Anda di halaman 1dari 20

Keperawatan Keluarga

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan


Keluarga

Dosen Pengampu :
Eny Sutria, S.Kep.,Ns.,M.Kes

OLEH:

KEPERAWATAN A

Indriyanti Arimurti Putri


(70300117029)

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2020
A. Pengertian Keluarga dan Keluarga Sejahtera
Keluarga menurut Baylon dan Maglaya (1978) mendefinisikan keluarga
sebagai dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah,
perkawinan, atau adopsi. Merekahidup dalam rumah tangga, melakukan
interaksi satu sama lain menurut peran masing- masing, serta menciptakan
dan mempertahankan suatu budaya. (Ali, 2015)
Menurut Friedman (1998) definisi keluarga adalah dua atau lebih individu
yang tergabung karena ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan
melakukan pendekatan emosional, seta mengidentifikasikan diri mereka
sebagai bagian dari. (Ali, 2015)
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami
isteri atau suami isteri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan
anaknya (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2009). Secara
implisit dalam batasan ini yang dimaksud dengan anak adalah anak yang
belum menikah. Apabila ada anak yang sudah menikah dan tinggal bersama
suami/isteri atau anak anaknya, maka yang bersangkutan menjadi keluarga
tersendiri (keluarga lain atau keluarga baru).
Selain itu terdapat juga Keluarga khusus, yaitu satuan individu/seseorang
orang yang tidak diikat dalam hubungan keluarga, hidup dan makan serta
menetap dalam satu rumah (misalnya seseorang atau janda/duda sebagai
keluarga sendiri, atau dengan anak yatim piatu dll.) (BkkbN 2011)
Keluarga Sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas
perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan
materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki
hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antar
keluarga dengan masyarakat dan lingkungan (Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 52 tahun 2009).

Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas


perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan
materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki
hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antar
keluarga dengan masyarakat dan lingkungan (Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 52 tahun 2009).
Tingkat kesejahteraan keluarga dikelompokkan menjadi 5 (lima) tahapan,
yaitu: (BkkbN 2011)

a. Tahapan Keluarga Pra Sejahtera (KPS)

Yaitu keluarga yang tidak memenuhi salah satu dari 6 (enam) indikator
Keluarga Sejahtera I (KS I) atau indikator ”kebutuhan dasar keluarga” (basic
needs).

b. Tahapan Keluarga Sejahtera I (KSI)

Yaitu keluarga mampu memenuhi 6 (enam) indikator tahapan KS I, tetapi


tidak memenuhi salah satu dari 8 (delapan) indikator Keluarga Sejahtera II
atau indikator ”kebutuhan psikologis” (psychological needs) keluarga.

c. Tahapan Keluarga Sejahtera II

Yaitu keluarga yang mampu memenuhi 6 (enam) indikator tahapan KS I dan


8 (delapan) indikator KS II, tetapi tidak memenuhi salah satu dari 5 (lima)
indikator Keluarga Sejahtera III (KS III), atau indikator ”kebutuhan
pengembangan” (develomental needs) dari keluarga.

d. Tahapan Keluarga Sejahtera III

Yaitu keluarga yang mampu memenuhi 6 (enam) indikator tahapan KS I, 8


(delapan) indikator KS II, dan 5 (lima) indikator KS III, tetapi tidak memenuhi
salah satu dari 2 (dua) indikator Keluarga Sejahtera III Plus (KS III Plus) atau
indikator ”aktualisasi diri” (self esteem) keluarga.

e. Tahapan Keluarga Sejahtera III Plus

Yaitu keluarga yang mampu memenuhi keseluruhan dari 6 (enam) indikator


tahapan KS I, 8 (delapan) indikator KS II, 5 (lima) indikator KS III, serta 2
(dua) indikator tahapan KS III Plus. (BkkbN 2011)

