Anda di halaman 1dari 16

LEMBAR TUGAS MANDIRI (RESUME)

Konsep Keperawatan Keluarga


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga

Dosen Pengampu :
Ani Auli Ilmi, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.Kom
Eny Sutria, S.Kep., Ns., M.Kes
A.Tenri Ola Rivai, M.Kes
Hasnah, S.Kep., Ns., M. Kes

OLEH:

KEPERAWATAN A

Fatiha Izza Tuslamia


(70300117010)

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2020
A. Pengertian Keluarga Secara Umum Dan Teoritis (Keluarga Dan
Keluarga Sejahtera)
Dalam buku H. Zaidin Ali yang berjudul Pengantar Keperawatan
Keluarga (2010, hlm. 4-5), terdapat beberapa pendapat tentang keluarga:
1. Duval (1972). Duval menyatakan bahwa keluarga adalah sekumpulan
orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adaptasi, dan
kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya
yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, dan
emosional serta sosial individu yang ada di dalamnya, dilihat dari
interaksi yang reguler dan ditandai dengan adanya ketergantungan
dan hubungan untuk mencapai tujuan umum.
2. Departemen Kesehatan RI (1988). Menurut Departemen Kesehatan
RI Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di
suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung.
3. Bailon dan Maglaya (1989). Bailon dan Maglaya mengatakan
keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena
hubungan darah, perkawinan, dan adopsi dalam satu rumah tangga,
yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan
serta mempertahankan suatu budaya.
4. Burgess dan kawan-kawan (1963). Burgess dkk menyebutkan
bahwa (a) keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan
perkawinan, darah, dan ikatan adopsi, (b) para anggota sebuah
keluarga biasanya hidup bersama dalam satu rumah tangga atau jika
hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap numah tangga
tersebut sebagai rumah mereka, (c) anggota keluarga berinteraksi
dan berkomunikasi satu dengan lainnya dalam peran sosial. Keluarga
seperti suami dan istri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan anak
perempuan, saudara dan saudari, (d) keluarga sama-sama
menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang diambil dari
masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.
5. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 tahun
2009, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari
suami isteri atau suami isteri dan anaknya atau ayah dan anaknya
atau ibu dan anaknya. Secara implisit dalam batasan ini yang
dimaksud dengan anak adalah anak yang belum menikah. Apabila
ada anak yang sudah menikah dan tinggal bersama suami/isteri atau
anak anaknya, maka yang bersangkutan menjadi keluarga tersendiri.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga merupakan


