Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masyarakat merupakan salah satu unsur utama dalam berdirinya suatu negara. Negara
yang makmur, merupakan tanda bahwa negara tersebut memiliki masyarakat yang juga makmur.
Kemakmuran ini didukung oleh banyak faktor. Salah satunya adalah kesehatan lingkungan
masyarakat di suatu negara tersebut.
Menurut UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan, sehat adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam
pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-
unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral
kesehatan. 
Konsep sehat, yang dikemukakan oleh Linda Ewles & Ina Simmet (1992), yang dikutip
oleh A.E. Dumatubun dalam Jurnal Antropologi Papua 2002, seperti berikut:
1. Konsep sehat dilihat dari segi jasmani, yaitu dimensi sehat yang paling nyata karena
perhatiannya pada fungsi mekanisme tubuh
2. Konsep sehat dari segi mental, yaitu kemampuan berpikir dengan jernih dan koheren.
Istilah mental dibedakan dengan emosional dan sosial walaupun ada hubungan yang
dekat di antara ketiganya.
3. Konsep sehat dilihat dari segi emosional, yaitu kemampuan untuk mengenal emosi
seperti takut, kenikmatan, kedukaan, dan kemarahan, dan untuk mengekspresikan emosi-
emosi secara cepat.
4. Sehat dilihat dari segi sosial, berarti kemampuan untuk membuat dan mempertahankan
hubungan dengan orang lain.
5. Konsep sehat dilihat dari aspek spiritual, yaitu berkaitan dengan kepercayaan dan praktek
keagamaan, berkaitan dengan perbuatan baik secara pribadi, prinsip-prinsip tingkah laku,
dan cara mencapai kedamaian dan merasa damai dalam kesendirian.
6. Konsep sehat dilihat dari segi societal, yaitu berkaitan dengan kesehatan pada tingkat
individual yang terjadi karena kondisi-kondisi sosial, politik, ekonomi dan budaya yang
melingkupi individu tersebut. Adalah tidak mungkin menjadi sehat  dalam masyarakat

1
yang “sakit” yang tidak dapat menyediakan sumber-sumber untuk pemenuhan kebutuhan
dasar  dan emosional. (Djekky,2001: 8)

Masalah kesehatan adalah masalah kompleks yang merupakan hasil dari berbagai
masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia. Datangnya penyakit
merupakan hal yang tidak bisa ditolak, meskipun kadang bisa dicegah atau dihindari. Konsep
sehat sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktor-faktor di luar
kenyataan klinis yang mempengaruhi terutama faktor sosial budaya. Jadi, sangat penting
menumbuhkan pengertian yang benar pada benak masyarakat tentang konsep sehat dan sakit
karena dengan konsep yang benar maka masyarakat pun akan mencari alternatif yang benar pula
untuk menyelesaikan masalah kesehatannya (Foster, 2006).
Pengetahuan masyarakat tentang konsep sehat dan sakit yang benar akan membuat
masyarakat mengerti bagaimana memberdayakan diri untuk hidup sehat dan kebiasaan mereka
untuk mempergunakan fasilitas kesehatan yang ada. Hal ini merupakan dua dari empat grand
strategy yang dilakukan Departemen Kesehatan untuk mewujudkan visinya yaitu “memandirikan
masyarakat untuk hidup sehat” dengan misi “membuat masyarakat sehat” (Depkes RI, 2009).
Derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah tingkat kondisi kesehatan yang tinggi
dan mungkin dicapai pada suatu saat yang sesuai dengan kondisi dan situasi serta kemampuan
yang nyata dari setiap orang atau masyarakat dan harus selalu diusahakan peningkatannya
secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152
menyatakan bahwa pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat bertanggung jawab
melakukan upaya pencegahan, pengendalian, pemb erantasan penyakit menular serta akibat yang
ditimbu lkannya.
Pentingnya kesehatan ini mendorong pemerintah untuk mendirikan layanan kesehatan,
agar masyarakat dapat mengakses kebutuhan kesehatan. Layanan kesehatan salah satu jenis
layanan publik merupakan ujung tombak dalam pembangunan kesehatan masyarakat.Pemerintah
mendirikan lembaga kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit Umum Daerah dan Rumah Sakit
Umum Pusat. Lembaga kesehatan yang sering diakses oleh masyarakat adalah Puskesmas.
Keterbatasan fasilitas yang ada pada puskesmas, membuat masyarakat memilih rumah sakit
umum daerah menjadi rujukan untuk mengakses layanan kesehatan.

2
Usaha jaminan kesehatan itu sebenarnya telah dirintis pemerintah dengan
menyelenggarakan beberapa bentuk jaminan sosial di bidang kesehatan, diantaranya adalah
melalui PT Askes (Persero) dan PT Jamsostek (Persero) yang melayani antara lain pegawai
negeri sipil, penerima pensiun, veteran, dan pegawai swasta. Untuk masyarakat miskin dan tidak
mampu, pemerintah memberikan jaminan melalui skema Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas) dan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Namun, skema-skema tersebut masih
terbagi- bagi lagi sehingga biaya kesehatan dan mutu pelayanan menjadi sulit terkendali.
Untuk mengatasi hal itu, pada 2004, dikeluarkan Undang-Undang No.40 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN). UU 40/2004 ini mengamanatkan bahwa jaminan sosial wajib bagi
seluruh penduduk termasuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui suatu Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
Dengan telah disahkan dan diundangkannya UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS), pada tanggal 25 November 2011, maka PT Askes
(Persero) dan PT (Persero) Jamsostek ditranformasi menjadi BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan.

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Menjelaskan sejarah singkat penyelenggaraan program Asuransi Kesehatan di Indonesia.
2. Menjelaskan kelebihan dan kekurangan BPJS dibanding jaminan sosial lain.
3. Menjelaskan proses dan sistem untuk mendapatkan BPJS.
4. Menjelaskan perbedaan BPJS dengan asuransi kesehatan yang lain.
5. Menjelaskan kelas – kelas BPJS.

1.3 Manfaat
1. Mengetahui sejarah singkat penyelenggaraan program asuransi kesehatan di indonesia.
2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan BPJS.
3. Mengetahui proses dan sistem untuk mendapatkan BPJS
4. Mengetahui perbedaan BPJS dengan asuransi kesehatan yang lain.
5. Mengetahui kelas – kelas BPJS

3
1.4 Rumusan Masalah
1. Apa kelebihan program BPJS dibanding jaminan kesehatan yang lain?
2. Apa kekurangan program BPJS dibanding jaminan kesehatan yang lain?
3. Bagaimana kita memilih kelas BPJS yang cocok untuk kita?
4. Perbedaan apakah yang paling besar dari BPJS dibanding jaminan kesehatan yang lain?
5. Seperti apakah cara untuk mendapatkan BPJS?

4
BAB II
PEMBAHASAN

DASAR HUKUM MENGENAI BPJS

Undang-Undang
 UU no. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
 UU no. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
Peraturan Pemerintah
 PP no. 90 Tahun 2013 tentang Pencabutan PP 28/2003 tentang Subsidi dan Iuran
Pemerintah dalam Penyelenggaraan Asuransi Kesehatan bagi PNS dan Penerima Pensiun
 PP no. 89 Tahun 2013tentang Pencabutan PP 69/1991 tentang Pemeliharaan Kesehatan
PNS, Penerima Pensiun, Veteran Perintis Kemerdekaan beserta Keluarganya
 PP no. 88 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif bagi Anggota
Dewan Pengawas dan Anggota Dewan Direksi Badan Penyelengara Jaminan Sosial
 PP no. 87 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pengelolaan Aset Jaminan Sosial Kesehatan
 PP no. 86 Tahun 2013tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif kepada Pemberi
Kerja Selain Penyelenggara Negara dan Setiap Orang, Selain Pemberi Kerja, Pekerja dan
Penerima Bantuan Iuran dalam Penyelenggara Jaminan Sosial
 PP no. 85 Tahun 2013 tentang Hubungan antara Setiap Badan Penyelenggara Jaminan 
Sosial
Peraturan Presiden
 Perpres no. 111 Tahun 2013tentang Perubahan atas Perpres no.12 Tahun 2013 tentang
Jaminan Kesehatan
 Perpres no. 110 Tahun 2013 tentang Gaji atau Upah dan Manfaat Tambahan Lainnya
serta Insentif bagi Anggota Dewan Pengawas dan Anggota Direksi BPJS
 Perpres no. 109 Tahun 2013 tentang Penahapan Kepesertaan Program Jaminan Sosial
 Perpres no. 108 tahun 2013 tentang Bentuk dan Isi Laporan Pengelolaan Program
Jaminan Sosial

5
 Perpres no. 107 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan Tertentu Berkaitan dengan
Kegiatan Operasional Kementerian Pertahanan, TNI, dan Kepolisian NRI.
 Perpres no.12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan

Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial


Nasional, menjelaskan bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata cara
penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggaraan jaminan
sosial. Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan berdasarkan asas kemanusiaan, asas
manfaat, dan asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sistem Jaminan Sosial
Nasional bertujuan untuk memberikan jaminan terpenuhinya dasar hidup yang layak bagi
setiap peserta dan/atau anggota keluarganya.
Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan berdasarkan pada prinsip :
a.    Kegotong-royongan
Gotongroyong sesungguhnya sudah menjadi salah satu prinsip dalam hidup
bermasyarakat dan juga merupakan salah satu akar dalam kebudayaan kita. Dalam SJSN,
prinsip gotong royong berarti peserta yang mampu membantu peserta yang kurang
mampu, peserta yang sehat membantu yang sakit atau yang berisiko tinggi, dan peserta
yang sehat membantu yang sakit. Hal ini terwujud karena kepesertaan SJSN bersifat
wajib untuk seluruh penduduk, tanpa pandang bulu. Dengan demikian, melalui prinsip
gotong royong jaminan sosial dapat menumbuhkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
b.  Nirlaba
Pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah
nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit oriented). Sebaliknya, tujuan utama adalah
untuk memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta. Dana yang dikumpulkan dari
masyarakat adalah dana amanat, sehingga hasil pengembangannya, akan di manfaatkan
sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta.
c.  Prinsip keterbukaan, kehati-hatian dan akuntabilitas
Prinsip prinsip manajemen ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan dana yang berasal
dari iuran peserta dan hasil pengembangannya.
d.  Portabilitas

6
Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang
berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah pekerjaan atau tempat tinggal
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
e.  Kepesertaan bersifat wajib
Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat
terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh rakyat, penerapannya tetap
disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan
penyelenggaraan program. Tahapan pertama dimulai dari pekerja di sektor formal,
bersamaan dengan itu sektor informal dapat menjadi peserta secara mandiri, sehingga
pada akhirnya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dapat mencakup seluruh rakyat.
f.  Dana amanat
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada badan-badan
penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka mengoptimalkan dana
tersebut untuk kesejahteraan peserta.
g.  Hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan
program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.

