Anda di halaman 1dari 13

DISUSUN OLEH:

“KELOMPOK 2”
ANGGOTA:
 ANISA PRANESTY 1701110138
 M. RIFKY FACHREZA 1701110109
 SHINTIA MONICA PERMATA KOMENA 1701110108
MATA KULIAH: ETIKA BISNIS
JURUSAN: MANAJEMEN
DOSEN PEMBIMBING: YUNIDAR ERLINA, SE, M.Si

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TRIDINANTI PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih
atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.

    Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

    Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

                                                                                      Palembang, Mei 2018

                                                                                               Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………i


BAB I
1.1 LATAR BELAKANG ………………………………………………………………...1
1.2 RUMUSAN MASALAH ………………………………………………………………....2
1.3 TUJUAN PENULISAN ………………………………………………………………...2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN ETIKA ……………………………………………………………….....3
2.2 PENGERTIAN BISNIS ………………………………………………………………….3
2.3 PENGERTIAN ETIKA BISNIS ………………………………………………………....3
2.4 LINGKUNGAN BISNIS YANG MEMPENGARUHI PERILAKU ETIKA ………......4
2.5 SALING KETERGANTUNGAN ANTARA BISNIS DAN MASYARAKAT………...5-
7
2.6 KEPEDULIAN ANTARA PELAKU BISNIS TERHADAP ETIKA ………….…..…..7
2.7 TUJUAN ETIKA BISNIS …………………………………………………..…...8
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN …………………………………………………………………….....9
3.2 SARAN …………………………………………………………………….....9
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………....10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Bisnis modern merupakan realitas yang sangat kompleks. Hal ini tidak hanya terjadi
pada bisnis makro, namun juga mikro. Banyak faktor yang mempengaruhi dan menentukan
kegiatan berbisnis. Sebagai kegiatan sosial, bisnis dengan banyak cara terjalin dengan
kompleksitas masyarakat modern. Karena bisnis merupakan kegiatan sosial, yang di
dalamnya terlibat banyak orang. Bisnis dapat dilihat sekurang-kurangnya dari 3 sudut
pandang berbeda, antara lain: sudut pandang ekonomi, sudut pandang hukum, dan sudut
pandang etika.
Dilihat dari sudut pandang ekonomis, bisnis adalah kegiatan ekonomis. Hal yang
terjadi dalam kegiatan ini antara lain tukar menukar, jual beli, memproduksi, memasarkan,
dan kegiatan lainnya yang bertujuan untuk mencari keuntungan. Namun, perlu diingat
pencarian keuntungan dalam kegiatan berbisnis tidak hanya sepihak, tetapi diadakan dalam
interaksi. Pada kenyataannya, banyak pelaku bisnis di Indonesia tidak memikirkan tentang
hal tersebut. Mereka lebih cenderung untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa
memikirkan kerugian pihak lain.
Dengan tidak mengindahkan peranan sentral dari sudut pandang ekonomis, perlu
ditambahkan juga sudut pandang etika dan moral. Dalam kegiatan berbisnis, mengejar
keuntungan adalah hal yang wajar, namun dalam mencapai keuntungan tersebut tidak
merugikan banyak pihak. Kepentingan dan hak-hak orang lain perlu diperhatikan. Perilaku
etis dalam kegiatan berbisnis adalah sesuatu yang penting demi kelangsungan hidup (life
cycle) bisnis itu sendiri. Bisnis yang tidak etis akan merugikan bisnis itu sendiri terutama jika
dilihat dari perspektif jangka panjang. Bisnis yang baik bukan saja bisnis yang
menguntungkan, tetapi bisnis yang baik adalah selain bisnis tersebut menguntungkan juga
bisnis yang baik secara moral. Perilaku yang baik dalam konteks bisnis, merupakan perilaku
yang sesuai dengan nilai-nilai moral.
Dalam makalah ini membahas mengenai bagaimana seharusnya perilaku etika dalam
berbisnis. Menjelaskan pula mengenai lingkungan bisnis yang mempengaruhi perilaku etika,
saling ketergantungan antara bisnis dan masyarakat, kepedulian antara pelaku terhadap
perilaku etika dalam berbisnis, serta tujuan dari etika bisnis itu sendiri.

