Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Sejarah Peradaban Islam

Disusun Oleh:

Refo Hari Dwi W (1608010014)

Febry Fitrianingrum (1608010016)

Putri Dwi Kumalasari (1608010018)

Aditya Pratama Putra (1608010020)

Naufal Fikri Zakaria (1608010022)

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2018
Kata Pengantar

Alhamdulillah Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia Nya sehingga kami diberikan waktu dan kesempatan untuk
menyelesaikan makalah Sejarah Peradaban Islam

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Islam dan Ilmu Pengetahuan
program studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Kami menulis makalah ini
untuk membantu mahasiswa supaya lebih memahami mata kuliah khususnya mengenai
sejarah peradaban islam.

Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak termasuk teman-teman yang telah
berpartisipasi dalam mencari bahan-bahan untuk menyusun tugas ini sehingga
memungkinkan terselesaikan makalah ini, meskipun banyak terdapat kekurangan.

Akhir kata, kami berharap mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan


sumbangan pikiran dan bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan
kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu dengan terbuka dan senang hati kami
menerima kritik dan saran dari semua pihak.

Purwokerto,13 Oktober 2018

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama atau keagamaan sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia
dapat dikaji melalui berbagai sudut pandang. Islam khususnya, sebagai agama yang telah
berkembang selama empatbelas abad lebih menyimpan banyak banyak masalah yang perlu
diteliti, baik itu menyangkut ajaran dan pemikiran kegamaan maupun realitas sosial, politik,
ekonomi dan budaya. Salah satu sudut pandang yang dapat dikembangkankan bagi
pengkajian Islam itu adalah pendekatan sejarah. Berdasarkan sudut pandang tersebut, Islam
dapat dipahami dalam berbagai dimensinya. Betapa banyak persoalan umat Islam hingga
dalam perkembangannya sekarang, bisa dipelajari dengan berkaca kepada peristiwa-peristiwa
masa lampau, sehingga segala kearifan masa lalu itu memungkinkan untuk dijadikan
alternatif rujukan di dalam menjawab persoalan-persoalan masa kini. Di sinilah arti
pentingnya sejarah bagi umat Islam pada khususnya, apakah sejarah sebagai pengetahuan
ataukah ia dijadikan pendekatan didalam mempelajari agama.

Bila sejarah dijadikan sebagai sesuatu pendekatan untuk mempelajari agama, maka
sudut pandangnya akan dapat membidik aneka-ragam peristiwa masa lampau. Sebab sejarah
sebagai suatu metodologi menekankan perhatiannya kepada pemahaman berbagai gejala
dalam dimensi waktu. Aspek kronologis sesuatu gejala, termasuk gejala agama atau
keagamaan, merupakan ciri khas di dalam pendekatan sejarah. Karena itu penelitian terhadap
gejala-gejala agama berdasarkan pendekatan ini haruslah dilihat segi-segi prosesnya dan
perubahan-perubahannya. Bahkan secara kritis, pendekatan sejarah itu bukanlah sebatas
melihat segi pertumbuhan, perkembangan serta keruntuhan mengenai sesuatu peristiwa,
melainkan juga mampu memahami gejala-gejala struktural yang menyertai peristiwa. Inilah
pendekatan sejarah yang sesungguhnya perlu dikembangkan di dalam penelitian masalah-
masalah agama.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja teori yang mendasari sejarah peradaban Islam.

C. Tujuan .

1. Untuk mengetahui teori yang mendasari sejarah peradaban Islam.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Kebangkitan Peradaban Islam

B. Sejarah Peradaban Islam

b.I Khulafaur Rasyidin

Nabi Muhammad Saw. meninggal pada tanggal 12 Rabiul Awwal tahun 11 Hijrah,
bertepatan dengan 9 Juni 632 M. Beliau meninggal setelah sebelumnya menderita sakit.
Setelah beliau meninggal, umat Islam kemudian mengharuskan untuk mencari orang yang
akan menggantikan kedudukannya sebagai kepala negara. Kedudukan yang digantikan adalah
dalam posisi Nabi Muhammad sebagai seorang kepala negara, bukan sebagai seorang Nabi.
Sebagai Nabi, beliau tidak dapat digantikan kedudukannya, karena beliau adalah nabi
terakhir. Di antara orang-orang yang terpilih untuk menggantikan kedudukan Nabi
Muhammad Saw. sebagai kepala negara adalah Abu Bakar Shiddiq, kemudian disusul oleh
Umar bin Khaththab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Keempat orang ini dalam
sejarah Islam memperoleh sebutan atau dikenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin. Kata
Khulafa adalah bentuk jamak dari kata khalifah, yang artinya pengganti. Sedang ar-Rasyidin
bisa berarti para cendikiawan atau orangorang bijak. Dengan demikian Khulafaur Rasyidin
berarti para pengganti yang cendikia atau yang bijak. Dalam sebutan sehari-hari para
pengganti Nabi ini dipanggil dengan sebutan khalifah, misalnya Khalifah Abu Bakar,
Khalifah Umar, Khalifah Usman, dan Khalifah Ali. Istilah khalifah ini, di kemudian hari
dipakai juga oleh para kepala negara pada dinasti-dinasti Islam setelah masa Khulafaur
Rasyidin. Ketika Abu Bakar terpilih sebagai orang pertama yang menggantikan posisi Nabi
sebagai kepala negara, ia secara resmi mendapat gelar Khalifatu Rasulillah atau pengganti
Rasul. Sejak waktu itulah lahir sebutan khalifah, sebutan yang dipakai untuk seorang kepala
negara dalam sejarah Islam. Dalam sejarah Islam, sebutan Khulafaur Rasyidin semula hanya
dipakai untuk empat orang khalifah di atas. Akan tetapi dalam perkembangan yang
kemudian, para ahli sejarah menambahkan satu nama lagi sebagai bagian dari Khulafaur
Rasyidin. Khalifah kelima yang dimasukkan ke dalam Khulafaur Rasyidin adalah Khalifah
Umar bin Abdul Aziz, seorang khalifah dari dinasti Bani Umayyah. Ia dimasukkan ke dalam
kategori ini disebabkan karena kesalehannya. Namun demikian, fokus dalam uraian berikut
hanya ditujukan pada khalifah yang empat.

Dari uraian mengenai perkembangan Islam pada masa Khulafaur Rasyidin dapat
disimpulkan beberapa hal berikut:

1. Dalam pengelolaan urusan negara, para khalifah senantiasa melestarikan tradisi


musyawarah. Dalam menyelesaikan masalah-masalah kemasyarakatan, para khalifah dalam
kedudukannya sebagai kepala negara, pengambil keputusan hukum, dan menetapkan
kebijakan, selalu meminta pendapat dan nasihat sahabat-sahabat senior, baik secara bersama
maupun perseorangan. Misalnya, pada masa Abu Bakar, penasehat terdekatnya adalah Umar
bin Khaththab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, dan sahabat-sahabat senior lain. Bahkan
Usman merangkap sebagai sekretaris negara.
2. Di antara keempat khalifah tidak ada satu pola yang baku mengenai cara
pengangkatan khalifah. Khalifah Abu Bakar dipilih dalam suatu musyawarah terbuka antara
kaum Muhajirin dan Anshar. Umar bin Khaththab menjadi khalifah atas penunjukkan yang
dilakukan oleh Abu Bakar. Naiknya Usman bin Affan setelah sebelumnya didahului oleh
adanya musyawarah dalam tim 6 yang dibentuk oleh Umar bin Khaththab. Kemudian, Ali bin
Abi Thalib naik sebagai khalifah setelah mendapat baiat dari tiga orang sahabat yang
merupakan bagian dari tim 6, yaitu Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, dan Sa’ad
bin Abi Waqas.

3. Pemilihan khalifah selama masa Khulafaur Rasyidin tidak didasarkan pada garis
keturunan, tetapi bisa dikatakan berdasarkan prestasi yang dimiliki seseorang. Sekalipun di
antara keempat khalifah itu memiliki hubungan kekerabatan dengan Nabi Muhammad Saw.,
tetapi satu sama lain di antara khalifah tidaklah segaris keturunan.

4. Dari keempat khalifah selama masa Khulafaur Rasyidin tidak dapat ditemukan
adanya contoh tentang bagaimana mengakhiri masa jabatan. Mereka semua mengakhiri
jabatan karena meninggal dunia. Dengan demikian, rentang waktu pemerintahannya berbeda
satu sama lain. Abu Bakar memerintah selama dua tahun, umar memerintah selama sepuluh
tahun, Usman memerintah selama dua belas tahun, dan Ali bin Abi Thalib memerintah
selama enam tahun.

5. Dari contoh kutipan pidato para khalifah dapat disimpulkan bahwa antara khalifah
dan rakyat masing-masing terikat dengan kontrak. Pertama, kedua pihak bersepakat untuk
tetap menjalankan ajaran Islam. Kedua, kedua belah pihak bersepakat untuk melestarikan dan
mempertahankan negara. Dalam kontrak ini, khalifah akan menjamin keamanan jiwa,
keluarga, dan harta benda rakyat, dan bertanggung jawab atas kesejahteraan umum; di pihak
lain, rakyat akan senantiasa memelihara kesetiannya selama khalifah berada pada jalan yang
benar.

b.II Bani Umayyah

Setelah Ali terbunuh, pimpinan yang diangkat oleh bani Umayyah, didirikan oleh
Muawiyah, kurang lebih 90 tahun dan pada saat ini, ekspansi yang terhenti pada zaman kedua
khalifah terakhir terbit kembali.khalifah besar bani umayyah adalah Mu'awiyah ibn Abi
Sufyan (661 - 680 M) ), Abd Al-Malik Ibn Marwan (685 - 705 M), Al-Walid Ibn Abd Al-
Malik (705–715 M), Umar Ibn Al-Aziz (717 - 720 M), Dan Hisyam Ibn Abd Al-Malik ( 724
- 743 M).

Pada zaman Muawiyah, Uqbah Ibn Nafi 'menguasai Tunisia tahun 670 M. Ia
mendirikan kota Qairawan yang kemudian menjadi salah satu pusat kebudayaan islam. Di
sebelah timur muawiyah dari wilayah Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afghanistan
sampai ke kabul. Ekspansi ke timur diteruskan pada zaman Abd Al-Malik di bawah pimpinan
Al-Hajjaj Ibn Yusuf. Tentara yang dikirimnya menyembrangi sungai Oxus dan dapat
menundukan Balkh, Bukhara, Khawarizm, Ferghana, dan Samarkand. Tentaranya juga
samapi ke india dapat melayani Balukhistan, Sind, daerah Punjab sampai ke Multan. E kpansi
ke barat terjadi di zaman Al walid. Musa bin Nusyair menyerang jazair dan Maroko dan
dapat menundukanya. Tentara Spanyol dalam pimpinan raja Roderick di kitate, ibukota
Toledo jatuh, kemudian kota lainya seperi Sevile, Malaga, Elvire,

Perluasan selanjutnya adalah prancis, melalui pengunungan Piranee, dilakukan oleh


Abd Ar-Rahman Ibnu Abdullah Al-Ghafiqi, pada zaman umar bin abd aziz. Daerah - daerah
yang dikuasai islam pada zaman dinasti ini adalah spanyol, Afrika Utara, Suria, Palestina,
Semenanjung Arabia, Irak, sebagian dari Asia kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang
disebut Pakistan, Rurkmenia, Uzbek, Dan Kirgis (diasia tengah) . Ekspansi yang dilakukan
bani umayah di bawah ini yang membuat islam menjadi Negara besar dizaman itu.

Dari persatuan bangsa bawah naungan islam, timbulah benih- benih masyarakat dan
peradaban islam baru, Bani umayyah lebih banyak memusatkan perhatian kepda kebudayaan
Arab. Diantar juga bahasa administrasi dari bahasa yunani dan bahasa Pahlawi kebahasa arab
dimulai oleh Abd Malik. Inilah yang mendorong sibaweh untuk menyusun kitab, yang
selanjutnya menjadi pegangan dalam soal tata bahasa arab, syair-syair baru pun bermunculan
seperti, Umar Ibn Abi Rabi'ah (w. 719), Jamil Al-Udhari (w. 701 M), perhatian pada ilmu
kalam, hadits, tafsir, fiqih, semakin besar pada zaman ini.

Abd Al -Malik juga mengubah mata uang yang dipakai di daerah - daerah yang
dikuasai islam. Yang terlupakan adalah mata uang Bizantium dan Persia seperti Dinar dan
Dirham. Sebagai ganti dalam mata uang itu sendiri, dia mencetak uang sendiri tahun 659 M,
dengan memakai kata-kata dan tulisan arab, Dinar terbuat dari emas dan dirham dibuat dari
perak.

Bentuk peradaban lain adalah dalam bentuk masjid-masjid. Masjid pertama di luar
semenanjung arabia juga dibangun pada zaman dinasti umayyah. Pengacara St. John di
damaskus berubah menjadi masjid. Di Al-Quds (yerusalem), Abd Malik membangun masjid
Aqsa.

Pada zaman dinasti bani umayyah inilah masjid Cordova juga dibangun, masjid
mekkah dan madinah diperbaiki dan diperbesar oleh Abd Al-Malik dan Al-WalidDinasti
umyyah juga membangun istana - istana untuk tempat beristirahat di padang pasir, seperti
Qusayr Amrah dan Al-Mushatta. Tentulah fase sejarah peradaban islam yang dibuat oleh
dinasti bani umayah. Kekuasaan dan kejayaan mencapai puncaknya pada zaman al-Walid I.
Sesudah itu, kekuatan mereka menurun dan akhirnya dipatahkan oleh bani Abbasiyah pada
tahun 750 M.

b.III Bani Abbasiyah

Meskipun Abu Al-Abbasiyah (750 - 754 M), yang mendirikan dinasti ini, orang yang
dibelakang adalah Al-Mansur (754 - 775 M). Sebagai khalifah yang baru, ia banyak
berhadapan dengan ganas - musuh yang menentukan golansi Bani Umayah, golongan
khawarij, bahkan kaum syi'ah. Al-Mansur merasa kurang aman ditengah - tengah arab maka
ia mmendirikan ibu kota baru sebagai ganti damaskus, yaitu Baghdad.Dalam bidang
pemerintahan Al-Mansur mengadakan tradisi baru dengan mengangkat wazir yang
membawahi kepala- kepala departemen.
Al-Mahdi (775 - 785 M), yakni khalifah Al-Mansur sebagai khalifah, dan dimasa
pemerintahanya ekonomi mulai meningkat. Demikian pula perdagangan transit antara timur
dan Barat juga membawa kekayaaan. Basrah menjadi pelabuhan yang penting.

Pada zaman Harun Al-Rasyid (785- 809 M), Kekayaan yang banyak, dipergunakan
al-arasyid untuk keperluan sosial. Rumah sakit didirikan, pendidikan dokter di pentingkan,
dan farmasi dibangun. Di ceritakan dibaghdad memiliki 800 dokter. Harun Al-Rasyid adalah
raja besar pada zaman itu. Pada masa dinasti abasiyah inilah, perhatian pada ilmu
pengetahuan dan filsafat yunani memuncak, terutama pada zaman Harun Ar-Rasyid dan Al-
Ma'mun. Buku-buku ilmu pengetahuan dan filsafat didatangkan dari Bizantium, kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa arab. Bait Al hikmah bukan hanya pusat penerjemahan tetapi
juga akademi yang mengandung perpustakaan. Cabang ilmu pengetahuan yang diutamakan
umpan al hikmah adalah ilmu kedokteran, matematika, optika, fisika, astronomi, dan sejarah
disamping filsafat.

b. IV Turki Utsmani

Dinasti Turki Usmani berasal dari suku Qayigh Aghuz yang di pimpin oleh Sulaeman
Syah. Upaya menghindari serangan Mongol yang sedang berusaha menguasai dunia Islam.
Sulaeman Syah dan sukunya meminta perlindungan kepada Jalaludin (Dinasti Khawarizmi
Syah) di Transoxiana. Jalaludin meminta agar Sulaeman dan anggota sukunya tinggal di Asia
kecil. Masih dalam menghindari serangan Mongol. Kemudian mereka pindah ke Syam.

Dalam jangka waktu kira kira tiga abad, mereka pindah ke Turkistan kemudian Persia
dan Irak .Mereka masuk Islam sekitar abad kesembilan atau kesepuluh, ketika mereka
menetap di Asia Tengah .Dibawah tekanan serangan serangan Mongol pada abad ke 13 M,
mereka melarikan diri kedaerah barat dan mencari tempat pengungsian ditengah saudara
saudara mereka, orang orang Turki Seljuk, didaratan tinggi Asia Kecil .Disana, dibawah
pimpinan Ertoghrul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alauddin II, Sultan Seljuk yang
kebetulan sedang berperang melawan Bizantium .Berkat bantuan mereka, Sultan Alaudin
mendapat kemenangan .Atas jasa baik itu, Allaudin menghadiakan sebidang tanah di Asia
kecil yang berbatasan dengan Bizantium .Sejak itu mereka terus membina wilayah barunya
dan memilih kota Syukud sebagai ibu kota.

Sejarawan mencatat bahwa Turki Usmani berdiri tahun (1281 M) terletak di daerah
Asia kecil. Pendirinya adalah Utsman bin Ethogral. Wilayah kekuasaannya meliputi: Asia
kecil dan daerah Trace (1354 M), kemudian menguasai selat Dardanlese (1361 M),
Casablanca (1389 M) selanjutnya kerajaan Turki menaklukan kerajaan-kerajaan Romawi
(1453 M). kata Utsman di ambil dari nama kakek mereka yang pertama dan pendiri kerajaan
ini, yaitu Utsman bin Erthogrul bin Sulaeman syah dari suku Qayigh.

Pasukan Erthogul memperoleh gelar “Muqaddimah Sultan”, sedangkan Erthogul


sendiri digelari “Sultan OKI” (Kening Sultan). Setelah Erthogul wafat pada tahun 1289 M,
kepemimpinan dilanjutkan oleh putranya Usman pada tahun 1300 M. Mongol menyerang
dinasti Saljuk dan Sultan Allaudin II mati terbunuh. sepeninggal Sultan Allaudin II, Saljuk
terpecah menjadi dinasti-dinasti kecil, dalam keadaan demikian, Utsman menyatakan
kemerdekaannya dan berkuasa penuh atas daerah yang dikuasainya. Maka sejak itulah
kerajaan Usmani dinyatakan berdiri, dan Penguasa pertamanya adalah Usman, yang disebut
juga dengan Usman I.

Usman I mengumumkan dirinya sebagai Padiansyah Ali Usman (Raja Besar keluarga
Usman), tahun 699 H (1300 M), setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat diperluasnya.
Ia melakukan ekspansi ke daerah perbatasan Bizantium dan menaklukan kota Brosseca tahun
1317 M. Kemudian pada tahun 1326 M kota Brosseca dijadikan ibu kota kerajaan. Dengan
lahirnya daulah Usman dapatlah islam kembali kepermukaan dan memperlihatkan
kegagahperkasaannya yang luar biasa dan dapat menyambung usaha dan kemegahannya yang
lama sampai abad ke-20.

Perluasan islam pada masa kerajaan usman semakin meluas, dari semenanjung Balkan
(Negeri-negeri Eropa Timur), kemudian kerajaan Usmaniyah melebarkan sayapnya kesebelah
timur, sehingga dalam waktu singkat, seluruh Persia dan irak yang dikuasai kerajaan
Safawiyah yang beraliran syi’ah dapat direbut. Selanjutnya menguasai Syam dan Mesir
sehingga, pada tahun 1516 M/ 923 H. Kerajaan Usman memegang kendali dunia islam,
dengan pusat pemerintahannya di Istanbul.

Pada periode ini, terlihat terbentuknya pemerintahan Formal Utsmaniyah, yang


bentuk intuisi tersebut tidak berubah selama empat abad. Kemudian pemerintah utsmaniyah
mengembangkan suatu system yang dikenal dengan sebutan yang bernama Millet (berasal
dari Bahasa Arab yang berarti Millah), yang mana kelompok agama dan suku minoritas dapat
mengurus masalah mereka sendiri tanpa intervensi dan kontrol yang banyak dari pemerintah
pusat.

Setelah usman meninggal, selanjutnya digantikan oleh Orkhan (726 H/ 1326 M. Pada
masa pemerintahannya, kerajaan Turki Usmani dapat menaklukan Azmir (Smirna) tahun
1327 M, Thawasyanli (1330 M), Uskandar (1338 M), Ankara (1354 M) dan Gallipoli (1356
M), daerah ini adalah adalah bagian Benua Eropa yang pertama kali diduduki Kerajaan
Usmani.

Faktor penting yang mendukung atas keberhasilan dalam melakukan ekspansi adalah
keberanian, keterampilan, ketangguhan dan kekuatan militernya yang sanggup bertempur
kapan dan dimanapun berada.

Setelah Orkhan meninggal kemudian digantikan oleh Murad I, yang berkuasa pada
tahun (761 H/ 1359 M-789 H-1389 M), selain memantapkan keamanan dalam negeri, ia
melakukan perluasan ke daerah Benua Eropa. Ia dapat menaklukan Adrianopel kemudian
dijadikannya ibu kota kerajaan yang baru, Macedonia, Sopia, Salonia, dan seluruh utara
bagian yunani. Merasa cemas terhadap kemajuan ekspansi kerajaan ini ke Eropa, Paus
mengobarkan semangat perang. Sejumlah besar pasukan sekutu Eropa disiapkan untuk
memukul mundur Turki Usmani. Pasukan ini dipimpin oleh sijisman, raja Hongaria. Namun
sultan Bayazid I (1389-1403 M), pengganti Murod I, dapat menghancurkan pasukan sekutu
Kristen Eropa tersebut. Peristiwa ini merupakan catatan sejarah yang amat gemilang bagi
umat Islam.
Ekspansi kerajaan Usmani sempat terhenti beberapa lama, ketika ekspansi di arahkan
ke Konstantinopel. Tentara Mongol yang di pimpin oleh Timur Lenk, melakukan serangan ke
Asia kecil. Pertempuran hebat terjadi di Ankara tahun 1402 M. tentara Turki Usmani
mengalami kekalahan. Bayazid bersama putranya, Musa tertawan dan wafat dalam tawanan
tahun 1403 M.

Setelah Timur Lenk meninggal dunia tahun 1405 M dan kesultanan mongol terpecah-
pecah, Turki Usmani melepaskan diri dari kekuasaan Mongol, selanjutnya mengadakan
perbaikan-perbaikan dan meletakan dasar-dasar keamanan dalam negeri. Usaha ini diteruskan
oleh Murad II (1421-1451 M) sehingga Turki Usmani mencapai puncak kemajuannya pada
Masa Muhammad II atau biasa disebut Muhamad al-fatih (1451 M). gelar ini disandangnya
setelah ia berhasil menaklukan benteng Konstantinopel dan diganti namanya menjadi
Istambul yang asal katanya Islambul (artinya Tahta Islam). Yang pada saat ini sebagai
benteng pertahanan terkuat kerajaan Bizantium.

Maka dapat disimpulkan bahwa kerajaan Turki Usmani berdiri pada tahun 1300,
dengan raja pertamanya adalah Usman bin Erthogol, dan raja terakhirnya yaitu Mahmud II
yaitu tahun 1922. Dan dalam perjalanan sejarah selanjutnya Turki Usmani merupakan salah
satu dari tiga kerajaan besar yang membawa kemajuan dalam Islam.

C. Sumbangan Peradaban Islam terhadap Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Dalam masa lebih dari tujuh abad, kekuasaan islam di Spanyol. Umat islam telah
mencapai kejayaannya di sana. Banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya
membawa Eropa dan kemudian dunia kepada kemajuan yang lebih kompleks.

Spanyol adalah negeri yang subur. Kesuburannya itu mendatangkan penghasilan


ekonomi yang tinggi dan banyak menghasilkan pemikir. Masyarakat Spanyol islam
merupakan masyarakat majmuk yang terdiri dari komunitas-komunitas arab.

Tidak hanya itu, perkembangan ilmu pengetahuan dalam dunia islam di abad
pertengahan juga didukung dengan adanya kekuatan sistem pendidikan islam yang integral
dan dinamis. Sehingga mampu menghasilkan cendekiawan-cendekiawan besar pada hampir
disegala bidang keilmuan. Hal inilah yang pada akhirnya dapat memberikan konstribusi yang
besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di masa-masa selanjutnya terutama di Barat.
Di samping itu, dinamika yang demikian masih terbungkus dengan akhlak islami yang
diperlihatkan.

Perkembangan ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh para ilmuan muslim telah
melahirkan berbagai karya besar diberbagai bidang keilmuan yang menjadi referensi bagi
ilmuan Barat pada masa selanjutnya.

Di antara kontribusi intelektual islam atas dunia Barat di bidang ilmu pengetahuan
adalah :
1)Filsafat

Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentang
sejarah islam. Ia berperan sebagai jembatan penyebrangan yang dilalui ilmu pengetahuan.
Yunani Arab datang ke Eropa pada abad ke-12. Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan
mulai dikembangkan pada abad ke-9 M selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang
ke-5 Muhammad Abd ar-Rahman (832-886 M).

Atas inisiatif al-Hakam (961-979 M) karya-karya ilmiah dan filosofis diimport dari timur
dalam jumlah besar, sehingga Cordova dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya
mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan didunia islam. Apa yang
dilakukan oleh para pemimpin dinasti Bani Umayyah di Spanyol ini merupakan persiapan
untuk melahirkan filosof-filosof besar pada masa sesudahnya.

Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakar Muhammad ibn
as-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajah dilahirkan di Saragosa. Ia pindah di Sevilla
dan Granada. Meninggal karena keracunan di Fez tahun 1938 M dalam usia yang masih
muda.

Tokoh utama kedua adalah Abu Bakar ibn Tuffail penduduk asli Wadi Asy sebuah dusun
kecil disebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut tahun 1985 M. Ia banyak menulis
masalah kedokteran, astronomi, dan filsafat. Karya filsafatnya yang terkenal adalah Hay ibn
Yaqzhan.

Bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya pengikut aristoteles yang terbesar
digelanggang filsafat dalam islam yaitu ibn Rusyd dari Cordova. Ia lahir pada tahun 926 M
dan meninggal pada tahun 998 M. Ciri khasnya adalah kecermatan dalam menggeluti
masalah-masalah menahun tentang keserasian filsafat dan agama. Dia juga ahli fiqh dengan
karyanya Bidayah al-Mujtahid. Karya-karya Ibn Rusyd yang terkenal adalah Mabadu
Falasifah, Kulliyat, Tafsir Urjuza, Kasful Afillah, kitab dogma-dogma dan lainnya. Ibn Rusyd
juga seorang dokter di samping filosof. Buku kedokterannya yang terkenal adalah al-Hawi.

2)Sains

Ilmu-ilmu kedokteran, musik, astronomi, kimia dan lain-lain juga berkembang dengan baik,
Abbas ibn Farnas termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ibrahim dan Ibn Yahya an-
Naqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana
matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang
bisa menentukan jarak antara tata surya dan bintang. Ahmad ibn Ibbas dari Cordova adalah
ahli dalam bidang obat-obatan. Umm al-Hasan binti Abi Ja’far dan saudara perempuan al-
Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita.

Para dokter ahli kedokteran yang terkenal antara lain :

a)Thabib ibn Qurra’ (221-228 H/836-901 M) dianggap sebagai bapak ilmu kimia.
b) Ar-Razi atau Razes (251-313 H/809-873 M) karangannya terkenal dalam bidang
penyakit campak dan cacar yang diterjemahkan dalam bahasa latin.
c) Ibnu Sina (370-428 H/980-1037 M) orang eropa menyebutnya Avicena. Di
samping seorang filosof, ia juga seorang dokter dan ahli musik. Karangannya yang
terkenal adalah Shafa (terdiri dari 18 jilid), Najat, Sadidiya (terdiri dari 5 jilid), Danes
Nameh, al-Qanun fi at-Thib (buku tentang kedokteran yang diterjemahkan dalam
bahasa latin).

Dalam bidang sejarah dan geografi, melahirkan banyak pemikir terkenal. Ibnu Jubar dari
Valencia (1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri muslim Mediteronia dan Seolia dan
Ibnu Batuthah dari Fagier (1304-1377 M) mencapai Samudra Pasai dan Cina. Ibnu al-Khatib
(1317-1374 M) menyusun riwayat Granada sedangkan Ibnu Khaldun dari Tunis adalah
perumus filsafat sejarah.

3)Fiqih

Dalam bidang fiqih Spanyol Islam dikenal sebagai penganut madzhab Maliki. Yang
memperkenalkan mazdhab Maliki di sana adalah Ziyad ibn Abd ar-Rahman. Perkembangan
selanjutnya ditentukan oleh Ibnu Yahya yang menjadi qadhi pada masa Hisyam ibn Abd ar-
Rahman. Ahli-ahli fiqih lainnya di antaranya adalah Abu Bakar ibn al-Quthiyah, Munzir ibn
Said al-Baluthi, dan Hazm yang terkenal.

4)Musik dan Kesenian

Dalam bidang musik dan seni suara islam mencapai kecermelangan dengan tokohnya al-
Hasan ibn Nafi’ yang dijuluki Zaryab. Setiap kali diselenggarakan pertemuan dan jamuan,
Zaryab selalu tampil dan mempertunjukkan kebolehannya.

5)Bahasa dan Sastra.

Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan islam di Spanyol. Hal itu
dapat diterima oleh orang-orang islam dan non islam, bahkan penduduk asli Spanyol
menomorduakan bahasa asli mereka. Juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab.
Baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa seperti Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan ibn
Usfur dan Abu Hayyan al-Gharnathi.

Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra banyak bermunculan seperti al-Iqd
al-Farid karya Ibnu Abd Rabbih, al-Dzakirah fi Mahasin ahl al-Jazirah oleh ibn Bassam, dan
kitab al-Qalaid karya al-Fath ibn Khaqan.

D. Sebab Runtuhnya Peradaban Islam

Tidak diragukan lagi bahwa kekuatan ummat Islam berdiri di atas agama Islam itu sendiri.
Hal ini juga sudah menjadi rahasia umum, bahkan musuh-musuh Islam juga tahu bahwa
Islam itu sendiri tidak dapat dilemahkan jika penganut-penganutnya masih mempunyai
keimanan yang kuat. Dari sini mulailah mereka mencari jalan dan cara yang terbaik
bagaimana untuk melemahkan pemahaman orang Islam terhadap Islam itu sendiri. Tidak
sampai disitu, mereka juga mencari jalan bagaimana memberi keraguan kepada kitab yang
menjadi pegangan ummat Islam (baca: Al-Qur'an dan As-sunnah), dan mereka juga memutar
belitkan fakta Sejarah dan Tsaqafah Islamiyah melalui berbagai opini dan tulisan, sehingga
generasi ummat Islam berikutnya menjadi ragu atas keotentikan agama Islam itu sendiri.

Kalau kita mengkaji lebih dalam lagi tentang pergerakan orientalisme dan karya-karya
mereka tentang Islam, maka kita akan sampai pada suatu kesimpulan bahwa keganjilan-
keganjilan yang diciptakan oleh mereka pada intinya untuk memberi keraguan kepada ummat
Islam terhadap agama yang mereka anut, sehingga mengakibatkan ummat Islam pada saat ini
banyak yang termakan racun orientalisme. Sebut saja misalnya, dalam sebuah seminar
keIslaman yang diadakan oleh organisasi Islam di Yogyakarta, salah seorang pemakalah yang
berfikiran liberal memegang Al-quran dengan kedua jarinya dan mengatakan “Siapa yang
berani menjamin bahwa al-Quran yang saya pegang ini benar-benar berasal dari Allah SWT.

Sebenarnya banyak faktor kenapa ummat Islam menjadi lemah seperti sekarang ini? Di antara
penyebabnya adalah:

1. Faktor Internal

- Kurang Memahami Agama Islam itu sendiri

- Keyakinan terhadap pintu istihaj

2. Faktor Eksternal

- Pergerakan Kristenisasi

- Penjelajahan Portugis

- Penjelajahan Spanyol

- Pengampunan Dosa

E. Membangkitkan Kembali Peradaban Islam

Kurikulum yang dicanangkan al-Ghazali memiliki keistimewaan yang berbeda


dengan kurikulum-kurikulum yang berkembang pada zamannya. Dimana kurikulum
sebelumnya bersifat parsial yang berkembang dalam tradisi madzhabisme. Kurikulum imam
al-Ghazali tidak berhenti pada ilmu-ilmu fikih tertentu melainkan membentuk kerangka utuh
yang menggabungkan seluruh ilmu agama seperti tauhid, tasawuf, fikih dan lain-lain. Imam
al-Ghazali juga menggabungkan antara ilmu agama dengan ketrampilan duniawi.
Menggabungkan ilmu fardhu ‘ain dan fardhu kifayah.
Adapun buku-buku yang ditulis oleh Imam al-Ghazali yang diajarkan kepada murid-
muridnya menunjukkan bahwa karya-karya Imam al-Ghazali mencakup empat bidang
penting, yaitu:

Pertama, Membangun akidah Islam. Tujuannya adalah membentuk akidah yang jelas
dan dinamis yang berperan sebagai ideologi yang menjelaskan dan mengarahkan berbagai
macam kebijakan. Di antara karya al-Ghazali yang secara eksplisit menggarap masalah
pembinaan akidah adalah kitab al-Hikmah min Makhluqat Allah ‘azza wa Jalla. Siapapun
yang menelaah buku tersebut akan mendapati dirinya seolah-olah sedang berhadapan dengan
seorang dokter spesialis dalam bidang pembedahan, atau astronom yang sangat pakar dalam
masalah antariksa. Buku tersebut mencakup beberapa bab yang diberi judul al-Tafkir fi Khalq
al-Sama’ wa fi Hadza al-‘Alam, Hikmat as-Syams, Hikmat al-Qamar wa al-Kawakib, Hikmat
Khalqi al-Ardh, dan beberapa tema lain tentang laut, air, angin, api dan manusia. Buku
tersebut membahas masalah susunan anatomi manusia, hewan, burung, lebah, tumbuh-
tumbuhan dan segenap makhluk lainnya. Al-Ghazali memaparkan tema-tema di atas dengan
metode empirik berdasarkan pembedahan anatomi, analisis gerakan planet dan penjelasan
keserasian fungsi setiap bagiannya dengan tujuan menjelaskan bahwa seluruh makhluk di
alam raya ini tercipta dengan sangat teratur dan penuh hikmah serta ketelitian.

Kedua, Bidang pendidikan jiwa dan kemauan. Tujuan bidang ini adalah meningkatkan
kualitas manusia dari derajat tunduk kepada dorongan syahwat dan nafsu menuju derajat
‘ubudiyah kepada Allah, di mana seorang individu mampu membebaskan diri dari belenggu
nafsu atau takut agar dapat bertindak sesuai dengan kehendak Allah swt dengan rasa puas dan
suka hati. Al-Ghazali membuat kajian cukup panjang mengenai analisa terhadap jiwa, fase-
fase perkembangan jiwa dan kondisi-kondisi yang menyertainya, faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap perilaku dan pemikiran serta praktik-praktik yang harus dilalui oleh
pelajar.

Ketiga, Mengkaji ilmu-ilmu fikih dan seluruh sistem serta prinsip yang diperlukan
untuk mengimbangi pola muamalat yang berlaku pada masa itu dan permasalahan-
permasalahan masyarakat yang ril dan senantiasa berkembang. Kajian-kajian al-Ghazali di
bidang ini bebas dari trend fanatisme madzhab.

Keempat, Bidang hikmah atau persiapan fungsional. Menurut al-Ghazali, bidang ini
mencakup seluruh bentuk kebijakan, manajemen dan profesi yang dibutuhkan oleh
masyarakat saat itu serta tatacara penempatan masyarakat di semua sektor sesuai dengan
kesiapan dan kemampuannya. Secara eksplisit, al-Ghazali menyatakan bahwa ilmu-ilmu
dalam ini tidak terbatas pada apa yang telah diketahui oleh manusia saat itu, namunakan
banyak lagi ilmu-ilmu yang muncul di masa mendatang disebabkan oleh tabiat kehidupan
yang terus berlanjut dan kebutuhan manusia yang senantiasa berkembang.

Di antara jasa al-Ghazali dalam bidang ini adalah kitabnya yang berjudul al-Tibr al-Masbuk
fi Nasihati al-Muluk yang memuat sejumlah riwayat yang menonjolkan urgensi keadilan,
kebijakan sultan dan kebijakan para menteri dengan cara mengetengahkan fakta sejarah
pemerintahan Persia, Romawi dan Khalifah-Khalifah Islam. Buku ini bisa dianggap sebagai
landasan-landasan tertentu untuk menjelaskan konsep manajemen pemerintahan dari
perspektif al-Ghazali.

Selain itu, al-Ghazali juga membahas tema kemajuan dan perkembangan ilmu, teori-teori
pembelajaran, perkembangan budaya dan perkembangan berbagai macam masyarakat
sepanjang masa dan tema-tema lainnya yang berkaitan dengan paradigma pendidikan baik
yang berkenaan dengan masalah sosial, akidah maupun pendidikan itu sendiri.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Sejarah Islam di dunia mencatat bahwa Islam menjadi satu-satunya agama yang
berkembang paling cepat. Nabi Muhammad hidup hanya usia 63 th, beliau menjadi nabi
sejak usia 40 th, dan hanya 23 th saja beliau menjadi mampu mendidik generasi Islam
yang luar biasa. Generasi-generasi Islam yang mampu menguasai peradaban dunia dalam
kurun waktu ± 13 abad dan menciptkan sejarah Islam di dunia dengan citra yang baik.

Sejarah Islam di dunia berlangsung dari abad ke-6 Masehi hingga abad ke-12 Masehi.
Dimulai dari periode kepemimpinan Nabi Muahammad SAW ( 622-632 M ), kemudian
diteruskan oleh generasi Khulafaurasyidin ( 750-1258 M), kemudian masa kekhalifahan
bani Umayyah ( 661-750 M ), dan Bani Abbasiyah ( 750-1258 M ) hingga terakhir
rutuhnya kekhalifahan Turki Usmani pada tanggal 3 Maret 1924 M.

Kemunduran islam terjadi karena adanya faktor internal maupun eksternal. Diantaranya
kurang pemahaman terhadap agama itu sendiri, yang tidak mau berpegang teguh pada al
qur’an dan sunnah, gerakan kristenisasi, penjelajahan samudera, pengampunan dosa, dll.

Adapun makna istilah kata kebangkitan (ash-shahwah) sebagaimana diketahui adalah


kebangkitan dari keterpurukan dan keterlenaan serta dari ketiadaan pemahaman terhadap
realita hakiki yang menjadi realita hidup umat.

Kelompok-kelompok yang tidak terorganisasi dan tidak berpolitik merupakan fondasi real
bagi kebangkitan Islam yang tidak direkayasa, apalagi mereka merupakan sumber pijakan
bagi kelompok-kelompok lain, baik yang moderat dan ekstrem, maupun yang politis.

2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta; 2004, Hal 100

Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, Kencana Prenada Media Group, Jakarta; 2009,
Hal 146-147

Anda mungkin juga menyukai