Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Ilmiah Pariwisata, Volume 23 No.

1 Maret 2018

CITRA DESTINASI MELALUI FILM:


(STUDI KASUS KAMPUNG WISATA BATIK KAUMAN
PEKALONGAN)

Deivy Zulyanti Nasution


Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti

deivyzn@gmail.com

Abstrak

Kurang maksimalnya peningkatan kunjungan wisata ke Kampung Wisata Batik Kau-


man Pekalongan, dapat disebabkan kurang efektifnya media promosi yang dilakukan
oleh pemerintah. Dimana pemerintah belum pernah menggunakan film sebagai sarana
promosi, padahal film merupakan salah satu media yang efektif dalam membangun citra
suatu destinasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh film terhadap citra destinasi, film
yang digunakan adalah film dokumenter yang diproduksi oleh penulis, metode
penelitian menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan survey, instrumen
penelitian menggunakan kuesioner yang di unduh melalui www.surveymonkey.com da-
lam kurun waktu 2 bulan, populasi sebanyak 168 orang dan teknik pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling yaitu 100 responden yang mengisi kuesioner secara
lengkap, teknik analisis yang digunakan uji paired t test dan uji regresi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui film yang berjudul Kauman Pekalongan
Travel Guide mendapatkan persepsi yang baik (83%). Citra destinasi Kampung Wisata
Batik Kauman Pekalongan sebelum pemutaran film termasuk kategori baik yaitu cogni-
tive image termasuk kategori baik (74,7%), unique image termasuk kategori baik
(75,8%), dan affective image termasuk kategori baik (72,4%). Setelah pemutaran film
cognitive image termasuk kategori baik (79,1%), unique image termasuk kategori baik
(82,4%), dan affective image termasuk kategori baik (80,3%). Hasil uji statistik menun-
jukkan cognitive image, unique image, dan affective image setelah pemutaran film lebih
baik daripada sebelum pemutaran film (p=0,000). Film berpengaruh terhadap cognitive
image (thitung = 3,258, p = 0,002), terhadap unique image (thitung = 5,772, p = 0,000),
dan terhadap affective image Kampung Wisata Batik Kauman Pekalongan (thitung =
5,854, p = 0,000). Pemerintah daerah diharapkan dapat menerapkan dan menggunakan
film sebagai media promosi Kampung Wisata Batik Kauman Pekalongan melalui situs
online.

Kata Kunci : Citra, Destinasi, Film

10
Citra Destinasi Melalui Film :
(Studi Kasus Kampung Wisata Batik Kauman Pekalongan)
(Deivy Zulyanti Nasution)

PENDAHULUAN tainment) kepada penontonnya, namun


juga dapat memberikan pesan atau infor-
Batik adalah aset berharga bagi bang- masi, selain itu dengan film mampu mem-
sa kita, bukan hanya sebagai daya tarik berikan pengaruh yang luar biasa dalam
pariwisata namun juga sebagai identitas mengarahkan perilaku penontonnya.
bangsa kita sendiri. Batik Indonesia Pengaruh ini bahkan mampu merubah per-
mempunyai kekayaan variasi baik dari ilaku dan sudut pandang penggunanya ter-
segi gambar, motif, warna maupun cerita hadap sesuatu hal termasuk dalam ber-
khas dari setiap daerah yang mengiringi wisata.
pembuatannya. Aset ini perlu di eksplorasi Film menjadi sebuah alternatif baru
seoptimal mungkin melalui promosi dan untuk melakukan product marketing. Po-
sosialisasi yang baik. Salah satu daerah tensi ini layak untuk dimanfaatkan men-
penghasil batik terbesar di Indonesia ada- jadi bagian dari gerakan promosi Kam-
lah Pekalongan, pada tahun 2011 Pek- pung Wisata Batik Kauman Pekalongan di
alongan telah memiliki 5 kampung batik ranah dalam negeri maupun dunia inter-
yang terletak di Kauman, Pesindon, nasional. Langkah pertama yang perlu dil-
Medono, Binagriya, Buaran (Profil Kota akukan sebelum memperkenalkan Daerah
Pekalongan, 2012). Tujuan Wisata melalui film adalah mem-
Pemerintah daerah sudah menerapkan bangun image baik dan sesuai dengan
berbagai program untuk mengenalkan dan Kampung Wisata Batik Kauman
meningkatkan kunjungan wisata. Tetapi Pekalongan.
metode yang digunakan masih di dominasi
oleh metode konvensional seperti poster, KERANGKA TEORI
pamflet dan spanduk yang terbatas dan
belum tepat sasaran, dan hal itu belum Image atau citra menjadi sangat
mampu memberikan peningkatan kunjun- penting karena berkaitan dengan strategi-
gan wisata secara maksimal, hal itu dapat branding, pengemasan, promosi dan deri-
dilihat dari data kunjungan ke Kampung vasi bentuk-bentuk program. Citra yang
Wisata Batik Kauman Pekalongan pada menarik dan tepat sasaran akan memper-
tahun 2012 yang berjumlah 1230 dan pada mudah pengemasan program baik di tele-
tahun 2013 hanya meningkat 1,71% men- visi, film, ataupun media lain dalam rang-
jadi 1251 kunjungan (Dinas Pariwisata ka menarik minat masyarakat dunia
dan Kebudayaan Kota Pekalongan, 2014). mengenal dan tertarik untuk berkunjung.
Metode konvensional menjadi kurang Image atau citra merupakan total persepsi
efektif, mengingat pada era globalisasi ini terhadap suatu objek yang dibentuk
teknologi dan informasi sudah semakin dengan memproses informasi dari
berkembang, sehingga untuk mengenalkan berbagai sumber setiap waktu (Sutisna,
dan meningkatkan kunjungan wisata ke 2001:46)
Kampung Wisata Batik Kauman Pekalon- Film menjadi sebuah alternatif baru
gan sudah diperlukan metode yang lebih untuk melakukan product marketing. Po-
menarik dan mengikuti perkembangan tensi ini layak untuk dimanfaatkan men-
zaman, salah satunya penggunaan media jadi bagian dari gerakan promosi Kam-
film. pung Wisata Batik Kauman Pekalongan di
Media informasi melalui film pada ranah dalam negeri maupun dunia inter-
sekarang ini sudah menjadi kiblat bagi nasional. Langkah pertama yang perlu dil-
berbagai kalangan baik itu orang tua atau- akukan sebelum memperkenalkan Daerah
pun anak muda dalam berbagai hal. Film Tujuan Wisata melalui film adalah mem-
tidak hanya menyajikan hiburan (enter- bangun image baik dan sesuai dengan

