Makalah Bab Puasa PDF
Makalah Bab Puasa PDF
DAFTAR ISI
1. Rukun puasa................................................................................................. 6
1. Puasa-Wajib ................................................................................................. 9
2. Puasa-Haram .................................................................................................9
3. Puasa Makruh..............................................................................................13
1. Sahur .......................................................................................................... 19
4. Berbuka dengan kurma, sesuatu yang manis, atau dengan air. ...................19
1. Perjalanan................................................................................................... 21
2. Sakit ........................................................................................................... 21
5. Masa Tua.................................................................................................... 23
7. Terpaksa ..................................................................................................... 24
3.Bersetubuh .................................................................................................. 26
4.Keluar darah haid (kotoran) atau nifas (darah sehabis melahirkan) ............26
5.Gila.............................................................................................................. 26
3. Kafarat .................................................................................................... 30
4. Fidyah ..................................................................................................... 31
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alhamdulillah Hirobbil Alamin kami ucapkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga
kami kelompok 5 dapat menyelesaikan makalah Pendidikan Agama
Islam yang berjudul “Puasa” dengan baik dan lancar. Kami menyadari
masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah ini. Oleh
karena itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun, sehingga tugas ini dapat menjadi bahan bacaan yang
bermanfaat bagi para pembaca.
Pentingnya pembahasan mengenai bab Puasa adalah yang
Pertama, sebagai salah satu bentuk rasa syukur kepada Allah SWT
yang telah memberikan rezeki bagi kita. Kedua, sebagai perisai diri dari
nafsu dan amarah. Ketiga, puasa juga bisa digunakan untuk menjaga
kesehatan.
Keseluruhan dari makalah ini adalah pada Bab I berisi tentang
latar belakang kenapa kami membuat makalah ini, rumusan masalah
yang berisi beberapa pokok pembahasan yang akan kami ulas pada
makalah dan tujuan pembahasan mengenai puasa. Pada Bab II terdapat
materi pembahasan dari beberapa rumusan masalah yang sudah kami
sertakan pada Bab I. Bab III berisi analisa dan diskusi dari kelompok
kami dengan para rekan Manajemen Reg. B. Dan yang terakhir, pada
Bab IV berisikan kesimpulan dari pembahasan materi Puasa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian puasa baik secara Etimologi maupun Terminologi?
2. Apa saja rukun dan syarat puasa?
3. Apa saja macam-macam puasa?
4. Hal apa saja yang disunnahkan dalam puasa?
5. Hal apa saja yang membolehkan pembatalan puasa?
4
C. Tujuan Pembahasan
1. Ingin memahami pengertian puasa
2. Ingin memahami rukun dan syarat puasa
3. Ingin memahami macam-macam puasa
4. Ingin memahami apa saja yang disunnahkan saat puasa
5. Ingin memahami apa saja yang membolehkan pembatalan puasa
6. Ingin memahami hal yang membatalkan dan tidak membatalkan
puasa
7. Ingin memahami Qadha, Kifarat dan Fidyah
8. Ingin memahami hikmah puasa
5
BAB II
POKOK PEMBAHASAN
A. Pengertian Puasa
Dari segi bahasa, puasa berarti menahan (imsak) dan mencegah
(kaff) dari sesuatu. Misalnya, dikatakan “shama ‘anil-kalam”, artinya
menahan dari berbicara. Allah SWT berfirman sebagai pemberitahuan
tentang kisah Maryam:
1
Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 84-85.
6
2
Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 85.
3
H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2014), 230.
7
4
Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 163.
5
H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2014),227.
6
Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 162.
7
Ibid, 163.
8
8
H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2014), 169.