B. Tipe-Tipe keluarga
1. Keluarga Inti
Keluarga inti itu ialah jenis keluarga yang paling dasar sekaligus yang
paling kecil cakupannya. walaupun begitu, keluarga inti juga merupakan jenis
keluarga yang memegang peranan terbesar didalam kehidupan tiap-tiap
orang. Jenis keuarga ini hanya terdiri/terbentuk atas ayah, ibu, serta anak.
2. Keluarga Konjugal
Jenis keluarga konjugal ini merupakan keluarga yang terdiri dari ayah,
ibu, anak, yang dilengkapi dengan keberadaan / interaksi dari orang tua ayah
atau juga ibu (kakek, nenek). Dibandingkan dengan keluarga inti, cakupan
keluarga konjugal cenderung jauh lebih luas serta juga lebih kompleks.
3. Keluarga Luas
Keluarga luas ialah suatu jenis keluarga dengan jumlah personil serta
juga luas cakupan paling besar. Keluarga luas terdiri dari personil keluarga
konjugal yang telah dilengkapi dengan keberadaan kerabat yang lebih
kompleks ialah seperti mislany kakek, nenek, paman, bibi, sepupu, dan
berbagai personel keluarga lainnya.
Lebih rinci lagi macam jenis ini dapat dibedakan menjadi beberapa
elemen diantaranya sebagai berikut :
Berdasarkan Kekuasaan
Dengan berdasarkan kekuasaannya, suatu keluarga itu dibedakan menjadi:
1. Patriakal merupakan sebuah keluarga yang dominan serta juga
memegang kekuasaan dalam keluarga berada dipihak ayah.

2. Matriakal adalah sebuah keluarga yang dominan serta juga memegang


kekuasaan dalam keluarga berada dipihak ibu.

3. Equalitarium adalah sebuah keluarga yang mana ayah serta ibu ialah


sebagai pemegang kekuasaan

Berdasarkan Jenis Anggota


1. Keluarga Inti (Nuclear Family) Merupakan sebuah keluarga yang terdiri
dari ayah, ibu dan anak-anak
2. Keluarga Besar (Extended Family) Merupakan sebuah keluarga inti yang
ditambah dengan adanya sanak saudara misalnya kakek, nenek, sepupu,
dan keponakan, dan lainnya sebagaianya.
3. Keluarga Berantai (Serial Family) Merupakan sebuah keluarga yang
wanita serta pria yang menikah lebih dari satu kali dan juga merupakan
satu keluarga inti
4. Keluarga Duda/Janda (Single Family) Merupakan sebuah keluarga yang
ada disebabkan kaarena perceraian atau kematian
5. Keluarga Berkomposisi (Composite) Merupakan sebuah keluarga yang
perkawinannya itu sistem poligami serta hidup bersama-sama
6. Keluarga Kabitas (Cahabitation) merupakan keluarga yang susunanya
dua orang yang terjadi tanpa pernikahan namun membentuk sebuaha
keluarga.

Berdasarkan Pemukiman
1. Patrilokal
Keluarga yang terdiri atau terbentuk dari suami istri, tinggal bersama-
sama atau juga dekat dengan keluarga sedarah suami
2. Matrilokal
Merupakan sebuah keluarga yang terdiri dari suami istri, tinggal bersama-
sama atau juga dekat dengan keluarga dari istri.
3. Neolokal
Merupakan keluarga pasangan suami istri, tinggal jauh dari keluarga
suami maupun juga istri.
Berdasarkan Jenis Perkawinan
1. Monogami
Merupakan bentuk keluarga yang mana didalamnya itu terdapat seorang
suami dengan seorang istri
2. Poligami
Merupakan bentuk keluarga yang mana didalamnya itu terdapat seorang
suami dengan istri lebih dari satu
Berdasarkan Garis Keturunan
1. Patrilinear
Merupakan keluarga dengan keturunan sedarah yang terbentuk dari
sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, yang mana hubungan
tersebut disusun ialah dengan melalui garis ayah.
2. Matrilinear
Merupakan keluarga dengan keturunan sedarah yang terbentuk dari
sanak saudara sedarah didalam beberapa generasi, yang mana
hubungan tersebut disusun ialah dengan melalui garis ibu.

