Hipotalamus, Adrenal
Kelompok 2
Rivaldo w. sahilatua 15101102011
Teresia Panden 15101102044
PENDAHULUAN
Stres terjadi karena tidak kuatnya kebutuhan dasar manusia yang akan
dapat bermanifes pada perubahan fungsi fisiologis, kognitif, emosi dan
perilaku. Stres dapat berasal dari luar maupun dari dalam tubuh dalam
bentuk fisik atau psikis. Stres didefinisikan sebagai setiap perubahan fisik
atau psikis yang mengubah keseimbangan atau homeostasis organisme.
Peneliti membuktikan stres telah menyebabkan perubahan neurotransmitter
neuro hormonal melalui berbagai aksis seperti HPA (Hypothalamic-Pituitary
Adrenal Axis), HPT (Hypothalamic-Pituitary-Thyroid Axis) dan HPO
(Hypothalamic-Pituitary-Ovarial Axis). HPA merupakan teori mekanisme yang
paling banyak diteliti.
PEMBAHASAN
Aktivasi dari tipe 2 akan mengakibatkan peningkatan Ca current yang kemudian akan
merangsang N-methyl D-aspartate (NMDA) reseptor dari glutamat pada neuron hipokampus
tapi tidak pada daerah kortek (Weiland et al., 1995), juga merangsang dikeluarkannya
beberapa asam amino serta serotonin oleh neuron di hipokampus (DeKloet et al., 1998).
Serotonin juga akan dilepaskan oleh rangsangan dari stres itu sendiri yang nantinya dapat
berinteraksi dengan NMDA-R dari glutamat melalui 5-HT2 reseptor (Rahmann et al., 1993).
Rangsangan HPA aksis dengan dilepaskannya adrenal steroid akan berperan dalam plastisitas
di hipokampus melalui NMDA dan beberapa asam amino, di saat yang sama juga dapat
menimbulkan efek destruksi sehingga berakibat penurunan fungsi kognisi.
RESPON STRES
HPA axis diaktivasi oleh keadaan stres. HPA-axis merupakan sebuah jalur kompleks interaksi antara
tiga sistem yang terjadi dalam tubuh yang mengatur reaksi terhadap stress dan banyak proses dalam
tubuh, termasuk didalamnya proses pencernaan, sistem ketahanan tubuh, mood dan tingkat emosi,
gairah seksual, penyimpanan energi dan penggunaannya.
HPA-Axis dirancang untuk memindahkan tubuh dari bahaya dengan tiba-tiba dan berkelanjutan
tenaga. Sebagai respon terhadap stres, sistem limbik mematikan bergegas pencernaan nutrisi darah
ke otot-otot panjang; merangsang hipofisis adrenal untuk melepaskan hormon melawan dan
penerbangan, amigdala.
Peningkatan sekresi glukokortikoid sangat berguna dalam keadaan stres. Glukokortikoid memobilisasi
lemak dan asam amino dari lemak dan sel otot yang selanjutnya akan digunakan sebagai substrat
untuk glukoneogenesis di hepar. Sebagian besar dari glukosa yang baru tersebut kemudian
diubah menjadi glikogen melalui glikogenolisis dan disimpan sebagai tambahan glukortikoid
mempunyai efek potensiasi dengan katekoalamin (Longstaff, 2000)
Aktivasi HPA axis yang berlarut-larut karena stres kronik mengakibatkan efek yang merusak.
Konsentrasi kortikosteroid yang tinggi yang bekerja melalui reseptor glukokortikoid akan
meningkatkan transmisi asam amino eksitatorik dan meningkatkan influks kalsium ke dalam sel-sel
hipokampus melalui pompa Ca2+ voltage-dependent, akibatnya dapat mematikan sel-sel tersebut
1)Timbulnya bangkitan stres dapat mengaktifkan neuron-neuron noradrenergik yang terdapat di lokus seruleus yang
berjalan menuju nukleus paraventrikel.
2)Sensasi viseral yang berhubungan dengan rasa lapar dan haus dijalarkan melalui nervus glosofaringeus (IX) dan vagus
(X) ke nukleus di traktus solitarius dan daerah yang berbatasan dengan medula. Rangkaian ini menyebabkan akson-akson
katekolaminergik mengaktivasi nukleus paraventrikel.
3)Input dari organ vaskular lamina terminalis dan organ subforniks, yang memberikan respon terhadap peningkatan
osmolalitas dan angiotensin II, berjalan menuju sel-sel di nukleus paraventrikel yang mensekresikan CRH dan akibatnya
membuka suatu jalan untuk mengaktivasi HPA axis saat keadaan dehidrasi.
4)Neuron-neuron yang terdapat di mesensefalon dan pons, kebanyakan diantaranya kolinergik, mengarah ke nukleus
paraventrikel dan diduga menjalarkan input yang berasal dari visual, pendengaran, dan somatosensorik (termasuk
nosiseptif) yang berhubungan dengan keadaan stres (misalnya suara keras yang mengejutkan)
5)Kebanyakan nukleus-nukleus di hipotalamus berjalan menuju nukleus paraventrikel dan hubungan ini diduga merupakan
suatu saluran informasi mengenai keadaan stres yang dikumpulkan dari korteks prefrontal dan struktur limbik seperti
amigdala atau hipokampus. Konsentrasi glukokortikoid yang tinggi yang terlihat saat keadaan stres menyebabkan
ditempatinya 50% dari reseptor-reseptor glukokortikoid di nukleus paraventrikel dan hipokampus dan menyebabkan
terhentinya respon stres melalui mekanisme umpan balik negatif. HPA axis sangat lebih sensitif terhadap aktivasi stres
dan mekanisme inhibisi umpan balik negatif ketika konsentrasi glukokortikoid darah pada kadar terendah
Adrenal steroid ikut berperan dalam 3 tipe plastisitas pada hipokampus, yaitu:
Berperan dalam LTP dan LTD, ini adalah efek biphasic pada eksitabilitas, kognisi dan memori
pada ritmik diurnal dan setelah stres tipe acute non-painful (Diamond et al 1996).
Berparitisipasi dalam neurogenesis di girus dentatus dengan eksitabilitas asam amino. Pada
keadaan akut stres dapat menghambat neurogenesis yang berlangsung (Galea et al 1996),
terutama menyangkut fear-related learning and memory karena secara anatomi dan fungsional
terdapat hubungan antara amigdala dan girus dentatus (Ikegaya et al., 1997).
Partisipasi pada stress-induced atrophy pada girus dentatus dan regio CA3 pada hipokampus
yang berakibat penurunan fungsi memori (McEwen., 1999)
Akibat stres baik akut atau kronik akan mengaktivasi beberapa gen yaitu CREB dan Fos yang
menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku dan memori (Blank et al., 2004, Chen et al.,
2006).
Konsentrasi glukokortikoid yang menetap dalam jumlah yang sangat tinggi dapat menekan
kerja dari sel-sel sistem imunitas tubuh. Stres dalam tingkat yang tinggi dapat meningkatkan
risiko terjadinya infeksi
KOMPONEN & SISTEM YANG TERLIBAT DALAM HP
terletak di sistem saraf pusat. Dari sini, stres akan dialirkan ke organ tubuh melalui
saraf otonom. Organ yang antara lain dialiri stres adalah kelenjar hormon dan
terjadilah perubahan keseimbangan hormon, yang selanjutnya akan menimbulkan
perubahan fungsional berbagai organ target. Beberapa peneliti membuktikan
stres telah menyebabkan perubahan neurotransmitter neurohormonal melalui
berbagai aksis seperti HPA (Hypothalamic-Pituitary Adrenal Axis), HPT
(Hypothalamic-Pituitary-Thyroid Axis) dan HPO (Hypothalamic-Pituitary-Ovarial
Axis).
KESIMPULAN
HPA axis atau Hypothalamic-pituitary-adrenal merupakan pengatur sintesis dan
sekresi glukokortikoid sekelompok hormon steroid yang berperan dalam pengaturan
metabolisme substrat energi. Glukokortikoid yang berperan paling penting pada
manusia ialah kortisol yaitu hormone yang mengontrol perubahan emosi atau stres.
HPA axis diaktivasi oleh keadaan stres. Stresor fisiologis seperti rasa lapar, haus,
aktivitas fisik ataupun trauma bersifat umum, mengancam homeostasis dan respon
fisiologis yang akan terjadi (termasuk aktivasi HPA) merupakan suatu tindakan untuk
mempertahankan atau mengembalikan homeostasis. Peningkatan sekresi
glukokortikoid sangat berguna dalam keadaan stres. Glukokortikoid memobilisasi
lemak dan asam amino dari lemak dan sel otot yang selanjutnya akan digunakan
sebagai substrat untuk glukoneogenesis di hepar
Kortikosteroid merupakan mediator penting dalam respon terhadap stres. Ke dua
resptornya yaitu MR dan GR, mempunyai fungsi yang sangat kompleks, yang dapat
mengakibatkan perubahan baik di tingkat molekuler, seluler maupun tingkah laku.