Anda di halaman 1dari 5

SHALAT SUNNAH

Ibadah sholat dalam garis besarnya, dibagi dua bagian. Pertama, shalat yang
difardhukan, dinamakan shalat Makrubah. Kedua, shalat yang tidak difardhukan tetapi
dianjurkan, dinamakan shalat Nafilah.

A. PENGERTIAN SHALAT SUNNAH


Shalat Sunnah atau Tathawwu’ adalah shalat yang dikerjakan di luar shalat fardhu.
Shalat sunnah banyak macamnya, ada yang dikerjakan secara jama’ah dan ada pula yang
dikerjakan secara munfarid (sendiri).
Shalat sunnah secara garis besar diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu shalat
sunnah rawatib dan shalat sunnah selain rawatib (ghairu rawatib).
Shalat Nafilah/Tathawwu/Sunnah ialah sholat yang tidak keras tuntutan
mengerjakannya. Menurut Syaikh Zakaria al-Ansari, kata-kata nafilah, sunnah,
tathawwu, mandub, mustahab, dan margub fih adalah kata yang searti.
Sunnah sendiri diartikan sebagai sesuatu yang apabila dikerjakan berpahala
namun apabila tidak dikerjakan rugi. Orang berpendapat bahwa ketika sunnah tidak
dikerjakan tidak berdosa itu benar, namun kita harus merubah mainset bahwa sunnah jika
tidak dikerjakan kita yang rugi. Jadi sholat Sunnah memiliki arti Sholat yang dikerjakan
berpahala namun jika ditinggakan rugi.

B. KEUTAMAAN SHOLAT SUNNAH


1. Menutupi kekurangan dalam Sholat Wajib.
Dari Tamim al-Dari dari Nabi Shallallaahu Alaiyhi Wa Sallam, bersabda: “Yang
pertamakali dihisab dari seorang hamba pada Hari Kiamat adalah shalatnya. Jika
dia mendirikannya secara sempurna, maka ditulis secara sempurna. Jika tidak, Allah
Azza Wa Jalla berfirman: ‘Lihatlah kalian, apakah kalian mendapatkan amala
sunnah pada hamba-Ku sehingga bisa menyempurnakan shalat wajibnya?. Lalu
zakatnya juga akan dihitung seperti ini, lalu semua amalnya juga akan dihisab
dengan cara seperti ini?’.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah dan ad-
Darimi)
2. Menghapus dosa dan meninggikan derajat
“Hendaklah engkau memperbanyak sujud (perbanyak shalat) kepada Allah. Karena
tidaklah engkau memperbanyak sujud karena Allah melainkan Allah akan
meninggikan derajatmu dan menghapuskan dosamu’.” Lalu Ma’dan berkata, “Aku
pun pernah bertemu Abu Darda’ dan bertanya hal yang sama. Lalu sahabat Abu
Darda’ menjawab sebagaimana yang dijawab oleh Tsauban padaku.” (HR. Muslim
no. 488).
Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Hadits ini adalah dorongan untuk
memperbanyak sujud dan yang dimaksud adalah memperbanyak sujud dalam
shalat.” (Syarh Shahih Muslim, 4: 205).
Cara memperbanyak sujud bisa dilakukan dengan memperbanyak shalat sunnah.
3. Akan dekat dengan Rasulullah di Surga
“Saya pernah bermalam bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu aku
membawakan air wudhunya dan air untuk hajatnya. Maka beliau berkata kepadaku,
“Mintalah kepadaku.” Maka aku berkata, “Aku hanya meminta agar aku bisa menjadi
teman dekatmu di surga.” Beliau bertanya lagi, “Adakah permintaan yang lain?” Aku
menjawab, “Tidak, itu saja.” Maka beliau menjawab, “Bantulah aku untuk
mewujudkan keinginanmu dengan banyak melakukan sujud (memperbanyak shalat).”
(HR. Muslim no. 489)
4. Sholat adalah sebaik – baik amalan
“Beristiqamahlah kalian dan sekali-kali kalian tidak dapat istiqomah dengan
sempurna. Ketahuilah, sesungguhnya amalan kalian yang paling utama adalah
shalat. Tidak ada yang menjaga wudhu melainkan ia adalah seorang mukmin.” (HR.
Ibnu Majah no. 277 dan Ahmad 5: 276. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits ini shahih)

C. MACAM SHALAT SUNNAH


1. Shalat Sunnah Rawatib
Shalat Sunnah rawatib adalah shalat sunnah yang mengikuti shalat fardhu,
yaitu shalat sunnah fajar (Sebelum Subuh), Dzuhur, ashar, magrib, dan isya. Shalat
sunnah rawatib ini diklasifikasikan menjadi 2 berdasarkan hukum yang mengikatnya
“shalat sunnah rawatib muakkad” atau “sunnah muakkad”. Maksudnya, shalat
Sunnah yang sangat ditekankan, sangat dianjurkan, dan tidak seyogianya
ditinggalkan. Riyadhus Sholihin karya Imam Nawawi, Kitab Al-Fadhail, Bab 195.
Keutamaan Shalat-Shalat Sunnah Rawatib.
Ummul Mukminun Ummu Habibah Ramlah binti Abu Sufyan radhiyallahu
‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, ‘Tidaklah seorang hamba yang muslim yang shalat karena Allah seitap
hari dua belas rakaat shalat sunnah selain shalat wajib, melainkan Allah pasti
membangunkan untuknya sebuah rumah di surga, atau melainkan dibangunkan
untuknya sebuah rumah di surga.’” (HR. Muslim, no. 728)
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Aku melaksanakan
shalat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dua rakaat sebelum Dzuhur,
dua rakaat setelahnya, dua rakaat setelah Jum’at, dua rakaat setelah Maghrib, dua
rakaat setelah Isya.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 1172 dan Muslim, no.
729]
Dari ‘Abdullah bin Mughaffal radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Di antara setiap dua azan
terdapat shalat, di antara setiap dua azan terdapat shalat, di antara setiap dua azan
terdapat shalat.” Beliau berkata yang ketiga kalinya, “Bagi siapa yang
menghendaki.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 627 dan Muslim, no. 838].
Yang dimaksud dua azan adalah azan dan iqamah.