C. Pendekatan Keperawatan Keluarga


1. Strategi Pendekatan Kesehatan Keluarga Sebagai Kontek (Family as
Contex). Berikut ini merupakan relasional yang menunjang terhadap
kesinambungan pelayanan kesehatan dengan keluarga sebagai kontek,
yakni:
a) Individu ditempatkan pada fokus pertama sedangkan keluarga
yang  kedua
b) Fokus pelayanan keperawatan: individu.
c) Individu atau anggota keluarga akan dikaji dan diintervensi.
d) Keluarga akan dilibatkan dalam berbagai kesempatan.
2. Strategi Pendekatan Kesehatan Keluarga Sebagai Klien (Family as Client).
Berikut ini merupakan relasional yang menunjang terhadap
kesinambungan pelayanan kesehatan dengan keluarga sebagai klien, yakni:
a) Perhatian utama pada keluarga sedangkan individu kedua.
b) Keluarga dilihat sebagai penjumlahan dari individu-individu anggota
keluarga.
c) Perhatian dikonsentrasikan bagaimana kesehatan individu berdampak
pada keluarga secara keseluruhan.
3. Strategi Pendekatan Kesehatan Keluarga Sebagai Sistem (Family as
System). Berikut ini merupakan relasional yang menunjang terhadap
kesinambungan pelayanan kesehatan dengan keluarga sebagai sistem,
yakni:
a) Fokus pada keluarga sebagai klien dan keluarga adalah sistem yang
berinteraksi.
b) Pendekatan pada individu sebagai anggota keluarga dan keluarga
secara bersamaan.
c) Interaksi antara anggota keluarga menjadi target intervensi
keperawatan (seperti: hubungan orang tua dan anak, antara hirarki
orang tua).
4. Strategi Pendekatan Kesehatan Keluarga Sebagai Komponen
Sosial (Family as Component of Society). Berikut ini merupakan relasional
yang menunjang terhadap kesinambungan pelayanan kesehatan dengan
keluarga sebagai komponen sosial, yakni:
a) Keluarga dilihat sebagai sebuah institusi sosial, pendidikan, spiritual,
ekonomi, dan kesehatan.
b) Kelurga adalah unit utama dan kumpulan keluarga akan membentuk
sistem yang lebih besar yaitu masyarakat.
c) Keluarga berinteraksi dengan institusi lain untuk menerima, bertukar
dan saling memberi layanan.

