1 Abad 4 - 15 kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha tersebar di Kalimantan, Jawa, dan Sumatera.
Yang terkenal diantaranya _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ di Sumatera Selatan (abad 7 – 13) dan
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ di Jawa Timur (abad 13 – 15)
2. Pedagang-pedagang Gujarat, Persia dan Arab datang dan menyebarkan agama Islam.
Abad 11 muncul kerajaan-2 Islam di Aceh, Malaka, Jawa, Kalimantan sampai Ternate, Tidore dan Hitu.
Kerajaan-kerajaan ini menyebarkan agama Islam ke seluruh Nusantara dan menguasai hampir seluruh
pesisir. Tetapi di daerah-daerah pedalaman agama-agama asli atau suku tetap hidup, seperti di Kalimantan,
Sulawesi, dan Papua.
3 Pada suatu ketika jalur perdagangan rempah-rempah dari Asia (khusus Nusantara) mengalami kemacetan.
Rempah-rempah tidak dapat lagi dibawa ke Eropa. Hal ini disebabkan perang salib antara orang-orang Arab
dan Turki ( Islam ) melawan orang-orang Germania ( Kristen ) pada tahun 1095 – 1292 dan berlanjut sampai
abad 16. Akhir perang ini banyak wilayah Kristen di Timur Tengah dan Afrika Utara menjadi Islam. Malah
wilayah Spanyol dan Portugis beberapa abad dijajah Islam.
4. Kebangkitan melawan Islam sekaligus sebagai upaya merebut daerah-daerah penghasil rempah-rempah
(Nusantara) muncul ketika Spanyol dan Portugis berhasil mengusir orang-orang Islam dari Eropa Selatan.
Kemenangan ini disambut Paus Gereja Katolik Roma Aleksander VI yang memberikan mandat kepada
Spanyol dan Portugis untuk menguasai dunia baru bagi Gereja Katolik Roma (d.h.i. Paus), sebagaimana :
5. Kegiatan Gereja di Maluku dirintis oleh pater-pater Dominikan, Fransiskus dan Agustin, dan pater-pater
Jesuit dengan pelayanan Fransiscus Xaverius pada tahun 1546 sampai 1548. Hasilnya cukup berkembang
dengan masuknya 47 desa di Leitimor Ambon Saparua, Haruku, Nusalaut dan Seram Selatan memeluk
Katolik Roma. Begitu pula menyebar ke NTT dan berhasil membentuk jemaat-jemaat Katolik di Flores, Solor
dan Timor.
Perjalanan Portugis di Indonesia penuh dengan tantangan. Tidak hanya dari Sultan-Sultan Islam (pater
Simon Vaz dibunuh di Morotai 1535) tetapi juga dari pihak Belanda dengan VOC (badan dagang yang
didirikan 1602) yang berusaha menguasai perdagangan rempah-rempah di Nusantara.
6. Tanggal 23 Februari 1605, kapal-kapal perang Belanda dibawah Laksamana Steven van der Haghen
mengalahkan kapal-kapal perang Portugis dibawah Laksamana Caspar de Mello dalam peperangan di teluk
Ambon. Benteng Portugis jatuh ke tangan Belanda.
Hari Selasa, 27 Februari 1605 diadakan Ibadah Pengucapan Syukur di Benteng Victoria, Ambon.
Itulah ibadah Protestan yang pertama di Nusantara (dan Asia). Sekarang, tanggal 27 Februari
tersebut dijadikan sebagai hari ulang tahun GPI ( = Gereja Protestan di Indonesia).
Ambon menjadi pusat VOC di Nusantara dengan dipimpin oleh Gubernur Jenderal. Semua umat Katolik di
Ambon dialihkan menjadi umat Protestan. Dari Ambon dilakukan pelayanan oleh tenaga-tenaga pendeta
dari Belanda yang dibantu oleh perawat orang sakit yang sebelumnya bertugas di kapal-kapal VOC.
Pelayanan menjangkau pulau-pulau di Maluku bagian Selatan seperti Kei, Aru, Tanimbar, Babar dan Kisar,
perjalanan pelayanan dari Bacan ke Minahasa dan Sangir tahun 1675 dan 1689. Namun perkembangan
pelayanan tersebut tidak memuaskan. Orang-orang Kristen di Maluku bertambah dari 16.000 saat
penyerahan dari Portugis (awal abad 17) menjadi 33.000 pada akhir abad 17.
7. Sejak 1612 ditempatkan pendeta di Ambon dan tahun 1622 dibentuk Majelis Gereja di Banda dan 1625 di
Ambon yang mengorganisir pelayanan. Pendeta-pendeta mendidik guru-guru Ambon yang selanjutnya
berjasa memelihara jemaat-jemaat tatkala tidak ada lagi penempatan pendeta karena merosotnya VOC.
Sementara itu VOC mencari pusat perdagangan baru karena Ambon dianggapnya terlalu jauh.
8. Batavia (=Jakarta sekarang) dibangun pada tanggal 30 Mei 1619 dan Jan Pieterzoon Coen diangkat menjadi
Gubernur Jendral.
9. Dari Batavia VOC membuka pelayanan di Kupang (1613), Malaka (1614), Makasar (1670), Padang (1683),
Surabaya (1708) dan Semarang (1753). Sampai tahun 1624, di Nusantara ini terdapat 5 (lima) Jemaat yaitu
Banda, Ambon, Bacan, Solor dan Batavia.
Jemaat-jemaat ini mengadakan Rapat Bersama (Sidang Sinode) pada tanggal 8 Agustus – 20 Oktober 1624
di Batavia untuk memberlakukan peraturan Gereja Protestan di Nusantara.
VOC melakukan kegiatan Gereja sebatas merawat kerohanian orang-orang Belanda yang berdagang dan
pegawai-pegawainya termasuk orang pribumi yang menjadi Kristen), termasuk penerjemahan bagian Alkitab
ke dalam bahasa Melayu. Tapi tidak ada data pemberitaan Injil untuk mengkristenkan orang pribumi.
10. VOC bubar 31 Desember 1799. Sejak 1 Januari 1800 Belanda secara resmi berkuasa di Indonesia.
Herman Wellem Daendels ditempatkan sebagai Gubernur Jenderal di Nusantara.
11. Tahun 1811 – 1816 Nusantara dikuasai Inggris dan dipimpin oleh Thomas Stamford Raffles. Dia berjasa
mendirikan Kebun Raya Bogor, mendirikan Yayasan Penginjilan dan mendorong pertumbuhan Gereja,
khususnya di Batavia dan Surabaya, termasuk penerjemahan Alkitab.
12. Tahun 1816 Inggris menyerahkan Nusantara kepada Belanda berdasarkan Konvensi London 1814. Belanda
kembali ke Indonesia.
Berkenaan dengan Pekabaran Injil dan Pertumbuhan Gereja, Belanda melaksanakan kebijakan :
1. Menghimpun kembali Jemaat-jemaat Protestan yang telah ada sejak jaman VOC dan mengorganisir
orang-orang Protestan di seluruh wilayah Nusantara ke dalam Gereja Protestan di India Timur (De
Protestantsche Kerk in Oost Indie). Membentuk Majelis Gereja di Batavia, dan mendirikan Gereja
Raja Willem (1835-1839) yang sekarang dikenal dengan nama Gereja Immanuel.
2. Mengijinkan Badan-badan Penginjilan dari Eropa masuk ke Nusantara. (Tapanuli penginjilan dari
Jerman, Kalimantan dari Swiss)
Tahun 1891 Katedral dibangun untuk kegiatan Gereja Roma Katolik di bawah pater-pater Jesuit.
GEREJA-GEREJA PROTESTAN
Gereja Protestan yang diasuh oleh Negara disebut “De Protestantsche Kerk in Oost Indie”, yang kemudian
berganti nama menjadi “De Protestantsche Kerk in Nederlands-Indie” . Pada Tahun 1948 diubah menjadi
Gereja Protestan di Indonesia.
Penginjil-Penginjil Kristen :
1. Joseph Kam, tahun 1815-1833 di Ambon. Digelari Rasul Maluku
2. Gerrit Jan C. Hollendorn (1827-1839), Johann Friedrich Riedel dan Johann Gottlob Schwarz (1831-
1880an) melayani di Minahasa
3. R le Brujin (1819) dan Yohanes Conrad Terlinden (1829) menginjili di Pulau Rote.
4. Johannes Emde (1774-1859) menginjili di Jawa Timur dengan menerapkan budaya Eropa (harus
meninggalkan budaya setempat)
5. Conrad laurence Coolen (1775-1858) mendirikan desa rohani (Islam dan Kristen) dg di Ngoro, Selatan
Surabaya. Pengikut-pengikutnya biasa zikir, bertapa, dan perilaku “ngelmu”. Pengikutnya yang terkenal
antara lain Kyai Ibrahim alias Kyai Ngabdullah alias tunggul wulung di daerah Juwana-Jepara, dan
Gunung Muria. Kyai Zadrack (1840-1924) di Purworejo Jawa Tengah. Pa Dasima dan Paulus Tosari
yang mendirikan desa kristen di Mojowarno sekitar 1834-1840) yang menjadi cikal bakal GKJW.
Selain melalui jalur GPI, kekristenan di Indonesia berkembang melalui pelayanan penginjilan (biasa disebut
“zending” atau “misi”) dari Eropa (Belanda, Jerma dan Swiss) dan dari Amerika Utara pada abad 19 (± 1860 an).
Antara Tahun 1920 – 1939, gereja-gereja mengalami kemandirian dan berdiri sendiri. Sementara proses itu
berjalan, muncullah Peang Dunia II.
Gereja di Indonesia sangat menderita. Pendeta asing dibunuh atau ditawan, juga orang-orang Kristen dianggap
pro belanda dan dimusuhi oleh orang-orang Islam.
Walau orang Kristen banyak yang berjuang dalam gerakan kemerdekaan dan gerakan Nasionalis, tapi
kecurigaan tetap berlanjut.ereja di Indonesia
Tahun 1950 Dewan Gereja-Gereja di Indonesia (DGI) dibentuk. DGI merupakan bentuk konsolidasi gereja-
gereja di Indonesia sekaligus mempelihatkan bahwa Gereja di Indonesia merupakan kekuatan sosial dan
keagamaan yang diperhitungkan pemerinta RI.