Anda di halaman 1dari 14

KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN

DOSEN PENGAMPU:
NI NYOMAN AYU DESY SEKARINI, S.ST., M.Keb.

DISUSUN OLEH:
1. LUH PADMA YONI (1006091012)
2. NI KETUT ASRI DIAN LESTARI (1906091020)
3. NI PUTU IRMA LUSIANA HERAWATI (1906091024)
4. MADE PURNAMI ASRI WAHYUNI (1906091026)
5. JUNIA ANDYK DAMAYANTHI (1906091036)
6. KIRAN LISTYANTARI (1906091040)
7. DESAK TIKA NARI P. H (1906091044)
8. KADEK PUTRI WIDIANTARI (1906091048)

TINGKAT 1B
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2019
KEBUTUHAN NUTRISI
MELAKUKAN NGT

1. Pengertian Nasogastric Tube (NGT)


Nasogastrc Tube (NGT) adalah alat yang digunakan untuk memasukkan
nutrisi cair dengan selang plastik/selang nasogastrik (tube) yang dipasang melalui
rongga hidung sampai lambung (gaster).

2. Tujuan Pemasangan Nasogastric Tube (NGT)


Tujuan dari pemasangan NGT, yaitu:
1. Memasukkan makanan cair atau obat-obatan cair.
2. Mengeluarkan cairan atau isi lambung dan gas yang terdapat di dalam
lambung.
3. Mengirigasi karena pendarahan atau keracunan dalam lambung.
4. Mencegah atau mengurangi nausea dan vomiting setelah pembedahan atau
trauma.
5. Mengambil specimen pada lambung untuk pemeriksaan diagnostic.

3. Pasien untuk Pemasangan Nasogastric Tube (NGT)


Pemasangan NGT dilakukan pada pasien:
1. Pada pasien yang tidak sadar (koma).
2. Pada pasien dengan masalah saluran pencernaan atas, misalnya stenosis
esofagus, tumor mulut atau faring/esofagus, dan lain-lain.

4. Persiapan Alat dan Bahan


1. Selang NGT dengan nomor yang sesuai dengan usia pasien.
2. Jelly yang larut dalam air.
3. Tongue spatel.
4. Sarung tangan.
5. Spuit ukuran 50-100 cc.
6. Stetoskop.
7. Handuk.
8. Tisu.
9. Bengkok.

5. Prosedur Kerja
1. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuannya pada pasien.
2. Dekatkan alat-alat ke pasien.
3. Cuci tangan.
4. Atur posisi pasien dalam posisi high fowler (kepala pasien diangkat 80-
900)
5. Memasang handuk dan tisu pada dada pasien.
6. Cek kondisi lubang hidung pasien, dan perhatikan jika adanya sumbatan.
7. Kenakan sarung tangan.
8. Untuk menentukan insersi NGT, intruksikan pasien untuk rileks dan
bernapas secara normal dengan menutup salah satu hidung. Kemudian
ulangi pada lubang hidung lainnya.
9. Ukur panjang tube/selang nasogastrik yang akan dimasukkan dengan
menggunakan metode:
a. Metode tradisional : ukur jarak dari puncak lubang hidung ke daun
telinga dan ke prosesus xipoideus di sternum.
b. Metode Hanson : mula-mula tandai 50 cm pada tube/selang
nasogastrik, kemudian lakukan pengukuran dengan metode tradisional.
Selang yang akan dimasukkan pada pertengahan antara 50 cm dengan
tanda tradisional.
10. Beri tanda pada panjang selang yang sudah diukur dengan plester.
11. Olesi jelly pada NGT sepanjang 10-20 cm.
12. Informasikan pada pasien bahwa selang akan dimasukkan, dan
instruksikan pada pasien untuk mengatur posisi kepala ekstensi. Lalu
masukkan selang nasogastrik melalui lubang hidung yang telah ditentukan.
13. Bila selang telah melewati nasofaring (kira-kira 3-4 cm), instruksikan
pasien untuk menekuk leher dan menelan.
14. Jika sudah memasang NGT, periksa letak selang dengan cara:
a. Pasang spuid yang telah ditarik pendorongya pada angka 10-20 ml udara
pada ujung NGT. Letakkan stetoskop pada daerah gaster, kemudian
suntikkan spuid tersebut. Jika pada auskultasi terdengar suara hentakan
udara, berarti selang NGT masuk ke dalam lambung.
b. Aspirasi pelan-pelan untuk mendapatkan isi lambung dengan
menggunakan spuit.
c. Masukkan ujung bagian luar selang NGT ke dalam mangkok yang berisi
air, jika ada gelembung udara berarti masuk ke dalam paru-paru, jika tidak
ada gelembung udara berarti masuk ke dalam lambung.
15. Fiksasi selang NGT dengan plester dan hindari penekanan pada hidung.
16. Tutup ujung luar NGT, bila tidak ada penutup dapat di klem.
17. Evaluasi pasien setelah terpasang NGT.
18. Rapikan alat-alat.
19. Cuci tangan.
20. Dokumentasikan hasil tindakan ini pada catatan perawatan.
KEBUTUHAN NUTRISI
MELAKUKAN OGT