1
1.2    RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas, dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut :
1)   Apa yang dimaksud dengan etika ?
2)   Apa pengertian etika bisnis ?
3)   Bagaimana lingkungan bisnis mempengaruhi perilaku etika ?
4)   Bagaimana ketergantungan antara bisnis dan masyarakat ?
5)   Bagaimana kepedulian pelaku bisnis terhadap etika ?
6)   bagaimana tujuan etika bisnis ?

1.3    TUJUAN PENULISAN
Ada beberapa tujuan penulisan dalam makalah ini sebagai berikut :
1)   Menjelaskan maksud dari etika
2)   Mengetahui pengertian dari etika bisnis
3)   Mengetahui lingkungan bisnis yang mempengaruhi perilaku etika
4)   Mengetahui saling tergantungan antara bisnis dengan masyarakat
5)   Mengetahui kepedulian pelaku bisnis terhadap etika
6)   Mengetahui tujuan dari etika bisnis

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1    PENGERTIAN ETIKA
Kata Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu “Ethos” yang memilki arti adat, akhlak,
watak, perasaan, sikap dan cara berpikir atau berarti adat istiadat. Dapat dikatakan pula
bahwa, Etika adalah filsafat tentang nilai-nilai, kesusilaan tentang baik dan
buruk. Chuck  Williams  (2001)  menyatakanEtika  adalah  seperangkat  prinsip-
prinsip moralatau nilai-nilai yang menegaskan benar dan salah bagi seseorang
atau suatu kelompok.
Etika adalah kode yang berisi prinsip-prinsipdan nilai-nilai moral yang mengatur
ataukelompok terkait dengan apa yang benar atausalah (Richard L Daft,2006). Jadi,
disamping mempelajari nilai-nilai, etika juga merupakan pengetahuan tentang batin seseorang
yang sesuai dengan norma-norma etik.
2.2 PENGERTIAN BISNIS
Dalam ilmu ekonomi, bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa
kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis kata bisnis
dari bahasa Inggris business, dari kata dasar busy yang berarti "sibuk" dalam konteks
individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan
pekerjaan yang mendatangkan keuntungan.
2.3    PENGERTIAN ETIKA BISNIS
Etika Bisnis merupakan suatu rangkaianprinsip/aturan/norma yang harus
diikuti apabilamenjalankan bisnis (Jeff Madura, 2001). Etika bisnis terkait dengan masalah
penilain terhadap kegiatan dan perilaku bisnis yang mengacu pada kebenaran atau kejujuran
berusaha (bisnis). Kebenaran disini yang dimaksud adalah etika standar yang secara umum
dapat diterima dan diakui prinsip-prinsipnya baik oleh masyarakat, perusahaan dan individu.
Etika bisnis merupakan pola bisnis yang tidak hanya peduli pada profitabilitasnya
saja, tapi juga memerhatikan kepentingan stakeholder-nya. Etika bisnis tidak bisa terlepas
