DOSEN PENGAMPU:
NI NYOMAN AYU DESY SEKARINI, S.ST., M.Keb.
DISUSUN OLEH:
1. LUH PADMA YONI (1006091012)
2. NI KETUT ASRI DIAN LESTARI (1906091020)
3. NI PUTU IRMA LUSIANA HERAWATI (1906091024)
4. MADE PURNAMI ASRI WAHYUNI (1906091026)
5. JUNIA ANDYK DAMAYANTHI (1906091036)
6. KIRAN LISTYANTARI (1906091040)
7. DESAK TIKA NARI P. H (1906091044)
8. KADEK PUTRI WIDIANTARI (1906091048)
TINGKAT 1B
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2019
KEBUTUHAN NUTRISI
MELAKUKAN NGT
5. Prosedur Kerja
1. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuannya pada pasien.
2. Dekatkan alat-alat ke pasien.
3. Cuci tangan.
4. Atur posisi pasien dalam posisi high fowler (kepala pasien diangkat 80-
900)
5. Memasang handuk dan tisu pada dada pasien.
6. Cek kondisi lubang hidung pasien, dan perhatikan jika adanya sumbatan.
7. Kenakan sarung tangan.
8. Untuk menentukan insersi NGT, intruksikan pasien untuk rileks dan
bernapas secara normal dengan menutup salah satu hidung. Kemudian
ulangi pada lubang hidung lainnya.
9. Ukur panjang tube/selang nasogastrik yang akan dimasukkan dengan
menggunakan metode:
a. Metode tradisional : ukur jarak dari puncak lubang hidung ke daun
telinga dan ke prosesus xipoideus di sternum.
b. Metode Hanson : mula-mula tandai 50 cm pada tube/selang
nasogastrik, kemudian lakukan pengukuran dengan metode tradisional.
Selang yang akan dimasukkan pada pertengahan antara 50 cm dengan
tanda tradisional.
10. Beri tanda pada panjang selang yang sudah diukur dengan plester.
11. Olesi jelly pada NGT sepanjang 10-20 cm.
12. Informasikan pada pasien bahwa selang akan dimasukkan, dan
instruksikan pada pasien untuk mengatur posisi kepala ekstensi. Lalu
masukkan selang nasogastrik melalui lubang hidung yang telah ditentukan.
13. Bila selang telah melewati nasofaring (kira-kira 3-4 cm), instruksikan
pasien untuk menekuk leher dan menelan.
14. Jika sudah memasang NGT, periksa letak selang dengan cara:
a. Pasang spuid yang telah ditarik pendorongya pada angka 10-20 ml udara
pada ujung NGT. Letakkan stetoskop pada daerah gaster, kemudian
suntikkan spuid tersebut. Jika pada auskultasi terdengar suara hentakan
udara, berarti selang NGT masuk ke dalam lambung.
b. Aspirasi pelan-pelan untuk mendapatkan isi lambung dengan
menggunakan spuit.
c. Masukkan ujung bagian luar selang NGT ke dalam mangkok yang berisi
air, jika ada gelembung udara berarti masuk ke dalam paru-paru, jika tidak
ada gelembung udara berarti masuk ke dalam lambung.
15. Fiksasi selang NGT dengan plester dan hindari penekanan pada hidung.
16. Tutup ujung luar NGT, bila tidak ada penutup dapat di klem.
17. Evaluasi pasien setelah terpasang NGT.
18. Rapikan alat-alat.
19. Cuci tangan.
20. Dokumentasikan hasil tindakan ini pada catatan perawatan.
KEBUTUHAN NUTRISI
MELAKUKAN OGT
5. Prosedur Kerja
1. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuannya pada pasien.
2. Dekatkan alat-alat ke pasien.
3. Cuci tangan.
4. Atur posisi pasien dengan posisi supinasi.
5. Pasang handuk pada dada pasien, letakkan tissu pada jangkauan pasien.
6. Pasang perlak, pengalas dan bengkok di samping telinga pasien.
7. Untuk menentukan insersi NGT, intruksikan pasien untuk rileks dan
bernapas secara normal.