sekumpulan orang yang dihubungkan melalui ikatan perkawinan, darah,
adopsi serta tinggal dalam satu rumah.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2009,
keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas
perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan
materiil yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki
hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antar
keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.
Menurut BKKBN (2011), tingkat kesejahteraan keluarga
dikelompokkan menjadi 5 (lima) tahapan, yaitu:
1. Tahapan Keluarga Pra Sejahtera (KPS) yaitu keluarga yang tidak
memenuhi salah satu dari 6 (enam) indikator Keluarga Sejahtera I (KS
I) atau indikator ”kebutuhan dasar keluarga” (basic needs).
2. Tahapan Keluarga Sejahtera I (KSI) yaitu keluarga mampu memenuhi
6 (enam) indikator tahapan KS I, tetapi tidak memenuhi salah satu
dari 8 (delapan) indikator Keluarga Sejahtera II atau indikator
”kebutuhan psikologis” (psychological needs) keluarga.
3. Tahapan Keluarga Sejahtera II yaitu keluarga yang mampu memenuhi
6 (enam) indikator tahapan KS I dan 8 (delapan) indikator KS II, tetapi
tidak memenuhi salah satu dari 5 (lima) indikator Keluarga Sejahtera
III (KS III), atau indikator ”kebutuhan pengembangan” (develomental
needs) dari keluarga.
4. Tahapan Keluarga Sejahtera III yaitu keluarga yang mampu
memenuhi 6 (enam) indikator tahapan KS I, 8 (delapan) indikator KS
II, dan 5 (lima) indikator KS III, tetapi tidak memenuhi salah satu dari 2
(dua) indikator Keluarga Sejahtera III Plus (KS III Plus) atau indikator
”aktualisasi diri” I keluarga.
5. Tahapan Keluarga Sejahtera III Plus yaitu keluarga yang mampu
memenuhi keseluruhan dari 6 (enam) indikator tahapan KS I, 8
(delapan) indikator KS II, 5 (lima) indikator KS III, serta 2 (dua)
indikator tahapan KS III Plus.
B. Tipe-Tipe Keluarga
Berdasarkan buku H. Zaidin Ali yang berjudul Pengantar Keperawatan
Keluarga (2010, hlm. 6-7), Friedman (1986) membagi tipe keluarga seperti
berikut ini:
1. Nuclear family (keluarga inti). Terdiri dari orang tua dan anak yang
masih menjadi tanggungannya dan tinggal dalam satu rumah,
terpisah dari sanak keluarga lainnya.
2. Extended family (keluarga besar). Satu keluarga yang terdiri dari
satu atau dua keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah dan saling
menunjang satu sama lain.
3. Single parent family. Satu keluarga yang dikepalai oleh satu kepala
keluarga dan hidup bersama dengan anak-anak yang masih
bergantung kepadanya.
4. Nuclear dyed. Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa
anak, tinggal dalam satu rumah yang sama.
5. Blended family. Suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan
pasangan, yang masing-masing pernah menikah dan membawa anak
hasil perkawinan terdahulu.
6. Three generation family. Keluarga yang terdiri dari tiga generasi,
yaitu kakek, nenek, bapak, ibu, dan anak dalam satu rumah.
7. Single adult living alone. Bentuk keluarga yang hanya terdiri dari
satu orang dewasa yang hidup dalam rumahnya.
8. Middle age atau elderly couple. Keluarga yang terdiri dari sepasang
suami istri paruh baya.