1. Pengertian Oral Gastric Tube (OGT)


Oral Gastric Tube (OGT) adalah alat yang digunakan untuk memasukkan
nutrisi cair atau nutrisi padat yang dicairkan dengan selang plastik/selang oral
gastrik (tube) yang dipasang melalui rongga hidung sampai lambung (gaster) pada
bayi atau anak.

2. Tujuan Pemasangan Oral Gastric Tube (OGT)


Tujuan dari pemasangan OGT, yaitu:
1. Memasukkan makanan atau obat-obatan cair atau padat yang dicairkan.
2. Mengeluarkan cairan atau isi lambung dan gas yang ada dalam lambung.
3. Mengirigasi karena pendarahan atau keracunan dalam lambung.
4. Mencegah atau mengurangi mual dan muntah setelah pembedahan atau
trauma.
5. Mengambil specimen pada lambung studi laboratorium.

3. Pasien untuk Pemasangan Oral Gastric Tube (OGT)


Pemasangan OGT dilakukan pada pasien:
1. Pada anak yang tidak sadar (koma).
2. Pada bayi yang lahir prematur.
3. Pada pasien yang tidak mampu menelan .
4. Pada pasien yang tidak mampu makan melalui mulut.
5. Pada pasien dengan masalah saluran pencernaan atas (stenosis esophagus,
tumor mulut/faring/esophagus, dan lain-lain.
6. Pada pasien pasca operasi mulut/hidung atau esofagus.

4. Persiapan Alat dan Bahan


1. Selang OGT dengan nomor 5 atau 8 (untuk anak yang lebih kecil).
2. Air steril (utuk bayi).
3. Sulip lidah (tongue spatel).
4. Sarung tangan.
5. Penlight.
6. Spuit ukuran 20-50 cc.
7. Plester dan gunting.
8. Stetoskop.
9. Baskom berisi air (jika tidak ada stetoskop).
10. Klem.
11. Pengalas.
12. Tissu.
13. Bengkok.

