Anda di halaman 1dari 20

TUGAS KELOMPOK DOSEN PEMBIMBING : YULIANTORO,M.

Pd

“IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI


LINGKUNGAN KAMPUS “

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 7 :

 ILHAM SATRIA (1506115619)

 GALUH ARSYAD MUSTOFA (1506111755)

 RAHMA DEVI (1506110835)

 TINA ROMAULI MANURUNG (1506115249)

 YASIR ARAFAT (1506120961)

JURUSAN AGROTEKNOLOGI (A)

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2016
KATA PENGANGTAR

Bismillahirrahmanirrahiim,

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah, atas karunia-Nya lah kami
akhirnya bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah ini membahas tentang
Implementasi Pendidikan Kewarganegaraan Dilingkungan Kampus. Betapa
pentingnya mempelajari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Disamping
karena Pancasila adalah ideologi bangsa kita, nilai-nilainya pun telah lama mendarah
daging di tubuh semua rakyat Indonesia. Maka dari itu, melalui makalah ini, kami
harap kita lebih bisa menghargai dan bisa mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan kita sebagai mahasiswa dan kita sebagai warga Negara Indonesia
(WNI).
            Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi.
Olehnya itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya
mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
            Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Pekanbaru, 25 Maret 2016

Penulis,

2 | Implementasi Pendidikan Kewarganegaraan Di lingkungan Kampus (Kelompok 7)


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………..2

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang …………………………………………………… 4

2. Rumusan Masalah …………………………………………………… 5

3. Tujuan Penulisan …………………………………………………… 5

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ………………………….. 6


2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Di Lingkungan Kampus ……………………………………….…... 7
3. Visi dan Misi Pendidikan Kewarganegaraan ………………………. 10
4. Implementasi Pendidikan Kewarganegaraa
Di Lingkungan Kampus …………………………………………….10
5. Peranan Mahasiswa Sebagai
Warga Negara Indonesia (WNI) ……………………………………14
6. Penyebab Gagalnya Implementasi Pendidikan
Kewarganegaraan di Lingkungan Kampus dan
Solusi Permasalahan …………………………………………….. 16

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan ……………………………………………….…... 19
2. Saran ……………………………………………….…... 19

DAFTAR PUSTAKA ……….……………………………………………20

3 | Implementasi Pendidikan Kewarganegaraan Di lingkungan Kampus (Kelompok 7)


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seorang warga negara tentunya memiliki pengetahuan mengenai nilai-nilai


kenegaraan yang disosialisasikan pemerintah melalui berbagai program, dan salah
satunya adalah melalui program pendidikan. Masyarakat indonesia dibekali konsep-
konsep pemahaman mengenai hakikat kewarganegaraan dalam kurikulum
pendidikannya, yang dicontohkan dengan program wajib mempelajari pancasila
dalam pelaksanaan aktivitas akademik. Dari pendidikan sekolah dasar hingga
perguruan tinggi masyarakat Indonesia disuguhi pemahaman pancasila yang
mencakup aspek-aspek kewarganegaraan.
Secara teoritis, pada umumnya masyarakat Indonesia seharusnya bisa
memahami maksud dari kurikulum pendidikan yang mewajibkan pancasila untuk
dipelajari. Namun secara praktis, hanya sebagian kecil masyarakat indonesia yang
bisa memahami nilai-nilai tersebut. Oleh karena itu, penting bagi kita dalam mengkaji
sejauh mana kualitas pemahaman kita pada nilai-nilai kewarganegaraan. Dan jika
memang sebagai mahasiswa kita dapat memahami dengan baik, lalu bagaimana jika
dilihat dari sudut pandang praktisnya. Apakah sudah sesuai dengan apa yang kita
fahami. Sehingga makalah ini dibuat untuk memahamkan kita pada nilai-nilai
kewarganegaraan dan implementasinya dalam keseharian.
Namun, dewasa ini implementasi Pancasila hanya menjadi teori di sekolah,
kampus, atau lembaga pendidikan lainnya. Pancasila hanya dijadikan suatu simbol
tanpa ada tindakan konkret bagi terwujunya masyarakat yang berbangsa dan
bernegara. Mahasiswa yang merupakan agen of change yang seharusnya
menggerakkan implementasi pancasila kini mulai hilang semangatnya. Dari
gambaran di atas, penyusun ingin mengankat implementasi pancasila sebagai tema
dalam penyusunan makalah yang berjudul, “Implementasi Nilai-Nilai Pancasila
dalam Kehidupan Kampus Universitas Riau”. Implementasi Pancasila akan
dipersempit hanya di kampus Universitas Riau di mana penyusun melaksanakan
kegiatan perkuliahannya.

4 | Implementasi Pendidikan Kewarganegaraan Di lingkungan Kampus (Kelompok 7)


B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan kewarganegaraan ?


2. Apa tujuan pendidikan kewarganegaraan di lingkungan kampus ?
3. Apa visi dan misi pendidikan kewarganegaraan ?
4. Bagaimana pengimplementasian nilai-nilai kewarganegaraan dilingkungan
kampus ?
5. Apa penyebab gagalnya implementasi pendidikan kewarganegaraan di
lingkungan kampus dan solusi permasalahan ?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah guna memenuhi tugas mata kuliah
Kewarganegaraan , selain itu dengan penyusunan makalah ini juga merupakan
sebagai suatu cara untuk meningkatkan wawasan pemahaman penyusun pada
khususnya dan pembaca pada umumnya mengenai bagaimana implementasi
pendididkan kewarganegaraan di lingkungan kampus.