Dalam buku Kholifah dan Widagdo (2016, hlm. 34-35) yang berjudul
Keperawatan Keluarga dan Komunitas, ada beberapai tipe keluarga yang
perlu diketahui antara lain:
1. Tipe keluarga tradisional, terdiri atas beberapa tipe di bawah ini.
a. The nuclear family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri
atas suami, istri, dan anak, baik anak kandung maupun anak
angkat.
b. The dyad family (keluarga dyad), suatu rumah tangga yang
terdiri atas suami dan istri tanpa anak. Keluarga ini mungkin belum
mempunyai anak atau tidak mempunyai anak, jadi ketika nanti
melakukan pengkajian data dan ditemukan tipe keluarga ini perlu
diklarifikasi lagi datanya.
c. Single parent, yaitu keluarga yang terdiri atas satu orang tua
dengan anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan
oleh perceraian atau kematian.
d. Single adult, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri atas satu
orang dewasa. Tipe ini dapat terjadi pada seorang dewasa yang
tidak menikah atau tidak mempunyai suami.
e. Extended family, keluarga yang terdiri atas keluarga inti ditambah
keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek, dan sebagainya.
Tipe keluarga ini banyak dianut oleh keluarga Indonesia terutama
di daerah pedesaan.
f. Middle-aged or elderly couple, orang tua yang tinggal sendiri di
rumah (baik suami/istri atau keduanya), karena anak-anaknya
sudah membangun karir sendiri atau sudah menikah.
g. Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama
atau saling berdekatan dan menggunakan barang-barang
pelayanan, seperti dapur dan kamar mandi yang sama.
2. Tipe keluarga nontradisional, tipe keluarga ini tidak lazim ada di
Indonesia, terdiri atas beberapa tipe sebagai berikut.
a. Unmarried parent and child family, yaitu keluarga yang terdiri
atas orang tua dan anak dari hubungan tanpa nikah.
b. Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama di luar
ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
c. Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan
jenis kelamin tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan
suami istri.
d. The nonmarital heterosexual cohabiting family, keluarga yang
hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
e. Foster family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orang tua
anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga yang aslinya.
C. Pendekatan Keperawatan Keluarga
Dalam buku H. Zaidin Ali yang berjudul Pengantar Keperawatan
Keluarga (2010), terdapat beberapa strategi yang digunakan dalam
pendekatan keperawatan keluarga
1. Strategi Pendekatan Kesehatan Keluarga Sebagai Kontek (Family as
Contex). Berikut ini merupakan relasional yang menunjang terhadap
kesinambungan pelayanan kesehatan dengan keluarga sebagai
kontek, yakni:
a. Individu ditempatkan pada fokus pertama sedangkan keluarga
yang  kedua
b. Fokus pelayanan keperawatan: individu
c. Individu atau anggota keluarga akan dikaji dan diintervensi
d. Keluarga akan dilibatkan dalam berbagai kesempatan
2. Strategi Pendekatan Kesehatan Keluarga Sebagai Klien (Family as
Client). Berikut ini merupakan relasional yang menunjang terhadap
kesinambungan pelayanan kesehatan dengan keluarga sebagai klien,
yakni:
a. Perhatian utama pada keluarga sedangkan individu kedua
b. Keluarga dilihat sebagai penjumlahan dari individu-individu
anggota keluarga
c. Perhatian dikonsentrasikan bagaimana kesehatan individu
berdampak pada keluarga secara keseluruhan
3. Strategi Pendekatan Kesehatan Keluarga Sebagai Sistem (Family as
System). Berikut ini merupakan relasional yang menunjang terhadap
kesinambungan pelayanan kesehatan dengan keluarga sebagai
sistem, yakni:
a. Fokus pada keluarga sebagai klien dan keluarga adalah sistem
yang berinteraksi
b. Pendekatan pada individu sebagai anggota keluarga dan keluarga
secara bersamaan
c. Interaksi antara anggota keluarga menjadi target intervensi
keperawatan (seperti: hubungan orang tua dan anak, antara
hirarki orang tua)
4. Strategi Pendekatan Kesehatan Keluarga Sebagai Komponen Sosial 
(Family as Component of Society). Berikut ini merupakan relasional
yang menunjang terhadap kesinambungan pelayanan kesehatan
dengan keluarga sebagai komponen sosial, yakni:
a. Keluarga dilihat sebagai sebuah institusi sosial, pendidikan,
spiritual, ekonomi, dan kesehatan
b. Kelurga adalah unit utama dan kumpulan keluarga akan
membentuk sistem yang lebih besar yaitu masyarakat
c. Keluarga berinteraksi dengan institusi lain untuk menerima,
bertukar dan saling memberi layanan

D. Tahap Perkembangan Keluarga


Menurut Friedman (2010), perkembangan keluarga terbagi menjadi
beberapa tahap dan perkembangan diantaranya:
1. Tahap I pasangan baru atau keluarga baru (berginning family).
Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu, yaitu
suami dan istri yang membentuk keluarga melalui perkawinan yang
sah dan meninggalkan keluarga masing-masing.
2. Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing
family). Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan
sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama
berusia 30 bulan (2,5 tahun).
3. Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (families with
preschool). Dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan
berakhir saat anak berusia 5 tahun.
4. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with
schoolchildren). Dimulai pada saat anak yang tertua memasuki
sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun.
5. Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers).
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya
berakhir sampai pada usia 19-20 tahun, pada saat anak
meninggalkan rumah orang tuanya.
6. Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan
(launching centerfamilies). Dimulai pada saat anak terakhir
meninggalkan rumah.
7. Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families).
Dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir
pada saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal.
8. Tahap VIII keluarga usia lanjut. Tahap terakhir perkembangan
keluarga dimulai pada saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut
salah satu pasangan meninggal, sampai keduanya meninggal.