Sedangkan dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan


Penyelenggara Jaminan Sosial, menjelaskan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang
selanjutnya disingkat BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan
program jaminan sosial. BPJS bertujuan untuk mewujudkan terselenggaranya pemberian
jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap Peserta dan/atau
anggota keluarganya.
BPJS menyelenggarakan sistem jaminan sosial nasional berdasarkan asas:
a.      Kemanusiaan
b.      Manfaat
c.      Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011, BPJS akan menggantikan
sejumlah lembaga jaminan sosial yang ada di Indonesia yaitu lembaga asuransi jaminan
kesehatan PT Askes dan lembaga jaminan sosial ketenaga kerjaan PT Jamsostek.
Transformasi PT Askes dan PT Jamsostek menjadi BPJS dilakukan secara bertahap. Pada

7
awal 2014, PT Askes akan menjadi BPJS Kesehatan, selanjutnya pada 2015 giliran PT
Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan.
Setiap warga negara Indonesia dan warga asing yang sudah berdiam di Indonesia
selama minimal enam bulan wajib menjadi anggota BPJS. Ini sesuai pasal 14 UU BPJS.
Setiap perusahaan wajib mendaftarkan pekerjanya sebagai anggota BPJS. Sedangkan orang
atau keluarga yang tidak bekerja pada perusahaan wajib mendaftarkan diri dan anggota
keluarganya pada BPJS. Setiap peserta BPJS akan ditarik iuran yang besarnya ditentukan
kemudian. Sedangkan bagi warga miskin, iuran BPJS ditanggung pemerintah melalui
program Bantuan Iuran.
Menjadi peserta BPJS tidak hanya wajib bagi pekerja di sektor formal, namun juga
pekerja informal. Pekerja informal juga wajib menjadi anggota BPJS Kesehatan. Para
pekerja wajib mendaftarkan dirinya dan membayar iuran sesuai dengan tingkatan manfaat
yang diinginkan.
Jaminan kesehatan secara universal diharapkan bisa dimulai secara bertahap pada
2014 dan pada 2019, diharapkan seluruh warga Indonesia sudah memiliki jaminan kesehatan
tersebut. Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi menyatakan BPJS Kesehatan akan diupayakan
untuk menanggung segala jenis penyakit namun dengan melakukan upaya efisiensi.
Kementerian Sosial mengklaim Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan yang berlaku pada awal 2014 akan menjadi program jaminan sosial terbaik dan
terbesar di Asia. Namun pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional oleh BPJS pada 2014
diperkirakan terkendala persiapan dan infrastruktur. Misalnya, jumlah kamar rumah sakit
kelas III yang masih kurang 123 ribu unit. Jumlah kamar rumah sakit kelas III saat ini tidak
bisa menampung 29 juta orang miskin. Kalangan DPR menilai BPJS Kesehatan belum siap
beroperasi pada 2014 mendatang.

TRANSFORMASI PT ASKES & PT JAMSOSTEK DARI PERSERO MENUJU BADAN


HUKUM PUBLIK

Dengan telah disahkan dan diundangkannya UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS), pada tanggal 25 November 2011, maka PT Askes
(Persero) dan PT (Persero) Jamsostek ditranformasi menjadi BPJS Kesehatan dan BPJS

8
Ketenagakerjaan.Transformasi tersebut meliputi perubahan sifat, organ dan prinsip pengelolaan,
atau dengan kata lain berkaitan dengan perubahan stuktur dan budaya organisasi.
UU BPJS menuturkan bahwa PT Askes (Persero) dinyatakan bubar tanpa likuidasi pada
saat mulai beroperasinya BPJS Kesehatan pada tanggal 1 Januari 2014. Sedangkan PT (Persero)
Jamsostek dinyatakan bubar tanpa likuidasi pada saat berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan,
pada tanggal 1 Januari 2014. BPJS Ketenagakerjaan menurut UU BPJS mulai beroperasi
selambatnya tanggal 1 Juli 2015 menyelenggarakan prorgam jaminan kecelakaan kerja, jaminan
hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian bagi peserta, selain peserta program yang
dikelola oleh PT Taspen (Persero) dan PT (Persero) Asabri, sesuai dengan ketentuan Pasal 29
samapai dengan Pasal 46 UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN).
a. Transformasi sifat
Transformasi dari PT (Persero) menjadi badan hukum publik sangat mendasar,
karena menyangkut perubahan sifat dari pro laba melayani pemegang saham menuju nir
laba melayani kepentingan publik yang lebih luas untuk melaksanakan misi yang
ditetapkan dalam konstitusi dan peraturan perundang-undangan pelaksanaannya.
Selain itu secara khusus BPJS menyelenggarakan SJSN, menurut Pasal 2 UU BPJS
berdasarkan asas kemanusiaan yang terkait dengan penghargaan terhadap martabat
manusia. Manfaat yaitu asas yang bersifat operasional yang menggambarkan pengelolaan
yang efisien dan efektif, sedangkan asas yang bersifat idiil yaitu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Sebagai badan hukum publik pembentukan BPJS berdasarkan UU BPJS. Fungsi, tugas,
wewenang, hak dan kewajibannya juga diatur dalam UU BPJS. UU BPJS menentukan
bahwa BPJS bertanggung jawab kepada Presiden. Hal ini berbeda dengan Direksi PT
(Persero) yang bertanggung jawab kepada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
b. Transformasi organ dan prinsip pengelolaan
Organ BPJS menurut UU BPJS sangat berbeda jika dibandingkan dengan PT
(Persero) yang tunduk kepada UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN dan peraturan
pelaksanaannya, serta tunduk juga pada UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas.

9
Organ BPJS ditentukan dalam UU BPJS. Terdiri atas Dewan Pengawas dan
Direksi yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Jumlah anggota Dewan
Pengawas dan anggota Direksi, serta mekanisme seleksinya ditentukan dalam UU BPJS.
Sedangkan organ PT (Persero) terdiri atas Direksi, Komisaris dan Dewan Pengawas yang
di angkat dan diberhentikan oleh RUPS yang mekanisme seleksinya ditentukan dalam
Peraturan Pemerintah.
Prinsip pengelolaan BPJS dilaksanakan berdasarkan 9 prinsip penyelenggaraan
jaminan sosial, yaitu kegotongroyongan, nir laba, keterbukaan, kehati-hatian,
akuntabilitas, portabilitas, kepesertaan bersifat wajib, dana amanat dan hasil pengelolaan
Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk
sebesar-besar kepentingan peserta. Sedangkan pengelolaan PT (persero) mengikuti
prinsip-prinsip yang berlaku bagi Perseroan Terbatas yang pada intinya memaksimalkan
kembalian (return) bagi pemegang saham.

PT Askes (Persero) dan PT (Persero) Jamsostek dari sekarang harus mempersiapkan diri
untuk melakukan perubahan struktural, mekanisme kerja dan perubahan kultur organisasi
masing-masing, secara terarah dan terencana, agar target waktu yang ditentukan dalam UU BPJS
dapat dipenuhi.
Dengan beroperasinya BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan diharapkan cakupan
semesta kepesertaan jaminan sosial dan pemberian manfaat yang lebih baik kepada peserta dan
anggota keluarganya dapat diwujudkan dalam rangka memenuhi hak konstitusional penduduk
atas jaminan sosial.

Pro-kontra Keberadaan BPJS


Berlakunya UU Nomor 40 tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial nasional (SJSN) dan
UU nomor 24 tahun 2011 tentang badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS), dicanangkan
sebagai tonggak dimulainya reformasi sistem jaminan sosial di Indonesia. Namun, Pro kontra
tentang SJSN dan BPJS hingga dekarang masih terus berjalan.
Sebagian kalangan mendesak dan mendukung pentingnya implementasi program jaminan
sosial, sesuai dengan amanah konstitusi untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan
berkeadilan sosial. Di lain pihak ada yang menentang karena program jaminan sosial telah

10
mencederai amanah konstitusi yaitu mereduksi ketentuan hak sosial rakyat untuk memperoleh
jaminan sosial dari negara dengan dirubah menjadi belas kasihan dalam bentuk asuransi sosial.
DPR dan pemerintah melalui Panitia Khusus Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
menargetkan penyelesaian undang-undang ini dalam Juni 2011.Pembahasan RUU Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di DPR sudah berlangsung lebih dari satu tahun karena
inisiatif RUU BPJS oleh DPR tidak direspons positif oleh pemerintah.Keberatan pemerintah
terletak pada pengaturan BPJS dan konsekuensi pendanaan.
Masalah pendanaan program jaminan sosial merupakan bagian krusial.Perhitungan
pembiayaan sangat bergantung pada cakupan jaminan dan sasaran penerima jaminan. Menurut
perhitungan Menteri Keuangan, jika pemerintah membayar premi kesehatan untuk 20 juta
penduduk, biayanya bisa 2-3 persen dari produk domestik bruto (PDB). Angka estimasi tersebut
terlalu tinggi dan berbeda dengan estimasi oleh Kementerian Keuangan sendiri yang
menggunakan jasa konsultan dari Bank Pembangunan Asia (ADB). Disebutkan, biaya premi
untuk program kesehatan adalah 1,15 persen dan biaya Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) tak sampai 0,5 persen dari PDB.

