“DEMOKRASI PANCASILA”
Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen Pengampu :
Do Merda Nurul Yaqin Al Romdoni,M.H.
Disusun oleh :
1. Ayu Setiorini (12211193019)
2. Wilzanaza Amirul Sifa’ (12211193023)
3. Mustaqfirohtun Nisa’ (12211193054)
4. Nurul Arba’atin (12211193089)
SEMESTER I
JURUSAN TADRIS FISIKA 1B
FAKULTAS TARBIAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua limpahan rahmat dan
karunianya sehingga makalah ini sanggup tersusun hingga selesai. Tidak lupa
kami mengucapkan begitu banyak terimakasih atas uluran tangan dan bantuan berasal dari
pihak yang telah bersedia berkontribusi bersama dengan mengimbuhkan sumbangan baik
anggapan maupun materi yang telah mereka kontribusikan.
Dan kita semua berharap semoga makalah ini mampu menambah pengalaman serta
ilmu bagi para pembaca. Sehingga untuk ke depannya sanggup memperbaiki bentuk maupun
tingkatkan isikan makalah sehingga menjadi makalah yang miliki wawasan yang luas dan
lebih baik lagi.
Karena keterbatasan ilmu maupun pengalaman kami, Kami percaya tetap banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat berharap saran dan kritik yang
membangun berasal dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semua negara mengakui bahwa demokrasi sebagai alat ukur dari keabsahan politik.
Kehendak rakyat adalah dasar utama kewenangan pemerintahan untuk tegaknya sistem
politik demokrasi. Demokrasi meletakkan rakyat pada posisi penting, hal ini karena masih
memegang teguh rakyat selaku pemegang kedaulatan. Negara yang tidak memegang
demokrasi disebut negara otoriter. Negara otoriter pun masih mengaku dirinya sebagai
negara demokrasi. Ini menunjukkan bahwa demokrasi itu penting dalam kehidupan
bernegara dan pemerintahan. Sejak merdeka perjalanan kehidupan demokrasi di Indonesia
telah mengalami pasang surut. Dari Demokrasi Parlementer/Liberal (1950 –1959),
Demokrasi Terpimpin (1959 – 1966) dan Demokrasi Pancasila (1967 – 1998).
Tiga model demokrasi ini telah memberi kekayaan pengalaman bangsa Indonesia
dalam menerapkan kehidupan demokrasi. Setelah reformasi demokrasi yang diterapkan di
Indonesia semakin diakui oleh dunia luar. Reformasi telah melahirkan empat orang
presiden. Mulai dari BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati hingga Susilo Bambang
Yudhoyono. Demokrasi yang diterapkan saat ini masih belum jelas setelah pada masa
Presiden Soeharto dikenal dengan Demokrasi Pancasila. Demokrasi adalah ‟pemerintahan
rakyat‟. Masyarakat bebas berpendapat dan berorganisasi dan rakyat juga memilih
langsung atau memilih sendiri pemimpinnya. Komisi negara dibentuk oleh negara.
Perkembangan demokrasi turut meningkatkan partisipasi politik masyarakat. Masyarakat
boleh mengorganisasikan diri untuk ikut serta dalam proses pengambilan keputusan.
Masyarakat atau rakyat kembali merasakan kebebasan sipil dan politiknya. Rakyat
menikmati kebebasan berpendapat serta rakyat menikmati kebebasan berorganisasi.
Dalam kondisi seperti ini, beberapa kalangan menilai penerapan demokrasi di Indonesia
harus dijiwai dengan ideologi atau dasar negara RI yaitu Pancasila. Pancasila sebagai
dasar atau ideologi negara harus diterapkan dalam kehidupan berdemokrasi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsepsi Demokrasi Indonesia?
2. Apa saja Prinsip Dasar Demokrasi Pancasila?
3. Apa Filsafat dan Aspek Demokrasi Pancasila?
4. Bagaimana Mekanisme Demokrasi Pancasila?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Konsepsi Demokrasi Indonesia
2. Untuk Mengetahui Prinsip Dasar Demokrasi Pancasila
3. Untuk Mengetahui Filsafat dan Aspek Demokrasi Pancasila
4. Untuk Mengetahui Mekanisme Demokrasi Pancasila
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsepsi Demokrasi Indonesia
Demokrasi terdiri atas dua kata berasal dari bahasa Yunani yaitu “demos” berarti
rakyat atau penduduk dan “cratein” atau “cratos” berarti kekuasaan atau kedaulatan. Dari
dua kata tersebut terbentuklah suatu istilah “demoscratein” atau “demoscatos” atau
“demokratia” yang berarti negara dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada di tangan
rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat, pemerintahan rakyat dan
kekuasaan oleh rakyat, atau pemerintahan negara rakyat yang berkuasa.1
Di Yunani pada abad ke- 6 SM, bentuk pemerintahan negara kota adalah bentuk
pemerintahan rakyat yang pertama kali. Athena dalam sejarah demokrasi merupakan bentuk
pemerintahan rakyat yang tertua.
Pengertian Demokrasi
Demokrasi dapat dikatakan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat,
yaitu adanya tuntutan atau dukungan dari rakyat sebagai masukan, kemudian tuntutan itu
dipertimbangkan dan di musyawarahkan oleh rakyat yang duduk di lembaga legislatif sebagai
1
Noor Ms Bakry, Pendidikan Kewarganegaraan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), hal 177
2
Noor Ms Bakry, Pendidikan Kewarganegaraan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), hal 178
proses konversi, dan hasilnya berupa kebijaksanaan atau aturan untuk rakyat sebagai keluaran.
Hasil keluaran dapat memengaruhi tuntutan baru, jika tidak sesuai dengan apa yang dituntut.
Demokrasi atau kerakyatan muncul sebagai akibat suatu sistem pemerintahan diktator
yang otoriter yang membawa akibat buruk bagi orang banyak sebagai rakyatnya. Akibat-
akibat buruk tersebut antara lain adalah:
Penindasan dan eksploitasi terhadap rakyat, terutama eksploitasi tenaga dan pikiran
rakyat sehingga rakyat hanya punya kewajiban tanpa hak.
Kondisi kehidupan masyarakat seperti diatas selalu mengakibatkan timbulnya konflik
dengan korban yang lebih banyak dari pihak rakyat.
Kesejahteraan bertumpu pada para penguasa dan pemimpin sedangkan rakyat dibiarkan
hidup melarat tanpa jaminan masa depan.