5. Lima Pendekatan Promkes  ( Similarly, Ewles dan Simnett (1999) ) :


1) Pendekatan medis (preventif) : Pendekatan ini dikonsepkan pada
keberadaan penyakit. Hal ini digunakan untuk mencegah penyakit dan
kematian imunisasi.Kegiatan melalui kampanye media dan edukasi.
Fokus : individu membuat keputusan untuk tetap sehat dengan
mencegah penyakit.
2) Pendekatan Perilaku : Pendekatan ini bertujuan untuk mendorong
masyarakat agar mengadopsi perilaku kesehatan yang yang digunakan
dalam pemeliharaan kesehatan. Pendekatan ini membuat masyarakat
bebas membuat pilihan tentang perubahan perilaku yang berhubungan
dengan kesehatan.
Kegiatan : komunikasi dan konseling.
3) Pendekatan edukasi : Pendekatan ini memfasilitasi proses belajar
melalui dialog dan diskusi dengan mengintegrasikan kehidupan
dengan model pendidikan.
Taktik yang digunakan ialah : Health Education Authority (HEA),
seperti meningkatkan kepedulian resiko merokok pada ibu hamil.
4) Pendekatan perubahan social : Pendekatan ini harus menjamin bahwa
sehat lebih mudah dicapai dan mendukung perhatian kesehatan untuk
semua.
Fokus : tidak merubah perilaku individu tetapi pada pengaruh positif
kesehatan masyarakat.
5) Pendekatan berpusat pada klien
Pendekatan ini berdasar pada hubungan seimbang antara profesi
kesehatan dengan klien Profesi kesehatan memberi bimbingan,
dukungan dan dorongan agar klien dapat membuat pilihan.
D. Tahap Perkembangan Keluarga
Enam Indikator tahapan Keluarga Sejahtera I (KS I) atau indikator
”kebutuhan dasar keluarga” (basic needs), dari 21 indikator keluarga
sejahtera yaitu:
1. Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih.
Pengertian makan adalah makan menurut pengertian dan kebiasaan
masyarakat setempat, seperti makan nasi bagi mereka yang biasa makan
nasi sebagai makanan pokoknya (staple food), atau seperti makan sagu
bagi mereka yang biasa makan sagu dan sebagainya.
2. Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah,
bekerja/sekolah dan bepergian. Pengertian pakaian yang berbeda
adalah pemilikan pakaian yang tidak hanya satu pasang, sehingga tidak
terpaksa harus memakai pakaian yang sama dalam kegiatan hidup yang
berbeda beda. Misalnya pakaian untuk di rumah (untuk tidur atau
beristirahat di rumah) lain dengan pakaian untuk ke sekolah atau untuk
bekerja (ke sawah, ke kantor, berjualan dan sebagainya) dan lain pula
dengan pakaian untuk bepergian (seperti menghadiri undangan
perkawinan, piknik, ke rumah ibadah dan sebagainya).
3. Rumah yang ditempati keluarga mempunyai atap, lantai dan dinding
yang baik. Pengertian Rumah yang ditempati keluarga ini adalah
keadaan rumah tinggal keluarga mempunyai atap, lantai dan dinding
dalam kondisi yang layak ditempati, baik dari segi perlindungan maupun
dari segi kesehatan.
4. Bila ada anggota keluarga sakit dibawa ke sarana kesehatan.
Pengertian sarana kesehatan adalah sarana kesehatan modern, seperti
Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Balai Pengobatan,
Apotek, Posyandu, Poliklinik, Bidan Desa dan sebagainya, yang
memberikan obat obatan yang diproduksi secara modern dan telah
mendapat izin peredaran dari instansi yang berwenang (Departemen
Kesehatan/Badan POM).
5. Bila pasangan usia subur ingin ber KB pergi ke sarana pelayanan
kontrasepsi. Pengertian Sarana Pelayanan Kontrasepsi adalah sarana
atau tempat pelayanan KB, seperti Rumah Sakit, Puskesmas,
Puskesmas Pembantu, Balai Pengobatan, Apotek, Posyandu, Poliklinik,
Dokter Swasta, Bidan Desa dan sebagainya, yang memberikan
pelayanan KB dengan alat kontrasepsi modern, seperti IUD, MOW,
MOP, Kondom, Implan, Suntikan dan Pil, kepada pasangan usia subur
yang membutuhkan. (Hanya untuk keluarga yang berstatus Pasangan
Usia Subur).
6. Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga bersekolah. Pengertian
Semua anak umur 7-15 tahun adalah semua anak 7-15 tahun dari
keluarga (jika keluarga mempunyai anak 7-15 tahun), yang harus
mengikuti wajib belajar 9 tahun. Bersekolah diartikan anak usia 7-15
tahun di keluarga itu terdaftar dan aktif bersekolah setingkat
SD/sederajat SD atau setingkat SLTP/sederajat SLTP.

Delapan indikator Keluarga Sejahtera II (KS II) atau indikator ”kebutuhan


psikologis” (psychological needs) keluarga, dari 21 indikator keluarga
sejahtera yaitu:

1. Pada umumnya anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai dengan


agama dan kepercayaan masing-masing. Pengertian anggota keluarga
melaksanakan ibadah adalah kegiatan keluarga untuk melaksanakan
ibadah, sesuai dengan ajaran agama/kepercayaan yang dianut oleh
masing masing keluarga/anggota keluarga. Ibadah tersebut dapat
dilakukan sendiri-sendiri atau bersama sama oleh keluarga di rumah, atau
di tempat tempat yang sesuai dengan ditentukan menurut ajaran masing
masing agama/kepercayaan.
2. Paling kurang sekali seminggu seluruh anggota keluarga makan
daging/ikan/telur. Pengertian makan daging/ikan/telur adalah memakan
daging atau ikan atau telur, sebagai lauk pada waktu makan untuk
melengkapi keperluan gizi protein. Indikator ini tidak berlaku untuk
keluarga vegetarian.
3. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian
baru dalam setahun. Pengertian pakaian baru adalah pakaian layak pakai
(baru/bekas) yang merupakan tambahan yang telah dimiliki baik dari
membeli atau dari pemberian pihak lain, yaitu jenis pakaian yang lazim
dipakai sehari hari oleh masyarakat setempat.
4. Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk setiap penghuni rumah. Luas
Lantai rumah paling kurang 8 m2 adalah keseluruhan luas lantai rumah,
baik tingkat atas, maupun tingkat bawah, termasuk bagian dapur, kamar
mandi, paviliun, garasi dan gudang yang apabila dibagi dengan jumlah
penghuni rumah diperoleh luas ruang tidak kurang dari 8 m2.
5. Tiga bulan terakhir keluarga dalam keadaan sehat sehingga dapat
melaksanakan tugas/fungsi masing-masing. Pengertian Keadaan sehat
adalah kondisi kesehatan seseorang dalam keluarga yang berada dalam
batas batas normal, sehingga yang bersangkutan tidak harus dirawat di
rumah sakit, atau tidak terpaksa harus tinggal di rumah, atau tidak
terpaksa absen bekerja/ke sekolah selama jangka waktu lebih dari 4 hari.
Dengan demikian anggota keluarga tersebut dapat melaksanakan tugas
dan fungsinya sesuai dengan kedudukan masing masing di dalam
keluarga.
6. Ada seorang atau lebih anggota keluarga yang bekerja untuk
memperoleh penghasilan. Pengertian anggota keluarga yang bekerja
untuk memperoleh penghasilan adalah keluarga yang paling kurang salah
seorang anggotanya yang sudah dewasa memperoleh penghasilan
berupa uang atau barang dari sumber penghasilan yang dipandang layak
oleh masyarakat, yang dapat memenuhi kebutuhan minimal sehari hari
secara terus menerus.
7. Seluruh anggota keluarga umur 10 - 60 tahun bisa baca tulisan latin.
Pengertian anggota keluarga umur 10 - 60 tahun bisa baca tulisan latin
adalah anggota keluarga yang berumur 10 - 60 tahun dalam keluarga
dapat membaca tulisan huruf latin dan sekaligus memahami arti dari
kalimat kalimat dalam tulisan tersebut. Indikator ini tidak berlaku bagi
keluarga yang tidak mempunyai anggota keluarga berumur 10-60 tahun.
8. Pasangan usia subur dengan anak dua atau lebih menggunakan alat/obat
kontrasepsi. Pengertian Pasangan usia subur dengan anak dua atau lebih
menggunakan alat/obat kontrasepsi adalah keluarga yang masih
berstatus Pasangan Usia Subur dengan jumlah anak dua atau lebih ikut
KB dengan menggunakan salah satu alat kontrasepsi modern, seperti
IUD, Pil, Suntikan, Implan, Kondom, MOP dan MOW.
Lima indikator Keluarga Sejahtera III (KS III) atau indikator ”kebutuhan
pengembangan” (develomental needs), dari 21 indikator keluarga sejahtera
yaitu:

1. Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama. Pengertian


keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama adalah upaya
keluarga untuk meningkatkan pengetahunan agama mereka masing
masing. Misalnya mendengarkan pengajian, mendatangkan guru
mengaji atau guru agama bagi anak anak, sekolah madrasah bagi anak
anak yang beragama Islam atau sekolah minggu bagi anak anak yang
beragama Kristen.
2. Sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam bentuk uang atau
barang. Pengertian sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam
bentuk uang atau barang adalah sebagian penghasilan keluarga yang
disisihkan untuk ditabung baik berupa uang maupun berupa barang
(misalnya dibelikan hewan ternak, sawah, tanah, barang perhiasan,
rumah sewaan dan sebagainya). Tabungan berupa barang, apabila
diuangkan minimal senilai Rp. 500.000,-
3. Kebiasaan keluarga makan bersama paling kurang seminggu sekali
dimanfaatkan untuk berkomunikasi. Pengertian kebiasaan keluarga
makan bersama adalah kebiasaan seluruh anggota keluarga untuk
makan bersama sama, sehingga waktu sebelum atau sesudah makan
dapat digunakan untuk komunikasi membahas persoalan yang dihadapi
dalam satu minggu atau untuk berkomunikasi dan bermusyawarah antar
seluruh anggota keluarga.
4. Keluarga ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggal.
Pengertian Keluarga ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan
tempat tinggal adalah keikutsertaan seluruh atau sebagian dari anggota
keluarga dalam kegiatan masyarakat di sekitarnya yang bersifat sosial
kemasyarakatan, seperti gotong royong, ronda malam, rapat RT, arisan,
pengajian, kegiatan PKK, kegiatan kesenian, olah raga dan sebagainya.
5. Keluarga memperoleh informasi dari surat kabar/majalah/
radio/tv/internet.
Pengertian Keluarga memperoleh informasi dari surat kabar/ majalah/
radio/tv/internet adalah tersedianya kesempatan bagi anggota keluarga
untuk memperoleh akses informasi baik secara lokal, nasional, regional,
maupun internasional, melalui media cetak (seperti surat kabar, majalah,
bulletin) atau media elektronik (seperti radio, televisi, internet). Media
massa tersebut tidak perlu hanya yang dimiliki atau dibeli sendiri oleh
keluarga yang bersangkutan, tetapi dapat juga yang dipinjamkan atau
dimiliki oleh orang/keluarga lain, ataupun yang menjadi milik umum/milik
bersama.