BPJS Masih Berantakan


Menurut direktur Eksekutif Lembaga Survei Independen Nusantara (LSIN) Yasin
Mohammad, publik menilai sistem pelaksanaan KJS di bawah kontrol PT Askes terbukti masih
berantakan mulai dari sistem proses kepesertaan, layanan kesehatan, pembayaran, dan
mekanisme kerjasama dengan RS, bahkan berpotensi terjadinya praktek korupsi bernilai
milyaran rupiah. Pada aspek kepesertaan, di bawah kontrol PT Askes KJS menjadi berantakan,
masih banyak yang tidak tepat sasaran, terjadi kesalahan cetak peserta KJS, dan bahkan terjadi
penolakan pasien di RS. Secara keseluruhan sistem layanan yang diterapkan melalui mekanisme
KJS dibawah operator PT Askes terbukti amburadul dan mengorbankan penduduk DKI Jakarta.
Apalagi UU BPJS pasal 10 menetapkan bahwa BPJS bertugas mengelola dan menerima data
peserta program jaminan sosial, ini artinya layanan kesehatan secara nasional akan berada
dibawah kendali PT Askes yang menjelma menjadi BPJS.
Pasal 14 UU SJSN menjelaskan bahwa pemerintah secara bertahap mendaftarkan PBI
(penerima bantuan iuran) sebagai peserta ke BPJS, yaitu orang fakir miskin dan tidak
mampu.Jika sistem kepesertaan yang diterapkan demikian, maka kepesertaan jaminan kesehatan

11
bagi penduduk miskin, fakir dan cacat memungkinkan tidak tepat sasaran, tanpa menyertakan
surveyor dan ferivikator kepesertaan memungkinkan jatuh ke tangan orang kaya. Bahkan
memungkinkan pemerintah justru menanggung iuran jaminan kesehatan bagi orang mampu, dan
orang miskin dan fakir justru malah yang membayar iuran wajib jaminan kesehatan
mereka.Persis yang terjadi pada pelaksanaan KJS saat ini dibawah kendali PT Askes.
Ia mengemukakan, mekanisme pembayaran dan kerjasama dengan RS juga berpotensi
besar memperumit pelaksanaan BPJS jika tidak menggunakan sistem yang baik, apalagi faktanya
di beberapa daerah ditemukan bahwa infrastruktur, SDM, dan sarana kesehatan sering tidak
sesuai dengan harapan masyarakat. Tapi anehnya masyarakat sudah harus dipaksakan mengikuti
asuransi sosial dan dipaksa membayar iuran di bawah payung BPJS Kesehatan.
Maka peran legislatif sangat krusial dalam mengawal pelaksanaan UU SJSN dan BPJS, setelah
legislatif menetapkan anggaran, maka mereka memiliki kewajiban mengontrol pelaksanaan BPJS
secara penuh dalam pengelolaan dan penggunaan anggarannya.

Pentingnya SJSN (Sistem Jaminan Sosial Nasional) dan BPJS (Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial)
Undang-undang SJSN mengatur program jaminan kesehatan, kecelakaan kerja, jaminan
hari tua termasuk pensiun, dan jaminan kematian yang lebih adil dan merata bagi rakyat. Ada
empat esensi pokok UU SJSN, yaitu:
1. SJSN merupakan upaya membuat platform yang sama bagi pegawai negeri, pegawai
swasta, dan pekerja di sektor informal dalam menghadapi risiko sosial ekonomi masa
depan.
2. Mengubah status badan hukum badan penyelenggara yang ada sekarang PT Taspen, PT
Asabari, PT Askes, dan PT Jamsostek menjadi BPJS yang tidak bertujuan mencari laba
untuk kas negara. Bukan berarti BPJS akan merugi, tetapi semua nilai tambah (surplus,
yang selama ini disebut laba) harus dikembalikan kepada peserta, bukan kepada
pemegang saham (dalam hal ini, pemerintah). Pada hakikatnya UU SJSN meluruskan
kekeliruan pengelolaan jaminan sosial selama ini yang menurut UU Nomor 2 Tahun 1992
tentang Asuransi harus dikelola BUMN.

12
3. SJSN memastikan bahwa dana yang terkumpul dari iuran dan hasil pengembangannya
dikelola hanya untuk kepentingan peserta. Ini adalah dana titipan peserta (dana amanah),
bukan penerimaan atau aset badan penyelenggara.
4. Memastikan agar pihak kontributor atau pengiur atau tripartit (tenaga kerja, majikan, dan
pemerintah) memiliki kendali kebijakan tertinggi yang diwujudkan dalam bentuk Dewan
Jaminan Sosial Nasional (DJSN, semacam Majelis Wali Amanat atau lembaga tripartit)
yang diwakili 2 orang serikat pekerja, 2 orang serikat pemberi kerja, 5 orang wakil
pemerintah, dan 6 orang wakil tokoh masyarakat/ahli. DJSN menjaga agar pengelolaan
program steril dari politik.
5. Program jaminan harus berskala nasional untuk menjamin portabilitas dan seluruh
penduduk Indonesia (di daerah mana pun ia berada) untuk memperoleh jaminan. Jaminan
harus portabel, tidak boleh hilang ketika ia berada di luar kota tempat tinggalnya.

Pembentukan BPJS memberi peluang bagi seluruh rakyat, di mana pun berada, apa pun
kegiatan dan pekerjaannya, status sosialnya, kaya atau miskin, kecuali yang sedang menjalani
hukuman penjara, akan memperoleh jaminan pelayanan kesehatan, hari tua dan pensiun,
kecelakaan kerja dan kematian, di mana pun dan kapan pun di Indonesia.
Sistem BPJS menetapkan bahwa kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh warga bahkan
warga asing dengan ketentuan tertentu sebagaimana ketentuan UU BPJS pasal 14.termasuk
pembayaran iuran (premi) sebesar 27.000/ orang setiap bulannya. UU BPJS Pasal 17 juga
menetapkan bahwa khusus untuk fakir miskin, tidak mampu, orang cacat, tidak bekerja dalam
kurun waktu tertentu iuran wajib BPJS dibayar oleh pemerintah, artinya mendapatkan jaminan
kesehatan gratis,” paparnya. Hal ini, jelas merujuk pada prinsip SJSN bahwa program jaminan
kesehatan (JK) bertugas memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi setiap
peserta/warga Indonesia agar dapat hidup sehat dan produktif sejahtera.Jaminan kesehatan
dijalankan secara nasional dengan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas dan sistemnya
sistem gotong royong dimana peserta mampu dan sehat membantu peserta yang miskin dan sakit.

13
PESERTA JAMINAN KESEHATAN

Setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam)bulan di
Indonesia, yang telah membayar iuran, meliputi :
1. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI): fakir miskin danorang tidak mampu,
dengan penetapan peserta sesuai ketentuanperaturan perundang-undangan.
2. Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Non PBI), terdiridari :
 Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya
a. Pegawai Negeri Sipil;
b. Anggota TNI;
c. Anggota Polri;
d. Pejabat Negara;
e. Pegawai Pemerintah non Pegawai Negeri;
f. Pegawai Swasta; dan
g. Pekerja yang tidak termasuk huruf a sd f yang menerima upah.
Termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.
 Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya
a. Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri; dan
b. Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima upah.
Termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling singkat 6(enam) bulan.
 Bukan pekerja dan anggota keluarganya
a. Investor;
b. Pemberi Kerja;
c. Penerima Pensiun, terdiri dari :
- Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hakpensiun;
- Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun;
- Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun;
- Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun yang mendapat hak
pensiun;
- Penerima pensiun lain; dan
- Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima

14
- pensiun lain yang mendapat hak pensiun.
d. Veteran;
e. Perintis Kemerdekaan;
f. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis
g. Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sd e yangmampu membayar iuran.

ANGGOTA KELUARGA YANG DITANGGUNG

1. Pekerja Penerima Upah :


- Keluarga inti meliputi istri/suami dan anak yang sah (anakkandung, anak tiri
dan/atau anak angkat), sebanyak-banyaknya5 (lima) orang.
- Anak kandung, anak tiri dari perkawinan yang sah, dan anakangkat yang sah,
dengan kriteria:
a. Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyaipenghasilan sendiri;
b. Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belumberusia 25 (dua puluh
lima) tahun yang masih melanjutkanpendidikan formal.
2. Pekerja Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja :
Peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga yang diinginkan(tidak terbatas).
3. Peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga tambahan, yangmeliputi anak ke-4 dan
seterusnya, ayah, ibu dan mertua.
4. Peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga tambahan, yangmeliputi kerabat lain
seperti Saudara kandung/ipar, asisten rumahtangga, dll.

HAK DAN KEWAJIBAN PESERTA

Hak Peserta
1. Mendapatkan kartu peserta sebagai bukti sah untuk memperoleh pelayanan kesehatan;
2. Memperoleh manfaat dan informasi tentang hak dan kewajiban serta prosedur pelayanan
kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

15
3. Mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan; dan
4. Menyampaikan keluhan/pengaduan, kritik dan saran secara lisan atau tertulis ke Kantor
BPJS Kesehatan.
Kewajiban Peserta
1. Mendaftarkan dirinya sebagai peserta serta membayar iuran yang besarannya sesuai
dengan ketentuan yang berlaku ;
2. Melaporkan perubahan data peserta, baik karena pernikahan, perceraian, kematian,
kelahiran, pindah alamat atau pindah fasilitas kesehatan tingkat I;
3. Menjaga Kartu Peserta agar tidak rusak, hilang atau dimanfaatkan oleh orang yang tidak
berhak;
4. Mentaati semua ketentuan dan tata cara pelayanan kesehatan.