Konsekuensi logis dari rumusan yang saling mengualifikasi dengan dasar demokrasi
adalah suatu sistem pemerintahan rakyat yang dalam menggunakan hak-hak demokrasi
haruslah selalu disertai dengan tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa menurut
keyakinan agama masing-masing, haruslah menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sesuai
dengan harkat dan martabat manusia, haruslah menjamin persatuan dan kesatuan rakyat
sebagai bangsa Indonesia, dengan tujuan mencapai kebahagiaan hidup bersama untuk
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
Demokrasi yang berketuhanan Yang Maha Esa mengandung pengertian bahwa dalam
pelaksanaan kehidupan bernegara harus dijiwai nilai-nilai religius yang terwujud dalam
kesadaran keagamaan yang tinggi. Pengakuan akan Ketuhanan Yang Maha Esa ini
mempunyai kaitan dengan dasar kemanusiaan yang adil yaitu adil terhadap Tuhan, bahwa
dalam kehidupan bernegara harus diwujudkan dan dipelihara budi pekerti kemanusiaan yang
luhur dan cita-cita moral rakyat yang luhur mengandung implikasi toleransi, juga dalam
kesadaran keagamaan. Hal ini berarti bahwa dalam kehidupan bernegara diusahakan
kesempatan yang sama pengembangan kesadaran beragama bagi masing-masing golongan
(agama) dengan semangat saling menghormati satu sama lainnya dengan dasar tenggang
rasa.5
5
Noor Ms Bakry, Pendidikan Kewarganegaraan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), hal 182-184
keadaban. Demokrasi yang diintegrasikan dengan kemanusiaan yang adil berarti
menghendaki terwujudnya norma keadilan dalam perikehidupan bernegara, yaitu kesadaran
untuk memberikan atau melakukan kepada masing-masing apa yang telah menjadi haknya
baik kepada diri sendiri kepada sesama maupun kepada Tuhan. Demokrasi yang
diintegrasikan dengan kemanusiaan yang beradab ialah kerakyatan yang memelihara nilai-
nilai moral yang berlaku dalam hidup bersama, dan yang berarti pula memiliki keluwesan
dalam pergaulan hidup.
Dengan dasar uraian di atas dapat disimpulkan bahwa demokrasi Pancasila berarti
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan,
dengan takwa kepada Tuhan dan kesadaran keagamaan yang disertai semangat toleransi yang
tinggi, saling menghormati sesama umat beragama, yang dituntut untuk memberikan kepada
setiap orang apa yang telah menjadi haknya dengan menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia, dan juga kerakyatan yang dilandasi oleh integritas, identitas, kepribadian dan
stabilitas nasional, baik di bidang politik maupun sosial ekonomi, dengan tujuan mewujudkan
masyarakat adil dan makmur sejahtera lahiriah batiniah.6
6
Noor Ms Bakry, Pendidikan Kewarganegaraan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), hal 184-185
Perkembangan Demokrasi di Indonesia
a. Demokrasi Parlementer
Sejak 1945 saat Indonesia merdeka sampai 1959 dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli
tahun 1959, dikenal dengan sebutan demokrasi parlementer. Sesudah proklamasi. Undang-
Undang Dasar 1945 belum sempat dilasanakan sepenuhnya, karena rakyat masih
mempertahankan kemerdekaan. Sistem pemerintahan seharusnya sistem presidensial, tetapi
dalam keadaan darurat digunakan sistem parlementer, sebagaimana tertuang dalam Maklumat
Pemerintah tanggal 14 November 1945, yang isinya adalah:
“Pemerintahan Republik Indonesia setelah mengalami ujian-ujian yang ketat dengan selamat,
dalam tingkatan pertama dari usahanya menegakkan diri, merasa bahwa saat sekarang sudah
tepat untuk menjalankan macam-macam tindakan darurat guna menyempurnakan tata usaha
negara kepada susunan demokrasi. Yang terpenting dalam perubahan-perubahan susunan
kabinet baru itu ialah tanggung jawab adalah di dalam tangan menteri”.
Disanping itu ternyata ada beberapa kekuatan sosial dan politik yang tidak
memperoleh saluran dan tempat yang realistis dalam konstelesi politik, padahal merupakan
kekuatan yang paling penting, yaitu seorang presiden sebagai kepala negara yang tidak mau
bertindak sebagai yang membubuhi capnya belaka yang pelaksanaan pemerintahan di tangan
Perdana Menteri, dan juga tentara yang karena lahir dalam revolusi merasa bertanggung
7
Noor Ms Bakry, Pendidikan Kewarganegaraan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), hal 186-187
jawab untuk turut menyelesaikan persoalan-persoalan yang harus dihadapi oleh masyarakat,
bangsa, dan negara Indonesia pada umumnya.
Dalam demokrasi parlementer, pemilihan umum pertama di Indonesia pada masa ini,
diadakan pada 29 September 1955 untuk memilih anggota DPR, dan tanggal 15 Desember
1955 untuk memilih wakil-wakil rakyat yang duduk didalam Dewan Konstituante yang akan
membentuk Undang-Undang Dasar baru sebagai pengganti Undang-Undang Dasar Sementara
1950.
b. Demokrasi Tepimpin
Sejak 5 Juli 1959 sampai muncul gerakan yang terkenal dengan sebutan gerakan 30
September tahun 1965, dikenal dengan sebutan Demokrasi Terpimpin. Ciri-ciri periode ini
adalah dominasi dari Presiden, terbatasnya peran partai politik, berkembangnya pengaruh
komunis dan meluasnya peranan ABRI sebagai unsur sosial politik. Dekrit Presiden 5 Juli
1959 dapat dipandang sebagai suatu usaha untuk mencapai jalan keluar dari kemacetan
politik melalui pembentukan kepemimpinan yang kuat. Undang-undang dasar 1945
membuka kesempatan bagi Presiden untuk bertahan selama sekurang-kurangnya lima tahun.