11
Jurnal Ilmiah Pariwisata, Volume 23 No. 1 Maret 2018

Kampung Wisata Batik Kauman utama batik dengan desain utara Jawa
Pekalongan. pesisir, batik Pekalongan sudah dikenal
Image atau citra menjadi sangat anatara abad XIV-XVI dengan
penting karena berkaitan dengan strategi diketemukannya pola grinsing dan banji,
branding, pengemasan, promosi dan deri- sebagian besar batik yang diproduksi da-
vasi bentuk-bentuk program. Citra yang lam motif warna-warni dipengaruhi oleh,
menarik dan tepat sasaran akan memper- Cina Arab dan Belanda, Ada lebih dari
mudah pengemasan program baik di tele- 100 desain Batik yang sudah dikem-
visi, film, ataupun media lain dalam rang- bangkan sejak 1802. Para seniman mem-
ka menarik minat masyarakat dunia iliki ribuan ide-ide dalam mendesain motif
mengenal dan tertarik untuk berkunjung. batik tanpa
Image atau citra merupakan total persepsi sesuai pakem motif tradisional, misal-
terhadap suatu objek yang dibentuk nya, selama pendudukan Jepang mereka
dengan memproses informasi dari menciptakan Javanese Kokokai yai-
berbagai sumber setiap waktu (Sutisna, tu motif batik yang cocok untuk jaket ki-
2001:46) mono. Pada tahun enam puluhan mereka
Citra terbentuk dalam diri pelanggan menciptakan Tritura Batik, yaitu setelah
atau konsumen, citra merupakan suatu politik terkenal dekrit Presiden Soekarno,
kesan yang diperoleh pelanggan sesuai (http://rumahbatikamel.com/), selain itu
dengan pemahaman dan pengetahuan ter- kelebihan dari Kampung Wisata Batik
hadap sesuatu. Citra tidak dapat dibuat Kauman adalah kehangatan dan keramah
seperti barang, tetapi pada tempat wisata, tamahan penduduk, baik itu sesama pen-
citra dapat terbentuk dari kelebihan tempat dukung kampung ataupun kepada
wisata yang bersangkutan, baik itu produk wisatawan yang datang, seperti mereka
yang dihasilkan, keindahan alam, memberikan kesempatan kepada
keramahtamahan, dan infrastruktur untuk wisatawan untuk mencoba membuat batik.
mencapai tempat wisata tersebut. Menurut Dalam membangun citra melalui film
Alma (2005:318) menegaskan bahwa, juga perlu dikemas dengan menarik dan
”citra dibentuk berdasarkan impresi, ber- terpadu dengan elemen-elemen lain. Salah
dasarkan pengalaman yang dialami satunya adalah dengan mengembangkan
seseorang terhadap sesuatu sebagai per- homestay dan tour guiding dan diperke-
timbangan untuk mengambil keputusan”. nalkan ke masyarakat. Beralaskan pondasi
Sehingga dengan citra yang baik pada berupa image-builidng yang sudah
akhirnya dapat membangun suatu sikap dikemas dengan menarik, program-
mental, dan sikap mental ini dapat men- program yang berhubungan dengan
jadi landasan bagi seseorang dalam mem- pemasaran melalui media televisi dan film
pertimbangkan dalam mengambil suatu kemudian bisa direncanakan sesuai
keputusan untuk melakukan kunjungan dengan visi jangka panjang yang telah
wisata. disusun. Dalam pelaksanaannya,
Terdapat beberapa kelebihan dari pemerintah tentu membutuhkan kerja
Kampung Wisata Batik Kauman Pekalon- sama dengan beberapa pihak terkait,
gan yang bisa diangkat dan digunakan se- terutama insan media dan pihak swasta.
bagai elemen membangun citra, yaitu : Beberapa alternatif metode untuk
Kampung Wisata Batik Kauman sangat mengenalkan Kampung Wisata Batik
unik karena sebagian besar dimukim oleh Kauman Pekalongan melalui media film
pengrajin batik dan penjual batik, baik itu antara lain adalah memasukkan Kampung
batik tulis ataupun batik cap, Pekalongan Wisata Batik Kauman Pekalongan dalam
merupakan salah satu daerah produksi berbagai adegan di program televisi dan