PENDAFTARAN MENJADI PESERTA

Proses pendaftaran menjadi peserta BPJS Kesehatan dapat dilakukansecara kolektif maupun
perorangan, dengan ketentuan sebagai berikut:
I. PEKERJA PENERIMA UPAH
a. Pendaftaran secara kolektif :
1. Mengisi dan menyerahkan Formulir Daftar Isian Peserta serta melampirkan
Pas foto berwarna terbaru ukuran 3 cm x 4 cm masing-masing 1 (satu) lembar.
2. Pendaftaran secara berkelompok kolektif disampaikan dalam bentuk format
data yang disepakati.
b. Pendaftaran secara perorangan :
1. Pemberi Kerja Penyelenggara Negara, terdiri dari :
 Pejabat Negara : Mengisi Formulir Daftar Isian Peserta (FDIP) dilampiri dengan
pas foto berwarna terbaru masing-masing 1 (satu) lembar ukuran 3 cm x 4 cm
(kecuali bagi anak usia balita), serta menunjukkan /memperlihatkan dokumen
sebagai berikut :
a) Asli/foto copy petikan SK Penetapan sebagai Pejabat Negara yang
dilegalisasi;

16
b) Asli/foto copy Daftar Gaji yang dilegalisasi oleh pimpinan unit kerja;
c) Asli/foto copy KP4 yang dilegalisasi;
d) Asli/foto copy Kartu Keluarga dan KTP (diutamakan KTP elektronik);
e) Foto copy surat nikah;
f) Foto copy akte kelahiran anak/surat keterangan lahir/SK Pengadilan Negeri
untuk anak angkat;
g) Surat Keterangan dari sekolah/ perguruan tinggi (bagi anak berusia lebih dari
21 tahun sampai dengan usia ke 25 tahun).
 Pegawai Negeri Sipil; Mengisi Formulir Daftar Isian Peserta (FDIP) yang di
tanda tangani oleh pimpinan unit kerja dan stempel unit kerja. Daftar Isian
Peserta dilampiri dengan pas foto terbaru masing-masing 1 (satu) lembar ukuran
3 cm x 4 cm (kecuali bagi anak usia balita); serta menunjukkan/
memperlihatkan dokumen sebagai berikut :
a) Asli/foto copy SK PNS terakhir;
b) Asli/foto copy Daftar Gaji yang dilegalisasi oleh pimpinan unit kerja;
c) Asli/foto copy KP4 yang dilegalisasi
d) Asli/foto copy Kartu Keluarga dan KTP (diutamakan KTP elektronik);
e) Foto copy surat nikah;
f) Foto copy akte kelahiran anak/surat keterangan lahir/SK Pengadilan Negeri
untuk satu anak angkat yang ditanggung;
g) Surat Keterangan dari sekolah/ perguruan tinggi (bagi anak berusia lebih dari
21 tahun sampai dengan usia ke 25 tahun).
 Pegawai Negeri Sipil yang dipekerjakan pada BUMN/ BUMD; Mengisi Formulir
Daftar Isian Peserta (FDIP) yang di tanda tangani oleh pimpinan unit kerja dan
stempel unit kerja. Daftar Isian Peserta dilampiri dengan pas foto terbaru masing-
masing 1 (satu) lembar ukuran 3 cm x 4 cm (kecuali bagi anak usia balita); serta
menunjukkan/ memperlihatkan dokumen sebagai berikut :
a) Asli/foto copy SK PNS yang dipekerjakan pada BUMN/BUMD;
b) Asli/foto copy Daftar Gaji yang dilegalisasi oleh pimpinan unit kerja;
c) Asli/foto copy Kartu Keluarga dan KTP (diutamakan KTP elektronik);
d) Foto copy surat nikah;
e) Foto copy akte kelahiran anak/surat keterangan lahir/SK Pengadilan
Negeri untuk anak angkat;

17
f) Surat Keterangan dari sekolah/ perguruan tinggi (bagi anak berusia
lebih dari 21 tahun sampaidengan usia ke 25 tahun).
 Anggota TNI dan POLRI; Mengisi Formulir Daftar Isian Peserta (FDIP)
dengan melampirkan pas foto terbaru masing-masing 1 (satu) lembar
ukuran 3 cm x 4 cm (kecuali bagi anak usia balita) serta
menunjukkan/memperlihatkan dokumen sebagai berikut :
a) Asli/foto copy SK kepangkatan terakhir;
b) Asli/foto copy Daftar Gaji yang dilegalisasi oleh pimpinan unit kerja;
c) Asli/foto copy KU 1 yang dilegalisasi
d) Asli/foto copy Kartu Keluarga dan KTP (diutamakan KTP elektronik);
e) Foto copy surat nikah;
f) Foto copy akte kelahiran anak/surat keteranganlahir/SK Pengadilan
Negeri untuk satu anak angkat yang ditanggung;
g) Surat Keterangan dari sekolah/ perguruan tinggi (bagi anak berusia
lebih dari 21 tahun sampai dengan usia 25 tahun).
 Pejabat Negara Non Pegawai Negeri (Presiden, Menteri, Gubernur/Wkl
Gubernur, Bupati/Wkl Bupati, Walikota/Wakil Walikota, DPR, DPD,
DPRD); Mengisi Formulir Daftar Isian Peserta (FDIP) dengan
melampirkan pas foto berwarna terbaru ukuran3 cm x 4 cm masing-
masing 1 (satu) lembar (kecuali bagi anak usia balita) serta
menunjukkan/memperlihatkan dokumen sebagai berikut :
a) Asli/foto copy SK pengangkatan sebagai pejabat Negara;
b) Asli/foto copy Kartu Keluarga dan KTP (diutamakan KTP elektronik);
c) Foto copy surat nikah;
d) Foto copy akte kelahiran anak/surat keterangan lahir/SK Pengadilan
Negeri untuk anak angkat;
e) Surat Keterangan dari sekolah/ perguruan tinggi (bagi anak berusia
lebih dari 21 tahun sampai dengan usia 25 tahun).
 Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri; MengisiFormulir Daftar Isian
Peserta (FDIP) denganmelampirkan pas foto berwarna terbaru ukuran 3cm

18
x 4 cm masing-masing 1 (satu) lembar (kecualibagi anak usia balita) serta
menunjukkan/memperlihatkan dokumen sebagai berikut :
a) Asli/foto copy SK Pengangkatan dari kementerian/ lembaga;
b) Asli/foto copy Daftar Gaji yang dilegalisasi oleh pimpinan unit kerja;
c) Foto copy KTP (diutamakan KTP elektronik);
d) Foto copy surat nikah; Foto copy akte kelahiran anak/surat keterangan
lahir/SK Pengadilan Negeri untuk anak angkat;
e) Surat Keterangan dari sekolah/ perguruan tinggi (bagi anak berusia
lebih dari 21 tahun sampaidengan usia 25 tahun).

2. Pegawai Swasta/Badan Usaha/Badan Lainnya; Mengisi FormulirDaftar Isian


Peserta (FDIP) dengan melampirkan pas fotoberwarna terbaru ukuran 3 cm x
4 cm masing-masing 1 (satu)lembar (kecuali bagi anak usia balita) serta
menunjukkan/memperlihatkan dokumen sebagai berikut :
a) Bukti diri sebagai Tenaga Kerja / karyawan aktif pada perusahaan;11
b) Perjanjian Kerja / SK pengangkatan sebagai pegawai;
c) Asli/foto copy Kartu Keluarga dan KTP (diutamakan KTP elektronik);
d) Bukti potongan iuran Jaminan Kesehatan;
e) Foto copy surat nikah;
f) Foto copy akte kelahiran anak/surat keterangan lahir/SK Pengadilan
Negeri untuk anak angkat;
g) Bagi WNA menunjukkan Kartu Ijin Tinggal Sementara/Tetap
(KITAS/KITAP).

II. PEKERJA BUKAN PENERIMA UPAH


1. Pendaftaran secara kolektif :
a. Mengisi dan menyerahkan Formulir Daftar Isian Pesertaserta melampirkan
Pas foto berwarna terbaru ukuran3 cm x 4 cm masing-masing 1 (satu) lembar.
b. Pendaftaran secara berkelompok kolektif disampaikandalam bentuk format
data yang disepakati.
2. Pendaftaran secara perorangan :

19
Pekerja diluar Hubungan Kerja atau Pekerja Mandiri; Mengisi Formulir Daftar
Isian Peserta (FDIP) serta melampirkan pas foto terbaru masing-masing 1 (satu)
lembar ukuran 3 cm x 4 cm (kecuali bagi anak usia balita), serta
menunjukkan/memperlihatkandokumen sebagai berikut :
a. Investor; Mengisi Formulir Daftar Isian Peserta (FDIP) dan melampirkan Pas
foto terbaru ukuran 3 cm x 4 cm sejumlah 1 (satu) lembar, dengan
menunjukan/memperlihatkan:
a) Asli/foto copy Kartu Keluarga/KTP
b) Bagi WNA menunjukkan Kartu Ijin Tinggal Sementara/ Tetap
(KITAS/KITAP).
b. Pemberi Kerja; Mengisi Formulir Daftar Isian Peserta (FDIP) dan
melampirkan pas foto terbaru ukuran 3 cm x 4 cmsejumlah 1 (satu) lembar,
dengan menunjukan/ memperlihatkan:
a) Asli/foto copy Kartu Keluarga/KTP
b) Bagi WNA menunjukkan Kartu Ijin Tinggal Sementara/Tetap
(KITAS/KITAP).
c. Penerima Pensiun :
 Penerima Pensiun PNS; Mengisi Formulir Daftar IsianPeserta (FDIP) serta
melampirkan pas foto terbaruukuran 3 cm x 4 cm sejumlah 1 (satu) lembar,
denganmenunjukan/memperlihatkan:
a) Asli / foto copy Kartu Keluarga/KTP;
b) Asli/ fotocopy surat tanda bukti penerima pensiun atau KARIP;
c) Fotocopy surat nikah
d) Asli/Fotocopy akte kelahiran anak/keterangan lahir, surat
keputusan pengadilan negeri untuk anak angkat;
e) Surat keterangan sekolah / perguruan tinggi (bagi anak berusia
lebih dari 21 tahun sampai dengan 25 tahun).
 Penerima Pensiun Pejabat Negara; Mengisi FormulirDaftar Isian Peserta
(FDIP) dan melampiri pas fototerbaru ukuran 3 cm x 4 cm sejumlah 1
(satu) lembardengan menunjukan/ memperlihatkan:
a) Asli/foto copy Kartu Keluarga/KTP