Akan tetapi, Ketetapan MPRS Nomor: III/1096 yang mengangkat Ir. Soekarno sebagai
Presiden seumur hidup. Selain daripada itu banyak lagi tindakan yang menyimpang dari atau
8
Noor Ms Bakry, Pendidikan Kewarganegaraan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), hal 187-188
menyelewengkan terhadap ketentuan-ketentuan Undang-Undang Dasar 1945b. Dalam tahun
1960 Ir.Soekarno sebagai Presiden membubarkan DPR hasil pemilihan umum.
Dalam pidatonya pada 17 Agustus 1959 dengan judul “Penemuan kembali Revolusi
kita”, Presiden Soekarno mengatakan bahwa prinsip-prinsip dasar demokrasi terpimpin ialah:
(1) Tiap-tiap orang diwajiban untuk berbakti kepada kepentingan umum, masyarakat, bangsa
dan negara. (2) Tiap-tiap orang berhak mendapat penghidupan layak dalam masyarakat,
bangsa dan negara.
Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong yang mengganti Dewan Perwakilan Rakyat
hasil pemilihan umum ditonjolkan peranannya sebagai pembantu pemerintah sedangkan
fungsi kontrol ditiadakan. Lagi pula pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat dijadikan menteri
dan dengan demikian ditekankan fungsi mereka sebagai pembantu Presiden di samping
fungsi sebagai wakil rakyat.
Hal terakhir ini mencerminkan telah ditinggalkannya doktrin trias politika. Dalam rangka
ini harus pula dilihat beberapa ketentuan lain pada bidang eksekutif. Misal, Presiden diberi
wewenang untuk campur tangan di bidang yudikatif berdasarkan Undang-Undang Nomor: 19
Tahun 1964, dan di legislatif berdasarkan peraturan tata tertib Peraturan Presiden Nomor: 14
Tahnu 1960 dalam hal anggota Dewan Perwakilan Rakyat tidak tidak mencapai manfaat.9
c. Demokrasi Konstitusional
Setelah Gerakan 30 September tahun 1965 timbul era Orde Baru sampai tahun 1998 saat
munculnya reformasi. Landasan formal Orde Baru adalah Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945 serta ketetapan-ketetapan MPRS/MPR, maka disebut demokrasi konstitusional,
guna meluruskan penyelewengan terhadap Undang-Undang Dasar 1945, yang terjadi dalam
masa demokrasi terpimpin. Ketetapan MPRS Nomor : III Tahun 1963 yang menetapkan masa
jabatan seumur hidup telah dibatalkan dan jabatan presiden kembali menjadi jabatan efektif
setiap lima tahun. Ketetapan MPRS Nomor : XIX Tahun 1966 telah menentukan ditinjaunya
kembali produk-produk legislatif dari masa Demokrasi Terpimpin dan atas dasar itu Undang-
Undang Nomor : 19 Tahun 1964 telah diganti dengan suatu undang-undang baru (Nomor : 14
Tahun 1970) yang menetapkan kembali asas “Kebebasan badan-badan pengadilan”. Dewan
Perwakilan Rakyat Gotong Royong diberi beberapa hak kontrol, di samping ia tetap
mempunyai fungsi untuk membantu pemerintah. Pimpinannya tidak lagi mempunyai status
menteri.
Begitu pula tata tertib meniadakan pasal yang memberi wewenang kepada presiden untuk
memutuskan permasalahan yang tidak dapat diacapai mufakat antara badan legelatif.
Golongan karya, diamana anggota ABRI memainkan peran penting, diberi landasan
konstitunasional yang lebih formal. Selain itu dari beberapa hak asasi diusahakan supaya
diselenggarakan secara lebih penuh dengan memeberi kebebasan lebih luas kepada pers untuk
menyatakan pendapat,dan kepada partai – partai politik untuk bergerak dan menyusun
kekuatannya, terutama menjelang pemilihan umum 1991. Dengan demikian diharapkan
terbinanya partisipasi golongan – golongan dalam masyarakat disamping diadakan
pembangunan ekonomi secara teratur (Dede Rosyada (dkk), 2003).
11
Noor Ms Bakry, Pendidikan Kewarganegaraan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), hal 191-193
Pertama, tahap persiapan, yang ditamdaidengan pergulatan dan pergolakan politikyang
terakhir dengan jatuhnya rezim nondemokratis.
Kedua, tahap penentu, di mana unsur-unsur penegak demokrasi dibangun dan
dikembangkan.
Ketiga, tahap konsolidasi, dimana demokrasi baru dikembangkan lebih lanjut sehingga
praktik-praktik demokrasi menjadi bagian yang mapan dari budaya politik.
Dalam kaitan dengan transisi menuju demokrasi, Indonesia saat ini tengah berada dalam
fase kedua dan ketiga (dalam Dede Rosyada (dkk), 2003).
Indikasi kearah terwujudnya kehidupan demokratis dalam era transisi menuju demokrasi
di Indonesia antara lain adanya reposisi dan redefinisi TNI dalam kaitannya dengan
keberadaanya pada sebuah negara demokrasi, diamandemenya pasal –pasal dalam konstitusi
negara RI ( amandemen I – IV ),adanya kebebasan pres, dijalankannya kebijakaan otonomi
daerah , dan sebagainya. Akan tetapi, sampai saat inipun masih dijumpai indikasi – indikasi
kembalinya kekuasan status quoyang ingin memutarbalikkan arah demokrasi Indonesia
kembali keperiode sebelum orde reformasi. Oleh sebab itu, kondisi transisi demokrasi
Indonesia untuk saat ini masih berada dipersimpangan jalan yang belum jelas kemana arah
pelabuhannya. Perubahan sistem politik melalui paket amandemen konstitusi dan pembuatan
paket perundang – undangan politik (UU partai politik, UU pemilu,UU pemilihan presiden
dan wakil presiden, UU susuan dan kedudukan DPR,DPRD, dan DPD) mampu mengawal
transisi demokrasi, masih masih menjadi pertanyaan besar (Dede Rosyada (dkk), 2003).
Sementara itu menurut Azyumardi, setidaknya ada empat prasyarat yang dapat membuat
pertumbuhan demokrasi menjadi lebih memberi harapan.
Pertama,peningkatan kesejahteraan ekonomi rakyat secara keseluruhan. Semakin,
sejahtera keekonomian sebuah bangsa,maka semakin besar peluangnya untuk
mengembangkan dan mempertahankan demokrasi.12
Kedua,pemberdayaan dann pengembangan kelompok – kelompok masyarakat yang
favourable bagi pertumbuhan demokrasi seperti “kelas menengah”, Lembaga Swadaya
Masyarakat, para pekerja dan sebagainya. Pemberdayaan dan pengembangan kelompok
masyarakat tersebut pada gilirannya membuat hubungan atara negara dan masyarakat
berimbang.