Dua indikator Kelarga Sejahtera III Plus (KS III Plus) atau indikator
”aktualisasi diri” (self esteem) dari 21 indikator keluarga, yaitu:

1. Keluarga secara teratur dengan suka rela memberikan sumbangan


materiil untuk kegiatan sosial. Pengertian Keluarga secara teratur
dengan suka rela memberikan sumbangan materiil untuk kegiatan sosial
adalah keluarga yang memiliki rasa sosial yang besar dengan
memberikan sumbangan materiil secara teratur (waktu tertentu) dan
sukarela, baik dalam bentuk uang maupun barang, bagi kepentingan
masyarakat (seperti untuk anak yatim piatu, rumah ibadah, yayasan
pendidikan, rumah jompo, untuk membiayai kegiatan kegiatan di tingkat
RT/RW/Dusun, Desa dan sebagainya) dalam hal ini tidak termasuk
sumbangan wajib.
2. Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus perkumpulan
sosial/yayasan/ institusi masyarakat. Pengertian ada anggota keluarga
yang aktif sebagai pengurus perkumpulan sosial/yayasan/ institusi
masyarakat adalah keluarga yang memiliki rasa sosial yang besar
dengan memberikan bantuan tenaga, pikiran dan moral secara terus
menerus untuk kepentingan sosial kemasyarakatan dengan menjadi
pengurus pada berbagai organisasi/kepanitiaan (seperti pengurus pada
yayasan, organisasi adat, kesenian, olah raga, keagamaan,
kepemudaan, institusi masyarakat, pengurus RT/RW, LKMD/LMD dan
sebagainya).

E. Tugas Perkembangan Keluarga


1. Pasangan baru (keluarga baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan
perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan (psikologis) keluarga masing-masing :
Membina hubungan intim yang memuaskan
a) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok social
b) Mendiskusikan rencana memiliki anak
2. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi
kelahiran anak pertama dan berlanjut damapi anak pertama berusia 30
bulan:
a) Persiapan menjadi orang tua
b) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi,
hubungan sexual dan kegiatan keluarga
c) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan
3. Keluarga dengan anak pra-sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir
saat anak berusia 5 tahun :
a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat
tinggal, privasi dan rasa aman
b) Membantu anak untuk bersosialisasi
c) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan
anak yang lain juga harus terpenuhi
d) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di
luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)
e) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang
paling repot.
f) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
g) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak
4. Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan
berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah
anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk :
a) Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan
b) Mempertahankan keintiman pasangan
c) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota
keluarga
5. Keluarga dengan anak remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir
sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah
orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan
memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk
mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :
a) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab,
mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat
otonominya
b) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga.
c) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua.
Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
d) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga
6. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini
tergantung dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak yang
belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua :

a) Mempertahankan keintiman pasangan


b) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
c) Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki
masa tua
d) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
e) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
7. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal :
a) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya
dan anak-anak.
b) Mempertahankan kesehatan
c) Meningkatkan keakraban pasangan
8. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu
pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal damapi
keduanya meninggal :
a) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
b) Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan
fisik dan pendapatan
c) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
d) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
e) Melakukan life review (merenungkan hidupnya).