20
b) Fotocopy surat tanda bukti penerima pension atau KARIP
c) Fotocopy surat nikah, akte kelahiran anak/keterangan lahir, surat
keputusan pengadilan negeri untuk anak angkat.
d) Surat keterangan sekolah / perguruan tinggi (bagi anak berusia lebih
dari 21 tahun sampai dengan 25 tahun).
 Penerima Pensiun TNI dan POLRI; Mengisi FormulirDaftar Isian Peserta
(FDIP) dan melampirkan pas fototerbaru ukuran 3 cm x 4 cm sejumlah 1
(satu) lembardenganmenunjukan/ memperlihatkan :
a) Asli/foto copy Kartu Keluarga/KTP;
b) Fotocopy surat tanda bukti penerima pension atau Kartu tanda peserta
ASABRI;
c) Fotocopy surat nikah;
d) Fotocopy akte kelahiran anak/keterangan lahir, surat keputusan
pengadilan negeri untuk anakangkat;
e) Surat keterangan sekolah / perguruan tinggi (bagi anak berusia lebih
dari 21 tahun sampai dengan 25 tahun).
 Perintis Kemerdekaan; Mengisi Formulir Daftar Isian Peserta (FDIP) dan
melampiri pas foto terbaru ukuran 3 cm x 4 cm sejumlah 1 (satu) lembar
dengan menunjukan/ memperlihatkan:
a) Asli/foto copy Kartu Keluarga/KTP;
b) SKEP Perintis Kemerdekaan;
c) Fotocopy surat nikah
d) Fotocopy akte kelahiran anak/keterangan lahir, surat keputusan
pengadilan negeri untuk anak angkat;Surat keterangan sekolah /
perguruan tinggi (bagianak berusia lebih dari 21 tahun sampai
dengan25 tahun).
 Veteran; Mengisi Formulir Daftar Isian Peserta (FDIP) dan melampirkan
pas foto terbaru ukuran 3 cm x 4 cm sejumlah 1 (satu) lembar dengan
menunjukan/memperlihatkan :
a) Asli/foto copy Kartu Keluarga/KTP;

21
b) Asli/foto copy piagam petikan SK Pengesahan Gelar Kehormatan
Veteran RI;
c) Fotocopy surat nikah;
d) Fotocopy akte kelahiran anak/keterangan lahir, surat keputusan
pengadilan negeri untuk anak angkat;
e) Surat keterangan sekolah / perguruan tinggi (bagi anak berusia lebih
dari 21 tahun sampai dengan 25 tahun).
 Penerima Program Pensiun Badan Usaha/Badan Lainnya; Mengisi
Formulir Daftar Isian Peserta (FDIP) dan melampirkan pas foto
terbaru ukuran 3 cm x 4 cm sejumlah 1 (satu) lembar dengan
menunjukan/memperlihatkanasli/foto copy Kartu Keluarga danKTP.
 Janda/Duda/Anak Yatim/Anak Piatu dan Anak YatimPiatu dari
Penerima Pensiun PNS / TNI / Polri / PejabatNegara / Veteran/Perintis
Kemerdekaan; denganketentuan mengisi Formulir Daftar Isian Peserta
(FDIP)dan melampiri pas foto terbaru ukuran 3 cm x 4 cmsejumlah 1
(satu) lembar dengan menunjukan / memperlihatkan:
a) Asli/foto copy Kartu Keluarga dan KTP;
b) Surat Keputusan Janda/Duda/Anak Yatim/Anak Piatu dan Anak
Yatim Piatu;
c) Fotocopy akte kelahiran anak/keterangan lahir, surat keputusan
pengadilan negeri untuk anakangkat;
d) Surat keterangan sekolah / perguruan tinggi (bagi anak berusia
lebih dari 21 tahun sampai dengan 25 tahun).
 Pekerja Informal; Mengisi Formulir Daftar Isian Peserta (FDIP) dan
melampirkan pas foto terbaru ukuran 3 cm x 4 cm sejumlah 1 (satu)
lembar dengan menunjukan/memperlihatkanasli/foto copy Kartu
Keluarga dan KTP.
 Anggota Keluarga Lain, Anggota keluarga lain dapat diikutsertakan
denganketentuan : membayar iuran, mengisi Formulir DaftarIsian
Peserta (FDIP) dan melampirkan pas foto terbaruukuran 3 x 4 cm
sejumlah 1 (satu) lembar denganmenunjukan/ memperlihatkanasli/foto

22
copy KartuKeluarga dan KTP dan bagi WNA menunjukan KartuIjin
Tinggal Sementara/Tetap (KITAS/KITAP)

PROSEDUR PENDAFTARAN PESERTA BPJS-KESEHATAN SECARA ONLINE

1. Hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum Pendaftaran Peserta BPJS-Kesehatan secara Online
adalah :
a. Kartu Tanda Penduduk
b. Kartu Keluarga
c. Kartu NPWP
d. Alamat E-mail dan No. HP yg bisa dihubungi
2. Calon Peserta mengisi Isian secara lengkap (Nama, Tgl. Lahir, Alamat, Email dll)
3. Besaran Iuran adalah sesuai dengan Kelas Perawatan yg anda pilih
a. KELAS III = Rp. 25.500/Bulan
b. KELAS II = Rp. 42.500/Bulan
c. KELAS I = Rp. 59.500/Bulan
4. Setelah menyimpan Data, Sistem akan mengirimkan Email Notifikasi Nomor Registrasi ke
Alamat Email sesuai dengan yang diisikan oleh Calon Peserta
5. Agar e-ID dapat digunakan / aktif, Calon Peserta agar melakukan pembayaran di Bank.
6. Setelah Calon Peserta melakukan pembayaran di Bank, maka peserta dapat mencetak e-ID
dengan link yang terdapat pada Email Notifikasi

IURAN

1. Bagi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan iuran dibayar oleh
Pemerintah.
2. Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja pada Lembaga Pemerintahan
terdiri dari Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI, anggota Polri, pejabat negara, dan
pegawai pemerintah non pegawai negeri sebesar 5% (lima persen) dari Gaji atau Upah
per bulan dengan ketentuan : 3% (tiga persen) dibayar oleh pemberi kerja dan 2% (dua
persen) dibayar oleh peserta.

23
3. Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja di BUMN, BUMD dan Swasta
sebesar 4,5% (empat koma lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan dengan ketentuan :
4% (empat persen) dibayar oleh Pemberi Kerja dan 0,5% (nol koma lima persen) dibayar
oleh Peserta.
4. Iuran untuk keluarga tambahan Pekerja Penerima Upah yang terdiri dari anak ke 4 dan
seterusnya, ayah, ibu dan mertua, besaran iuran sebesar sebesar 1% (satu persen) dari dari
gaji atau upah per orang per bulan, dibayar oleh pekerja penerima upah.
5. Iuran bagi kerabat lain dari pekerja penerima upah (seperti saudara kandung/ipar, asisten
rumah tangga, dll); peserta pekerja bukan penerima upah serta iuran peserta bukan
pekerja adalah sebesar:
a. Sebesar Rp.25.500,- (dua puluh lima ribu lima ratus rupiah) perorang per bulan
dengan manfaat pelayanan di ruang perawatanKelas III.
b. Sebesar Rp.42.500 (empat puluh dua ribu lima ratus rupiah) per orang per bulan
dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas II.
c. Sebesar Rp.59.500,- (lima puluh sembilan ribu lima ratus rupiah) per orang per bulan
dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas I.
6. Iuran Jaminan Kesehatan bagi Veteran, Perintis Kemerdekaan, danjanda, duda, atau anak
yatim piatu dari Veteran atau PerintisKemerdekaan, iurannya ditetapkan sebesar 5%
(lima persen) dari45% (empat puluh lima persen) gaji pokok Pegawai Negeri
Sipilgolongan ruang III/a dengan masa kerja 14 (empat belas) tahun perbulan, dibayar
oleh Pemerintah.Pembayaran iuran paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan

KELUHAN DAN KEKURANGAN PROGRAM BPJS KESEHATAN

Berikut ini adalah list beberapa Keluhan dan Kekurangan Program BPJS Kesehatan
menurut kami dan juga menurut beberapa narasumber :

1. Proses Registrasi Yang Sulit

24
Tata cara mendaftar BPJS yang dilakukan secara online belum menyeluruh ke semua
daerah. Ada beberapa penduduk yang telah melakukan pendaftaran online, namun disisi lain di
tingkat kabupaten meskipun sudah mendapatkan semacam token registrasi, penduduk tersebut
masih diharuskan mengisi ulang form yang tersedia di kantor BPJS. Selain itu saat dilakukan
pendaftaran online, website resmi BPJS mengalami masalah yang diduga banyak digunakan
untuk mendaftar di waktu tertentu sehingga website down dan mengakibatkan tidak bisa
mendaftar sebagaimana mestinya.

2. Pelayanan Yang Kurang Memuaskan


BPJS merupakan program pemerintahan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Terlihat begitu tertatanya rencana yang
dibuat namun tidak berjalan mulus dengan pelaksanaan lapangannya. Beberapa masalah
pelayanan yang mungkin merepotkan diantaranya :

Hak peserta Askes dan Jamsostek dikurangi

Salah satu kasus yang sempat mencuat adalah kasus Nabhan Ihsan, seorang anak berusia 5 tahun
yang merupakan penderita Hemofilia A. Saat masih menggunakan Askes, obat yang biasa
diberikan masih bisa diklaim dan memang masih terdaftar sebagai obat yang bisa diklaimkan.
Namun setelah diganti menjadi BPJS, obat yang biasa diberikan bukan lagi termasuk daftar obat
yang bisa diklaimkan.

Hak peserta Jamkesmas / Jamkesda dikurangi

Sebagaimana kasus yang sama dengan Askes, kasus ini menimpa Inem salah satu penderita
kanker payudara. Sebelumnya ketika masih menggunakan Jamkesmas, biaya operasi dan
pengobatan semuanya gratis. Namun setelah diganti BPJS, biaya operasi gratis, namun beberapa
biaya obat dibebankan kepada pasien. Intinya sama dengan kasus pertama, yaitu kemungkinan
pengurangan daftar obat yang bisa diklaimkan.