Ketiga, hubungan internasional yang adil dan seimbang. Sebagai negara yang tengah
menuju demokrasi, upaya demokratisasi membutuhkan dunia internasional. Dukungan,dunia
12
Noor Ms Bakry, Pendidikan Kewarganegaraan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), hal 193-195
internasional dilandasi oleh semangat keadilan dan pengakuan kemandirian untuk dapat
menciptakan demokrasi. Bantuan ekonomi dunia internasional jangan menjadi keadaan yang
kontraproduktif bagi transisi menuju demokrasi.
Keempat,sosialisasi pendidikan kewarganegaraan. Pembentukan warga negara yang
memiliki keadaban demokratis dan demokrasi bradaban dapat dilakukan secara efektif hanya
melalui pendidikan kewarganegaraan.
Prints seperti dikutip Azyumardi menyakini bahwa negara – negara demokrasi baru
memerlukan sarana pendidikan yang memukunkan generasi muda mengetahui tentang
pengetahuan, niali – nilai dan keahlian yang diperlukan dalam untuk melestarikan demokrasi
(dalam Dede Rosyada (dkk), 2003). Melalui sosialsasi pendidikan kewarganegaraan dapat
dihasilkan warga demokratis yang menjadi tulang punggung penting bagi Indonesia.13
15
Sri Harini Dwiyatmi,SH.MS, Pendidikan Kewarganegaraan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2012), hal. 159-160
Setiap lembaga atau badan memiliki tanggungjawab utama atas fungsi tertentu seperti
fungsi legislatif, eksekutif dan yudikatif.
Sebagai contoh sejalan dengan teori Trias Politic, kekuasaan negara di
Amerika Serikat dibagi menjadi tiga cabang yaitu legislatif, eksekutif dan yudikatif
yang masing-masing diberikan kepada lembaga negara yang berbeda pula. Pemisahan
kekuasaan dilakukan untuk menghindari tirani, anarki maupun penyalah gunaan
kekuasaan negara oleh pejabat pemerintah.
Kekuasaan legislatif dipegang oleh Konggres Amerika Serikat, sexual lembaga
bikameral (bi=dua, cameral=badan) karena terdiri atas Senat dan House of
Representatif (DPR). Senat adalah lembaga perwakilan negara bagian, sedang DPR
adalah lembaga perwakilan rakyat. Kekuasaan eksekutif dijalankan oleh Presiden
bersama Wakil Presiden dan Para Menteri dalam sebuah sistem Presidensial. Selain
sebagai pemerintaha Presiden Amerika Serikat juga memegang kuasa untuk (a)
mengadakan hubungan luar negeri, (b) menjadi pemimpin tertinggi militer, (c)
memilih pejabat eksekutif, (d) member atau menolak grasi, (e) memveto rancangan
undang-undang yang telah disetujui badan legislatif. Sedang lembaga yudikatif
dijalankan oleh Supreme Court (Mahkama Agung) dan lembaga-lembaga peradilan
dibawahnya. Lembaga peradilan di bawah MA meliputi Pengadilan Distrik yang
merupakan peradilan terendah di Amerika Serikat. Di atas Pengadilan Distrik ada
“Hakim Keliling” yang tugas utamanya Adela mendengarkan keluhan dari Pengadilan
Distrik. Di samping itu, di setiap negara bagian terdapat Pengadilan Negara Bagian.
8. Check and Balances / Saling control dan Saling mengimbangi agar tidak terjadi
dominasi satu cabang kekuasaan atas cabang kekuasaan yang lain, maka harus
diciptakan sistem yang memungkinkan masing-masing lembaga atau cabang
pemerintahan mempunyai kekuasaan untuk mengontrol kekuasaan lembaga lain.
Check and Balances dapat mencakup untuk melakukan “judicial review” yaitu
kekuasaan lembaga peradilan untuk menyatakan bahwa tindakan cabang kekuasaan
pemerintahan lain bertentangan dengan konstitusi oleh karena itu tidak berlaku. Di
Amerika Serikat misalnya diatur oleh mekanisme Check and Balances antar lembaga
negara untuk mencegah terjadinya penonjolan kekuasaan salah satu cabang kekuasaan.
Dengan sistem ini maka ketiga cabang kekuasaan di atas dapat saling mengontrol dan
saling mengimbangi satu sama lain.
9. Perlindungan Hak Hak Asasi Manusia.
Tujuan pemerintahan demokrasi adalah mewujudkan kesejahteraan dan
keadilan dalam masyarakat. Oleh karenanya dalam negara demokrasi hak hak asasi
manusia, seperti hak hidup, hak kebebasan, hak milik seseorang dan sejenisnya harus
dijamin dan dilindungi melalui proses hukum yang wajar. Sebagai contoh di Amerika
Serikat terdapat ‘Bill of Right’ yang merupakan bagian dari Kontitusin Amerika
Serikat dan yang isinya menjamin hak-hak manusia di negara yang bersangkutan.
10. Pergantian Pemimpin melalui Pemilihan salah satu nilai yang dijunjung tinggi dalam
demokrasi adalah anti kekerasan. Oleh karena itu, dalam demokrasi harus diupayakan
agar pergantian pemimpin itu berlangsung secara damai dan teratur. Pemilihan
menjamin bahwa posisi-posisi kunci dalam pemerintahan akan dikonteskan secara
periodic sehingga peralihan otoritas pemerintahan berjalan damai dan teratur. 16
16
Sri Harini Dwiyatmi,SH.MS, Pendidikan Kewarganegaraan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2012), hal. 160-62
dalam hidup bernegara ialah semangat para penyelenggara negara dan semangat pemimpin
pemerintahan sebagai aspek semangat demokrasi pancasila.17
17
Noor Ms Bakry, Pendidikan Kewarganegaraan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), hal 203-204
dr masykuri abdillah,abera-verlag meyer & Co, Buku Demokrasi dipersimpangan makna respon intelektual
18
19
Noor Ms Bakry, Pendidikan Kewarganegaraan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), hal 204-206
Kedua,dalam peristilahan politik dikenal istilah “musyawarah”. Internalisasi makna
dan musyawarah menghendaki atau mengharuskan danya keinsyafan dan kedewasaan untuk
dengan tulus menerima kemungkinan kompromi. Semangat musyawarah menuntut agar setiap
orang menerima kemungkinan terjadinya pandangan dasar bahwa belum tentu, dan tidak
harus, keluruh keinginan atau pkiran seseorang atau kelompok akan diterima dan
dilaksanakan sepenuhnya. Kolerasi prinsip itu ialah kesediaan untuk kemungkinan menerima
bentuk – bentuk tertentu kompromi atau islah. Korelasinya yang lain ialah seberapa jauh kita
bisa bersikap dewasa dan mengemukakan pendapat, mendengarkan pendapat oaring lain,
menerima perbedaan pendapat, dan kemungkinanmengamil pendapat yang lebih baik. Dalam
masyarakat yang belum terlatih benar untuk berdemokrasi, sering terjadi kejenuhan antara
mengkritik yang sehat dan bertanggung jawab, dan menghina, yang merusak dan tanpa
tanggung jawab.
