Anda di halaman 1dari 12

KARYA TULIS HASIL OBSERVASI

INDUSTRI TEMPE
DESA DEBONG WETAN- KECAMATAN DUKUHTURI - TEGAL

Disusun oleh :
Akhmad Rizky Maulana
Kelas : XI MIPA 1

SMAN 3 TEGAL
Jl. Sumbodro 81 Kel. Slerok, Kec.Tegal Timur, Kota Tegal 52125
2020
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha
Esa yang telah memberkati kami sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan. Kami
juga ingin mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu kami
dalam pembuatan karya tulis ini dan berbagai sumber yang telah kami pakai sebagai
data dan fakta pada karya tulis ini.
Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan
dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan
sangat sempurna. Begitu pula dengan karya tulis ini yang telah kami selesaikan.
Tidak semua hal dapat kami deskripsikan dengan sempurna dalam karya tulis ini.
Kami melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang kami miliki.
Maka dari itu, kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang
budiman. Kami akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan
yang dapat memperbaiki karya tulis kami di masa datang.
Dengan menyelesaikan karya tulis ini kami mengharapkan banyak manfaat
yang dapat dipetik dan diambil dari karya ini. Semoga dengan adanya karya tulis ini
dapat mengurangi bahkan menghilangkan penggunaan boraks dan formalin sebagai
pengawet pada makanan. Dengan begitu maka kesehatan akan lebih terjamin dan
tidak ada lagi muncul berbagai penyakit baru yang diakibatkan penggunaan bahan-
bahan terlarang sebagai bahan baku makanan. Kami juga mengharapkan kinerja yang
lebih baik dan tegas serta efektif dari pihak pengawas makanan yang merupakan
bagian dari kepemerintahan, sehingga makanan yang dihasilkan dari Indonesia dapat
lebih terjamin dan sehat
Tegal, Januari 2020
 

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................2

C. Tujuan..............................................................................................2

D. Manfaat............................................................................................2

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Tempe...............................................................................3

B. Proses Fermentasi Kedelai Menjadi Tempe.......................................4

C. Proses Pengolahan Limbah Tempe....................................................5

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................7

B. Saran.....................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tempe adalah makanan yang dibuat dari kacang kedelai yang difermentasikan

menggunakan kapang rhizopus (“ragi tempe“). Selain ituterdapat pula makanan

serupa tempe yang tidak berbahan kedelai yang jugadisebut tempe. Kata ”tempe”

diduga berasal dari bahasa Jawa Kuno. Padazaman Jawa kuno terdapat makanan

berwarna putih terbuat dari tepung saguyang disebut tumpi. Tempe yang juga

berwarna putih terlihat memilikikesamaan dengan makanan tumpi tersebut.

Makanan tradisonal ini sudah dikenal sejak berabad-abad lalu,terutama dalam

tatanan budaya makan masyarakat Jawa, khususnya diYogyakarta dan Surakarta.

Abad ke-16 di Jawa telah ditemukan kata tempe,misalnya dengan penyebutan nama

hidangan jae santen tempe (sejenismasakan tempe dengan santan) dan kadhele tempe

srundengan. Dalam catatan sejarah yang tersedia lainnya menunjukkan bahwa

mungkin pada mulanya tempe diproduksi dari kedelai hitam, berasal dari masyarakat

pedesaan tradisional Jawa—mungkin dikembangkan di daerah Mataram, Jawa

Tengah,dan berkembang sebelum abad ke-16.

Tempe merupakan makanan tradisional yang telah dikenal di Indonesia,

dibuat dengan cara fermentasi atau peragian. Pembuatannyamerupakan hasil industri

rakyat. Tempe diminati oleh masyarakat, selainharganya murah, juga memiliki

kandungan protein nabati yang tinggi. Menurut Tarwatjo (1998), setiap 100 g tempe
mengandung 10-20 g senyawaprotein, 4 g senyawa lemak, vitamin B12 dan 129 mg

zat kalsium, tetapi tidakmengandung serat.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang di atas, peneliti membuat rumusan masalah yang berisi
sebagai berikut:
1. Bagaimana proses fermentasi kedelai menjadi tempe?

2. Bagaimana cara pengolahan limbah pembuatan tempe?

C. TUJUAN

Kami meneliti ini, bertujuan untuk mempelajari proses fermentasi kedelai

menjadi tempe & menambah pengetahuan dalam pelajaran biologi.

D. MANFAAT

Dengan dilaksanakan penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat

diantaranya:

