemahaman tentang pajak 5
pajak
Pemberitaan 6. Pemberitaan mengenai
informasi pajak
6
(Zulfakhry, 2014 oleh
Samudera, 2004)
Keterlibatan 7. Pendekatan dengan
komunitas masyarakat (Zulfakhry,
7
2014 oleh Samudera,
2004)
Tujuan dan 8. Pembinaan masyarakat
manfaat (Agustina Puji Erawati,
8
2012 oleh Sylvia
Gustiawan, 2010
Pendapatan yang 1. Besarnya pendapatan
diperoleh wajib pajak dalam satu 1
bulan
Jenis pendapatan 2. Memperoleh pendapatan
Pendapatan
3 2
(X3) berupa barang
Kemampuan 3. Besar kecilnya pendapatan
3,4,5
membayar pajak untuk pajak dan kebutuhan
Kerja pokok 4. Pendapatan dari kerja 6
74

pokok
Penerimaan 5. Tunjangan
bukan 7
pendapatan
Kerja sampingan 6. Pendapatan dari kerja
sampingan
8

Kepatuhan 1. Tunggakan pajak bumi


membayar dan bangunan
pajak 2. Tepat waktu
(Nina Elisyah 3. Membayar pajak bumi dan
1,2,3,4,5
Siagian, 2014) bangunan
4. Tidak membayar
dikenakan sanksi
Kepatuhan
5. Informasi
4 pajak PBB
(Y) Pemberian 6. Kebenaran informasi PBB
6
informasi wajib pajak
Kepatuhan 7. Tidak pernah dipidana
material (Zulfakhry, 2014 oleh
7
Devano dan Rahayu,
2006)
Melalaikan Tidak pernah lalai membayar
8
pajak

H. Teknik Analisis Data


1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk menguji kuesioner yang akan
digunakan sebagai pertanyaan yang akan diberikan kepada
narasumber. “Validitas menguji instrument yang dipilih, apakah
75

memiliki tingkat ketepatan untuk mengukur apa yang semestinya


diukur, atau tidak”20.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui valid atau tidaknya
instrument kuesioner yang dibuat, suatu uji validitas dikatakan valid
“jika r hitung > atau = r tabel maka butir dikatakan valid. Jika r hitung
< r tabel maka butir dikatakan tidak valid”21.
Menghitung koefisien validitas dengan menggunakan koefisien
korelasi product moment. Dalam buku Duwi Priyatno, korelasi product
moment adalah metode pearson correlation (product moment pearson).
Namun, dalam pengujian validitas ini, rumus product moment didapat
dari buku Rully Indrawan dan Poppy Yaniawati.
Rumus Product Moment:

Uji validitas dengan menggunakan rumus product moment, untuk


mengetahui butir-butir soal yang valid atau tidak dalam penelitian ini,
menggunakan bantuan aplikasi SPSS 20.

2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur kehandalan instrument.
Pengukuran dikatakan handal jika memberikan hasil yang konsisten.
Kehandalan merupakan pendukung penting bagi validitas tetapi bukan
syarat yang cukup untuk mendapatkan validitas. Karena jika sebuah
pengukuran tidak handal, maka sangat sulit untuk menilai kehandalan
pengukur tersebut, dan tidak mengukur apa yang diinginkan oleh
peneliti dalam memecahkan masalah penelitian. Ada beberapa cara
dalam mengukur reliabilitas instrument, salah satunya dengan
menggunakan rumus koefisien alfa.22

20
Yaniawati, Op. Cit., h. 123
21
Ibid.
22
Ibid., h. 125-126
76

[ ][ ]

α = Reliabiltas (koefisien Alfa)


k = Banyaknya butir item/soal
∑si2 = Jumlah varian butir soal

St2 = Varian total


n = Jumlah responden
Uji reliabilitas dalam menentukan kehandalan suatu instrument
penelitian, pada penelitian ini menggunakan kriteria nilai suatu
instrument yang dianggap reliabel. Kriteria pada uji relibel dengan
menggunakan teknik Cronbach Alpha yaitu “…bila koefisien
reliabilitas (r11) > 0,6”23. Pada penelitian ini, teknik cronbach alpha
untuk penentuan reliabilitas di dapatkan dengan menggunakan bantuan
aplikasi SPSS 20.

I. Uji Asumsi Klasik


1. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan uji prasyarat kelayakan data untuk
dianalisis dengan menggunakan statistik parametrik atau statistik
nonparametrik. Dengan pengujian ini, akan didapat hasil distribusi data
tersebut yaitu berdistribusi normal atau tidak normal. Jika sebuah data
lolos uji normalitas, maka data tersebut berdistribusi normal dan akan
digunakan statistik parametrik. Sedangkan jika sebuah data tidak lolos
uji, atau dapat dikatakan bahwa data tersebut tidak berdistribusi
normal, maka data tersebut menggunakan statistik nonparametrik.
Namun, untuk data tidak berdistribusi normal, jika ingin dianalisis
dengan statistik parametrik, maka harus dibuat berdistribusi normal
dengan cara transformasi data ke distribusi normal baku.24

23
Siregar, op.cit., h. 90
24
Hasan, op.cit., h. 278-279
77

Jenis uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji


Kolmogorov-Smirnov dan grafik P-P Plot. Uji normal dengan
Kolmogorov-Smirnov untuk melihat distribusi data dengan nilai
signifikan dalam tabel, dan untuk metode grafik P-P Plot untuk melihat
penyebaran data melalui grafik.
a) Uji Kolmogorov-Smirnov
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data distribusi residual
normal atau tidak. “Residual berdistribusi normal jika nilai
signifikan lebih dari 0,05”25
b) Metode Grafik P-P Plot
Untuk mengetahui suatu data berdistribusi normal atau tidak, dapat
dilihat dengan grafik P-P Plot, di mana penyajian datanya dalam
bentuk grafik diagonal. “Sebagai dasar pengambilan keputusannya,
jika titik-titik menyebar sekitar garis dan mengikuti garis diagonal,
maka nilai residual tersebut telah normal”.26

2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas adalah keadaan atau kejadian di mana
adanya korelasi antar variabel bebas. Artinya, ada korelasi antara X1,
X2,…, Xn pemeriksaan tentang adanya multikolinearitas dilakukan
dengan menggunakan VIF (Variance Inflation Factor) yang terkait
dengan Xh yaitu:

Dengan adalah korelasi kuadrat dari Xh dengan variabel bebas


lainnya.27
Pada pengujian multikolinearitas diharapkan tidak terjadi variabel
yang terindikasi multikolinearitas. Menurut Imam Ghozali dalam
buku Duwi Priyatno, dalam menentukan kriteria pengujian, “…apabila

25
Duwi Priyatno, SPSS 22 Pengolah Data Terpraktis (Yogyakarta: Andi, 2014), h. 94
26
Ibid., h. 91
27
Bambang Suharjo, Statistik Terapan Disertai Contoh Aplikasi dengan SPSS
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), cet. 1, h. 118
78

nilai VIF kurang dari 10 dan Tolerance lebih dari 0,1, maka dinyatakan
tidak terjadi multikolinieritas”28.

3. Uji Heterokedastisitas
Uji Heteroskedastisitas dilakukan dengan tujuan mencari tahu
apakah terdapat varian yang tidak sama dalam suatu pengamatan.
“Heteroskedastisitas adalah varian residual yang tidak sama pada
semua pengamatan di dalam model regresi. Regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi heteroskedastisitas”29. Dari penjelasan
tersebut, model regresi seharusnya memiliki varian data yang sama.
Metode yang digunakan pada uji ini, yaitu metode grafik
scatterplot. Hasil yang akan dicari tahu adalah “jika tidak ada pola
yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0
pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas”30.

J. Uji Hipotesis
Pengertian hipotesis dalam buku Abdul Halim Hanafi yaitu
“…rumusan yang menyatakan harapan adanya hubungan tertentu antara
dua fakta atau lebih.”31 Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji
regresi linear berganda.

1. Persamaan Regresi Linear Berganda


Persamaan umum untuk regresi linear berganda dikutip dari Suliyanto,
adalah sebagai berikut.
Y = a + b1X1 + b1X2 + b3X3 + Ɛ
Keterangan:
Y = kepatuhan wajib pajak
a = konstanta
b1 = koefisien regresi untuk X1

28
Priyatno, op.cit, h. 103
29
Ibid., h. 108
30
Ibid., h. 113
31
Abdul Halim Hanafi, Metode Penelitian Bahasa untuk Penelitian, Tesis, dan Disertasi
(Jakarta: Diadit Media Press, 2011), cet. 1, h. 68
79

b2 = koefisien regresi untuk X2


b3 = koefisien regresi untuk X3
X1 = sanksi
X2 = sosialisasi
X3 = pendapatan
Ɛ = nilai residu32
2. Uji t
Uji t atau uji individual, adalah uji statistik bagi koefisien regresi
dengan hanya satu koefisien regresi yang memengaruhi Y.33 Uji parsial
atau uji t ini menggunakan tingkat signifikan 0,05, jika nilai thitung >
ttabel maka terdapat pengaruh antara variabel bebas dengan variabel
terikatnya.

3. Uji F
Uji F atau uji serentak dapat juga disebut uji statistik secara simultan,
yaitu uji statistik bagi koefisien regresi yang serentak atau bersama-
sama memengaruhi Y.34 Uji serentak atau uji F ini menggunakan
tingkat signifikan 0,05, jika nilai Fhitung > Ftabel maka terdapat pengaruh
antara variabel bebas dengan variabel terikatnya.

4. Koefisien Determinan
Koefisien penentu (KP) atau koefisien determinasi (KD)
merupakan angka atau indeks yang digunakan untuk mengetahui
besarnya sumbangan satu variabel atau lebih dari variabel independen
(variabel bebas, X) terhadap variasi (naik/turunnya) variabel dependen
(variabel terikat, Y). nilai koefisien penentu atau determinasi berada
antara 0 sampai 1 (0 ≤ KP ≤ 1).
Kriteria yang digunakan pada koefisien penentu atau koefisien
determinasi adalah:

32
Suliyanto, Ekonometrika Terapan-Teori dan Aplikasi dengan SPSS Edisi 1
(Yogyakarta: Andi, 2011), h. 54
33
Misbahuddin, op.cit., h. 160
34
Ibid., h. 159
80

a. Jika nilai koefisien penentu (KP) = 0, berarti tidak pengaruh


varaibel independen (X) terhadap variabel dependen (Y).
b. Jika nilai koefisien penentu (KP) = 1, berarti variasi
(naik/turunnya) variabel dependen (Y) adalah 100%
dipengaruhi oleh variabel independen (X).
c. Jika nilai koefisien penentu (KP) berada di antara 0 dan 1
(0 < KP < 0) maka besarnya pengaruh variabel independen
terhadap variasi (naik/turunnya) variabel dependen adalah
sesuai dengan nilai KP itu sendiri, dan selebihnya berasal
dari faktor-faktor lain.35
Penentuan nilai koefisien determinasi, di lihat dari tabel hasil uji
pada Adjusted R Square (Adjusted R2). Penentuan nilai koefisien
determinasi pada Adjusted R Square (Adjusted R2) mendasari pada
pernyataan dari buku Imam Gozhali, bahwa jika menggunakan R2,
setiap penambahan satu variabel independen pasti nilai R2 akan
meningkat, tidak perduli variabel tersebut berpengaruh signifikan atau
tidak terhadap variabel dependen. Namun, kesepakatan peneliti
menggunakan nilai Adjusted R2, karena nilai Adjusted R2 dapat naik
atau turun jika satu variabel independen ditambahkan ke dalam
model.36
Jadi, penggunaan nilai Adjusted R2 bernilai konsisten, di mana
nilai yang ada akan naik atau turun bergantung pada penambahan
variabel independen, serta tingkat signifikan atau tidaknya suatu
variabel.