Jampersal tidak berlaku lagi di BPJS

25
Selain kasus besar seperti kasus 1 dan 2, ternyata Jampersal sudah tidak diakui di era BPJS. Jadi
kalau sedang dalam kondisi hamil dan akan mengandung, Untuk mencari rujukan puskesmas
atau RSUD harus menggunakan kartu jamkesmas atau jamkesda sebagai rujukan agar bisa
langsung terdaftar sebagai anggota BPJS. Jika hanya memiliki Jampersal, maka harus registrasi
kembali sebagaimana cara mendaftar BPJS untuk karyawan dan Umum.

Ruang Perawatan Tidak Sesuai Dengan Jenis Iuran BPJS

Sebagaimana tertera dalam klausul BPJS, jika menjadi anggota non-DPI dengan golongan 1.
Tentunya akan mendapatkan perawatan minimal di kelas 1 di RSUD. Namun dalam
kenyataannya, ada beberapa rumah sakit yang memang tidak merawat pasien tersebut di kamar
yang seharusnya. Biasanya mereka mengatakan bahwa peserta BPJS hanya bisa di kelas 3.
Karena memang kelas 1 biasanya sudah dipenuhi pasien non BPJS.

Selain beberapa keluhan tersebut, ternyata memang banyak sekali keluhan dalam prosedur
pelayanan BPJS Kesehatan. Menurut kami ini bukan masalah yang mudah, karena memang
harus dijelaskan kepada peserta, apa saja hak haknya dan apa saja kewajibannya. Paling tidak,
seharusnya peserta BPJS diberikan semacam buku panduan, agar tidak ada selisih paham antara
peserta BPJS dengan rumah sakit atau puskesmas yang melayani BPJS. Selain itu kordinasi
antara pemerintah dan seluruh komponen kesehatan untuk lebih terorganisir, disiplin dan
bertanggung jawab agar rakyat yang kurang mampu tidak menjadi korban yang bukan
semestinya.

ORGAN /STRUKTUR KEPENGURUSANBPJS

Pasal 20 UU BPJS menentukan organ BPJS terdiri atas Dewan Pengawas dan Direksi.
Kedua organ tersebut mempunyai fungsi, tugas dan wewenang yang berbeda. Meskipun
demikian, keduanya sangat berperan dalam menegakkan corporate governance BPJS. Ditangan
Dewan Pengawas dan Direksi baik buruknya kinerja BPJS ditentukan.

26
Daya inovatif, kreatifitas dan dedikasi personil kedua organ tersebut baik secara
individual maupun sebagai suatu entitas dalam melaksanakan fungsi, tugas dan wewenang
masing-masing berpotensi menjadikan BPJS berkembang secara dinamis.
Disamping itu, kerjasama antar individu dalam organ BPJS secara terstruktur dan
dilandasi oleh budaya kerja yang partisipatif dengan integritas yang tinggi menciptakan sinergi
yang positif untuk meraih tujuan BPJS, yaitu untuk mewujudkan terselenggaranya pemberian
jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota
keluarganya.
Meskipun demikian patut diperhatikan bahwa personil organ BPJS secara individual
memiliki kelemahan dan keterbatasan masing-masing. Namun hal ini dapat diatasi dengan
menerapkan corporate governance berdasarkan prinsip transparency, accountability dan
responsibility, responsiveness, independency danfairness.

Direksi
Direksi terdiri atas paling sedikit 5 orang anggota yang berasal dari unsur profesional.
Anggota Direksi diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Presiden menetapkan salah seorang
dari anggota Direksi sebagai Direktur Utama.
Anggota Direksi diangkat untuk jangka waktu 5 tahun dan dapat diusulkan untuk
diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya. Direksi berfungsi melaksanakan
penyelenggaraan kegiatan operasional BPJS yang menjamin Peserta untuk mendapat Manfaat
sesuai dengan haknya.
Dalam melaksanakan fungsi tersebut Direksi bertugas untuk:
a. Melaksanakan pengelolaan BPJS yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
dan evaluasi;
b. Mewakili BPJS di dalam dan di luar pengadilan; dan
c. Menjamin tersedianya fasilitas dan akses bagi Dewan Pengawas untuk melaksanakan
fungsinya.
 Dalam melaksanakan tugas tersebut diatas Direksi berwenang untuk:
a. Melaksanakan wewenang BPJS;
b. Menetapkan struktur organisasi beserta tugas pokok dan fungsi, tata kerja organisasi, dan
sistem kepegawaian;

27
c. Menyelenggarakan manajemen kepegawaian BPJS, termasuk mengangkat,
memindahkan, dan memberhentikan pegawai BPJS, serta menetapkan penghasilan
pegawai BPJS;
d. Mengusulkan kepada Presiden penghasilan bagi Dewan Pengawas dan Direksi;
e. Menetapkan ketentuan dan tata cara pengadaan barang dan jasa dalam rangka
penyelenggaraan tugas BPJS dengan memperhatikan prinsip transparansi, akuntabilitas,
efisiensi dan efektifitas;
f. Melakukan pemindahtanganan asset tetap BPJS paling banyak Rp. 100.000.000.000,00
(seratus milyar rupiah) dengan persetujuan Dewan Pengawas;
g. Melakukan pemindahtanganan asset tetap BPJS lebih dari Rp. 100.000.000.000,00
(seratus milyar rupiah) sampai dengan Rp. 500.000.000.000,00 (lima ratus milyar rupiah)
dengan persetujuan Presiden; dan
h. Melakukan pemindahtanganan asset tetap BPJS lebih dari Rp. 500.000.000.000,00 (lima
ratus milyar rupiah) dengan persetuijuan DPR RI. 

Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 160/M Tahun 2013 tanggal 31


Desember 2013 tentang Pengangkatan Komisaris dan Direksi PT Askes (Persero)
menjadi Dewan Pengawas dan Direksi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
dan Keputusan Direksi BPJS Kesehatan Nomor 1 Tahun 2014, maka susunan Direksi
BPJS Kesehatan terhitung mulai tanggal 1 Januari 2014 adalah sebagai berikut:
1. Fachmi Idris (Direktur Utama)
2. Purnawarman Basundoro (Direktur Hukum dan Hubungan Antar Lembaga)
3. Tono Rustiano (Direktur Perencanaan dan Pengembangan)
4. Fajriadinur (Direktur Pelayanan)
5. Sri Endang Tidarwati W (Direktur Kepesertaan)
6. Taufik Hidayat (Direktur SDM dan Umum)
7. Dadang Setiabudi (Direktur Teknologi Informasi)
8. Riduan (Direktur Keuangan dan Investasi)

28
Dewan Pengawas
Dewan Pengawas terdiri atas 7 orang professional yang mencerminkan unsur-unsur
pemangku kepentingan dalam jaminan sosial. Yaitu terdiri atas:
a. 2 orang unsur Pemerintah;
b. 2 orang unsur Pekerja;
c. 2 orang unsur Pemberi Kerja; dan
d. 1 orang unsur Tokoh Masyarakat.
Anggota Dewan Pengawas diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Salah seorang dari
anggota Dewan Pengawas ditetapkan sebagai Ketua Dewan Pengawas oleh Presiden. Anggota
Dewan Pengawas diangkat untuk jangka waktu 5 tahun dan dapat diusulkan untuk diangkat
kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya. Dewan Pengawas berfungsi melakukan
pengawasan atas pelaksanaan tugas BPJS.

Dalam melaksanakan fungsi tersebut, Dewan Pengawas bertugas untuk:


a. Melakukan pengawasan atas kebijakan pengelolaan BPJS dan kinerja Direksi;
b. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan Dana Jaminan
Sosial oleh Direksi;
c. Memberikan saran, nasihat, dan pertimbangan kepada Direksi mengenai kebijakan dan
pelaksanaan pengelolaan BPJS; dan
d. Menyampaikan laporan pengawasan penyelenggaraan Jmainan Sosial sebagai bagian dari
laporan BPJS kepada Presiden dengan tembusan kepada DJSN.
 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut diatas, Dewan Pengawas berwenang untuk:
a. Menetapkan rencana kerja anggaran tahunan BPJS;
b. Mendapatkan dan/atau meminta laporan dari Direksi;
c. Mengakses data dan informasi mengenai penyelenggaraan BPJS; dan
d. Memberikan saran dan rekomendasi kepada Presiden mengenai kinerja Direksi.

Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 160/M Tahun 2013 tanggal 31 Desember 2013
tentang Pengangkatan Komisaris dan Direksi PT Askes (Persero) menjadi Dewan Pengawas dan
Direksi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, maka susunan Dewan Pengawas BPJS
Kesehatan terhitung mulai tanggal 1 Januari 2014 adalah sebagai berikut:

29
1. Tata Suntara (Ketua)
2. Tjarda Muchtar (Anggota)
3. Budi Sampoerna (Anggota)
4. Ridwan Monoarfa (Anggota)
5. Prastuti Soewondo (Anggota)
6. Hasrul Lutfi Hamid (Anggota)
7. Wahyuddin Bagenda (Anggota)

Untuk lebih memperjelas mengenai keberhasilan program BPJS Kesehatan yang telah
berlangsung beberapa bulan terakhir ini di Kota Bandung pada khususnya, maka kami membuat
kuesioner yang telah dijawab oleh beberapa responden di salah satu RS di Bandung yang
uraiannnya adalah sebagai berikut :

PERTANYAAN
1. Apa kelebihan yang Anda rasakan pada program BPJS ini dibandingkan dengan jaminan
kesehatan lain ?
Belum terasa, tetapi sebagai Tenaga Kefarmasian sedikit membantu, karena lebih mudah
dalam pengendalian pengeluaran obat. Walau prosedurnya agak sedikit rumit.
2. Apa kekurangan yang Anda rasakan pada program BPJS ini dibandingkan dengan jaminan
kesehatan lain ?
Mungkin kekurangannya ada pada pembagian kelas ruang perawatan yaitu, kelas 1, kelas 2,
dan kelas 3. Dengan iuran yang berbeda ini maka plafon atau limited yang ditanggung pun
berbeda. Ini sangat jelas berbeda dengan jamkesmas atau gakinda.
3. Kelas berapakah yang paling banyak diminati oleh pengguna BPJS ?
Sepertinya kelas 3, karena iurannya paling murah yaitu sebesar Rp. 25.000 dibanding kelas 2
sebesar Rp. 42.500 dan kelas 1 sebesar 59.500.
4. Perbedaan apakah yang paling besar dari BPJS dibanding jaminan kesehatan yang lain ?
Dari alur pelayannya. Kelas 3 sih wajar jika harus dapat surat rujukan dari puskesmas lalu ke
RSUD baru ke RSUP. Bayangkan bagi mereka kelas 1 yang mayoritas menengah ke atas
harus berumt-rumit ria mengurus rujukan seperti itu. Dan kebanyakan mereka yang
berkecukupan memilih membayar secara umum bukan BPJS.