5. Prosedur Kerja
1. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuannya pada pasien.
2. Dekatkan alat-alat ke pasien.
3. Cuci tangan.
4. Atur posisi pasien dengan posisi supinasi.
5. Pasang handuk pada dada pasien, letakkan tissu pada jangkauan pasien.
6. Pasang perlak, pengalas dan bengkok di samping telinga pasien.
7. Untuk menentukan insersi NGT, intruksikan pasien untuk rileks dan
bernapas secara normal.
8. Bersihkan area sekitar mulut menggunakan tissu.
9. Pasang stetoskop pada telinga.
10. Ukur panjang tube/selang oral gastrik yang akan dimasukkan dengan
menggunakan metode:
a. Metode tradisional : ukur jarak dari tepi mulut ke daun telinga bawah
dan ke prosesus xipoideus di sternum.
b. Metode Hanson : mula-mula tandai 50 cm pada tube/selang oral
gastrik, kemudian lakukan pengukuran dengan metode tradisional.
Selang yang akan dimasukkan pada pertengahan antara 50 cm dengan
tanda tradisional.
11. Informasikan pada pasien bahwa selang akan dimasukkan, dan instruksikan
pada pasien untuk mengatur posisi kepala ekstensi. Lalu masukkan selang
oral gastrik dalam mulut yang telah ditentukan. Jika terasa agak tertahan
putarlah selang dan jangan dipaksakan masuk.
12. Bila selang telah melewati nasofaring (kira-kira 3-4 cm), instruksikan
pasien untuk menekuk leher dan menelan. Jika perlu berikan sedikit air
minum.
13. Jangan memaksakan selang untuk masuk. Jika ada hambatan atau pasien
tersedak, sianosis, hentikan mendorong selang. Periksa posisi selang
dibelakang tenggorokan dengan menggunakan tongue spatel dan senter.
14. Jika telah selesai memasang OGT sampai ujung yang telah ditentukan,
instruksikan pasien untuk bernafas normal dan rileks.
15. Periksa posisi selang dengan menggunakan kedua cara berikut:
a. Dengan memasang spuit, injeksikan sedikit udara (0,5-1 ml untuk bayi
prematur, dan sampai 5 ml untuk anak yang leih besar) ke dalam
selang sambil secara bersamaan mendengarkan dengan stetoskop di
atas area lambung.
b. Mengaspirasi pelan-pelan untuk mendapatkan isi lambung yang
menunjukkan penempatan yang tepat. Perhatikan jumlah dan karakter
cairan yang diaspirasi dan kembalikan cairan tersebut ke lambung.
16. Lepaskan sarung tangan.
17. Fiksasi selang OGT denga plester pada pipi.
18. Mengatur kembali posisi pasien setelah terpasang OGT.
19. Evaluasi pasien setelah terpasang NGT.
20. Rapikan alat-alat.
21. Cuci tangan.
22. Dokumentasikan hasil tindakan ini pada catatan perawatan.

KEBUTUHAN ELIMINASI
MELAKUKAN KATETERISASI
1. Pengertian Kateterisasi
Katerterisasi merupakan tindakan memasukkan kateter ke dalam kandung
kemih melalui uretra untuuk memenuhi kebutuhan eliminasi, sebagai
pengambilan bahan pemeriksaan.

2. Tujuan Pemasangan Kateterisasi


Kateter biasanya diperlukan ketika seseorang yang sedang sakit tidak mampu
mengosongkan kandung kemihnya. Jika kandung kemih tidak dikosongkan, air
kencing akan menumpuk pada ginjal dan menyebabkan kerusakan hingga
gagalnya fungsi ginjal itu sendiri.

3. Pasien untuk Pemasangan Kateterisasi


Kateterisasi diberikan kepada pasien apabila pasien mengalami:
1. Tidak dapat buang air kecil sendiri
2. Tidak bisa mengendalikan frekuensi buang air kecilnya atau aliran urinnya.
3. Memiliki masalah kesehatan kemih.
4. Dirawat inap untuk operasi.
5. Sedang dalam koma.
6. Dibius dalam jangka waktu lama.
7. Memiliki retensi kemih akut atau kronis
8. Tidak diperbolehkan untuk banyak bergerak, misalnya akibat cedera atau
setelah operasi.
9. Frekuensi dan volume produksi dan aliran keluarnya urin perlu dimonitor,
misalnya pada pasien penyakit ginjal.
10. Pernah didiagnosis dengan kondisi medis yang perlu pemasangan kateter.
Beberapa contohnya meliputi cedera saraf tulang belakang, multiple
sclerosis dan demensia.