35
Ibid., h. 49
36
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM SPSS 23 Edisi 8
(Semarang: Universitas Diponegoro, 2016) h. 95
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Wilayah Penelitian


1. Gambaran Umum Desa Gandaria
Desa Gandaria dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
Tangerang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Pembentukan 77 Kelurahan
di lingkungan Kabupaten Tangerang. Secara demografi, Desa Gandaria
terletak di sebelah selatan Kantor Kecamatan Mekar Baru dengan jarak
tempuh 9 km, dan mempunyai unsur pembantu pemerintah terbawah,
terdiri dari 4 Rukun Warga (RW) dan 21 Rukun Tangga (RT). Luas
wilayah Desa Gandaria adalah 217, 6 hektar dan merupakan daerah
dataran rendah dengan ketinggian dari permukaan laut 48 meter,
dengan suhu 27 0C – 33 0C. Iklim yang dimilik oleh Desa Gandaria
terdapat 2 (dua) iklim, yaitu penghujan dan kemarau. Iklim yang
mempengaruhi Desa Gandaria adalah iklim tropis dengan angin
bertiup dari arah utara ke selatan dengan kecepatan rata-rata 15 km dan
curah hujan rata-rata 26,4 mm per tahunnya.
Perbatasan wilayah desa Gandaria, dibatasi oleh beberapa desa
lain yaitu:
a) Sebelah utara berbatasan dengan Desa Pagenjahan
b) Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Blukbuk
c) Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tamiang
d) Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kosambi Dalam
Pada tahun 2017, jumlah penduduk Desa Gandaria berjumlah
5.396 jiwa yang akan dijelaskan pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Desa Gandaria Tahun 2017

No. Jenis kelamin Jumlah jiwa


1 Laki-laki 2.599

81
82

2 Perempuan 2.797
Total 5.396
Sumber: Data Desa Gandaria

Jumlah pendudukan yang telah dijelaskan pada tabel 4.1,


kemudian dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan umur
penduduknya, yang akan dijelaskan pada tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur (Tahun)

No. Umur (tahun) Jumlah


1 0–4 472
2 5–9 626
3 10 – 14 530
4 15 – 19 630
5 20 – 24 382
6 25 – 29 255
7 30 – 34 307
8 35 – 39 280
9 40 – 44 309
10 45 – 49 312
11 50 – 54 315
12 >55 930
Sumber: Data Desa Gandaria

Pada tabel 4.2, terlihat bahwa jumlah penduduk terbanyak


berumur lebih dari 55 tahun (>55 tahun), sedangkan jumlah penduduk
paling rendah berumur 25-29 tahun. Jumlah penduduk berdasarkan
tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh, ditampilkan pada tabel 4.3
berikut:
83

Tabel 4.3
Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan

No. Pendidikan Jumlah


1 Belum sekolah 992
Usia 7-45 tidak pernah
2 45
sekolah
3 SD / sederajat 1.788
4 SMP / sederajat 1.687
5 SMA / sederajat 413
6 Perguruan tinggi 120
7 Buta huruf 303
Sumber: Data Desa Gandaria

Data tabel 4.3 menjelaskan tentang jumlah penduduk berdasarkan


pada pendidikannya, dan terlihat bahwa penduduk terbanyak dari tamat
SD/sederajat yaitu 1.788 orang, sedangkan jumlah penduduk terendah
dari tamat perguruan tinggi yaitu 120 orang.

B. Gambaran Umum Objek Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian yang ini bertempat di wilayah Desa Gandaria,
Kecamatan Mekar Baru, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
Jumlah responden penelitian adalah 72 orang, yang dijadikan sampel
untuk diteliti. Jumlah tersebut kemudian disebar pada 4 RW (Rukun
Warga) yang ada di Desa Gandaria. Masing-masing RW diberikan 18
kuesioner untuk diberikan kepada responden penelitian. Penyebaran
angket dideskripsikan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.4

Data Distribusi Sampel Penelitian dan Data Yang Diterima

Rukun Data Data


No. Wilayah
Warga (RW) yang yang
84

dikirim diterima
1 RW 1 Kampung Kelebet 18 18
2 RW 2 Kampung Betong 18 18
3 RW 3 Kampung Rawa 18 18
Waluh
4 RW 4 Kampung Kipatih 18 18
total 72 72
Sumber: Data primer yang diolah 2017

Jumlah sampel penelitian adalah 72 responden, dan penyebaran


kuesioner oleh peneliti pun berjumlah 72, disebar pada 4 RW dengan
masing-masing RW mendapat angket sebanyak 18, hal itu terlihat
dalam tabel di atas. Kuesioner tersebut yang akan dibagikan kepada
para responden Wajib Pajak Bumi dan Bangunan. Data yang diterima
atau kembali pada peneliti sebanyak 72 kuesioner. Ini memperlihatkan
bahwa penyebaran kuesioner pada 4 RW di desa Gandaria, seluruh
kuesioner dapat kembali dengan jumlah yang sama. Dipaparkan pada
tabel 4.5 tentang persentase distribusi kuesioner pada responden,
berikut ini:
Tabel 4.5
Distribusi Kuesioner

Kuesioner Jumlah Persentase (%)

Kuesioner yang dikirim 72 100%


Kuesioner yang diterima 72 100%
Kuesioner yang tidak kembali 0 0
Total kuesioner yang dapat diuji 72 100%
Sumber: Data primer yang diolah 2017

C. Karakteristik Responden
Karakteristik responden pada penelitian ini, didasarkan pada jenis
kelamin, usia, pendidikan, dan pekerjaan responden. Sedangkan responden
penelitian ini adalah wajib pajak bumi dan bangunan di desa Gandaria.
Dengan jumlah sampel penelitian 72 sampel, yang disebar pada 4 RW,
dengan masing-masing RW diberikan 18 angket atau kuesioner.
85

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Di bawah ini adalah karakteristik responden berdasarkan jenis
kelamin yang peneliti peroleh dari lapangan:
Tabel 4.6
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)


Laki-laki 50 69,4%
perempuan 22 30,6%
Total 72 100%
Sumber: Data primer yang diolah 2017

Pada penyajian data tabel 4.6, terlihat bahwa jumlah responden


Wajib Pajak PBB berdasarkan jenis kelamin, terbanyak dari responden
laki-laki dengan jumlah 50 responden (69,4%). Pada data tersebut,
responden penelitian ini didominasi oleh laki-laki, dan responden
perempuan berpartisipasi dalam penelitian ini hanya sekitar 22
responden (30,6%).

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia


Di bawah ini akan dijelaskan karakteristik responden berdasarkan
pada usia, sebagai berikut:
Tabel 4.7
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia (Tahun) Jumlah Persentase (%)


20-24 0 0
25-35 6 8,3%
35-45 18 25%
>45 48 66,7%
Total 72 100%
Sumber: Data primer yang diolah 2017
86

Hasil pengumpulan data responden Wajib Pajak PBB, terlihat


bahwa responden dengan usia terbanyak adalah di atas 45 tahun (>45
tahun) dengan jumlah 48 responden (66,7%). Sedangkan, tidak ada
responden yang mengisi kuesioner dengan identitas usia 20-24 tahun.

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir


Di bawah ini akan dijelaskan karakteristik responden berdasarkan
pada pendidikan akhir yang ditempuh, sebagai berikut:
Tabel 4.8
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan Jumlah Persentase (%)

Tidak Tamat SD 10 13,9%

SD 20 27,8%

SMP 18 25%

SMA 14 19,4%

D3 5 6,9%

>D3 5 6,9%

Total 72 100%

Sumber: Data primer yang diolah 2017

Data tabel 4.8 menunjukan bahwa responden terbanyak pada


karakteristik pendidikan terakhir adalah jenjang pendidikan SD atau
sekolah dasar, yaitu 20 responden (27,8%), hal ini tidak berbeda jauh
dengan banyaknya responden pendidikan terakhir SMP yaitu yaitu 18
responden (25%). Sedangkan, responden dengan pendidikan terakhir
paling sedikit terdapat dua jenjang pendidikan, yaitu D3 dan >D3 yaitu
5 responden (6,9%).

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Yang Dimiliki


Di bawah ini akan dijelaskan karakteristik responden berdasarkan
pada pekerjaan yang dimilikinya, sebagai berikut:
87

Tabel 4.9
Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Yang Dimiliki
Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
Buruh pabrik 3 4,2%
Pedagang 16 22,2%
Petani 29 40,3%
PNS 4 5,6%
Pegawai swasta 12 16,7%
Lainnya 8 11%
Total 72 100%
Sumber: Data primer yang diolah 2017
Hasil pengolahan data primer pada responden berdasarkan
pekerjaannya, terlihat bahwa responden terbanyak adalah yang bekerja
sebagai petani, yaitu 40,3% atau 29 responden. Sedangkan, responden
paling sedikit adalah yang bekerja sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil)
yaitu 5,6% atau 4 responden.

5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan


Berikut ini akan dijelaskan tentang karakteristik responden
berdasarkan pada jumlah pendapatan yang dihasilkan, disajikan dalam
tabel berikut ini:
Tabel 4.10
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan
Pendapatan Jumlah Persentase (%)
<1.000.0000 1 1,4%
1.000.000 – 2.000.000 12 16,7%
2.000.000 – 3.000.000 23 31,9%
3.000.000 – 4.000.000 23 31,9%
4.000.000 – 5.000.000 11 15,3%
>5.000.000 2 2,8%
Total 72 100%
Sumber: Data primer yang diolah 2017
88

Dari penyajian data di atas, terlihat bahwa jumlah responden


dengan pendapatan terbanyak yaitu berjumlah 23 orang, dengan dua
kategori pendapatan yaitu 2.000.000-3.000.000 dan 3.000.000-
4.000.000. Sedangkan responden yang pendapatannya paling kecil
berjumlah 1 orang dengan kategori pendapatan >1.000.000 atau kurang
dari 1 juta. Dari data di atas, dapat diketahui rata-rata pendapatan
responden yang menjadi sampel penelitian ini memiliki pendapatan
dua juta sampai empat juta perbulannya, baik dari pekerjaan pokok
maupun pendapatan dari pekerjaan sampingan juga.

D. Hasil Kuesioner Responden


1. Kuesioner Variabel Sanksi

Tabel 4.11
Kuesioner Variabel Sanksi

Butir Skala Likert


soal 5 4 3 2 1 Jumlah

1 36 32 2 2 0 72

2 32 37 2 1 0 72

3 27 40 1 4 0 72

4 30 38 3 1 0 72

5 41 27 3 1 0 72

6 47 14 6 3 2 72

7 20 48 2 2 0 72

Hasil pengolahan data kuesioner yang telah di sebar kepada


responden wajib pajak bumi dan bangunan pada bagian variabel
sanksi, terlihat bahwa pada butir soal nomor 1 (saya mengetahui bahwa
terdapat sanksi jika tidak membayar atau telat membayar pajak PBB)
sebagian besar responden mengatakan sangat setuju (SS). Pada butir
89

soal nomor 2 (saya membayar pajak PBB tepat waktu agar tidak
dikenakan sanksi denda) sebagian besar responden menjawab setuju
(S). Pada butir soal nomor 3 (pemberian sanksi karena telat bayar
pajak PBB atau karena pemalsuan SPT adalah wajar) sebagian besar
responden menjawab setuju (S). Pada butir soal nomor 4 (sanksi dan
denda Pajak Bumi dan Bangunan memacu saya untuk membayar pajak
tepat waktu) sebagian besar responden menjawab setuju (S). Pada butir
soal nomor 5 (menurut saya pengenaan sanksi pajak PBB harus
dilakukan secara tegas kepada semua pihak yang melakukan
pelanggaran) sebagian besar responden menjawab sangat setuju (SS).
Pada butir soal nomor 6 (menurut saya pengenaan denda 2% per bulan
apabila terlambat membayar pajak PBB adalah wajar) sebagian besar
responden menjawab sangat setuju (SS). Pada butir soal nomor 7
(sanksi pajak mampu membuat saya tidak mengulangi kesalahan atas
keterlambatan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan) sebagian besar
responden menjawab setuju (S)
2. Kuesioner Variabel Sosialisasi

Tabel 4.12
Kuesioner Variabel Sosialisasi

Butir Skala Likert


soal 5 4 3 2 1 Jumlah

1 33 24 12 3 0 72

2 51 16 3 2 0 72

3 50 14 6 2 0 72

4 45 23 4 0 0 72

5 37 27 8 0 0 72

6 38 26 5 3 0 72

7 37 29 5 1 0 72
90

Hasil pengolahan data kuesioner yang telah di sebar kepada


responden wajib pajak bumi dan bangunan pada bagian variabel
sosialisasi, terlihat bahwa pada butir soal nomor 1 (saat ada kebijakan
tentang pajak PBB, saya melihatnya melalui sepanduk dan baliho di
jalan) sebagian besar responden menjawab sangat setuju (SS). Pada
butir soal nomor 2 (saya mendapat informasi tentang pajak PBB
melalui petugas kelurahan) sebagian besar responden menjawab sangat
setuju (SS). Pada butir soal nomor 3 (petugas kelurahan memberikan
sosialisasi pajak PBB saat ada perubahan kebijakan pajak), sebagian
besar responden menjawab sangat setuju (SS). Pada butir soal nomor 4
(adanya sosialisasi pajak, membuat saya paham pentingnya membayar
pajak, termasuk pajak PBB), sebagian besar responden menjawab
sangat setuju (SS). Pada butir soal nomor 5 (pemberitaan mengenai
informasi pajak dapat membuat wajib pajak ingin membayar pajak
PBB), sebagian besar responden menjawab sangat setuju (SS). Pada
butir soal nomor 6 (pemerintah melakukan pendekatan kepada
masyarakat melalui penyuluhan maupun seminar yang bertemakan
tentang pajak PBB), sebagian besar responden menjawab sangat setuju
(SS). Pada butir soal nomor 7 (pembinaan, pengarahan, dan informasi
yang baik akan membuat wajib pajak mau membayar PBB), sebagian
besar responden menjawab sangat setuju (SS).
3. Kuesioner Variabel Pendapatan

Tabel 4.13
Kuesioner Variabel Pendapatan

Butir Skala Likert


soal 5 4 3 2 1 Jumlah

2 42 12 5 12 1 72

3 36 30 5 1 0 72

4 32 30 6 4 0 72
91

5 35 32 5 0 0 72

6 48 15 5 4 0 72

7 32 32 7 1 0 72

Hasil pengolahan data kuesioner yang telah di sebar kepada


responden wajib pajak bumi dan bangunan pada bagian variabel
pendapatan, terlihat bahwa pada butir soal nomor 2 (saya mendapat
raskin pada setiap bulannya), sebagian besar responden menjawab
sangat setuju (SS). Pada butir soal nomor 3 (pendapatan yang saya
peroleh, dapat memenuhi kebutuhan utama seperti makan dan belanja
harian, dan juga memenuhi kewajiban, seperti membayar pajak),
sebagian besar responden menjawab sangat setuju (SS). Pada butir soal
nomor 4 (pendapatan yang saya peroleh hanya cukup untuk kebutuhan
sehari-hari), sebagian besar responden menjawab sangat setuju (SS).
Pada butir soal nomor 5 (pendapatan yang saya miliki adalah hasil dari
pekerjaan pokok), sebagian besar responden menjawab sangat setuju
(SS). Pada butir soal nomor 6 (ketika saya sakit akan menggunakan
kartu BPJS, jamsostek, atau asuransi), sebagian besar responden
menjawab sangat setuju (SS). Pada butir soal nomor 7 (saya memiliki
pekerjaan sampingan untuk memperoleh pendapatan tambahan),
sebagian besar responden menjawab sangat setuju (SS) dan setuju (S).
4. Kuesioner Variabel Kepatuhan