30
5. Seperti apakah sistem untuk mendapatkan BPJS ?
Peserta yang ingin mendaftarkan BPJS harus mendaftarkan diri terlebih dahulu ke BPJS
Center. Setelah itu, peserta diwajibkan membayar iuran perbulan dengan ketentuan yang
berlaku. Jika terjadi keterlambatan atau penunggakan peserta dikenakan denda.
6. Sistem manakah yang lebih menguntungkan ? apakah BPJS atau sistem jaminan sosial yang
lain ?
Mungkin untuk perusahaan atau instansi kesehatan pemerintah program BPJS ini
menurunkann tingkat pemasukkan.
7. Banyak yang mengatakan BPJS lebih merepotkan daripada sistem jaminan social yang lain,
apakah itu benar ? mengapa banyak orang yang beranggapan demikian ?
Mungkin karena plafon biaya yang ditanggung seminimal mungkin, jadi jika ada tindakan
atau obat yang agak mahal, peserta dibuat sulit dengan pengurusan procedural-prosedural
yang di berlakukan di tempat layanan kesehatan itu.
8. Bagaimana tanggapan Anda terhadap program BPJS saat ini ?
BPJS ini mulai terlihat menyusahkan rakyat karena pelayanannya kurang bagus di lapangan,
bahkan obat-obatan yang selama ini ditanggung Askes malah sekarang tidak ditanggung
lagi. Ia menyebutkan, semangat dari BPJS dan bertujuan untuk membantu masyarakat,
ternyata jauh dari harapan. Contohnya saya, mengantar istri berobat di Rumah Sakit,
kemudian ingin menebus obat di apotik yang biasa selama ini ditanggung Askes, tetapi
faktanya tidak dikasih dengan alasan tidak lagi ditanggung kalau peserta BPJS, bahkan
parahnya petugas apotik menyuruh saya membeli obat di luar rumah sakit tersebut.
9. Apa harapan Anda terhadap pemerintah terkait program BPJS ini ?
Kebijakan BPJS menurut saya sangat kebablasan dan akan merugikan masyarakat.Saya rasa
kehadiran BPJS Kesehatan ini bukan untuk membantu masyarakat tapi malah menambah
penderitaan masyarakat.Untuk itu, diharapkan pemerintah meninjau kembali kebijakan
dalam menterjemahkan Undang-undang BPJS Kesehatan dan berharap penerapan BPJS.
10. Apakah sistem pelayanan BPJS misalnya mengurus obat bisa lama dan dilempar sana-sini?
Direktur Kepersertaan BPJS, Sri Endang Tidarwati mengatakan bahwa sistem pelayanan
BPJS akan lebih baik karena didukung oleh SDM yang banyak dan terlatih. Sementara bila
semua data lengkap dan seluruh isian dalam formulir sudah terisi dengan baik, pihak BPJS

31
(Badan penyelenggara Jaminan Sosial) mengklaim prosedur pendaftaran menjadi peserta
JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) cukup 15 menit.
11. Alur pembuatan kartu BPJS Kesehatan seperti apa?
Direktur Pelayanan PT Askes Fadjriadinur mengatakan bahwa Anda bisa datang ke kantor
BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) kemudian melakukan hal berikut:
1. Mengisi formulir pendaftaran
2. Pembayaran premi
Anda akan diberikan virtual account atau kode bank untuk pembayaran premi pertama
yang bisa dilakukan melalui ATM atau bank terdekat yang saat ini sudah bekerjasama
yaitu bank BRI, BNI dan Mandiri.
Untuk biaya premi peserta mandiri dengan perawatan kelas 3, sebulan hanya Rp 25.500
per orang, untuk perawatan kelas II sebulan Rp 42.500 per orang dan perawatan kelas I
sebesar Rp 50.000 per orang.
Adapun besaran premi pada kelompok pekerja sebesar 5 persen dari gaji pokoknya, 2
persen dibayarkan oleh yang bersangkutan dan 3 persen dibayarkan oleh perusahaan
tempat pekerja bekerja.
3. Mendapat kartu BPJS Kesehatan yang berlaku di seluruh Indonesia
Setelah membayar premi, nantinya Anda akan mendapat kartu BPJS Kesehatan yang
menjadi bukti bahwa Anda merupakan peserta JKN. Saat ini fasilitas kesehatan yang
dimiliki pemerintah otomatis melayani JKN.Sementara fasilitas kesehatan milik swasta
yang dapat melayani JKN jumlahnya terus bertambah.Hanya tinggal sekitar 30 persen
saja yang belum bergabung.
12. Bagaimana alur pelayanan kesehatan, katanya tidak boleh langsung ke rumah sakit?
 Untuk pertama kali setiap peserta terdaftar pada satu fasilitas kesehatan tingkat pertama
(Puskesmas) yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan setelah mendapat rekomendasi dinas
kesehatan kabupaten/kota setempat.
 Dalam jangka waktu paling sedikit 3 (tiga) bulan selanjutnya peserta berhak memilih
fasilitas kesehatan tingkat pertama yang diinginkan.
 Peserta harus memperoleh pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama
tempat peserta terdaftar, kecuali berada di luar wilayah fasilitas kesehatan tingkat
pertama tempat peserta terdaftar atau dalam keadaan kegawatdaruratan medis.

32
 bila sudah aktif menjadi peserta, alur pelayanan menggunakan pola rujukan berjenjang
yang dimulai dari sistem layanan primer hingga tersier.
 layanan primer terdiri atas Puskemas, klinik dokter pribadi serta klinik pratama (klinik
swasta). Jadi nanti setiap orang mulai berobat dari sistem layanan primer dulu sehingga
menghindari penumpukkan di satu rumah sakit. Khusus untuk keadaan darurat seperti
kecelakaan atau penyakit yang tidak bisa ditangani di layanan primer, bisa langsung ke
rumah sakit.
13. Siapa yang menjamin program JKN akan berlangsung baik tanpa korupsi?
Pengawasan terhadap BPJS dilakukan secara eksternal dan internal. Secara eksternal,
pengawasan akan dilakukan oleh DJSN (Dewan Jaminan Sosial Nasional) dan Lembaga
pengawas independen. Dan secara internal, BPJS akan diawasi oleh dewan pengawas satuan
pengawas internal.
14. Bagaimana jika terjadi kelebihan atau kekurangan iuran?
 BPJS Kesehatan menghitung kelebihan atau kekurangan iuran jaminan kesehatan sesuai
dengan gaji atau upah peserta.
 Dalam hal terjadi kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran sebagaimana dimaksud,
BPJS Kesehatan memberitahukan secara tertulis kepada pemberi kerja dan atau peserta
selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak diterimanya iuran.
 Kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran diperhitungkan dengan pembayaran iuran
bulan berikutnya.
15. Bila peserta tidak puas dengan pelayanan yang diberikan, kemana harus mengadu?
Bila peserta tidak puas terhadap pelayanan jaminan kesehatan yang diberikan oleh fasilitas
kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, maka peserta dapat menyampaikan
pengaduan kepada penyelenggara pelayanan kesehatan dan atau BPJS Kesehatan. Atau
dapat langsung datang ke posko BPJS di kota dan desa. Ada juga hotline servis BPJS di
nomor kontak 500-400. 

KEUNTUNGAN DAN KEKURANGAN


Keuntungan
1. Iuran BPJS bisa dikatakan murah, yaitu untuk kelas tiga sebesar Rp 25.000, kelas dua
sebesar Rp 42.500 dan kelas satu sebesar Rp 59.500.

33
2. Pemegang kartu BPJS boleh berobat di seluruh Indonesia.
3. BPJS mencakup bagi semua masyarakat Indonesia.
4. Pembayaran iuran BPJS seperti gotong royong dan seumur hidup, dalam artian yang mampu
membantu yang tak mampu. Dan kalau ada yang tak sanggup membayar iuran, maka akan
ditanggung pemerintah. Jangan dipikir besar uang yang kita keluarkan, tetapi manfaat yang
bisa didapat dari saudara kita. Contohnya, ada saudara yang harus cuci darah. Dulu ia mesti
membayar Rp 800.000 sekali sesi yang bisa dilakukan seminggu sekali. Tapi saat ini,
dengan premi  dari Rp 25.500 saudara kita dapat cuci darah.
5. Asuransi ini berlaku seumur hidup, dari anak baru lahir hingga lansia.
6. Dalam sistem Jaminan Sosial ini semuanya ditanggung
7. Setiap peserta BPJS Kesehatan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas
kesehatan yang bekerjasama dengan PT Askes (Persero), sesuai dengan hak dan ketentuan
yang berlaku. 
8. Ambulance dari tempat pelayanan ke tempat pelayanan ditanggung BPJS. Ada pelayanan
forensik, pemulasan jenazah
9. Seluruh peserta BPJS akan mendapatkan manfaat berupa biaya kesehatan gratis untuk semua
jenis penyakit.
10. Paket Manfaat BPJS dalam hal pelayanan kesehatan adalah jaminan kesehatan bersifat
pelayanan perseorangan yang mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif, termasuk pemberian obat dan bahan medis habis pakai yang diperlukan.
Pelayanan yang dibatasi meliputi : kaca mata, alat bantu dengar (hearing aid), alat bantu
gerak (tongkat penyangga, kursi roda dan korset). 
11. KEMHAN dan TNI telah melakukan pendaftaran seluruh fasilitas kesehatan di lingkungan
Kemhan dan TNI kepada BPJS Kesehatan. Saat ini seluruh fasilitas kesehatan TNI mulai
dari Poliklinik sampai dengan Rumah Sakit sudah siap untuk melaksanakan pelayanan
kesehatan sebagai provider BPJS Kesehatan.Biaya pelayanan kesehatan bagi prajurit TNI,
PNS Kemhan dan keluarga adalah iuran yang berasal dari potongan gaji sebesar 2%
ditambah dengan bantuan dari Pemerintah sebesar 3%. Dengan dengan demikian besaran
iuran tersebut menjadi sebesar 5%. Iuran tersebut akan dikelola oleh BPJS Kesehatan,
sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi Prajurit TNI,
PNS Kemhan dan keluarganya.