9
C. Macam-Macam Puasa
Puasa banyak macamnya; puasa-wajib, puasa sunah (tathawwu), puasa
yang diharamkan, dan puasa yang dimakruhkan.10
1. Puasa-Wajib
Puasa jenis ini terdiri dari tiga macam :
a. Puasa yang diwajibkan karena waktu tertentu, yakni puasa pada
bulan ramadan,
b. Puasa yang diwajibkan karena suatu sebab (‘illat), yakni puasa
kafarat, dan
c. Puasa yang diwajibkan karena seseorang mewajibkan puasa
kepada dirinya sendiri, yakni puasa nazar.
2. Puasa-Haram11
Puasa jenis ini ialah sebagai berikut :
a. Puasa sunnah (nafilah) seorang perempuan yang dilakukan
tanpa izin suaminya. Kecuali, jika suaminya tidak
memerlukannya. Misalnya, ketika suaminya sedang bepergian,
sedang melakukan ihram haji atau umrah, atau sedang
9
H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2014), 229.
10
Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 107.
11
Ibid, 108-109.
10
12
Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 108.
11
13
Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 111.
12
14
Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 113.
15
Ibid, 113.
13
d. Puasa wanita yang sedang haid atau nifas hukumnya haram dan
tidak sah.
e. Puasa yang dilakukan oleh seorang yang khawatir akan
keselamatan dirinya jika dia berpuasa, hukumnya haram.
3. Puasa Makruh16
Puasa jenis ini seperti puasa dhar, puasa yang dikhususkan
pada hari Jumat saja atau hari Sabtu saja, puasa pada hari yang
diragukan (syak) dan menurut Jumhur puasa sehari atau dua hari
sebelum Ramadan. Sedangkan menurut mazhab Syafi’i, puasa
sehari atau dua hari sebelum Ramadan, hukumnya haram.
Adapun puasa yang termasuk kategori makruh tanzihiy
adalah puasa pada hari Asyura yang dilakukan tanpa didahului oleh
hari sebelumnya (9 Muharram) atau diikuti oleh hari sesudahnya
(11 Muharram). Puasa lain yang termasuk kategori ini ialah puasa
pada hari Jum’at yang ifradi (tanpa melakukan puasa pada hari-hari
yang lainnya), hari Sabtu, hari Nairuz (hari terakhir pada musim
bunga), dan hari Mahrajan (hari terakhir pada musim gugur).
Kemakruhan puasa-puasa ini menjadi hilang jika puasa tersebut
disertai dengan puasa-puasa lain yang telah menjadi kebiasaan.
Puasa yang dilakukan oleh musafir yang merasa kesulitan,
hukumnya makruh. Begitu juga, puasa yang dilakukan oleh
perempuan tanpa seizin suaminya. Suaminya berhak menyuruhnya
16
Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 116.
14
17
Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 119.
18
Ibid, 122-132.
19
Ibid, 123.
15
c. Puasa pada hari Senin dan Kamis dalam setiap minggu. Puasa
jenis ini berdasarkan perkataan Usamah bin Zaid berikut:20
20
Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 125.
16
21
Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 126.
17
22
Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 128.
23
Ibid, 129.
18
24
Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 131.
25
Ibid, 132.
19
26
H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2014), 239.
27
Ibid, 239-240.
28
Ibid, 238.
29
Ibid, 239.
20
30
H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2014), 227.
31
Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 199.
21
2. Sakit33
32
Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 209-210.
22
33
Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 215.
34
Ibid, 217.
23
35
Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 218.
24
37
H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2014), 231.
26
3. Bersetubuh
Firman Allah SWT :
ٖۚۡث إِلَ َٰى نِ َسآئِ ُكم ِّ أُ ِح َّل لَ ُكمۡ لَ ۡيلَةَ ٱل
ُ َصيَ ِام ٱل َّرف
“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan Puasa
bercampur dengan istri-istri kamu.” (Q.S. Al-Baqarah : 187)
Laki-laki yang membatalkan puasanya dengan bersetubuh di
waktu siang hari di bulan Ramadan, sedangkan dia berkewajiban
puasa, maka ia wajib membayar kafarat.38
38
H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2014), 231..