Tabel 4.14
Kuesioner Variabel Kepatuhan

Butir Skala Likert


soal 5 4 3 2 1 Jumlah

1 44 17 7 4 0 72

2 40 22 7 3 0 72
92

3 38 27 5 2 0 72

4 39 33 0 0 0 72

5 44 26 2 0 0 72

6 44 26 2 0 0 72

7 37 28 7 0 0 72

Hasil pengolahan data kuesioner yang telah di sebar kepada


responden wajib pajak bumi dan bangunan pada bagian variabel
pendapatan, terlihat bahwa pada butir soal nomor 1 (saya tidak
mempunyai tunggakan Pajak Bumi dan Bangunan), sebagian besar
responden menjawab sangat setuju (SS). Pada butir soal nomor 2 (saya
membayar Pajak Bumi dan Bangunan tepat waktu sebelum tanggal
jatuh tempo), sebagian besar responden menjawab sangat setuju (SS).
Pada butir soal nomor 3 (saya setuju apabila terlambat atau tidak
membayar Pajak Bumi dan Bangunan akan dikenakan sanksi sesuai
dengan ketentuan dan perundang-undangan), sebagian besar responden
menjawab sangat setuju (SS). Pada butir soal nomor 4 (saya bersedia
memberi informasi tentang objek pajak PBB yang saya miliki kepada
petugas pajak), sebagian besar responden menjawab sangat setuju
(SS). Pada butir soal nomor 5 (informasi objek pajak PBB yang saya
berikan adalah sesuai dengan objek pajak yang saya miliki), sebagian
besar responden menjawab sangat setuju (SS). Pada butir soal nomor 6
(saya tidak pernah dipidana karena masalah pembayaran pajak bumi
dan bangunan), sebagian besar responden menjawab sangat setuju
(SS). Pada butir soal nomor 7 (saya tidak pernah lalai dalam
membayarkan pajak bumi dan bangunan), sebagian besar responden
menjawab sangat setuju (SS).
93

E. Hasil Penelitian
1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas pada penelitian ini menggunakan
program SPSS Versi 20. Pengujian awal dari suatu data yang akan
diteliti adalah dengan uji validitas terlebih dahulu, hal ini untuk
mendapatkan data yg valid atau data yang sah, dengan uji validitas
menggunakan dasar rumus Pearson Correlation Product Moment.
Rumus ini dimana akan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel
product moment, suatu item soal dikatakan valid jika r hitung lebih
besar dari r tabel (rhitung>rtabel), pada penelitian ini, nilai rtabel yang
digunakan adalah 0,312. Hasil dari uji validitas, di mana butir-butir
soal yang dinyatakan valid, kemudian bisa untuk diuji pada tahap
selanjutnya yaitu uji reliabilitas.
Uji reliabilitas digunakan untuk mencari tahu data yang dianggap
handal, jika suatu data dianggap handal maka data tersebut akan
konsisten walaupun digunakan dalam waktu yang berbeda dan pada
responden yang berbeda pula. Jadi, suatu instrument atau data
dianggap handal, jika data tersebut dapat konsisten dalam
pengujiannya. Untuk menentukan apakah suatu data dapat dianggap
reliabel atau tidak, pada penelitian ini menggunakan rumus Cronbach
Alpha dengan kriteria yang dianggap reliabel adalah “…bila koefisien
reliabilitas (r11) > 0,6”.1
a. Uji Validitas
Tabel 4.15
Hasil Uji Validitas
Variabel Indikator Butir Soal Valid Tidak Valid
Pengetahuan Butir soal 1 Butir soal 1
-
Sanksi (X1) sanksi
Penghindaran Butir soal 2 Butir soal 2 -

1
Siregar, op.cit., h. 90
94

sanksi denda
Kewajaran Butir soal 3 Butir soal 3
pemberian -
sanksi
Penerapan Butir soal 4 Butir soal 4 Butir soal 8
sanksi Butir soal 5 Butir soal 5
Butir soal 6 Butir soal 6
Butir soal 7 Butir soal 7
Butir soal 8
Media Butir soal 1 Butir soal 2 Butir soal 1
sosialisasi Butir soal 2
Informasi Butir soal 3 Butir soal 3
-
pajak
Perubahan Butir soal 4 Butir soal 4
-
kebijakan

Sosialisasi Sosialisasi Butir soal 5 Butir soal 5

(X2) Pemahaman -
pajak
Pemberitaan Butir soal 6 Butir soal 6 -
Keterlibatan Butir soal 7 Butir soal 7
komunitas -

Tujuan dan Butir soal 8 Butir soal 8 -


manfaat
Jenis Butir soal 2 Butir soal 2
-
pendapatan
Kemampuan Butir soal 3 Butir soal 4
Pendapatan
membayar Butir soal 4 Butir soal 5 Butir soal 3
(X3)
pajak Butir soal 5
Kerja pokok Butir soal 6 Butir soal 6 -
Penerimaan Butir soal 7 Butir soal 7 -
95

bukan
pendapatan
Kerja Butir soal 8 Butir soal 8
-
sampingan
Kepatuhan Butir soal 1 Butir soal 1
membayar Butir soal 2 Butir soal 2
pajak Butir soal 3 Butir soal 4 Butir soal 3
Butir soal 4 Butir soal 5
Butir soal 5
Kepatuhan
Pemberian Butir soal 6 Butir soal 6
(Y) -
informasi
Kepatuhan Butir soal 7 Butir soal 7
-
material
Melalaikan Butir soal 8 Butir soal 8
-
pajak
Sumber: Data primer yang diolah 2017

Data tabel 4.15 yang memaparkan hasil uji validitas, terlihat


bahwa dari sejumlah butir soal yang diuji, terdapat butir soal yang
valid dan juga tidak valid. Butir soal yang tidak valid tersebut,
kemudian dibuang atau dihilangkan, sehingga tidak diikut sertakan
pada uji berikutnya yaitu uji reliabilitas. Butir soal tidak valid yang
telah dibuang, tidak mempengaruhi indikator pada setiap variabel.
Setiap indikator tetap terwakili pertanyaannya, walaupun terdapat
beberapa butir soal yang tidak valid.
b. Uji Reliabilitas
Pengujian kedua dalam menguji kualitas data yaitu uji
reliabilitas, uji ini dilakukan setelah uji validitas data. Data yang
sudah dianggap valid, akan diuji kembali dalam uji reliabilitas.
Dalam pengukurannya, uji ini menggunakan rumus Cronbach’s
Alpha.
96

Tabel 4.16
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Jumlah butir
Variabel Cronbach’s Alpha Keterangan
soal
Sanksi 0,802 7 Reliabel
Sosialisasi 0,867 7 Reliabel
Pendapatan 0,607 6 Reliabel
Kepatuhan 0,630 7 Reliabel
Sumber: Data primer yang diolah 2017

Dari tabel 4.16, terlihat bahwa seluruh nilai uji reliabilitas


terhadap empat variabel di atas, lebih dari 0,60, sehingga dapat
diambil kesimpulan bahwa keempat variabel yaitu sanksi,
sosialisasi, pendapatan, dan kepatuhan dinyatakan reliabel.

2. Hasil Uji Asumsi Klasik


a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan pada suatu data penelitian untuk
mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui model uji apa yang baik untuk
menguji suatu data, apakah menggunakan uji parametrik atau non
parametrik. Pada penelitian ini uji normalitas yang digunakan,
menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov dan analisis grafik
P-P Plot.
1) Uji Statistik Kolmogorov-Smirnov
Tabel 4.17
Hasil Uji Normalitas Secara Statistik

Sumber: Data primer yang diolah 2017


97

Berdasarkan uji normalitas dengan uji statistik


Kolmogorov-Smirnov, terlihat bahwa nilai signifikan output di
atas (Asymp.Sig 2-tailed) adalah sebesar 0,289. Karena nilai
signifikan tersebut lebih dari 0,05, maka data penelitian
berdistribusi secara normal.
2) Analisis Grafik P-P Plot
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Secara Analisis Grafik

Sumber: Data primer yang diolah 2017


Dari gambar 4.1, terlihat pada grafik bahwa titik-titik
menyebar di sekitar garis, dan mengikuti garis diagonal. Maka,
dapat diambil kesimpulan bahwa secara analisis grafik P-P
Plot, data berdistribusi secara normal.
b. Uji Multikolinieritas
Pada uji multikolinieritas, dilakukan untuk mengetahui ada
atau tidaknya korelasi antar variabel bebas pada suatu penelitian.
“Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
variabel independen”2. Untuk melihat ada atau tidaknya korelasi
pada variabel bebas, uji multikolinieritas dengan melihat pada nilai
tolerance dan inflation factor (VIF). Menurut Imam Ghozali dalam
buku Duwi Priyatno, “…apabila nilai VIF kurang dari 10 dan

2
Ghozali, op.cit., h. 103
98

Tolerance lebih dari 0,1, maka dinyatakan tidak terjadi


multikolinieritas”3.
Tabel 4.18
Hasil Uji Multikolinieritas

Sumber: Data primer yang diolah 2017

Dari hasil uji pada tabel 4.18, dapat diketahui bahwa hasil nilai
tolerance dan VIF ketiga variabel bebas yaitu sanksi, sosialisasi
dan pendapatan. Terlihat bahwa nilai tolerance ketiganya lebih dari
0,10 atau 0,1 dan VIF ketiga variabel adalah kurang dari 10. Maka,
dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terjadi multikolinieritas
antar variabel bebas.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas dilakukan dengan tujuan mencari tahu
apakah terdapat varian yang tidak sama dalam suatu pengamatan.
Metode yang digunakan pada uji ini, yaitu metode grafik
scatterplot. Hasil yang akan dicari tahu adalah “jika tidak ada pola
yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0
pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas”4.

3
Priyatno, op.cit., h. 103
4
Ibid., h. 113
99

Gambar 4.2
Hasil Uji Heteroskedastisitas

Sumber: Data primer yang diolah 2017

Hasil output uji heteroskedastisitas pada gambar 4.2, terlihat


bahwa titik-titik pada grafik menyebar dan membentuk pola yang
tidak jelas, dan pola menyebarnya terdapat di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas pada model regresi.

3. Hasil Uji Hipotesis


a. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Uji koefisien determinasi atau Adjusted R2 digunakan untuk
“…mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel dependen”5. Nilai yang dikehendaki
pada uji Adjusted R2 adalah 0-1. Saat nilai determinasi semakin
mendekati angka 1, maka variabel independen tersebut dapat
menjelaskan variasi variabel dependennya.

5
Gozhali, op.cit., h.95
100

1) Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Simultan


Tabel 4.19
Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Simultan

Sumber: Data primer yang diolah 2017

Hasil output uji koefisien determinasi, pada Adjusted R


Square (Adjusted R2), terlihat bahwa nilai Adjusted R2 adalah
0,619 atau 61,9%. Ini menunjukan bahwa variabel independen atau
bebas yaitu sanksi, sosialisasi, dan pendapatan dapat menjelaskan
variasi variabel dependen yaitu kepatuhan sebesar 0,619 (61,9%)
dan sisanya yaitu 38,1% dijelaskan oleh variabel independen lain,
yang tidak dijelaskan pada penelitian ini.
2) Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Parsial
Tabel 4.20
Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Variabel Sanksi

Sumber: Data primer yang diolah 2017


Hasil output uji koefisien determinasi, pada Adjusted R
Square (Adjusted R2), terlihat bahwa nilai Adjusted R2 adalah
0,589 atau 58,9%. Ini menunjukan bahwa variabel independen
sanksi dapat memberikan pengaruh pada variabel dependen
yaitu kepatuhan sebesar 0,589 atau 58,9%.
101

Tabel 4.21
Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Variabel Sosialisasi

Sumber: Data primer yang diolah 2017


Hasil output uji koefisien determinasi, pada Adjusted R
Square (Adjusted R2), terlihat bahwa nilai Adjusted R2 adalah
0,395 atau 39,5%. Ini menunjukan bahwa variabel independen
sosialisasi dapat memberikan pengaruh pada variabel dependen
yaitu kepatuhan sebesar 0,395 atau 39,5%.
Tabel 4.22
Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Variabel Pendapatan

Sumber: Data primer yang diolah 2017


Hasil output uji koefisien determinasi, pada Adjusted R
Square (Adjusted R2), terlihat bahwa nilai Adjusted R2 adalah
0,449 atau 44,9%. Ini menunjukan bahwa variabel independen
pendapatan dapat memberikan pengaruh pada variabel
dependen yaitu kepatuhan sebesar 0,449 atau 44,9%.
b. Hasil Uji Persamaan Regresi Linear Berganda
Uji persamaan regresi linear berganda digunakan untuk
mengetahui pengaruh antara variabel-variabel independen yaitu
sanksi, sosialisasi, dan pendapatan dengan variabel dependennya
yaitu kepatuhan. Berikut hasil pengolahan datanya.
102