Ketiga,berpendapat bahwa cara haruslah sejalan dengan tujuan. Oaring yang
berusahan meraih tujuannya dengan cara – cara yang tidak peduli kepada pertimbangan
moral, dengan ungkapan “tujuan menghalalkan cara”. Pandangan hidup demokrasi
mewajibkan adanya keyakinan bahwa cara haruslah sejaln dengan tujuan. Bahkan
sesungguhnya klaim atas suatu tujuan yang baik harus diabsahkan oleh kebaikan cara yabg
ditempuh untuk meraihnya. Maka dari itu antara keduanya tidak boleh ada pertentangan.
Setiap pertentangan antara cara dan tujuan,ika telah tumbuh mengejala cukup luas, pasti akan
mengundang reaksi – reaksi yang dapat yang dapat menghancurka demokrasi. Demokrasi
tidak terbayang terwujud tanpa akhlak yang tinggi. Dengan demikian pertimbangan moral ata
keluhuran akhlak menjadi acuan dalam berbuat dan mencapai tujuan.
Keempat,permufakatan yang jujur dan sehat. Suasana masyarakat demokratis dituntut
untuk menguasai dan menjalankan seni pemusyawaratan yang jujur dan sehat itu guna
mencapai pemufakatan yang juga jujur dan sehat. Pemufakatan yang dicapai melalui
manipulasi atau taktik-taktik yang sesungguhnya hasil sebuah konspirasi,merupakan
pengkhianatan nilai dan semangat demokrasi. Karena itu, faktor ketulusan dalam usaha
bersama mewujudkan tatanan sosial yang baik untuk semua merupakan hal yang sangat
pokok. Prinsip ini pun terkait dengan paham musyawarah seperti dikemukakan di atas.
Musyawarah yang benar dan baik hanya akan berlangsung jika masing-masing pribadi atau
kelompok yang bersangkutan mempunyai kesediaan psikologi untuk melihat kemungkinan
orang lain benar dan dirinya salah, dan bahwa setiap orang pada dasarnya baik,
berkecenderungan, dan beriktikad baik.20
Kelima,pemenuhan kebutuhan pokok secara berencana. Kehidupan bersama
terpenuhinya kebutuhan pokok, yaitu pangan, sandang,dan papan. Ketiga hal itu menyangkut
masalah pemenuhan segi – segi ekonomi yang dalam pemenuhanya tidak lepas dari
perencanaan sosial – budaya. Warga masyarakat demokratis ditantang untuk mampu
menganut hidup dengan pepenuhan kebutuhan secara berencana, dan harus memiliki
kepastian bahwa rencana – rencana itu (dalam wujud besarnya ialah GBHN) benar – benar
sejalan dengan tujuan dan praktik demokrasi. Dengan demikian rencana pemenuhan
kebutuhan ekonomi harus mempertimbangkan aspek keharmonisan dan keteraturan sosial.
Keenam,kerja sama dan sikap saling memercayai iktikad baik. Kerja sama antar warga
masyarakat dan sikap saling memercayai iktikad baik masing – masing, kemudian dukung –
mendukung secara fungsional antara berbagai unsur kelembagaan kemasyarakat yang ada,
merupakan segi penunjang efisiensi untuk demokrasi. Masyarakat yang terkotak – kotak
dengan masing masing penuh curiga kepada lainnya bukan saja mengakibatkan tidak
efisiennya cara hidup demokratis, tapi juga dapat menjurus pada lahirnya pola tingkah laku
yang bertentangan dengan nilai – nilai asasi demokratis. Pengakuan akan kebebasan nurani,
persamaan hak dan kewajiban bagi semua dan tingkah laku penuh percaya pada iktikad baik
orang dan kelompok lain mengharuskan adanya landasan pandangan kemanusian yang positif
dan optimis, yang dengan sendirinya sulit menghindari perilaku curiga dan tidak percaya
kepada sesama manusia, yang kemudian ujungnya ialah keengganan bekerja sama.
Ketujuh,penting yang pendidikan demokrasi. Banyaknya tentang “pendidikan
demokrasi” umumnya masih terbatas pada usaha indoktrinasi dan penyuapan konsep –
konsep secara verbalistik. Terjadinya jurang pemisah antara das sein dan das sollen dalam
konteks ini ialah dari kuatnya budaya “menggurui”dalam masyarakat kita, sehingga
verbalisme yang dihasilkannya juga menghasilkan kepuasan tersendiri dan membuat yang
bersangkutan merasa telah berbuat sesuatu dalam penegakan demokrasi hanya kerena telah
berbicara tanpa perilaku. Pandangan hidup demokratis terlaksana dalam abad kesadaran
universal sekarang ini, maka nilai – nilai dan pengertian – pengertiannya harus dijadikan
unsur yang menyatu dengan sistem pendidikan nasional. Tidak dalam arti menjadikannya
muatan kurikuler yang klise, tetapi diwujudkan dalam kehidupan nyata dalam sistem
pendidikan nasional. Bangsa Indonesia harus memulai dengan sunguh – sungguh memikirkan
20
Noor Ms Bakry, Pendidikan Kewarganegaraan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), hal 206-209
untuk membiasakan anak didik dan msyararakat umumnya siap menghadapi perbedaan
pendapat dan tradisi pemilihan terbuka untuk menentukan pimpinan atau kebijakaan. Jadi
pendidikan demokrasi tidak saja dalam kajian konsep verbalistik, melainkan telah menyatu
dalam interaksi dan pergaulan sosial baik dikelas maupun diluar kelas. 21
Aspek Demokrasi Pancasila
Ada enam aspek demokrasi pancasila yaitu:
a. Aspek formal
Adalah menunjukan bagaimana caranya partisipasi rakyat diatur dalam penyelenggaraan
pemerintah, yaitu mempersoalkan proses dan caranya rakyat menunjuk wakil-wakilnya dalam
badan-badan perwakilan rakyat dan dalam pemerintahan, serta bagaimana mengatur
permusyawaratan wakil-wakil rakyat secara bebas, terbuka dan jujur untuk mencapai
konsensus bersama.
