Anda di halaman 1dari 15

MODUL PRAKTIKUM THEODOLITE

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS


TEKNIK GEOFISIKA ITS

Dhea Pratama Novian Putra (03411740000013)


Maizan Rin Dalwain (03411740000022)
Jody Maulana (03411740000034)
Risal Ardiansyah Putra (03411840000014)
Zikra Miftahul Haq (03411840000017)
Titah Anggraeni Putri Kinasih (03411840000019)
Kartika Wijaya (03411840000052)

FAKULTAS TEKNIK SIPIL PERENCANAAN DAN KEBUMIAN


INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Lempeng-lempeng di dunia ini tidaklah diam mereka bergerak dikarenakan lapisan


plastis di bawahnya. Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada di zona subduksi
lempeng. Akibat hal terebut Indonesia memiliki topografi yang tidak datar datar saja. Selain
topografinya di Indonesia sering terjadi suatu bencana untuk itu dibutuhkan sebuah bangunan
yang harus direncanakan matang matang, untuk itu dibutuhkan sebuah instrumen yang dapat
mengukur kemiringan dan juga tinggi topografi, alat ini adalah sebuah theodolit.

Theodolite merupaka instrumen yang dibutuhkan para surveyor untuk melakukan


pemeriksaan terhadap suatu medan sebelum dilakukan suatu penelitian atau pembangunan.
Theodolit juga dapat digunakan untuk mengukur kemiringan gedung yang telah berdiri.
Sebagai seorang geoscientist survey lapangang sangat dibutuhkan sebelum dilakukannya
eksplorasi. Untuk itu perlu dipahamai mekanisme penggunaan theodolit secara teori maupun
praktikum

1.2 Tujuan
Tujuan dari dibuatnya modul ini adalah untuk
1. Untuk mengetahui bagian bagian dan fungsi dari theodolite
2. Untuk mengetahui tata cara penggunaan theodolite
BAB II
DASAR TEORI

2.1. Pengertian Theodolite


Theodolite adalah instrumen yang dirancang dan digunakan untuk pengukuran sudut
berupa sudut mendatar yang dinamakan dengan sudut horizontal dan sudut tegak yang
dinamakan dengan sudut vertikal. Sudut – sudut tersebut berperan dalam penentuan jarak
mendatar dan jarak tegak diantara dua buah titik di lapangan. Konstruksi dari instrumen
theodolite ini secara mendasar dibagimenjadi 3 bagian, yaitu:
1. Bagian Bawah, terdiri dari pelat dasar dengan tiga sekrup penyetel yang
menyanggah suatu tabung sumbu dan pelat mendatar berbentuk lingkaran, yang mana
pada tepi lingkaran ini dibuat pengunci limbus. Detail bagian bawah yaitu:
 Statif / Trifoot
 Tiga sekrup penyetel nivo kotak
 Unting – unting
 Sekrup repitisi
 Sekrup pengunci pesawat dengan statif
2. Bagian Tengah, terdiri dari suatu sumbu yang dimasukkan ke dalam tabung dan
diletakkan pada bagian bawah. Sumbu ini adalah sumbu tegak lurus kesatu. Diatas sumbu
kesatu diletakkan lagi suatu plat yang berbentuk lingkaran yang berbentuk lingkaran yang
mempunyai jari – jari plat pada bagian bawah. Pada dua tempat di tepi lingkaran dibuat
alat pembaca nonius. Di atas plat nonius ini ditempatkan 2 kaki yang menjadi penyanggah
sumbu mendatar atau sumbu kedua dan nivo berbentuk tabung diletakkan untuk membuat
sumbu kesatu tegak lurus. Lingkaran dibuat dari kaca dengan garis-garis pembagian skala
dan angka digoreskan di permukaannya. Garis – garis tersebut sangat tipis dan lebih jelas
tajam bila dibandingkan hasil goresan pada logam. Lingkaran dibagi dalam derajat
sexagesimal yaitu suatu lingkaran penuh dibagi dalam 360° atau dalam derajat sentisimal
yaitu satu lingkaran penuh dibagi dalam 400 g.
3. Bagian Atas, terdiri dari sumbu kedua yang diletakkan diatas kaki penyanggah
sumbu kedua. Pada sumbu kedua diletakkan suatu teropong yang mempunyai diafragma
dan dengan demikian mempunyai garis bidik. Pada sumbu ini pula diletakkan plat yang
berbentuk lingkaran tegak sama seperti plat lingkaran mendatar.

Gambar 2.1 Sistem Poros Theodolite


Syarat – syarat utama yang harus dipenuhi alat theodolite sehingga siap dipergunakan
untuk pengukuran dengan benar meliputi :
a. Sumbu kesatu benar–benar tegak / vertical.
b. Sumbu kedua harus benar–benar mendatar.
c. Garis bidik harus tegak lurus sumbu kedua / mendatar.
d. Tidak adanya salah indeks pada lingkaran kesatu.

2.2. Jenis-Jenis Theodoite


Dari konstruksi dan cara pengukuran, dikenal 3 macam theodolite meliputi:
2.2.1. Theodolite Reiterasi
Pada theodolite reiterasi, plat lingkaran skala (horizontal) menjadi satu
dengan plat lingkaran nonius dan tabung sumbu pada kiap. Sehingga lingkaran
mendatar bersifat tetap. Pada jenis ini terdapat sekrup pengunci plat nonius.
Gambar 2.2. Theodolite Reiterasi
2.2.2. Theodolite Repetisi
Pada theodolite repetisi, plat lingkarn skala mendatar ditempatkan sedemikian
rupa, sehingga plat ini dapat berputar sendiri dengan tabung poros sebagai sumbu
putar. Pada jenis ini terdapat sekrup pengunci lingkaran mendatar dan sekrup

nonius.
Gambar 2.3 Theodolite Repetisi
2.2.3. Theodolite Elektro Optis
Pada theodolite elektro optis, konstruksi mekanis sistem susunan lingkaran
sudutnya antara theodolite optis dengan theodolite elektro optis sama. Akan tetapi
mikroskop pada pembacaan skala 24 lingkaran tidak menggunakan system lensa
dan prisma lagi, melainkan menggunkan system sensor. Sensor ini bekerja
sebagai elektro optis model (alat penerima gelombang elektromagnetis). Hasil
pertama system analogdan kemudian harus ditransfer ke system angka digital.
Proses penghitungan secara otomatis akan ditampilkan pada layer (LCD) dalam
angka decimal.

BAB III
METODOLOGI

3.1. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pengamatan dan pengukuran elevasi suatu daerah
adalah yang pertama theodolit, alat ini digunakan untuk menentukan tinggi tanah dengan sudut
mendatar dan sudut tegak. Kemudian statif yang digunakan untuk meletakkan theodolit.
Selanjutnya adalah roll meter yang digunakan untuk mengukur jarak dari waterpass ke titik
pengamatan. Yang keempat adalah rambu ukur atau alat ukur seperti penggaris panjang. Dan alat
tulis yang digunakan untuk mencatat hasil pengukuran menggunakan waterpass. Serta patok atau
paku payung yang digunakan untuk centering saat meletakkan theodolite.

3.2. Skema Alat

Gambar 3.1 Skema alat dan bahan pengukuran menggunakan Theodolite


Gambar 3.2 Koreksi pada alat ukut Theodolite

3.3. Langkah Kerja

1. Setting alat Theodolite dengan letakkan pesawat diatas statif atau kaki tiga lalu diikat
dengan baut yang ada pada statif.
2. Setelah pesawat terikat dengan sempurna pada statif baru pesawat yang sudah terikat
pada statif diangkat dan diletakkan diatas patok yang sudah ada pakunya.
3. Kemudian tancapkan salah satu kaki tripod sambil kedua tangan memegang kedua kaki
di tripod yang lainya, lalu lihat paku dibawah dengan bantuan centring, setelah paku
terlihat baru kedua kaki yang kita pegang ditaruh pada tanah.
4. Setelah statif ditaruh semua dan patok serta pakunya sudah kelihatan (walau tidak tepat)
baru diinjak ketiga kaki di statip agar posisinya kuat menancap ditanah dan alat tidak
mudah goyang.
5. Setelah posisi statip kuat dan tidak goyang barulah dilihat paku lowat centring, apabila
paku tidak tepat maka kejar pakunya dengan menggunakan sekrup penyetel sambil
melihat centring.
6. Setelah itu barulah dilihat nivo kotak (bagian bawah).
7. Setelah posisi gelembung pada nivo kotak ada ditengah maka alat sudah dalam keadaan
waterpass, walau masih dalam keadaan kasar.
8. Untuk menghaluskan agar posisinya lebih level maka gunakan nivo
9. Setelah posisi alat tepat diatas patok maka pengaturan nivo tabung diulangi seperti
semula sehinga posisinya ditengah lagi, seperti pada waktu penyetelan pertama.
10. Setelah selesai, tentukan titik acuan alat sebagai 0°00'00"(arah utara bumi dengan
menggunakan kompas) dan juga tidak lupa untuk mengunci sekrup penggerak horizontal.
11. Nyalakan layar dengan menggunakan tombol power.
12. Kemudian setting sudut horizontal 0°00'00" dengan menekan tombol [0 SET] dua kali.•
Satu kali untuk mengetahui sudut vertical • Dua kali untuk mengetahui persentase
kemiringan
13. Tampilkan pembacaan sudut vertical dengan menekan tombol [V/%]
14. Apabila di layar pada pembacaan sudut horizontal muncul huruf R menunjukan
pembacaan sudut biasa, dan bila ingin diubah menjadi pembacaan sudut luar biasa tekan
tombol [R/L].
15. Setelah itu di ukur tingginya alat dengan meteran atau roll meter dan alat siap untuk
digunakan.
BAB IV
HASIL PEMBACAAN DAN PERHITUNGAN

4.1 Data Pengukuran


4.1.1 Data Pengukuran Theodolite
Sudut Horizontal Sudut Vertikal Jarak
BA-
Pembacaan Luar Antar
Titik Target Biasa Biasa BB
Biasa Titik
Z BA BB ◦ ’ ” ◦ ’ ” ◦ ’ ”
                             
                             
                               
                             
                             
                             
                             
                               
                             
                             

4.1.1 Data Koordinat


Titik Koordinat
X Y Z
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
4.2 Data Perhitungan
Lua Jara
Bias r Rat k Korek Koordin
LB Fx Fy
a Bias a- F ∆ Ant Ra si at
±18 β α (d.sin (d.cos
a Rat β β ar d
0 α) α)
a Titi
◦ ◦ X Y X Y
k

4.3 Analisa Perhitungan


4.3.1 Menghitung Sudut
a. Sudut Horizontal
Dik: Ɵ = …ᵒ…’…’’

…’ …’’
Jawab : Ɵ = …ᵒ + +
60 3600
= …(data kasar)

Ɵ = 360 – …(data kasar)


= … ( data real)
b. Sudut vertikal
Dik: Ɵ = …ᵒ…’…’’

…’ …’’
Jawab : Ɵ = …ᵒ + +
60 3600
= …(data kasar)

Ɵ = 360 – …(data kasar)


= … ( data real)

4.3.2 Perhitungan dalam meter


a) Panjang ( L ) = BA – BB
=…–…
= … dm
b) Tinggi Alat = … m
c) Bacaan Tengah ( Z ) = … m
4.3.3 Menghitung Jarak
a) Jarak Vertikal
Dik : L = …. m
β = ….

Dit : D’..?

Jawab : D’=100 x Lxcosβ


= 100 x … x cos (….)
D‘ = …. m
b) Jarak Horizontal
Dik : D’ = …. m
β = ….

Dit : D’..?

Jawab : D = D’ x cosβ
= … x cos (….)
D = …. m
4.3.4 Menghitung Tinggi
Dit : D’ = … m
β = ….

Dit : Δh...?
Jawab : Δh = D’ sin β
Δh = …. sin (…)
Δh = …. m
5 Beda Tinggi A-B

Dik : Δh = …. m
i = 1,34 m
Z = 1,4 m
Dit : ΔH...?
Jawab : ΔH = Δh + (i – Z)
= ….+ (…. - ….)
ΔH = ….. m
6 Tinggi Lapangan
Dik : ΔH = …. m

Dit : H...?
Jawab : H = ΔH + 10
= …. + 10
H = …. m
7 Menentukan Titik Koordinat
a) Delta X (ΔX)

Dik : D =23,9984268 m
Ө = 0,46
Dit : ΔX...?
Jawab : ΔX = D sin Ө
= …. sin (….)
ΔX = …..
b) Delta Y (ΔY)
Dik : D = …. m
Ө = ….
Dit : ΔY...?
Jawab : ΔY = D sin Ө
ΔY = ….. sin (….)
ΔY = ….
8 Titik Koordinat
a) Koordinat X
Dik : ΔX = …..
Dit : X...?

Jawab : X = 1000 - ΔX
= 1000 –( …..)
X = ….. m
b) Koordinat Y
Dik : ΔY = …..
Dit : Y...?

Jawab : Y = 1000 - ΔY
= 1000 –( …..)

Y = ….. m
BAB V

KESIMPULAN

Theodolite merupakan instrumen yang dirancang dan digunakan untuk


pengukuran sudut berupa sudut mendatar yang dinamakan dengan sudut horizontal dan
sudut tegak yang dinamakan dengan sudut vertikal. Alat ini biasanya digunakan untuk
menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak.
Konstruksi dari instrumen theodolite ini secara mendasar dibagi menjadi 3 bagian,
yaitu:
1. Bagian Bawah, terdiri dari Statif / trifoot, tiga sekrup penyetel nivo kotak, unting
– unting, sekrup repitisi, sekrup pengunci pesawat dengan statif
2. Bagian Tengah, terdiri dari sumbu, plat yang berbentuk lingkaran, jari – jari plat
pada bagian bawah, alat pembaca nonius. 2 kaki sebagai penyanggah sumbu
mendatar , nivo berbentuk tabung, lingkaran dibuat dari kaca dengan garis-garis
pembagian skala.
3. Bagian Atas, terdiri dari Teropong / Teleskope, Nivo tabung, Sekrup Okuler dan
Objektif, Sekrup Gerak Vertikal, Sekrup gerak horizontall, Teropong bacaan
sudut vertical dan horizontal, Nivo kotak, Sekrup pengunci teropong, Sekrup
pengunci sudut vertical, Sekrup pengatur menit dan detik, Sekrup pengatur sudut
horizontal dan vertical.
Syarat – syarat utama yang harus dipenuhi alat theodolite sehingga siap dipergunakan
untuk pengukuran dengan benar meliputi :
1. Sumbu kesatu benar–benar tegak / vertical.
2. Sumbu kedua harus benar–benar mendatar.
3. Garis bidik harus tegak lurus sumbu kedua / mendatar.
4. Tidak adanya salah indeks pada lingkaran kesatu.
Referensi:

[1]https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_10smk/Kelas_10_SMK_Surveying1.pdf
(diakses pada 13 Maret 2020 pukul 11.30 WIB)
[2]https://bukuklik.blogspot.com/2015/06/fungsi-alat-theodolite-ukur.html (diakses pada 13
Maret 2020 pukul 12.10)

Anda mungkin juga menyukai