Tabel 4.23
Hasil Uji Persamaan Regresi Linear Berganda

Sumber: Data primer yang diolah 2017

Dari hasil output tabel 4.20, maka dapat dibuat persamaan


regresi linear berganda sebagai berikut:

Y = 7,726 + 0,596X1 ─ 0,073X2 + 0,294X3


Pada hasil persamaan regresi di atas, terlihat bahwa nilai
konstanta adalah 7,726. Ini dapat diartikan bahwa, jika tiga
variabel independen tersebut bernilai konstan atau nol (0), maka
variabel dependen kepatuhan akan meningkat sebesar 7,726 satuan.
Koefisien regresi pada variabel sanksi yaitu 0,596. Dapat
diartikan bahwa setiap peningkatan variabel sanksi sebesar 1
satuan, maka akan meningkatkan variabel kepatuhan sebesar 0,596
satuan. Dengan asumsi bahwa variabel independen atau bebas
lainnya bernilai konstan atau tetap.
Koefisien regresi pada variabel sosialisasi yaitu -0,073. Dapat
diartikan bahwa setiap peningkatan variabel sosialisasi sebesar 1
satuan, maka akan menimbulkan penurunan variabel kepatuhan
sebesar 0,073 satuan. Dengan asumsi bahwa variabel independen
atau bebas lainnya bernilai konstan.
Koefisien regresi pada variabel pendapatan yaitu 0,294. Dapat
diartikan bahwa setiap peningkatan variabel pendapatan sebesar 1
satuan, maka akan meningkatkan variabel kepatuhan sebesar 0,294
103

satuan. Dengan asumsi bahwa variabel independen atau bebas


lainnya bernilai konstan atau tetap.
c. Hasil Uji Secara Simultan (Uji F)
Uji simultan atau uji F, bertujuan untuk menguji secara
bersama-sama variabel independen untuk mengetahui apakah ada
pengaruh terhadap variabel dependen, jika variabel independen
diuji secara bersama-sama. Uji F pada penelitian ini, akan
membandingan nilai F hitung dengan F tabel, pada probabilita
0,05, di mana jika Fhitung>Ftabel maka terdapat pengaruh secara
simultan variabel independen dengan variabel dependen. Di bawah
ini hasil uji F pada tabel berikut.
Tabel 4.24
Hasil Uji Secara Simultan (Uji F)

Sumber: Data primer yang diolah 2017

Hasil output tabel 4.21, terlihat bahwa nilai F hitung adalah


39,522. Membandingkan dengan nilai F tabel pada penelitian ini
yaitu 2,74 (probabilita 0,05, df 1 = 3, df 2 = 68). Dari data tersebut,
bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel atau Fhitung>Ftabel
(39,522>2,74). Dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel
sanksi, sosialisasi, dan pendapatan berpengaruh terhadap variabel
kepatuhan.
c. Hasil Uji Secara Parsial (Uji t)
Uji t dilakukan dengan tujuan mencari tahu pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen secara parsial atau secara
individu. Tidak hanya mencari tahu pengaruh secara individual,
namun juga mencari tahu ada atau tidaknya pengaruh yang
104

dihasilkan oleh variabel independen jika diuji secara individual.


Pengujian ini dilakukan pada taraf signifikan 0,05. Dengan hasil
ttabel yaitu 1,99547.
Tabel 4.25
Hasil Uji Secara Parsial (Uji t)

Sumber: Data primer yang diolah 2017

Dari hasil pengolahan data tabel 4.22, akan dijelaskan variabel


independen yaitu sanksi, sosialisasi, dan pendapatan secara parsial
berikut ini:
a) Pengaruh Sanksi Pajak PBB Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Variabel sanksi pada tabel di atas terlihat mendapatkan nilai
thitung yaitu 5,530. Nilai tersebut lebih besar dari nilai ttabel yaitu
1,99547, thitung>ttabel (5,530>1,99547), dengan nilai signifikan 0,000
yaitu kurang dari 0,05 (0,000<0,05).
b) Pengaruh Sosialisasi Pajak PBB Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Variabel sosialisasi pada tabel di atas terlihat mendapat nilai -
0,590. Nilai ini lebih kecil dari nilai ttabel yaitu 1,99547, jadi
thitung<ttabel (-0,590<1,99547), dengan nilai signifikan 0,557 yaitu
lebih dari 0,05 (0,557>0,05).
c) Pengaruh Pendapatan Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak
Variabel pendapatan pada tabel di atas terlihat mendapatkan
nilai thitung yaitu 2,367. Nilai tersebut lebih besar dari nilai ttabel
yaitu 1,99547, thitung>ttabel (2,367>1,99547), dengan nilai signifikan
0,021 yaitu kurang dari 0,05 (0,021<0,05).
105

F. Pembahasan Hasil Penelitian


Pembahasan hasil penelitian pada variabel-variabel independen yang
mempengaruhi variabel dependen secara parsial (individu) dijelaskan
sebagai berikut:
1. Pengaruh Sanksi Pajak PBB Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Dapat disimpukan bahwa variabel sanksi berpengaruh dan
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak
PBB. Variabel sanksi berpengaruh terhadap kepatuhan, karena
masyarakat di desa Gandaria mengetahui tentang sanksi pada pajak
bumi dan bangunan, dimana sanksi baik administrasi maupun pidana
membuat masyarakat mau untuk membayar pajaknya. Membayar
denda karena telat bayar pajak menurut masyarakat akan lebih
merugikan mereka, jadi mereka lebih memilih untuk tepat bayar pajak
agar tidak dikenakan sanksi. Sanksi pun ada untuk membuat seseorang
mau mengikuti peraturan yang telah dibuat. Sanksi yang berdasarkan
undang-undang diberikan agar wajib pajak mau untuk membayar
pajaknya dengan tepat waktu dan sesuai peraturan perpajakannya.
Hasil penelitian ini, sejalan dengan hasil penelitian relevan yang
dilakukan oleh Nina Elisyah Siagian (2014) dengan penelitian yang
berjudul “Analisis Sejumlah Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan
Masyarakat Desa Dan Kota Dalam Membayar Pajak Bumi Dan
Bangunan Di Kota Padangsidimpuan”. Hasil penelitiannya
menyatakan bahwa secara parsial, sanksi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak
PBB.
Penelitian ini, sejalan pula dengan penelitian Ananda (2015) yang
berjudul “Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak
dalam membayar pajak bumi dan bangunan dengan pendapatan
masyarakat sebagai variable moderating (studi pada Wajib Pajak di
kota Medan)”. Dengan hasil penelitiannya, menyatakan bahwa secara
106

parsial, sanksi berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam


membayar pajak PBB.
2. Pengaruh Sosialisasi Pajak PBB Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Dapat disimpulkan bahwa variabel sosialisasi secara parsial tidak
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak membayar pajak PBB,
hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Zulfakhry
Nashby yang berjudul “Analisis pengaruh penerapan sensus pajak,
sosialisasi pajak dan persepsi efektifitas sistem perpajakan terhadap tingkat
kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada KPP wilayah Jakarta Selatan”.
Pada penelitian Zulfakhry, bahwa sosialisasi berpengaruh secara
parsial terhadap kepatuhan wajib pajak, di mana semakin baik
sosialisasi akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak. hasil penelitian
ini tidak sejalan dengan hasil penelitia Zulfakhry. Dari hasil
wawancara didapatkan beberapa faktor yang menjadi penyebab tidak
berpengaruhnya sosialisasi terhadap kepatuhan yaitu, sosialisasi yang
dilakukan oleh petugas desa tidakdilakukan secara menyeluruh kepada
masyarakat di Desa Gandaria, hanya beberapa wilayah desa saja yang
mendapat pemberitahuan saat ada sosialisasi tentang pajak.
Pada saat penelitian lapangan, sebagian masyarakat mengatakan
tidak mendapat sosialisasi jika ada kebijakan tenang pajak. Namun,
sebagian masyarakat mengatakan bahwa jika ada sosialisasi, dimana
petugas desa akan memberitahukannya kepada warga dengan cara
berkeliling desa. Tidak hanya karena kurang meratanya sosialisasi
tersebut, namun saat adanya sosialisasi pajak, sebagian masyarakat ada
yang tidak hadir pada saat sosialisasi berlangsung. Ada pula penyebab
dari sosialisasi melalui media seperti sepanduk atau baliho di jalan
sekitar desa pun jarang ada. Faktor-faktor tersebut yang menyebabkan
perbedaan persepsi sosialisasi pada masyarakat.
3. Pengaruh Pendapatan Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Dapat disimpulkan bahwa variabel pendapatan berpengaruh dan
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak
107

PBB. Hasil penelitian pada variabel pendapatan berpengaruh terhadap


kepatuhan, dimana tinggi rendahnya pendapatan seseorang akan
mempengaruhi orang tersebut untuk mau atau tidak membayarkan
pajaknya. Saat pendapatan seseorang rendah, maka mereka akan sulit
untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Namun, saat penghasilan
bertambah, mereka akan lebih mampu untuk memenuhi kewajiban
perpajakannya.
Hasil penelitian ini, sejalan dengan hasil penelitian relevannya
yang dilakukan oleh Nina Elisyah Siagian (2014) dengan penelitian
yang berjudul “Analisis Sejumlah Faktor Yang Mempengaruhi
Kepatuhan Masyarakat Desa Dan Kota Dalam Membayar Pajak Bumi
Dan Bangunan Di Kota Padangsidimpuan”. Hasil penelitiannya
menyatakan bahwa secara parsial, pendapatan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak
PBB.
Penelitian ini, sejalan pula dengan penelitian Ananda (2015) yang
berjudul “Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak
dalam membayar pajak bumi dan bangunan dengan pendapatan
masyarakat sebagai variable moderating (studi pada Wajib Pajak di
kota Medan)”. Dengan hasil penelitiannya, menyatakan bahwa secara
parsial, pendapatan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
dalam membayar pajak PBB.
4. Pengaruh Sanksi, Sosialisasi, dan Pendapatan Wajib Pajak terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak
Variabel sanksi dan pendapatan secara parsial berpengaruh
terhadap kepatuhan, namun variabel sosialisasi tidak berpengaruh.
Akan tetapi, variabel sanksi, sosialisasi, dan pendapatan akan
berpengaruh terhadap kepatuhan jika dilakukan secara bersamaan dan
dalam waktu yang sama. Karena sanksi, sosialisasi, dan pendapatan
akan saling melengkapi jika dilakukan dalam waktu yang sama.
Dimana, sanksi sebagai hukuman kepada pelanggarnya jika tidak ada
108

sosialisasi yang baik dari pemerintah, maka akan sulit masyarakat


untuk paham tentang adanya sanksi. Hal ini akan mengakibatkan
banyaknya wajib pajak yang melanggar dan terkena sanksi karena
kurangnya pemahaman mereka. Pendapatan sebagai faktor ekonomi
yang sangat fundamental, sangat berperan penting dalam mencegah
sanksi. Jika seseorang memiliki pendapatan yang tinggi, dengan
adanya sosialisasi yang baik akan peraturan perpajakan dan sanksi
yang diberikan jika telat membayar pajak, maka mereka yang memiliki
penghasilan tinggi/besar akan mau untuk membayarkan pajaknya
karena mengingat sanksi administrasi atau denda yang cukup
merugikan jika mereka telat membayar pajak. Maka, secara simultan
variabel sanksi, sosialisasi, dan pendapatan berpengaruh terhadap
kepatuhan membayar pajak.

G. Keterbatasan Penelitian
Setiap penelitian, pasti memiliki keterbatasan atau masalah yang
terjadi baik saat penentuan variabel, observasi, maupun saat penelitian
lapangan. Hal ini pula terjadi pada penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti, dengan mengusahakan dan dilakukan sesuai prosedur ilmiah,
tetapi masih terdapat keterbatasan pada penelitian ini yang akan dijelaskan
sebagai berikut:

1. Keterbatasan dalam memilih jumlah variabel yang diteliti, hanya


tiga variabel bebas yang bisa diteliti pada penelitian ini yaitu
sanksi, sosialisasi, pendapatan. Namun, masih banyak faktor atau
variabel bebas lain yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak
dalam membayar pajak PBB.
2. Keterbatasan pada responden yang mengisi kuesioner,
terkadangan responden yang mengisi tidak menunjukan keadaan
mereka yang sesungguhnya. Menutup-nutupi keadaan sebenarnya.
3. Beberapa responden sulit untuk dihubungi dan sulit diajak
bekerjasama dalam mengisi kuesioner.
109

4. Penelitian ini ditujukan kepada masyarakat umum yang menjadi


wajib pajak PBB, sebagian responden ketakutan untuk mengisi
kuesioner karena takut akan ditagih membayar pajak. Sehingga,
peneliti harus melakukan pendekatan yang intens pada responden
wajib pajak.
5. Keterbatasan waktu untuk menyelesaikan penelitian yang tidak
lama, dan dana yang minim untuk menyelesaikan penelitian ini.
BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
dari variabel independen yaitu sanksi, sosialisasi, dan pendapatan,
terhadap variabel dependen yaitu kepatuhan wajib pajak. Jumlah sampel
dalam penelitian ini yaitu 72 responden, yang disebar pada 4 RW di desa
Gandaria. Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan diolah,
dengan menggunakan model regresi linier berganda, maka dapat
disimpulkan beberapa hasil dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda, secara parsial variabel
sanksi berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar
pajak PBB. Terlihat pada nilai thitung 5,530, nilai tersebut lebih besar
dari ttabel yaitu 1,99547 jadi thitung>ttabel (5,530>1,99547).
2. Berdasarkan dari hasil uji regresi linier berganda, secara parsial
variabel sosialisasi tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
dalam membayar pajak PBB. Hal ini dikarenakan kurang meratanya
sosialisasi dari petugas desa pada masyarakat sekitar, hanya sebagian
masyarakat yang mendapatkan sosilaisasi. Tidak hanya karena kurang
meratanya sosialisasi tersebut, namun saat adanya sosialisasi pajak,
sebagian masyarakat ada yang tidak hadir pada saat sosialisasi
berlangsung. Ditambah pula, sosialisasi melalui media seperti
sepanduk atau baliho di jalan sekitar desa pun jarang ada. Hal ini
terlihat dari nilai thitung 0,590, nilai ini lebih kecil dari nilai ttabel yaitu
1,99547, sehingga thitung<ttabel (-0,590<1,99547).
3. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda, secara parsial variabel
pendapatan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
membayar pajak PBB. Terlihat dari nilai thitung 2,367, nilai tersebut
lebih besar dari nilai ttabel 1,99547. Sehingga, thitung>ttabel
(2,367>1,99547).

