Anda di halaman 1dari 4

AGAMA ISLAM

NARASI KETUHANAN,KEMANUSIAAN DAN AL-QURÁN

ANDI TZAMRAH ISTIQANI SYAM


R021191017

PRODI FISIOTERAPI

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2019

Jika berbicara tentang Tuhan,yang pertama muncul dipikiranku adalah Sang Maha Kuasa
yang mengatur seluruh semesta dan Sang Maha Kuasa yang sukar di tebak maunya apa.
Dahulu,aku selalu bertanya,apakah Tuhan adil di saat di dunia ini masih ada orang miskin dan
orang kaya?. Apakah Tuhan bijaksana,ketika masih memberikan masalah yang berat ?. Mengapa
Tuhan senang sekali menebur benih permasalahan yang pada akhirnya Dia jugalah yang
membimbingku menyelesaikan permasalahan itu?. Ketika aku menarik kesimpulan-kesimpulan
tentang Tuhan,seringkali Dia memberikan jawaban yang jauh dari kesimpulan yang telah ku
genggam. Hingga, kini aku mengerti,bahwa Tuhan memang sukar ditebak maunya apa.
Sebab,cahaya-Nya melesat jauh dan cepat mendahului anak panah pikiran manusia yang melesat
dari busurnya.

Pernah aku merasakan terpuruk. Di saat-saat itu yang aku ingat hanyalah ALLAH
SWT,tidak ada yang lain. Ketika aku mendekatkan diri padanya,serasa Dia mendekapku dan
membantuku keluar dari keterpurukan itu. Sesaat aku tersadar,bahwa dahulu aku melupakannya.
Dahulu aku meninggalkannya. Tapi sekarang Dia menerimaku,mendekapku,dan membimbingku.
Memalukan tapi secara bersamaan hal itu juga menyadarkanku bahwa ALLAH selalu ada
untukku. ALLAH selalu bersamaku. Tapi kadang aku lalai dan melupakannya. Betapa baiknya
ALLAH padaku dan betapa buruknya aku pada ALLAH.

Namun,terkadang ALLAH memberikan suatu permasalahan yang menurutku diluar dari


kendaliku. Kadangpula ALLAH memberikanku permasalahan dua atau bahkan tiga sekaligus.
Ketika hal ini terjadi,tak ada yang bisa ku lakukan untuk menyelesaikan semuanya. Hanya
mengeluh yang ku tahu. Mengeluh dengan mengatakan,mengapa ALLAH memberikan ujian
seberat ini? Mengapa ALLAH tidak menepati janjinya bahwa Dia memberikan suatu masalah
sesuai dengan kemampuan hamba-Nya?. Saat itu aku lupa,bahwa aku belum mengembalikan
masalah-masalah tersebut pada ALLAH. Saat itu aku lupa,bahwa ALLAH hanya ingin aku
mengembalikan masalah itu pada-Nya dan memohon pada-Nya,bukan untuk memecahkannya
sendiri. Karena sesungguhnya,di paksa bagaimanapun otak dan pikiranku sebagai manusia tidak
akan mampu menyamai ALLAH.

Kadangpula aku berbuat salah. Kecederungan nafsu,keinginan,dan emosi mendorongku


ke arah keburukan. Yang awalnya masih berupa tawar-menawar,kini seakan telah menjadi
perintah. Setan telah merasuki untuk ikut bersamanya dan meninggalkan ALLAH.Namun ketika
tersadar,aku ingin kembali ke jalan-Nya. Tapi kembali ke jalannya lebih sukar daripada
meninggalkannya. Seakan ada magnet lain yang menarik tubuhku untuk kembali ke arah
kesesatan. Kini,baru ku sadari ternyta untuk mendekat kembali pada-Nya,aku harus terlebih
dahulu menjadi Winner. Memenangkan hawa nafsu,pikiran yang menyesatkan dan perasaan
emosi yang selalu muncul menyergap diri.

Terkadang muncul pula pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan tentang penemuan barat


yang aku pelajari di sekolah. Salah satunya tentang penyataan Darwin yang mengatakan bahwa
semua makhluk hidup mengalami evolusi menuju kesempurnaan. Yang mana di katakan pula
bahwa manusia berasal dari kera. Ini jelas bertentangan dengan pengetahuan agama islam yang
telah di ajarkan sebelumnya dalam lingkup keluarga. Karena sejatinya nenek moyang manusia
itu ada Adam bukan kera. Ternyata teori ini telah di patahkan oleh Al-Qurán jauh sebelum
Darwin menggungkapkan teorinya. Terdapat dalam Q.S. Al-Mukminun : 11-14 yang artinya,
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim)
emudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang
itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain.
Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. (Q.S. Al-Mukminun : 11-14).

Pengetahuan saya kemudian bertambah kembali ketika di jelaskan bahwa di dalam Al-
Qur’an hanya mengisyratkan kemiripan antara manusia dan binatang. Di mana manusia dan
binatang di ciptakan dengan hati,mata dan telinga tetapi yang mampu menggunakan ketiga-
tiganya hanyalah manusia sehingga manusia mampu berfikir dan membandingkan serta menilai
sesuatu,baik maupun buruk,salah maupun benar,serta dengan kemampuannya itu manusia
mampu berbudaya dan beretika. Di tambah lagi manusia memiliki akal untuk mengolah semua
hal tersebut.

Pernah aku bertanya,mengapa masih ada manusia di dunia ini yang masih tidak
mempercayai adanya Tuhan (Atheis) sedangkan Tuhan sudah begitu baik dengan manusia.
Pertanyaan itu terhenti hanya sampai pada sebuah pertanyaan di benak tanpa pernah aku
mencoba untuk mencari jawabannya. Namun,sekarang jawaban telah ku temukan. Bahwasanya
mereka-mereka itu adalah manusia-manusia yang ingin mengenal Tuhan tapi terhenti pada ayat-
ayat ALLAH (Tanda-tanda kekuasaan ALLAH). Pikiran mereka melesat jauh untuk ingin
mengungkapkan semua tentang Tuhan. Tapi mereka lupa bahwa Tuhan itu adalah Yang Maha
kuasa,yang artinya tidak ada lagi hal di atasnya (tidak terbatas karena Dia yang menciptakan)
sedangkan manusia hanyalah makhluk ciptaan yang memiliki kekurangan dan kelebihan
(terbatas). Hal yang tidak terbatas jika dipaksakan untuk masuk dalam sesuatu yang terbatas
tentu saja tidak akan pernah bisa.
Perumpamaannya, air di lautan luas ingin di masukkan dalam botol. Tentu saja botol
tersebut tidak akan mampu menampung seluruh air di lautan tersebut karena botol itu terbatas
sedangkan lautan luas (tidak terbatas). Begitulah perumpamaan ilmu manusia dengan Tuhan.

Ada pula manusia yang telah di datangkan kepadanya agama dan Al-Qur’an namun dia
masih lalai dalam mengamalkan Al-Qur’an. Aku termasuk di dalamnya. Terkadang aku
mengabaikan Al-Qur’an,di saat Al-Qur’an itu menjadi petunjuk hidup bagiku. Karena dahulu
aku merasa bahwa Al-Qur’an tidak berfungsi padaku. Tenyata jawabannya karena aku tidak
mempunyai pengetahuan yang baik tentang Al-Qur’an. Sehingga aku harus kembali pada Al-
Qur’an dan mengimani Al-Qur’an.

Pada awal penciptaan manusia terbagi menjadi dua yaitu jasmani (tanah) dan rohani
(ruh). Untuk memuaskan jasmani kita harus mampu untuk memiliki ilmu pengetahuan agar kita
tidak bodoh dan mampu melihat yang baik baik dan buruk. Untuk memuaskan rohani kita,kita
harus beragama. Dengan agamalah,kita mampu mendekatkan diri pada-Nya. Jika kita jauh dari
agama maka dapat di pastikan jika kita hampa dan kosong. Karena ketiadaan tempat bergantung
dan berteduh. Al-Qur’an yang di turunkan sebagai petunjuk hidup pun tak mampu di gapai tanpa
adanya agama.

Anda mungkin juga menyukai