5 | Implementasi Pendidikan Kewarganegaraan Di lingkungan Kampus (Kelompok 7)


BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana untuk


mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri
dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela
negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Setiap kali
kita mendengar kata kewarganegaraan, secara tidak langsung otak merespon dan
mengaitkan kewarganegaraan dengan pelajaran kewarganegaraan pada saat sekolah,
dan mata kuliah kewarganegaraan pada saat kita kuliah. Bisa jadi kata kewarga
negaraan di dalam memori otak tersimpan kuat karena setiap tahun dari sekolah dasar
hingga sekolah menengah atas ada pelajaran kewarganegaraan yang harus dipelajari,
dan ternyata saat kuliah juga ada. Dan di dalam bangku perkuliahan kita akan
mempelajari lebih dalam seberapa pentingnya pendidikan kewarganegaraan bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pendidikan Kewarganegaraan menjadi mata pelajaran setelah terpecah dari PPKn


ataupun Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Pada awalnya di gabung
menjadi satu, karena isi dari Pendidikan Kewarganegaraan sendiri besumber dari
Pancasila itu sendiri. Selanjutnya di pecah menjadi mata pelajaran sendiri karena
Pendidikan Kewarganegaraan dianggap penting untuk di ajarkan kepada siswa dan
dalam Pendidikan Kewarganegaraan diajarkan materi kewarganegaraan yang lebih
luas dan tidak hanya bersumber langsung dari Pancasila. Mempelajari Pendidikan
Kewarganegaraan bagi sebagian mahasiswa tidak ubahnya mempelajari Pancasila
tahap dua, atau bahkan tidak jauh berbeda dengan Pendidikan Moral Pancasila dan
Sejarah Bangsa. Beberapa materinya memang berkaitan ataupun sama. Itulah
mengapa Pendidikan kewarganegaraan selalu “dianak tirikan” dalam percaturan
dunia pendidikan. Menurut orang kebanyakan, lebih penting belajar matematika
daripada PKn.

6 | Implementasi Pendidikan Kewarganegaraan Di lingkungan Kampus (Kelompok 7)


2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan Di Lingkungan Kampus

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah mewujudkan warga negara sadar


bela negara berlandaskan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan mengem
bangkan jati diri dan moral bangsa dalam perikehidupan bangsa.

Mahasiswa adalah bibit unggul bangsa yang di mana pada masanya nanti bibit
ini akan melahirkan pemimpin dunia. Karena itulah diperlukan pendidikan moral dan
akademis yang akan menunjang sosok pribadi mahasiswa. Kepribadian mahasiswa
akan tumbuh seiring dengan waktu dan mengalami proses pembenahan, pembekalan,
penentuan, dan akhirnya pemutusan prinsip diri. Negara, masyarakat masa datang,
diperlukan ilmu yang cukup untuk dapat mendukung kokohnya pendirian suatu
Negara.

Negara yang akan melangkah maju membutuhkan daya dukung besar dari
masyarakat, membutuhkan tenaga kerja yang lebih berkualitas, dengan semangat
loyalitas yang tinggi. Negara didorong untuk menggugah masyarakat agar dapat
tercipta rasa persatuan dan kesatuan serta rasa turut memiliki. Masyarakat harus
disadarkan untuk segera mengabdikan dirinya pada negaranya, bersatu padu dalam
rasa yang sama untuk menghadapi krisis budaya, kepercayaaan, moral dan lain-lain.
Negara harus menggambarkan image pada masyarakat agar timbul rasa bangga dan
keinginan untuk melindungi serta mempertahankan Negara kita. Pendidikan
kewarganegaraan adalah sebuah sarana tepat untuk memberikan gambaran secara
langsung tentang hal-hal yang bersangkutan tentang kewarganegaraan pada
mahasiswa.

Pendidikan kewarganegaraan sangat penting. Dalam konteks Indonesia,


pendidikan kewarganegaraan itu berisi antara lain mengenai pruralisme yakni sikap
menghargai keragaman, pembelajaran kolaboratif, dan kreatifitas. Pendidikan itu
mengajarkan nilai-nilai kewarganegaraan dalam kerangka identitas nasional. Seperti
yang pernah diungkapkan salah satu rektor sebuah universitas, “tanpa pendidikan
kewarganegaraan yang tepat akan lahir masyarakat egois. Tanpa penanaman nilai-
nilai kewarganegaraan, keragaman yang ada akan menjadi penjara dan neraka
dalam artian menjadi sumber konflik. Pendidikan, lewat kurikulumnya, berperan
penting dan itu terkait dengan strategi kebudayaan.”