dari etika personal, keberadaan mereka merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dan
keberadaannya saling melengkapi. Etika bisnis merupakan salah satu bagian dari prinsip etika
yang diterapkan dalam dunia bisnis. Istilah etika bisnis mengandung pengertian bahwa etika
bisnis merupakan sebuah rentang aplikasi etika yang khusus mempelajari tindakan yang
diambil oleh bisnis dan pelaku bisnis (Erni Rusyani Ernawan, 2003)
Definisi etika bisnis sendiri sangat beraneka ragam tetapi memiliki satu pengertian
yang sama, yaitu pengetahuan tentang tata cara ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis yang
memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara universal dan secara
ekonomi/sosial, dan penerapan norma dan moralitas ini menunjang maksud dan tujuan
kegiatan bisnis (Muslich,1998:4). Beberapa ahli ada juga yang mendefinisikan etika bisnis
sebagai batasan- batasan sosial, ekonomi, dan hukum yang bersumber dari nilai-nilai moral
masyarakat yang harus dipertanggungjawabkan oleh perusahaan dalam setiap aktivitasnya
(Amirullah & Imam Hardjanto, 2005)
3
2.4    LINGKUNGAN BISNIS YANG MEMPENGARUHI PERILAKU ETIKA
Banyak  perusahaan yang kurang sukses dalam berusaha dikarenakan kurang jujur
terhadap konsumen dan tidak menjaga atau memelihara kepercayaan yang telah diberikan
oleh konsumen. Dalam hal ini peran manajer sangat penting dalam mengambil keputusan-
keputusan bisnis secara etis.
 Lingkungan Bisnis
Seringkali para eksekutif perusahaan dihadapkan pada suatu dilema yang menekannya,
seperti misalnya harus mengejar kuota penjualan, menekan ongkos-ongkos, peningkatan
efrisiensi dan bersaing. Dipihak lain eksekutif perusahaan juga harus bertanggung jawab
terhadap masyarakat agar kualitas barang terjaga, harga barang terjangkau. Disini nampak
terdapat dua hal yang bertentangan harus dijalankan misalnya, menekan ongkos dan efisiensi
tetapi harus tetap meningkatkan kualitas produk. Eksekutif perusahaan harus pandai
mengambil keputusan etis yang tidak merugikan perusahaan.
 Organisasi
Secara umum, anggota organisasi itu sendiri saling mempengaruhi satu dengan yang
lainnya (proses interaktif). Dilain pihak organisasi terhadap individu harus tetap berprilaku
etis, misalnya masalah pengupahan, jam kerja maksimum.
 Individu
Seseorang yang memiliki filosofi moral, dalam bekerja dan berinteraksi dengan sesama
akan berprilaku etis. Prinsip-prinsip yang diterima secara umum dapat dipelajari/diperoleh
dari interaksi dengan teman, famili, dan kenalan. Dalam bekerja, individu harus memiliki
tanggung jawab moral terhadap hasil pekerjaannya yang menjaga kehormatan profesinya.
Bahkan beberapa profesi memiliki kode etik tertentu dalam pekerjaan.