E. Tugas Perkembangan Keluarga


Dalam buku Kholifah dan Widagdo (2016, hlm. 36-38) yang berjudul
Keperawatan Keluarga dan Komunitas, terdapat delapan tahap
perkembangan keluarga beserta tugas perkembangan keluarga antara lain:
1. Keluarga baru menikah atau pemula, tugas perkembangannya
adalah:
a. Membangun perkawinan yang saling memuaskan
b. Membina hubungan persaudaraan, teman, dan kelompok sosial
c. Mendiskusikan rencana memiliki anak
2. Keluarga dengan anak baru lahir, tugas perkembangannya adalah:
a. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap
mengintegrasikan bayi yang baru lahir ke dalam keluarga
b. Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan
kebutuhan anggota keluarga
c. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
d. Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan
menambahkan peranperan orang tua dan kakek nenek.
3. Keluarga dengan anak usia pra sekolah, tugas perkembangannya
adalah:
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti rumah, ruang
bermain, privasi, dan keamanan
b. Mensosialisasikan anak
c. Mengintegrasikan anak yang baru, sementara tetap memenuhi
kebutuhan anak yang lain
d. Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan di
luar keluarga
4. Keluarga dengan anak usia sekolah, tugas perkembangannya adalah:
a. Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi
sekolah dan hubungan dengan teman sebaya yang sehat
b. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
c. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga
5. Keluarga dengan anak remaja, tugas perkembangannya adalah:
a. Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika
remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri
b. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan
c. Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak.
6. Keluarga melepas anak usia dewasa muda, tugas perkembangannya
adalah:
a. Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota
keluarga baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak
b. Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali
hubungan perkawinan
c. Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami atau
istri
7. Keluarga dengan usia pertengahan, tugas perkembangannya adalah:
a. Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti
dengan para orang tua lansia dan anak-anak
c. Memperkokoh hubungan perkawinan
8. Keluarga dengan usia lanjut, tugas perkembangannya adalah:
a. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
b. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
c. Mempertahankan hubungan perkawinan
d. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
e. Mempertahankan ikatan keluarga antargenerasi
f. Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan
hidup).

F. Tugas Kesehatan Keluarga


Menurut Friedman (2010), ada beberapa tugas kesehatan keluarga,
antara lain sebagai berikut.
1. Mengenal masalah kesehatan yang dihadapi anggota keluarga
Kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan
seluruh anggota keluarga. Contohnya, apakah keluarga mengerti tentang
pengertian dan gejala kencing manis yang diderita oleh anggota
keluarganya?
2. Membuat keputusan secara tepat dalam mengatasi masalah
kesehatan anggota keluarga
Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan untuk
membawa anggota keluarga ke pelayanan kesehatan. Contoh, segera
memutuskan untuk memeriksakan anggota keluarga yang sakit kencing
manis ke pelayanan kesehatan.
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang mempunyai
masalah kesehatan
Kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
sakit. Contoh, keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit
kencing manis, yaitu memberikan diet DM, memantau minum obat
antidiabetik, mengingatkan untuk senam, dan kontrol ke pelayanan
kesehatan.
4. Memodifikasi lingkungan yang kondusif
Kemampuan keluarga dalam mengatur lingkungan, sehingga
mampu mempertahankan kesehatan dan memelihara pertumbuhan serta
perkembangan setiap anggota keluarga. Contoh, keluarga menjaga
kenyamanan lingkungan fisik dan psikologis untuk seluruh anggota
keluarga termasuk anggota keluarga yang sakit.
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk pemeliharaan dan
perawatan anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan
Contoh, keluarga memanfaatkan Puskesmas, rumah sakit, atau
fasilitas pelayanan kesehatan lain untuk anggota keluarganya yang sakit.