Beliau menambahkan bahwa ada tiga fenomena pasca perang dunia II,yaitu :

7 | Implementasi Pendidikan Kewarganegaraan Di lingkungan Kampus (Kelompok 7)


 Fenomena pertama, saat bangsa-bangsa berfokus kepada nation-building atau
pembangunan institusi negara secara politik. Di Indonesia, itu diprakarsai
mantan Presiden Soekarno. Pendidikan arahnya untuk nasionalisasi.
 Fenomena kedua, terkait dengan tuntutan memakmurkan bangsa yang
kemudian mendorong pendidikan sebagai bagian dari market-builder atau
penguatan pasar dan ini diprakarsai mantan Presiden Soeharto.
 Fenomena ketiga, berhubungan dengan pengembangan peradaban dan
kebudayaan. Singapura, Korea Selatan, dan Malaysia sudah menampakkan
fenomena tersebut dengan menguatkan pendidikannya untuk mendorong riset,
kajian-kajian, dan pengembangan kebudayaan.

Kompetensi yang diharapkan dari mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan


antara lain agar mahasiswa mampu menjadi warga negara yang memiliki pandangan
dan komitmen terhadap nilai-nilai demokrasi dan HAM, agar mahasiswa mampu
berpartisipasi dalam upaya mencegah dan menghentikan berbagai tindak kekerasan
dengan cara cerdas dan damai, agar mahasiswa memilik kepedulian dan mampu
berpartisipasi dalam upaya menyelesaikan konflik di masyarakat dengan dilandasi
nilai-nilai moral, agama, dan nilai-nilai universal, agar mahasiwa mampu berpikir
kritis dan objektif terhadap persoalan kenegaraan, HAM, dan demokrasi, agar
mahasiswa mampu memberikan kontribusi dan solusi terhadap berbagai persoalan
kebijakan  publik, agar mahasiswa mampu meletakkan nilai-nilai dasar secara bijak
(berkeadaban).

Pendidikan Kewarganegaraan lah yang mengajarkan bagaimana seseorang


menjadi warga negara yang lebih bertanggung jawab. Karena kewarganegaraan itu
tidak dapat diwariskan begitu saja melainkan harus dipelajari dan di alami oleh
masing-masing orang. Apalagi negara kita sedang menuju menjadi negara yang
demokratis, maka secara tidak langsung warga negaranya harus lebih aktif dan
partisipatif. Oleh karena itu kita sebagai mahasiswa harus memepelajarinya, agar kita
bisa menjadi garda terdepan dalam melindungi negara. Garda kokoh yang akan terus
dan terus melindungi Negara walaupun akan banyak aral merintang di depan.

Kita semua tahu bahwa Pendidikan Kewarganegaraan mengajarkan bagaimana


warga negara itu tidak hanya tunduk dan patuh terhadap negara, tetapi juga
mengajarkan bagaimana sesungguhnya warga negara itu harus toleran dan mandiri.
Pendidikan ini membuat setiap generasi baru memiliki ilmu pengetahuan,
pengembangan keahlian, dan juga pengembangan karakter publik. Pengembangan
komunikasi dengan lingkungan yang lebih luas juga tecakup dalam Pendidikan
Kewarganegaraan. Meskipun pengembangan tersebut bisa dipelajari tanpa menempuh

8 | Implementasi Pendidikan Kewarganegaraan Di lingkungan Kampus (Kelompok 7)


Pendidikan Kewarganegaran, akan lebih baik lagi jika Pendidikan ini di manfaatkan
untuk pengambangan diri seluas-luasnya. Rasa kewarganegaraan yang tinggi, akan
membuat kita tidak akan mudah goyah dengan iming-iming kejayaan yang sifatnya
hanya sementara. Selain itu kita tidak akan mudah terpengaruh secara langsung
budaya yang bukan berasal dari Indonesia dan juga menghargai segala budaya serta
nilai-nilai yang berlaku di negara kita. Memiliki sikap tersebut tentu tidak bisa kita
peroleh begitu saja tanpa belajar. Oleh karena itu mengapa Pendidikan
Kewarganegaraan masih sangat penting untuk kita pelajari. Oleh karena itu
Pendidikan Kewarganegaraan sangat penting manfaatnya, maka di masa depan harus
segera dilakukan perubahan secara mendasar konsep, orientasi, materi, metode dan
evaluasi pembelajarannya. Tujuannya adalah agar membangun kesadaran para pelajar
akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara dan mampu menggunakan sebaik-
baiknya dengan cara demokratis dan juga terdidik.

Dari beberapa penjelasan tentang tujuan pendidikan kewarganegaraan diatas,


maka tujuan utama pendidikan kewarganegaraan adalah untuk membangun dan
menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang
mencintai tanah air dan bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan nusantara, serta
ketahanan nasional dalam diri para calon-calon penerus bangsa yang sedang dan
mengkaji dan akan menguasai ilmu pengetahuaan dan teknologi serta seni.
Dangan hal berbeda bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia
indonesia yang berbudi luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, profesional,
bertanggung  jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikan
kewarganegaraan yang berhasil akan membuahkan sikap mental yang cerdas, penuh
rasa tanggung jawab dari peserta didik. Sikap ini disertai perilaku yang:

1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha esa serta menghayati nilai-
nilai falsafah bangsa.
2. Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam masyarakat berbangsa dan bernegara.
3. Rasional, dinamis, dan sabar akan hak dan kewajiban warga negara.
4. Bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran bela negara.
5. Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk kepentingan
kemanusiaan, bangsa dan negara. 