2. Jumlah Rakaat Sholat Rawatib


Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Barangsiapa merutinkan shalat sunnah dua belas rakaat dalam sehari,
maka Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah di surga. Dua belas rakaat
tersebut adalah empat rakaat sebelum Dzuhur, dua rakaat sesudah Dzuhur, dua
rakaat sesudah Maghrib, dua rakaat sesudah ‘Isya, dan dua rakaat sebelum
Shubuh.” (HR. Tirmidzi, no. 414. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa
sanad hadits ini hasan).
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau mengatakan: “Aku menghafal
dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sepuluh rakaat (sunnah rawatib), yaitu dua
rakaat sebelum Dzuhur, dua rakaat sesudah Dzuhur, dua rakaat sesudah Maghrib,
dua rakaat sesudah ‘Isya, dan dua rakaat sebelum Shubuh.” (HR. Bukhari, no.
1180).

3. Hukum Sholat Rawatib


Shalat sunnah rawatib ini diklasifikasikan menjadi 2 berdasarkan hukum yang
mengikatnya yaitu “shalat sunnah rawatib muakkad” atau “sunnah muakkad”
Maksudnya, shalat Sunnah yang sangat ditekankan, sangat dianjurkan, dan tidak
seyogyanya ditinggalkan. Dan “shalat sunnah rawatib ghairu muakkad” maksudnya
shalat ini dianjurkan tetapi tidak ditekankan sebagaimana “shalat sunnah rawatib
muakkad”. Namun demikian, tidak ditekankannya perintah shalat ini bukan berarti
alasan bagi kita untuk meninggalkannya.

a. Shalat Sunnah Rawatib Muakkad


1) Shalat Sunnah Fajar (Sebelum Subuh)
Di antara shlata sunah rawatib yang lain shalat sunnah fajar adalah
yang paling ditekankan, sebab memiliki fadhilah (keutamaan) yang sangat
besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Dua rakaat fajar
lebih baik daripada dunia dan isinya.” (HR. Muslim, Tirmidzi, dan An
Nasai).
2) Shalat Sunnah Dzuhur
Shalat sunnah dhurur terdiri dari shalat “sunnah qabliya” (sebelum
shalat Dzuhur) dan “sunnah ba’diyah” (setelah shalat Dzuhur). Shalat sunnah
Dzuhur dapat dilakukan dengan cara berikut :
 2 rakaat sebelum Dzuhur dan 2 rakaat setelah Dzuhur
 4 rakaat sebelum dhurur dan 4 rakaat setelah Dzuhur
 4 rakaat sebelum dhurur dan 2 rakaat setelah dhurur
3) Shalat Sunnah Setelah Maghrib
Shalat sunnah Magrib dilakukan 2 rakaat setelah shalat Maghrib.
Seperti yang dijelaskan dalam hadits di atas HR. Bukhari no. 1180.
4) Shalat Sunnah Setelah Isya’
Shalat sunnah Isya’ dilakukan 2 rakaat setelah shalat Isya’. Seperti
yang dijelaskan dalam hadits di atas HR. Bukhari no. 1180.
b. Shalat Sunnah Rawatib Ghairu Muakkad
1) Shalat Sunnah Sebelum Maghrib
Shalat sunnah sebelum Maghrib hukumnya sunnah berdasarkan
perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam : “kerjakanlah shalat
sebelum shalat maghrib.” Beliau mengucapkannya tiga kali, lalu bersabda
“bagi siapa yang menghendaki.” (HR. Bukhari dari Abdullah Al Muzanni
radhiyallahu ‘anhu).
2) Shalat Sunnah Sebelum Isya’
Shalat sunnah sebelum Isya’ disunnahkan berdasarkan hadits
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Di antara setiap dua
azan terdapat shalat, di antara setiap dua azan terdapat shalat, di antara
setiap dua azan terdapat shalat.” Beliau berkata yang ketiga kalinya, “Bagi
siapa yang menghendaki.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 627 dan
Muslim, no. 838].

3) Shalat Sunnah Sebelum Ashar


Shalat sunnah sebelum Ashar disunnahkan dua rakaat atau 4 rakaat
sesuai dengan perbedaan riwayat dalam hal ini. Hadits yang menjelaskan
empat rakaat dalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
“Allah mengasihi orang yang megerjakan shalat sebelum Ashar empat
rakaat.” (HR. Tirmidzi dari Umar radhiyallahu ‘anhu).

Anda mungkin juga menyukai