G. Peran Perawat Keluarga


Menurut Friedman (2013) dalam buku Kholifah dan Widagdo (2016,
hlm. 54-55) yang berjudul Keperawatan Keluarga dan Komunitas, peran
perawat di keluarga adalah sebagai berikut.
1. Pelaksana
Peran dan fungsi perawat sebagai pelaksana adalah memberikan
pelayanan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan,
mulai pengkajian sampai evaluasi. Pelayanan diberikan karena
adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, serta
kurangnya keamanan menuju kemampuan melaksanakan kegiatan
sehari-hari secara mandiri. Kegiatan yang dilakukan bersifat promotif,
preventif, kuratif, serta rehabilitatif.
2. Pendidik
Peran dan fungsi perawat sebagai pendidik adalah mengidentifikasi
kebutuhan, menentukan tujuan, mengembangkan, merencanakan,
dan melaksanakan pendidikan kesehatan agar keluarga dapat
berperilaku sehat secara mandiri.
3. Konselor
Peran dan fungsi perawat sebagai konselor adalah memberikan
konseling atau bimbingan kepada individu atau keluarga dalam
mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang
lalu untuk membantu mengatasi masalah kesehatan keluarga.
4. Kolaborator
Peran dan fungsi perawat sebagai kolaborator adalah melaksanakan
kerja sama dengan berbagai pihak yang terkait dengan penyelesaian
masalah kesehatan di keluarga.
5. Koordinator
Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang
komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk
mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar
tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan.
6. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visite
atau kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau
melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.
7. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi
masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada
perawat, maka hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik,
perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya.
8. Fasilitator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan
derajat kesehatannya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator
dengan baik, maka perawat komunitas harus mengetahui sistem
pelayanan kesehatan (sistem rujukan, dana sehat, dll)
9. Penemu kasus
Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak
terjadi ledakan atau wabah.
10. Modifikasi lingkungan
Perawat harus dapat mamodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah
maupun lingkungan masyarakat, agar dapat tercipta lingkungan yang
sehat.

Selain peran perawat keluarga di atas, dalam buku Kholifah dan


Widagdo (2016, hlm. 54-55), ada juga peran perawat keluarga dalam
pencegahan primer, sekunder dan tersier, sebagai berikut.
1. Pencegahan Primer
Peran perawat dalam pencegahan primer mempunyai peran yang
penting dalam upaya pencegahan terjadinya penyakit dan memelihara
hidup sehat.
2. Pencegahan sekunder
Upaya yang dilakukan oleh perawat adalah mendeteksi dini terjadinya
penyakit pada kelompok risiko, diagnosis, dan penanganan segera
yang dapat dilakukan oleh perawat. Penemuan kasus baru
merupakan upaya pencegahan sekunder, sehingga segera dapat
dilakukan tindakan. Tujuan dari pencegahan sekunder adalah
mengendalikan perkembangan penyakit dan mencegah kecacatan
lebih lanjut. Peran perawat adalah merujuk semua anggota keluarga
untuk skrining, melakukan pemeriksaan, dan mengkaji riwayat
kesehatan.
3. Pencegahan tersier
Peran perawat pada upaya pencegahan tersier ini bertujuan
mengurangi luasnya dan keparahan masalah kesehatan, sehingga
dapat meminimalkan ketidakmampuan dan memulihkan atau
memelihara fungsi tubuh. Fokus utama adalah rehabilitasi.
Rehabilitasi meliputi pemulihan terhadap individu yang cacat akibat
penyakit dan luka, sehingga mereka dapat berguna pada tingkat yang
paling tinggi secara fisik, sosial, emosional.
H. Integrasi Islam dalam Keperawatan Keluarga
Kesehatan merupakan hal yang paling substansial dalam kehidupan
setiap manusia. Keluarga dalam sistem kehidupan sosial menempati
kedudukan yang sangat penting. Karena fungsi dari institusi keluarga menjadi
tolak ukur kebahagiaan suatu masyarakat. Apabila fungsi ini tidak berjalan
dengan baik, maka akan muncul persoalan-persoalan sosial yang tidak
hanya berdampak pada keluarga tetapi juga pada masyarakat secara umum
(Amri & Tali, 2018).
Keluarga dianggap sebagai satuan unit terpenting dalam kehidupan
sosial. Selain peranannya dalam berinteraksi dan mempengaruhi satu sama
lain, keluarga juga menjadi tujuan Tuhan dalam penciptaan. Pasalnya, dalam
perkawinan mewajibkan lahirnya keturunan, mencintai, mendukung,
menghibur, menuntun, mendidik, menolong, dan menemani, merupakan
kewajiban seseorang terhadap anggota-anggota keluarganya. Karena itu,
keluarga menempati posisi penting sebagai tujuan Ilahi. Pendeknya, dapat
dikatakan bahwa Islam menganggap keluarga mutlak perlu bagi pemenuhan
tujuan Ilahi. Dan tidak akan ada tauhid tanpa pemenuhan seperti itu (Amri &
Tali, 2018).
Setiap orang dalam keluarga berhak mendapatkan pelayanan
kesehatan yang memuaskan. Pentingnya persoalan ini, mendorong lembaga
atau instansi kesehatan untuk menciptakan pelayanan kesehatan yang
nyaman, ramah, dan memberi kepuasan. Maka dengan kehadiran
keperawatan keluarga, segala bentuk kegiatan asuhan keperawatan yang
dilakukan mengacu pada standar kualitas pelayanan. Sebagai rahmatan lil
alamin, Islam telah mengajarkan praktek hubungan sosial dan kepedulian,
dalam hal ini keperawatan, terhadap sesama dipraktekan dengan
mengandung unsur akidah dan syariah (Putra, 2017).
Dalam Al-Qur’an disampaikan bahwa tiap-tiap manusia berkewajiban
menjaga diri sendiri dan keluarga dari berbagai aspek, seperti yang
terkandung dalam Q.S. At-Tahrim ayat 6.
Terjemahnya:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6)