F. Tugas Kesehatan Keluarga


Ada 8 (delapan) tugas pokok keluarga, yaitu :
1) Pemeliharaan fisik keluarga dan anggota-anggotanya.
2) Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
3) Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannnya masing-masing.
4) Sosialisasi antar anggota keluarga
5) Pengaturan jumlah anggota keluarga
6) Pemeliharaan ketertiban anggota-anggota keluarga
7) Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih
luas.
8) Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarganya.(Ali,
2010).

G. Peran Perawat Keluarga


1. Pendidik : Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada
keluarga agar:
a) Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga
secara mandiri
b) Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga
2. Koordinator : Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan
yang komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan
untuk mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu
agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan
3. Pelaksana : Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di
rumah, klinik maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam
memberikan perawatan langsung.Kontak pertama perawat kepada
keluarga melalui anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat
mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan keperawatan yang
diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat melakukan asuhan
langsung kepada anggota keluarga yang sakit
4. Pengawas kesehatan : Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus
melakukan home visite atau kunjungan rumah yang teratur untuk
mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan
keluarga
5. Konsultan : Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam
mengatasi masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat
kepada perawat, maka hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan
baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya.
6. Kolaborasi : Perawat komunitas juga harus bekerja dama dengan
pelayanan rumah sakit atau anggota tim kesehatan yang lain untuk
mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal
7. Fasilitator : Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk
meningkatkan derajat kesehatannya. Agar dapat melaksanakan peran
fasilitator dengan baik, maka perawat komunitas harus mengetahui
sistem pelayanan kesehatan (sistem rujukan, dana sehat, dll)
9. Penemu kasus : Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini,
sehingga tidak terjadi ledakan atau wabah.
10. Modifikasi lingkungan : Perawat komunitas juga harus dapat mamodifikasi
lingkungan, baik lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat, agar
dapat tercipta lingkungan yang sehat.
Doheny ( 1982 ) mengidentifikasi beberapa elemen peran perawat
profesional, meliputi : 
1. Care Giver (pemberi asuhan keperawatan perawat dapat memberikan
pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak langsung kepada
klien, dengan menggunakan proses keperawatan meliputi : Pengkajian,
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi),
2. Client Advocate (pelindung klien), 
3. Counsellor (pembimbing), 
4. Educator (pendidik klien), 
5. Collaborator (bekerja sama dengan tim), 
6. Coordinator (perawat memanfaatkan semua sumber dan potensi yang
ada baik materi maupun kemampuan klien secara terkoordinasi sehingga
tidak ada intervensi yang terlewatkan maupun tumpang tindih),
7. Change Agent (sebagai pembaharu), 
8. Consultant (sebagai sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi
spesifik klien).  Dalam memberikan pelayanan/asuhan keperawatan,
perawat memperhatikan individu sebagai makhluk yang holistic dan unik.
Peran utamanya adalah memberikan asuhan keperawatan kepada klien
meliputi treatmen keperawatan, observasi, pendidikan kesehatan dan
menjalankan treatment medical sesuai dengan pendelegasian yang
diberikan. (Ali, 2010)