39
Ibid, 232.
40
Ibid, 233.
41
Ibid, 233.
42
Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 268.
27
2. Hukum Qadha
Menurut kesepakatan ulama, qadha diwajibkan atas orang-
orang yang membatalkan puasa Ramadan selama sehari atau lebih
karena ada uzur, seperti sakit, melakukan perjalanan, haid, dan
lain-lain. Qadha juga diwajibkan atas orang yang membatalkan
puasanya karena tidak adda uzur, misalnya, tidak berniat pada
malam hari karena lupa atau sengaja. Pendapat ini berdasarkan ayat
berikut :
ان ِمن ُكم َّم ِريضً ا أَ ۡو َعلَىَٰ َسفَ ٖر َ فَ َمن َك...
...ة ِّم ۡن أَي ٍَّام أُ َخ َرٞ فَ ِع َّد
“...Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau
dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya
berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang
lain...”
Aisyah berkata dalam hadis yang telah disebutkan di muka,
“Kami mengeluarkan darah haid pada zaman Rasulullah SAW.
Kami diperintahkan mengqadha puasa.”
Puasa yang wajib di qadha adalah puasa Ramadan, puasa
kafarat, puasa nazar, dan menurut mazhab Hanafi dan Maliki,
puasa tathawwu’. Mazhab Maliki mewajibkan qadha bagi orang
yang sengaja membatalkan puasa tathawwu’-nya tanpa sebab.
Adapun orang yang membatalkan puasa tathawwu’-nya karena
lupa, menurut kesepakatan ulama, hendaknya menyempurnakan
puasanya. Dia tidak berkewajiban qadha. Apabila dia membatalkan
puasa tathawwu’-nya karena ada uzur yang membolehkan
(berbuka), dia tidak wajib mengqadhanya.
a. Waktu Pengqadhaan Puasa Ramadan
Waktu pengqadhaan puasa Ramadan adalah semenjak
bulan Ramadan berakhir sampai bulan Ramadan selanjutnya.
Seseorang disunahkan menyegerakan pengqadhaan puasanya.
28
3. Kafarat
Hal yang mewajibkan kafarat ialah pembatalan puasa
Ramadan secara khusus, yaitu dilakukan secara sengaja dan atas
kehendak sendiri. Hal ini menyebabkan kafarat diwajibkan, karena
tindakan tersebut merusak kesucian puasa tanpa ada uzur yang
membolehkan pembatalan puasa.43
Kafarat tidak diwajibkan atas orang yang mencium istrinya,
wanita haid, wanita nifas, orang gila, atau orang pingsan. Karena,
hal-hal tersebut bukan terjadi atas kehendak mereka. Demikian
juga, kafarat tidak diwajibkan atas orang sakit, musafir, orang yang
sangat merasa lapar dan haus, serta wanita hamil, sebab mereka
memiliki uzur. Begitu pula, kafarat tidak diwajibkan atas seorang
murtad. Alasannya, karena dia merusak kesucian puasa secara
khusus. Penyebab yang paling penting adalah persetubuhan. Hal ini
disepakati oleh semua ulama.
Kafarat hanya diwajibkan kepada orang yang membatalkan
puasanya pada bulan Ramadan.44
Dalil pewajiban kafarat ialah hadis yang diriwayatkan dari Abu
Hurairah. Dia mengatakan bahwa seseorang datang kepada Nabi
SAW seraya berkata, “Aku celaka wahai Rasulullah.” Beliau
bertanya : “Apa yang mencelakakanmu?” Dia menjawab: “Aku
menyetubuhi istriku pada bulan Ramadan.” Beliau bertanya :
”Apakah kamu bisa memerdekakan hamba sahaya?” Dia menjawab
: “Tidak.” Beliau bertanya lagi : “Apakah kamu sanggup berpuasa
dua bulan berturut-turut?” Dia menjawab : “Tidak.” Beliau
bertanya lagi : “Apakah kamu memiliki makanan untuk diberikan
43
Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 275.