110
111

4. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda, secara simultan atau


pengujian bersama-sama variabel independen (sanksi, sosialisasi, dan
pendapatan) berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
membayar pajak PBB. Pengaruh yang diberikan oleh ketiga variabel
independen itu dalam pengujian uji F yaitu 39,522, nilai ini lebih besar
dari F tabel yaitu 2,74. Jadi, Fhitung>Ftabel (39,522>2,74).

B. Implikasi
Implikasi yang didapat dari hasil penelitian yang telah dilakukan
yaitu sebagai berikut:
1. Hasil dari penelitian ini, diketahui bahwa sanksi pajak berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak PBB. Hal ini
memperlihatkan bahwa semakin baiknya penerapan sanksi yang tegas
dan sanksi yang yang adil pada setiap wajib pajak, akan berdampak
semakin meningkatnya kepatuhan wajib pajak untuk mau
membayarkan pajak PBB, karena adanya sanksi yang membayangi
mereka untuk membayarkan kewajibannya. Pada dasarnya, wajib pajak
mengetahui kewajibannya dan tahu akan sanksi yang berlaku jika tidak
membayar pajak. maka dari itu sanksi yang tegas dan adil, akan
mmebuat semakin meningkatnya kepatuhan membayar pajak.
2. Hasil penelitian pada variabel sosialisasi, diketahui bahwa sosialisasi
tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. hal ini karena
kurangnya sosialisasi dari petugas pemerintahan atau petugas desa,
tidak meratanya sosialisasi yang diberikan, hanya pada sebagian
masyarakat yang mendapat sosialisasi. Masalah ini mengakibatkan
kurangnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang pajak,
dan juga mengakibatkan masyarakat tidak tahu jika adanya suatu
perubahan kebijakan yang dilakukan pemerintah karena kurangnya
sosialisasi tersebut.
3. Hasil dari penelitian ini, diketahui bahwa pendapatan berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak PBB. Hal ini
karena pajak yang dikenakan untuk PBB jumlahnya relatif sedikit dan
112

pemungutannya dilakukan setahun sekali. Peningkatan pendapatan


wajib pajak pun mempengaruhi kepatuhan membayar pajaknya,
semakin besar pendapatan yang diperoleh wajib pajak, akan
meningkatkan kemauan atau kepatuhan mereka untuk membayar pajak
PBB.

C. Saran
Berdasarkan hasi penelitian yang telah dilakukan, dan kesimpulan
dari penelitian ini, maka akan disampaikan beberapa saran pada pihak-
pihak tertentu yang memerlukannya, yaitu sebagai berikut:
1. Untuk penelitian selanjutnya, lebih teliti dalam memilih variabel
penelitian dan observasi terlebih dahulu pada wilayah penelitian agar
mengetahui situasi dan kondisi wilayah tersebut.
2. Untuk penelitian selanjutnya, wawancara pada petugas wilayah
setempat atau pada tokoh masyarakat setempat akan membantu dalam
menentukan variabel penelitian. Dan selalu melakukan pendekatan
pada masyarakat.
3. Menambahkan variabel penelitian, untuk mendapatkan hasil penelitian
yang lebih baik lagi.
4. Penambahan jumlah responden pada penelitian, agar mendapatkan
hasil penelitian lebih baik.
5. Untuk aparat pemerintah daerah, hendaknya lebih memperhatikan
masyarakat terutama pada pembayaran pajaknya, melakukan
pendekatan yang baik pada masyarakat, agar mereka merasa
diperhatikan oleh pemerintah. Memberikan sosialisasi yang baik dan
merata pada masyarakat, serta memberikan penyuluhan tentang pajak
agar masyarakat tahu dan paham akan kewajiban membayar pajak
yang baik dan benar, serta memberikan kemudahan masyarakat untuk
membayarkan pajaknya.
DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Abdulsyani. Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: PT Bumi Aksara,


2012.
Darwin. Pajak Bumi dan Bangunan dalam Tataran Praktis. Jakarta: Mitra
Wacana Media, 2013.
Devano, Sony dan Siti Kurnia Rahayu. Perpajakan Konsep, Teori, dan Isu Edisi
1. Jakarta: Kencana, 2006.
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM SPSS 23
Edisi 8. Semarang: Universitas Diponegoro, 2016.
Gilarso, T. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro Edisi Revisi. Yogyakarta: Kanisius,
2008.
Halim, Abdul, dkk. Perpajakan Konsep, Aplikasi, Contoh, dan Studi Kasus.
Jakarta: Salemba Empat, 2014.
Hanafi, Abdul Halim. Metode Penelitian Bahasa untuk Penelitian, Tesis, dan
Disertasi. Jakarta: Diadit Media Press, 2011.
Indrawan, Rully dan R. Poppy Yaniawati. Metodologi Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, dan Campuran untuk Manajemen, Pembangunan, dan
Pendidikan. Bandung: Refika Aditama, 2014.
Jhingan, M.L. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2012.
Kabupaten Tangerang dalam Angka 2015. Tangerang: Badan Pusat Statistik
Kabupaten Tangerang, 2017.
Kabupaten Tangerang dalam Angka 2016. Tangerang: BPS Kabupaten
Tangerang, 2017.
Mardiasmo. Perpajakan Edisi Revisi 17. Yogyakarta: Andi Yogyakarta, 2013.
Marsyahrul, Tony. Pengantar Perpajakan. Jakarta: PT Grasindo, 2006.
Misbahuddin dan Iqbal Hasan. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta:
Bumi Aksara, 2013.
Mulanto, Sri. Perpajakan Edisi Revisi 2008. Yogyakarta: Andi, 2008.

113
114

Noor, Juliansyah. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya


Ilmiah Edisi 1. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.
Priyatno, Duwi. SPSS 22 Pengolah Data Terpraktis. Yogyakarta: Andi, 2014.
Resmi, Siti. Perpajakan Teori dan Kasus, Buku 1 Edisi 6. Jakarta: Salemba
Empat, 2012.
_____. Perpajakan Teori dan Kasus Buku 2 Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat,
2013.
Setiadi, Elly M. dan Usman Kolip. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan
Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya Edisi 1.
Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013.
Simanjuntak, Timbul Hamonangan dan Imam Mukhlis. Dimensi Ekonomi
Perpajakan dalam Pembangunan Ekonomi. Depok: Raih Asa Sukses-
Penebar Swadaya Grup, 2012.
Siregar, Syofian. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi
dengan Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17. Jakarta: Bumi
Aksara, 2013.
Sitio, Arifin dan Halomoan Tamba. Koperasi Teori dan Praktik. Jakarta:
Erlangga, 2001.
Soemitro, Rochmat dan Dewi Kania Sugiharti. Asas dan Dsar Perpajakan Edisi
revisi 2. Bandung: Refika Aditama, 2004.
Soemitro, Rochmat dan Zainal Muttaqin. Pajak Bumi dan Bangunan. Bandung;
Refika Aditama, 2001.
Soemitro, Rochmat. Asas dan Dasar Perpajakan 2 Edisi Revisi. Bandung: Refika
Aditama, 1998.
_____. Asas dan Dasar Perpajakan 3. Bandung: Eresco, 1991.
Subagyo, Joko. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta, 2015.
Sudarmanto, R. Gunawan. Statistik Terapan Berbasis Komputer Dengan Program
IBM SPSS Statistic 19. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013.
Suharjo, Bambang. Statistik Terapan Disertai Contoh Aplikasi dengan SPSS.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013.
Suliyanto. Ekonometrika Terapan-Teori dan Aplikasi dengan SPSS Edisi 1.
Yogyakarta: Andi, 2011.
Sumardi, Mulyanto dan Hans-Dieter Evers, ed. Kemiskinan dan Kebutuhan
Pokok. Jakarta: CV. Rajawali, 1985.
115

Suryani dan Hendryadi. Metode Riset Kuantitatif : Teori dan Aplikasi Pada
Penelitian Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam. Jakarta: Prenadamedia
Group, 2015.
Tjokroamidjojo, Bintoro. Pengantar Administrasi Pembangunan. Jakarta: LP3ES,
1990.
Tjokroamidjojo, Bintoro. Perencanaan Pembangunan. Jakarta: Haji Masagung,
1990.
Undang-Undang Pajak Dilengkapi dengan UU Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah+PTKP 2006. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2006.
Wibisono, Yusuf. Metode Statistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2009.

JURNAL

Asriyani, Yennita dan Karona Cahya Susena. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Kepatuhan Wajib Pajak Bumi Dan Bangunan Di Kecamatan Teluk Segara
Kota Bengkulu. Ekombis Review – Yennita Asriyani dan Karona Cahya
Susena. 4, 2016.

Binambuni, Donny. Sosialisasi Pbb Pengaruhnya Terhadap Kepatuhan Wajib


Pajak Di Desa Karatung Kecamatan Nanusa Kabupaten Talaud. Jurnal
EMBA. 1, 2013.

Handayani, Sapti Wuri, dkk. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan


Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan
Bebas. http://sna.akuntansi.unikal.ac.id/makalah/085-PPJK-14.pdf. 2017.

Hasannudin. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak dalam


Membayar PBB dengan Variabel Moderating Sikap Wajib Pajak atas Denda
(Studi Empiris Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kota Tidore Kepulauan).
Jurnal Riset Akuntansi dan Auditing. 5, 2014.

Kurniawan, Ardy dan Sentot Imam Wahjono. Analisis Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Pelaksanaan Pemungutan Pajak Bumi Dan Bangunan Di
Kabupaten Tulungagung. Jurnal Ilmu Manajemen, REVITALISASI. 2, 2013.

Martani, Dwi. Kepatuhan Pajak Dalam Perpajakan. Ecomoics Business


Accounting Review. 2005.
Purwanto, Wahyu, dkk. Pengaruh Tingkat Ekonomi, Pengetahuan Pajak dan
Kepercayaan Masyarakat Terhadap Kepatuhan Pajak Bumi dan Bangunan
Dengan Kontrol Petugas Desa Sebagai Variabel Moderating. Jurnal
Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi. 11, 2015.
116

Putri, Amanda R. Siswanto dan I Ketut Jati. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor Di
Denpasar. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. 2, 2013.
Sopana, Regiansyah Widhi, dkk. Analisis Kepatuhan Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan Dengan Dipengaruhi Tingkat
Pendidikan, Tingkat Ekonomi, Peran Pemerintah Dan Sanksi Administrasi.
Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi.12, 2016.
Sudrajat, Ajat dan Arles Parulian Ompusunggu. Pemanfaatan Teknologi
Informasi, Sosialisasi Pajak, Pengetahuan Perpajakan, dan Kepatuhan Pajak.
Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP. 2, 2015.
Suryadi, Imam, dkk. Pengaruh Sosialisasi Perpajakan, Sanksi Administrasi Dan
Tingkat Pemahaman Wajib Pajak Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi Dalam Memenuhi Kewajibannya (Studi Pph Pasal 21 Pada
Kpp Pratama Singsosari). Jurnal Perpajakan (JEJAK). 8, 2016.
Yusnidar, Johan, dkk. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib
Pajak Dalam Melakukan Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan
dan Perkotaan (Studi Pada Wajib Pajak Pbb-P2 Kecamatan Jombang
Kabupaten Jombang). Jurnal Perpajakan (JEJAK). 1, 2015.