      Melalui pendidikan Kewarganegaraan, Rakyat Republik indonesia diharapkan


mampu memahami, menganalisa, dan menjawab masalah-masalah yang di hadapi
oleh masyarakat, bangsa dan negaranya secara konsisten dan berkesinambungan
dalam cita-cita dan tujuan nasional seperti yang di gariskan dalam pembukaan UUD
1945.

9 | Implementasi Pendidikan Kewarganegaraan Di lingkungan Kampus (Kelompok 7)


3. Visi dan Misi Pendidikan Kewarganegaraan

Visi Pendidikan Kewarganegaraan

Menjadi program studi unggulan dalam pengembangan dan penerapan pendidikan


kewarganegaraan yang berbasis pendidikan, penelitian, dan pelatihan serta mampu
menghasilkan lulusan yang professional dalam pendidikan kewarganegaraan,
berintegritas dan moralitas serta beretos kerja tinggi.

Misi Pendidikan Kewarganegaraan

1.  Menyelenggarakan TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI sehingga


menghasilkan lulusan yang berkualits dalam profesi keguruan bidang Pendidikan
Kewarganegaraan.

2.  Melaksanakan administrasi akademik dan pelayanan kemaha-siswaan secara


professional dan prima sehingga mahasiswa termotivasi untuk menjadi  lulusan yang
terbaik.

4. Implementasi Pendidikan Kewarganegaraan Di lingkungan Kampus

Banyak kalangan yang memberikan persepsi berbeda mengenai pengertian


mahasiswa. Ada yang mengatakan mahasiswa adalah agen perubahan, mahasiswa
adalah kaum intelektual yang memiliki ilmu yang tinggi. Terlepas dari itu semua bagi
saya mahasiswa itu adalah unit bagian dari masyarakat yang harus memberikan
kebermanfaatan untuk masyarakat dengan berbagai karyanya. Mahasiswa lahir dari
masyarakat dan sudah sepatutnya mahasiswa berperan aktif di dalam membela
kepentingan masyarakat untuk kemajuan bangsa ini.

Mahasiswa tidak sepatutnya hanya sekadar menuntut ilmu dan mencari IP


setinggi-tingginya tetapi melupakan perannya yang signifikan dalam membangun
bangsa ini. Aktivitas yang dilakukan mahasiswa seyogyanya tidak hanya belajar
memahami mata kuliah yang diajarkan dosen dan mengerjakan tugas kuliah tetapi
mahasiswa harus berkontribusi nyata dalam membela kebutuhan rakyat. Karena
mahasiswa adalah salah satu unsur terpenting dalam pembangunan bangsa. Peranan
mahasiswa menjadi sangat penting karena mahasiswa adalah kelompok yang idealis

10 | Implementasi Pendidikan Kewarganegaraan Di lingkungan Kampus (Kelompok 7)


yang terlepas dari pengaruh pihak manapun. Idealisme yang dimiliki mahasiswa
membuatnya semangat melakukan perjuangan terhadap kebenaran yang dia yakini.
Mahasiswa tidak pantang menyerah dan tidak takut terhadap apapun termasuk
presiden sekalipun di dalam menyampaikan aspirasi yang mereka miliki. Pandangan,
pemikiran dan sikap mahasiswa inilah yang dibutuhkan dalam mewujudkan Indonesia
yang progresif.

Secara garis besar ada empat peran yang harus dipikul oleh mahasiwa. Keempat
peran ini adalah peran yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh mahasiswa. Keempat
peran itu, adalah:

1. Agent of change

Mahasiswa berperan di dalam melakukan perubahan terhadap kondisi bangsa.


Saat ini bangsa kita sedang mengalami kondisi terpuruk. Dari segi ekonomi kita
melihat masih banyak rakyat Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Kesenjangan antara si Kaya dan si Miskin sangat jelas sekali terlihat. Yang kaya
sibuk memperkaya diri sendiri sementara yang miskin harus berjuang keras untuk
mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka. Dari segi politik, kita melihat banyak
pejabat yang melakukan korupsi. Mereka sibuk untuk memperkaya diri sendiri dan
melupakan amanahnya untuk mensejahterakan rakyat. Bagaimana ingin
menyejahterakan rakyat sementara uang rakyat saja mereka curi. Sungguh ironi
memang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan sumber daya alam yang
dimilikinya tetapi untuk mensejahterakan kehidupan rakyat saja, negara ini belum
mampu untuk melakukannya. Untuk itu mahasiswa sebagai agent of change
diharapkan dapat membuat perubahan terhadap bangsa ini.

2. Iron Stock

Iron stock merupakan peranan mahasiswa yang tidak kalah penting, dengan
idealisme yang dimilikinya membuat mahasiswa menjadi tangguh untuk
menggantikan generasi-generasi sebelumnya. Mahasiwa adalah aset yang penting di
dalam melakukan pergerakan dan perubahan. Tentunya di dalam menjalankan peran
ini mahasiswa harus memiliki skill yang di dapat dari pengalaman organisasi di
kampus dan mahasiswa harus memiliki akhlak mulia agar ilmu yang ia dapat dapat
dipergunakan untuk melakukan hal-hal yang baik.