H. Integrasi Islam dalam Keperawatan Keluarga


Keluarga atau rumah tangga yang Islami, dibangun atas iman dan takwa
sebagai pondasinya, Syari’at atau aturan Islam sebagai bentuk
bangunannya, akhlak dan budi pekerti mulia sebagai hiasannya. Rumah
tangga seperti inilah yang akan tetap kokoh dan tidak akan mudah rapuh
dalam menghadapi badai kehidupan dashyat sekalipun. Pendekatan Islam,
keluarga adalah bisnis utama yang menjadi pondasi bangunan komunikasi
dan masyarakat Islam. Sehingga keluarga merupakan linkungan yang
memberikan perhatian dan perawatan yang begitu signifikansi dari Al-Qur’an.
Keluarga merupakan pendidikan pertama bagi seseorang dan orang tua
merupakan kunci. Pendidikan pertama berperan dalam mengembangkan
watak, kepribadian, nilai-nilai budaya, nilai-nilai keagamaan dan moral serta
ketrampilan sederhana. Al-Ghazali menilai peranan keluarga yang terpenting
dalam fungsi didiknya, adalah sebagai jalur pengembangan “ naluri
beragama secara mendasar” pada saat anak-anak berusia balita, seperti
kesinambungan dari bawaan fitrah mereka. Pembiasaan ibadah-ibadah
ringan bacaan doa sebelum dan sesudah makan, setiap memulai dan
permainan membaca bismillah, serta menghormati kepada anggota yang lain
yang lebih tua dan meyambung tali silaturrahmi (Rahmi, 2018)
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.”(QS. At-Tahrim: 6)
Keluarga adalah tempat pengasuh alami yang melindungi anak yang baru
tumbuh dan merawatnya, serta membangun fisik dan akalnya dan
spiritualnya. Dalam naungan keluarga, perasaan cinta, empati, dan solidaritas
berpadu dan menyatu. Anak-anak pun akan bertabiat yang biasa dilengkapi
sepanjang hidupnya. Lalu dengan petunjuk dan arahan keluarga, anak-anak
akan dapat menyongsong hidup, mamahami makna hidup dan tujuan-
tujuannya, serta bagaimana berinteraksi dengan hidupnya.
I. Ruang Lingkup Keperawatan Keluarga
A. Upaya Promotif : Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan
kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan
memberikan:
1) Penyuluhan kesehatan masyarakat
2) Peningkatan gizi
3) Pemeliharaan kesehatan perseorangan
4) Pemeliharaan kesehatan lingkungan
5) Olahraga secara teratur
6) Rekreasi
7) Pendidikan seks.
B. Upaya Preventif : ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan
gangguan terhadaP kesehatan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat melalui kegiatan:
1) Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil
2) Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui
posyandu,puskesmas maupun kunjungan rumah
3) Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas
ataupun di rumah.
4) Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui.
C. Upaya Kuratif : Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati
anggota-anggota keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita
penyakit atau masalah kesehatan, melalui kegiatan:
1) Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
2) Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari
puskesmas dan rumah sakit
3) Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin
dan nifas
4) Perawatan payudara
5) Perawatan tali pusat bayi baru lahir.
D. Upaya Rehabilitatif : Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan
kesehatan bagi penderita-penderita yang dirawat di rumah, maupun
terhadap kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit yang
sama, misalnya kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya., dilakukan melalui
kegiatan:
1) Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita
kusta, patah tulang maupun kelainan bawaan
2) Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit
tertentu, misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke:
fisioterapi manual yang mungkin dilakukan oleh perawat.
E. Upaya Resosialitatif : Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan
individu, keluarga dan kelompok khusus ke dalam pergaulan
masyarakat, diantaranya adalah kelompok-kelompok yang diasingkan
oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta,
AIDS, atau kelompokkelompok masyarakat khusus seperti Wanita Tuna
Susila (WTS), tuna wisma dan lain-lain. Di samping itu, upaya
resosialisasi meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima kembali
kelompok yang mempunyai masalah kesehatan tersebut dan
menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang mereka derita. Hal
ini tentunya membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau batasan-
batasan yang jelas dan dapat dimengerti.
Referensi
Ali, H. Z., & SKM, M. (2010). Pengantar keperawatan keluarga. EGC.

Ali, Muhammad Nur Ihwan. KONSEP KELUARGA BAHAGIA-


SEJAHTERA. Diss. Tesis Magister Hukum Islam, UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2015.

BKKBN, 2011. Pengertian Keluarga dan Keluarga Sejahtera. Tahun


2011. Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Direktorat Pelaporan dan Statistik

Kementrian Agama RI, Lajnah Pentashah Mushaf Al-Qur’an, (Bandung:


Cordoba Internasional Indonesia, 2012), hlm. 560.

Rahmi, Uswatul. Pola Pembinaan Keluarga dalam Perspektif Islam.


Diss. UIN Ar-Raniry Banda Aceh, 2018.

Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Pembangunan


Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera.

Anda mungkin juga menyukai