44
Ibid, 276.
31
4. Fidyah
Hukum fidyah adalah wajib. Hal ini berdasarkan ayat Al-Qur’an
berikut :
45
Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 276-277.
46
Ibid, 277.
32
H. Faedah Puasa
Ibadah puasa itu mengandung beberapa hikmah, di antaranya sebagai
berikut :
1. Tanda terima kasih pada Allah karena semua ibadah mengandung
arti terima kasih kepada Allah atas nikmat pemberian-Nya yang
tidak terbatas banyaknya, dan tidak ternilai harganya. 51
Firman Allah SWT :
47
Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 283.
48
Ibid.
49
Ibid, 284.
50
Ibid, 285.
51
H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2014), 243.
33
ٓۗ
ِ ۡ ٱّللِ ََل ت ُ ۡحصُوهَآ إِ َّن
ٞ ُٱۡلن َٰ َس َن لَظَل
ارٞ َّوم َكف َّ ت ْ َوإِن تَ ُع ُّد
َ وا نِ ۡع َم
“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat
kamu menghinggakannya.” (Q.S. Ibrahim : 34)
2. Didikan kepercayaan. Seseorang yang telah sanggup menahan
makan dan minum dari harta yang halal kepunyaannya sendiri,
karena ingat perintah Allah, sudah tentu ia tidak akan
meninggalkan segala perintah Allah, dan tidak akan berani
melanggar segala larangan-Nya.52
3. Didikan perasaan belas kasihan terhadap fakir-miskin karena
seseorang yang telah merasa sakit dan pedihnya perut keroncongan.
Hal itu akan dapat mengukur kesedihan dan kesusahan orang yang
sepanjang masa merasakan ngilunya perut yang kelaparan karena
ketiadaan. Dengan demikian, akan timbul perasaan belas kasihan
dan suka menolong fakir miskin.53
4. Guna menjaga kesehatan.54
5. Guna menenangkan nafsu amarah dan meruntuhkan kekuatannya
yang tersalurkan dalam anggota tubuh, seperti mata, lidah, telinga,
dan kemaluan.55
52
H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2014), 243.
53
Ibid.
54
Ibid, 244.
55
Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 89.
34
BAB III
ANALISIS DAN DISKUSI
1.
35
BAB IV
KESIMPULAN
Dari makalah yang kami buat ini kami simpulkan bahwa dari segi bahasa,
puasa berarti menahan dan mencegah dari sesuatu. Sedangkan menurut istilah
adalah menahan diri dari perbuatan (fi’li) yang berupa dua macam syahwat
(syahwat perut dan syahwat kemaluan serta menahan diri dari segala sesuatu agar
tidak masuk perut, seperti obat atau sejenisnya.) Hal itu dilakukan pada waktu
yang telah ditentukan, yaitu semenjak terbit fajar sampai terbenam matahari.
Puasa dilakukan oleh orang tertentu yang berhak, yaitu orang Muslim,
sudah baligh, berakal, tidak sedang haid, dan tidak sedang nifas. Puasa harus
dilakukan dengan niat, yakni, bertekad dalam hati untuk mewujudkan perbuatan
itu secara pasti, tidak ragu-ragu dan mampu menahan diri dari segala yang
membatalkan sejak terbit fajar sampai terbenam matahari.
Ada pula beberapa hal yang membatalkan puasa, yaitu, makan dan minum
yang disengaja, muntah yang disengaja, bersetubuh, keluar darah haid (kotoran)
atau nifas, gila, dan keluar mani dengan sengaja. Pembatalan puasa juga dapat
diganti dengan melakukan qadha, kifarat ataupun fidyah.
36
Puasa mengajarkan kita untuk lebih bersyukur terhadap segala hal yang
telah kita miliki pada saat ini. Mengajarkan kita untuk mampu membantu orang-
orang fakir dan miskin.