3. Social control

11 | Implementasi Pendidikan Kewarganegaraan Di lingkungan Kampus (Kelompok 7)


Mahasiswa berperan dalam melakukan kontrol ketika melihat adanya gejala yang
tidak beres di tengah-tengah masyarakat. Mahasiswa yang akan mengontrol perilaku
pemerintah yang bertentangan dengan Undang-undang dan merugikan masyarakat.
Kontrol yang dilakukan oleh mahasiswa bisa saja dalam bentuk demonstrasi. Selama
ini orang berpandangan negatif terhadap mahasiswa yang melakukan demo. Padahal
demo yang dilakukan oleh mahasiswa itu hanya semata-mata untuk membela
kepentingan rakyat. Siapa lagi yang akan membela dan menjadi garda terdepan dalam
pergerakan untuk rakyat kalau bukan mahasiswa yang notabene juga berasal dari
rakyat. Tentunya demo yang dilakukan oleh mahasiswa harus mengindahkan norma-
norma yang ada sehingga demo dapat berjalan dengan tertib dan damai. Selain
dengan demonstrasi, mahasiswa juga dapat melakukan kontrol sosialnya dengan jalan
diskusi dan melakukan kajian. Namun cara seperti apa yang tepat untuk melakukan
kontrol sosial, itu dikembalikan kepada diri masing-masing mahasiswa.

4. Moral Force

Mahasiswa dituntut untuk memiliki akhlak yang baik, karena mahasiswa berperan
sebagai teladan di tengah-tengah masyarakat. Segala tingkah laku mahasiswa akan
diamati dan dinilai oleh masyarakat. Untuk itu mahasiswa harus pandai menempatkan
diri dan hidup berdampingan di tengah-tengah masyarakat.

Itulah keempat peran yang ideal dan seyogyanya harus dilakukan oleh mahasiswa.
Implementasi dari peran tersebut dapat terwujud apabila mahasiswa memahami dan
menjalani nilai-nilai yang terkandung di dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu:

1. Pendidikan.
Mahasiswa sebagai kaum intelektual bangsa yang menduduki 5% dari populasi
warga negara Indonesia berkewajiban meningkatkan mutu diri secara khusus agar
mutu bangsa pun meningkat pada umumnya dengan ilmu yang dipelajari selama
pendidikan di kampus sesuai bidang keilmuan tertentu. Mahasiswa dan pendidikan
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sehingga ketika mahasiswa
melakukan segala kegiatan dalam hidupnya, semua harus didasari pertimbangan
rasional, bukan dengan adu otot. Itulah yang disebut kedewasaan mahasiswa.

2. Penelitian dan Pengembangan


Ilmu yang dikuasai melalui proses pendidikan di perguruan tinggi harus
diimplementasikan dan diterapkan. Salah satunya dengan langkah ilmiah, seperti
melalui penelitian. Penelitian mahasiswa bukan hanya akan mengembangkan diri

12 | Implementasi Pendidikan Kewarganegaraan Di lingkungan Kampus (Kelompok 7)


mahasiswa itu sendiri, namun juga memberikan manfaat bagi kemajuan pperadaban
dan kepentingan bangsa kita dalam menyejahterakan bangsa. Selain pengembangan
diri secara ilmiah dan akademis. Mahasiswa pun harus senantiasa mengembangkan
kemampuan dirinya dalam hal softskill dan kedewasaan diri dalam menyelesaikan
segala masalah yang ada. Mahasiswa harus mengembangkan pola pikir yang kritis
terhadap segala fenomena yang ada dan mengkajinya secara keilmuan.

3. Pengabdian pada Masyarakat


Mahasiswa menempati lapisan kedua dalam relasi kemasyarakatan, yaitu berperan
sebagai penghubung antara masyarakat dengan pemerintah. Mahasiswa adalah yang
paling dekat dengan rakyat dan memahami secara jelas kondisi masyarakat tersebut.
Kewajiban sebagai mahasiswa menjadi front linedalam masyarakat dalam mengkritisi
berbagai kebijakan pemerintah terhadap rakyat karena sebagaian besar keputusan
pemerintah di masa ini sudah terkontaminasi oleh berbagai kepentingan politik
tertentu dan kita sebagai mahasiswa yang memiliki mata yang masih bening tanpa
ternodai kepentingan-kepentingan serupa mampu melihat secara jernih, melihat yang
terdalam dari yang terdalam terhadap intrik politik yang tidak jarang mengeksploitasi
kepentingan rakyat. Disini mahasiswa berperan untuk membela kepentingan
masyarakat, tentu tidak dengan jalan kekerasan dan aksi chaotic, namun menjunjung
tinggi nilai-nilai luhur pendidikan, kaji terlebih dahulu, pahami, dan sosialisasikan
pada rakyat, mahasiswa memiliki ilmu tentang permasalahan yang ada, mahasiswa
juga yang dapat membuka mata rakyat sebagai salah satu bentuk pengabdia terhadap
rakyat.