12
Citra Destinasi Melalui Film : (Studi Kasus Kampung Wisata Batik Kauman Pekalongan)
(Deivy Zulyanti Nasution)

film. Drama televisi dan film melibatkan wisatawan atau penonton terhadap atribut
berbagai elemen public figure yang cognitive image dan affective image kare-
mempunyai pengaruh besar terhadap pe- na wisatawan atau penonton dapat mem-
nontonnya. Salah satu elemen penting dari berikan penilaian suatu citra destinasi
drama dan film adalah artis-artis yang ter- dengan melihat dari sudut pandang cogni-
libat dalam drama tersebut. Adegan- tive image dan affective image atau dari
adegan drama dan film yang diambil di segi fungsi dan emosi.
Kampung Wisata Batik Kauman Pekalon- Berdasarkan latar belakang dan uraian
gan diharapkan bisa menjadi ajang di atas, terdapat beberapa permasalahan
pengenalan kepada khalayak ramai, selain yaitu :
itu dapat mengangkat kisah tentang pem- a. Belum diketahuinya citra wisata
buatan batik di Kampung Wisata Batik Kampung Wisata Batik Kauman
Kauman Pekalongan baik dalam bentuk Pekalongan.
film dokumenter maupun dalam bentuk b. Belum diketahuinya pengaruh film
adaptasi, sehingga mampu mengangkat terhadap citra Kampung wisata Batik
image Kampung Wisata Batik Kauman Kauman Pekalongan.
Pekalongan. Terdapat beberapa penelitian sebe-
lumnya yang mengkaji mengenai mem-
METODE PENELITIAN bangun citra destinasi, diantaranya :
Penelitian yang dilakukan oleh Hailin
Jenis penelitian ini termasuk Qu et al, (2010) dengan judul A Model of
penelitian kuantitatif. Metode penelitian Destination Branding : Integrating the
yang digunakan adalah metode deskriptif Concept of The Branding and Destination
analitis dengan pendekatan survei yaitu Image. Metode penelitian survey, instru-
pendekatan yang menggunakan ukuran men penelitian menggunakan kuesioner.
sampel suatu populasi dalam satu periode. Teknik analisis data menggunakan ana-
Metode analisis deskriptif adalah suatu lisis faktor konfirmatori dan SEM. Hasil
metode dalam meneliti status kelompok penelitiannya menyimpulkan terdapat
manusia, suatu objek, suatu set kondisi, hubungan cognitive image dengan overall
suatu sistem pemikiran ataupun suatu ke- image (Koefisien korelasi = 0,62, sig. <
las peristiwa pada masa sekarang (Mo- 0,05), terdapat hubungan unique image
hammad Nazir, 2007: 63). Dalam hal ini dengan overall image (Koefisienn korelasi
menggambarkan mengenai film, citra des- = 0,21, sig. < 0,05), dan terdapat hub-
tinasi yang meliputi cognitive image, ungan affective image dengan overall im-
unique image, dan affective image, serta age (Koefieisn korelasi = 0,35, sig. <
pengaruh film terhadap cognitive image, 0,05).
unique image, dan terhadap affective Penelitian Lorena Rodriguez Campo
image (2011) Tourist Destination Image Formed
Untuk membangun citra kampung By The Cinema: Barcelona positioning
wisata perlu dilakukan promosi dengan through the feature film Vicky Cristina
menggunakan metode yang lebih menarik, Barcelona, metode penelitian survey,
salah satunya membangun citra melalui dengan populasi penonton film Vicky
Cristina Bercelona di bioskop Galicia, in-
film, menigingat belum ada film dengan strumen menggunakan kuesioner. Metode
latar belaknag Kampung wisata Batik penelitian yang digunakan metode survey
Kauman Pekalongan. dengan teknik analisis deskriptif. Hasil
Film memiliki peranan dalam mem- penelitiannya menyimpulkan terdapat
promosikan dan membangun citra wisata perbedaan destinasi image antara sebelum
karena film dapat mempengaruhi persepsi dan sesudah menonton film Vicky Cristi-
na Barcelona, dan film berkontribusi ter-

13
Jurnal Ilmiah Pariwisata, Volume 23 No. 1 Maret 2018

hadap citra destinasi dalam pikiran pe- Cognitive image terdiri dari Quality of
nonton. experience, touristic attractions, environ-
Yang menjadi perbedaan dengan ment and infrastruktur, Entertain-
penelitian sebelumnya adalah pengaruh
ment/outdoor activities, dan cultural tradi-
variabel film terhadap cognitive image,
unique image, dan affective image, diana- tions
lisis dengan menggunakan paired T Test 2. Unique destination image (citra desti-
dan uji regresi. Film diproduksi oleh tim nasi yang unik)
penulis di unduh melalui Youtube, Sampel Merupakan bentuk tanggapan
dalam penelitian ini adalah responden tersendiri mengenai keunikan suatu desti-
yang menonton film dan mengisi kuesion- nasi yang berbeda dengan yang lainnya.
er melalui internet Tujuannya sebagai daya tarik suatu objek.
(www.surveymonkey.com) Unique image terdiri dari natural envi-
ronment, appealing destination, dan local
HASIL DAN PEMBAHASAN attraction.
3. Affective destination image (citra desti-
Suatu citra terbentuk oleh persepsi nasi afektif)
seseorang terhadap suatu objek, dimana Merupakan bentuk tanggapan emo-
persepsi tersebut dapat terbentuk atau sional mengenai pernyataan tentang suka
dapat tumbuh melalui pengetahuan atau- atau tidak suka terhadap suatu destinasi.
pun pengalaman seseorang terhadap suatu Tujuannya untuk mempengaruhi atau
objek. Menurut Lin et al (2007:9) menya- merubah attitude seseorang. Affective im-
takan bahwa turis memilih suatu destinasi age terdiri dari pleasant, arousing, relax-
dipengaruhi oleh persepsi mereka ter- ing, dan exciting.
hadap atribut cognitive dan affective. Se- Menurut Pike dan Ryan dalam Lin et
dangkan menurut Echtner dan Ritchie al (2007:9) cognitive image terdiri dari
(2003:38) menyatakan bahwa proses keyakinan dan pengetahuan mengenai
suatu destinasi, terutama yang berfokus
pembentukan citra destinasi terdapat dua
pada atribut fisik (tangible), sedangkan
hal penting yaitu pertama seseorang dapat affective image merupakan gambaran
memiliki citra destinasi walaupun belum perasaan mengenai suatu destitasi.
pernah mengunjungi objek tersebut karena Gwang Jin Le et al mengungkapkan hal
destinasi tersebut sudah terkenal melalui yang sama bahwa komponen dari destina-
berbagai media informasi yang tion image terdiri dari cognitive image dan
diterimanya. Kedua mengalami perubahan affective image. Cognitive image
pada citra destinasi sebelum dan setelah menekankan pada fakta yang dilihat atau
seseorang melakukan kunjungan ke suatu dirasakan, sedangkan affective image
destinasi. lebih menekankan pada emotional feeling.
Terdapat tiga dimensi dari citra destinasi Berdasarkan pendapat tersebut diatas
menurut Hailin Qu et al., (2011:470) yaitu dapat dijelaskan bahwa citra destinasi sua-
sebagai berikut : tu objek dapat terbentuk melalui cognitive
1. Cognitive destination image (citra des- image, unique image, affective image.
tinasi kognitif) Cognitive image yaitu pengetahuan
seseorang terhadap suatu destinasi,
Merupakan bentuk tanggapan per-
dimana pengetahuan tersebut dapat
sepsi pernyataan tentang suatu keyakinan diperoleh melalui informasi, pengalaman
seseorang terhadap suatu destinasi. orang lain ataupun pengalaman sendiri
Tujuannya adalah untuk menanamkan terhadap suatu destinasi. Cognitive image
suatu pengetahuan di benak seseorang. terdiri dari kualitas destinasi, atraksi

14
Citra Destinasi Melalui Film : (Studi Kasus Kampung Wisata Batik Kauman Pekalongan)
(Deivy Zulyanti Nasution)

wisata yang ada di suatu destinasi, ling- dengan seni sastra,teater, seni rupa, seni
kungan dan infrastruktur di destinasi ter- suara, dan arsitektur yang muncul sebe-
sebut, hiburan atau aktivitas di luar, dan lumnya. Seni film sangat mengandalkan
tradisi budaya dari destinasi. Sedangkan teknologi, baik sebagai bahan baku
unique image merupakan keunikan dari produksi maupun dalam hal eksibisi ke
destinasi yang dapat memberikan daya hadapan penontonnya. Film merupakan
tarik, yang meliputi lingkungan alam, penjelmaan keterpaduan antara berbagai
daya tarik suatu destinasi dan atraksi lokal unsur, sastra, teater, seni rupa,teknologi,
yang ada di suatu destinasi. Affective im- dan sarana publikasi.
age terdiri perasaan yang menyenangkan, Keterkaitan antara perfilman dan
membangkitkan, santai dan menarik keti- perkembangan pariwisata sangat berkaitan
ka berada di suatu destinasi. erat. Keduanya dapat dikategorikan se-
Sebagai sebuah karya seni kontem- bagai produk, dan dapat pula disebut se-
porer yang banyak digunakan di zaman bagai supporting facilities. Keduanya
modern saat ini. Film sangat berbeda dapat saling memberi dukungan dalam
dengan seni sastra,teater, seni rupa, seni perkembangan pariwisata atau dalam in-
suara, dan arsitektur yang muncul sebe- dustri perfilman itu sendiri. Pariwisata
lumnya. Seni film sangat mengandalkan terdiri dari atraksi, fasilitas, dan aksesibili-
teknologi, baik sebagai bahan baku tas (Inskeep, 1991: 377), yang didalamnya
produksi maupun dalam hal eksibisi ke dapat pula terkandung industri film baik
hadapan penontonnya. Film merupakan dilihat sebagai atraksi wisata, pembentuk
penjelmaan keterpaduan antara berbagai citra, atau sebagai media penyampaian
unsur, sastra, teater, seni rupa,teknologi, promosi.
dan sarana publikasi. Adegan-adegan yang ditimbulkan
Keterkaitan antara perfilman dan oleh orang-orang film dibuat senyata
perkembangan pariwisata sangatberkaitan mungkin. Alhasil, menurut Effendi (2003:
erat. Keduanya dapat dikategorikan se- 208) bahwa “apabila penonton sudah tahu
bagai produk, dan dapat pula disebut se- maksud pesan yang disampaikan, maka
bagai supporting facilities. Keduanya penonton biasanya mengeluarkan apresiasi
dapat saling memberi dukungan dalam dengan menangis dan tertawa”.
perkembangan pariwisata atau dalam in- Pada saat menyaksikan film, ada
dustri perfilman itu sendiri. Pariwisata istilah “peralihan dunia”. Penonton bi-
terdiri dari atraksi, fasilitas, dan aksesibili- asanya mengimajinasikan dirinya sebagai
tas (Inskeep, 1991: 377), yang didalamnya tokoh yang dia lihat dalam cerita tersebut,
dapat pula terkandung industri film baik yang pada akhirnya akan timbul berbagai
dilihat sebagai atraksi wisata, pembentuk perasaan yang bergejolak, seperti rasa
citra, atau sebagai media penyampaian simpati atau antipati.
promosi. Pengaruh film yang sangat besar ter-
Adegan-adegan yang ditimbulkan sebut biasanya akan berlangsung sampai
oleh orang-orang film dibuat senyata waktu yang cukup lama. Pengaruhnya
mungkin. Alhasil, menurut Effendi (2003: akan timbul tidak hanya digedung bioskop
208) bahwa “apabila penonton sudah tahu saja, melainkan ke luar gedung bioskop,
maksud pesan yang disampaikan, maka bahkan sampai pada aktifitas kesehariann-
penonton biasanya mengeluarkan apresiasi ya. Biasanya anak-anak dan pemuda yang
dengan menangis dan tertawa”. relatif lebih mudah terpengaruh. Mereka
Sebagai sebuah karya seni kontem- sering menirukan gaya atau tingkah laku
porer yang banyak digunakan di zaman para bintang film (Effendy, 2003: 208).
modern saat ini. Film sangat berbeda

15
Jurnal Ilmiah Pariwisata, Volume 23 No. 1 Maret 2018

Dengan demikian kita dapat merasa- visual, yang dapat disajikan kepada publik
kan bahwa film mempunyai “power of dalam bentuk gambar yang dapat dilihat
influence” yang sangat besar, sumbernya dengan suara yang dapat didengar, dan
terletak pada perasaan emosi pe- yang merupakan suatu hidangan yang su-
nontonnya. Berikut ini ada beberapa dah masak untuk dinikmati, sungguh
faktor yang menyebabkan film menjadi merupakan suatu medium yang bagus un-
“power of influence” (Arifin, 1984:84), tuk mengolah unsur-unsur tadi (Effendy
diantaranya: 1) Faktor dengan adanya film 2003:204).
itu sendiri, maka kita memperoleh tangga- Film Berita (newsreel), film mengenai
pan-tanggapan secara langsung dan mem- fakta, peristiwa yang benar-benar terjadi.
berikan keadaan yang sebenarnya. 2) Karena sifatnya berita, maka film yang
Faktor pemegang peranan (tokoh utama) disajikan kepada publik harus mengan-
dalam film itu sendiri. Faktor ini seakan- dung nilai berita (newsvalue). Sebenarnya,
akan menyuruh penonton untuk memikir- kalau dibandingkan dengan media lainnya
kan dan merasakan semua adegan yang seperti surat kabar dan radio sifat
dilihatnya. 3) Faktor cahaya yang terdapat “newsyfact”-nya film berita tidak ada.
dalam film. Secara psikologi cahaya yang Sebab sesuatu berita harus actual. Ini
berbeda-beda menimbulkan perasaan lain disebabkan proses pembuatannya dan
terhadap penonton. 4) Faktor musik yang penyajiannya kepada public yang memer-
mengiringi film itu, sehingga memberikan lukan waktu yang cukup lama. Akan tetapi
sugesti pada penonton. 5) Gerakan- dengan adanya TV yang juga sifatnya au-
gerakan yang harmonis antara gambar dan ditif visual seperti film, maka berita yang
cahaya. Di sini adanya kerjasama antara difilmkan dapat dihidangkan kepala public
gambar yang visual dan auditif dalam melalui TV lebih cepat daripada kalau di-
membentuk perasaan hati penonton. 6) pertunjukkan juga di gedung-gedung bi-
Faktor penempatan kamera dapat mem- oskop mengawali film utama yang sudah
perlihatkan sugesti pada penonton. tentu film cerita (Effendy 2003:205).
Dengan adanya penempatan kamera Film Dokumenter (documentary
(sudut pengambilan adegan) akan men- film). Istilah “documentary” mula-mula
imbulkan gejala diri dengan objek yang dipergunakan oleh seorang sutradara
sedang dilalui di dalam suatu situasi. Inggris, John Grierson, untuk menggam-
barkan suatu jenis khusus film yang
Jenis-Jenis Film
dipelopori oleh seorang Amerika bernama
Seiring perkembangannya film dibagi
Robert Flaberty. Film dokumenternya itu
menjadi dua jenis. Pertama, menurut uku-
rannya yaitu jenis film yang berukuran 35 didefinisikan oleh Gierson sebagai : “kar-
mm dan 16 mm menggunakan pita selu- ya ciptaan mengenai kenyataan (creative
loid. Kedua, menurut jenisnya, se- treatment of actuality). Titik berat dari
bagaimana dikemukakan oleh Effendy film dokumenter adalah fakta atau peri-
(2003: 201) membaginya terdiri atas: Film stiwa yang terjadi. Berbeda dengan film
Cerita (story film), Film Berita (newsreel), berita yang harus dihidangkan kepada pe-
Film Dokumenter (documentary film), dan nonton secepat-cepatnya, maka film
Film Kartun (cartoon film). dokumenter dapat dilakukan dengan
Film Cerita (story film), yaitu jenis pemikiran dan perencanaan yang matang
film yang menceritakan kepada publik se- (Effendy 2003:205).
buah cerita. Sebagai cerita harus mengan- Film Kartun (cartoon film), titik berat
dung unsur-unsur yang dapat menyentuh pembuatan film kartun adalah seni lukis.
rasa manusia. Film yang bersifat auditif Setiap lukisan memerlukan ketelitian. Sa-

16
Citra Destinasi Melalui Film : (Studi Kasus Kampung Wisata Batik Kauman Pekalongan)
(Deivy Zulyanti Nasution)

tu persatu dilukis dengan seksama untuk pula dibangun melalui tontonan film. Se-
kemudian dipotret satu per satu pula. Dan makin baik citra suatu tempat yang di-
apabila rangkaian lukisan yang 16 buah angkat kedalam film maka semakin besar
itu setiap detiknya diputar dalam kemungkinan wisatawan untuk
proyektor film, maka lukisan-lukisan itu mengunjungi tempat tersebut, hal ini juga
menjadi hidup. Sebuah film kartun tid- berlaku tidak hanya pada konteks destinasi
aklah dilukis oleh satu orang, tetapi oleh tapi juga kepada konten dari destinasi ter-
pelukis-pelukis dalam jumlah banyak (Ef- sebut seperti kehidupan sosial dan budaya
fendy 2003 : 206). masyarakat lokal atau lebih jauh lagi pada
pergerakan komunitas masyarakat(Socio -
community movement) (Dinas
Film Kampung Wisata Batik Kauman
Kebudayaan dan Pariwisata, 2012).
Pekalongan
Beberapa film bahkan mampu men-
Film Kampung Wisata Batik Kauman
guatkan nilai budaya setempat dan
di buat dan diproduksi oleh penulis
mengangkat kembali makna sejarah bang-
dengan jenis film dokumenter. Film ini
sa. Tidak hanya itu, film juga mampu
menggambarkan mengenai kehidupan, membangkitkan apresiasi terhadap
lokasi, situasi, dan fasilitas yang ada di keindahan alam, semangat konservasi dan
Kampung Wisata Batik Kauman dan Kota pelestarian lingkungan dan satwa liar.
Pekalongan sebagai pendukungnya. Sukamdani (2014:5) mencontohkan film
Pengambilan keputusan dalam mem- berjudul Eat, Pray & Love dibintangi
ilih tujuan berwisata sangat bergantung Julia Robert, yang mengambil lokasi
pada persepsi dan image tentang suatu shooting di Ubud Bali, kini menjadi nam-
destinasi. Menurut Jefkins dalam Wasesa pak tilas bagi wisatawan asing maupun
(2006:214) persepsi utama yang positiflah nusantara untuk mengunjunginya.
yang harus menjadi perhatian awal pada "Bahkan, ada warga Bali yang berperan
saat membangun citra sebuah destinasi, sebagai Balian atau dukun, kini rumahnya
asosiasi positif tersebut yang harus kerap dikunjungi wisatawan hanya untuk
dikembangkan menjadi pondasi citra suatu melihat rumahnya dan berbincang-
daerah tujuan. Pernyataan tersebut men- bindang. Selain itu, pariwisata Bangka
jadikan bahwa image atau gambaran ten- Belitung kini ramai dikunjungi wisatawan
tang suatu tempat menentukan apakah nusantara hanya gara-gara film Laskar
seseorang wisatawan akan Pelangi yang pengambilan gambarnya
mengunjunginya atau tidak. Semakin baik mengambil obyek wisata di Bangka
citra suatu destinasi maka semakin besar Belitung.
kemungkinan wisatawan akan Dalam penelitian ini prinsip dasar
mengunjunginya. Demikian pula se- yang terkandung yaitu, dimana para pe-
baliknya jika gambaran atau citra suatu nonton mendapatkan suatu efek setelah
destinasi wisata negatif seperti kurang menonton film mengenai Kampung
aman, kotor, gersang, kering dan tandus Wisata Batik Kauman Pekalongan.
atau rawan bencana maka wisatawan Dengan demikian seseorang dapat
kemungkinan tidak akan mengunjunginya. mengharapkan atau memperkirakan suatu
Citra yang merupakan penentu kemana kaitan erat antara pesan-pesan media dan
wisatawan akan berkunjung merupakan reaksi penonton (khalayak). Demikian
persepsi yang melekat dalam pikiran. halnya pada film mengenai Kampung
Pembentuk citra dan persepsi dalam Wisata Batik Kauman Pekalongan yang
menentukan sebuah keputusan untuk memberikan informasi tentang Kampung
berkunjung kepada satu destinasi dapat Wisata Batik Kauman Pekalongan. Penge-

17
Jurnal Ilmiah Pariwisata, Volume 23 No. 1 Maret 2018

tahuan tersebut akan membuat khalayak tive image, unique image, dan affective
mampu mengambil informasi dari pesan image.
yang disampaikan oleh film tersebut. Adapun persepsi responden terhadap
Dengan demikian, secara tidak langsung film dengan judul Kauman Pekalongan
khalayak menerima efek atau pengaruh Travel Guide termasuk kategori baik, hal
setelah menonton film mengenai Kam- itu dapat dilihat dari penilaian dari indi-
pung Wisata Batik Kauman Pekalongan. kator film yang menunjukan bahwa re-
Pengaruh film tersebut di analisis ber- sponden meyakini dengan baik bahwa
dasarkan tiga dimensi dari citra destinasi film “Kauman Pekalongan Travel Guide”
menurut Hailin Qu et al., (2011:470) yaitu menggambarkan situasi dan kondisi Kam-
Cognitive destination image (citra desti- pung Wisata Batik Kauman Pekalongan
nasi kognitif) yang merupakan bentuk yang sebenarnya tanpa ada tidak dimanip-
tanggapan persepsi pernyataan tentang ulasi, Alur cerita film termasuk kategori
suatu keyakinan seseorang terhadap suatu baik, pengaturan cahaya menjadikan objek
destinasi. Tujuannya adalah untuk me- wista Kampung Batik Kauman menjadi
nanamkan suatu pengetahuan di benak lebih menarik, pengaturan suara/musik
seseorang. Unique destination image (cit- pada film memberikan kesan yang
ra destinasi yang unik) yang merupakan menarik, gambar dan cahaya terlihat har-
bentuk tanggapan tersendiri mengenai monis sehingga Kampung wisata Batik
keunikan suatu destinasi yang berbeda Kauman menjadi lebih menarik, dan sudut
dengan yang lainnya. Tujuannya sebagai pandang film yang menggambarkan sudah
daya tarik suatu objek. Affective destina- pandang yang baik tentang Kampung
tion image (citra destinasi afektif) yang Wisata Batik Kauman Pekalongan.
merupakan bentuk tanggapan emosional Berdasarkan tujuan dan hasil
mengenai pernyataan tentang suka atau penelitian mengenai citra destinasi melalui
tidak suka terhadap suatu destinasi. film, dapat disimpulkan sebagai berikut :
Tujuannya untuk mempengaruhi atau 1. Film yang berjudul Kauman Pekalon-
merubah attitude seseorang. Affective im- gan Travel Guide mendapatkan per-
age terdiri dari pleasant, arousing, relax- sepsi yang baik dalam mempromosikan
ing, dan exciting. Kampung Wisata Batik Kauman Pek-
alongan (83%), indikator yang
SIMPULAN DAN IMPLIKASI
mendapatkan penilaian tertinggi adalah
Promosi Kampung Wisata Batik mengenai alur cerita, yang mana re-
Kauman Pekalongan, dipromosikan sponden menyatakan film dapat
melalui film dengan judul “Kauman Pek- menceritakan dengan baik tentang pa-
alongan Travel Guide”, film ini memuat riwisata yang ada di Kampung Wisata
cerita dokumenter mengenai tempat Batik Kauman, sedangkan indikator
wisata yang dapat dikunjungan oleh
yang dinilai paling rendah adalah
wisatawan, dimana film tersebut dapat
mengenai pengambilan gambar walau-
disaksikan di internet melalui Youtube
dan untuk mengetahui citra destinasi pun demikian masih termasuk kategori
Kampung Wisata Batik Kauman Pekalon- baik.
gan setelah dipromosikan melalui film 2. Citra destinasi Kampung Wisata Batik
dapat dilihat dari penyataan responden Kauman Pekalongan sebelum pem-
yang memberikan pernyataan setelah utaran film termasuk kategori baik, hal
menonton film. Penilaian citra destinasi itu dapat dilihat dari variabel cognitivie
ini ditentukan berdasarkan variabel cogni- image, unique image, dan affective

18
Citra Destinasi Melalui Film : (Studi Kasus Kampung Wisata Batik Kauman Pekalongan)
(Deivy Zulyanti Nasution)

image, dimana unique image merupa- tentang wisata Kampung Wisata Batik
kan variabel yang memperoleh Kauman Pekalongan, yang dimung-
penilaian paling tinggi dan termasuk kinkan menambah pengetahuan,
kategori baik (75,8%) yang dikare- bahkan pengalaman melalui imajinasi
nakan Kampung Wisata Batik Kauman mereka pada saat menonton film.
memiliki keunikan kesenian atau bu- 5. Ada pengaruh film terhadap cognitive
daya terutama membatik, sedangkan image Kampung Wisata Batik Kauman
yang terendah adalah variabel affective Pekalongan, dimana dari hasil uji
image, walaupun demikian masih ter- statistik diperoleh pengaruh yang posi-
tif dan signifikan. Artinya film yang
masuk kategori baik (72,4%) begitupun
diproduksi oleh penulis memberikan
pada variabel cognitive image yang
pengaruh yang kuat dalam membangun
termasuk kategori baik (74,7%).
cognitive image, yang berarti pula film
Baiknya citra destinasi sebelum pem- dapat memberikan kontribusi dalam
utaran film dikarenakan adanya peran- meningkatkan citra destinasi Kampung
an nama Pekalongan yang sudah di ke- Wisata Batik Kauman Pekalongan me-
nal oleh masyarakat, sehingga respond- lalui cognitive image.
en meyakini Kampung Wisata Batik 6. Ada pengaruh film terhadap unique
Kauman Pekalongan dinilai baik se- image Kampung Wisata Batik Kauman
bagai tujuan wisata. Pekalongan, dimana dari hasil uji
3. Citra destinasi Kampung Wisata Batik statistik diperoleh pengaruh yang posi-
Kauman Pekalongan setelah pemutaran tif dan signifikan . Artinya film yang
film termasuk kategori baik, dimana diproduksi oleh penulis memberikan
variabel yang memperoleh penilaian pengaruh yang kuat dalam membangun
tertinggi adalah variabel unique image unique image, yang mengindikasikan
(82,4%) hal itu dikarenakan film yang pula film dapat memberikan kontribusi
diproduksi penulis sebagian besarnya dalam meningkatkan citra destinasi
menceritakan tentang keuningan dari Kampung Wisata Batik Kauman
Kampung Wisata Batik Kauman Pekalongan melalui unique image.
Pekalongan seperti keunikan kuliner, 7. Ada pengaruh film terhadap cognitive
suvenir, terutama keunikan budaya atau image Kampung Wisata Batik Kauman
kesenian, sedangkan yang terendah Pekalongan, dimana dari hasil uji
adalah cognitive image walaupun statistik diperoleh pengaruh yang
demikian termasuk kategori baik positif dan signifikan . Artinya film
(79,1%), begitupun affective image yang diproduksi oleh penulis
termasuk kategori baik (80,3%). memberikan pengaruh yang kuat dalam
Baiknya citra destinasi ini, dikarenakan membangun unique image, yang berarti
adanya peranan film, yang pada pula film dapat memberikan kontribusi
dasarnya memiliki peranan dalam dalam meningkatkan citra destinasi
mempromosikan dari suatu tujuan Kampung Wisata Batik Kauman
wisata. Pekalongan melalui affective image.
4. Cognitive image, unique image, dan Adanya pengaruh yang positif dan
affective image setelah pemutaran film signifikan antara film terhadap cognitive
lebih baik dari pada cognitive image, image, unique image dan affective image
unique image, dan affective image mengindikasikan bahwa semakin baik
sebelum pemutaran film, hal itu promosi Kampung Wisata Batik Kauman
dikarenakan film yang diproduksi Pekalongan melalui film, maka akan
penulis memuat informasi dan promosi semakin baik tingkat , unique image dan

19
Jurnal Ilmiah Pariwisata, Volume 23 No. 1 Maret 2018

affective image dari wisatawan, dan hal itu java-province.html. di akses tang-
akan berdampak positif dalam mendorong gal 15 November 2014
terciptanya destinasi wisata ke Kampung Pusat Produksi Batik Di Indonesia
Wisata Batik Kauman Pekalongan. http://rumahbatikamel.com/Info/pu
sat-produksi-batik-di-
DAFTAR PUSTAKA indonesia.html diakses tanggal 15
November 2014
Arifin, Anwar, 1984. Strategi Komu- Siling Agung Wasesa, 2006. Strategi Pub-
nikasi Sebuah Pengantar Ringkas, lic Relation. Jakarta : Gramedia.
Bandung: ARMICO Soegiono, M. Srie.(1984. Media Film
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (2012) Indonesia. Jakarta: Institut Kese-
promosi-pariwisata-melalui-film. nian Jakarta
Dapat diperoleh http:// Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Bisnis.
pariwisata.rejanglebongkab.go.id/p Cetakan keduabelas. Bandung :
romosi-pariwisata-melalui-film/ Alfabeta.
diakses tanggal 15 November 2014 Sugiyono, 2010. Statistik untuk Penelitian.
Eddy Soetrisno. Kamus Populer Bahasa Bandung : Alfabeta
Indonesia. Jakarta: Ladang Sutisna, 2001. Perilaku Konsumen dan
Pustaka dan Inti Media Komunikasi Pemasaran. Bandung
Hailin Qu et al, 2010. A Mdoel of Destina- : PT. Remaja Rosdakarya.
tion Branding : Integrating the Wirayanti Sukamdani, 2014. Film, Pro-
Concept of The Banding and Des- mosi Efektif Tingkatkan Citra Pa-
tination Image. Jurnal homep- riwisata.
age:www.elsevier.com/locate/tour http://bisniswisata.co/view/kanal/?
man diakses tanggal 15 November open=1&alias=berita&id=6472
2014 diakses tanggal 23 November 2014
Profil Kota Pekalongan tahun Yoeti, Oka A, 2002, Perencanaan Strategi
2012. http://digilib.pekalongankot Pemasaran Daerah Tujuan
a.go.id/detail buku-83-the-prime- Wisata. Jakarta; Pradnya Paramita
products-of-regencies-in-central-

20

Anda mungkin juga menyukai