SKRIPSI

Ananda, “Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam


membayar pajak bumi dan bangunan dengan pendapatan masyarakat sebagai
variable moderating (studi pada Wajib Pajak di kota Medan)”, Tesis pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara: 2015.
Erawati, Agustin Puji, “Pengaruh sosialisasi pajak, sanksi administrasi, dan
kualitas pelayanan terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak
kendaraan bermotor”, Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: 2012
Linting, Reynaldi Manuel, “Pengaruh Pengetahuan dan Pemahaman tentang
Peraturan Perpajakan, Tingkat Penghasilan Wajib Pajak, dan Sanksi Denda
Terhadap Kemauan Pengusaha Kecil dan Menengah Memenuhi Kewajiban
Perpajakan (Studi Kasus pada Usaha Kecil dan Menengah di UKM
SMESCO MT.Haryono)”, Skripsi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Indonesia: 2012.
Nasbi, Zulfakhry, “Analisis Pengaruh Penerapan Sensus Pajak, Sosialisasi Pajak
dan Persepsi Efektifitas Sistem Perpajakan Terhadap Tingkat Kepatuhan
Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP Wilayah Jakarta Selatan”, Sarjana
pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta: 2014.
117

Saputra, Robert, “Pengaruh Sanksi, Kesadaran Perpajakan, dan Kualitas


Pelayanan Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan
Bangunan (Studi Empiris Pada Wajib Pajak Kabupaten Pasaman)”, Skripsi
pada Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Padang: 2015.
Siagian, Nina Elisyah, “Analisis Sejumlah Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
Masyarakat Desa dan Kota dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan di
Kota Padangsidimpuan”, Tesis pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Sumatera Utara: 2014.

ARTIKEL

Badan Pusat Statistik. “Realisasi Penerimaan Negara (Miliar Rupiah), 2007-


2017”, https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1286, 07 Februari
2017.

Direktorat Jendral Pajak Kementerian Keuangan. “Peran Pajak Terhadap


Pembangunan Nasional dan Daerah”, www.pajak.go.id/node/9975?lang=en,
25 November 2016.

Hutagaol, Jhon. “Strategi Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak”.


http://www.pajak.go.id/content/strategi-meningkatkan-kepatuhan-wajib-
pajak, 11 November 2017.

Kabar6.com. “Wow, PAD dari PBB-P2 di Kabupaten Tangerang Capai Rp102


miliar”, https://www.kabar6.com/tangerang/kabar-pemda/23058-wow-pad-
dari-pbb-p2-di-kabupaten-tangerang-capai-rp102-miliar, 26 Desember 2016.

Manurung, Surya. “Kompleksitas Kepatuhan Pajak”.


http://www.pajak.go.id/content/article/kompleksitas-kepatuhan-pajak, 11
November 2017.
Ramadhan, N. Ridho. “Sistem Perjakan Di Indonesia Sistem Self
Assessment”,http://www.academia.edu/8924272/SISTEM_PERJAKAN_DI
_INDONESIA_Sistem_Self_Assessment, 26 Desember 2016.

Susanto, Herry. “Membangun Kesadaran Dan Kepedulian Sukarela Wajib Pajak”.


http://www.pajak.go.id/content/membangun-kesadaran-dan-kepedulian-
sukarela-wajib-pajak, 26 Desember 2016.

Wawancara
Faruq, Amir. Wawancara. Gandaria, 9 Oktober 2017
Tabrani. Wawancara. Gandaria, 6 Oktober 2017
LAMPIRAN
Lampiran 1

ANGKET UJI COBA PENELITIAN

Dengan Hormat,

Sehubungan dengan tugas akhir (skripsi) selaku mahasiswa program studi strata
satu (S1) jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Bahwa saya
yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Nadwatul Khoiroh

NIM : 1113015000093

Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan/Pendidikan IPS

Bermaksud untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Sanksi,


Sosialisasi, dan Pendapatan Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Membayar
Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Gandaria”.

Untuk itu, saya mengharapkan kesediaan bapak/ibu untuk menjadi responden


pada penelitian ini. Semoga partisipasi bapak/ibu dapat memberikan manfaat
dalam pengolahan data penelitian ini. Atas kerjasamanya saya mengucapkan
terimakasih.

Hormat saya,

Peneliti

(Nadwatul Khoiroh)
A. Identitas Responden
Berilah tanda (√) pada identitas pengenal Bapak/Ibu/Saudara.
1. Nama :
2. Umur : 20-24 25-35 35-45
>45
3. Jenis Kelamin : laki-laki perempuan
4. Jenis pekerjaan : PNS pedagang petani
buruh pabrik pegawai swasta
lainnya, sebutkan…….
5. Pendidikan terakhir : tidak tamat SD SD SMP
SMA D3 >D3

B. Petunjuk Pengisian
1. Bacalah setiap pernyataan secara teliti sebelum anda menjawab
2. Pilihlah salah satu jawaban dengan memberi tanda centang () pada
salah satu kolom yang tersedia, terdapat 5 poin, yaitu:
1) Sangat Setuju (SS) : mendapat skor 5
2) Setuju (S) : mendapat skor 4
3) Netral (N) : mendapat skor 3
4) Tidak Setuju (TS) : mendapat skor 2
5) Sangat Tidak Setuju (STS) : mendapat skor 1
3. Tidak ada jawaban yang salah, semua jawaban adalah benar. Untuk itu
jawablah sesuai dengan keadaan yang anda alami.
C. Angket Penelitian
Pertanyaan yang berhubungan dengan Sanksi Pajak (X1)
No Pertanyaan SS S N TS STS
Saya mengetahui bahwa terdapat sanksi jika tidak
1
membayar atau telat membayar pajak PBB
Saya membayar pajak PBB tepat waktu agar tidak
2
dikenakan sanksi denda
3 Pemberian sanksi karena telat bayar pajak PBB atau
karena pemalsuan SPT adalah wajar
Sanksi dan denda Pajak Bumi dan Bangunan memacu
4
saya untuk membayar pajak tepat waktu
Menurut saya pengenaan sanksi pajak PBB harus
5 dilakukan secara tegas kepada semua pihak yang
melakukan pelanggaran
Menurut saya pengenaan denda 2% per bulan apabila
6
terlambat membayar pajak PBB adalah wajar
Sanksi pajak mampu membuat saya tidak mengulangi
7 kesalahan atas keterlambatan pembayaran Pajak
Bumi dan Bangunan
Sanksi pajak sangat diperlukan oleh wajib pajak agar
8 tercipta kedisiplinan dan kesadaran dalam memenuhi
kewajiban sebagai warga Negara

Pertanyaan yang berhubungan dengan Sosialisasi Pajak (X2)


No Pertanyaan SS S N TS STS
Informasi tentang pajak PBB didapat dari media
elektronik seperti iklan pajak di televisi, talkshow di
1
radio atau televisi, dan melalui media cetak seperti
majalah atau koran
Saat ada kebijakan tentang pajak PBB, saya
2
melihatnya melalui sepanduk dan baliho di jalan
Saya mendapat informasi tentang pajak PBB melalui
3
petugas kelurahan
Petugas kelurahan memberikan sosialisasi pajak PBB
4
saat ada perubahan kebijakan pajak
Adanya sosialisasi pajak, membuat saya paham
5
pentingnya membayar pajak, termasuk pajak PBB
6 Pemberitaan mengenai informasi pajak dapat
membuat wajib pajak ingin membayar pajak PBB
Pemerintah melakukan pendekatan kepada
7 masyarakat melalui penyuluhan maupun seminar
yang bertemakan tentang pajak PBB
Pembinaan, pengarahan, dan informasi yang baik
8
akan membuat wajib pajak mau membayar PBB

Pertanyaan yang berhubungan dengan Pendapatan (X3)


1. Berapakah pendapatan yang diperoleh selama satu bulan?

< 1.000.000 > 5.000.0000


1.000.000 – 2.000.000
2.000.000 – 3.000.000
3.000.000 – 4.000.000
4.000.000 – 5.000.000

No Pertanyaan SS S N TS STS
2 Saya mendapat raskin pada setiap bulannya
Saat pendapatan bertambah, maka saya akan mampu
3
untuk membayar pajak PBB
Pendapatan yang saya peroleh, dapat memenuhi
kebutuhan utama seperti makan dan belanja harian,
4
dan juga memenuhi kewajiban, seperti membayar
pajak
Pendapatan yang saya peroleh hanya cukup untuk
5
kebutuhan sehari-hari
Pendapatan yang saya miliki adalah hasil dari
6
pekerjaan pokok
Ketika saya sakit akan menggunakan kartu BPJS,
7
jamsostek, atau asuransi
8 Saya memiliki pekerjaan sampingan untuk
memperoleh pendapatan tambahan

Pertanyaan yang berhubungan dengan Kepatuhan (Y)


No Pertanyaan SS S N TS STS
Saya tidak mempunyai tunggakan Pajak Bumi dan
1
Bangunan
Saya membayar Pajak Bumi dan Bangunan tepat
2
waktu sebelum tanggal jatuh tempo
Saya membayar Pajak Bumi dan Bangunan sesuai
3 dengan jumlah yang tertera di Surat Pemberitahuan
Pajak Terutang (SPPT) Pajak Bumi dan Bangunan
Saya setuju apabila terlambat atau tidak membayar
4 Pajak Bumi dan Bangunan akan dikenakan sanksi
sesuai dengan ketentuan dan perundang-undangan
Saya bersedia memberi informasi tentang objek pajak
5
PBB yang saya miliki kepada petugas pajak
Informasi objek pajak PBB yang saya berikan adalah
6
sesuai dengan objek pajak yang saya miliki
Saya tidak pernah dipidana karena masalah
7
pembayaran pajak bumi dan bangunan
Saya tidak pernah lalai dalam membayarkan pajak
8
bumi dan bangunan
Lampiran 2

ANGKET PENELITIAN

Dengan Hormat,

Sehubungan dengan tugas akhir (skripsi) selaku mahasiswa program studi strata
satu (S1) jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Bahwa saya
yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Nadwatul Khoiroh

NIM : 1113015000093

Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan/Pendidikan IPS

Bermaksud untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Sanksi,


Sosialisasi, dan Pendapatan Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Membayar
Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Gandaria”.

Untuk itu, saya mengharapkan kesediaan bapak/ibu untuk menjadi responden


pada penelitian ini. Semoga partisipasi bapak/ibu dapat memberikan manfaat
dalam pengolahan data penelitian ini. Atas kerjasamanya saya mengucapkan
terimakasih.

Hormat saya,

Peneliti

(Nadwatul Khoiroh)
D. Identitas Responden
Berilah tanda (√) pada identitas pengenal Bapak/Ibu/Saudara.
1. Nama :
2. Umur : 20-24 25-35 35-45 >45
3. Jenis Kelamin : laki-laki perempuan
4. Jenis pekerjaan : PNS pedagang petani
buruh pabrik pegawai
swasta lainnya, sebutkan…….
5. Pendidikan terakhir : tidak tamat SD SD SMP
SMA D3 >D3
E. Petunjuk Pengisian
4. Bacalah setiap pernyataan secara teliti sebelum anda menjawab
5. Pilihlah salah satu jawaban dengan memberi tanda centang () pada
salah satu kolom yang tersedia, terdapat 5 poin, yaitu:
6) Sangat Setuju (SS) : mendapat skor 5
7) Setuju (S) : mendapat skor 4
8) Netral (N) : mendapat skor 3
9) Tidak Setuju (TS) : mendapat skor 2
10) Sangat Tidak Setuju (STS) : mendapat skor 1
6. Tidak ada jawaban yang salah, semua jawaban adalah benar. Untuk itu
jawablah sesuai dengan keadaan yang anda alami.
F. Angket Penelitian
Pertanyaan yang berhubungan dengan Sanksi Pajak (X1)
No Pertanyaan SS S N TS STS
Saya mengetahui bahwa terdapat sanksi jika tidak
1
membayar atau telat membayar pajak PBB
Saya membayar pajak PBB tepat waktu agar tidak
2
dikenakan sanksi denda
Pemberian sanksi karena telat bayar pajak PBB atau
3
karena pemalsuan SPT adalah wajar
4 Sanksi dan denda Pajak Bumi dan Bangunan memacu
saya untuk membayar pajak tepat waktu
Menurut saya pengenaan sanksi pajak PBB harus
5 dilakukan secara tegas kepada semua pihak yang
melakukan pelanggaran
Menurut saya pengenaan denda 2% per bulan apabila
6
terlambat membayar pajak PBB adalah wajar
Sanksi pajak mampu membuat saya tidak mengulangi
7 kesalahan atas keterlambatan pembayaran Pajak
Bumi dan Bangunan

Pertanyaan yang berhubungan dengan Sosialisasi Pajak (X2)


No Pertanyaan SS S N TS STS
Saat ada kebijakan tentang pajak PBB, saya
1
melihatnya melalui sepanduk dan baliho di jalan
Saya mendapat informasi tentang pajak PBB melalui
2
petugas kelurahan
Petugas kelurahan memberikan sosialisasi pajak PBB
3
saat ada perubahan kebijakan pajak
Adanya sosialisasi pajak, membuat saya paham
4
pentingnya membayar pajak, termasuk pajak PBB
Pemberitaan mengenai informasi pajak dapat
5
membuat wajib pajak ingin membayar pajak PBB
Pemerintah melakukan pendekatan kepada
6 masyarakat melalui penyuluhan maupun seminar
yang bertemakan tentang pajak PBB
Pembinaan, pengarahan, dan informasi yang baik
7
akan membuat wajib pajak mau membayar PBB

Pertanyaan yang berhubungan dengan Pendapatan (X3)


1. Berapakah pendapatan yang diperoleh selama satu bulan?
< 1.000.000 > 5.000.0000
1.000.000 – 2.000.000
2.000.000 – 3.000.000
3.000.000 – 4.000.000
4.000.000 – 5.000.000