Pendidikan diperlukan agar mahasiswa memiliki intelektual dan wawasan yang


luas sehingga membantu di dalam proses berpikir untuk mencari solusi terhadap
berbagai persoalan. Penelitian diperlukan untuk menghasilkan sebuah karya yang
berguna bagi masyarakat dengan landasan research agar karya tersebut tepat sasaran.
Pengabdian masyarakat diperlukan agar ilmu yang didapat oleh mahasiswa tidak
disimpan untuk dirinya sendiri tetapi berusaha agar masyarakat juga merasakan
manfaat dari ilmu yang dimiliki oleh mahasiswa.

Betapa pentingnya peran mahasiswa untuk membangun bangsa ini ke arah yang
lebih baik. Untuk itu kita sebagai mahasiswa diharapkan tidak hanya sekedar belajar
mencari IP setinggi-tingginya namun kita juga harus berkontribusi nyata di tengah-
tengah masyarakat. Karena mahasiswa adalah salah satu unsur terpenting dalam
pembangunan bangsa.

13 | Implementasi Pendidikan Kewarganegaraan Di lingkungan Kampus (Kelompok 7)


5. Peranan Mahasiswa Sebagai Warga Negara Indonesia (WNI)

Bela negara merupakan hak dan kewajiban warga negara Indonesia. Sesuai
fungsi warga serta tidak selalu diartikan dengan mengangkat senjata. Bukan hanya
kewajiban dan tanggung jawab Tentara  Nasional Indonesia semata. Banyak peran
mahasiswa dalam membela negara di antaranya belajar dengan tekun, ikut kegiatan
ekstrakurikuler, meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara termasuk
menghayati arti demokrasi dengan menghargai pendapat dan tidak memaksakan
kehendak. Organisasi secara umum memiliki peran untuk membina kesadaran  bela
negara di lingkungan. Sebagai penyeimbang pemerintah yang memiliki tugas dan
tanggung jawab sama dengan mengomunikasikan dan memperjuangkan aspirasi serta
kepentingan masyarakat. Di samping memiliki pemimpin yang visioner dan
berkarakter dengan kesadaran moral kebangsaan bela negara yang tinggi. Sementara
perguruan tinggi memiliki  peran sebagai sumber untuk mengisi komponen
pertahanan negara dan tempat penggodokan sikap bela negara melalui pendidikan
yang diwujudkan dalam mata kuliah Kewarganegaraan, orientasi studi ketahanan
nasional, serta kegiatan resimen mahasiswa.
 
Mahasiswa harus berpartisipasi dalam meningkatkan bobot teknologi maupun
dalam konsep pertahanan negara. Kegiatan bela negara dapat dijadikan agenda rutin
bagi mahasiswa baru. Mereka mendapat pengenalan tentang nilai-nilai perjuangan
para generasi terdahulu. Semangat para  pejuang dahulu dalam mempertahankan
negara patut diteladani oleh generasi masa kini yang cenderung lupa sejarah.
Kepedulian dan nasionalisme terhadap bangsa dapat pula ditunjukkan dengan
keseriusan menimba ilmu di bangku kuliah. Mahasiswa dapat mengasah keahlian dan
spesialisasi pada bidang ilmu yang mereka pelajari di perguruan tinggi, agar dapat
meluruskan berbagai ketimpangan sosial ketika terjun di masyarakat kelak. Peran dan
fungsi mahasiswa dapat ditunjukkan secara santun tanpa mengurangi esensi dan
agenda yang diperjuangkan. Semangat mengawal dan mengawasi jalannya reformasi,
harus tetap tertanam dalam jiwa setiap mahasiswa. Sikap kritis harus tetap ada dalam

14 | Implementasi Pendidikan Kewarganegaraan Di lingkungan Kampus (Kelompok 7)


diri mahasiswa, sebagai agen pengendali untuk mencegah berbagai penyelewengan
yang terjadi terhadap perubahan yang telah mereka perjuangkan. Dengan begitu,
mahasiswa tetap menebarkan bau harum keadilan sosial dan solidaritas kerakyatan.

Beberapa contoh kewajiban negara adalah kewajiban negara untuk menjamin


sistem hukum yang adil, kewajiban negara untuk menjamin hak asasi warga negara ,
kewajiban negara untuk mengembangkan sistem pendidikan nasional untuk rakyat,
kewajiban negara memberi jaminan sosial, kewajiban negara memberi kebebasan
beribadah.
Beberapa contoh hak negara adalah hak negara untuk ditaati hukum dan
pemerintahan , hak negara untuk dibela, hak negara untuk menguasai bumi air dan
kekeyaan untuk kepentingan rakyat.

Hak–hak asasi manusia dan warga negara menurut UUD 1945 mencakup :
1. Hak untuk menjadi warga negara (pasal 26)
2. Hak atas kedudukan yang sama dalam hukum (pasal 27 ayat 1)
3. Hak atas persamaan kedudukan dalam pemerintahan (pasal 27 ayat 1)
4. Hak atas penghidupan yang layak (pasal 27 ayat 2)
5. Hak bela negara (pasal 27 ayat 3)
6. Hak untuk hidup (pasal 28 A)
7. Hak membentuk keluarga (pasal 28 B ayat 1)
8. Hak atas kelangsungan hidup dan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi
bagi anak (pasal 28 B ayat 2)
9. Hak pemenuhan kebutuhan dasar (pasal 28 C ayat 1)
10. Hak pertahanan dan keamanan negara (pasal 30 ayat 1)
11. Hak mendapat pendidikan (pasal 31 ayat 1)