34
Kerugian
1. Peserta BPJS jika sakit tidak bisa langsung berobat ke rumah sakit. Melainkan alur
pelayannya yang pertama ke puskemas, jika puskesmas tidak sanggup langsung dirujuk ke
RSUD, dan jika RSUD tidak sanggup maka akan dirujuk ke RSUP.
2. Pemberian obat tidak bisa untuk jangka waktu panjang. Mungkin hanya untuk 7 hari.
3. Dalam sehari, pasien BPJS tidak boleh kontrol ke dua poli spesialis.
4. Obat yang dipakai sebagian besar generik dan sesuai formularium BPJS.
5. sistem pembayarannya harus melalui ATM atau bank, jika untuk warga yang tidak memiliki
ATM, ini akan menjadi kendala.
6. Beberapa prosedur yang rumit.
7. Kurangnya kesiapan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan bagi peserta BPJS, sehingga
ada peserta yang terlantar.

35
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Seperti diketahui bahwa dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial, menjelaskan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang
selanjutnya disingkat BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan
program jaminan sosial. BPJS bertujuan untuk mewujudkan terselenggaranya pemberian
jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap Peserta dan/atau
anggota keluarganya.
2. Adapun prinsip pengelolaan BPJS dilaksanakan berdasarkan 9 prinsip penyelenggaraan
jaminan sosial, yaitu kegotongroyongan, nir laba, keterbukaan, kehati-hatian,
akuntabilitas, portabilitas, kepesertaan bersifat wajib, dana amanat dan hasil pengelolaan
3. BPJS menyelenggarakan sistem jaminan sosial nasional berdasarkan asas:
a.      Kemanusiaan
b.      Manfaat
c.      Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
4. Dalam praktiknya, pengelolaan BPJS memang tidak sesempurna yang telah
direncanakan, karena hambatan itu selalu ada. Diantaranya baik pemerintah dan seluruh
jajaran direksi BPJS memang terlihat belum begitu siap dalam menggulirkan program ini.
Baik sarana dan pra-sarana infrastruktur pada umumnya yang belum cukup memadai,
konsistensi dari pihak tenaga kesehatan yang dinilai belum cukup serius dalam
menangani serta pihak masyarakat yang masih belum cukup paham tentang BPJS apalagi
mekanisme cara perolehannya, hal ini dikarenakan kurangnya sosialisasi yang jelas dari
pihak BPJS dan lembaga-lembaga serta tenaga kesehatan terkait, serta kurangnya
pengawasan dari pihak pemerintah sendiri.
5. Mengacu pada asas dan prinsip yang dijadikan tujuan dari pada BPJS, hendaknya pihak
pemerintah dan pihak BPJS saling bekerjasama agar tidak ada lagi hal yang menjadikan
saling menyalahkan. Jika ada pelanggaran, seharusnya pemerintah mampu bertindak
tegas karena ujung-ujungnya rakyatlah yang merasa dirugikan. Pelatihan khusus bagia
semua tenaga kerja kesehatan memang harus dilakukan agar pelayanan terhadap pasien

36
lebih optimal, Mereka yang berada digardu depan dalam menangani masyarakat, dan
merekalah yang yang secara langsung menjadi penilaian masyarakattentang baik dan
buruknya program BPJS tersebut.
6. Untuk itu, sebaiknya setiap komponen yang terlibat didalamnya sama-sama
memposisikan dirinya ditempat yang tepat, melaksanakan tugasnya secara bijaksana dan
menjunjung tinggi asas serta prinsip yang menjadi tujuan program BPJS ini. Dengan
begitu, tidak ada lagi pihak yang merasa dirugikan. Diharapkan keberhasilan program
BPJS ini mampu meningkatkan derajat kesehatan seluruh masyarakat Indonesia.

3.2 Saran
Penyelenggaraan jaminan sosial, termasuk AKN atau JKN merupakan mekanisme
pengaman dalam mengoreksi kegagalan mekanisme pasar dalam mencapai tujuan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat. Banyak orang mengkritik penyelenggaraan jaminan sosial karena
tidakmenggunakan mekanisme pasar. Tidak banyak yang memahami bahwa penyakit mekanisme
pasar tidak bisa dikembalikan ke mekanisme pasar. Oleh karenanya, instrumen yang dibentuk
dalam rangka merespons mekanisme pasar, seperti PT dan Koperasi, tidak bisa (tidak efektif dan
tidak efisien) digunakan untuk penyelenggaraan jaminan sosial.
Badan Penyelenggara yang sesuai adalah suatu Badan Hukum khusus, yang dibentuk
khusus dengan suatu UU BPJS atau perubahan UU SJSN yang menambahkan bentuk badan
hukum dan mekanisme kerja BPJS. Hal tersebut sesuai dengan amanat UUD45 pasal 23A yang
mengharuskan pungutan yang bersifat memaksa (wajib) diatur dengan sebuah UU. Badan
hukum ini terpisah kekayaan maupun manajemennya dari kekayaan dan manajemen
pemerintahan (pusat maupun daerah) untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas
penyelenggaraan program publik (jaminan sosial/AKN) untuk seluruh rakyat. Pelajaran dari
berbagai negara menunjukan bahwa memang semakin banyak negara yang memisahkan
pengelolaan jaminan sosial (termasuk JKN) dengan membentuk Badan Publik Nirlaba, yang
berbeda dengan perusahaan BUMN atau perusahaan go public. Badan ini juga bukan milik
Pemerintah dan bukan milik pemda. Badan ini dapat diberikan otonomi manajemen di daerah
tetapi mempunyai sistem informasi tunggal secara nasional. Pelajaran dari berbagai negara juga
menunjukan bahwa badan tunggal dengan atau tanpa otonomi di daerah atau sistem informasi
tunggal menjamin stabilitas dana, keadilan bagi seluruh rakyat, dan efisien. Awalnya memang

37
banyak kontroversi karena pemahaman yang masih lemah akan manfaat dan potensi program
Nasional. Di Sektor pendidikan, kita sudah punya UU BHP yang merumuskan BHP sebagai
badan khusus penyelenggara pendidikan. Hanya saja, karena layanan BHP tidak seumur hidup
rakyat, maka BPJS harus berbeda dengan BHP. Diperlukan orang kuat untuk mengubah
pemahaman konsep BPJS agar jaminan sosial/AKN dapat menjadi tulang punggung
kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan sekaligus menjadi Identitas
Nasional, sebagaimana Social Security Number (karena penyelenggaraan jaminan sosial secara
Nasional oleh Social Security Administration di tingkat Federal) di Amerika. Kemajuan
tekonlogi informasi dan komunikasi telah mampu mendobrak berbagai kesulitan manajemen
karena letak geografis kepulauan maupun ketidak-seimbangan fasilitas di berbagai daerah. Jika
kita mau, program besar Nasional dapat kita wujudkan.Badan Penyelenggara Jaminan Sosial di
tingkat Nasional menjamin program dasar yang setara untuk seluruh rakyat, yang merupakan
kebutuhan dasar minimum layak. Dalam bidang kesehatan jaminan tersebut telah disepakati
merupakan jaminan layanan kesehatan perorangan komprehensif. Pemerintah daerah maupun
swasta dapat membentuk BPJSD/S yang memberikan jaminan yang bersifat komplemen (yang
tidak dijamin program nasional) maupun yang bersifat suplement (menambah manfaat atau
kualitas manfaat) yang dijamin program nasional. Dengan cara ini, terjadi win-win dalam
perebutan kepentingan tetapi rakyat mendapat jaminan yang paling optimal

38
DAFTAR PUSTAKA

Republik Indonesia.Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara


Jaminan Sosial.2011.Kementrian Sekretariat Negara RI:Jakarta.
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional.2004.Sekretaris Negara Republik Indonesia:Jakarta.
http://bpjs-kesehatan.go.id/statis-17-pendaftaranpeserta.html
http://bpjs-kesehatan.go.id/statis-7-direksi.html
http://finance.detik.com/read/2013/12/31/165225/2455318/5/berikut-keuntungan-jadi-peserta-
bpjs-kesehatan
http://nasional.kompas.com/read/2011/06/27/02154265/Pro-kontra.Keberadaan.BPJS
http://news.detik.com/read/2014/01/01/192912/2456032/10/bpjs-berlaku-masyarakat-bebas-
akses-fasilitas-kesehatan-kemhan-dan-tni
http://portalkesehatanku.blogspot.com/2014/01/manfaat-keuntungan-bpjs-kesehatan.html
http://sappk.itb.ac.id/wp-content/uploads/2014/01/Buku-Panduan-Layanan-bagi-Peserta-BPJS-
Kesehatan.pdf
http://www.edisinews.com/berita-pro-kontra-sjsn-dan-bpjs-terus-berjalan.html
http://www.jamsosindonesia.com/cetak/printout/257
http://www.linggapos.com/14515_kelebihan-bpjs-dibanding-asuransi-komersil.html
http://www.kaskus.co.id/thread/52ce67d23dcb172c5e8b45aa/apa-kekurangan-bpjs

39
LAMPIRAN

Gambar 2.1 Struktur organisasi BPJS Kesehatan berdasarkan Surat Keputusan Direksi Nomor 15
Tahun 2015

Gambar 2.2 Anggota bagian direksi BPJS

40
Gambar 2.3 Anggota bagian pengawas BPJS

Gambar 3.1Kartu anggota BPJS kesehatan

41
42

Anda mungkin juga menyukai