No Pertanyaan SS S N TS STS
2 Saya mendapat raskin pada setiap bulannya
Pendapatan yang saya peroleh, dapat memenuhi
kebutuhan utama seperti makan dan belanja harian,
3
dan juga memenuhi kewajiban, seperti membayar
pajak
Pendapatan yang saya peroleh hanya cukup untuk
4
kebutuhan sehari-hari
Pendapatan yang saya miliki adalah hasil dari
5
pekerjaan pokok
Ketika saya sakit akan menggunakan kartu BPJS,
6
jamsostek, atau asuransi
Saya memiliki pekerjaan sampingan untuk
7
memperoleh pendapatan tambahan

Pertanyaan yang berhubungan dengan Kepatuhan (Y)


No Pertanyaan SS S N TS STS
Saya tidak mempunyai tunggakan Pajak Bumi dan
1
Bangunan
Saya membayar Pajak Bumi dan Bangunan tepat
2
waktu sebelum tanggal jatuh tempo
Saya setuju apabila terlambat atau tidak membayar
3 Pajak Bumi dan Bangunan akan dikenakan sanksi
sesuai dengan ketentuan dan perundang-undangan
Saya bersedia memberi informasi tentang objek pajak
4
PBB yang saya miliki kepada petugas pajak
Informasi objek pajak PBB yang saya berikan adalah
5
sesuai dengan objek pajak yang saya miliki
Saya tidak pernah dipidana karena masalah
6
pembayaran pajak bumi dan bangunan
Saya tidak pernah lalai dalam membayarkan pajak
7
bumi dan bangunan
Lampiran 3

UJI VALIDITAS VARIABEL SANKSI (X1)


nomor butir soal
no. resp. skor total
1 2 3 4 5 6 7 8
1 5 4 5 5 5 5 4 5 38
2 5 5 4 4 5 5 4 5 37
3 4 5 4 4 4 5 4 5 35
4 5 5 5 5 5 4 5 5 39
5 5 4 5 4 5 5 4 5 37
6 4 5 5 4 5 5 4 5 37
7 5 4 5 5 5 5 4 4 37
8 5 5 4 5 4 5 4 5 37
9 5 4 5 5 5 5 4 4 37
10 5 4 4 4 5 5 4 4 35
11 3 4 5 4 5 5 4 5 35
12 5 4 5 4 5 5 4 5 37
13 5 5 5 5 5 5 4 4 38
14 5 4 5 4 4 5 5 5 37
15 4 5 5 5 5 5 4 2 35
16 4 5 4 5 5 5 5 5 38
17 5 5 4 5 5 5 4 4 37
18 5 4 4 5 5 5 4 4 36
19 5 5 5 5 5 5 5 5 40
20 5 5 4 5 5 5 4 4 37
21 5 5 4 5 5 5 4 5 38
22 5 5 4 5 5 5 5 5 39
23 5 5 4 5 5 5 4 5 38
24 5 5 5 5 5 5 5 4 39
25 5 5 5 5 5 5 5 5 40
26 4 4 5 4 4 5 5 4 35
27 4 4 4 4 5 5 4 5 35
28 5 5 4 5 5 5 5 4 38
29 4 4 5 5 5 5 5 4 37
30 4 4 4 4 4 4 5 5 34
31 4 4 4 4 5 5 4 4 34
32 5 5 5 5 5 5 4 4 38
33 4 5 4 5 5 5 4 5 37
34 4 4 4 5 4 5 4 5 35
35 5 5 4 5 5 5 5 4 38
36 5 4 5 5 5 5 4 5 38
37 5 5 4 5 5 5 5 5 39
38 5 4 4 4 5 5 4 4 35
39 4 2 2 3 4 1 2 4 22
40 5 5 4 5 5 4 5 4 37
Lampiran 4

HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL SANKSI (X1)


Lampiran 5

BUTIR SOAL VALID VARIABEL SANKSI (X1)

no. nomor butir soal skor


resp. 1 2 3 4 5 6 7 total
1 5 4 5 5 5 5 4 33
2 5 5 4 4 5 5 4 32
3 4 5 4 4 4 5 4 30
4 5 5 5 5 5 4 5 34
5 5 4 5 4 5 5 4 32
6 4 5 5 4 5 5 4 32
7 5 4 5 5 5 5 4 33
8 5 5 4 5 4 5 4 32
9 5 4 5 5 5 5 4 33
10 5 4 4 4 5 5 4 31
11 3 4 5 4 5 5 4 30
12 5 4 5 4 5 5 4 32
13 5 5 5 5 5 5 4 34
14 5 4 5 4 4 5 5 32
15 4 5 5 5 5 5 4 33
16 4 5 4 5 5 5 5 33
17 5 5 4 5 5 5 4 33
18 5 4 4 5 5 5 4 32
19 5 5 5 5 5 5 5 35
20 5 5 4 5 5 5 4 33
21 5 5 4 5 5 5 4 33
22 5 5 4 5 5 5 5 34
23 5 5 4 5 5 5 4 33
24 5 5 5 5 5 5 5 35
25 5 5 5 5 5 5 5 35
26 4 4 5 4 4 5 5 31
27 4 4 4 4 5 5 4 30
28 5 5 4 5 5 5 5 34
29 4 4 5 5 5 5 5 33
30 4 4 4 4 4 4 5 29
31 4 4 4 4 5 5 4 30
32 5 5 5 5 5 5 4 34
33 4 5 4 5 5 5 4 32
34 4 4 4 5 4 5 4 30
35 5 5 4 5 5 5 5 34
36 5 4 5 5 5 5 4 33
37 5 5 4 5 5 5 5 34
38 5 4 4 4 5 5 4 31
39 4 2 2 3 4 1 2 18
40 5 5 4 5 5 4 5 33
41 2 4 4 4 2 5 4 25
42 5 4 5 4 5 4 5 32
43 4 4 4 4 4 4 4 28
44 4 4 4 4 4 4 4 28
45 5 4 5 4 4 3 4 29
46 4 4 4 4 5 3 4 28
47 4 4 4 4 4 4 4 28
48 4 4 5 4 4 5 5 31
49 5 5 5 5 5 5 5 35
50 4 4 4 4 4 5 4 29
51 5 4 4 4 5 5 4 31
52 5 5 5 5 5 5 5 35
53 4 5 4 2 4 5 4 28
54 4 4 4 4 5 3 4 28
55 3 3 2 4 4 2 3 21
56 4 4 5 3 3 1 4 24
57 4 4 4 4 4 4 4 28
58 4 4 2 4 4 2 2 22
59 5 5 5 5 4 4 4 32
60 4 4 4 4 4 4 4 28
61 4 4 4 4 4 4 4 28
62 4 4 4 4 4 4 4 28
63 4 5 4 4 4 3 4 28
64 4 4 4 4 3 3 4 26
65 4 5 4 4 4 4 5 30
66 2 5 2 4 4 2 4 23
67 5 5 4 3 5 5 4 31
68 4 4 4 4 4 4 4 28
69 5 5 4 4 5 5 5 33
70 4 3 3 4 4 3 4 25
71 4 5 5 5 4 5 3 31
72 5 4 5 4 3 5 4 30
Lampiran 6

UJI VALIDITAS VARIABEL SOSIALISASI (X2)

nomor butir soal


no. resp. skor total
1 2 3 4 5 6 7 8
1 4 5 5 5 5 5 5 5 39
2 3 4 5 5 5 5 5 5 37
3 2 5 5 4 5 5 5 5 36
4 5 5 5 5 5 5 5 5 40
5 2 5 5 5 5 5 4 4 35
6 4 5 5 5 5 5 4 4 37
7 4 5 5 5 5 5 5 5 39
8 2 4 5 5 5 5 5 5 36
9 2 4 5 5 5 4 5 5 35
10 4 4 5 5 5 4 5 5 37
11 2 5 5 5 5 5 5 5 37
12 2 5 5 5 5 5 5 5 37
13 5 5 5 5 5 5 5 5 40
14 5 5 5 5 5 5 4 5 39
15 5 5 5 5 5 4 5 5 39
16 2 5 5 5 5 5 5 5 37
17 2 5 5 5 4 5 5 5 36
18 4 5 5 5 5 5 5 5 39
19 5 5 5 5 5 5 5 5 40
20 3 5 5 5 5 5 5 5 38
21 5 4 5 5 5 5 4 4 37
22 5 4 5 5 4 4 5 5 37
23 5 4 5 4 5 4 5 5 37
24 5 5 5 5 5 5 4 4 38
25 5 5 5 4 5 5 4 4 37
26 4 4 5 5 5 5 4 4 36
27 5 4 5 5 5 5 5 5 39
28 5 5 5 5 5 5 4 4 38
29 4 5 5 5 5 5 5 5 39
30 2 4 4 4 4 4 5 5 32
31 4 5 5 5 5 5 4 4 37
32 4 5 5 5 5 5 4 4 37
33 4 5 5 5 4 4 5 5 37
34 4 5 5 5 4 4 5 5 37
35 5 5 5 4 5 4 5 5 38
36 5 5 4 5 4 5 4 4 36
37 5 5 5 5 5 5 5 5 40
38 5 4 4 5 5 5 4 4 36
39 5 2 2 2 4 3 2 2 22
40 5 4 5 5 5 4 5 5 38
Lampiran 7

HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL SOSIALISASI (X2)


Lampiran 8

BUTIR SOAL VAILD VARIABEL SOSIALISASI (X2)

no. nomor butir soal skor


resp. 2 3 4 5 6 7 8 total
1 5 5 5 5 5 5 5 35
2 4 5 5 5 5 5 5 34
3 5 5 4 5 5 5 5 34
4 5 5 5 5 5 5 5 35
5 5 5 5 5 5 4 4 33
6 5 5 5 5 5 4 4 33
7 5 5 5 5 5 5 5 35
8 4 5 5 5 5 5 5 34
9 4 5 5 5 4 5 5 33
10 4 5 5 5 4 5 5 33
11 5 5 5 5 5 5 5 35
12 5 5 5 5 5 5 5 35
13 5 5 5 5 5 5 5 35
14 5 5 5 5 5 4 5 34
15 5 5 5 5 4 5 5 34
16 5 5 5 5 5 5 5 35
17 5 5 5 4 5 5 5 34
18 5 5 5 5 5 5 5 35
19 5 5 5 5 5 5 5 35
20 5 5 5 5 5 5 5 35
21 4 5 5 5 5 4 4 32
22 4 5 5 4 4 5 5 32
23 4 5 4 5 4 5 5 32
24 5 5 5 5 5 4 4 33
25 5 5 4 5 5 4 4 32
26 4 5 5 5 5 4 4 32
27 4 5 5 5 5 5 5 34
28 5 5 5 5 5 4 4 33
29 5 5 5 5 5 5 5 35
30 4 4 4 4 4 5 5 30
31 5 5 5 5 5 4 4 33
32 5 5 5 5 5 4 4 33
33 5 5 5 4 4 5 5 33
34 5 5 5 4 4 5 5 33
35 5 5 4 5 4 5 5 33
36 5 4 5 4 5 4 4 31
37 5 5 5 5 5 5 5 35
38 4 4 5 5 5 4 4 31
39 2 2 2 4 3 2 2 17
40 4 5 5 5 4 5 5 33
41 5 4 5 5 5 5 4 33
42 5 5 5 5 5 5 5 35
43 3 4 3 3 4 3 3 23
44 3 4 4 3 3 4 4 25
45 4 4 5 4 4 4 4 29
46 3 2 3 4 3 2 4 21
47 4 4 4 4 4 4 4 28
48 5 5 5 5 5 5 5 35
49 5 5 5 5 5 5 5 35
50 5 5 5 5 5 4 5 34
51 4 5 5 5 4 4 5 32
52 4 5 5 5 5 5 4 33
53 4 5 5 5 4 5 5 33
54 4 4 3 4 4 4 4 27
55 3 5 5 4 4 3 4 28
56 2 3 4 4 3 5 3 24
57 4 4 4 4 4 4 4 28
58 3 5 5 4 4 3 4 28
59 3 5 3 5 4 3 5 28
60 3 4 4 4 4 3 4 26
61 3 3 4 3 3 4 4 24
62 3 4 3 3 4 4 3 24
63 4 4 4 4 3 2 4 25
64 3 4 4 4 3 4 3 25
65 4 3 2 4 4 4 4 25
66 2 5 5 4 4 4 4 28
67 5 5 5 4 4 5 4 32
68 3 4 4 4 4 4 4 27
69 4 5 5 5 5 5 5 34
70 3 4 3 5 3 4 3 25
71 4 5 5 5 4 5 5 33
72 4 5 5 4 5 5 4 32
Lampiran 9