Contoh Kewajiban Warga Negara Indonesia


1. Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam membela,
mempertahankan kedaulatan negara indonesia dari serangan musuh

15 | Implementasi Pendidikan Kewarganegaraan Di lingkungan Kampus (Kelompok 7)


2. Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang telah ditetapkan
oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda)
3. Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar negara, hukum
dan pemerintahan tanpa terkecuali, serta dijalankan dengan sebaik-baiknya
4. Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk dan patuh terhadap segala hukum
yang berlaku di wilayah negara indonesia
5. Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk membangun
bangsa agar bangsa kita bisa berkembang dan maju ke arah yang lebih baik

6. Penyebab Gagalnya Implementasi Pendidikan Kewarganegaraan di


Lingkungan Kampus dan Solusi Permasalahan

Salah satu penyebab dasar kegagalan pendidikan kewarganegaraan di lingkungan


kampus adalah masalah pelaksanaan pembelajaran yang diterapkan dalam dunia
pendidikan, selama ini banyak pengajar yang masih menggunakan paradigma atau
model pembelajaran ceramah, yaitu murid hanya dijejali materi dengan guru hanya
ceramah saja sehingga murid pasif hanya mendengar dan menghafal untuk
menghadapi tes akhir dimana soal-soal dalam tes tersebut hanyalah bersifat hafalan.
Bahwa semestinya pendidikan kewarganegaraan adalah upaya untuk membentuk
kepribadian dan tingkah laku warga negara yang baik, seharusnya dalam proses
pembelajaran siswa lebih banyak diaktifkan dengan memberi kegiatan-kegiatan yang
bisa mencerminkan bahwa mereka memiliki sikap yang sesuai dengan keinginan
pendidikan kewarganegaraan itu sendiri, misal diadakan kerja kelompok, bakti sosial,
berkunjung dengan sekolah lain disini bisa dilihat bagaimana tingkah laku dan sikap
mahasiswa dalam berinteraksi dengan orang lain.
Perancangan kurikulum juga sangat berperan untuk pelaksanaan pembelajaran
kewarganegaraan, dan kenyataannya kurikulum yang selama ini digunakan dengan
berbagai perbaikan yang dilakukan pemerintah juga belum berhasil dalam upaya
keberhasilan Pendidikan kewarganegaraan.
Sedangkan pembelajaran dalam perguruan tinggi nenurut Azyumardi Azra (2001),
setidaknya terdapat tiga faktor mengapa pendidikan kewarganegaraan nasional dalam
beragam bentuknya mengalami kegagalan :
1.      Pertama, menyangkut substantif, PPKn, mata kuliah Pancasila dan Kewiraan tidak
disiapkan sebagai materi pendidikan demokrasi dan kewargaan.

16 | Implementasi Pendidikan Kewarganegaraan Di lingkungan Kampus (Kelompok 7)


2.      Kedua, menyangkut strategi pembelajaran mata pelajaran dan kedua Mata Kuliah
Dasar Umum (MKDU) bersifat indoktrinatif, regimentatif, monologis dan tidak
partisipatif. 
3.      Ketiga, ketiga subjek tersebut lebih bersifat teoritis dari pada praksis. Walhasil hasil
pembelajaran ketiga model pendidika kewargaan produk Orde Baru itu lebih tepat
dianalogikan dengan ungkapan klasik ”jauh panggang dari api” ; kurang menyentuh
realitas yang berkembang di masyarakat lokal maupun internasional.
Kebijakan Baru Semangat Lama. Kebijakan nasional terbaru tentang pendidikan
kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan
Tinggi Depdiknas N0. 267/DIKTI/Kep/2000. Keputusan ini lahir sebagai respon
pemerintah terhadap perkembangan situasi politik paska kejatuhan Orde Baru. 
Namun patut disayangkan, sekalipun keputusan ini lahir di era reformasi, tetapi
secara substansial belum menampakkan pergeseran paradigma hubungan antara
negara dan warganegara secara signifikan. Masih kuatnya semangat pendekatan
keamanan (security approach) dapat dicermati pada bunyi pasal 5 keputusan tersebut. 
Menurut pasal tersebut materi pendidikan kewarganegaraan meliputi empat pokok
bahasan yaitu: pengantar pendidikan kewarganegaraan, wawasan nusantara,
ketahanan nasional, dan politik dan strategi nasional. Sekalipun materi demokrasi dan
HAM dijadikan salah satu unusr dari pokok bahasan yang pertama, nampaknya
sampai saat ini pihak pemerintah belum merealisasikannya dengan sungguh-sungguh
dalam bentuk kurikulum yang sejalan dengan tuntutan reformasi dan penegakan
HAM.