8. Bersihkan area sekitar mulut menggunakan tissu.
9. Pasang stetoskop pada telinga.
10. Ukur panjang tube/selang oral gastrik yang akan dimasukkan dengan
menggunakan metode:
a. Metode tradisional : ukur jarak dari tepi mulut ke daun telinga bawah
dan ke prosesus xipoideus di sternum.
b. Metode Hanson : mula-mula tandai 50 cm pada tube/selang oral
gastrik, kemudian lakukan pengukuran dengan metode tradisional.
Selang yang akan dimasukkan pada pertengahan antara 50 cm dengan
tanda tradisional.
11. Informasikan pada pasien bahwa selang akan dimasukkan, dan instruksikan
pada pasien untuk mengatur posisi kepala ekstensi. Lalu masukkan selang
oral gastrik dalam mulut yang telah ditentukan. Jika terasa agak tertahan
putarlah selang dan jangan dipaksakan masuk.
12. Bila selang telah melewati nasofaring (kira-kira 3-4 cm), instruksikan
pasien untuk menekuk leher dan menelan. Jika perlu berikan sedikit air
minum.
13. Jangan memaksakan selang untuk masuk. Jika ada hambatan atau pasien
tersedak, sianosis, hentikan mendorong selang. Periksa posisi selang
dibelakang tenggorokan dengan menggunakan tongue spatel dan senter.
14. Jika telah selesai memasang OGT sampai ujung yang telah ditentukan,
instruksikan pasien untuk bernafas normal dan rileks.
15. Periksa posisi selang dengan menggunakan kedua cara berikut:
a. Dengan memasang spuit, injeksikan sedikit udara (0,5-1 ml untuk bayi
prematur, dan sampai 5 ml untuk anak yang leih besar) ke dalam
selang sambil secara bersamaan mendengarkan dengan stetoskop di
atas area lambung.
b. Mengaspirasi pelan-pelan untuk mendapatkan isi lambung yang
menunjukkan penempatan yang tepat. Perhatikan jumlah dan karakter
cairan yang diaspirasi dan kembalikan cairan tersebut ke lambung.
16. Lepaskan sarung tangan.
17. Fiksasi selang OGT denga plester pada pipi.
18. Mengatur kembali posisi pasien setelah terpasang OGT.
19. Evaluasi pasien setelah terpasang NGT.
20. Rapikan alat-alat.
21. Cuci tangan.
22. Dokumentasikan hasil tindakan ini pada catatan perawatan.
KEBUTUHAN ELIMINASI
MELAKUKAN KATETERISASI
1. Pengertian Kateterisasi
Katerterisasi merupakan tindakan memasukkan kateter ke dalam kandung
kemih melalui uretra untuuk memenuhi kebutuhan eliminasi, sebagai
pengambilan bahan pemeriksaan.
5. Prosedur Kerja
1. Cuci tangan
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3. Atur ruangan
4. Pasang perlak/alas
5. Gunakan sarung steril
6. Pasang duk steril
7. Bersihkan vulva dengan kapas sublimat dari atas ke bawah (kurang lebih
3 kali)
8. Buka labia mayora dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri. Bersihkan
bagian dalam.
9. Kateter diberi minyak pelumas atau jelly pada ujungnya, lalu asupan
pelan-pelan sambal anjurkan pasien untuk Tarik nafas, asupan (2,5 – 5
cm) atau hingga urine keluar.
10. Setelah selesai, isi balon dengan cairan akuades atau sejenisnya dengan
menggunakan spuit untuk yang dipasang tetap. Bila tidak dipasang tetap
Tarik kembali sambal pasien disuruh nafas dalam.