Kode etik  diperlukan untuk hal seperti berikut :


 Untuk menjaga keselarasan dan konsistensi antara gaya manajemen strategis dan
kebijakan dalam pengembangan usaha di satu pabrik dengan pengembangan sosial
ekonomi dipihak lain.
 Untuk menciptakan iklim usaha yang bergairah dan suasana persaingan yang sehat.
 Untuk mewujudkan integritas perusahaan terhadap lingkungan, masyarakat dan
pemerintah.
 Untuk menciptakan keterangan, kenyamanan dan keamanan batin bagi
perusahaan/investor serta bagi para karyawan.
 Untuk dapat mengangkat harkat perusahaan nasional di dunia perdagangan
internasional.

4
2.5    SALING KETERGANTUNGAN ANTARA BISNIS DAN MASYARAKAT
Bisnis melibatkan hubungan ekonomi dengan banyak kelompok orang yang dikenal
sebagai stakeholders, yaitu pelanggan, tenaga kerja, stockholders, suppliers, pesaing,
pemerintah dan komunitas. Oleh karena itu para pebisnis harus mempertimbangkan semua
bagian dari stakeholders dan bukan hanya stockholdernya saja. Pelanggan, penyalur, pesaing,
tenaga kerja dan bahkan pemegang saham adalah pihak yang sering berperan untuk
keberhasilan dalam berbisnis.
Lingkungan bisnis yang mempengaruhi perilaku etika adalah lingkungan makro dan
lingkungan mikro. Lingkungan makro yang dapat mempengaruhi kebiasaan yang tidak etis
yaitu bribery, coercion, deception, theft, unfair dan discrimination. Maka dari itu dalam
perspektif mikro, bisnis harus percaya bahwa dalam berhubungan dengan supplier atau
vendor, pelanggan dan tenaga kerja atau karyawan.
Sebagai bagian dari masyarakat, tentu bisnis tunduk pada norma-norma yang ada pada
masyarakat. Tata hubungan bisnis dan masyarakat yang tidak bisa dipisahkan itu membawa
serta etika-etika tertentu dalam kegiatan bisnisnya, baik etika itu antara sesama pelaku bisnis
maupun etika bisnis terhadap masyarakat dalam hubungan langsung maupun tidak langsung.
Dengan memetakan pola hubungan dalam bisnis seperti itu dapat dilihat bahwa prinsip-
prinsip etika bisnis terwujud dalam satu pola hubungan yang bersifat interaktif. Hubungan ini
tidak hanya dalam satu negara, tetapi meliputi berbagai negara yang terintegrasi dalam
hubungan perdagangan dunia yang nuansanya kini telah berubah. Perubahan nuansa
perkembangan dunia itu menuntut segera dibenahinya etika bisnis. Pasalnya, kondisi hukum
yang melingkupi dunia usaha terlalu jauh tertinggal dari pertumbuhan serta perkembangan
dibidang ekonomi. Jalinan hubungan usaha dengan pihak-pihak lain yang terkait begitu
kompleks. Akibatnya, ketika dunia usaha melaju pesat, ada pihak-pihak yang tertinggal dan
dirugikan, karena peranti hukum dan aturan main dunia usaha belum mendapatkan perhatian
yang seimbang.
Pelaku bisnis dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam
bentuk “uang” dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi. Artinya
sebagai contoh kesempatan yang dimiliki oleh pelaku bisnis untuk menjual pada tingkat
harga yang tinggi sewaktu terjadinya excess demand harus menjadi perhatian dan kepedulian
bagi pelaku bisnis dengan tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup keuntungan
yang berlipat ganda. Jadi, dalam keadaan excess demand pelaku bisnis harus mampu
mengembangkan dan memanifestasikan sikap tanggung jawab terhadap masyarakat
sekitarnya. Tanggung jawab sosial bisa dalam bentuk kepedulian terhadap masyarakat di
sekitarnya, terutama dalam hal pendidikan, kesehatan, pemberian latihan keterampilan, dan
lain sebagainya.

5
Etika bisnis merupakan penerapan tanggung jawab sosial suatu bisnis yang timbul
dari dalam perusahaan  itu sendiri. Bisnis selalu berhubungan dengan masalah-masalah etis
dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Hal ini dapat dipandang sebagai etika pergaulan
bisnis. Seperti halnya manusia pribadi juga memiliki etika pergaulan antar manusia, maka
pergaulan bisnis dengan masyarakat umum juga memiliki etika pergaulan yaitu etika
pergaulan bisnis. Etika pergaulan bisnis dapat meliputi beberapa hal antara lain adalah :
1. Hubungan antara bisnis dengan langganan / konsumen
Hubungan antara bisnis dengan langgananya merupakan hubungan yang paling banyak
dilakukan, oleh karena itu bisnis haruslah menjaga etika pergaulanya secara baik. Adapun
pergaulannya dengan langganan ini dapat disebut disini misalnya saja :
 Kemasan yang berbeda-beda membuat konsumen sulit untuk membedakan atau
mengadakan perbandingan harga terhadap produknya.
 Bungkus atau kemasan membuat konsumen tidak dapat mengetahui isi didalamnya,
sehingga produsen perlu menberikan penjelasan tentang isi serta kandungan atau zat-
zat yang terdapat didalam produk itu.
 Pemberian servis dan terutama garansi adalah merupakan tindakan yang sangat etis
bagi suatu bisnis. Sangatlah tidak etis suatu bisnis yang menjual produknya yang
ternyata jelek  (busuk) atau tak layak dipakai tetap saja tidak mau mengganti
produknya tersebut kepada pembelinya.

2. Hubungan dengan karyawan


Manajer yang pada umumnya selalu berpandangan untuk memajukan bisnisnya sering
kali harus berurusan dengan etika pergaulan dengan karyawannya. Pergaulan bisnis dengan
karyawan ini meliputi beberapa hal yakni : Penarikan (recruitment), Latihan (training),
Promosi atau kenaikan pangkat, Tranfer, demosi (penurunan pangkat) maupun lay-off atau
pemecatan / PHK (pemutusan hubungan kerja). Didalam menarik tenaga kerja haruslah
dijaga adanya penerimaan yang jujur sesuai dengan hasil seleksi yang telah dijalankan.
Sering kali terjadi hasil seleksi tidak diperhatikan akan tetapi yang diterima adalah peserta
atau calon yang berasal dari anggota keluarga sendiri.
3. Hubungan antar bisnis
Hubungan ini merupakan hubungan antara perusahaan yang satu dengan perusahan yang
lain. Hal ini bisa terjadi hubungan antara perusahaan dengan para pesaing, grosir, pengecer,
agen tunggal maupun distributor. Dalam kegiatan sehari-hari tentang hubungan tersebut
sering terjadi benturan-benturan kepentingan antar kedunya. Dalam hubungan itu tidak jarang
dituntut adanya etika pergaulan bisnis yang baik.

6
4. Hubungan dengan Investor
Perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas dan terutama yang akan atau telah “go
publik” harus menjaga pemberian informasi yang baik dan jujur dari bisnisnya kepada para
insvestor atau calon investornya. Informasi yang tidak jujur akan menjerumuskan para
investor untuk mengambil keputusan investasi yang keliru. Dalam hal ini perlu mandapat
perhatian yang serius karena dewasa ini di Indonesia sedang mengalami lonjakan kegiatan
pasar modal. Banyak permintaan dari para pengusaha yang ingin menjadi emiten yang akan
menjual sahamnya kepada masyarakat. Dipihak lain masyarakat sendiri juga sangat
berkeinginan untuk menanamkan uangnya dalam bentuk pembelian saham ataupun surat-
surat berharga yang lain yang diemisi oleh perusahaan di pasar modal. Oleh karena itu
masyarakat calon pemodal yang ingin membeli saham haruslah diberi informasi secara
lengkap dan benar terhadap prospek perusahan yang go public tersebut. Jangan sampai terjadi
adanya manipulasi atau penipuan terhadap informasi terhadap hal ini.
5. Hubungan dengan Lembaga-Lembaga Keuangan
Hubungan dengan lembaga-lembaga keuangan terutama pajak pada umumnya
merupakan hubungan pergaulan yang bersifat finansial. Hubungan ini merupakan hubungan
yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan. Laporan finansial tersebut haruslah
disusun secara baik dan benar sehingga tidak terjadi kecendrungan kearah penggelapan pajak
atau sebagianya. Keadaan tersebut merupakan etika pergaulan bisnis yang tidak baik.
2.6    KEPEDULIAN ANTARA PELAKU BISNIS TERHADAP ETIKA
Etika bisnis dalam suatu perusahaan mempunyai peranan yang sangat penting, yaitu
untuk membentuk suatu bisnis yang kokoh dan kuat dan mempunyai daya saing yang tinggi
serta mempunyai kemampuan untuk menciptakan nilai yang tinggi. Perilaku etis dalam
kegiatan berbisnis adalah sesuatu yang penting demi kelangsungan hidup bisnis itu sendiri.
Bisnis yang tidak etis akan merugikan bisnis itu sendiri terutama jika dilihat dari perspektif
jangka panjang. Bisnis yang baik bukan saja bisnis yang menguntungkan, tetapi bisnis yang
baik adalah selain bisnis tersebut menguntungkan juga bisnis yang baik secara moral.
Tolok ukur dalam etika bisnis adalah standar moral. Seorang pengusaha yang beretika
selalu mempertimbangkan standar moral dalam mengambil keputusan, apakah keputusan ini
dinilai baik atau buruk oleh masyarakat, apakah keputusan ini berdampak baik atau buruk
bagi orang lain, atau apakah keputusan ini melanggar hukum.
Dalam menciptakan etika bisnis perlu diperhatikan beberapa hal, antara lain 
pengendalian diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan
informasi dan teknologi, pengembangan tanggung jawab sosial, mempertahankan jati diri,
menciptakan persaingan yang sehat, menerapkankonsep pembangunan yang berkelanjutan,
mampu menyatakan hal yang benar, Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan
pengusaha kuat dan golongan pengusaha kebawah, Konsekuen dan konsisten dengan aturan
main yang telah disepakati bersama dan lain sebagainya.

7
2.7    TUJUAN ETIKA BISNIS
Tujuan etika bisnis antara lain :
 Menanamkan dan meningkatkan kesadaran akan adanya dimensi etis dalam bisnis.
Menanamkan, jika sebelumnya kesadaran itu tidak ada, meningkatkan, jika kesadaran
itu sudah ada, tapi masih lemah dan ragu. Orang yang mendalami etika bisnis
diharapkan memperoleh keyakinan bahwa etika merupakan segi nyata dari kegiatan
ekonomi yang perlu diberikan perhatian serius.
 Memperkenalkan argumentasi moral khususnya dibidang ekonomi dan bisnis, serta
membantu pembisnis karena moral tidak kalah penting dalam pembentukan sebuah
bisnis. Melalui studi etika diharapkan pelaku bisnis akan sanggup menemukan
fundamental rasional untuk aspek moral yang menyangkut ekonomi dan bisnis.
 Membantu pembisnis untuk menentukan sikap moral yang tepat di dalam profesinya.
 Agar perkembangan bisnis selalu dalam kondisi yang sehat.

8
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sebagai kegiatan sosial, bisnis dengan banyak cara terjalin dengan kompleksitas
masyarakat modern. Karena bisnis merupakan kegiatan sosial, yang di dalamnya terlibat
banyak orang. Bisnis dapat dilihat sekurang-kurangnya dari 3 sudut pandang berbeda, antara
lain: sudut pandang ekonomi, sudut pandang hukum, dan sudut pandang etika. Jadi perilaku
etika dalam bisnis itu sangat penting di dalam kehidupan bermasyarakat.
Karena kepentingan dan hak-hak orang lain perlu diperhatikan. Perilaku etis dalam
kegiatan berbisnis adalah sesuatu yang penting demi kelangsungan hidup (life cycle) bisnis
itu sendiri. Bisnis yang tidak etis akan merugikan bisnis itu sendiri terutama jika dilihat dari
perspektif jangka panjang. Bisnis yang baik bukan saja bisnis yang menguntungkan, tetapi
bisnis yang baik adalah selain bisnis tersebut menguntungkan juga bisnis yang baik secara
moral. Perilaku yang baik dalam konteks bisnis, merupakan perilaku yang sesuai dengan
nilai-nilai moral.

3.2 SARAN
Perlu adanya kesadaran di dalam diri masing-masing pelaku usaha agar dapat
terwujud nya bisnis yang jujur dan adil. Dan perlu diterapkan nilai-nilai moral berbisnis di
dalam suatu usaha agar usaha tersebut dapat berjalan lancar dan tidak adanya pelaku usaha
yang berbuat kecurangan di dalam usaha tersebut. Dan pada akhir nya tercipta lah bisnis
usaha yang etis dan tidak melanggar norma-norma yang berlaku di dalam membangun sebuah
usaha.

9
DAFTAR PUSTAKA
http://caesarmudaryan.blogspot.co.id/2012/10/perilaku-etika-dalam-bisnis.htm
https://id.wikipedia.org/wiki/Bisnis

10

Anda mungkin juga menyukai