Pendidikan Kewarganegaraan Model Baru. Usaha sosialisasi demokrasi di
Indonesia melalui jalur pendidikan formal nampaknya masih membutuhkan jalan
panjang. Reformasi orientasi pendidikan kewarganegaran sudah semestinya
dilakukan baik peraturan, paradigma, materi maupun pelaksanannya di lapangan.
Orientasi pendidikan kewarganegaraan yang bertujuan untuk mengembangkan sikap
demokratis dan daya kritis peserta didik selayaknya di jadikan common plat-form
para pengambil kebijakan pendidikan nasional. Kesamaan pandangan ini selanjutnya
dapat ditungkan kedalam penyusunan kurikulum yang sejalan dengan semangat dan
tuntutan demokrasi.
Dalam tataran reformasi metodologi pengajarannya, pendekatan belajar yang
berpusat pada mahasiswa (learner-centered) sudah waktunya di terapkan pada
perkuliahan mata kuliah pendidikan kewarganegaraan mendatang. Menurut Jhon
Dewey, tokoh pendekatan belajar ini, mazhab pendekatan ini memusatkan perhatian
pada kemampuan analisis mahasiswa terhadap pengetahuan dan pemahaman yang
mereka miliki, dan (dosen) mengarahkannya untuk belajar mandiri dan bertanggung
jawab terhadap apa yang mereka pelajari. Sealur dengan pendekatan ini,

17 | Implementasi Pendidikan Kewarganegaraan Di lingkungan Kampus (Kelompok 7)


pembelajaran pendidikan kewargaan di sekolah maupun di perguruan tinggi mestilah
berlangsung dalam suasana demokratis. Selama pembelajaran berlangsung pendidik
dituntut mampu menciptakan suasana kelas yang dinamis, kritis dan menyenangkan. 
Pandangan selama ini bahwa pendidik (guru) sebagai satu-satunya sumber
pengetahuan sudah waktunya ditinggalkan. Pemahaman kadaluarsa ini harus segera
diubah melalui pembelajaran yang demokratis dimana pendidik berperan sebagai
fasilitator dan pemacu atau motivator dinamika kelas. Untuk mewujudkan ini semua,
rasa empati terhadap beragam pandangan pelajar merupakan sesuatu yang harus
dimiliki pendidik atau siapa saja yang peduli dengan pendidikan kewarganegaraan
dan kehidupan berdemokrasi.

18 | Implementasi Pendidikan Kewarganegaraan Di lingkungan Kampus (Kelompok 7)


BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Berbagai masalah yang ada diatas memperlihatkan masih


perlunya dilaksanakan pendidikan kewarganegaraan (civic
education) dari tingkat Sekolah Dasar yang dikenal dengan nama
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) hingga tingkat
Perguruan Tinggi. Tetapi bagaimana pelaksanaannya yang tepat
supaya tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan itu tercapai, itulah
yang menjadi tugas kita para mahasiswa calon guru yang akan
terjun langsung dan sebagai pelaksana pembelajaran PKn itu
sendiri. Banyak hal yang bisa kita lakukan, misal melakukan
pembenahan kurikulum pendidikan kewarganegaraan yang bisa
mendekatkan dirinya dengan realitas harian, contoh : seorang anak
diajarkan untuk menghormati hak-hak warga negaranya,dll. Hal ini
tidak lepas dari peran negara yang harus bisa menampilkan dirinya
sebagai sosok yang kuat yang bisa melindungi hak-hak warga
negara dan mengusahakan kemakmuran bagi warganya, baik di
bidang pendidikan, kesehatan dan infrastruktur.

2. Saran

Kita bisa mengusahakan memberikan pengalaman pembelajaran


yang berorientasi humanistik, ini bisa membuat peserta didik
menemukan jati dirinya sebagai manusia yang sadar akan
tanggung jawab individu dan sosial. Oleh karena itu, tugas para
pendidik, pembuat kebijakan dan anggota civil society lainnya
adalah mengkampanyekan pentingnya pendidikan
kewarganegaraan kepada seluruh lapisan masyarakat dan semua
instansi dan jajaran pemerintahan.
Dengan pembelajaran yang benar akan terbentuk warga negara
sadar bela negara berlandaskan pemahaman politikkebangsaan
dan kepekaan mengembangkan jati diri dan moral bangsa dalam
perikehidupan bangsa serta membangun kesadaran peserta didik
akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara dan mampu
menggunakannya secara demokratis dan beradab.

19 | Implementasi Pendidikan Kewarganegaraan Di lingkungan Kampus (Kelompok 7)


DAFTAR PUSTAKA

Rukiyati, dkk. 2008. Pendidikan Pancasila Buku Pegangan Kuliah. UNY Press. Yogyakata

www.scribd.com/doc/21121576/Sejarah-Lahirnya-Pancasila - Tembolok - Mirip


http://remajacantiksukses.blogspot.com/2011/02/makalah-penerapan-nilai-nilai-
pancasila.html. Diakses pada hari Kamis, 24 Maret 2016. Pukul 15:00 WIB.

Asih,Pribadi,pendidikan kewarganegaraan,sekolah tinggi managemen informatika dan


komputer insan pembangunan,2014 www.id.m.wikipedia.org/wiki/Alay

www.peranan mahasiswa sebagai WNI1.pdf. Diakses pada hari Kamis, 24 Maret


2016. Pukul 15:10 WIB.

http://www.kompasiana.com/pitriyulianti/tri-dharma-perguruan-
tinggi_54f8456aa33311191c8b55fc. Diakses pada hari Kamis, 24 Maret 2016. Pukul
15:30 WIB.

20 | Implementasi Pendidikan Kewarganegaraan Di lingkungan Kampus (Kelompok 7)

Anda mungkin juga menyukai