b. Aspek material
Adalah menegaskan pengakuan atas harkat dan martabat manusia sebagai makhluk tuhan,
yang menghendaki pemerintah untuk membahagiakannya, dan memanusiakan warga negara
dalam masyarakat negara dan negara bangsa-bangsa.
c. Aspek kaidah
Aspek kaidah demokrasi pancasila mengungkapkan seperangkat norma yang menjadi
pembimbing dan kriteria dalam mencapai tujuan kenegaraan. Dengan demikian seperangkat
norma itu merupan aturan permainan dalam penyelenggaraan negara. Aturan permaianan
sebagai norma – norma inidalam negara integralistik dengan system demokrasi pancasila
harus berlandaskan adanya beberapa hal, yaitu:
1) Prinsip kebersamaan. Kebersamaan merupakan suatu paham mengutamakan
kesepakatan bersama sebagai kesatuan yang mengatasi segala paham golongan
maupun perorangan. Perorangan merupakanbagian dari kebersamaan yang
mempunyai fungsi dan kedudukan sendiri untuk kemuliaan bersama.
2) Prinsip kekeluargaan. Kekeluargaan merupakan suatu pola hidup yang selalu
memperhatikan semua anggota dalam hidup bersama dengan saling keterbukaan.
Saling keterbukaan ini memungkinkan adanya dialog yang mengarah pada
pengintegrasian bebbagai macam gagasan, pendapat dan buah pikiran. Integerasi
tersebut dapat memperkukuh persatuan dimana demokrasi pancasila harus berpijak.
21
Noor Ms Bakry, Pendidikan Kewarganegaraan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), hal 208-213
3) Prinsip keadilan. Keadilan yaitu”kesediaan selalu memberikan atau memperlakukan
sebagai rasa wajib segala sesuatu yang telah memjadi haknya”. Dalam
menyelenggarakan keadilan perlu diperhitungkan adanya persamaan dan perbedaan
sebagai eksistensi manusia.
4) Prinsip kebenaran. Kebenaran adalah kesamaan antara gagasan dan pernyataan
dalam kata dn perbuataan atau antara kepribadian dan pengakuannya. Kebenaran
dapat bertahan terhadap serangan – serangan atau tuduhan – tuduhan.
Keempat prinsip dalam menyusun kaidah tersebut diatas ditambahkan dengan norma
cinta kasih, yaitu cinta kepada bangsa,cinta tanah air, cinta kepada negara, dan cinta kepada
sesama warga negara, dapat dituangkan ke dalam peraturan hukum positif dan menjadi
“aturan permainan” dalam melaksanakan demokrasi pancasila. Yang harus ditaati oleh
siapapun.
d. Aspek tujuan
Adalah menunjukan keinginan atau tujuan untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera
dalam negara hukum, negara kesejahteraan, negara bangsa, dan negara kebudayaan. Tujuan
yang berhubungan dengan empat macam negara tersebut ialah:
1) Terciptanya negara hukum, yaitu negara dalam segala tindakannya harus dilandasi
oleh hukum atau harus dapat dipertanggungjawabkan secara hukum, dan
dipengendalian pemerintahnya dibatasi dengan hukum dasar.
2) Terciptanya negara bangsa, yaitu negara yang dalam tindakannya selalu
mengutamakan satu kesatuaan rakyat dalam membina nasionalisme dengan dasar cita
–cita hidup bersama dalam satu negara.
3) Terciptanya negara kesejahteraan, yaitu negara berkewajiban menyelenggarakan dan
memajukan kesejahteraan dan kemakmuran semua warga negara.
4) Terciptanya negara kebudayaan, yaitu negara berlandaskan sifat sosial budaya
bangsa yang berpangkal sifat kodrat monodualis kemanusiaan untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa dan meningkatkan kebudayaan nasional.22
22
Noor Ms Bakry, Pendidikan Kewarganegaraan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), hal 213-214
e. Aspek organisasi
Aspek organisasi dalam demokrasi pancasila mempersoalkan organisasi sebagai
perwujudan pelaksaan demokrasi pancasila, dimana wadah ersebut harus cocok dengan tujuan
yang hendak dicapai oleh demokrasi. Dalam hubungan ini dapat dibedakan antara:
Organisasi system pemerintahan atau lembaga-lembaga pemerintahan/negara.
Oraganisasi lembaga – lembaga dan kekuatan – kekuatan sosial politik dalam
masyarakat.
Organisasi pemerintahan atau lembaga – lembaga negara dan organisasi lembaga –
lembaga dan kekuatan- kekuatan sosial politik ini hanya dapa dibedakan tetapi tida dapat
dipisahakan oleh karena keduanya merupakan dua sisi atau dua muka dari hal yang satu, yaitu
demokrasi pancasila.
f. Aspek semangat
Dalam aspek semangat ini menekankan bahwa demokrasi pancasila memerlukan warga
negara yang berkepribadian, berbudi pekerti luhur , dan tekun dalam pengabdian. Ketiga hal
ini diuraikan sebagai berikut:
1) Kepribadian pancasila, yaitu para penyelenggaraan negara dan rakyat sebagaiwarga
negara berperilaku dan bersikap mental sesuai jiwa dan semangat pancasila, yakni
taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, kesediaan untuk memperlakukan pihak lain
sesama warga negara sesuai dengan segala hak asasinya, kesediaan mengutamakan
kepentingan bersama demi kesatuan bangsa dan memberi sesuatu yang telah menjadi
hak masing – masing dalam hidup bersama.
2) Budi pekerti luhur, yaitu dalam demokrasi pancasila yang dijiwai ketuhanan dan
kemanusiaan sebagai pokok pikiran keempat dalam pembukaan UUD 1945 yang
merupakan fundamen moral negara, menutut para penyelenggara negara dan rakyat
sebagai warga negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur, yang
mengandung pengertian taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan menjunjung tinggi
hak- hak manusia yang luhur dan memegang teguh cita – cita moral rakyat yang
luhur.