I. Ruang Lingkup Keperawatan Keluarga


Menurut Kholifah & Widagdo 92016), pelayanan keperawatan
keluarga mencakup Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) yang diberikan kepada klien sepanjang
rentang kehidupan dan sesuai tahap perkembangan keluarga. Berbagai
bentuk upaya pelayanan kesehatan baik upaya promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif, maupun resosialitatif.
1. Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan keluarga
dengan melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan, peningkatan gizi,
pemeliharaan kesehatan baik individu maupun semua anggota
keluarga, pemeliharaan kesehatan lingkungan, olahraga teratur,
rekreasi dan pendidikan seks.
2. Upaya preventif untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan
kesehatan terhadap keluarga melalui kegiatan imunisasi,
pemeriksaan kesehatan berkala melalui posyandu, puskesmas dan
kunjungan rumah, pemberian vitamin A, iodium, ataupun pemeriksaan
dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui.
3. Upaya kuratif bertujuan untuk mengobati anggota keluarga yang
sakit atau masalah kesehatan melalui kegiatan perawatan orang sakit
dirumah, perawatan orang sakit sebagai tindaklanjut dari Pukesmas
atau rumah sakit, perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis,
perawatan buah dada, ataupun perawatan tali pusat bayi baru lahir
4. Upaya rehabilitatif atau pemulihan terhadap pasien yang dirawat
dirumah atau keluarga-keluarga yang menderita penyakit tertentu
seperti TBC, kusta dan cacat fisik lainnya melalui kegiatan latihan fisik
pada penderita kusta, patch tulang dan lain sebagainya, kegiatan
fisioterapi pada penderita stroke, batuk efektif pada penderita TBC,
dll.
5. Upaya resosialitatif adalah upaya untuk mengembalikan penderita
(anggota keluarga) ke masyarakat yang karena penyakitnya
dikucilkan oleh masyarakat seperti, penderita AIDS, kusta dan wanita
tuna susila.
REFERENSI

Al-Qur’an dan Terjemahannya.

Ali, H. Zaidin. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC.

Amri, M. Saeful & Tali Tulab. (2018). Tauhid: Prinsip Keluarga dalam Islam
(Problem Keluarga di Barat). Jurnal Studi dan Penelitian Hukum Islam Vol. 1,
No. 2, April 2018, 95-134. Diakses pada tanggal 19 Maret 2020 dari
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/ua

BKKBN. (2011). Pengertian Keluarga dan Keluarga Sejahtera. Tahun 2011.


Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Direktorat
Pelaporan dan Statistik.

Friedman, M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori dan


Praktek. Edisi ke-5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Kholifah, Siti Nur & Wahyu Widagdo. (2016). Keperawatan Keluarga dan
Komunitas. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Putra, Tri Utomo. (2017). Studi Penerapan Pelayanan Kesehatan Islami


Dalam Dimensi Kualitas Pelayanan Pada Penanganan Pasien Rawat Inap Di
Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar. Jurusan Kesmas Fakultas Kedokteran &
Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar: Skripsi.

Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Pembangunan Kependudukan


dan Pembangunan Keluarga Sejahtera.

Anda mungkin juga menyukai