UJI VALIDITAS VARIABEL PENDAPATAN (X3)

nomor butir soal


no. resp. skor total
1 2 3 4 5 6 7
1 5 5 5 4 5 5 4 33
2 4 5 5 5 5 5 4 33
3 5 5 5 5 5 5 5 35
4 5 5 5 5 5 5 5 35
5 5 4 5 4 5 5 5 33
6 5 4 4 4 5 4 5 31
7 5 5 5 4 5 5 5 34
8 4 5 5 5 4 5 5 33
9 4 5 4 5 4 5 5 32
10 5 5 4 4 5 5 5 33
11 5 5 5 5 4 5 4 33
12 5 5 5 5 4 5 4 33
13 5 5 5 4 5 5 5 34
14 5 5 5 5 5 5 5 35
15 5 5 5 5 5 5 5 35
16 5 5 5 5 5 4 5 34
17 5 5 5 5 5 5 4 34
18 5 5 5 5 5 5 5 35
19 5 5 5 5 5 5 5 35
20 5 4 5 5 5 5 5 34
21 5 5 5 5 5 5 5 35
22 4 5 5 5 4 5 4 32
23 5 4 5 5 5 5 5 34
24 5 5 5 5 5 5 5 35
25 5 4 5 4 5 5 4 32
26 4 4 5 5 4 5 4 31
27 5 5 5 5 5 4 4 33
28 5 5 5 5 5 5 5 35
29 5 4 4 5 5 4 5 32
30 5 5 5 5 5 5 5 35
31 5 5 5 4 5 5 4 33
32 4 5 5 5 5 4 4 32
33 4 5 4 5 4 5 5 32
34 4 4 5 4 4 5 4 30
35 5 5 5 4 4 5 4 32
36 5 5 5 5 5 5 5 35
37 5 5 5 5 5 5 5 35
38 5 4 5 4 5 5 4 32
39 4 2 5 2 4 4 5 26
40 5 5 5 5 5 4 5 34
Lampiran 10

HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL PENDAPATAN(X3)


Lampiran 11

BUTIR SOAL VALID VARIABEL PENDAPATAN (X3)

no. nomor butir soal skor


resp. 1 2 4 5 6 7 total
1 5 5 4 5 5 4 28
2 4 5 5 5 5 4 28
3 5 5 5 5 5 5 30
4 5 5 5 5 5 5 30
5 5 4 4 5 5 5 28
6 5 4 4 5 4 5 27
7 5 5 4 5 5 5 29
8 4 5 5 4 5 5 28
9 4 5 5 4 5 5 28
10 5 5 4 5 5 5 29
11 5 5 5 4 5 4 28
12 5 5 5 4 5 4 28
13 5 5 4 5 5 5 29
14 5 5 5 5 5 5 30
15 5 5 5 5 5 5 30
16 5 5 5 5 4 5 29
17 5 5 5 5 5 4 29
18 5 5 5 5 5 5 30
19 5 5 5 5 5 5 30
20 5 4 5 5 5 5 29
21 5 5 5 5 5 5 30
22 4 5 5 4 5 4 27
23 5 4 5 5 5 5 29
24 5 5 5 5 5 5 30
25 5 4 4 5 5 4 27
26 4 4 5 4 5 4 26
27 5 5 5 5 4 4 28
28 5 5 5 5 5 5 30
29 5 4 5 5 4 5 28
30 5 5 5 5 5 5 30
31 5 5 4 5 5 4 28
32 4 5 5 5 4 4 27
33 4 5 5 4 5 5 28
34 4 4 4 4 5 4 25
35 5 5 4 4 5 4 27
36 5 5 5 5 5 5 30
37 5 5 5 5 5 5 30
38 5 4 4 5 5 4 27
39 4 2 2 4 4 5 21
40 5 5 5 5 4 5 29
41 5 4 4 4 5 5 27
42 5 4 5 5 5 5 29
43 3 4 4 4 3 4 22
44 3 4 4 3 4 3 21
45 4 4 4 4 5 4 25
46 1 3 2 3 3 4 16
47 2 4 4 4 3 4 21
48 5 5 4 5 5 4 28
49 2 5 4 5 5 5 26
50 5 4 4 5 4 4 26
51 5 5 5 4 5 4 28
52 5 4 5 5 5 4 28
53 5 4 4 4 5 5 27
54 4 5 4 4 2 4 23
55 2 4 4 4 2 4 20
56 2 4 4 4 5 4 23
57 2 4 4 4 4 4 22
58 2 4 4 4 5 3 22
59 2 4 3 4 3 3 19
60 2 3 2 4 4 4 19
61 3 3 3 3 3 3 18
62 3 3 3 3 2 3 17
63 2 4 3 4 4 4 21
64 4 4 3 4 4 4 23
65 2 4 4 4 5 4 23
66 2 4 2 4 4 2 18
67 5 4 4 4 5 5 27
68 2 4 4 4 2 4 20
69 5 5 4 4 5 4 27
70 3 3 3 3 4 3 19
71 5 4 4 4 5 3 25
72 5 4 5 4 5 5 28
Lampiran 12

UJI VALIDITAS VARIABEL KEPATUHAN (Y)

nomor butir soal


no. resp. skor total
1 2 3 4 5 6 7 8
1 5 5 5 4 5 5 4 4 37
2 4 5 5 5 5 5 4 5 38
3 5 5 5 5 5 5 5 5 40
4 5 5 5 5 5 5 5 5 40
5 5 4 5 4 5 5 5 5 38
6 5 4 4 4 5 4 5 5 36
7 5 5 5 4 5 5 5 5 39
8 4 5 5 5 4 5 5 5 38
9 4 5 4 5 4 5 5 5 37
10 5 5 4 4 5 5 5 5 38
11 5 5 5 5 4 5 4 4 37
12 5 5 5 5 4 5 4 4 37
13 5 5 5 4 5 5 5 5 39
14 5 5 5 5 5 5 5 5 40
15 5 5 5 5 5 5 5 5 40
16 5 5 5 5 5 4 5 4 38
17 5 5 5 5 5 5 4 5 39
18 5 5 5 5 5 5 5 5 40
19 5 5 5 5 5 5 5 5 40
20 5 4 5 5 5 5 5 5 39
21 5 5 5 5 5 5 5 5 40
22 4 5 5 5 4 5 4 5 37
23 5 4 5 5 5 5 5 3 37
24 5 5 5 5 5 5 5 5 40
25 5 4 5 4 5 5 4 4 36
26 4 4 5 5 4 5 4 4 35
27 5 5 5 5 5 4 4 4 37
28 5 5 5 5 5 5 5 5 40
29 5 4 4 5 5 4 5 5 37
30 5 5 5 5 5 5 5 5 40
31 5 5 5 4 5 5 4 4 37
32 4 5 5 5 5 4 4 4 36
33 4 5 4 5 4 5 5 5 37
34 4 4 5 4 4 5 4 4 34
35 5 5 5 4 4 5 4 4 36
36 5 5 5 5 5 5 5 5 40
37 5 5 5 5 5 5 5 5 40
38 5 4 5 4 5 5 4 4 36
39 4 2 5 2 4 4 5 5 31
40 5 5 5 5 5 4 5 5 39
Lampiran 13

HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL KEPATUHAN (Y)


Lampiran 14

BUTIR SOAL VALID VARIABEL KEPATUHAN (Y)

no. nomor butir soal skor


resp. 1 2 4 5 6 7 8 total
1 5 5 4 5 5 4 4 32
2 4 5 5 5 5 4 5 33
3 5 5 5 5 5 5 5 35
4 5 5 5 5 5 5 5 35
5 5 4 4 5 5 5 5 33
6 5 4 4 5 4 5 5 32
7 5 5 4 5 5 5 5 34
8 4 5 5 4 5 5 5 33
9 4 5 5 4 5 5 5 33
10 5 5 4 5 5 5 5 34
11 5 5 5 4 5 4 4 32
12 5 5 5 4 5 4 4 32
13 5 5 4 5 5 5 5 34
14 5 5 5 5 5 5 5 35
15 5 5 5 5 5 5 5 35
16 5 5 5 5 4 5 4 33
17 5 5 5 5 5 4 5 34
18 5 5 5 5 5 5 5 35
19 5 5 5 5 5 5 5 35
20 5 4 5 5 5 5 5 34
21 5 5 5 5 5 5 5 35
22 4 5 5 4 5 4 5 32
23 5 4 5 5 5 5 3 32
24 5 5 5 5 5 5 5 35
25 5 4 4 5 5 4 4 31
26 4 4 5 4 5 4 4 30
27 5 5 5 5 4 4 4 32
28 5 5 5 5 5 5 5 35
29 5 4 5 5 4 5 5 33
30 5 5 5 5 5 5 5 35
31 5 5 4 5 5 4 4 32
32 4 5 5 5 4 4 4 31
33 4 5 5 4 5 5 5 33
34 4 4 4 4 5 4 4 29
35 5 5 4 4 5 4 4 31
36 5 5 5 5 5 5 5 35
37 5 5 5 5 5 5 5 35
38 5 4 4 5 5 4 4 31
39 4 2 2 4 4 5 5 26
40 5 5 5 5 4 5 5 34
41 3 2 2 4 4 4 3 22
42 5 5 4 5 5 4 5 33
43 4 4 5 4 4 4 4 29
44 4 4 4 5 4 4 4 29
45 3 3 4 4 4 3 3 24
46 3 4 4 4 4 5 4 28
47 4 4 4 4 4 4 4 28
48 4 5 5 4 5 5 4 32
49 5 5 5 5 5 5 5 35
50 5 4 5 4 4 5 4 31
51 5 4 4 5 5 4 5 32
52 5 5 5 5 5 4 4 33
53 5 4 2 4 4 5 5 29
54 2 4 4 4 5 5 4 28
55 2 3 2 4 4 5 3 23
56 3 3 3 4 4 4 3 24
57 4 4 5 4 4 5 4 30
58 2 3 2 4 4 5 3 23
59 4 4 4 4 4 4 4 28
60 5 5 4 4 4 5 5 32
61 4 4 4 4 4 4 4 28
62 5 5 5 4 5 4 5 33
63 3 3 5 4 4 5 3 27
64 3 3 3 4 3 4 4 24
65 5 5 4 4 4 5 5 32
66 5 5 4 4 4 5 4 31
67 4 5 5 4 5 5 4 32
68 2 2 4 5 5 5 5 28
69 5 4 5 5 4 5 5 33
70 3 3 4 4 3 3 4 24
71 5 4 4 5 5 5 4 32
72 5 5 4 5 5 5 5 34
Lampiran 15

HASIL UJI RELIABILITAS

VARIABEL SANKSI (X1)

VARIABEL SOSIALISASI (X2)

VARIABEL PENDAPATAN (X3)

VARIABEL KEPATUHAN (Y)


Lampiran 16

DATA RESPONDEN UNTUK UJI ASUMSI KLASIK DAN REGRESI


LINEAR BERGANDA

No. X1 X2 X3 Y
Resp. SANKSI SOSIALISASI PENDAPATAN KEPATUHAN
1 33 35 28 32
2 32 34 28 33
3 30 34 30 35
4 34 35 30 35
5 32 33 28 33
6 32 33 27 32
7 33 35 29 34
8 32 34 28 33
9 33 33 28 33
10 31 33 29 34
11 30 35 28 32
12 32 35 28 32
13 34 35 29 34
14 32 34 30 35
15 33 34 30 35
16 33 35 29 33
17 33 34 29 34
18 32 35 30 35
19 35 35 30 35
20 33 35 29 34
21 33 32 30 35
22 34 32 27 32
23 33 32 29 32
24 35 33 30 35
25 35 32 27 31
26 31 32 26 30
27 30 34 28 32
28 34 33 30 35
29 33 35 28 33
30 29 30 30 35
31 30 33 28 32
32 34 33 27 31
33 32 33 28 33
34 30 33 25 29
35 34 33 27 31
36 33 31 30 35
37 34 35 30 35
38 31 31 27 31
39 18 17 21 26
40 33 33 29 34
41 25 33 27 22
42 32 35 29 33
43 28 23 22 29
44 28 25 21 29
45 29 29 25 24
46 28 21 16 28
47 28 28 21 28
48 31 35 28 32
49 35 35 26 35
50 29 34 26 31
51 31 32 28 32
52 35 33 28 33
53 28 33 27 29
54 28 27 23 28
55 21 28 20 23
56 24 24 23 24
57 28 28 22 30
58 22 28 22 23
59 32 28 19 28
60 28 26 19 32
61 28 24 18 28
62 28 24 17 33
63 28 25 21 27
64 26 25 23 24
65 30 25 23 32
66 23 28 18 31
67 31 32 27 32
68 28 27 20 28
69 33 34 27 33
70 25 25 19 24
71 31 33 25 32
72 30 32 28 34
Lampiran 17

DOKUMENTASI
Lampiran 18

Riwayat Hidup

Nadwatul Khoiroh, lahir di Tangerang pada tanggal 23


Agustus 1995, anak pertama dari dua bersaudara, dari
pasangan H. Jarim dan Hj. Maesaroh.

Bertempat tinggal di Kp. Nibung, Desa Gandaria, Kec.


Mekar Baru, Kab. Tangerang-Banten.

Pendidikan Formal yang pernah di tempuh oleh penulis yaitu:


a. SDN Gandaria 3
b. SMP Nurul Amin
c. SMA Negeri 1 Kabupaten Tangerang
Kemudian melanjutkan pendidikan tinggi, dan pada tahun 2013 diterima sebagai
mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,
Konsentrasi Ekonomi, melalui tes jalur Mandiri UIN.

Pengalaman Mengajar : PPKT di MTS Negeri Pamulang

Skripsi ini peneliti dedikasikan untuk kedua orang tua tercinta, adik tersayang,
teman-teman, dan para kerabat. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca,
dan pesan kepada para akademisi jangan pernah takut untuk mengambil langkah
walau terdapat resiko, dan tetap percaya pada diri sendiri dan yakin atas kekuatan
Sang Pencipta. Capailah kesuksesan di depan mata, jika satu pintu tertutup maka
masih banyak pintu lain untuk sukses. Semuanya akan indah dan menjadi
kenangan yang tidak terlupakan, jika kita mengikuti prosesnya dan menikmati
setiap proses yang dilalui untuk mencapai kesuksesan.

Anda mungkin juga menyukai