Agama Islam (Narasi)
Agama Islam (Narasi)
PRODI FISIOTERAPI
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019
Jika berbicara tentang Tuhan,yang pertama muncul dipikiranku adalah Sang Maha Kuasa
yang mengatur seluruh semesta dan Sang Maha Kuasa yang sukar di tebak maunya apa.
Dahulu,aku selalu bertanya,apakah Tuhan adil di saat di dunia ini masih ada orang miskin dan
orang kaya?. Apakah Tuhan bijaksana,ketika masih memberikan masalah yang berat ?. Mengapa
Tuhan senang sekali menebur benih permasalahan yang pada akhirnya Dia jugalah yang
membimbingku menyelesaikan permasalahan itu?. Ketika aku menarik kesimpulan-kesimpulan
tentang Tuhan,seringkali Dia memberikan jawaban yang jauh dari kesimpulan yang telah ku
genggam. Hingga, kini aku mengerti,bahwa Tuhan memang sukar ditebak maunya apa.
Sebab,cahaya-Nya melesat jauh dan cepat mendahului anak panah pikiran manusia yang melesat
dari busurnya.
Pernah aku merasakan terpuruk. Di saat-saat itu yang aku ingat hanyalah ALLAH
SWT,tidak ada yang lain. Ketika aku mendekatkan diri padanya,serasa Dia mendekapku dan
membantuku keluar dari keterpurukan itu. Sesaat aku tersadar,bahwa dahulu aku melupakannya.
Dahulu aku meninggalkannya. Tapi sekarang Dia menerimaku,mendekapku,dan membimbingku.
Memalukan tapi secara bersamaan hal itu juga menyadarkanku bahwa ALLAH selalu ada
untukku. ALLAH selalu bersamaku. Tapi kadang aku lalai dan melupakannya. Betapa baiknya
ALLAH padaku dan betapa buruknya aku pada ALLAH.
Pengetahuan saya kemudian bertambah kembali ketika di jelaskan bahwa di dalam Al-
Qur’an hanya mengisyratkan kemiripan antara manusia dan binatang. Di mana manusia dan
binatang di ciptakan dengan hati,mata dan telinga tetapi yang mampu menggunakan ketiga-
tiganya hanyalah manusia sehingga manusia mampu berfikir dan membandingkan serta menilai
sesuatu,baik maupun buruk,salah maupun benar,serta dengan kemampuannya itu manusia
mampu berbudaya dan beretika. Di tambah lagi manusia memiliki akal untuk mengolah semua
hal tersebut.
Pernah aku bertanya,mengapa masih ada manusia di dunia ini yang masih tidak
mempercayai adanya Tuhan (Atheis) sedangkan Tuhan sudah begitu baik dengan manusia.
Pertanyaan itu terhenti hanya sampai pada sebuah pertanyaan di benak tanpa pernah aku
mencoba untuk mencari jawabannya. Namun,sekarang jawaban telah ku temukan. Bahwasanya
mereka-mereka itu adalah manusia-manusia yang ingin mengenal Tuhan tapi terhenti pada ayat-
ayat ALLAH (Tanda-tanda kekuasaan ALLAH). Pikiran mereka melesat jauh untuk ingin
mengungkapkan semua tentang Tuhan. Tapi mereka lupa bahwa Tuhan itu adalah Yang Maha
kuasa,yang artinya tidak ada lagi hal di atasnya (tidak terbatas karena Dia yang menciptakan)
sedangkan manusia hanyalah makhluk ciptaan yang memiliki kekurangan dan kelebihan
(terbatas). Hal yang tidak terbatas jika dipaksakan untuk masuk dalam sesuatu yang terbatas
tentu saja tidak akan pernah bisa.
Perumpamaannya, air di lautan luas ingin di masukkan dalam botol. Tentu saja botol
tersebut tidak akan mampu menampung seluruh air di lautan tersebut karena botol itu terbatas
sedangkan lautan luas (tidak terbatas). Begitulah perumpamaan ilmu manusia dengan Tuhan.
Ada pula manusia yang telah di datangkan kepadanya agama dan Al-Qur’an namun dia
masih lalai dalam mengamalkan Al-Qur’an. Aku termasuk di dalamnya. Terkadang aku
mengabaikan Al-Qur’an,di saat Al-Qur’an itu menjadi petunjuk hidup bagiku. Karena dahulu
aku merasa bahwa Al-Qur’an tidak berfungsi padaku. Tenyata jawabannya karena aku tidak
mempunyai pengetahuan yang baik tentang Al-Qur’an. Sehingga aku harus kembali pada Al-
Qur’an dan mengimani Al-Qur’an.
Pada awal penciptaan manusia terbagi menjadi dua yaitu jasmani (tanah) dan rohani
(ruh). Untuk memuaskan jasmani kita harus mampu untuk memiliki ilmu pengetahuan agar kita
tidak bodoh dan mampu melihat yang baik baik dan buruk. Untuk memuaskan rohani kita,kita
harus beragama. Dengan agamalah,kita mampu mendekatkan diri pada-Nya. Jika kita jauh dari
agama maka dapat di pastikan jika kita hampa dan kosong. Karena ketiadaan tempat bergantung
dan berteduh. Al-Qur’an yang di turunkan sebagai petunjuk hidup pun tak mampu di gapai tanpa
adanya agama.