3) Tekun dalam pengabdian, yaitu dalam demokrasi pancasila kesidaan berkorban demi
memunaikan tugas jabtan yang dipangkunya sesuai harkat dan martabat manusia, dan
yang lebih penting lagi ialah kesediaanberkorban untuk sesame manusiadalam hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan dasar kebersamaan dan
kekeluargaan.23
Menurut Mohammad Hatta (1953), demokrasi telah berurat akar dalam pergaulan
hidup kita. Bangsa Indonesia sejak dahulu sesungguhnya telah mempraktikkan ide tentang
demokrasi meskipun masih sederhana dan bukan dalam tingkat kenegaraan. Dikatakan bahwa
desa-desa di Indonesia sudah menjalankan demokrasi, misalnya dengan pemilihan kepala desa
dan adanya rembug desa. Itulah yang disebut “demokrasi asli”. Demokrasi asli mempunyai
lima unsur yaitu: rapat, mufakat, gotong royong, hak mengadakan protes bersama, dan hak
menyingkir dari kekuasaan raja absolut. Saat itu, Muhammad Hatta lebih suka menggunakan
istilah kerakyatan, untuk membedakannya dengan demokrasi Barat yang cenderung
individualistik.
Namun demikian, demokrasi desa tidak bisa dijadikan pola demokrasi untuk Indonesia
modern. Kelima unsur demokrasi desa tersebut perlu dikembangkan dan diperbarui menjadi
konsep demokrasi Indonesia yang modern. Menurut Mohammad Hatta demokrasi modern
meliputi 3 hal yaitu: demokrasi dibidang politik, demokrasi di bidang ekonomi, demokrasi di
bidang sosial. Demokrasi di Indonesia tidak berdeda dengan demokrasi di barat dalam bidang
politik. Hanya saja demokrasi di Indonesia perlu mencakup demokrasi ekonomi dan sosial,
sesuatu yang tidak terdapat dalam masyarakat Barat.24
Gagasan serupa tampak pada pemikiran Ir. Soekarno tentang demokrasi . pada pidato
bersejarah tanggal 1 juni 1945 Soekarno berpendapat bahwa demokrasi Barat hanya
menyangkut demokrasi politik (politieke demokratie) saja. Tidak ada demokrasi sosial dan
ekonomi. Oleh karena itu Soekarno mengusulkan kalau kita mencari demokrasi, hendaknya
bukan demokrasi Barat tetapi permusyawaratan yang memberi hidup, yakni politieke-
economishe democratie yang mampu mendatangkan kesejahteraan sosial.
23
Noor Ms Bakry, Pendidikan Kewarganegaraan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), hal 214-215
24
Winarno Narmoatmojo,dkk, Pendidikan Kewarganegaraan (Yogyakarta: Ombak, 2015), hal. 93
ide yang selanjutnya ia namakan dengan “Pancasila”. Bahwa prinsip demokrasi ini berkaitan
dengan kesejahteraan atau disingkat sebagai sosio demokrasi. Konsep tentang sosio
demokrasi dari Soekarno kelak menjadi sila IV dan V Pancasila. Gagasan tentang demokrasi
selanjutnya dirumuskan dan disepakati tertuang dalam sila keempat Pancasila yakni
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
Secara normatif demokrasi Indonesia adalah demokrasi yang bersumberkan nilai pancasila
khususnya sila keempat. Oleh karena itu demokrasi Indonesia dikatakan Demokrasi Pancasila,
dimana prinsip-prinsip demokrasi yang dijalankan berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila. 25
Dalam hal ini perlu adanya pelaksanaan dalam sistem kenegaraan, yang disebut dengan
istilah mekanisme demokrasi Pancasila. Mekanisme berasal dari istilah ilmu teknik mesin
“mechanism” yang kemudian diberi arti yang umum, yaitu: suatu susunan yang terdiri atas
bagian-bagian yang dalam hubungan antara satu dengan lainnya merupakan satu kesatuan
yang berproses.26
25
Winarno Narmoatmojo,dkk, Pendidikan Kewarganegaraan (Yogyakarta: Ombak, 2015), hal. 93-94
26
Noor Ms Bakry, Pendidikan Kewarganegaraan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), hal. 217
pendidikan politik amat penting dalam negara demokrasi untuk membekali warga
negara kesadaran hak dan kewajibannya.
e. Demokrasi yang menetapkan pembagian kekuasaan
Suatu negara yang demokratis harus ada pembagian kekuasaan. Hal ini untuk
menghindari terjadinya pemusatan kekuasaan kepada satu orang. Dan memberikan
kesempatan kepada lembaga lain untuk melakukan pengawasan dan meminta
pertanggungjawaban jalannya pemerintahan.
f. Demokrasi yang menerapkan konsep Negara Hukum
Hukum melandasi pelaksanaan demokrasi. Untuk mengembangkan kebebasan
yang demokratis tidak bisa dengan meninggalkan hukum. Tanpa hukum kebebasan
akan mengarah perbuatan yang anarkis. Pada akhirnya perbuatan itu meninggalkan
nilai-nilai demokrasi. Untuk mewujudkan demokrasi yang berdasarkan hukum tidak
dapat lepas dari perlidungan konstitusinal, badan peradilan yang bebas, kebebasan
berpendapat, berserikat, dan kesadaran kewarganegaraan.
g. Demokrasi yang menjamin otonomi daerah
Pelaksanaan demokrasi harus tetap menjamin tegaknya persatuan dan kesatuan
bangsa. Dengan dilaksanakan otonomi daerah yang semakin nyata dan bertanggung
jawab mengindakasikan paham demokrasi juga semakin berkembang. Sebagai wujud
prinsip demokrasi kekuasaan negara tidak dipusatkan pemerintah pusat saja namun
sebagian diserahkan kepada daerah menjadi urusan rumah tangga daerah itu sendiri.
h. Demokrasi yang berkeadilan sosial
Pelaksanaan demokrasi diarahkan untuk mewujudkan kesejahteraan bagi
seluruh rakyat Indonesia. Demokrasi bukan hanya politik saja melainkan juga
demokrasi sosial dan ekonomi. Demokrasi sosial artinya demokrasi yang ditemukan
dalam hubungan antar warga masyarakat dan atau warga negara. Juga harus dilandasi
oleh penghormatan terhadap kemerdekaan, persamaan dan solidaritas antar manusia.
i. Demokrasi dengan kesejahteraan rakyat
Demokrasi juga mencakup dalam bidang ekonomi. Demokrasi ekonomi adalah
sistem pengelolaan perekonomian negara berdasarkan prinsip ekonomi. Perekonomian
harus dijaga dari persaingan bebas tanpa batas melalui peraturan perundangundangan.
