Anda di halaman 1dari 19

BAB I

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI DIARE

Diare menurut mansjoer (2000) adalah frekuensi encer lebih dari 3x sehari dengan
atau tanpa darah ateu tinja yang terjadi secara mendadak yang berlangsung kurang
dari tujuh hari yang sebelumnya sehat. Sedangkan menurut  Suruadi (2001) Diare
adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi
satu kali atau lebih BAB dengan bentuk tinja yang encer atau cair. Dan menurut
Ngastiyah (2005)
Diare adalah BAB dengan jumlah tinja yang banyak dari biasanya, dengan tinja yang
berbentuk cairan atau setengah cair dapat pula disertai frekuensi defekasi yang
meningkat.Jadi kesimpulannya adalah Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan
tinja berbentuk cair atau setengan cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih
banyak dari biasanya dari 200 g atau 200 ml/24 jam.

B. ETIOLOGI DIARE
Faktor infeksi diare menurut Ngastiyah (2005) adalah:
1. Infeksi Enteral : Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
diare.                                                       
2. Infeksi Bakteria  :    Vibrio, E.coli, Salomella campilo baster.
3. Infeksi Virus  : Rotavirus, calcivilus, Enterovirus, Adenovirus,    Astrovirus.
4. Infeksi Parasit  : Cacing (ascaris, oxyuris), protozoa (entamoeba histolica,giardia
lambia), jamur (candida aibicans).
5. Infeksi Parenteral :Infeksi diluar alat penceranaan makanan seperti Tonsilitis,
broncopneumonia, Encefalitis,meliputi:
 Faktor Malabsorbsi : karbohidrat, lemak, protein
 Faktor Makanan  : basi, racun, alergi
 Faktor Psikologi  :  rasa takut dan cemas

1
C. KLASIFIKASI DIARE
Menurut pedoman dari laboratorium UPF Ilmu kesehatan Anak, uiversitas Airlangga
(1994) diare dapat dikelompokan menjadi:
1. Diare akut , yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling lama 3-
5 hari.
2. Diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7 hari.
3. Diare kronik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari.

Sedangkan menurut pedoman NTBS (2000) diare dikelomokkan atau di klasifikasikan


menjadi:

1. Diare akut terbagi atas:


a. Diare dengan dehidrasi berat
b. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang
c. Diare tanpa dehidrasi
2. Diare persisten bila diare berlangsung 14 hari atau lebih, terbagi atas :
a. Diare persisten dengan dehidrasi
b. Diare persisten tanpa dehidrasi
3. Disentri apabila diare berlangsung disertai dengan darah.

D. MANIFESTASI KLINIS
Beberapa tanda dan gejala tentang diare menurut Suriadi (2001) antara lain:
1. Sering BAB dengan konsistensi tinja cair atau encer.
2. Terdapat lika tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek ( elastisitas kulit
menurun) ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.
3. Kram abdomenal.
4. Demam.
5. Mual dan muntah.
6. Anoreksia.
7. Lemah.
8. Pucat.
9. Perubahan TTV, nadi dan pernafasan cepat.
10. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine.

2
E. PATOFISIOLOGI
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris,
VirusNorwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli,
Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa
mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi
enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus
pada gastroenteritis akut. Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu
klien ke klien yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan
makanan dan minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya
diare adalah gangguan osmotik (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare ).
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga
sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan motilitas usus
yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri
adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam
basa (asidosis metabolik dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output
berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.

3
F. PATHWAY

Masuknya makanan/minuman yang


terkontaminasi

infeksi pada mukosa usus

Makanan/zat tidak Menimbulkan mekanisme tubuh


dpt diserap untuk mengeluarkan toksin

Peningkatan gerakan usus


Tekanan osmotik
dalam rongga usus

Berkurangnya kesempatan
usus menyerap makanan
Terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus
Diare

Isi rongga usus yang


berlebihan akan merangsang Resiko Nutrisi < dr
usus untuk mengeluarkannya Nyeri kebutuhan
kekuranga
n cairan tubuh
dan

4
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
A. Penatalaksanaan Medis
1. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang diare menurut Suriadi (2001 ) adalah : 
a. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan. 
b. Pemeriksaan intubasi duodenum. 
c. Pemeriksaan elektrolit dan creatinin. 
d. Pemeriksaan tinja, PH, Leukosit, glukosa, dan adanya darah. 

Adapun Pemeriksaan penunjang yang lain menurut Mansjoer (2000 ) adalah :


a. Pemeriksaan tinja : Makroskopis dan mikroskopis PH dan kadar gula juga
ada intoleransi gula biarkan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji
retensi terhadap berbagai antibiotik. 
b. Pemeriksaan darah : perifer lengkap, Analisa Gas Darah (AGD), elektrolit
( terutama Na, K, Ca, P Serum pada diare yang disertai kejang ). 
c. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah untuk mengetahui faal ginjal. 
d. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif
dan kualitatif terutama pada diare kronik.

Penatalaksanaan medis menurut Biddulp and Stace (1999) adalah pengobatan


dengan cara pengeluaran diet dan pemberian cairan. 
1. Diare tanpa dehidrasi memerlukan cairan tambahan berupa apapun misalnya air
gula, sari buah segar, air teh segar, kuah sup, air tajin, ASI. Jangan memberikan
air kembang gula, sari buah air dalam botol karena cairan yang terlalu banyak
mengandung gula akan memperburuk diare. 
2. Diare dengan dehidrasi sedang memerlukan cairan khusus yang mengandung
campuran gula dan garam yang disebut larutan dehidrasi oral ( LRO ). LRO ini
dibuat dengan mencampurkan sebungkus garam rehidrasi kedalam 1 liter air
bersih. 
3. Diare dengan dehidrasi berat memerlukan cairan intravena disamping LRO. 

Penatalaksanaan keperawatan menurut Nelson (1999) antara lain : 

5
1. Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan 
pencegahan enterik termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
penderita 
2. Jas panjang bila ada kemungkinan pencernaan dan sarung tangan bila menyentuh
barang terinfeksi. 
3. Penderita dan keluarganya dididik mengenal cara perolehan entero patogen dan
cara mengurangi penularan. 

6
BAB II

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,
asal suku, nama orang tua, pekerjaan orang tua.
b. Keluhan utama
c. Keluhan utama
Buang air besar (BAB) lebih 3 x sehari, < 4 kali dan cair (diare tanpa
dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan, sedang), BAB> 10
kali (dehidrasi berat).
d. Riwayat penyakit terdahulu
Riwayat penyakit yang diderita sebelumnya
e. Riwayat penyakit keluarga
f. Kebutuhan Dasar :
 Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB > 4x sehari.
 Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anoreksia dan
menyebabkan penurunan berat badan.
 Pola tidur dan istirahat : terganggu karena adanya distensi abdomen
yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
 Pola aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh lemah dan
adanya nyeri.

g. Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan Psikologis : keadaan umum, kesadaran, suhu tubuh,
nadi cepat dan lemah, pernafasan agak cepat
 Pemeriksaan sistematis
- Inspeksi : mulut dan mukosa bibir kering, bb menurun, anus
kemerahan.
- Perkusi : bunyi redup, adanya distensi abdomen.
- Palpasi : turgor kulit kurang elastic, nyeri tekan abdomen.

7
- Auskultasi : terdengar bising usus meningkat.

II. Diagnosa Keperawatan


1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan gangguan absorbs
nutrien, status metabolik. Kekurangan volume cairan yang berhubungan
dengan gangguan absorbsi nutrien, status hipermetabolik.
Hasil yang diharapkan : Mempertahankan volume cairan adekuat.
Kriteria hasil :
- Membran mukosa mulut lembab.
- Turgor kulit elastis, tanda-tanda vital stabil.
- Keseimbangan masuk dan haluaran dalam kosentrasi / jumlah.
Intervensi :
 Pantau tanda dan gejala dini defisit volume cairan misalnya
membrane mukosa kering (bibir, mulut), urine kuning kecoklatan,
berat jenis urine > 1,025.
Rasional :Penurunan volume yang bersirkulasi menyebabkan
kekeringan jaringan dan pemekatan urine, deteksi dini
memungkinkan terapi penggantian cairan segera untuk
memperbaiki deficit.
 Awasi masukan dan haluaran, karakter dan jumlah feces
perkirakankehilangan yang tak terlihat misalnya keringat.
Rasional :Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan
fungsi ginjal dankontrol penyakit usus juga merupakan pedoman
untuk penggantiancairan.

 Kaji tanda-tanda vital (nadi, suhu, nafas).


Rasional :Takikardi, demam dapat menunjukkan respon terhadap
dan atau efekkehilangan cairan
 Ukur berat badan tiap hari
Rasional :Indikator cairan dan status nutrisi.
 Kaji kemampuan anak untuk rehidrasi melalui mulut.
Rasional :Membantu untuk mempertahankan keseimbangan cairan.

8
 Kolaborasi medik dalam pemberian obat sesuai indikasi antidiare,
antiemetik, anti piretik
Rasional :
Antidiare : menurunkan kehilangan cairan dari usus
Antiemetik : digunakan untuk mengontrol mual / muntah
padaeksarsebasi akut
Antipiretik : mengontrol demam, menurunkan kehilangan tak
terlihat
 Kolaborasi medik dalam pemberian cairan parenteral sesuai
indikasi
Rasional :Mempertahankan istirahat usus dan memerlukan
penggantian cairanuntuk memperbaiki kehilangan cairan tubuh

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan


dengangangguan absorbsi nutrien status hipermetabolik.
Hasil yang diharapkan :Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara
adekuat.Kriteria hasil :
- Menunjukkan BB yang ideal
- Mampu menghabiskan porsi makan yang disediakan
Intervensi :
 Kaji status nutrisi BB awal, derajat kekurangan BB dan
integritasmukosa oral
Rasional :Untuk mengetahui derajat kekurangan nutrisi
 Kaji tanda-tanda vital
Rasional :Untuk mengetahui keadaan umum pasien
 Observasi masukan dan keluaran
Rasional :Untuk mengetahui keseimbangan cairan
 Timbang BB tiap hari
Rasional :BB yang turun merupakan indikator langsung kehilangan
cairan
 Berikan makanan cair sedikit tapi sering
Rasional :Meningkatkan keadekuatan pasien dan penetuan
kebutuhan nutrisi

9
 Kolaborasi medik dalam pemberian cairan
Rasional :Untuk menambah kebutuhan cairan

3. Nyeri (akut) berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama, iritasi kulit


atau jaringan, eksoriasi fisura perirektal, fistula.
Hasil yang diharapkan: Nyeri teratasi
Kriteria hasil :
- Melaporkan hasil nyeri hilang / terkontrol
- Tampak rileks dan mampu tidur, istirahat dengan tepat
Intervensi :
 Kaji karakter, intensitas dan letak nyeri
Rasional :Membantu dan memberikan terapi untuk toleransi nyeri
 Anjurkan pasien berbaring dalam posisi terlentang dengan bantalan
penghangat diatas abdomen
Rasional :Tindakan ini meningkatkan relaksasi otot
 Berikan aktivitas hiburan dan periode istirahat sering
Rasional :Mengalihkan perhatian pasien terhadap nyeri
 Berikan tindakan nyaman (misal : pijatan punggung)
Rasional :Meningkatkan relaksasi, menfokuskan kembali
mekanisme koping.
4. Resiko tinggi kerusakan intergritas jaringan yang berhubungan
denganresiko terhadap kekurangan cairan / nutrisi.
Hasil yang diharapkan : Kerusakan integritas kulit tidak terjadi
Kriteria hasil :
- Menunjukkan jaringan yang bersih dan utuh
- Turgor kulit dan warnanya normal
Intervensi :
 Kaji area perirektal terhadap inflamasi abses atau fistula
Rasional :Deteksi dini dapat membantu dalam pemberian
intervensi yang tepat
 Cuci kulit dengan suhu yang lembut dan air setiap kali setelah
defekasi, kekeringan dengan seksama, berikan salep, topikal sesuai
dengan pesanan

10
Rasional :Memperkecil terjadinya iritasi kulit pada daerah perianal
5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis dan
kebutuhan pengobatan yang berhubungan dengan kesalahan interpretasi
informasi kurang mengingat tidak mengenai sumber.
Hasil yang diharapkan :Pengetahuan pasien tentang pemahaman proses
penyakit danpengobatannya meningkat.
Kriteria hasil :
- Pasien mengatakan paham tentang proses penyakit dan
regimenpengobatan
- Pasien dapat mengidentifikasi situasi dan tindakan khusus untuk
menerimanya
Intervensi :
 Tentukan persepsi pasien dan keluarga tentang proses penyakit
Rasional :Membuat pengetahuan dasar dan memberikan kesadaran
kebutuhanbelajar individu.
 Berikan instruksi dalam penatalaksanaan diet, penekanan makanan
untuk dihindari buah-buahan dan sayuran mentah, alkohol, coklat
danmakanan yang menghasilkan gas.
Rasional :Pengetahuan dasar yang akurat memberikan kesempatan
pasien untukmembuat keputusan / pilihan
 Tekankan pentingnya perawatan kulit misalnya : teknik cuci tangan
dengan baik dan perawatan perineal yang baik
Rasional :Menurunkan penyebaran bakteri dan resiko iritasi kulit /
kerusakaninfeksi.
 Berikan informasi tentang obat-obatan termasuk nama, dosis,
tujuan,waktu pemberian, efek samping, dan interaksi, jelaskan
pentingnyauntuk menghindari pemakaian obat yang dijual bebas.
Rasional :Meningkatkan pemahaman dan dapat meningkatkan
kerjasama dalam program.

III. EVALUASI
Tahapan akhir dari proses keperawatan ialah mengevaluasi respon pasien
terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang

11
diberikan dan diharapkan telah tercapai. Hasil asuhan keperaatan yang
diharapkan tercapai pada pasien dengan Gangguan Sistem Pencernaan
Gastroenteritis yaitu :
a) Melaporkan pola defekasi normal
b) Mempertahankan keseimbangan cairan
 Mengkonsumsi cairan per oral dengan adekuat.
 Melaporkan tidak ada keletihan dan kelemahan otot.
 Menunjukkan membran mukosa lembab dan turgor jaringan
normal.
 Mengalami keseimbangan asupan dan haluaran.
 Mengalami berat jenis urin normal.
c) Mengalami penurunan tingkat ansietas
d) Mempertahankan integritas kulit
 Mempertahannkan kulit tetap bersih setelah defekasi
 Menggunakan pelembab atau salep sebagai barier kulit
e) Tidak mengalami kompikasi
 Elektrolit tetap dalam rentang normal
 Tanda vital stabil
 Tidak ada disritmia atau perubahan dalam tingkat kesadaran

12
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

KASUS GASTROENTERITIS

Tn. A dengan / klien mengalami BAB encer 3x sehari. Didapat data bahwa
pasimengeluhkan nyeri pada abdomen. Nafsu makan berkurang, mual dan muntah.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan bibir pasien pucat, pasien terpasang infuse. Tanda-
tanda vital ; T = 160/90 mmHg, S = 38 ‘C, N = 68x/mnt,R = 20x/mnt

1.1 PENGKAJIAN

1.  Identitas Klien

Nama                     : Ny. M
Umur                      : 50 thn
Jenis Kelamin         : Perempuan
Suku Bangsa          : Indonesia, Jawa
Agama                   : Islam
Pendidikaan           : SMP
Alamat                   : Rt. 2 Rw. 2 Cangaan, Kanor
MRS tanggal          : 21 – 07 – 2012  Jam :12.30
Pengkajian             : 21 – 07– 2012   Jam :12.35
Diagnose                : Gastroenteritis  

2. Penanggung jawab

Nama                     : Tn. Imam Syafi’i


Umur                      : 25 thn
Jenis kelamin          : Laki-laki
Suku Bangsa          : Indonesia , Jawa
Pekerjaan               : Wiraswasta
Hub. dengan klien : Anak Kandung

3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama

13
Klien Mengatakan  mengalami BAB cair lebih dari 3x sehari dengan volume ± 1
gelas setiap BAB
b. Riwayat Penyakit  Sekarang  :
P: klien mengatakan bahwa sebelum mengalami BAB cair klien makan makanan
berkuah dan pedas
Q: BAB cair lebih dari 3x sehari dan nyeri pada abdomen
R: Nyeri abdomen kiri bawah
S: Nyeri abdomen dan BAB cair dalam kategori sedang  jika di ukur atau di nilai
dengan skala ukur
T: Gejala di rasakan pasien tiga hari sebelum masuk rumah sakit
c. Riwayat penyakit Dahulu
Klien mengatakan pernah mengalami gejala yang dirasakan  saat ini tetapi tidak
sampai masuk rumah sakit
d. Riwayat penyakit Keluarga
Dari riwayat keluarga klien mengatakan bahwa tidak memiliki riwayat penyakit
menurun dan menahun.
e. Riwayat Elergi
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi

4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum: Klien lemah
b. Tanda-tanda vital
T    = 160/90 mmHg
S    = 38 0C
N   = 68x/mnt
R  = 20x/mnt
c. Kesadaran = composmetis
5. Pemeriksaan Cepalo Caudal
a. Kepala dan rambut
I : pertumbuhan rambut merata,tidak terdapat uban
P: tidak ada benjolan pada kepala.
b. Hidung
I: bentuk hidung Simetris, penciuman normal dan tidak ada cuping hidung.
c. Telinga
I: tidak ada serumen dan lesi. Fungsi : pendengaran baik
d. Mata
I : sclera Putih, konjungtiva merah. Fungi : penglihatan baik.
e. Mulut dan gigi
I: lidah kotor , tidak ada lesi
f. Gigi

14
I: tidak dada caries Gigi
g. Leher
I:  tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
P: tidak ada nyeri tekan
h. Dada
I: bentuk dada simetris pernafasan 20x permenit
P: tidak ada nyeri tekan
A: terdengar suara sonor
i. Pemeriksaan abdomen
I: bentuk agak cembung , tidak ada Acites
A: bising Usus terdengar 40x/menit
P: tidak Nyeri tekan
P: tidak terdapat pekak abdomen
j. Ekstermitas, kuku, dan integument
I: Kuku bersih tidak ada tanda – tanda sianosis. Fungsi : kekuatan otot normal

6. Pola Fungsional Kesehatan


a. Pola Nutrisi
Sebelum sakit
Klien mengatakan saat sehat makan 3x sehari dengan komposisi nasi, lauk
pauk , minum kurang lebih 7-8 gelas/hari.
Saat Sakit
Klien mengatakan saat sakit tidak makan sama sekali karena tidak nafsu
makan,.minum air putih kurang lebih 4-6 setengah gelas/hari
b. Pola eliminasi
BAB sebelum sakit
Klien mengatakan sebelum mengalami gejala BAB 1x sehari dengan
konsistensi padat, warna kuning bau khas feces
BAB saat sakit
Klien mengatakan saat sakit BAB 3x  sehari dengan konsistensi cair warna
kuning,bau khas feces
BAK sebelum Sakit
Klien mengatakan saat sehat BAK sebanyak 3-4x perhari dengan warna
kuning dan bau khas
BAK saat sakit
Klien mengatakan saat sakit BAK lebih sering ± 5-6x perhari dan bau khas
c. Pola Kebersihan diri
Sebelum sakit
Klien mengtakan saat sehat mandi 2x sehari menggunakan sabun, gosok gigi,
kramas 1xseminggu ganti pakaian bila sudah kotor.
Saat sakit

15
Klien mengatakan saat sakit hanya dibasuh dengan air hangat serta gosok gigi
1x sehari.
d. Pola Aktivitas
Sebelum sakit
Klien mengatakan saat sehat bisa beraktifitas dengan baik,
Saat sakit
Klien mengatakan saat sakit tidak bisa aktifitas  seperti biasa
e. Pola istirahat tidur
Sebelum sakit
Klien mengatakan saat sehat tidur kurang lebih selama 7-8 jam perhari
Saat sakit
Klien mengatakan saat sakit tidurnya terganggu dan tidak bisa tidur dengan
baik

1.2 Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan out put yang
berlebihan dengan intrake yang kurang

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan muntah


3. Nyeri (akut) berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama, iritasi kulit atau
jaringan, eksoriasi fisura perirektal, fistula.

1.3 Intervensi

Dx 1 : Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan out put yang
berlebihan dengan intrake yang kurang ( Carpenito, 2000 ).
Tujuan : Kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil : Turgor kulit elastis dan mukosa bibir lembab

Intervensi :
Observasi status dehidrasi : mata, tugor kulit dan membran mukosa.
Rasional : Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan atau dehidrasi.
Monitor pemasukan dan pengeluaran cairan
Rasional : Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi ginjal dan kontrol
penyakit usus juga merupakan pedoman untuk pengganti cairan.
Pemeriksaan laboratorium sesuai program : elektrolit, Hb, Ph, dan albumin.

16
Rasional : Untuk menentukan kebutuhan penggantian dan keefektifan terapi.
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat anti diare dan antibiotik.
Rasional : Untuk memperbaiki ketidak seimbangan cairan / elektrolit

Dx 2 :
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan muntah (Carpenito, 2000 ).
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : BB klien kembali normal dan nafsu makan meningkat

Intervensi :
Timbang BB tiap hari
Rasional : Untuk memberikan info tentang kebutuhan diet atau keefektifan terapi.
Monitor intake dan out put
Rasional : Untuk mengetahui berapa banyak masukan dan pengeluaran cairan ke dalam
tubuh.
Hindari makanan buah-buahan dan hindari diet tinggi serat.
Rasional : Memungkinkan aliran usus untuk memastikan kembali proses pencernaan,
protein perlu untuk integritas jaringan.
Lakukan kebersihan mulut setiap habis makan
Rasional : Mulut yang bersih dapat menigkatkan rasa makanan.
Kolaborasi dengan ahli gizi
Rasional : membantu kebutuhan nutrisi pasien dalam perubahan pencernaan dan fungsi
usus.

Dx 3 :
Nyeri (akut) berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama, iritasi kulit atau jaringan,
eksoriasi fisura perirektal, fistula.
Hasil yang diharapkan: Nyeri teratasi
Kriteria hasil :
Melaporkan hasil nyeri hilang / terkontrol
Tampak rileks dan mampu tidur, istirahat dengan tepat
Intervensi :
Kaji karakter, intensitas dan letak nyeri

17
Rasional :Membantu dan memberikan terapi untuk toleransi nyeri
Anjurkan pasien berbaring dalam posisi terlentang dengan bantalan penghangat diatas
abdomen
Rasional :Tindakan ini meningkatkan relaksasi otot
Berikan aktivitas hiburan dan periode istirahat sering
Rasional :Mengalihkan perhatian pasien terhadap nyeri
Berikan tindakan nyaman (misal : pijatan punggung)
Rasional :Meningkatkan relaksasi, menfokuskan kembali mekanisme koping.

18
DAFTAR PUSTAKA

Bauhgman, Diane. C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.


Bettz, Cecily. L. 2002. Buku Keperawatan Pediatri Edisi 3. Jakarta : EGC.
Carpenito, L.J., (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2 Jakarata : EGC
Corwin, Elizabeth. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Dongoes (2000). Diagnosa Keperawatan. Ed. 8. Jakarta : EGC
Makalah Kuliah . Tidak diterbitkan.
Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media
Aescullapius.
Markum, Alf. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid I. Jakarta : FKUI.
Nelson. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta : EGC
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.
Pitono Soeparto, dkk. (1997). Gastroenterologi Anak. Surabaya : GRAMIK FK Universitas
Airlangga.
Price, Anderson Sylvia. (1997) Patofisiologi. Ed. I. Jakarata : EGC.
Suddarth, Brunner. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.
Jakarta : EGC
Sudoyo, Aru.W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
Syaiffudin. 1997. Anatomi Fisiologi. Jakarta : EGC
Wong, Donna. L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta :
EGC
Yuliani, Rita. 2000. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : Depkes RI.

19

Anda mungkin juga menyukai