4. Persiapan Alat dan Bahan


1. Sarung tangan steril
2. Kateter steril (sesuai dengan ukuran dan jenis)
3. Duk steril
4. Minyak pelumas/jelly
5. Larutan pembersih antispetik (Kapas sublimat)
6. Spuit yang berisi cairan
7. Perlak dan alasnya
8. Pinset anatomi
9. Bengkok
10. Urineal bag
11. Sampiran

5. Prosedur Kerja
1. Cuci tangan
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3. Atur ruangan
4. Pasang perlak/alas
5. Gunakan sarung steril
6. Pasang duk steril
7. Bersihkan vulva dengan kapas sublimat dari atas ke bawah (kurang lebih
3 kali)
8. Buka labia mayora dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri. Bersihkan
bagian dalam.
9. Kateter diberi minyak pelumas atau jelly pada ujungnya, lalu asupan
pelan-pelan sambal anjurkan pasien untuk Tarik nafas, asupan (2,5 – 5
cm) atau hingga urine keluar.
10. Setelah selesai, isi balon dengan cairan akuades atau sejenisnya dengan
menggunakan spuit untuk yang dipasang tetap. Bila tidak dipasang tetap
Tarik kembali sambal pasien disuruh nafas dalam.
11. Sambung kateter dengan urineal bag dan fiksasi kea rah samping.
12. Rapikan alat.
13. Cuci tangan.
KEBUTUHAN PERSONAL HYGIENCE
MEMANDIKAN PASIEN DI TEMPAT TIDUR

1. Memandikan Pasien Di Tempat Tidur


Memandikan pasien di tempat tidur adalah suatu tindakan keperawatan yang
dilakukan pada pasien yang tidak mampu mandi secara sendiri dengan cara
memandikannya di tempat tidur.
2. Tujuan Memandikan Pasien di Tempat Tidur
Tujuan dari memandikan pasien di tempat tidur, yaitu:
1. Menjaga kebersihan tubuh.
2. Mengurangi infeksi akibat kotor.
3. Memperlancar sistem peredaran darah.
4. Menambah kenyamanan pasien.

3. Paien untuk Dimandikan di Tempat Tidur


Memandikan pasien di tempat tidur dilakukan pada pasien:
1. Pada pasien, terutama bila kotor sekali dan keadaan umumnya
memungkinkan.
2. Pada pasien yang dirawat, sekurang kurangnya dua kali sehari dengan
kondisinya.

4. Persiapan Alat dan Bahan


1. Baskom mandi dua buah, masing – masing berisi air dingin dan air hangat
2. Pakian pengganti
3. Kain penutup
4. Handuk,sarung tangan pengusap badan
5. Tempat untuk pakian kotor
6. Sampiran
7. Sabun

5. Prosedur Kerja
1. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Atur posisi pasien
4. Pada pasien, lakukan tindakan memandikan yang diawali dengan
membentangkan handuk dibawah kepala. Kemudian bersihkan
muka,telinga, dan leher, dengan sarung tangan pengusap. Keringkan
dengan handuk
5. Kain penutup diturunkan, kedua tangan pasien dinaikan ke atas serta
handuk handuk di atas dada pasien di pindahkan dan di bentangkan,
kemudian kembalikan kedua tangan ke posisi awal di atas handuk, lalu
basahi kedua tangan denga air bersih. Keringkan dengan handuk
6. Kedua tangan dinaikan ke atas,handuk dipindahkan di sisi pasien lalu
bersihkan daerah dada dan peru. Keringkan dengan handuk
7. Miringkan pasien ke kiri, handuk di bentangkan di bawah punggung
sampai glutea dan basahi basahi punggung hingga glutea, lalu keringkan
dengan handuk. Selanjutnya, miringkan pasien ke kanan dan lakukan hal
yang sama. Setelahnya, kembalikan pasien ke posisi telentang dan
pasangkan pakaian dengan rapi.
8. Letakkan handuk di bawah lutut, lalu bersihkan kaki. Kaki yang paling jauh
didahulukan dan dimkeringkan dengan handuk.
9. Ambil handuk dan letakkan di bawah glutea. Pakaian bawah perut di buka
lalu bersihkan daerah lipatan paha genetalia. Setelah selesai, pasang
kembali pakaian dengan rapi.
10. Cuci tangan
KEBUTUHAN PERSONAL HYGIENCE
MELAKUKAN VULVA HYGIENCE

1. Pengertian Vulva Hygience


Vulva hygiene adalah membersihkan vulva dan daerah sekitarnya pada pasien
wanita yang sedang nifas atau tidak dapat melakukannya sendiri.
 
2. Tujuan untuk Melakukan Vulva Hygience
Tujuan dari melakukan vulva hygience, yaitu:
1. Menjaga kebersihan vulva
2. Mencegah terjadinya infeksi pada vulva.
3. Mencegah masuknya mikroorganisme pada urogenital tractus.

3. Pasien untuk Pemberian Vulva Hygience


Pasien yang diberikan perawatan vulva hiygien adalah pada pasien wanita
yang sedang nifas atau tidak dapat melakukannya sendiri.

4. Persiapan Alat dan Bahan


1. Waskom.
2. Sabun.
3. Waslap.
4. Kapas savlon.
5. Selimut mandi.
6. Alas bokong.
7. Bedpan/pispot.
8. Sarng tangan bersih.
9. Scerem/sampiran.
10. Nierbecken/bengkok.

5. Posedur Kerja
1. Jelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada pasien.
2. Cuci tangan .
3. Sambil berkomunikasi pasang sampiran dan tutup pintu ruangan, dekatkan
peralatan.
4. Sambil berkomunikasi, atur posisi pasien pada posisi Dorsal recumbent.
5. Sambil berkomunikasi pasang alas bokong dan letakkan bedpan dibawah
bokong pasien.
6. Sambil berkomunikasi, pasang selimut mandi dengan salah satu sudut
berada diantara kedua kaki, kemudian lilitkan kedua ujung kiri dan kanan
di masing-masing paha klien.
7. Isi waskon dengan air hangat 410C – 430C.
8. Tepatkan waskon berisi air dan kapas savlon kedekat pasien.
9. Sambil berkomunikasi fleksikan lutut pasien.
10. Pasang sarung tangan.
11. Sambil berkomunikasi angkat selimut mandi yang menutupi genetalia,
letakkan diatas abdomen.
12. Cuci dan keringkan paha atas.
13. Cuci labia mayora dengan kapas savlon.
14. Sambil berkomunikasi, dengan tanga yang tidak dominan renggangkan
labia mayora.
15. Sambil berkomunikasi, dengan memakai tangan dominan lakukan vulva
hygiene dengan kapas savlon dari atas kebawa, mulai dari sisi luar kiri
kanan menuju ketengah (minimal 5 kali usapan), setiap kapas savlon hanya
dipakai untuk satu kali usapan lalu buang.
16. Sambil berkomunikasi, cci are pubik menuju ke anus dengan gosokan
lembut menggunakan kapas savlon/waslap
17. Jika klien mengunakan bedpan, siramkan air hangat ke atas area perineum.
18. Sambil berkomunikasi, keringkan daerah perineum dengan handuk.
19. Sambil berkomunikasi, letakkan kembali sudut selimut mandi diantara
kedua paha.
20. Sambil berkomunikasi, angkat bedpan dan bantu pasien ke posisi miring.
21. Sambil berkomunikasi, bersihkan daerah anus dengan gosokan lembut
mengunakan waslpa dari arah vagina menuju kearah anus sampai bersih
dan keringkan dengan handuk.
22. Lepas sarung tangan.
23. Sambil berkomunikasi, bantu klien kembali keposisi semula.
24. Sambil berkomunikasi, angkat selimut mandi dan alas bokong.
25. Sambil berkomunikasi pasang selimut dan rapikan pasien.
26. Cuci tangan.
27. Catat hasil tindakan (jumlah dan karakter secrat dan kondisi genetalia).

Anda mungkin juga menyukai