Negara juga mengambil peran yang cukup dalam usaha mewujudkan kesejahteraan
rakyat.
j. Demokrasi dengan pengadilan yang merdeka
Sistem pengadilan yang merdeka memberi peluang seluas-luasnya kepada
semua pihak yang berkepentingan untuk mencari dan menemukan hukum yang seadil-
adilnya. Pengadilan yang merdeka dan otonom tidak boleh dipengaruhi oleh siapapun,
namun hakim wajib mempertimbangkan keadilan yang berkembang di masyarakat.27
2. Mekanisme dasar Demokrasi pancasila
a. Paham Negara hukum
Negara Republik Indonesia adalah negara yang menganut sistem negara
hukum. Menjunjung tinggi dan taat kepada hukum hasil hikmat kebijaksanaan.
Tindakan negara harus dilandaskan atas hukum yang bersumber pada Pancasila untuk
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah serta memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan dasar tindakan ini
maka negara hukum yang dimaksud adalah negara hukum dalam arti material.
Tindakan negara hukum ini berlandaskan juga dua segi pokok, yaitu: segi
kegunaan dan landasan hukum. Jika sesuatu hal ada kegunaannya namun tidak ada
dasar hukumnya, harus ditentukan dahulu dasar hukumnya untuk landasan bertindak.
Sesuatu keputusan pemerintah tidak dapat diambil, jika tidak didasarkan atas hukum
yang sudah ada, dalam arti hukum wajar dan bukan secara mendadak atau yang
sewenang-wenang. Paham negara hukum ini juga untuk membatasi pemerintah yang
tidak terbatas.
b. Paham konstitusionalisme
Negara Indonesia yang berdasar kebersamaan menganut paham
kostitusionalisme, yaitu suatu pemerintahan yang dibatasi oleh ketentuan-ketentuan
yang termuat dalam konstitusi, atau pemerintah berdasarkan atas sistem hukum dasar
tidak bersifat absolutisme. Paham ini juga menegaskan cara pengendalian pemerintah
dibatasi oleh ketentuan -ketentuan konstitusi dan juga hukum dari produk konstitusi.
Dalam paham konstitusionalisme, undang undang dasar 1945 sebagai konstitusi
jelmaan pokok-pokok pikiran dalam pembukaan UUD 1945 pancaran dari pancasila,
berfungsi sebagai:
a. Dokumen yuridis yang mengatur pembagian kekuasaan antara lembaga-lembaga
Negara dan sistem pemerintahan Negara
27
Winarno Narmoatmojo,dkk, Pendidikan Kewarganegaraan (Yogyakarta: Ombak, 2015), hal. 95
b. Penentu dan pembatas kekuasaan pemerintahan serta menjamin dan memelihara
hak-hak asasi warga negara.28
3. Mekanisme pelaksanan demokrasi pancasila
a. Supremasi di tangan rakyat
Dalam sistem kedaulatan rakyat, pelaksanaan sepenuhnya dilakukan oleh
rakyat menurut Undang-Undang Dasar ( UUD 1945,pasal 1 (2) (III)). Dalam
penjelasan UUD 1945 dinyatakan: “Kekuasaan negara yang tertinggi berada di tangan
Majelis Permusyawaratan Rakyat”. Penjelasan ini menegaskan kedudukan atau posisi
MPR berada di atas lembaga-lembaga tinggi negara. Akan tetapi, berdasarkan
amandemen yang ketiga tahun 2001, Undang-Undang Dasar 1945, posisi MPR sejajar
dengan presiden, MPR bukan lembaga tertinggi rakyat.
Supremasi di tangan rakyat ini mengandung empat fungsi penting sebagai wujud
kedaulatan rakyat , yaitu:
1. Rakyat memiliki kekuasaan berdasarkan hukum untuk menetapkan segala sesuatu
yang telah ditegaskan oleh Undang-Undang Dasar 1945. Pemerintah menjalankan
kekuasaan sebagai wujud dari amanat yang diberikan oleh rakyat.
2. Pemerintah menjalankan kekuasaan atas nama rakyat bukan atas keinginan sendiri.
Dalam menjalankan kekuasaannya, pemerintah berada dalam pengawasan rakyat,
maka pemerintahan harus tunduk kepada pengawasan rakyat.
3. Kekuasaan yang diberikan oleh rakyat kepada pemerintah itu dijalankan untuk
kepentingan rakyat. Kepentingan rakyat harus diutamakan. Pemerintah harus
mendengarkan aspirasi rakyat dalam merumuskan dan menjalankan kebijakan.
4. Tidak adanya otorita tandinagan, baik dari perorangan atau kelompok kepartaian
ataupun badan yang mempunyai kekuasaan untuk mengesampingkan sesuatu yang
telah diputuskan oleh pemerintah yang mengakomodasikan aspirasi rakyat.
b. Pemerintah yang bertanggung jawab
Presiden ialah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi disamping
majelis. Presiden diangkat oleh majelis dan diberi tugas untuk melaksanakan
kebijaksanaan rakyat yang berupa garis-garis besar haluan negara ataupun ketetapan
lainnya. Presiden bertanggung jawab kepada rakyat bukan kepada majelis. Karena
presiden adalah sejajar dengan majelis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam ajaran Pancasila istilah demokrasi tidak disebutkan, demokrasi disamakan
dengan kerakyatan. Demokrasi atau kerakyatan yang berdasarkan Pancasila adalah
tercantum dalam sila keempat Pancasila, yaitu: Demokrasi yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Inilah merupakan rumusan
singkat demokrasi Indonesia
2. Prinsip demokrasi Pancasila, meliputi:
29
Noor Ms Bakry, Pendidikan Kewarganegaraan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), hal. 221-226
Kerakyatan
Hikmat kebijaksanaan
Permusyawaratan
Perwakilan
3. Aspek Demokrasi Pancasila, meliputi:
Aspek formal
Aspek material
Aspek kaidah
Aspek tujuan
Aspek organisasi
Aspek semangat
4. Mekanisme Demokrasi pancasila adalah suatu susunan yang terdiri atas bagian-
bagian yang dalam hubungan antara satu dengan lainnya merupakan satu kesatuan
yang berproses.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari segi materi maupun
segi penulisan. Oleh karena itu, kami sebagai penulis mohon saran dan perbaikan agar
makalah ini menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA