Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ILMU AKHLAH

AKHLAK KEPADA RASULULLAH

Dosen Pembina:
Muhammad Iskandar S.Pd.I,MA

Disusun Oleh :
M Fauzan Arrayyan - 180211050
Iyan Zulfani - 180211051

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UIN AR-RANIRY
BANDA ACEH
2019

i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................................................1
B.Rumusan Masalah................................................................................................................................1
C.Tujuan Penulisan Makalah...................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................2
A.Akhlak Kepada Rasulullah..................................................................................................................2
B.Kewajiban Mencintai Rasulullah.........................................................................................................3
C.Taat......................................................................................................................................................3
D.Menghidupkan Sunnah........................................................................................................................5
E.Membaca Shalawat Dan Salam............................................................................................................7
F. Mencintai Keluarga Nabi....................................................................................................................9
G.Berziarah Ke Makam Rasulullah.......................................................................................................10
BAB III PENUTUP...................................................................................................................................12
Kesimpulan............................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sebagai seorang muslim kita harus berakhlak kepada Rasulullah SAW,
meskipun beliau sudah wafat dan kita tidak berjumpa dengannya, namun
keimanan kita kepadanya membuat kita harus berakhlak baik kepadanya,
sebagaimana keimanan kita kepada Allah, membuat kita harus berakhlak baik
kepada-Nya. Pada dasarnya Rasulullah SAW adalah manusia yang tidak berbeda
dengan manusia pada umumnya. Namun, terkait dengan status “Rasul” yang
disandangkan Allah atas dirinya, maka terdapat pula ketentuan khusus dalam
bersikap terhadap utusan yang tidak bisa disamakan dengan sikap kita terhadap
orang lain pada umumny

B.Rumusan Masalah
1.Mengapa kita wajib mencintai dan taat kepada ajaran Rasulullah Saw?
2.Bagaimana cara berakhlak kepada Rasulullah Saw ?
3. Bagaimana contoh kasus nyata implementasi akhlak terhadap Rasulullah ?

C.Tujuan Penulisan Makalah


Agar kita tahu alasan mengapa kita wajib mencintai dan taat kepada ajaran
yang dibawakan Rasulullah Saw. Paham dan dapat mengimplementasikan cara
berakhlak kepada Rasulullah sebagai wujud rasa cinta dan ketaatan kita terhadap
Rasulullah. Mengetahui beberapa contoh kasus nyata implementasi akhlak
terhadap Rasulullah sehingga kita dapat mengambil pelajarannya.
.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A.Akhlak Kepada Rasulullah


Iman kepada para nabi merupakan salah satu butir dalam rukun iman.
Sebagai umat islam, tentu kita wajib beriman kepada Rasulullah saw. beserta
risalah yang dibawanya. Untuk memupuk keimanan ini, kita perlu mengetahui dan
mempelajari sejarah hidup beliau, sehingga dari situ kita dapat memetik banyak
pelajaran dan hikmah.

Rasulullah adalah penutup para nabi dan rasul, serta utusan Allah kepada
seluruh umat manusia. Beliau adalah hamba yang tidak boleh disembah, dan rasul
yang tidak boleh didustakan. Beliau adalah sebaik-baik makhluk, makhluk paling
mulia dihadapan Allah, derajatnya paling tinggi, dan kedudukannya paling dekat
oleh Allah.

Beliau diutus kepada manusia dan jin dengan membawa kebenaran dan
petunjuk, yang diutus oleh Allah sebagi rahmat bagi alam semesta.

Sebagaimana firman Allah :

‫ن‬ ِ َ ‫ة لِّلْعٰل‬
َ ْ ‫مي‬ ً ‫م‬ ْ ‫ك اِاَّل َر‬
َ ‫ح‬ َ ٰ ‫سلْن‬
َ ‫مٓا ا َ ْر‬
َ َ‫و‬
“Dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi
rahmad bagi seluruh alam” (Q.S. Al-Anbiyaa’ : 107).

Allah menurunkan kitab-Nya kepadanya mengamanahkan kepadanya atas


agama-Nya, dan menugaskannya untuk menyampaikan risalah-Nya. Allah telah
melindunginya dari kesalahan dalam menyampaikan risalah itu. Allah ta’ala
mendukung nabi-Nya dengan mukzizat-mukzizat yang nyata dan ayat-ayat yang
jelas, memperbanyak makan untuk beliau, memperbanyak air. Dan beliau
mengabarkan sebagian perkara ghaib.

2
B.Kewajiban Mencintai Rasulullah
Mencintai Rasulullah adalah wajib dan termasuk bagian dari iman, semua
orang islam mengimani bahwa Rasulullah adalah hamba Allah dan utusan-Nya.
Makna mengimani ajaran Rasulullah Saw adalah menjalankan ajarannya, menaati
perintahnya dan berhukum dengan ketetapannya.

Ahlus sunah mencintai Rasulullah Saw dan mengagungkannya sebagaimana


para sahabat beliau mencintai beliau lebih dari mecintai mereka kepada diri
mereka sendiri dan keluarga mereka,Allah swt berfirman:

‫قُ ْل ِانْ ُك ْن ُت ْم ُت ِحب ُّْو َن هّٰللا َ َفا َّت ِبع ُْو ِنيْ يُحْ ِب ْب ُك ُم هّٰللا ُ َو َي ْغ ِفرْ َل ُك ْم ُذ ُن ْو َب ُك ْم ۗ َوهّٰللا ُ َغفُ ْو ٌر‬
‫رَّ ِح ْي ٌم‬
Katakanlah (Muhammad): “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya
Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang (QS 3:31).

C.Taat
Kita wajib menaati nabi Muhammad Saw dengan menjalankan apa yang
diperintahkannya dan meninggalkan apa yang dilarangnya. Hal ini merupakan
konsekuensi dari syahadat (kesaksian) bahwa beliau adalah rasul (utusan Allah).
Dalam banyak ayat al-Qur’an, Allah memerintahkan kita untuk menaati nabi
Muhammad Saw. diantaranya ada yang diiringi dengan perintah taat kepada Allah
sebagaimana firman-Nya :

َ ْ ‫سو‬
‫ل‬ َّ ‫ه وَاَطِيْعُوا‬
ُ ‫الر‬ َ ّٰ ‫منُوْٓا اَطِيْعُوا الل‬
َ ٰ‫ن ا‬
َ ْ ‫يٰٓاَيُّهَا الَّذِي‬....
“Wahai orang-orang yang beriman ‘taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Muhammad)’…..” (Q.S. Annisa : 59).

Allah SWT menyeru hamba-hamba-Nya yang beriman dengan seruan “Hai


orang-orang yg beriman” sebagai suatu pemuliaan bagi mereka karena merekalah
yg siap menerima perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Dengan
seruan iman merekapun menjadi semakin siap menyambut tiap seruan Allah
SWT. Kewajiban taat kepada Allah dan kepada Rasul-Nya adalah dengan
melaksanakan perintah-perintah -Nya serta larangan-larangan -Nya.

3
Jika seseorang benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir ia akan taat
kepada Allah dan Rasul-Nya karena ia mengimani benar bahwa Allah SWT
sesungguhnya Maha Mengetahui segala sesuatu baik yang nampak maupun yang
tersembunyi

Terkadang pula Allah mengancam orang yang mendurhaka i Rasulullah,


sebagaimana firman-Nya :

...‫َف ْل َيحْ َذ ِر الَّ ِذي َْن ي َُخالِفُ ْو َن َعنْ اَمْ ِرهٖ ٓ اَنْ ُتصِ ْي َب ُه ْم ِف ْت َن ٌة اَ ْو يُصِ ْي َب ُه ْم َع َذابٌ اَلِ ْي ٌم‬
“… Maka hendaklah orang yang menyalahi perintah Rasul-Nya takut akan
mendapat cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (Q.S. An-Nur : 63).

Artinya hendaknya mereka takut jika hatinya ditimpa fitnah kekufuran,


nifaq, bid’ah, atau siksa pedih didunia. Allah telah menjadikan ketaatan dan
mengikuti Rasulullah sebagai sebab hamba mendapatkan kecintaan Allah dan
ampunan atas dosa-dosanya, sebagai petunjuk dan mendurhakainya sebagai suatu
kesesatan.

Kunci kemuliaan seorang mukmin terletak pada ketaatannya kepada Allah


dan rasul-Nya, karena itu para sahabat ingin menjaga citra kemuliaannya dengan
mencontohkan kepada kita ketaatan yang luar biasa kepada apa yang ditentukan
Allah dan Rasul-Nya. Ketaatan kepada Rasul sama kedudukannya dengan taat
kepada Allah, karena itu bila manusia tidak mau taat kepada Allah dan Rasul-
Nya, maka Rasulullah tidak akan pernah memberikan jaminan pemeliharaan dari
azab dan siksa Allah swt, di dalam Al-Qur’an, Allah swt berfirman:

َ ٰ ‫سلْن‬
‫ك‬ َ ‫مٓا ا َ ْر‬
َ َ‫ن تَوَلّٰى ف‬
ْ ‫م‬ َ ّٰ ‫ل فَ َقد ْ اَطَاعَالل‬
َ َ‫ه ۚ و‬ َ ْ ‫سو‬ ُ ‫الر‬
َّ ‫َن يُّط ِ ِع‬
ْ ‫م‬
‫ح ِفيْظًا‬ ْ ِ‫عَلَيْه‬
َ ‫م‬
“Barang siapa yang mentaati Rasul, sesungguhnya ia mentaati Allah. Dan
barangsiapa yang berpaling, maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi
pemelihara bagi mereka (QS 4:80). 

Manakala seorang muslim telah mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka ia


akan memperoleh kenikmatan sebagaimana yang telah diberikan kepada para

4
Nabi, orang yang jujur, orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh, bahkan
mereka adalah sebaik-baik teman yang harus kita miliki.

Oleh karena itu, ketaatan kepada Rasulullah saw juga menjadi salah satu
kunci untuk bisa masuk ke dalam surga. Adapun orang yang tidak mau mengikuti
Rasul dengan apa yang dibawanya, yakni ajaran Islam dianggap sebagai orang
yang tidak beriman.

D.Menghidupkan Sunnah
Bagi seorang muslim, mengikuti sunah atau tidak bukan merupakan suatu
pilihan, tetapi kewajiban. Sebab, mengenalkan ajaran Islam sesuai denagn
ketentuan Allah dan Rasul-Nya adalah kewajiban yang harus diaati. Mengenai
kewajiban mengikuti Nabi dan menaati sunnahnya serta mengikuti petunjuknya,
Allah berfirman :

  ‫ب َو َمآ َءائَـى ُك ُم‬


ِ ‫العقَا‬ ‫واتَّقُ ْـ‬،
ِ ‫وا هَّللا َ إِ َّن هَّللا َ َش ِد ْي ُد‬ َ ‫َو َما نَهَ ُك ْم َع ْنهُ فَاْنَتَهثوْ ْا‬
ُ‫… ال َّر ُس ُل فَ ُخ ُذوه‬
“… Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertaqwalah kepada Allah.
Sungguh, Allah sangat keras hukum-Nya.” (Q.S. al-Hasyr : 7).

Secara umum bid’ah adaah sesat karena berada diluar perintah Allah Swt
dan Rasul-Nya, akan tetapi banyak hal yang membuktikan, bahwa Nabi
membenarkan banyak persoalan yang sebelumnya belum pernah beliau lakukan.
Kemudian dapat disimpulkan bahwa semua bentuk amalan, baik itu dijalankan
atau tidak pada masa Rasulullah, selama tiak melanggar syari’at dan mempunyai
tujuan , niat mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan ridho-Nya, serta
untuk mengingat Allah serta Rasul-Nya adalah sebagian dari agama dan itu
dperbolehkan dan diterima.

Sebagaimana nabi bersabda :

“Sesungguhnya segala perbuatan tergantung pada niat dan setaiap manusia akan
mendapat sekedar paa yang diniatkan, siapa yang hijrahnya (tujuannya) itu
adalah karena Alah dan Rasul-Nya, hijrahnya (tujuan) itu adalah berhasil.”
(H.R. Bukhari)

5
Banyak sekali orang yang memfonis bid’ah dengan berdalil pada sabda
Rasulullah :

“setiap yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat”.

Juga hadis Rasulullah :

“barang siapa yang didalam agama kami mengadakan sesuatu yang tidak dari
agama ia ditolak”.

Mereka tidak memperhatikan terlebih dahulu apakah yang baru diakukan itu
membawa kebaikan dan yang dikehendaki oleh agama atau tidak. Jika ilmu agama
sedangkal itu orang tidak perlu bersusah payah memperoleh kebaikan.

Ditambah lagi tuduhan golongan orang ingkar mengenai suatu amalan


adalah kata-kata sebagai berikut : Rasulullah tidak pernah memerintah dan
mencontohkannya. Begitu pula para sahabat tidak ada satupun diatara mereka
yang mengerjakannya. Dan jikalau perbuatan itu baik kenapa tidak dilakukan oleh
Rasulullah, jika mereka tidak melakukan kenapa harus kita yang melakukannya.
Bahkan dengan hal itu mereka menyebutkan bahwa hal baru seperti tahlilan atau
berzikir bersama adalah bid’ah, dan itu adalah sesat.

Dimana harus kita fahami macam-macam sunnah, antara lain adalah :

a.)Sunnah Qauliyyah : sunnah dimana Rasulullah saw sendiri menganjurkan atau


menyarankan suatu amalan, tapi tidak ditemukan bahwa rasulullah tidak pernah
mengerjakannya secara langsung. Jadi sunnah ini adalah sunnah Rasulullah yang
dalilnya sampai kepada kita bukan dengan cara dicontohkan, melainkan hanya
diucapkan saja oleh beliau. Contohnya adalah hadis Rasulullah yang
menganjurkan orang untuk belajar berenang, tetapi kita belum pernah mendengar
Rasulullah atau para sahabat belajar berenang.
b.)Sunnah Fi’liyah : Sunah yang ada dalilnya dan pernah dilakukan langsung oleh
Rasulullah. Misalkan sunnah puasa senin kamis, makan dengan tangan kanan, dan
lain-lain.
c.)Sunnah Taqriyyah : Sunah dimana Rasulullah tidak pernah melakukan secara
langsung dan tidak pula pernah memerintahkannya. Melainkan hanya
mendiamkannya saja. Contohnya adalah beberapa amalan para sahabat yang saat
dilakukan Rasulullah mendiamkannya saja.

6
Begitu juga dengan amalan ibadah yang belum pernah dilakukan nabi dan
para sahabat juga tidak pernah disampaikan dan tidak pula didiamkan oleh beliau,
yaitu yang dilakukan oleh para ulama. Misalkan mengadakan majlis maulidin
Nabi Saw dan yasinan. Tidak lain para ulama yang melakukan ini adalah
mengambil dalil-dalil dari kitabullah yang menganjurkan agar manusia selalu
berbuat kebaikan atau dalil tentang pahala bacaan dan amal ibadah. Dan berbuat
kebaikan ini banyak caranya asalkan tidak bertentangan dengan Islam.
Mari kita rujuk ayat al-qur’an berikut :

ْ ُ‫واتَّق‬،
‫وا هَّللا َ إِ َّن هَّللا َ َش ِد ْي ُد‬ َ ‫هثو ْا‬
ْ َ‫َو َمآ َءائَـى ُك ُم ال َّر ُس ُل فَ ُخ ُذوهُ َو َما نَهَ ُك ْم َع ْنهُ فَاْنَت‬
‫العقَا ِـ‬
‫ب‬ ِ …
“… Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah.dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertaqwalah kepada Allah.
Sungguh, Allah sangat keras hukum-Nya.” (Q.S. al-Hasyr : 7).

Dalam ayat ini jelas bahwa perintah untuk tidak melakukan segala sesuatu
jika telah tegas dan jelas larangannya.

Dan dalam hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh bukhari :

“Jika aku menyuruhmu melakukan sesuatu, maka lakukanlah semampumu dan


jika aku melarangmu melakukan sesuatu, maka jauhilah.”.

Maka para ulama mengambil kesimpulan bahwa bid’ah yang dianggap sesat
adalah menghalalkan sebagian dari agama yang tidak diizinkan oleh Allah. Serta
bertentangan dengan yang telah disyari’atkan oleh Islam. Contoh bid’ah sesat
yang mudah adalah sengaja shalat tidak menhadap kiblat, mengerjakan shalat
dengan satu sujud, atau yang lebih banyak terjadi adalah bagi masyarakat keraton
yaitu mendo’akan orang yang telah meninggal dengan sesaji serta memohon
kepada Allah dan berdzikir menggunakan sesaji. Itulah yang dianggap sesat karna
sesaji tidak ada dalam Islam dan itu menyimpang dari syari’at Islam.

Dengan demikian, menghidupkan sunnah Rasul menjadi sesuatu yang amat


penting sehingga begitu ditekankan oleh Rasulullah Saw.

7
Contoh-contoh sunnah Rasulullah adalah :

a.Istighfar setiap waktu


b.Menjaga wudhu
c.Bersedekah
d. Shalat dhuha
e.Puasa Muharram dan shalat tahajud :

E.Membaca Shalawat Dan Salam


Diantara hak Nabi Saw yang disyariatkan Allah atas umatnya adalah agar
mereka mengucapkan shalawat dan salam untuk beliau. Allah Swt dan para
malaikat-Nya telah bershalawat kepada beliau dan Allah memerintahkan kepada
para hamba-Nya agar mengucapkan shalawat dan taslim kepada beliau.

Allah berfirman :

ۗ ٰۤ ٰ
‫صلُّوْا‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ن‬‫م‬ٰ ‫ا‬
َ ْ ُ َ َ ِْ‫ن‬ ‫ي‬‫ذ‬َّ ‫ال‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ي‬َ ‫ا‬ ‫ي‬ ِّ‫ي‬
َ ُّ ٰٓ ِّ ِ َّ‫ي‬ ‫ب‬‫الن‬
‫ى‬ َ ‫َل‬ ‫ع‬ ‫ن‬ ُّ
َ ْ َ ُ ٗ َ ِِٕ ‫مل‬
‫و‬ ‫ل‬‫ص‬ ‫ي‬ ‫ه‬ ‫ت‬َ ‫ك‬
<
‫ٕى‬ ‫ل‬ َ ّٰ ‫ن الل‬
َ َ‫هو‬ َّ ِ ‫ا‬
‫ما‬ ً ْ ‫سلِي‬
ْ َ ‫موْا ت‬ ُ ِّ ‫سل‬ َ َ‫عَلَيْهِ و‬
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi Saw.
‘Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan
ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.’” (Q.S. Al-Ahzab :
56).

Al-Mubarrad berpendapat bahwa akar kata bershalawat berarti


memohonkan rahmat dengan demikian shalawat berarti rahmad dari Allah sedang
shalawat malaikat berarti pengagungan dan permohonan rahmad Allah untuknya.

Jika bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw hendaklah seseorang


menghimpunnya dengan salam untuk beliau. Karena itu, hendaklah tidak
membatasi dengan salah satunya saja. Misalnya dengan mengucapkan
“Shallallaahu ‘alaih (semoga shalawat dilimpahkan untuknya).” Atau hanya
mengucapkan ‘alaihissalam (semoga dilimpahkan untuknya keselamatan)”. Jadi
digabung : “washshalaatu wassalaamu ‘ala Rasulillah, atau Allahumma shalli
wa sallim ‘ala Nabiyyina Muhammad, atau shallallahu ‘alaihi wa sallam.”. hal
itu karena Allah memerintahkan untuk mengucapkan keduanya.

8
Mengucapkan shalawat untuk Nabi Saw, diperintakan oleh syari’at pada
waktu-waktu yang dipentingkan, baik yang hukumnya wajib dan sunnah
muakaddah. Diantara waktu itu adalah ketika shalat diakhir tassyahud, diakhir
qunud, saat khutbah seperti khutbah jum’at dan khutbah hari raya, setelah
menjawab mu’adzin, ketika berdo’a, ketika masuk dan keluar masjid, juga ketika
menyebut nama beliau.

Rasulullah Saw telah mengajarkan kepada kaum muslimin tentang tata cara
mengucapkan shalawat. Rasulullah menyarankan agar memperbanyak shalawat
kepadanya pada hari jum’at, sebangaimana sabdanya :

“Perbanyaklah kalian membaca shalawat untukku pada hari dan malam jum’at,
barang siapa yang bershalawat untukku sekali, niscaya Allah bershalawat
untuknya 10 kali.”

Kemudian ibnul qayyim menyebutkan beberapa manfaat dari membaca


shalawat kepada Nabi, diantaranya adalah :

a. Shalawat merupakan bentuk ketaatan kepada perintah Allah.


b.Mendapatkan 10 kali shalawat dari Allah bai yang bershalawat sekali untuk
beliau.
c.Diharapkan dikabulkannya do’a apabila didahului dengan shalawat.
d.Shalawat merupakan sebab mendapatkan syafaat dari Nabi, diiringi permohonan
kepada Allah agar memberikan wasilah (kedudukan yang tinggi) kepada beliau
pada hari kiamat.
e.Sebab diampuninya dosa-dosa.
f.Shalawat adalah sebab sehingga nabi menjawab orang yang mengucapkan
shalawt dan salam kepadanya. 

F. Mencintai Keluarga Nabi


Mengikuti kerabat rasulullah Saw yang mulia dan berlepas diri dari musuh
mereka, adalah masalah penting yang telah diwajibkan oleh islam dan telah
dianggapnya sebagai bagian dari cabang agama. Rasulullah menggambarkan ahlil

9
baitnya sebagai suatu benda yang berat dan berharga, sebanding dengan al-qur’an
dan benda berharga lainnya.
Rasulullah SAW bersabda, “Wahai manusia sesungguhnya aku tinggalkan
dua perkara yang besar untuk kalian, yang pertama adalah Kitabullah(Al-Quran)
dan yang kedua adalah Ithrati(Keturunan) Ahlul baitku. Barang siapa yang
berpegang teguh kepada keduanya, maka tidak akan tersesat selamanya hingga
bertemu denganku ditelaga al-Haudh.” (HR. Muslim dalam Kitabnya Sahih juz.2,
Tirmidzi).
Nabi Saw bersabda :
“Dan sesungguhnya ulama adalah pewaris Nabi. Sesungguhnya Nabi tidak
mewariskan uang dinar atau dirham, sesungguhnya Nabi hanya mewariskan ilmu
kepada mereka, maka barangsiapa yang telah mendapatkannya, berarti telah
mengambil bagian yang besar”. (HR. Abu daud dan Tirmidzi).

Karena ulama disebut sebagai pewaris Nabi, maka orang yang disebut
ulama seharusnya tidak hanya memahami tentang beluk beluk agama Islam, tapi
juga memiliki sikap dan kepribadian sebagaimana yang telah dicontohkan oleh
Nabi dan ulama seperti inilah yang harus kita hormati. Adapun orang yang
dianggap ulama karena pengetahuan agamanya yang luas, tapi tidak
mencerminkan pribadi Nabi, maka orang seperti itu bukanlah ulama yang
sesungguhnya dan berarti tidak ada kewajiban bagi kita untuk menghormatinya.

Rasulullah menyebut keluarga sucinya sebagai jalan kebebasan, pintu


keselamatan, dan cahaya petunjuk. Rasulullah juga mewajibkan kita untuk
mencintai dan menaati mereka.

Dari abi dzarr ia berkata, ‘saya mendengar Rasulullah Saw bersabda’:


“Jadikanlah ahlul baitku bagimu tidak ubahnya seperti kepala bagi tubuh dan
tidak ubahnya dua mata bagi kepala. Karena sesungguhnya tubuh tidak akan
memperoleh petunjuk kecuali dengan kepala, dan begitu juga kepala tidak akan
memperoleh petunjuk kecuali dengan kedua mata.”.

Kecintaan kepada kerabat Rasulullah Saw yang di istilahkan sebagai ahlul


bait manfaatnya kembali kepada orang yang melakukannya. Rasulullah

10
mengatakan bahwa kecintaan ini merupakan upah dari Allah Swt atas risalah yang
disampaikannya. Sebagaimana firman Allah:

‫ف َح َس َن ًة َّن ِز ْد لَ ٗهفِ ْي َها حُسْ ًنا ۗاِنَّ هّٰللا َ َغفُ ْو ٌر‬


ْ ‫قُ ْل ٓاَّل اَسْ ٔـَٔلَ>ُ ُك ْم َعلَ ْي ِه اَجْ رً ا ِااَّل ْال َم َو َّد َة فِى ْالقُرْ ٰب ۗى َو َمنْ َّي ْق َت ِر‬
>ٌ‫… َش ُك ْور‬
“katakanlah, Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah apapun atas
seruanku, kecintaan kepada keluargaku” (Q.S. Asy-syura : 23).

Kecintaan yang disebutkan disini bukanlah kecintaan biasa, melainkan


kecintaan yang mendorong manusia kepada maqam kedekatan ilahi, dan mampu
memasuki pintu kebahagiaan abadi.

G.Berziarah Ke Makam Rasulullah


Berkunjung kemakam Rasulullah merupakan amalan sunnah, yakni amalan
yang sangat mulia dan sangat dianjurkan. Ibn Umar mengatakan bahwa Nabi
Muhammad bersabda yang arinya : “Barang siapa berziarah kemakamku, maka
ia dijamin akan mendapat syafaatku.”.
Saat melaksanakan haji merupakan kesempatan emas bagi umat Islam untuk
melaksanakan ibadah sebanyak-banyaknya. Beribadah di Haramain (Makkah dan
Madinah) mempunyai keutaman yang lebih dari tempat-tempat lainnya. Maka
para jamaah haji menyempatkan diri berziarah ke makah Rasulullah
SAW.Berziarah ke makam Rasulullah SAW adalah sunnah hukumnya.
Dari Ibn ‘Umar RA. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang
melaksanakan ibadah haji, lalu berziarah ke makamku setelah aku meninggal
dunia, maka ia seperti orang yang berziarah kepadaku ketika aku masih hidup.”
(HR Darul Quthni)
Atas dasar ini, pengarang kitab I’anatut Thalibin menyatakan: ”Berziarah
ke makam Nabi Muhammad merupakan salah satu qurbah (ibadah) yang paling
mulia, karena itu, sudah selayaknya untuk diperhatikan oleh seluruh umat
Islam”.
Dan hendaklah waspada, jangan sampai tidak berziarah padahal dia telah
diberi kemampuan oleh Allah SWT, lebih-Iebih bagi mereka yang telah
melaksanakan ibadah haji. Karena hak Nabi Muhammad SAW yang harus
diberikan oleh umatnya sangat besar.

11
Bahkan jika salah seorang di antara mereka datang dengan kepala dijadikan
kaki dari ujung bumi yang terjauh hanya untuk berziarah ke Rasullullah SAW
maka itu tidak akan cukup untuk memenuhi hak yang harus diterima oleh Nabi
SAW dari umatnya.
Mudah-mudahan Allah SWT membalas kebaikan Rasullullah SAW kepada
kaum muslimin dengan sebaik-baik balasan.
Lalu, bagaimana dengan kekhawatiran Rasulullah SAW yang melarang
umat Islam menjadikan makam beliau sebagai tempat berpesta, atau sebagai
berhala yang disembah.. Yakni dalam hadits Rasulullah SAW:
“Dari Abu Hurairah RA. Ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah
kamu jadikan kuburanku sebagai tempat perayaan, dan janganlah kamu jadikan
rumahmu sebagai kuburan. Maka bacalah shalawat kepadaku. Karena shalawat
yang kamu baca akan sampai kepadaku di mana saja kamu berada.” (Musnad
Ahmad bin Hanbal: 8449).
Menjawab kekhawatiran Nabi SAW ini, Sayyid Muhammad bin Alawi
Maliki al-Hasani menukil dari beberapa ulama, lalu berkomentar : “Sebagian
ulama ada yang memahami bahwa yang dimaksud (oleh hadits itu adalah)
larangan untuk berbuat tidak sopan ketika berziarah ke makam Rasulullah SAW
yakni dengan memainkan alat musik atau permainan lainnya, sebagaimana yang
biasa dilakukan ketika ada perayaan.
Maka, berziarah ke makam Rasulullah SAW tidak bertentangan dengan
ajaran Islam. Bahkan sangat dianjurkan karena akan mengingatkan kita akan jasa
dan perjuangan Nabi Muhammad SAW, sekaligus menjadi salah satu bukti
mengguratnya kecintaan kita kepada beliau.

12
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Kita wajib mencintai dan mentaati apa yang diajarkan Rasulullah sebagai
wujud kecintaan dan pengabdian kita sebagai hamba Allah Swt. Apabila kita
benar-benar mencintai Allah sudah semestinya kita juga mencintai Rasulullah,
karena beliau merupakan kekasih beserta utusan Allah untuk dijadikan uswatun
khasanah bagi setiap ummatnya. Bentuk kita mencintai dan mentaati Rasulullah
dengan cara, mengikuti dan mengerjakan hal-hal yang diajarkan Rasulllah,
menghidupkan sunnah-sunnahnya, membaca shalawat serta salam yang ditujukan
kepada beliau, mencintai keluarga dan sahabat-sahabat Nabi, serta berziarah ke
makam Rasulullah.

13
DAFTAR PUSTAKA

Elmubarok, Zaim dkk. (2013). Islam Rahmatan Lil’alamin. Semarang : UNNES


Press.

Usamah, Abu Masykur. cetakan pertama (Juni 2006/Februari 2007). Aku Cinta
Rosul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Penerbit: Darul Ilmi, Yogyakarta.

Yulie,Indah.(2015).Akhlak Kepada Rasulullah. Online]. Tersedia:


http://bk14071.blogspot.co.id/2015/07/akhlak-kepada-rasulullah.

14

Anda mungkin juga menyukai