1. Memberi informasi kepada pembaca mengenai pemanfaatan dari limbah

pembuatan tempe yang bisa menjadi bahan bakar pengganti minyak tanah &

Gas LPG

2. Bagi para peneliti berikutnya dapat digunakan sebagai dasar untuk meneliti

lebih lanjut.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN TEMPE

Tempe adalah salah satu produk fermentasi yang umumnya berbahan baku
kedelai yang difermentasi dan mempunyai nilai gizi yang baik. Fermentasi pada
pembuatan tempe terjadi karena aktivitas kapang Rhizopus oligosporus. Fermentasi
pada tempe dapat menghilangkan bau langu dari kedelai yang disebabkan oleh
aktivitas dari enzim lipoksigenase. Fermentasi kedelai menjadi tempe akan
meningkatkan kandungan fosfor. Hal ini disebabkan oleh hasil kerja enzim fitase
yang dihasilkan kapang Rhizopus oligosporus yang mampu menghidrolisis asam fitat
menjadi inositol dan fhosfat yang bebas. Jenis kapang yang terlibat dalam fermentasi
tempe tidak memproduksi toksin, bahkan mampu melindungi tempe dari aflatoksin.
Tempe mengandung senyawa antibakteri yang diproduksi oleh kapang tempe selama
proses fermentasi (Koswara, 1995).
Tempe memiliki manfaat baik dari segi nutrisi maupun manfaat kesehatan.
Sebagai sumber nutrisi, tempe berperan sebagai sumber protein dan mineral besi.
Sebagai obat dan penunjang kesehatan, tempe berperan sebagai anti diare misalnya
dalam pembuatan super oralit dari 40-50 g tempe) dan anti bakteri. Senyawa anti
bakteri pada tempe dapat menghambat sembilan jenis bakteri gram postitif dan satu
jenis bakteri gram negatif, yaitu: Streptococcus lactis, S.cremoris, Leuconostoc
dextranicum, L. mesenteroides, Staphylococcus aureus, Bacillus subtillis, Clostridium
botulinum, C. sporogenes, C. butyricum, dan Klebsiella pneumoniae (Syarief et al.,
1999). Wang dan Hesseltine (1981) menyatakan bahwa Rhizopus oligosporus bahkan
dapat mencegah akumulasi aflatoksin yang ada pada kedelai dengan melakukan
hidrolisis
B. PROSES FERMENTASI KEDELAI MENJADI TEMPE
1. Proses Pembersihan

Kedelai dibersihkan dari kotoran kotoran seperti kayu kecil dan lainnya dengan

menggunakan air bersih yakni dengan air sumur/air PDAM.

2. Proses Perebusan

Kedelai yang telah dibersihkan dari kotoran, selanjutnya di rebus menggunakan

dandangselama 2 jam jika 5 kg kedelai. Dengan perbandingan air dan kedelai

2:1. Setelah matang, kedelai di pindahkan dari dandang ke cembung. Dan

diinapkan selama 1 malam.

3. Proses Pembilasan dan Penghancuran

Keesokan harinya, Kedelai di keluarkan dari cembung ke ceting plastik besar

dan dibilas sampai benar benar bersih lalu kedelai tersebut dituangkan ke bak

untuk di hancurkan dengan cara menggilis kedua tangan sampai cangkangnya

terkelupas.

4. Proses Peragian

Setelah kedelai bersih dari cangkangnya, kedelai tersebut diangkat dari bak ke

tampah untuk diberi ragi agar bisa berfermentasi menjadi tempe sesuai takaran

serta dioyak supaya ragi merata.

5. Proses Pencetakan

Setelah pemberian ragi, kedelai tersebut di cetak dengan menggunakan widig

yang diberi alas plastik atau daun pisang serta diberi lubang angin supaya saat

ragi bereaksi dapat mengeluarkan keringat lewat lubang tersebut.


6. Proses Diinapkan

Setelah tahap pencetakan selesai, kedelai yang sekarang menjadi tempe di beri

selimut berupa karung dan ditutup rapat supaya ragi tersebut bekerja. Dan

diinapkan selama 2 hari.

C. PENGOLAHAN LIMBAH TEMPE

Setelah proses pembuatan tempe selesai, dari limbah yang dihasilkannya

yakni air bekas rebusan kedelai atau nama lainnya laru, dan cangkang kupasan

kedelai. Dari kedua limbah tersebut bisa dimanfaatkan untuk bahan makanan dan

minuman ternak, khususnya kambing. Katanya, semisal kambing kambing di beri

makanan tersebut maka perut kambing akan terlihat besar besar.

Yang kedua pula, ait bekas rebusan/laru bisa juga dimanfaatkan sebagai

pengganti gas lpg/minyak tanah, dengan cara di tampung di bak penampunganlalu di

tutup plastik besar supaya gas tersebut menggelembung di plastik ini, dan

ditengahnya dilubangi diberi selang untuk keluarnya gas tersebut menuju ke ujung

selang, lalu selang tersebut di sambung keran untuk mengatur tingkat kebesaran api,

dan pipa besi kecil untuk keluaran api nya.

Setelah terancang alat dan tempatnya maka cara pengolahan limbah ini dapat

digunakan untuk bahan bakar penggantu gas LPG dan minyak tanah. Keluaran apinya

tergantung gas yang ada di dalamnya, maka dari itu bila limbah tertampung banyak

maka api tersebut bisa besar mekewati pipa besi tersebut.


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pada dasarnya proses pembuatan tempe merupakan proses penanaman

mikroba jenis jamur Rhizopus sp pada media kedelai, sehingga terjadi proses

fermentasi kedelai oleh ragi tersebut. Hasil fermentasi menyebabkan tekstur kedelai

menjadi lebih lunak, terurainya protein yang terkandung dalam kedelai menjadi lebih

sederhana, sehingga mempunyai daya cerna lebih baik dibandingkan produk pangan

dari kedelai yang tidak melalui proses fermentasi.

Tempe terbuat dari kedelai dengan bantuan jamur Rhizopus sp. Jamur ini akan

mengubah protein kompleks kacang kedelai yang sukar dicerna menjadi protein

sederhana yang mudah dicerna karena adanya perubahan-perubahankimia pada

protein, lemak, dan karbohidrat. Selama proses fermentasi kedelai menjadi tempe,

akan dihasilkan antibiotika yang akan mencegah penyakit perut seperti diare.

B. SARAN

Sebaiknya dalam melakukan percobaan dan penelitian melakukan secara

serius dan cermat serta selalu mempertimbangkan dari kebersihannya


DAFTAR PUSTAKA

https://youtu.be/GxQMv0Rjmws

http://itsismyblogger.blogspot.com/2014/01/laporan-hasil-
penelitian-pembuatan-tempe.html?m=1

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tempe

http://shifaknaida.blogspot.com/2017/11/cara-fermentasi-
tempe.html?m=1
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai