Anda di halaman 1dari 14

Poros Hipofisa,

Hipotalamus, Adrenal
Kelompok 2
Rivaldo w. sahilatua 15101102011
Teresia Panden 15101102044
PENDAHULUAN
Stres terjadi karena tidak kuatnya kebutuhan dasar manusia yang akan
dapat bermanifes pada perubahan fungsi fisiologis, kognitif, emosi dan
perilaku. Stres dapat berasal dari luar maupun dari dalam tubuh dalam
bentuk fisik atau psikis. Stres didefinisikan sebagai setiap perubahan fisik
atau psikis yang mengubah keseimbangan atau homeostasis organisme.
Peneliti membuktikan stres telah menyebabkan perubahan neurotransmitter
neuro hormonal melalui berbagai aksis seperti HPA (Hypothalamic-Pituitary
Adrenal Axis), HPT (Hypothalamic-Pituitary-Thyroid Axis) dan HPO
(Hypothalamic-Pituitary-Ovarial Axis). HPA merupakan teori mekanisme yang
paling banyak diteliti.
PEMBAHASAN

Apa itu Hipothalamic Pituitary


Adrenal Axis?

Cara kerja HPA Axis dengan respon


terhadap stress?
HPA axis atau Hypothalamic-pituitary-adrenal merupakan pengatur sintesis dan sekresi
glukokortikoid sekelompok hormon steroid yang berperan dalam pengaturan metabolisme
substrat energ Glukokortikoid yang berperan paling penting pada manusia ialah kortisol
yaitu hormone yang mengontrol perubahan emosi atau stres.
HPA axis adalah sistem neuroendokrin (syaraf-hormon) tubuh yang melibatkan hypothalamus
(bagian dari otak kecil, red.), kelenjar hormon pituitary, dan kelenjar adrenal (kelenjar yang
terletak melekat pada bagian atas ginjal). Sistem komunikasi kompleks ini bertanggungjawab
untuk menangani reaksi stress dengan mengatur produksi kortisol, sejenis hormon dan
merupakan mediator rangsang syaraf.
Stres merupakan suatu ancaman terhadap homeostasis organisme yang membangkitkan
berbagai macam respons adaptasi agar organisme tetap hidup. Respon yang timbul akibat
stres dapat berasal dari susunan saraf otonom maupun saraf somatik, sistem hormon maupun
sistem imun tubuh.
CARA KERJA
HPA Axis atau Hypothalamic-pituitary-adrenal bekerja melalui lobus anterior kelenjar
hipofisis, hipotalamus mengendalikan 5 aksis endokrin. Kelima aksis neuroendokrin
tersebut mengatur aspek-aspek metabolisme, reproduksi, perkembangan, dan
pertumbuhan. Salah satu dari aksis tersebut ialah aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal
(HPA axis) (Longstaff, 2000).
Sel-sel di nukleus paraventrikel (PVN) hipotalamus mensekresikan corticotrophin
releasing hormone (CRH), yang bersama dengan arginin vasopresin (AVP) bekerja
sinergis untuk merangsang sel-sel kortikotrofin agar mengeluarkan adrenocorticotrophic
hormone (ACTH). Sebagai respon terhadap ACTH, sel-sel yang terdapat di korteks
adrenal mensintesis dan mensekresikan glukokortikoid. Umpan balik negatif oleh
glukokortikoid di hipokampus, hipotalamus dan hipofisis mengatur sekresi dari steroid,
seperti pada bagan ini
Sel-sel kortikotrofin yang terdapat di hipofisis anterior, sel-sel di nukleus paraventrikel
yang mensekresikan CRH dan neuron-neuron hipokampus mengekspresikan GR. Ketika
konsentrasi glukokortikoid meningkat, GR teraktivasi dan menyebabkan terhambatnya
transkripsi gen untuk CRH dan AVP. Hal inilah yang menjadi mekanisme umpan
balik negatif terhadap konsentrasi glukokortikoid (Longstaff, 2000).
Umpan balik negatif yang mengendalikan neuroendokrin.Sumber :
(Longstaff, 2000)
Peran adrenal steroid pada hipokampus
MR disebut pula sebagai tipe I dari reseptor kortikosteroid, sedangkan GR merupakan tipe II
dari reseptor kortikosteroid. Tipe I terdistribusi tidak merata, terutama terdapat di daerah
sistem limbik, sedangkan tipe II terdistribusi sangat luas di otak, yaitu di daerah para ventrikel,
limbik, korteks serebral dan batang otak (Reul, 1985).

Aktivasi dari tipe 2 akan mengakibatkan peningkatan Ca current yang kemudian akan
merangsang N-methyl D-aspartate (NMDA) reseptor dari glutamat pada neuron hipokampus
tapi tidak pada daerah kortek (Weiland et al., 1995), juga merangsang dikeluarkannya
beberapa asam amino serta serotonin oleh neuron di hipokampus (DeKloet et al., 1998).
Serotonin juga akan dilepaskan oleh rangsangan dari stres itu sendiri yang nantinya dapat
berinteraksi dengan NMDA-R dari glutamat melalui 5-HT2 reseptor (Rahmann et al., 1993).
Rangsangan HPA aksis dengan dilepaskannya adrenal steroid akan berperan dalam plastisitas
di hipokampus melalui NMDA dan beberapa asam amino, di saat yang sama juga dapat
menimbulkan efek destruksi sehingga berakibat penurunan fungsi kognisi.
RESPON STRES
HPA axis diaktivasi oleh keadaan stres. HPA-axis merupakan sebuah jalur kompleks interaksi antara
tiga sistem yang terjadi dalam tubuh yang mengatur reaksi terhadap stress dan banyak proses dalam
tubuh, termasuk didalamnya proses pencernaan, sistem ketahanan tubuh, mood dan tingkat emosi,
gairah seksual, penyimpanan energi dan penggunaannya.
HPA-Axis dirancang untuk memindahkan tubuh dari bahaya dengan tiba-tiba dan berkelanjutan
tenaga. Sebagai respon terhadap stres, sistem limbik mematikan bergegas pencernaan nutrisi darah
ke otot-otot panjang; merangsang hipofisis adrenal untuk melepaskan hormon melawan dan
penerbangan, amigdala.
Peningkatan sekresi glukokortikoid sangat berguna dalam keadaan stres. Glukokortikoid memobilisasi
lemak dan asam amino dari lemak dan sel otot yang selanjutnya akan digunakan sebagai substrat
untuk glukoneogenesis di hepar. Sebagian besar dari glukosa yang baru tersebut kemudian
diubah menjadi glikogen melalui glikogenolisis dan disimpan sebagai tambahan glukortikoid
mempunyai efek potensiasi dengan katekoalamin (Longstaff, 2000)
Aktivasi HPA axis yang berlarut-larut karena stres kronik mengakibatkan efek yang merusak.
Konsentrasi kortikosteroid yang tinggi yang bekerja melalui reseptor glukokortikoid akan
meningkatkan transmisi asam amino eksitatorik dan meningkatkan influks kalsium ke dalam sel-sel
hipokampus melalui pompa Ca2+ voltage-dependent, akibatnya dapat mematikan sel-sel tersebut
1)Timbulnya bangkitan stres dapat mengaktifkan neuron-neuron noradrenergik yang terdapat di lokus seruleus yang
berjalan menuju nukleus paraventrikel.
2)Sensasi viseral yang berhubungan dengan rasa lapar dan haus dijalarkan melalui nervus glosofaringeus (IX) dan vagus
(X) ke nukleus di traktus solitarius dan daerah yang berbatasan dengan medula. Rangkaian ini menyebabkan akson-akson
katekolaminergik mengaktivasi nukleus paraventrikel.
3)Input dari organ vaskular lamina terminalis dan organ subforniks, yang memberikan respon terhadap peningkatan
osmolalitas dan angiotensin II, berjalan menuju sel-sel di nukleus paraventrikel yang mensekresikan CRH dan akibatnya
membuka suatu jalan untuk mengaktivasi HPA axis saat keadaan dehidrasi.
4)Neuron-neuron yang terdapat di mesensefalon dan pons, kebanyakan diantaranya kolinergik, mengarah ke nukleus
paraventrikel dan diduga menjalarkan input yang berasal dari visual, pendengaran, dan somatosensorik (termasuk
nosiseptif) yang berhubungan dengan keadaan stres (misalnya suara keras yang mengejutkan)
5)Kebanyakan nukleus-nukleus di hipotalamus berjalan menuju nukleus paraventrikel dan hubungan ini diduga merupakan
suatu saluran informasi mengenai keadaan stres yang dikumpulkan dari korteks prefrontal dan struktur limbik seperti
amigdala atau hipokampus. Konsentrasi glukokortikoid yang tinggi yang terlihat saat keadaan stres menyebabkan
ditempatinya 50% dari reseptor-reseptor glukokortikoid di nukleus paraventrikel dan hipokampus dan menyebabkan
terhentinya respon stres melalui mekanisme umpan balik negatif. HPA axis sangat lebih sensitif terhadap aktivasi stres
dan mekanisme inhibisi umpan balik negatif ketika konsentrasi glukokortikoid darah pada kadar terendah
Adrenal steroid ikut berperan dalam 3 tipe plastisitas pada hipokampus, yaitu:
Berperan dalam LTP dan LTD, ini adalah efek biphasic pada eksitabilitas, kognisi dan memori
pada ritmik diurnal dan setelah stres tipe acute non-painful (Diamond et al 1996).
Berparitisipasi dalam neurogenesis di girus dentatus dengan eksitabilitas asam amino. Pada
keadaan akut stres dapat menghambat neurogenesis yang berlangsung (Galea et al 1996),
terutama menyangkut fear-related learning and memory karena secara anatomi dan fungsional
terdapat hubungan antara amigdala dan girus dentatus (Ikegaya et al., 1997).
Partisipasi pada stress-induced atrophy pada girus dentatus dan regio CA3 pada hipokampus
yang berakibat penurunan fungsi memori (McEwen., 1999)
Akibat stres baik akut atau kronik akan mengaktivasi beberapa gen yaitu CREB dan Fos yang
menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku dan memori (Blank et al., 2004, Chen et al.,
2006).
Konsentrasi glukokortikoid yang menetap dalam jumlah yang sangat tinggi dapat menekan
kerja dari sel-sel sistem imunitas tubuh. Stres dalam tingkat yang tinggi dapat meningkatkan
risiko terjadinya infeksi
KOMPONEN & SISTEM YANG TERLIBAT DALAM HP

paraventrikular inti dari hipotalamus,


yang berisi neuroendokrin neuron yang
mensintesis dan mengeluarkan
vasopresin dan kortikotropin-releasing
Lobus anterior dari kelenjar pituitari.
hormone (CRH).
Secara khusus, dan vasopresin CRH
Kedua peptida mengatur: merangsang sekresi ACTH pada gilirannya bekerja pada
adrenocorticotropic hormon (ACTH), adrenal korteks, yang menghasilkan
yang dulu dikenal sebagai glukokortikoid hormon (terutama
kortikotropin. kortisol pada manusia) sebagai
tanggapan terhadap rangsangan oleh
ACTH. Glukokortikoid pada gilirannya
kembali bertindak hipotalamus dan
hipofisis (untuk menekan produksi CRH
dan ACTH) dalam siklus umpan balik
negatif
ACTH ini diangkut oleh darah ke
Di otak, kortisol bekerja pada dua
korteks adrenalin dari kelenjar
jenis reseptor - reseptor
adrenal, di mana cepat merangsang
mineralokortikoid dan glukokortikoid
biosintesis kortikosteroid seperti
reseptor, dan ini dinyatakan oleh
kortisol dari kolesterol. Kortisol
berbagai jenis neuron. Salah satu
adalah hormon stres utama dan CRH dan vasopresin dilepaskan dari terminal saraf
target penting Glukokortikoid adalah
memiliki efek pada berbagai neurosecretory di median eminence. Mereka diangkut ke
hipotalamus, yang merupakan pusat anterior pituitari melalui sistem pembuluh darah portal
jaringan dalam tubuh, termasuk
pengendali utama dari sumbu dari hypophyseal tangkai. Di sana, CRH dan vasopresin
pada otak. bertindak sinergis untuk merangsang sekresi ACTH dari
HPA.
corticotrope disimpan sel
INTERAKSI ANTARA STRES DENGAN SISTEM IMUN

terletak di sistem saraf pusat. Dari sini, stres akan dialirkan ke organ tubuh melalui
saraf otonom. Organ yang antara lain dialiri stres adalah kelenjar hormon dan
terjadilah perubahan keseimbangan hormon, yang selanjutnya akan menimbulkan
perubahan fungsional berbagai organ target. Beberapa peneliti membuktikan
stres telah menyebabkan perubahan neurotransmitter neurohormonal melalui
berbagai aksis seperti HPA (Hypothalamic-Pituitary Adrenal Axis), HPT
(Hypothalamic-Pituitary-Thyroid Axis) dan HPO (Hypothalamic-Pituitary-Ovarial
Axis).
KESIMPULAN
HPA axis atau Hypothalamic-pituitary-adrenal merupakan pengatur sintesis dan
sekresi glukokortikoid sekelompok hormon steroid yang berperan dalam pengaturan
metabolisme substrat energi. Glukokortikoid yang berperan paling penting pada
manusia ialah kortisol yaitu hormone yang mengontrol perubahan emosi atau stres.
HPA axis diaktivasi oleh keadaan stres. Stresor fisiologis seperti rasa lapar, haus,
aktivitas fisik ataupun trauma bersifat umum, mengancam homeostasis dan respon
fisiologis yang akan terjadi (termasuk aktivasi HPA) merupakan suatu tindakan untuk
mempertahankan atau mengembalikan homeostasis. Peningkatan sekresi
glukokortikoid sangat berguna dalam keadaan stres. Glukokortikoid memobilisasi
lemak dan asam amino dari lemak dan sel otot yang selanjutnya akan digunakan
sebagai substrat untuk glukoneogenesis di hepar
Kortikosteroid merupakan mediator penting dalam respon terhadap stres. Ke dua
resptornya yaitu MR dan GR, mempunyai fungsi yang sangat kompleks, yang dapat
mengakibatkan perubahan baik di tingkat molekuler, seluler maupun tingkah laku.

Anda mungkin juga menyukai