11. Sambung kateter dengan urineal bag dan fiksasi kea rah samping.
12. Rapikan alat.
13. Cuci tangan.
KEBUTUHAN PERSONAL HYGIENCE
MEMANDIKAN PASIEN DI TEMPAT TIDUR
5. Prosedur Kerja
1. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Atur posisi pasien
4. Pada pasien, lakukan tindakan memandikan yang diawali dengan
membentangkan handuk dibawah kepala. Kemudian bersihkan
muka,telinga, dan leher, dengan sarung tangan pengusap. Keringkan
dengan handuk
5. Kain penutup diturunkan, kedua tangan pasien dinaikan ke atas serta
handuk handuk di atas dada pasien di pindahkan dan di bentangkan,
kemudian kembalikan kedua tangan ke posisi awal di atas handuk, lalu
basahi kedua tangan denga air bersih. Keringkan dengan handuk
6. Kedua tangan dinaikan ke atas,handuk dipindahkan di sisi pasien lalu
bersihkan daerah dada dan peru. Keringkan dengan handuk
7. Miringkan pasien ke kiri, handuk di bentangkan di bawah punggung
sampai glutea dan basahi basahi punggung hingga glutea, lalu keringkan
dengan handuk. Selanjutnya, miringkan pasien ke kanan dan lakukan hal
yang sama. Setelahnya, kembalikan pasien ke posisi telentang dan
pasangkan pakaian dengan rapi.
8. Letakkan handuk di bawah lutut, lalu bersihkan kaki. Kaki yang paling jauh
didahulukan dan dimkeringkan dengan handuk.
9. Ambil handuk dan letakkan di bawah glutea. Pakaian bawah perut di buka
lalu bersihkan daerah lipatan paha genetalia. Setelah selesai, pasang
kembali pakaian dengan rapi.
10. Cuci tangan
KEBUTUHAN PERSONAL HYGIENCE
MELAKUKAN VULVA HYGIENCE
5. Posedur Kerja
1. Jelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada pasien.
2. Cuci tangan .
3. Sambil berkomunikasi pasang sampiran dan tutup pintu ruangan, dekatkan
peralatan.
4. Sambil berkomunikasi, atur posisi pasien pada posisi Dorsal recumbent.
5. Sambil berkomunikasi pasang alas bokong dan letakkan bedpan dibawah
bokong pasien.
6. Sambil berkomunikasi, pasang selimut mandi dengan salah satu sudut
berada diantara kedua kaki, kemudian lilitkan kedua ujung kiri dan kanan
di masing-masing paha klien.
7. Isi waskon dengan air hangat 410C – 430C.
8. Tepatkan waskon berisi air dan kapas savlon kedekat pasien.
9. Sambil berkomunikasi fleksikan lutut pasien.
10. Pasang sarung tangan.
11. Sambil berkomunikasi angkat selimut mandi yang menutupi genetalia,
letakkan diatas abdomen.
12. Cuci dan keringkan paha atas.
13. Cuci labia mayora dengan kapas savlon.
14. Sambil berkomunikasi, dengan tanga yang tidak dominan renggangkan
labia mayora.
15. Sambil berkomunikasi, dengan memakai tangan dominan lakukan vulva
hygiene dengan kapas savlon dari atas kebawa, mulai dari sisi luar kiri
kanan menuju ketengah (minimal 5 kali usapan), setiap kapas savlon hanya
dipakai untuk satu kali usapan lalu buang.
16. Sambil berkomunikasi, cci are pubik menuju ke anus dengan gosokan
lembut menggunakan kapas savlon/waslap
17. Jika klien mengunakan bedpan, siramkan air hangat ke atas area perineum.
18. Sambil berkomunikasi, keringkan daerah perineum dengan handuk.
19. Sambil berkomunikasi, letakkan kembali sudut selimut mandi diantara
kedua paha.
20. Sambil berkomunikasi, angkat bedpan dan bantu pasien ke posisi miring.
21. Sambil berkomunikasi, bersihkan daerah anus dengan gosokan lembut
mengunakan waslpa dari arah vagina menuju kearah anus sampai bersih
dan keringkan dengan handuk.
22. Lepas sarung tangan.
23. Sambil berkomunikasi, bantu klien kembali keposisi semula.
24. Sambil berkomunikasi, angkat selimut mandi dan alas bokong.
25. Sambil berkomunikasi pasang selimut dan rapikan pasien.
26. Cuci tangan.
27. Catat hasil tindakan (jumlah dan karakter secrat dan kondisi genetalia).